bab ii - syair79.files.wordpress.com file · web viewberdasarkan pengertian belajar mengajar dapat...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar
Usman dan Setiawati (1993 : 5), menyatakan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. perubahan
tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar
dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-
kecakapan (skills) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif),
sikap (affektif), dan keterampilan (psikomotor). Kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini
mengandung arti, bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
peserta didik atau siswa.
Lebih lanjut Usman dan Setiawati (1993 : 5), pandangan seorang guru
terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam
membimbing siswa untuk belajar. Seorang yang mengartikan belajar sebagai
menghafal fakta tentunya akan lain cara mengajarnya dibandingkan dengan
guru lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku. Untuk itu penting artinya pemahaman guru akan pengertian
belajar tersebut.
6
6
2. Mengajar
Ali (2004 : 11), menyatakan bahwa mengajar merupakan suatu proses
yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru
kepada siswa. Banyak kegiatan ataupun tindakan yang harus dilakukan,
terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh
karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana.
Lebih lanjut Ali (2004 : 11), terdapat aneka ragam rumusan pengertian
tentang mengajar. Setiap rumusan mempunyai kaitan arti dalam praktek
pelaksanaannya. Rumusan itu sendiri bergantung pada pandangan
perumusannya. Seorang berpandangan bahwa mengajar hanya sekedar
menyampaikan pelajaran, tentu akan merumuskan pengertian yang sederhana.
Rumusan yang dibuat tentang mengajar adalah “upaya menyampaikan bahan
pelajaran kepada siswa”. Jadi disimpulkan bahwa mengajar adalah segala
upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Usman dan Setiawati (1993 : 5), menyatakan bahwa mengajar adalah
menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana
sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa.
Lebih lanjut Usman dan Setiawati (1993 : 6), mengajar pada
prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau
dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi
7
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran
sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pengertian ini
mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai
organisator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan,
baik yang terdapat di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dari uraian di atas, berarti mengajar bukan sekedar proses
penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan mengandung makna yang lebih
luas dan kompleks, yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi manusiawi
dengan berbagai aspeknya.
3. Proses Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan disengaja
diciptakan, gurulah yang menciptakannya, guru membelajarkan anak didik.
Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur
manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai
mediumnya. Semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan
(Djamarah dan Zain, 2002 : 43).
Berdasarkan pengertian belajar mengajar dapat diketahui bahwa
proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
8
proses belajar mengajar tersebut terdapat adanya suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan antara guru dan siswa yang belajar, antara kedua kegiatan ini
terdapat interaksi yang saling menunjang (Usman, 1995: 4).
Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan
pengajaran adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan yang baik
sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Pengajaran berintikan
interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu
kesatuan, ibarat sebuah mata uang bersisi dua. Belajar merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Agar
pelaksanaan pengajaran berjalan efisien dan efektif, maka diperlukan
perencanaan yang tersusun secara sistematis dengan proses belajar mengajar
yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa serta dirancang dalam satu
scenario yang jelas (Ibrahim, 2003 : 30).
Keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, ditunjukkan oleh
beberapa hal, salah satunya adalah terlihat pada prestasi atau hasil belajar
yang dicapai oleh siswa, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat
senantiasa diperbaiki dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa itu sendiri.
9
4. Hasil Belajar
Menurut, Dymiati dan Mudjion (1994 : 200) hasil belajar adalah
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan
skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan Pengembangan yang lebih baik dibanding dengan
sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan
menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2003 : 155).
Nasution, (1993 : 61) menyatakan hasil belajar siswa dirumuskan
sebagai tujuan instruksional umum (TIU) yang dinyatakan dalam bentuk yang
lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum mata kuliah atau
bidang studi.
5. Model pembelajaran kooperatif
Menurut ibrahim (2000 : 6), pembelajaran kooperatif memiliki
sejumlah karakteristik tertentu yang membedakan dengan model-model
pembelajaran lainnya antara lain :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
10
2. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3. bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin berbeda-beda.
4. penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Terdapat enam langkah-langkah kooperatif, dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase
ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada
secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar.
Tahapan ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk
menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif
meliputi fersentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi tentang apa tang telah
mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok
maupun individu. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
dapat di lihat pada table berikut :
Table 1 : Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotifasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotifasi siswa belajar
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
11
Menyajikan informasi bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok
kerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing mempersentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok
(Rachmadiarti, 2000 : 9)
6. Pengertian dan prosedur model pembelajaran kooperatip STAD
Ibrahim, dkk. (2000 : 20) menyatakan bahwa STAD dikembangkan
oleh Robert Salvin dan teman-temannya di universitas John Hopkin dan
merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhan. Guru
yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa,
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa di dalam satu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang yang setiap kelompok
haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai
suku,memliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim
12
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama
lain untuk memahami bahan pelajaran melalui toturial, kuis satu sama lain dan
atau melakukan diskusi secara individual setiap minggu atau setiap 2 minggu
siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.
Rachmadiarti, (2003 : 13) menyatakan bahwa pada STAD siawa
dalam satu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang,
setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan, berasal
dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota
tim menggunakan lembae kegiatan atau perangkat pembel;ajaran yang lain
untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama
lain dan atau melakukan diskusi. Setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis
itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.
7. Pengertian dan Prosedur Metode Galeri Belajar
Menurut Silberman (2006 : 274), galeri belajar merupakan suatu cara
untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama ini.
berdasarkan uraian tersebut, galeri belajar merupakan suatu metode
pembelajaran yang mampu mengakibatkan daya emosional siswa untuk
menemukan pengetahuan baru dan dapat mempermudah daya ingat jika
sesuatu yang ditemukan itu dilihat secara langsung. Galeri belajar juga dapat
13
memotivasi keaktivan siswa dalam proses belajar sebab bila sesuatu yang baru
ditemukan berbeda antara satu dengan yang lainnya maka dapat saling
mengkoreksi antara sesama siswa baik kelompok maupun antar siswa itu
sendiri.
Lebih lanjut Silberman (2006 : 274-275), prosedur pendekatan
penilaian diri dengan metode galeri belajar adalah :
a. Mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
dua hingga empat orang.
b. Memerintahkan tiap kelompok untuk mendiskusikan apa yang didapatkan
oleh pada anggotanya dari pelajaran yang mereka ikuti. Hal itu boleh jadi
mencakup berikut ini :
1) Pengetahuan baru
2) Keterampilan baru
3) Peningkatan dalam bidang
4) Minat baru dibidang
5) Percaya diri
Kemudian perintahkan mereka untuk membuat sebuah daftar pada kertas
lebar berisi hasil “Pembelajaran” ini. memerintahkan mereka untuk
memberi judul atau menemui daftar itu “Hal-hal Yang Kita Dapatkan”.
c. Tempelkan daftar tersebut pada dinding
14
d. Memerintahkan siswa untuk berjalan melewati tiap daftar. Memrintahkan
agar tiap siswa memberikan tanda centang didekat hasil belajar yang juga
dia dapatkan pada daftar selain dari daftarnya sendiri
e. Surveilah hasilnya, cermati hasil pembelajaran yang paling umum
didapatkan. Menjelaskan sebagian hasil pembelajaran yang tidak biasa
atau tidak sesuai.
f. Kelompok siswa yang ditanggapi diberi kesempatan untuk
mempertahankan hasil kerjanya.
15
8. Prosedur Model Kooperatif STAD Terintegrasi dengan Strategi Galeri
Belajar
Berdasarkan hasil pengkajian tentang model kooperatif dan galeri
belajar, maka dari itu model kooperatif STAD dapat diintegrasikan dengan
strategi galeri belajar dengan prosedur sebagai berikut :
a. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memerintahkan tiap kelompok untuk mendiskusikan apa yang
didapatkan oleh masing-masing kelompok dari pelajaran yang mereka
ikuti. Kemudian siswa membuat sebuah daftar pada kertas lebar berisi
hasil “Pembelajaran” yang sedang dikiuti dan memberi judul atau
menamai daftar itu “Hal-hal yang didapatkan”.
d. Siswa menempelkan hasil kinerjanya pada dinding
e. Memerintahkan siswa untuk saling memberikan tanggapan pada hasil
kerja kelompok antara kelompok yang satu dengan yang lain.
f. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu
g. Memberi evaluasi
h. Kesimpulan
16
9. Meteri Pertumbuhan dan Perkembangan
17
C. Kerangka Konseptual
Peningkatan hasil belajar pada siswa tidak terlepas dari peran guru sebagai
tenaga pengajar, oleh karena itu guru sangat berpengaruh terhadap proses belajar
mengajar dalam kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam kelas dapat
ditunjang dari model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selama ini Proses
belajar mengajar yang dilaksanakan guru bidang studi Biologi pada pokok
bahasan pertumbuhan dan perkembangan di SMP 9 Kendari biasanya melakukan
diskusi atau tanya jawab . Dengan strategi seperti ini bisanya hanya siswa yang
memiliki kemampuan dan mental yang tinggi yang dapat berperan aktif dalam
pembelajaran. Hal ini menyebabkan materi pelajaran tidak diserap oleh siswa
secara maksimal sehingga hasil belajar siswa belum maksimal. Akibat dari
kenyataan tersebut diatas peneliti memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Untuk itu peneliti memilih penggunaan galeri
belajar pada model pembelajaran koperatif tipe STAD untuk diterapkan dalam
proses belajar mengajar.
Dengan menggunakan galeri belajar pada model pembelajaran koperatif
tipe STAD dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran tersebut, karena
metode ini dapat mengefisienkan waktu pelajaran dan siswa dapat lebih mudah
memahami pelajaran karena strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurang pahamannya dengan
18
materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling
mengisi kekurangannya itu. Tidak seperti halnya selama ini kelompok siswa
hanya mendengarkan presentasi hasil diskusi setiap kelompok tanpa melihat
langsung hasil diskusinya.
Secara sistematis kerangka konseptual dalam penelitian ini ditunjukkan
pada gambar di bawah ini :
Gambar 1. Alur bagan kerangka konseptual
19
Diskusi Kelompok Yang Tidak Efisien dalam Pembelajaran
Pembelajaran Materi Pertumbuhan dan Perkembangan dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Hasil Belajar Tidak Maksimal
Evaluasi
Penggunaan Galeri Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperaif STAD
Hasil Belajar
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritik yang dikemukakan dalam penelitian
tindakan ini, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah :
Dengan penggunaan galeri belajar pada model pembelajaran koperatif tipe
STAD meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pertumbuhan dan
perkembangan siswa kelas VIII SMPN 9 Kendari.
20