bab ii tinjuan pustaka 2.1 air tanah -...
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Air Tanah
Air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah disebut air tanah
(Asdak, 1995). Air tanah merupakan air yang bergerak dalam tanah yang terdapat
di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuk aliran di dalam
retak-retak dari batuan (Sosrodarsono, 1999). Air tanah adalah air yang tergenang
di atas lapisan tanah yang terdiri dari batu, tanah lempung yang amat luas dan padat
yang sukar ditembus oleh air (Kaslan, 1991). Air tanah adalah salah satu bentuk
air yang berada di sekitar bumi kita dan terdapat di dalam tanah. tanah ini
merupakan salah satu sumber air, ada saatnya air tanah ini bersih tetapi terkadang
keruh sampai kotor, tetapi pada umumnya terlihat jernih. Air tanah yang jernih ini
umumnya terdapat di daerah pegunungan dan jauh dari daerah industri, sehingga
biasanya penduduk dapat langsung mengkonsumsi air ini, sedangkan air tanah yang
terdapat di daerah industri sering kali tercemar, jika pihak industri kurang peduli
akan lingkungan, dan air tanah yang terdapat di daerah perkotaan pada umumnya
masih baik, tetapi tidak dapat langsung dikonsumsi. Air tanah yang tercemar
umumnya diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang bahkan tidak peduli akan
lingkungan sekitar. Air tanah terdiri dari air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata
air.
1. Air Tanah Dangkal
Airtanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air permukaan
tanah, lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga
14
air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 m.
Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-
sumur dangkal. Kualitas air tanah umumnya baik namun tergantung pada
musim.
2. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat pada lapisan rapat air pertama dan
kedalamannya mencapai 100-300 meter. Ditinjau dari segi kualitas pada
umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, sedangkan kuantitasnya
mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh
perubahan musim.
3. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan
tanah. Mata air berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
musim dan kuantitas dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam. Perjalanan
air tanah mengkuti pola lapisan geologi jika terjadi patahan geologi di dekat
permukaan tanah, maka air tanah dalam aliran tersebut akan muncul ke
permukaan bumi. Karena kualitasnya yang baik sumber air tanah ini banyak
digunakan guna kepentingannya masing-masing (Asdak, 2014).
Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di planet bumi lebih
dari 97 % terdiri atas air tanah. Semakin berkembangnya industri serta pemukiman
dengan segala fasilitasnya, maka ketergantungan aktivitas manusia pada air tanah
semakin terasakan. Cara pengambilan air tanah seringkali tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip hidrologi yang baik sehingga menimbulkan dampak negatif yang
15
serius terhadap kelangsungan dan kualitas sumberdaya airtanah. Dampak negatif
pemanfaatan airt tanah yang berlebihan dapat dibedakan menjadi 2 (Asdak, 1995)
yaitu:
1. Dampak yang bersifat kualitatif
Dampak ini mulai dirasakan dengan ditemuinya kasus-kasus pencemaran
sumur-sumur penduduk, terutama yang berdekatan dengan aliran sungai
yang menjadi sarana pembuangan limbah pabrik.
2. Dampak yang bersifat kuantitatif
Dampak yang berkaitan dengan dengan kuantitas airtanah yaitu tinggi
permukaan air yang semakin menjauh dari permukaan sumur.
Amblasan-amblasan (subsidences) yang terjadi di sepanjang ruas jalan
atau bangunan juga dapat dijadikan indikator semakin berkurangnya
jumlah airtanah.
Faktor yang ikut mempengaruhi proses terbentuknya air tanah adalah
formasi geologi. Formasi geologi adalah formasi batuan atau material lain yang
berfungsi menyimpan air tanah dalam jumlah besar. Proses pembentukan air tanah,
formasi geologi itu sering disebut akifer (aquifer) (Asdak, 1995). Akifer dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Akifer bebas (unconfined aquifer)
Terbentuk ketika tinggi permukaan air tanah (water table) menjadi
batas atas zona tanah jenuh.
16
2. Akifer terkekang (confined aquifer)
Terbentuk ketika air tanah dalam dibatasi oleh lapisan kedap air
sehingga tekanan di bawah lapisan kedap air tersebut lebih besar
daripada tekanan atmosfer.
Menurut Martha dan Wenny (1994) sifat-sifat geologi yang mempengaruhi
keberadaan air tanah, dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Aquifer
Aquifer merupakan formasi batuan mengandung atau menyimpan air
serta mampu melepaskan dalam jumlah cukup, atau formasi geologi
yang dapat ditembus oleh air (permeabel).
2. Aquiclude
Aquiclude merupakan formasi geologi yang dapat menampung air
tetapi tidak dapat melepaskan air dalam jumlah cukup, atau formasi
geologi yang sama sekali tidak dapat ditembus air (impermeabel).
Formasi ini mengandung air tetapi tidak dimungkinkan adanya gerakan
air yang melaluinya misalnya tanah liat.
3. Aquifuge
Merupakan formasi geologi yang tidak dapat menampung maupun
melepaskan air dalam jumlah yang cukup atau formasi kedap air yang
tidak mengandung atau mengalirkan air, misalnya granit yang keras.
17
2.2 Pencemaran Air Tanah
2.2.1 Definisi
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan/atau komponen lain ke dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukkannya. (Keputusan Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1988 Bab I Pasal 1).
Komponen pencemaran air akan menentukan terjadinya indikator
pencemaran air. Pembuangan limbah industri, rumah tangga dan kegiatan
masyarakat lainnya yang tidak mengindahkan kelestarian dan daya dukung
lingkungan akan sangat berpotensi terjadinya pencemaran air. Adapun komponen
pencemaran air menurut Sunu (2001) dikelompokan sebagai berikut :
1. Limbah zat kimia
Limbah zat kimia dapat berupa insektisida, bahan pembersih, larutan
penyamak kulit dan zat warna kimia. Insektisida mempunyai dampak
lingkungan, bahan insektisida di dalam air sulit untuk dipecah oleh
mikroorganisme, jikapun dapat akan berlangsung lama. Zat kimia yang
berfungsi sebagai pembersih seperti sampo, deterjen berpotensi
menimbulkan pencemaran air karena kandungan bahan antiseptik yang
akan mengganggu kehidupan mikroorganisme air, menaikan pH air, tidak
dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Kandungan zat warna kimia yang
ada di dalam air akan mempengaruhi pH air lingkungan dan kandungan
18
oksigen. Semua zat warna kimia bersifat racun dan jika masuk ke dalam
tubuh manusia akan ikut merangsang tumbuhnya kanker.
2. Limbah padat
Lingkup limbah padat yang dimaksudkan ini merupakan limbah hasil
proses IPAL berupa endapan (sludge) yang biasanya hasil dari proses
filter press. Sludge dapat dikategorikan tidak berbahaya dan dapat juga
dikategorikan sebagai limbah bahan berbahya dan beracun.
3. Limbah bahan makanan
Limbah bahan makanan pada dasarnya bersifat organik yang sering
menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung dan dapat didegradasi
oleh mikroorganisme. Limbah bahan makanan yang banyak mengandung
mikroorganisme umumnya akan terdapat bakteri patogen yang merupakan
penyebab timbulnya berbagai macam penyakit yang berbahaya bagi
manusia.
4. Limbah bahan organik
Limbah bahan organik biasanya dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Limbah industri yang dibuang langsung ke air
lingkungan akan menambah populasi mikroorganisme di dalam air. Air
lingkungan sudah terdapat cukup banyak mikroorganisme di dalam air,
maka tidak tertutup kemungkinan berkembangnya bakteri patogen.
5. Limbah anorganik
Limbah anorganik biasanya tidak dapat membusuk dan sulit terdegradsi
oleh mikroorganisme. Limbah anorganik pada umumnya berasal dari
19
industri yang menggunakan unsur-unsur logam seperti arsen, kadmium,
timbal, krom, kalsium, nikel, magnesium, air raksa dan lain-lain. Jika
limbah anorganik langsung dibuang ke badan perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam di dalam air.
Tabel 1. Hubungan Antara Sumber Limbah dan Karakteristiknya
Karakteristik Sumber Limbah
Warna Bahan Organik, limbah industri dan domestik
Bau Penguraian limbah industri
Padatan Sumber air, limbah industri dan domestik
Suhu Limbah industri dan domestik
Karbohidrat Limbah industri, perdagangan dan domestik
Minyak dan Lemak Limbah industri, perdagangan dan domestik
Pestisida Limbah hasil pertanian
Fenol Limbah industri
Alkali Sumber air, limbah domestik, infiltrasi air tanah
Klorida Sumber air, limbah industri, pelemahan air
Logam Berat Limbah industri
Nitrogen Limbah pertanian dan domestik
pH Limbah industri
Posfor Limbah industri, domestik dan alamiah
Sulfur Limbah industri, domestik
Virus Limbah industri, domestik
Sumber : Kristanto, 2002.
2.2.2 Sumber Pencemar Air Tanah
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke
badan air ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau
proses pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan
memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan
hidup.
Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah
rumah tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah industri. Semakin
20
meningkatnya perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata semakin
mempengaruhi tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu
disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.
Beberapa sumber pencemar yang dapat menurunkan kualitas air tanah,
diantanya sebagai berikut (Freeze, 1979):
1. Sampah dari TPA
2. Tumpahan minyak
3. Kegiatan pertanian
4. Pembuangan limbah cair pada sumur dalam
5. Pembuangan limbah ke tanah
6. Pembuangan limbah radioaktif
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke
badan air ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau
proses pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan
memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan
hidup. Sumber-sumber pencemaran air meliputi: (Suprihatin, 1999) :
1. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-
limbah industri, pertanian dan bahan pencemar lainnya. Limbah rumah
tangga akan mencemari selokan, sumur, sungai, dan lingkungan
sekitarnya. Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi tingkat
pencemarannya. Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas,
plastik dll.) maupun cairan (air cucian, minyak goreng bekas, dll.). Di
21
antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu sampah organik dan
ada pula yang tidak dapat terurai.
2. Limbah Lalu Lintas
Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak
dari kapal tangker. Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil
tangki minyak dapat mengotori airtanah. Selain terjadi di darat,
pencemaran lalu lintas juga sering terjadi di lautan. Semuanya sangat
berbahaya bagi kehidupan.
3. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang
berlebihan misalnya dari pestisida dan herbisida. Begitu juga pemupukan
yang berlebihan. Limbah pestisida dan herbisida mempunyai sifat kimia
yang stabil, yaitu tidak terurai di alam sehingga zat tersebut akan
mengendap di dalam tanah, dasar sungai, danau serta laut dan selanjutnya
akan mempengaruhi organisme-organisme yang hidup di dalamnya. Pada
pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi
pada badan air/perairan terbuka.
4. Limbah Industri / Pertambangan
Penebangan hutan secara besar-besaran dan berkelanjutan akan
menyebabkan hutan gundul dan mengakibatkan erosi pada musim hujan,
sehingga terjadi pengikisan humus dan pengikisan tanah. Pengikisan
humus ini selain menyebabkan lahan kritis juga akan menyebabkan
pencemaran air. Air hujan yang jatuh akan langsung mengalir di
22
permukaan dengan membawa tanah dalam alirannya. Akibatnya kualitas
air permukaan menurun (menjadi keruh) karena terlalu banyak partikel-
partikel tanah di dalamnya.
Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan organik maupun
anorganik. Secara umum zat-zat tersebut digolongkan menjadi:
1. Garam anorganik seperti magnesium sulfat dan magnesium klorida yang
berasal dari kegiatan pertambangan, pabrik pupuk, pabrik kertas, dll.
2. Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolah
bijih logam dan bahan bakar fosil yang mengandung kotoran berupa
ikatan belerang.
3. Senyawa organik seperti pelarut dan zat warna yang berasal dari industri
penyamakan kulit dan industri cat.
4. Logam berat seperti kadmium, air raksa (merkuri) dan krom yang berasal
dari industri pertambangan, cat, zat warna, baterai, penyepuhan logam,
dll.
Perkembangan industri di kota Cimahi memiliki dampak yang positif tetapi
tak jarang berdampak negatif salah satunya adalah pencemaran air. Pencemaran air
didominasi akibat kegiatan industri yang terletak di lingkungan kawasan industri di
Kota Cimahi. Umumnya air yang telah digunakan untuk kegiatan industri
seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air karena
pembuangan limbah secara langsung tidak diolah menyebabkan terjadinya
pencemaran air. Air limbah hasil kegiatan industri seharunya mengalami proses
daur ulang terlebih dahulu agar tidak terjadi pencemaran.Industri di Cimahi
23
umumnya membuang limbah hasil produksinya langsung ke aliran Sungai Cibaligo
tanpa di olah terlebih dahulu, hal tersebut yang dapat menyebabkan pencemaran air.
Pencemaran air tersebut dapat dilihat dari segi fisik air tersebut, air yang
berada di aliran Sungai Cibaligo yang merupakan tempat di sekitar kawasan industri
memiliki air yang berwana biru kehitaman. Air yang berwarna biru kehitaman
tersebut mencirikan bahwa telah terjadinya pencemaran. Kondisi sungai disekitar
kawasan industri memiliki aliran yang lambat sehingga air dari sungai tersebut
dapat mencemari air sumur di kawasan sekitar kawasan industri tersebut.
2.2.3 Mekanisme Terjadinya Pencemaran Air Tanah
Pencemaran airtanah berkaitan erat dengan cara pembuangan limbah diatas
permukaan tanah atau ke dalam tanah, masuknya pencemar ke dalam air tanah
terjadi dengan cara perkolasi dari permukaan tanah, melalui sumur dan air
permukaan. Faktor kondisi fisik erat kaitannya dengan kemungkinan terjadinya
pencemaran air tanah.
Potensi pencemaran pada air tanah dengan mendasarkan atas kedalaman
sumber pencemar dari permukaan air tanah, penyerapan oleh material di atas muka
air tanah, permeabilitas akuifer, gradient muka air tanah dan jarak horizontal antara
sumur dengan sumber pencemar. Semakin dekat jarak vertikal antara sumber
pencemar dengan muka air tanah maka akan semakin besar kemungkinan air tanah
tersebut mengalami pencemaran. Aliran pencemar tidak hanya terjadi pada arah
vertikal tetapi juga kearah horizontal. Zat pencemar akan sejalan dengan aliran air
tanah, baik pada arah vertikal maupun pada arah horizontal ( Grand Le, 1983).
24
Kadar pencemar di dalam air tanah cenderung menurun sejalan dengan waktu
dan jarak yang dilaluinya. Penurunan kadar pencemar tersebut melibatkan banyak
mekanisme di dalamnya, termasuk penyaringan, penyerapan, proses-proses kimia,
dekomposisi oleh mikrobiologi dan pengenceran (dillution). Laju penurunan kadar
pencemar tersebut tergantung pula dari jenis pencemar dan kondisi hidrogeologi
setempat (Novran. M.D, 2009).
2.2.4 Dampak Pencemaran Air Tanah
1. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh bahan pencemar (organik maupun anorganik)
dapat menyebabkan menurunnya kualitas air tanah sehingga air tanah
tersebut tidak bisa digunakan sesuai dengan peruntukannya.
2. Dampak terhadap kesehatan
Air sangat penting dalam mendukung kehidupan manusia, namun
demikian air juga mempunyai potensi yang sangat besar dalam menimbulkan
berbagai penyakit atau gangguan kesehatan jika air tersebut tercemar (Waluyo
Lud, 2009).
2.3 Air Sumur
Air sumur adalah air tanah dangkal yang memiliki kedalaman sampai
kedalaman kurang dari 30 meter, air sumur umumnya pada kedalaman 15 meter
dan dinamakan juga sebagai air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak
berada di dalam tekanan.
25
Ada beberapa jenis sumur yaitu :
1. Sumur Gali ( Sumur Dangkal )
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas
dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-
rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 m dari
permukaan tanah.
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif
dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena
kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat
buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur
itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak
kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat
merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka
dan pengambilan air dengan timba.
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik
bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan
pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat
- syarat fisik.Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding
sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar.
2. Sumur Bor ( Sumur Dalam )
Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun
lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit
26
di pengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran
mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air
tanah ini dapat di ambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin.
2.4 Kawasan Industri
Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas industri
yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan-peralatan pabrik
(industrial plants), sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan,
bangunan perkantoran, bank, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum
(Dirdjojuwono, 2004).
Kawasan industri menurut Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 tentang
Kawasan industri, Pasal 1 menyebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan
tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri.
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Cimahi tahun 2016, terdapat 999 industri
yang terletak di Kecamatan Cimahi Selatan meliputi Industri berskala kecil, sedang
maupun besar. Industri yang paling dominan yaitu industri tekstil, terdapat 77
industri tekstil berskala besar. Berikut adalah Industri tekstil yang ada di Kota
Cimahi terdapat pada tabel 2. Berikut ini:
27
Tabel 2. Jenis Industri Tekstil Di Kota Cimahi
Industri Tekstil Di Kota Cimahi
No Kode Jenis Industri Jumlah Industri
1 A Industri Pemintalan Barang 5
2 B Industri Pemintalan Benang Jahit 1
3 C
Industri Pertenunan ( Bukan
Pertenunan Karung Goni dan Karung
Lainnya) 22
4 D Industri Penyempurnaan Benang 3
5 E Industri Penyempurnaan Kain 18
6 F Industri Percetakan Kain 5
7 G Industri Kain Rajutan 17
8 H Industri Kain Sulaman/ Bordir 1
9 I
Industri Barang Jadi Tekstil untuk
Keperluan Rumah Tangga 4
10 J Industri Barang Jadi Tekstil Lainnya 1
Jumlah 77
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Cimahi, 2018.
2.5 Limbah Cair Industri Tekstil
Industri tekstil termasuk industri kain dapat dijuluki sebagai penghasil utama
limbah cair, hal ini disebabkan dari proses penyempurnaan tekstil yang memang
selalu menggunakan air sebagai bahan pembantu utama dalam setiap prosesnya.
Pencemaran yang terjadi disebabkan oleh limbah industri tekstil yang dibuang ke
badan air atau sungai, sementara sungai merupakan sumber perairan, limbah cair
yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada
perairan (Sugiharto, 1987).
Setiap aktivitas yang dijalankan selalu menghasilkan limbah, yang berupa
padat, cair ataupun gas. Limbah cair adalah sampah cair dari suatu lingkungan
masyarakat, terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1%-nya
28
berupa benda benda padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik. Limbah cair
yang dihasilkan oleh proses-proses pabrik dan industri yang mempergunakan air
dalam jumlah sedang sampai banyak disebut “sampah industri”. Istilah sampah
industri pada umumnya terbatas pada sampel cair yang karena alasan warna, isinya
yang padat, kandungan anorganik atau organik, kadar garam, keasaman dan sifat-
sifat khas mereka yang dapat menimbulkan masalah pencemaran air (Mahida,
1986).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Pasal 1 ayat (11)
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran
air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.Adapun klasifikasi mutu air menurut PP Nomor 82 tahun
2001 Pasal 8 ayat (1) ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas, yaitu:
1. Kelas 1, air yang dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
2. Kelas 2, air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
29
3. Kelas 3, air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas 4, air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang
merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang sangat
kuat. Kandungan zat-zat pencemar dalam limbah tekstil tergantung pada proses
yang dilakukan yaitu proses pemintalan benang, penenunan dan pencelupan.
Pemintalan benang adalah proses pembuatan benang dari serat kapas, serat poliester
atau bahan lainnya. Penenunan adalah penyusunan benang menjadi kain. Kain hasil
penenunan selanjutnya mengalami proses pencelupan untuk meningkatkan nilai
komersial kain. Proses pencelupan kain pada dasarnya meliputi penghilangan kanji
(desizing), pelepasan wax (scouring), pengelantangan (bleaching), mercerising dan
pencelupan (dyeing) (Mahida, 1986). Tahapan dalam produksi tekstil disajikan
pada Gambar 2.
30
Gambar 2. Proses Pencelupan Kain
(Sumber : Olahan Pribadi, 2018)
Industri pencelupan atau pencucian tekstil termasuk salah satu industri yang
sangat banyak mengeluarkan limbah cair. Penanganan pengolahan limbah cair pada
industri yang termasuk berskala kecil umumnya kurang baik . Limbah cair dari
industri tekstil umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berwarna
2. Bersifat sangat basa
3. BDO sangat tinggi
4. Padatan tersuspensi tinggi
5. Suhu tinggi
31
Tekstil terbagi menjadi tiga kelompok yaitu katun, wol dan bahan sintetis yang
pengerjaan dalam proses pewarnaanya. Masing–masing kelompok dapat diproses
dengan berbagai cara dengan menggunakan bahan kimia yang berbeda-beda pula
terutama pada proses pewarnaannya. Industri di Indonesia umumnya tidak
memproduksi wol sehingga yang ada hanya industri tekstil katun dan sintetis.
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan industri tekstil sangat erat
hubungannya dengan bahan-bahan yang digunakan dalam tahapan proses
pembuatan tekstil. Karakteristik dan baku mutu limbah cair industri tekstil disajikan
seperti pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Karakteristik dan Baku Mutu Limbah Cair Industri Tekstil
Parameter Satuan Kadar Maksimum
BOD mg/L 60
COD mg/L 150
Fenol Total mg/L 0,5
Krom Total (Cr) mg/L 1,0
Amonia Total (NH3- N) mg/L 8,0
Sulfida mg/L 0,3
Minyak dan Lemak mg/L 3,0
Ph - 6,0 - 9,0
TSS mg/L 50
Sumber: KepMen LH No.5 Tahun 2014.
2.6 Kualitas Air
Kualitas air adalah karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan
tertentu dari sumber – sumber air, dengan adanya standar kualitas air, orang dapat
mengukur kualitas dari berbagai macam air. Jenis air dapat diukur konsentrasi
kandungan unsur yang tercantum didalam standar kualitas, dengan demikian dapat
32
diketahui syarat kualitasnya, dengan kata lain standar kualitas dapat digunakan
sebagai tolak ukur.
Air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan, terutama untuk keperluan air minum dan rumah tangga lainnya, maka
kita perlu memelihara dan meningkatkan kualitasnya. Penetapan baku mutu
airdidasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Sesuai
PP RI Nomor 82 Tahun 2001 disebutkan bahwa baku mutu air adalah batas atau
kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau harus ada dan
atau macam unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air pada
sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya. Sesuai peraturan ini, air yang
dimaksud adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air,
dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk air laut dan air bawah tanah.
Beberapa hasil penelitian terhadap kualitas air yang mengacu pada dasar
ketetapan yang ada, bahwa kualitas air minum di Indonesia lebih banyak masuk
sebagai air baku air minum, yaitu air yang perlu melalui pengolahan sebelum
dimanfaatkan sebagai air minum maupun keperluan rumah tangga lainnya. Air yang
dapat langsung dikonsumsi sebagai air minum relatif sedikit, karena banyak
kualitas air menurun akibat pencemaran yang sebagian besar akibat aktivitas
manusia, baik akibat kegiatan rumah tangga, pertanian, dan juga industri.
33
2.7 Parameter Kualitas Air
Beberapa parameter fisika dan kimia yang akan diukur dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air buangan tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tingi
daripada air asalnya. Kenaikan suhu air menimbulkan beberapa akibat
antara lain menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air, meningkatkan
kecepatan reaksi kimia serta terganggunya kehidupan ikan dan hewan air
lainnya. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air
lainnya mungkin akan mati (Fardiaz, 1992). Air minum sebaiknya tidak
berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari
berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna (Slamet,
1996). Lokasi pembuangan limbah tekstil yang prosesnya membutuhkan
temperatur tinggi (Yuli, 2010).
Dalam kajian ilmu fisika, suhu merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan pada
organisme. Proses ini hanya akan berfungsi dalam kisaran suhu yang
relatif sempit biasanya bekerja dalam kisaran suhu 0°C sampai 4°C
(Arthana, 2007). Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan
makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak (Day
& Underwood, 2002).
34
2. Jumlah Residu Tersuspensi/Total Suspended Solid (TSS)
Padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu daripadatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih
besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air
akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS
terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008).
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling
awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu
perairan (Tarigan dan Edward, 2003). TSS umumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di
perairan.
Analisis zat–zat padat tersuspensi yang berada dalam air sangat
penting bagi penentuan komponen–komponen air secara lengkap, juga
untuk perencanaan serta pengawasan proses–proses pengolahan dalam
bidang air minum maupun dalam bidang air buangan dengan tujuan
penentuan parameter mutu air, desain pra sedimentasi, flokulasi, filtrasi
pada pengolahan air minum, desain pengendapan primer pada pengolahan
air buangan, sedimentasi pada air sungai, drainase dan lain– lain (Alaerts
dan Santika, 1987).
35
3. pH (puisance negatif de H)
pH adalah derajatkeasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaannya yang dimiliki oleh suatu larutan. pH
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Skala pH bukanlah skala absolut, tetapi bersifat relatif terhadap
sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion
hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan
seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan
dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan
bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa
(Effendi, 2003).Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan
menaikkan kebasaan air, sementara itu adanya asam pada mineral bebas
dan asam karbonat akan menaikkan keasaman suatu perairan. Sejalan
dengan pernyataan tersebut, Mahida (1986) menyatakan bahwa limbah
buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH
perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan
toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai
contoh H2S yang bersifat toksik banyak ditemui di perairan tercemar dan
perairan dengan nilai pH rendah.
36
Secara alamiah, pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi
karbondioksida (CO2) dan senyawa bersifat asam. Semakin banyak CO2
yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi secara bertahap melepaskan ion
H+ yang menyebabkan pH air turun. Reaksi sebaliknya terjadi pada
peristiwa fotosintesis yang membutuhkan CO2, sehingga menyebabkan
pH air naik, pada peristiwa fotosintesis, fitoplankton dan tanaman air
lainnya akan mengambil CO2 dari air sehingga mengakibatkan pH air
meningkat pada siang hari dan menurun pada waktu malam hari.
pH mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan tumbuhan
dan hewan akuatik, maka pH suatu perairan seringkali dipakai sebagai
petunjuk baik atau buruknya perairan sebagai lingkungan
hidup.Konsenterasi ion hidrogen menyatakan intensitas keasaman/tingkat
alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili konsentrasi hidrogen
ionnya. Air murni yang tidak bersifat asam atau mengandung alkali
jumlah ion–ion hidrogen sama dengan jumlah ion hidroxyl, jika terdapat
kelebihan ion hidrogen, maka air itu akan menjadi asam sedang
kekurangan ion hidrogen menyebabkan air itu mengandung alkali,
sehingga konsentrasi ion hidrogen bertugas sebagai petunjuk mengenai
reaksi air. Limbah cair tekstil umumnya mempunyai pH tinggi, hal ini
disebabkan karena banyak proses yang dalam proses pengerjaan industri
tekstil beberapa dilakukan pada pH tinggi, pada proses pemasakan
dilakukan pada pH 9-10 dan beberapa proses pencelupan yang
menggunakan alkali sebagai zat pembantu di dalam pengerjaannya (misal
37
pada proses pencelupan zat warna reaktif, zat warna naftol).Penggunaan
bahan bahan kimia dalam proses industri akan mempengaruhi sifat kimia
air limbah yang dihasilkan terutama, pH ( Connell dan Miller, 1995).
4. Warna
Warna merupakan akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam
air, disamping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan
mengandung logam berat. Warna air limbah menunjukan kualitasnya, air
limbah yang baru akan berwarna abu-abu, dan air limbah yang sudah basi
atau busuk akan berwarna gelap (Mahida, 1984). Warna tertentu dapat
menunjukkan adanya logam berat yang terkandung dalam air buangan.
Air limbah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu warna sejati dan
warna semu.Warna yang disebabkan oleh warna organik yang mudah
larut dan beberapa ion logam disebut warna sejati, jika air tersebut
mengandung kekeruhan atau adanya bahan tersuspensi dan juga oleh
penyebab warna sejati, maka warna tersebut dikatakan warna semu.
Warna perairan dapat ditimbulkan karena adanya bahan-bahan
organik (keberadaan plankton atau humus) maupun anorganik (seperti ion-
ion logam besi, dan mangan). Kandungan bahan-bahan anorganik seperti
oksida pada besi menyebabkan air bewarna kemerahan, sedangkan
oksida pada mangan menyebabkan air menjadi berwarna
kecoklatan/kehitaman. Kalsium karbonat yang berasal dari daerah
berkapur juga dapat menimbulkan warna kehijauan pada air. Bahan-
bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari
38
proses dekomposisi (pelapukan) tumbuhan yang telah mati
menimbulkan warna kecoklatan pada air (Effendi, 2003). Warna air pada
umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif, sehingga
pemurnian warna pada air dilakukan dengan cara menambahkan bahan
koagulan yang bermuatan positif seperti alumunium dan besi (Gabriel,
2001).
Warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (blooming)
Fitoplankton (algae) (Effendi, 2003). Warna air dapat mengindikasikan
adanya zat-zat terlarut dalam air yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas air. Warna air dapat diamati secara visual (langsung) ataupun
diukur dengan menggunakan skala platinum kobalt (dinyatakan dengan
satuan (PtCo)), dengan membandingkan warna air sempel dan warna
standar (Effendi, 2003). Nilai satu skala PtCo sebanding dengan satuan
skala TCU (True Color Unit) atau dapat dikatakan bahwa nilai 1 TCU = 1
mg/L platinum kobalt.
5. Krom (Cr) Total
Air sering tercemar oleh komponen–komponen anorganik,
diantaranya berbagai macam logam berat anorganik berbahaya (Palar,
1994: 61). Logam krom dapat masuk ke dalam badan perairan melalui dua
cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya krom secara
alamiah dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi
(pengikisan) yang terjadi pada batuan mineral, disamping itu debu–debu
dan partikel krom di udara akan dibawa turun oleh hujan (Palar, 1994).
39
Masukan krom yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan
dampak dari aktivitas yang dilakukan manusia, yang berupa limbah atau
buangan industri dan limbah rumah tangga. Krom biasanya digunakan
dalam industri penyamakan, industri tekstil, industri elektroplating,
sebagai radiator tahan karat dan lain-lain. Krom dalam industry tekstil
biasanya banyak digunakan dalam proses pencelupan baik sebagai zat
warna maupun sebagai mordan (pengikat warna) (Sajidan, 2006).
Krom merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai
dalam kondisi oksida antara Cr(I) sampai Cr(VI), tetapi hanya krom
bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya. Krom
bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam
dan dalam material biologis krom selalu berbentuk Cr(III). Cr(VI)
merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi (Suhendrayatna,
2001).
6. Fenol Total
Fenol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksil
yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama
lain seperti asam karbolik, asam fenat, asam fenilat, fenil hidroksida,
oksibenzena, benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alkohol dan fenol
alkohol (Nair,2008).
Fenol dan senyawa turunannya adalah senyawa yang menjadi salah satu
parameter kualitasair olahan dari limbah cair industri tekstil. Fenol dan
senyawa turunannya merupakan zat berbahaya dan beracun. Dalam
40
konsentrasi tertentu masuknya fenol dan turunannya dapat menyebabkan
efek karsinogenik pada binatang dan manusia. Upaya untuk mengurangi
pencemaran fenol dan senyawa turunannya dalam pengelolaan
lingkungandilakukan dengan metode elektrolisis, oksidasi, ekstraksi,
filtrasi melalui membran cair dan metode adsorpsi.