bab ii tinjauan umum a. hukum acara pidana 1. …
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. HUKUM ACARA PIDANA
1. Pengertian Hukum Acara Pidana
Menurut Simons, Hukum Acara Pidana di sebut juga hukum pidana formal,
yang mengatur bagaimana Negara melalui perantara alat-alat kekuasaannya
melaksanakan haknya untuk memidanankan dan menjatuhkan pidana, jadi berisi
acara pidana.1 Sedangkan menurut Van Bemmelen dalam bukunya Leerboek van
het Nederlandes Srafprocesrecht juga mengemukakan bahwa pada pokoknya
hokum acara pidana mengatur hal-hal:2
1) Diususutnya Kebenaran dari adanya persangkaan dilarangnya undang-
undang pidana, oleh alat-alat Negara, yang khusus di adakan untuk
keperluan tersebut.
2) Diusahakan diusutnya para pelaku dari perbuatan itu.
3) Diikhtiarkan dengan segala daya upaya agar para pelaku dari
perbuatan tadi dapat ditangkap, jika perlu ditahan.
4) Alat-alat bukti yang telah di peroleh dan terkumpul hasil pengusutan
dari kebenaran persangkaan tadi di serahkan kepada hakim, demikian
juga di usahakan agar tersangka dapat dihadapkan kepada hakim. 5) Menyerahkan kepada hakim untuk diambil putusan tentang terbukti tidaknya
dari pada perbuatan yang disangka dilakukan oleh tersangka dan tindakan atau hukuman apakah yang lalu akan di ambil atau dijatuhkan.
6) Menentukan daya upaya hukum yang dapat digunakan terhadap putusan
yang diambil hakim. 7) Putusan yang pada akhirnya di ambil berupa pidana atau tindakan untuk
dilaksanakan.
1 Moh. Taufik Makarao dan Suharsil, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 1. 2 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana,
2014), 7.
2
Menurut Wirjono Prodjodikoro, mantan Ketua Mahkamah Agung, hukum
acara pidana berhubungan erat dengan adanya hukum pidana dan merupakan
suatu rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana badanbadan pemerintah
yang berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan bertindak guna
mencapai tujuan Negara dengan mengadakan hukum pidana.3
Menurut Eddy O.S. Hiariej, hakikatnya hukum acara pidana memuat
kaidah-kaidah yang mengatur tentang penerapan atau tata cara Antara lain
penyelidikan, penyidikan, penuntutan pemeriksaan di depan persidangan,
pengambilan putusan oleh pengadilan, upaya hukum, dan pelaksanaan penetapan
atau putusan pengadilan, maka, pengertian hukum acara pidana dapat dirumuskan
sebagai hukum yang mengatur kaidah dalam beracara diseluruh proses peradilan
pidana, sejak tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan
didepan persidangan, pengambilan keputusan oleh pengadilan, upaya hukum dan
pelaksanaan penetapan atau putusan pengadilan dalam upaya mencari dan
menemukan kebenaran materil.4
KUHAP, Sebagaimana ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana, pada dasarnya tidak memberikan pengertian yuridis
yang baku, Namun menurut Eddy O.S. Hiariej, KUHAP berisi tata cara atau
proses terhadap seseorang yang melanggar hukum pidana. Pernyataan tersebut
sangatlah benar. Sebab, seseorang melakukan pelanggaran hukum pidana (hukum
pidana materiil) tidaklah berakhir dengan selesainya perbuatan pidana tersebut,
3 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, 7.
4 Eddy O.S. Hiariej, Hukum Acara Pidana, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017), 1.6-1.7.
3
namun ada proses dan prosedur hukum yang wajib dilalui oleh pelaku tindak
pidana setelahnya. Proses dan prosedur itulah yang dinamakan dengan Hukum
Acara Pidana. Jadi, hukum acara pidana bersifat pasif, ia tidak akan bekerja kalau
sebelumnya tidak ada pelanggaran hukum pidana.5
2. Fungsi Dan Tujuan Hukum Acara Pidana
Setiap peraturan perundang-undang yang di buat manusia selamanya
mempunyai Fungsi dan tujuan tertentu, fungsi hukum pidana formal atau hukum
acara pidana adalah melaksanakan hukum pidana materiil, artinya memberikan
peraturan cara bagaimana Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat
mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau membebaskan pidana. Menurut
Bambang Poernomo6, tugas dan fungsi hukum acara pidana melalui alat
perlengkapannya ialah:
1) Untuk mencari dan menemukan fakta menurut kebenaran.
2) Menerapkan hukum dengan keputusan berdasarkan keadilan.
3) Malaksanakan keputusan secara adil.
Menurut Djisman samosir, fungsi hukum hukum acara pidana adalah sebagai
pegangan bagi polisi dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan,
penangkapan, dan penahanan serta pembuatan berita acara pemeriksaan,
pegangan bagi jaksa untuk melakukan penahanan, penyusunan dakwaan, dan
penuntutan, pegangan bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan dan
5Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim, Hukum Acara Pidana, Teori, Asas Dan
Perkembangannya Pasca Putusan Kosntitusi, (Malang: Setara Press, 2019), 4. 6 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, 8.
4
menjatuhkan putusan, bahkan pegangan bagi penasihat hukum didalam
melakukan tugasnya sebagai pembela. Dengan demikian, fungsi hukum acara
pidana sangat penting karena mengatur perlindungan atas harkat dan martabat dari
tersangka atau terdakwa, dan juga mengatur hak dan kewajiban para penegak
hukum.7
Menurut R. Abdoel Djamali, Hukum acara atau hukum formal fungsinya
menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan hukum materil
melalui suatu proses dengan berpedomankan kepada peraturan yang dicantumkan
dalam hukum acara. Artinya, hukum acara itu baru berfungsi kalau ada masalah
yang dihadapi individu-individu. Masalah itu perlu di selesaikan secara adil untuk
memperoleh kebenaran.
Begitu halnya dengan hukum acara pidana, ia memiliki tujuan yang
hendak dicapai. KUHAP lahir dalam rangka mewujudkan cita-cita hukum
nasional, yakni memiliki undang-undang hukum acara pidana baru yang memiliki
ciri kodifikatif dan unifikatif berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar
1945.
Menurut Van Bemelen8, tujuan hukum acara pidana sejalan dengan fungsi
hukum yaitu mencari dan menemukan kebenaran, pemberian keputusan oleh
hakim, dan pelaksanaan putusan. Dalam pedoman pelaksanaan KUHAP, telah
dirumuskan mengenai tujuan hukum acara pidana yakni:
7 Djisman Samosir Dalam Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim, Hukum Acara Pidana,
Teori, Asas Dan Perkembangannya Pasca Putusan Kosntitusi, 6. 8 Eddy O.S. Hiariej, Hukum Acara Pidana, 1.11.
5
Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana
dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat ,
dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat di dakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, Selanjutnya meminta pemeriksaan dan
putusan dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang di dakwa itu perlu di
persalahkan.
Menurut M. Yahya Harahap, landasan atau garis-garis tujuan yang hendak
dicapai KUHAP pada dasarnya dapat ditelaah pada huruf c konsiderans, yang
berbunyi, “Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang
hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya
dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai
dengan fungsi dan wewenang masing-masing; kearah tegaknya hukum, keadilan,
dan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta
kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.9
Menurut Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim dalam bukunya tujuan
hukum acara pidana pada prinsipnya untuk mengekang kebebasan aparat penegak
hukum dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kebebasan yang di kekang disini
adalah kebebasan yang bisa mengarah kepada kesewenang-wenangan. Sehingga,
Proses g. Lebih lagi hukum acara pidana sangat menjaga perampasan terhadap
hak asasi manusia sesepenegakan hukum tetap berjalan pada prosedur yang telah
di tetapkan oleh undang-undanorang.10
9 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan
dan Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), 58-59. 10
Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim, Hukum Acara Pidana, Teori, Asas Dan
Perkembangannya Pasca Putusan Kosntitusi, 8.
6
3. Asas-Asas Hukum Acara Pidana
Pada dasarnya asas-asas dalam hukum acara pidana dapat dibagi dua, yaitu
asas-asas yang menyangkut peradilan dan asas yang menyangkut peradilan dan
asas yang menyangkut perlindungan terhadap keluhuran harkat serta martabat
manusia (hak-hak asasi manusia). Adapun Asas-asas yaitu:11
1) Perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum dengan
tidak mengadakan pembedaan perlakuan. Asas ini di sebut juga
dengan istilah asas isonamiah atau equality before the law.
2) Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya
dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang di berikan
wewenang oleh undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan cara
yang di atur dengan undag-undang.
3) Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau
dihadapkan dimuka pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai
adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Asas ini lazimnya disebut
asas presumption of innocence.
4) Kepada seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan/atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan, wajib
11Jumanah dan Paisol, Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2017), 79-80.
7
diberi ganti kerugian dan rehabilitas sejak tingkat penyidikan dan para
pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya
menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana,
dan/atau dikenakan hukum administrasi
5) Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana, dan biaya
ringan serta bebas, jujur, dan tidak memihak harus diterapkan secara
konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan. Asas ini dikenal sebagai
asas contente justitie serta fair trial.
6) Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan
memperoleh bantuan hukum yang semata mata diberikan untuk
melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.
7) Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau
penahanan selain wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum apa
yang didakwakan kepadanya, juga wajib diberitahu haknya itu
termasuk hak untuk dihubungi dan meminta bantuan penasihat
hukum.
8) Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa.
9) Siding pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum kecuali
dalam hal yang di atur dalam undang-undang.
10) Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana
dilakukan oleh ketua pengadilan negeri yang ber sangkutan.
B. TERSANGKA DAN HAK TERSANGKA
1. Pengertian Tersangka
8
Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana (Pasal 1
butir 14 KUHAP). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa tersangka masih
pada tingkat pemeriksaan penyidik (Polisi).12
Dengan demikian, Tersangka merupakan seseorang yang menjalani
pemeriksaan permulaan, dimana salah atau tidaknya tersangka harus dilakukan
dalam proses peradilan yang jujur dengan mengedepankan asas persamaan
dihadapan hukum.
2. Hak Tersangka
Tersangka atau terdakwa diberikan seperangkat hak-hak oleh KUHAP mulai
dari pasal 50 sampai dengan pasal 65 dan pasal-pasal lainnya. Hak itu meliputi
berikut ini:
a. Hak untuk segera di periksa, diajukan kepengadilan dan di adili (Pasal 50
Ayat (1), (2), (3) KUHAP).
1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan
selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum.
2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan
oleh penuntut umum.
3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.
12
Moh. Taufik Makarao dan Suharsil, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek
hlm. 13.
9
Rumusan Pasal 50 KUHAP sangat jelas menyebutkan kata “segera
mendapatkan pemeriksaan” dari pejabat yang berwenang pada tingkat penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan. Konsekuensi dari ketentuan Pasal 50
KUHAP maka penjabat yang berwenang melakukan pemeriksaan tidak
dibenarkan menunda pemeriksaan tanpa dasar hukum yang kuat. Semua perkara
yang ditangani secepatnya berkepastian hukum sehingga status para tersangka
atau terdakwa terutama yang dikenakan penahanan menjadi jelas.13
b. Hak untuk mengetahui dengan jelas dan Bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang di sangkakan dan apa yang di dakwakan (Pasal 51 butir a
dan b KUHAP).
a) Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam Bahasa
yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya
pada waktu pemeriksaan dimulai;
b) Terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam Bahasa
yang dimengerti olehnya tentang apa yang di dakwakan
kepadanya.14
c. Hak Untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan
hakim (Pasal 52).
Pasal 52 KUHAP yaitu “dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan
pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara
13 Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam
Proses Penahanan di Indonesia, (Jakarta: Pranamedia Group, 2016), 126. 14 Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: PT Grasindo, 2017),
740.
10
bebas kepada penyidik atau hakim”15
dalam Pasal 52 KUHAP menyatakan bahwa
supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil yang tidak menyimpang daripada yang
sebenarnya maka tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari rasa takut. Oleh
karena itu, wajib dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau
terdakwa.
Tersangka mempunyai hak-hak sejak ia mulai diperiksa. Salah satu hak yang
menimbulkan pro dan kontra dari sarjana hukum ialah 16
hak tersangka atau
terdakwa untuk memilih menjawab atau tidak menjawab pertanyaan baik oleh
penyidik, penuntut umum maupun oleh hakim, sering ketentuan ini di pandang
pencerminan dari asas akusator (accusatoir) yang telah di kemukakan dimuka.
d. Hak untuk mendapat juru Bahasa (Pasal 53 Ayat 1).
1) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka
atau terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru Bahasa
sebagaiman dimaksud dalam pasal 177.
2) Dalam hal tersangka atau terdakwa bisu/atau tuli diberlakukan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 KUHAP.
Pasal 178 KUHAP
1) Jika terdakwa atau saksi bisu dan/atau tuli serta tidak dapat
menulis, hakim ketua sidang mengangkat sebagai penerjemah
orang yang pandai bergaul dengan terdakwa atau saksi itu.
15 Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 740. 16 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), hlm.
67.
11
2) Jika terdakwa atau saksi bisu dan/atau tuli tetapi dapat menulis,
hakim ketua sidang menyampaikan semua pertanyaan atau teguran
kepadanya secara tertulis dan kepada terdakwa atau saksi tersebut
diperintahkan untuk menulis jawabannya dan selanjutnya semua
pertanyaan serta jawaban harus dibacakan.
Ketentuan yang sama terdapat dalam Pasal 53 KUHAP yang menyatakan
bahwa tidak semua tersangka atau terdakwa mengerti bahasa Indonesia dengan
baik, terutama orang asing, sehingga mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya
disangkakan atau didakwakan. Oleh karena itu, meraka berhak mendapat bantuan
juru bahasa.
e. Hak untuk mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan
(Pasal 54 KUHAP).
Pengaturan yang lebih tegas mengenai pemberian bantuan hukum kepada
tersngka atau terdakwa, di atur dalam BAB VI KUHAP pasal 54 yang
menentukan: Guna kepentingan pembelaan diri, tersangka atau terdakwa berhak
mendapatkan bantuan hukum oleh seorang atau lebuh penasihat hukum selama
dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang di
tentukan dalam undang-undang ini. Penunjukan penasihat hukum yang dimaksud
dalam pasal ini, di serahkan kepada tersangka atau terdakwa untuk memilih
12
sendiri siapa yang akan menjadi penasihat hukumnya melalui sebuah surat
kuasa.17
Hak dari tersangka pidana untuk mendapatkan pembelaan hukum merupakan
suatu hak fundamental yang dijamin oleh hukum dan negara kepada tersangka
dari suatu tindak pidana untuk mendapatkan pembelaan hukum dari seorang
pembela yang terakreditasi, berlaku terhadap seluruh proses hukum pidana,
sehingga tersangka pidana tersebut tidak dirugikan haknya dalam proses hukum
tersebut dan dapat menjalankan proses hukumnya secara yang tidak merugikan
dirinya sehingga tercapai suatu ketentuan hukum berkeadilan baik bagi dirinya
sendiri, bagi korban kejahatan, maupun bagi seluruh masyarakat. Dalam hal-hal
tertentu, bahkan pemerintah maupun profesi advokat harus menyediakan dan/atau
menawarkan bantuan hukum cuma-cuma terhadap tersangka pidana tertentu.18
f. Wajib mendapatkan bantuan bukum yang ditunjuk oleh pejabat bagi yang
di ancam hukuman mati, atau lima belas tahun, atau bagi yang tidak
mampu diancam lima tahun atau lebih, dengan biaya cuma-cuma (pasal
56).
Ketentuan dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP tersebut, mempertegas bahwa
Negara dalam hal ini penyidik, penuntut umum, hakim, wajib menunjuk penasihat
hukum apabila yang menjadi tersangka atau terdakwa dalam perkara yang di
tanganinya di sangka atau di dakwa melakukan tindak pidana yang diancam
pidana mati, diancam pidana penjara lima belas tahun atau lebih, diancam pidana
17 Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam
Proses Penahanan di Indonesia, 134. 18 Munir Fuady, Hak Asasi Tersangka Pidana (Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), 27.
13
lima belas tahun atau lebih yang tersangka atau terdakwanya dari keluarga tidak
mampu. Bantuan hukum itu bersifat cuma-cuma, artinya tersangka atau terdakwa
tidak perlu mengeluarkan biaya berupa honorarium kepada nasihat hukum, biaya
seluruhnya ditanggung oleh Negara.19
g. Hak tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing untuk
menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya (pasal 57)
Setiap tersangka mempunyai hak untuk menghubungi dan berbicara dengan
perwakilan negaranya ataupun dengan penasihat hukumnya apalagi jika
hukumannya di ancam pidana mati atau hukuman lima belas tahun penjara atau
terdakwanya tidak mampu.ini berdasarkan pasal 57 yakni:
1) Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak
menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketetntuan undang-
undnag ini.
2) Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan
penahan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan
negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.
h. Hak menghubungi dokter bagi yang ditahan (pasal 58)
Hak para tersangka dan terdakwa ataupun tahanan berhak menerima atau
memperoleh kesehatan, sama halnya orang yang tidak di tahan ini ditegaskan
dalam pasal 58 sebagai berikut:
19
Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam
Proses Penahanan di Indonesia, 135-136.
14
“Tersangka atau terdakwa yang di kenakan penahanan berhak
menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk
kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses
perkara maupun tidak”.20
i. Hak untuk diberitahu kepada keluarganya atau orang lain yang serumah
(pasal 60 dan 61).
Secara Yuridis, tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan
memiliki hak untuk menerima kunjungan pihak keluarga atau pihak lain.
Kunjungan itu boleh berkaitan dengan kepentingan pemeriksaan perkara,
misalnya untuk kepentingan mempersiapkan pengajuan pemohonan penangguhan
atau pengalihan penahanan dan untuk mendapatkan bantuan hukum ataukah untuk
kepentingan pekerjaan dan kekeluargaan. Jaminan hal tersebut diatur dalam Pasal
60 dan Pasal 61 KUHAP. Pasal 60, menentukan:21
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari
pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan
tersangka atau terdakwa guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan
penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum.
Adapun Pasal 61 menentukan:
Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaran
penasihat hukumnya menghubungi dan menerima kunjungan sanak
keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya perkara tersangka atau
terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan.
20
Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 741. 21
Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam
Proses Penahanan di Indonesia, 140-141
15
j. Hak untuk berhubungan surat-menyurat dengan penasihat hukumnya
(pasal 62).
Seorang tersngka berhak melakukan hubungan surat menyurat dengan
penasihat hukum ataupun pihak keluarga, itu telah di tetapkan dalam Pasal 62
sebagai berikut:
1) Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat
hukumnya, dan menerima surat dari penasihat hukumnya dan sanak
keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya, untuk keperluan bagi
tersangka atau terdakwa disediakan alat tulis-menulis.
2) Surat-menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat
hukumnya atau sanak keluarganya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut
umum, hakim, atau pejabat rumah tahanan negara kecuali jika terdapat
cukup alasan untuk diduga bahwa surat-menyurat itu disalahgunakan.
3) Dalam hal surat untuk tersangka atau terdakwa ditilik atau diperiksa oleh
penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal
itu diberitahukan kepada tersangka atau terdakwa dan surat tersebut
dikirim kembali kepada pengirimnya setelah dib742ubuhi cap yang
berbunyi “telah ditilik”.
k. Hak untuk menghubungi atau menerima kunjungan rohaniawan (pasal 63)
”Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima
kunjungan dari rohaniwan”.Selain mendapat kunjungan rohanian
16
tersangka atau terdakwa juga berhak diadili secara terbuka
dipengadilan.22
l. Hak untuk mengajukan saksi dan ahli yang menguntungkan (a de charge)
(pasal 65).
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan diri mengajukan saksi
dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan
yang menguntungkan bagi dirinya. Jadi telah jelas bahwa seorang tersangka atau
terdakwa sangat berhak mengajukan saksi atau ahli yg bisa menguntungkannya.
m. Hak menuntut ganti kerugian dan Rehabilitas (pasal 68)
Hak atas ganti kerugian dan rehabilitas dijabarkan lebih lanjut dalam
ketentuan KUHAP. Selain memberikan pengertian tentang ganti kerugian dalam
Pasal 1 butir 22 KUHAP dan pengertian rehabilitas dalam pasal 1 butir 23
KUHAP, juga di tegaskan mengennai hak atas ganti kerugian dalam Pasal 95 dan
Pasal 96 KUHAP serta hak rehabilitas dalam pasal 97 KUHAP. 23
Pasal 1 angka 22 KUHAP merumuskan Pengertian ganti kerugian:
Ganti kerugian adalah hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas
tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan,
dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau
karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Adapun Pasal 1 angka 23 KUHAP merumuskan Pengertian rehabilitas:
22
Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 742. 23
Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam
Proses Penahanan di Indonesia, 143-144.
17
Hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan,
kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat
penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut
ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan dengan undang-undang atau
karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut
cara yang di atur dalam undang-undang ini.24
Pengertian ganti kerugian dan rehabilitas sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 1 angka 22 dan angka 23 KUHAP, memperjelas mengenai hak tersangka
atau terdakwa yang di kenakan penahanan secara tidak sah. Hak yang dimaksud
berupa pemenuhan imbalan sejumlah uang sebagai akibat dari kerugian baik
materiel maupun non materiel yang dialami oleh tahanan. Selain imbalan uang,
tersangka atau terdakwa yang ditahan secara tidak sah juga berhak menuntut agar
kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya sebagai manusia di
pulihkan sebagaimana yang lekat pada dirinya sebelum dikenakan penahanan.
C. PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
1. Pengertian Penyelidikan
Pasal 1 butir 5 mencantumkan:
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini”.25
Dengan perkataan lain, penyelidikan dilakukan sebelum penyidikan. Perlu
digaris bawahi kalimat mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
24 Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 720. 25
Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 717.
18
sebagai tindak pidana. Sasaran “Mencari dan menemukan” tersebut adalah “suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana”. Dengan perkataan lain “mencari
dan menemukan” berarti penyelidik berupaya atas inisiatif sendiri untuk
menemukan peristia yang diduga sebagai tindak pidana. Akan tetapi, dalam
kenyataan sehari-hari biasanya penyelidik/penyidik baru melaksanakan tugasnya
setelah adanya laporan/pengaduan dari pihak yang dirugikan.26
Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan.
Akan tetapi harus di ingat, bahwa penyelidikan bukanlah tindakan yang berdiri
sendiri terpisah dari fungsi penyidikan, penyelidikan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari fungsi penyidikan, penyelidikan salah satu metode atau cara dari
fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan yang berupa
penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat,
pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut
umum. Jadi, sebelum dilakukan tindak penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan
oleh pejabat penyelidik. Dengan maksud dan tujuan mengumpulkan bukti
permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindak lanjut penyidikan.27
Setelah ditelusuri dan dipastiakan bahwa informasi yang dilaporkan, diadukan,
atau diketahui tersebut benar-benar merupakan peristiwa pidana, maka ada
kewajiban dari penyelidik untuk meningkatkan status pemeriksaan penyelidikan
ketahap penyidikan. Peningkatan status penyidikan ini biasanya ditandai dengan
diterbitkanya surat perintah penyidikan (Sprindik).
26
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan & Penyidikan),
(Jakarta, Sinar Grafika, 2011), 6. 27
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan
dan Penuntutan, 101.
19
2. Pengertian Penyidikan
Pada Pasal 1 butir 2 tecantum
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya”.
Berdasarkan Rumusan diatas, tugas utama penyidik adalah:
Mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti-bukti tersebut
membuat terang tindak pidana yang terjadi;
Menemukan tersangka.28
Penyidikan dalam Bahasa belanda sama dengan opsporing. Sementara dalam
Bahasa Inggris disebut “Invetigation”. Menurut de pinto, menyidik (opsporing)
berarti “Pemerikasaan oleholeh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh
undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun mendengar kabar
yang sekedar beralasan bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum”.
Menurut M. Yahya Harahap, Pengertian Penyidikan adalah suatu tidak
lanjut dari kegiatan penyelidikan dengan adanya persyaratan dan pembatasan yang
ketat dalam penggunaan upaya paksa setelah pengumpulan bukti permulaan yang
28 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan & Penyidikan),
(Jakarta, Sinar Grafika, 2011), 11.
20
cukup guna membuat terang suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak
pidana.29
Menurut Ramadhan Kasim dan Apriyanto Nusa dalam bukunya, bahwa
filosofi tindakan penyidikan esensinya untuk mencari dan mengumpulkan bukti,
yang dengan bukti tersebut ditemukan siapa tersangkanya. Dalam praktik, ini
sering terjadi kesalahan. Tidak sedikit penerbitan Surat perintah penyidikan
(Sprindik) yang menunjukan baru dimulainya penyidikan, sudah diawali atau
bersamaan dengan pengumuman tersangka. Padahal, penetapan tersangka tersebut
berada diakhir proses penyidikan dan bukan diawal.30
3. Kewenangan Kepolisan dalam Penyelidikan Dan Penyidikan
Dalam rangka menyelengggarakan tugas sebagai penegak hukum khususnya
dalam proses pidana, kepolisian memiliki kewenangan sebagai penyelidik dan
penyidik, kewenangan ini di pertegas dalam pasal 16 Undang-undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pasal 6 Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana.31
Kewenangan pasal 4 KUHAP mengarah kepada tindak pidana penyelidikan
untuk tindakan pidana umum, adapun kewenangan penyelidik antara lain:
29
Eddy O.S. Hiariej, Hukum Acara Pidana, 2.8. 30
Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim, Hukum Acara Pidana, Teori, Asas Dan
Perkembangannya Pasca Putusan Kosntitusi, 60-61. 31
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan & Penyidikan),
(Jakarta, Sinar Grafika, 2011), 207.
21
a. Karena kewajibannya
1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana.
2) Mencari keterangan dan barang bukti.
3) Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri.
4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
b. Atas perintah penyidik bisa melakukan tindakan berupa:
1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, dan
penyitaan.
2) Pemeriksaan dan penyitaan Surat.
3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
4) Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari penyidikan, penyelidik setelah
melaksanakan tugasnya melaporkan hasilnya kepada penyidik, laporan penyelidik
tersebut harus dalam bentuk tertulis sehingga menjadi alat kontrol dan pembinaan
terhadap penyelidik.32
Penyidik diberikan Kewenangan-kewenangan melaksanakan kewajibannya
pada pasal 7 KUHAP yang bunyinya sebagai berikut:
(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a karena
kewajibanya mempunyai wewenang;
32
Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam
Proses Penahanan di Indonesia, 209.
22
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
e. Melakukan penyitaan dan pemeriksaan surat;
f. Mengambik sidik jari dan memotret seseorang;
g. Mengambil orang untuk di dengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
h. Mendatangkan orang ahli yang di perlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan penghentian penyidikan;
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
D. HAK TERSANGKA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM.
Hak asasi manusia dalam Islam telah ada dalam Al-Quran dan masyarakat
pada zaman nabi Muhammad SAW. Hak asasi manusia dalam Islam tertuang
secara jelas untuk kepentingan manusia, yaitu lewat Syari’ah Islam yang
diturunkan melalui wahyu. Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar
tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.
Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia sama dan mempunyai
23
kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati seorang manusia
atas manusia lainnya hanya di tentukan oleh tingkat ketakwaannya.33
Pada hakikatnya, jaminan dan perlindungan HAM dalam Islam bukan
sekedar wacana tetapi sudah sangat jelas, pasti, dan sempurna. Jaminan dan
pengakuan HAM dalam Islam tidak hanya ditunjukan kepada kaum Muslim,
tetapi untuk seluruh umat manusia (rahmatan lil’alamin). Konsepsi HAM dalam
Islam tidak terbatas pada persoalan duniawi tetapi juga meliputi hal-hal uhrawi,
sehingga aturan-aturan tentang HAM diseimbangkan dengan kewajiban dasar
manusia.34
Kebenaran Al-Qur’an sebagai pengatur tata kehidupan umat manusia
ditegaskan dalam surah al-Baqarah ayat 235
yang berbunyi sebagai berikut:
ذلك الكتاب ل ريب فيو ىدى للمتقي
Ayat diatas menerangkan bahwa Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
Asas Praduga tidak bersalah berkaitan dengan perlindungan hak tersangka
dalam hukum pidana Islam ini lebih tepatnya berupa asas yang menyatakan bahwa
seseorang harus tetap dianggap tidak bersalah sebelum di putuskan oleh majelis
hakim dalam sidang pengadilan bahwa yang bersangkutan telah nyata bersalah
tanpa ada unsur keraguan. Dalam hal ini, tanpa ada unsur keraguan. Dalam hal ini
tampaknya Asas praduga tak bersalah ini lebih dekat dengan aturan dalam Islam
33 Hafniati, “Hak Asasi Manusia Dalam Islam”, (Jurnal, Fakultas Agama Islam
Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, 2018), 269. 34
Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam
Proses Penahanan di Indonesia, 51. 35 Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 2. (Al-Qur’an dan Terjemahnya)
24
bahwa seseorang tidak di benarkan meneliti kesalahan orang lain kecuali memang
dia ditugaskan untuk melakukannya seperti polisi, jaksa, atau hakim yang
bertugas menegakkan keadilan. Diluar dari ketiganya, apalagi jika hanya secara
personal, seorang Muslim tidak dibenarkan mencari-cari kesalahan pihak lain. Ini
berdasarkan firman Allah berikut:36
” (QS. Al-Hujurat (49): 12)
سوا ول ي غتب ب عضكم ي أي ها الذين آمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إن ب عض الظن إث ول تستا فكرىتموه ب عضا ب أحدكم أن يكل لم أخيو مي إن الل ت واب رحيم وات قوا الل أي
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
(QS. Al-Hujurat (49): 12).
Dalam surah ini menerangkan agar orang tidak melakukan purba-sangka atau
kecurigaan dengan orang lain, dan tidak mencari keburukan dari orang lain
ataupun menggunjingkan kesalahan orang lain.
Perlindungan HAM dalam Islam dikenal dengan lima prinsip pokok (Ushul
Khamzah) yang harus dijaga dan dipelihara karena merupakan jaminan HAM.
kelima prinsip pokok ini antara lain:
36 Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), 18.
25
a. Hafidz al-din, yaitu perlindungan atas hak dan kebebasan, meyakini agama
tertentu dan menjalankannya dalam kehidupan sehari hari.
b. Hafidz al-nafs (Hak Hidup), Yaitu Perlindungan atas hak hidup makhluk
Tuhan yang ada di permukaan Bumi. Setiap manusia mempunyai
kewajiban untuk melindungi nyawa orang lain agar tetap tumbuh dan
berkembang secara layak dan terbebas dari intimidasi dan ancaman yang
dapat menghilangkan nyawa seseorang. Oleh karenanya setiap manusia
mempunyai hak mendapatkan perlindungan jiwa dari segala ancaman yang
membahayakan.
c. Hafidz al-mal (Hak Milik), Yaitu Perlindungan atas hak milik Seseorang
yang berupa harta benda atau properti, kesejahteraan kolektif dan individu
merupakan dua hak yang saling mengisi bukan bersaing dan kontradiksi,
sehingga islam mendorong adanya kerja sama Antara keduanya sehingga
berkembang interaksi yang erat Antara personal. Kebaikan individu
merupakan kebaikan kelompok, kemakmuran masyarakat mencerminkan
kemakmuran individu. Islam juga memiliki segala jenis kekayaan yang di
peroleh secara legal dan halal.
d. Hafidz al-aql (Hak Kebebasan Berpikir), Yaitu perlindungan atas hak
dasar berpikir, berkreasi, berekspresi, berpendapat, dan berbagai macam
aktivitas ilmiah.
26
e. Hafidz al llrdh Wa al-nash (Hak privacy), Yaitu perlindungan atas hak
yang bersifat privacy, Seperti jaminan dan perlindungan atas profesi,
Kehormatan dan perlindungan atas profesi, kehormatan, keturunan, dan
keluarga yang hidup lebih baik dan berkualitas.37
Kelima prinsip bermasyarakat tersebut merupakan implementasi dari
prinsip humiyah, Yaitu jaminan Islam kepada manusia untuk mendapatkan
dan mengekpresikan hak-hak kemanusian. Kelima prinsip ushul khamzah
pada masa Rasulullah telah ditetapkan sebagai maqasidus syari’ah (tujuan-
tujuan yang akan mewujudkan oleh syariah). Kalau hak-hak dasar ini tidak
terpenuhi, maka tidak akan tercapai kemaslahatan di dunia dan akhirat.
37 H.S. Baharuddin Dalam Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami
Perlindungan HAM dalam Proses Penahanan di Indonesia, 51-52.