bab ii tinjauan teori a. dewasa

50
15 BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa 1. Definisi Usia Dewasa Dewasa atau adult merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin adalah adultus yang berarti bahwa orang tersebut telah tumbh dan berkembang secara semprna baik dari segi ukuran fisiknya maupun dari segi psikologis, social dan spiritual dan telah siap menerima berbagai tugas dan tanggung jawab sebagai suatu bagian dari masyarakat (Hurlock, 2011). Usia pada orang dewasa yaitu semua orang yang telah beranjak umur delapan belas tahun atau lebih yang kemudian dibagi dalam dua periode yaitu dewasa muda / young yaitu yang berusia antara umur delapan belas hingga tiga puluh lima tahun dan dewasa pertengahan usia tiga puluh lima hingga enam puluh lima tahun (Allender & Rector). Usia dewasa kemudian dapat dibagi menjadi dua masa yaitu masa dewasa awal yang berlangsung antara umur 18 40 tahun, Usia dewasa menengah yaitu umur 40 60 tahun (Hurloc, 2011), menurut Depkes (2009) batasan usia Dewasa dibagi menjadi dua yaitu usia dewasa awal (25-35 tahun) dan Dewasa Akhir (35-45 tahun). Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro bahwa batasan Usia dewasa muda (elderly adulthood) adalah usia 18/20-25 tahun, Usia dewasa penuh (Middle years) atau maturitas yaitu usia 25-60/65 tahun.

Upload: others

Post on 04-May-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Dewasa

1. Definisi Usia Dewasa

Dewasa atau adult merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin adalah

adultus yang berarti bahwa orang tersebut telah tumbh dan berkembang

secara semprna baik dari segi ukuran fisiknya maupun dari segi psikologis,

social dan spiritual dan telah siap menerima berbagai tugas dan tanggung

jawab sebagai suatu bagian dari masyarakat (Hurlock, 2011). Usia pada

orang dewasa yaitu semua orang yang telah beranjak umur delapan belas

tahun atau lebih yang kemudian dibagi dalam dua periode yaitu dewasa

muda / young yaitu yang berusia antara umur delapan belas hingga tiga

puluh lima tahun dan dewasa pertengahan usia tiga puluh lima hingga

enam puluh lima tahun (Allender & Rector).

Usia dewasa kemudian dapat dibagi menjadi dua masa yaitu masa dewasa

awal yang berlangsung antara umur 18 – 40 tahun, Usia dewasa menengah

yaitu umur 40 – 60 tahun (Hurloc, 2011), menurut Depkes (2009) batasan

usia Dewasa dibagi menjadi dua yaitu usia dewasa awal (25-35 tahun) dan

Dewasa Akhir (35-45 tahun). Menurut Prof. Dr. Koesoemanto

Setyonegoro bahwa batasan Usia dewasa muda (elderly adulthood) adalah

usia 18/20-25 tahun, Usia dewasa penuh (Middle years) atau maturitas

yaitu usia 25-60/65 tahun.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

16

2. Perubahan – Perubahan pada Usia Dewasa

a. Perubahan fisik

Pada awal masa dewasa, pertumbuhan fisik terus berlanjut. Lebar bahu,

tinggi, dan ukuran dada mengalami peningkatan, dan orang-orang terus

mengembangkan kemampuan kebugaran tubuh mereka. Menjelang

pertengahan usia yakni pada usia tiga puluhan tahun, hampir setiap

orang menunjukkan beberapa gangguan pendengaran, tetapi bagi

kebanyakan orang, awal tiga puluh tahun merupakan kedewasaan dan

merupakan puncak kehidupan (Hurloc, 2011).

Usia dewasa pertengahan mengalami perubahan fisik lainnya dan

perlahan muncul, yang paling umum terjadi adalah dengan melibatkan

hilangnya ketajaman sensorik lebih lanjut. Orang menjadi kurang peka

terhadap cahaya, kurang akurat dalam memahami perbedaan jarak, dan

lebih lambat dan kurang bisa melihat secara sempurna. Pada sekitar

usia empat puluh, peningkatan rabun jauh adalah hal yang umum, dan

penggunaan kacamata mungkin diperlukan untuk memperbaiki kondisi

tersebut, di akhir empat puluhan atau awal lima puluhan, perempuan

umumnya mengalami menopause, penutupan kemampuan reproduksi.

Estrogen dan kadar progesteron turun, dan siklus haid akhirnya

berhenti (Potter dan Perry, 2009).

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

17

Kebanyakan orang memasuki usia dewasa sebelum fungsi tubuh

mereka tampak terlihat jelas dan mengalami penurunan jumlah baik

dari segi kualitas maupun kuantitas. Namun, di dalam tubuh, massa

tulang berkurang, dan risikonya penyakit jantung meningkat. Pria

menyusut sekitar satu inci tingginya, dan wanita sekitar dua inci, ketika

postur tubuh mereka berubah dan tulang rawan antara tulang belakang

menjadi lebih tipis. Orang dewasa yang lebih tua cenderung tidur lebih

awal tetapi mungkin lebih sulit untuk tidur malam tanpa bangun untuk

menggunakan kamar mandi (Park et al., 2002 dalam Breinsteim, 2008).

Pengerasan dari Arteri pembuluh darah dan penumpukan timbunan

lemak di dinding arteri dapat menyebabkan penyakit jantung koroner .

Sistem pencernaan melambat dan menjadi kurang efisien. Baik

gangguan pencernaan maupun penyakit jantung kadang-kadang

disebabkan oleh masalah diet karena terlalu sedikit mengonsumsi

cairan, terlalu sedikit makan serat, akan tetapi terlalu banyak makan

yang berlemak serta kurangnya aktiftas fisik. Selain itu, otak menyusut

pada akhir masa dewasa. Beberapa refleks akan mengalami gangguan

seperti refleks spontan, melemah atau menghilang. Aliran darah ke

otak melambat, akan tetapi semuanya ini dapat dicegah dengan

melakukan diet dan olahraga yang sehat serta teratur (Mubin dan

Cahyadin, 2006).

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

18

b. Perubahan Kognitif

Masa dewasa ditandai dengan peningkatan, serta penurunan, dalam

kemampuan kognitif. Kemampuan itu melibatkan pemrosesan

informasi intensif mulai menurun di awal dewasa, tetapi mereka itu

tergantung pada akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang

meningkat dari awal hingga meninggal di usia tua. Bahkan, orang

dewasa yang lebih tua dapat berfungsi serta, atau lebih baik daripada,

yang lebih muda dari orang dewasa dalam situasi yang memanfaatkan

ingatan jangka panjang dan keterampilan yang dipelajari dengan baik

(Park et al., 2002; Park & Gutchess, 2006 dalam (Bernstein, 2008).

Dewasa Awal dan Menengah hingga usia enam puluh tahun, sangat

penting untuk memperbaiki kemampuan kognitif. Selama periode ini,

orang dewasa melakukan tes kosakata, pemahaman, dan pengetahuan

umum terutama jika mereka menggunakan kemampuan ini dalam

kehidupan sehari-hari atau terlibat dalam kegiatan yang memperkaya

seperti perjalanan atau membaca. Dewasa muda dan setengah baya

mempelajari informasi baru dan keterampilan baru, mereka mengingat

informasi lama dan mengasah keterampilan lama. Faktanya, orang-

orang berusia empat puluhan sampai awal enam puluhan untuk

menempatkan kinerja terbaik dalam hidup mereka pada tugas-tugas

mental yang kompleks seperti penalaran, memori verbal, dan kosa kata

(Willis & Schaie, 1999 dalam Breinstein, 2008).

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

19

Sifat pemikiran juga dapat berubah selama masa dewasa. Pikiran orang

dewasa seringkali lebih kompleks dan adaptif daripada pemikiran

remaja. Orang dewasa melihat kemungkinan dan masalah dalam setiap

kursus tindakan dalam memutuskan apakah akan memulai bisnis baru,

mendukung kandidat politik, pindah ke tempat baru, atau ganti

pekerjaan. Orang dewasa paruh baya lebih ahli daripada remaja atau

orang dewasa muda dalam membuat keputusan rasional dan

menghubungkan logika dan abstraksi dengan tindakan, emosi, masalah

sosial, dan hubungan pribadi. Ketika mereka menghargai hubungan-

hubungan ini, pemikiran mereka menjadi lebih global, lebih berkaitan

dengan masalah moral dan praktis yang luas. Pada tahap ini, pemikiran

orang menjadi dialektis, yang berarti mereka mengerti bahwa

pengetahuan itu relatif, bukan absolut sedemikian rupa sehingga apa

yang dilihat sebagai hari ini lebih baik daripada masa lalu. Mereka

melihat kontradiksi hidup sebagai hal yang tak terhindarkan sebagai

bagian dari kenyataan, dan mereka cenderung menimbang berbagai

solusi untuk memecahkan masalah.

Masa dewasa akhir yaitu usia enam puluh lima tahun atau lebih, bahwa

beberapa kemampuan intelektual menurun secara nyata. Orang dewasa

yang lebih tua melakukan hal yang sama baiknya dengan tugas yang

lebih muda, seperti penamaan benda yang dikenalnya (Radvansky,

1999). Namun, ketika diminta untuk melakukan tugas yang tidak

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

20

dikenal atau untuk memecahkan masalah rumit yang belum pernah

mereka lihat sebelumnya, orang dewasa yang lebih tua umumnya lebih

lambat dan kurang efektif daripada yang lebih muda. Saat berhadapan

dengan masalah yang kompleks, orang tua tampaknya mengalami

kesulitan, mereka kesulitan mempertimbangkan, memilih, dan

mengeksekusi solusi.

c. Perubahan Sosial

Masa dewasa adalah masa ketika perubahan terjadi dalam hubungan

dan posisi sebagai masyarakat sosial. Transisi seperti bercerai, dipecat,

pergi kembali ke sekolah, menikah lagi, kehilangan pasangan sampai

mati, dirawat di rumah sakit, pindah kembali ke rumah, atau pensiun

dapat mengarah pada perubahan kepribadian (Caspi & Shiner, 2006;

Roberts, Helson, & Klohnen, 2002).

Pria Dewasa dan wanita dalam budaya Barat biasanya memasuki masa

dewasa pada usia dua puluhan. Prosesnya mungkin dimulai dengan

periode "dewasa kedewasaan" di mana mereka mengeksplorasi

kemungkinan kehidupan melalui pendidikan, kencan, dan perjalanan

sebelum mereka menetapkan peran dan tanggung jawab orang dewasa

yang stabil (Arnett, 2000; Roisman et al., 2004). Mereka memutuskan

suatu pekerjaan, atau setidaknya mengambil pekerjaan, dan menjadi

sibuk dengan karir mereka (Srivastava et al., 2003). Namun demikian,

pada usia 25 sekitar 20 persen orang dewasa muda masih tinggal

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

21

bersama orang tua mereka, dan hanya sebagian yang dapat mencari

pekerjaan. Di usia dua puluhan, orang dewasa muda juga demikian

menjadi lebih peduli dengan masalah cinta romantis. Setelah mencapai

keenam

Para peneliti telah menemukan bahwa pandangan orang dewasa muda

hubungan intim sejajar dengan pola keterikatan bayi yang kami

jelaskan sebelumnya (Campbell et al., 2005; Horowitz, Rosenberg, &

Bartholomew, 1993). Jika mereka pandangan mencerminkan

keterikatan yang aman, mereka cenderung merasa dihargai dan layak

untuk didukung dan kasih sayang; mereka mengembangkan kedekatan

dengan mudah. Mereka memiliki hubungan yang ditandai oleh

sukacita, kepercayaan, dan komitmen. Namun, jika pandangan mereka

mencerminkan keterikatan yang tidak aman, mereka cenderung untuk

disibukkan dengan hubungan dan mungkin merasa disalah pahami,

kurang dihargai, dan khawatir ditinggalkan. Hubungan mereka

seringkali negatif, obsesif, dan cemburu. Atau, mereka mungkin

menyendiri dan tidak dapat mempercayai atau berkomitmen sendiri

untuk pasangan. Secara keseluruhan, dewasa muda yang orang tuanya

telah menerima dan suportif cenderung mengembangkan hubungan

romantis yang hangat dan suportif .

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

22

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perubahan fisik, kognitif, dan

sosial terjadi sepanjang masa dewasa. Dewasa pertengahan melihat

perubahan yang mencakup penurunan ketajaman indera, peningkatan

risiko penyakit jantung, dan penurunan kesuburan. Namun,

kebanyakan orang tidak mengalami masalah kesehatan utama sampai

dewasa akhir. Perubahan kognitif yang terjadi pada awal dan

pertengahan dewasa umumnya positif, termasuk perbaikan dalam

penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Pada akhir masa

dewasa, beberapa kemampuan intelektual menurun terutama mereka

yang terlibat dalam tugas yang tidak diketahui, rumit, atau sulit.

Kemampuan lain, seperti mengingat fakta atau membuat keputusan

yang bijak, cenderung tidak menurun. Di usia dua puluhan, dewasa

muda membuat pilihan pekerjaan dan membentuk komitmen yang

akrab. Pada akhir usia tiga puluhan, mereka menetap memutuskan apa

yang penting. Mereka menjadi peduli atau generativitas dengan

menghasilkan sesuatu yang akan bertahan lebih lama dari mereka.

Sekitar usia empat puluh, orang dewasa mengalami transisi paruh baya,

yang mungkin atau mungkin bukan masalah kritis. Empat puluhan dan

lima puluhan mengalami kepuasan dalam memanfaatkan waktu. Di

usia enam puluhan, orang-orang bersaing dengan masalah pensiun.

Mereka umumnya menjadi lebih berhati-hati, dan menyesuaikan diri.

Di usia tujuh puluhan, delapan puluhan, dan seterusnya, orang

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

23

berkonfrontasi kematian mereka sendiri. Mereka mungkin menjadi

lebih filosofis dan reflektif saat mereka meninjau kehidupan mereka.

Beberapa tahun atau bulan sebelumnya akan banyak mengalami

penurunan ketajaman dalam fungsi mental yang dikenal sebagai

terminal drop. Namun, mereka berjuang untuk mati dengan martabat,

cinta, dan tidak ada rasa sakit. Kematian tidak bisa dihindari, tetapi diet

yang sehat, olahraga, hati nurani dan rasa ingin tahu, dan rasa kontrol

atas kehidupan seseorang dikaitkan dengan hidup lebih lama dan lebih

bahagia. Orang dewasa yang lebih tua merasa lebih baik dan hidup

lebih lama jika mereka mendapat perhatian dari orang lain,

pertahankan sikap terbuka menuju pengalaman baru, dan menjaga

pikiran mereka tetap aktif (Breinstein, 2008).

B. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik berada pada atau di atas

140 mm Hg atau darah diastolik. Tekanan berada pada atau di atas 90 mm

Hg. Tekanan darah orang dewasa normal kurang dari 120 mm Hg sistolik

dan 80 mm Hg diastolik. Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi

primer, merupakan penyebab sebagian besar kasus hipertensi. Tidak ada

penyebab yang diketahui secara pastik. Hipertensi sekunder dapat

disebabkan oleh kondisi penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, atau

sebagai efek buruk dari beberapa obat. Pengobatan untuk hipertensi

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

24

sekunder terjadi dengan menghilangkan penyebabnya (tumor adrenal,

obat-obatan) (Sheryl Sommer,2013).

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistol lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastol lebih dari 90 mmHg pada waktu yang terus

berkelanjutan pada pemeriksaaan rata – rata tekanan darah sebanyak dua

atau tiga kali yang dilakukan oleh petgas kesehatan (Health, 2004 dalam

Nies dan Mc.Ewen, 2018).

2. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah menurut Join national commite on prevention,

detection, evaluation, and treatmen of high pressure VII/JNC VIII dapat di

tunjukkan pada tabel 2.1 dibawah ini :

Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Optimal

Normal

Normal tinggi

< 120

< 130

130-139

< 80

< 85

85-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99

Hipertensi derajat II 160-179 100-109

Hipertensi derajat III 180 110

(Nies dan Mc.Ewen, 2018).

3. Penyebab

Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut

jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR).

Peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

25

menyebabkan hipertensi. Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat

terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau

responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal.

Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada

peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan

demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah

melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan

dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan

tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka

ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Hipertrofi

menyebabkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat

sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi

untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot

jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada

akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup

(Hayens, 2013).

4. Patofisiologi Hipertensi

Biasanya jantung memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi

kebutuhan sel akan oksigen dan nutrisi. Saat memompa, jantung memaksa

darah melalui pembuluh darah. Tekanan diberikan oleh darah di dinding

pembuluh darah diukur sebagai tekanan darah. Tekanan darah ditentukan

oleh cardiac output (CO), resistensi pembuluh darah perifer (PVR;

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

26

kemampuan pembuluh darah untuk meregangkan), viskositas (ketebalan)

darah, dan jumlah darah yang beredar atau volume. Kemampuan

peregangan pembuluh darah menurun, peningkatan viskositas darah, dan /

atau peningkatan volume cairan dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah. Beberapa proses yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Proses

ini termasuk regulasi sistem saraf, baroreseptor arteri dan kemoreseptor,

dan mekanisme renin-angiotensin aldosteron, dan menyeimbangkan cairan

tubuh. Satu cara tekanan darah dipengaruhi adalah melalui penyesuaian

CO, yang merupakan jumlah darah yang dipompa jantung setiap menit.

Denyut jantung naik untuk meningkatkan CO menanggapi baik aktivitas

fisik maupun emosional itu membutuhkan lebih banyak oksigen untuk

organ dan jaringan. PVR juga mempengaruhi tekanan darah; itu adalah

pertentangan bahwa darah bertemu saat mengalir melalui arteri. Apa pun

penyebabnya Pembuluh darah menjadi lebih sempit menyebabkan

peningkatan PVR. Setiap kali PVR meningkat, dibutuhkan lebih banyak

tekanan untuk mendorong darah melalui pembuluh, sehingga tekanan

darah meningkat sebagai hasil dari suatu mekanisme. Jika PVR menurun,

makan tekana lebih sedikit yang dibutuhkan.

Peningkatan PVR arteriol adalah mekanisme utama yang meningkat

tekanan darah pada hipertensi. Faktor-faktor yang merusak pengaturan

normal tekanan darah dapat menyebabkan hipertensi. Banyak dari faktor-

faktor ini yang tidak baik dimengerti. Stimulasi sistem saraf simpatik, yang

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

27

menyebabkan vasokonstriksi, dapat berkontribusi terhadap hipertensi.

Perubahan pada baroreseptor dan chemoreseptor juga dapat mempengaruhi

perkembangan hipertensi. Untuk Contohnya, baroreseptor mungkin

menjadi kurang sensitif karena berkepanjangan peningkatan tekanan

pembuluh dan selanjutnya gagal untuk merangsang vasodilatasi melalui

peregangan pembuluh. Selain itu, peningkatan hormon yang menyebabkan

retensi natrium, seperti aldosteron, menyebabkan peningkatan retensi

cairan. Perubahan fungsi ginjal yang mengubah ekskresi cairan juga

menghasilkan peningkatan cairan tubuh secara keseluruhan yang dapat

berkontribusi untuk hipertensi (William dan Hopper, 2007).

5. Tanda dan Gejala

Seringkali hipertensi tidak menyebabkan tanda atau gejala selain

pembacaan tekanan darah tinggi. Akibatnya, hipertensi disebut sebagai

"silent killer." Pasien dengan hipertensi sering kali pertama didiagnosis

ketika mencari perawatan kesehatan karena alasan tidak berhubungan

dengan hipertensi. Dalam sejumlah kecil kasus, seorang pasien dengan

hipertensi mungkin mengeluh sakit kepala, hidung berdarah, kecemasan

berat, atau sesak napas, meskipun biasanya tidak mungkin bagi pasien

untuk menghubungkan ketidakhadiran atau adanya gejala dengan derajat

tekanan darah. Sebagian besar tanda dan gejala hipertensi berasal dari

dampak yang beraikbat merusak jangka panjang pada darah besar dan kecil

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

28

pembuluh jantung, ginjal, otak, dan mata. Efek ini dikenal sebagai

penyakit organ target (William dan Hopper, 2007).

6. Faktor Risiko Hypertensi

Faktor Risiko yang tidak dapat diubah

a. Umur

Penduduk Amerika Serikat yang berumur 18 tahun keatas menderita

hipertensi 34 % pada pria dan 31 % pada wanita yang berkulit hitam,

sedangkan wanita berkulit putih 25% , pria 24% yang mengidap

hipertensi, sedangkan pada orang hispanik terdapat 23% pria dan 22%

wanita, pada keturunan Asia dan suku-suku di kepulauan Pasifik

diketemukan hanya 10% pria dan 8 % wanita sedangkan diantara

orang Indian Amerika kira-kira 27% pria dan wanitanya menderita

hipertensi (Sheps, 2005).

Di Indonesia pria di daerah perkotaan lebih banyak mengalami

kemungkinan menderita hipertensi dibanding wanita. Secara umum

wanita lebih banyak menderita hipertensi dibanding pria. Hipertensi

berdasarkan gender ini dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis.

Wanita sering mengadopsi perilaku tidak sehat seperti merokok dan

pola makan yang tidak seimbang sehingga kelebihan berat badan;

depresi; dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pria hipertensi

lebih berkaitan dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman

terhadap pekerjaan dan pengangguran (Sutanto, 2010).

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

29

b. Rasa atau Suku Bangsa

Di Amerika Serikat, kaum Negro Kota mempunyai prevalensi dua

kali lebih tinggi dari pada kelompok kulit putih dan lebih dari empat

kali lipat morbidity rate yang diakibatkan oleh hipertensi (Bustan,

2015).

c. Genetik atau Riwayat keluarga

Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi

maka sekitar 45 orang akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu

orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun

ke anak-anaknya. Faktor keturunan memiliki peran yang besar

terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada

kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibanding heterozigot

(berasal dari sel telur yang berbeda) (Sutanto, 2010).

Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang

dari orang tua kita menderita hipertensi maka sepanjang hidup kita

mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya, jika orang tua kita

menderita hipertensi maka kemungkinan kita mendapatkan hipetensi

60%, penelitian terhadap penderita hipertensi dikalangan orang

kembar dan anggota keluarga yang sama, menunjukan pada kasus-

kasus tertentu ada komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005).

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

30

Faktor Risiko yang dapat diubah

a. Obesitas

Obesitas adalah massa tubuh meningkat yang disebabkan oleh

jaringan lemak yang jumlahnya berlebihan. Pada orang- orang

kegemukan sering terdapat hipertensi, walau sebabnya belum jelas.

Oleh sebab itu orang yang terlampau gemuk sebaiknya berusaha

untuk menurunkan berat badan. (Nies dan Mc.Ewen, 2018).

Berdasarkan penelitian, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

hipertensi. Telah dibuktikan bahwa pula bahwa faktor kegemukan

mempunyai kaitan erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari.

Bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita

obesitas dengan hipertensi lebih lanjut dibandingkan dengan penderita

hipertensi dengan berat badan normal. Pada orang yang menderita

obesitas, organ-organ tubuh dipaksa harus bekerja lebih berat, karena

harus membawa kelebihan berat badan yang tidak memberikan

manfaat langsung. Karena itu mereka merasa lebih cepat gerah

(merasa panas) dan lebih cepat berkeringat untuk menghilangkan

kelebihan panas tersebut (Dalimartha, 2008).

Indonesia telah merekomendasikan bahwa obesitas dapat diukur

dengan indek massa Tubuh (IMT) sebagai indikator kekurangan berat

badan, kelebihan berat badan atau obesitas IMT menggambarkan

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

31

obesitas menyeluruh atan general obesity yang paling akurat dapat

dihitung dengan mudah: IMT = BB (Kg)/TB2(m) (Kemenkes RI,

2016).

Tabel 2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh Kategori

< 18,5 BB Kurang

18,5 – 22,5 BB Normal

23 – 24,9 Gemuk dengan Risiko

25 – 29,9 Obesitas Tingkat 1

> 30 Obesitas Tingkat 2

Sumber Depkes RI, 2004

b. Stres atau Ketegangan Jiwa

Stres bersifat fisik maupun mental menyebabkan ketegangan

dalam kehidupan sehari-hari, mengakibatkan jantung berdenyut lebih

kuat dan cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat

fungsi kelenjar tiroid tergangu dan produksi adrenalin meningkat

sehingga otak memerlukan darah lebih banyak (Budisetio, 2001).

Hormon epinefrin (adrenalin) atau kortisol yang dilepas saat stres

akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan

pembuluh darah dan meningkatkan tekanan jantung. Besarnya

peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stres dan sejauh

mana kita dapat mengatasinya. Pengaruh stres yang akut biasanya

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

32

hanya sementara namun jika secara teratur menderita stres maka

kenaikan tekanan darah dalam jangka lama akan mengalami kerusakan

jantung, arteri, otak, ginjal, dan mata (Sheps, 2005).

c. Merokok

Rokok adalah salah satu kebiasaan yang identik dengan

kebanyakan penyakit tidak menular, termasuk terbukti hadir sebagai

Risiko pada penelitian di negara-negara kawasan Sub Sahara Afrika

(Belue dkk, 2009). Menurut WHO (2002), individu yang terus

merokok cenderung meningkatkan hipertensi, hal ini disebabkan

adanya konsumsi kumulatif dari pengguna tembakau. Merokok dapat

meningkatkan tekanan darah, meskipun pada beberapa penelitian

didapatkan kelompok perokok dengan tekanan darah lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok yang tidak merokok (Susalit, dkk,

2001).

Nikotin dalam tembakau penyebab meningkatnya tekanan darah

segera setelah isapan pertama, seperti zat-zat kimia yang terdapat

dalam asap rokok, nikotin diserap dalam pembuluh darah amat kecil

didalam paru-paru dan diedarkan kealiran darah hanya dalam

hitungan detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap

nikotin dengan member sinyal pada adrenal untuk melepas epineprin.

Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

33

memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan-tekanan

yang lebih tinggi (Sheps, 2005).

d. Asupan garam.

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi

adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan

tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi

(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi

keadaan sistem hemodinamik yang normal (Sutanto, 2010).

Natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi.

Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi

natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium didalam

cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya kembali,

cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan

ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler

tersebut menyebabkan meningkatya volume darah, sehingga

berdampak pada timbulnya hipertensi (Sutanto, 2010).

e. Konsumsi Alkohol

Alkohol dalam darah merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin)

atau hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

34

atau menyembabkan penumpukan lebih banyak natrium dan air

(Sheps, 2005).

Menurut Hendra Budiman, dari FK UNIKA Atmajaya, pada

penelitian epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata

tekanan darah meningkat bila intake alkohol diatas 3 gelas perhari.

Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan

darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol. Puddey,

salah satu pusat penelitian kesehatan di Australia, menemukan

penurunan tekanan darah yang bermakna pada peminum alkohol jenis

standard beer (5% alkohol) dan menggantikannya dengan swan

spensial light (0,9 alkohol).

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah teridiri dari beberapa hal

diantaranya yaitu :

a. Memberikan pemahaman kepada klien tentang proses penyakit

hipertensi pencegahan dan pengobatannya

b. Meingkatkan partisipasi masyarakat pada program perawatan diri yang

meliputi

1) Mengurangi konsumsi garam (tidak melebihi 2000 mg

natrium/sodium per hari ) atau 1 sendok makan / hari.

2) Melakukan aktifitas fisik secara teratur olahraga selama 30 menit

perhari dilakukan selama 5 kali dalam seminggu

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

35

3) Tidak merokok dan menghindari asap rokok dari paparan

4) Diet sehat dan seimbang dengan makan sayur – sayuran

5) Mempertahankan berat badan agar ideal

6) Menghindsri minuman – minuma yang beralkohol dan bersoda

7) Mengola jiwa agar tidak stress dengan baik dan benar

c. Tidak adanya komplikasi Hipertensi

1) Tidak terdapat adanya gangguan pada penglihatan (katarak)

2) Tanda – tanda vital dalam batas normal, tekanan darah,nadi dan

pernafasan

3) Tidak ada nyeri saat bernafas dan udem

4) Fungsi ginjal dalam batas normal

5) Tidak terdapat gangguan pada saraf sensorik dan motoric

6) Tidak melaporkan adanya pusing, kuping berdengung, dan jatuh

(Nies dan Mc.Ewen, 2018).

C. Perilaku

1. Definsi

Perilaku dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau tindakan aktifitas

manusia yang memiliki kemampuan untuk berjalan, berbicara, tertawa

bekrerja, menulis membaca yang dapat diamati secara langsung maupn

tidak langsung oleh sesorang dari luar (Notoatmojo, 2012).

Definisi lain yang disampaikan oleh Skinner tahun 1938 dalam

Notoatmojo (2012) mendefinisikan bahwa perilaku adalah merupakan

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

36

suatu respon atau stimulus dari seseorang terhadap adanya rangsangan dari

luar atau disebut SOR (Stimulus,Organisme Respons).

2. Domain Perilaku

Ada 3 domain perilaku yaitu

a. Pengetahuan, pengetahuan adalah hasil dari apa yang kita ketahui dan

akan terjadi setelah individu melakukan proses pengindraan terhadap

suatu objek tertentu dan melibatakna seluruh panca indra manusia

mulai dari indra peraba, penglihatan, penciuman, pendengaran.

Pengetahuan merupakan bagian kognitif dan merupakan domain yang

sangat penting yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku

dan bertindak. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

melakukan Tanya jawab atau wawancara atau dengan menyebar

kuisioner yang berisikan tentang materi – materi yang ingin di ukur

dan di ketahui secara mendalam pada subjek penelitian atau kepada

responden (Notoatmojo, 2012).

b. Sikap, sikap adalah suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

manusia atau seseorang terhadap adanya suatu stimulus atau respon,

batasan dari sikap itu tidak dapat dilihat, akan tetapi dapat ditafsirkan

terlebih dahulu ketika ada rangsangan karena perilaku yang tertutup.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi

merupakan cikal bakal atau predisposisi dari suatu perilaku.

Pengukuran sikap dapat dilakukan, baik dilakkan secara langsung

maupun tidak langsung, secara langsung misalnya yaitu dengan

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

37

melakukan atau mengajukan pertanyaan kepada responden untuk

menstimulus pendapat atau pernyatan responden tetang misalnya

penyakit hipertensi di suatu daerah, atau pendapat tentang pelayanan

disuatu rumah sakit, sdangkan secara tidak langsung dapat di buat

seperti pernyataan – pernyataan yang dimuat dalam suatu kuisioner

dan diminta responden untuk mengisinya (Notoatmojo,2012).

c. Praktik atau Tindakan, praktik atau tindakan merupakan wujud dari

sikap akan tetapi memerlukan faktor pendukung seperti fasilitas.

Beberapa tingkatan praktik adalah sebagai berikut :

1) Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh yang telah

diperagakan atau diberikan .

2) Mekanisme atau aturan, yaitu merupakan tindakan yang kedua

setelah respon terpimpin dan sudah mampu melakukannya karena

sudah menjadi kebiasaan

3) Adopsi, merupakan suat praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik dan merupakan tingkatan ketiga dan

sudah mampu memodifikasi tanpa melakukan pengurangan

kebenaran dari tindakan tersebut.

Pengukruan perilaku dapat dilakukan oleh seseorang secara tidak

langsung yaitu dengan melalui wawancara terhadap kegiatan yang

dilakukan beberapa saat, jam, hari, atau pada bulan yang telah berlalu,

sedangkan untuk pengukuran secara langsung yaitu dengan melakukan

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

38

pengamatan atau mengobservasi kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau responden (Notoatmojo, 2012).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmojo (2012) faktor

faktor yang mempengaruhi perilaku ada 3 yaitu

a. Faktor predisposisi, yaitu dapat di wujudkan dalam bentuk sperti

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai – nilai.

b. Faktor pendukung atau enabiling factor yaitu dapat terwujud dalam

lingkungan fisik, dapat tersedia atau tidak tersedia misalnya fasilitas-

fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan yang ada.

c. Faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku yang

menjadi panutan pada petugas dan akan di adopsi oleh suatu

masyarakat dan menjadi referensi dalam masyarakat.

D. Posbindu

1. Definisi

Posbindu merupakan program pos pembinaan terpadu (Posbindu) yang

merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meberdayakan masyarakat

dalam melakukan kegiatan penemuan awal penyakit di masyarakat,

melakukan pemantauan, dan melakukan kegiatan tindakan yang

berkelanjutan secara dini terhadap masyarakat yang mengalami Risiko

penyakit tidak menular yang dilakukan secara mandiri dan komprehensif

serta berkesinambungan. Program ini merupakan upaya atau langkah awal

yang di lakukan di masyarakat sebagai bentuk persiapan sebelum

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

39

terjadinya penyakit karena penyakit tidak menular hampir tidak

menimbulkan gejala terutama yang merasa masih tetap sehat. Posbindu

merupakan wujud serta peran masyarakat dan merupakan kegiatan

pemberdayaan masyarakat atau Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

yang tugas pokoknya adalah kegiatan pencegahan dan peningkatan

kesehatan atau disebut upaya promotif dan prefentif di masyarakat dengan

melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja mulai dari proses perencanaan

sampai kepada tahap evaluasi. Masyarakat berperan sebagai sasaran

kegiatan, sekaligus sebagai target dari kegiatan, target perubahan di

Masyarakat, ageng of change dan sebagai sumber daya yang akan

melakukan kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan oleh

masyarakat (Kemenkes, 2014).

2. Perencanaan Posbindu

Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan posbindu

adalah dengan melakukan persiapan. Persiapan yang di perlukan adalah

dengan melakukan pendataan terhadap kelompok masyarakat yang

potensial dan beRisiko di masyarakat, melakukan advokasi terhadap

pemerintah setempat, fasilitas yang ada dan sarana serta prasarana yang

memadai, serta dibuatkannya mekanisme kerja antara teaga pelaksana di

kesehatan di Puskesmas dan Masyarakat atau kader serta pembiayaannya.

Akan tetapi secara sunstansi kegiatan posbindu ini dilakukan berdasarkan

kegiatan bukan kepada tempat, hal inilah yang membedakan dengan

kegiatan lainnya. Kegiatannya yaitu melakukan deteksi dini , melakukan

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

40

pemantauan secara kontinyu terhadap adanya faktor risiko, serta

melakukan rujukan jika tidak mampu di tangani (Kemenkes, 2014).

Kegiatan posbindu ini dapat dilakukan secara bersama jika terdapat

kegatan seperti pengajian, kegiatan karang taruna, atau kegiatan yang ada

di masyarakat yang sudah terbentuk guna untuk efisiensi biaya yang ada

dapat pula dilakukan di sekolah – sekolah, perusahaan atau kantor – kantor

lembaga permasyarakat yang sudah terbentuk di masyarakat (Kemenkes,

2014).

3. Manfaat Posbindu

Manfaat yang dapat dirasakan keika melakukan kegiatan posbindu

adalah dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, meningkatkan rasa

percaya diri, meningkatkan motivasi untuk hidup, meningkatkan kualitas

hidup masyarakat, dapat mampu secara produktif mengembangkan

kemampuan yang dimiliki, dapat meringankan biaya pelayanan kesehatan,

meberikan bimbingan pada usia lanjut, dapat meningkatkan status derajat

kesehatan yang setinggi tingginya. Kegatan posbindu ini merupakan

kegiatan promotif dan prefentif dan tidak mengabaikan kuratif dan

rehabilitative yang di harapkan masyarakat aktif dalam melakukan

pemeriksaan di tempat tersebut, serta mapu memandirikan masyarakat

(Depkes, 2007).

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

41

4. Tujuan Posbindu

a. Dapat meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan di masyarakat yang

tidak dapat di jangkau sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi.

b. Dapat melakukan pendekatan pelayanan dengan melihat langsung serta

melakukan komunikasi yang lebih akrab dengan masyarakat.

c. Dapat mengurangi angka kematian dan meningkatkan usia harapan

hidu bagi masyarakat.

d. Dapat membantu petugas kesehatan dalam melakukan pembinaan

secara terencana mulai dari perencanaan sampai evaluasi.

e. Dapat meningkatkan kemampuan kader dalam melakukan pelayanan

yang lebih professional kepada masyarakat.

f. Dapat menigkatkan kemampuan petugas kesehatan untuk lebih

mengaktifkan masyarakat dan melakukan mitra kepada masyarakat

dalam melakukan pembinaan.

g. Dapat meningkatkan peran serta masyarakat serta seuruh komponen

yang ada di masyarakat seperti organisasi – organisasi yang telah

terbentuk di masyarakat seperti karang taruna, organisiasi social dan

lembaga swadaya masyarakat dalma melakukan pembinaan kepada

masyarakat yang beRisiko baik masyarakat yang sehat maupun yang

sakit (Kemenkes, 2014).

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

42

5. Langkah yang dilakukan

Langkah langkah yang dapat di tempuh dalam melakukan pembinaan

kesehatan adalah :

a. Memberikan informasi pembinaan kepada masyarakat.

b. Membuat kesepakatan tentang pelaksanaan pembinaan kesehatan

masyarakat.

c. Melakukan pembinaan kepada staf puskesmas yang akan melakukan

pembinaan kepada masyarakat.

d. Membuat daftar rencana kegiatan pembinaan kesehatan pada

masyarakat.

e. Melakukan kemitraaan baik lintas sektor maupun lintas program

f. Melakukan survey mawas diri bersama pemerintah setempat, baik

camat, kelurahan, desa untuk melakukan identifikasi terhadap masalah

kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.

g. Bersama pemerintah dan masyarakat melakukan musyawarah

masyarakat desa untuk melakukan kesepakatan bersama untuk kegiatan

pengebangan kesehatan masyarakat.

h. Melakukan pembentukan kelompok kerja dengan melibatkan

masyarakat

i. Melakukan pembentukan dan pengembangan pembinaan kesehatan

masyarakat pada usia berisiko dan yang rentang dimasyarakat

(Kemenkes, 2014).

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

43

6. Mekanisme Posbindu

Penyelenggaraan posbindu dilakukan oleh kader kesehatan yang

sebelumnya telah mendapatkan pelatihan oleh petugas kesahatan yang ada

di wilayahnya serta bersama tenaga kesehatan melakukan kegiatan.

Adapun tahapan terdiri dari 5 meja yaitu sebagai berikut :

a. Tahapan meja Pertama

Melakukan registrasi atau pendaftaran pada masyarakat yang datang

dilakukan oleh kader kesehatan

b. Tahapan meja ke dua

Melakukan pencatatan kegiatan sehari hari, melakukan pemeriksaan

berat badan dan tinggi badan kemudian menginterpretasi hasilnya,

dapat dilakukan oleh kader.

c. Tahapan pada Meja ke Tiga

Melakukan pemeriksaan tekanan darah, status mental, dan tanda –

tanda vital secara komprehensif.

d. Tahapan meja ke empat

Pemriksaan Urine dan kadar kolesterol, asam urat dan glukosa secara

sederhana

e. Tahapan Meja Kelima

Melakukan pemberian informasi kepada masyarakat atau konseling,

dilakukan oleh petugas kesehatan.

7. Bentuk Pelayanan Posbindu

a. Pemeriksaan kegiatan sehari hari yang dapat dilakukan oleh lansia.

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

44

b. Pemeriksaan status mental kepada lansia .

c. Pengukuran tekanan dara yang dapat dilakukan oleh kader.

d. Melakukan rujukan terhadap klien yang tidak bisa ditangani.

e. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang bisa dilakukan oleh

kader.

8. Kegiatan petugas puskesmas

a. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat secara teratur dengan

menggunakan media yang ada yang sasarannya kepada seluruh

masyarakat.

b. Melakukan penjaringan terhadap seluruh masyarakat yang beRisiko

dan yang rentang melakukan pemeriksaan secara berkala, memberi

petunjuk tentang pencegahan penyakit dan bahaya yang akan terjaid

serta dampaknya.

9. Kegiatan masyarakat

a. Melakukan kegaiatan olahraga teratur seperti senam, akan tetapi di

sesuaikan dengan kondisi kesehatan yang ada, memotivasi masyarakat

untuk melakukan rekreasi, pengembangan keterampilan dan hobi.

b. Mengajarkan tentang diet seimbang, mengajarkan perilaku kesehatan

yang baik dan sesuai.

c. Ikut serta dan berperan pada penyuluhan mengenai kondisi kesehatan

usia lanjut secara berkelompok melalui media massa (Kemenkes,

2014).

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

45

E. Kader

1. Definisi Kader

Kader kesehatan merupakan tenaga yang secara sukarela yang di pilih oleh

masyarakat dan memiliki tugas membantu petugas kesehatan di

masyarakat dalam bidang kesehatan ( Yulifah, dkk 2009). Definisi lain dari

kader adalah seorang pria atau wanita yang telah terlatih dan mampu untuk

menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat (Meilani, dkk

2009). Sehingga defenisi kader dapat di ambil kesimpulan bahwa tenaga

yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja untuk

masyarakat dan merupakan pemberdayaan masyarakat dan menjadi

penyelenggara dalam pelayanan kesehatan (Fallen dkk, 2010).

2. Peran dan Fungsi Kader

a. Melakukan pendataan terhadap seluruh masyarakat yang ada di

daerahnya.

b. Mampu melakukan kegiatan kepada masyarakat dengan prinsip

melakukan penyampaian informasi, komunikasi dan mampu

memberikan motivasi kepada seluruh masyarakat.

c. Mampu menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan dan merencanakan kegiatan untuk

disepakati dalam melakukan kegiatan yang akan dilaksanakan.

d. Meemberi obat yang dirsepkan oleh dokter, membantu dalam

mengumpulkan bahan – bahan pemeriksaan hasil lab, melaporkan

kepada petugas jika menemukan pendatang yang baru masuk ke

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

46

wilayahnya, dan membantu dalam pemantauan kasus penyakit seperti

TB.

3. Tugas – Tugas Kader pada Kegiatan Posyandu

Kader merupakan tenaga yang ada di masyarakat yang telah di latih yang

merupakan perpanjangan tangan dari tenaga kesehatan, akan tetapi kader

bukan merupakan tenaga yang professional akan tetapi dapat membantu

dalam melakukan pendaftaran pasien pada saat kegiatan posyandu

berlangsung, melakukan rekapan hasil pencatatan seperti hasil

penimbangan, melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait penyakit

yang di derita, serta dapat membantu dalam pelayanan kesehatan jika

diperlukan.

4. Persyaratan untuk menjadi Kader

a. Mampu membaca dan menulis dengan baik

b. Dapat dipilih oleh Pemerintah setempat atau masyarakat

c. Mampu bekerja bersama masyarakat dalam mencegah penyakit

d. Mampu memotivasi dan berjiwa sosial kepada masyarakat

e. Sopan dan santun dalam melakukan kegiatan terutama dalam

menghadapi masyarakat

5. Tugas tambahan Kader di luar pelaksaan posyandu

a. Melakukan kunjungan kepada masyarakat yang tidak sempat hadir di

psoyandu.

b. Bersama Petugas kesehatan melakukan Survei Mawas Diri (SMD)

kepada masyarakat .

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

47

c. Melakukan musyawarah bersama untuk menyepakati jadwal dan

tempat untuk kegiatan posyandu berikutnya.

d. Mengajak seluruh masyarakat untuk ikut dan selalu hadir di Posyandu.

e. Menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang jadwal posyandu

serta mampu menggalang dana untuk suatu kegiatan.

f. Melakukan kegiatan di Posyandu seperti kegiatan jalan sehat, senam

lansia, melatih melakukan tehnik relaksasi otot progresif, bersepeda

atau pengajian.

g. Melakukan pencatatan secara terus menerus terutama ketika

didapatkan kasus.

(R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

Dari persyaratan-persyaratan yang diutarakan oleh beberapa ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain sanggup

bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta

mempunyai kredibilitas yang baik dimasyarakat dimana perilakunya menjadi

panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi kepada

masyarakat, mempunyai penghasilan tetap, mampu membaca dan menulis,

serta sanggup membina masyarakat sekitarnya terutama dalam mencegah

terjadinya penyakit (Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009).

Brownstein et al. (2007 dalam IOM, 2010) melakukan review uji coba

terkontrol secara acak (RCT) dan beberapa penelitian lain untuk menguji

efektivitas kader dalam mendukung perawatan individu dengan hipertensi.

Hasil dari review tersebut mengatakan bahwa terdapat perubahan perilaku

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

48

positif. Jumlah total 9 dari 10 studi menujukkan hasil yang bermakna bahwa

pelatihan tersebut dapat meningkatkan kepatuhan terhadap obat-obatan, dan

meningkatkan kontrol terhadap tekanan darah. Di antara 5 studi yang

membahas kepatuhan terhadap obat, 2 RCT melihat peningkatan yang

signifikan pada kelompok intervensi yang termasuk peranan kader

dibandingkan dengan kelompok kontrol. RCT lain ditemukan 26 persen

kepatuhan yang lebih besar di antara pasien yang menerima intervensi kader

secara teratur.

Penelitian yang lain yaitu sebuah studi time-series dan studi sebelum dan

sesudah juga mencatat peningkatan dengan Intervensi Kader. Sehubungan

dengan kontrol tekanan darah, 9 dari 10 studi melaporkan peningkatan positif.

Peningkatan kontrol tekanan darah berkisar antara 4 hingga 46 persen selama

periode waktu yang berbeda (6 hingga 24 bulan). Peran dan tugas Kader

cenderung serupa di seluruh studi dan mencerminkan tujuan bersama

meningkatkan kontrol tekanan darah melalui serangkaian dukungan perilaku

dan sosial yang diawasi oleh petugas kesehatan. Tindakan meliputi

pengukuran dan pemantauan tekanan darah,pemberian pendidikan kesehatan

kepada pasien dan keluarga tentang perilaku faktor risiko hipertensi;

merekomendasikan perubahan dalam diet dan aktivitas fisik; menjelaskan

protokol perawatan, masalah asuransi kesehatan, dan pentingnya mematuhi

rejimen pengobatan, memberikan bantuan dengan melakukan rujukan kepada

petugas, melayani sebagai mediator antara pasien dan perawatan kesehatan

dan sistem layanan sosial dan akhirnya, mendengarkan keluhan pasien dan

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

49

keluarga, memotivasi mereka, mengurangi isolasi mereka, dan memimpin

swadaya kelompok di masyarakat (Brownstein et al. (2007 dalam IOM, 2010).

Beberapa peran dan keberhasilan yang dicapai tampaknya serupa dengan

mereka dari perawat yang telah memberikan intervensi pendidikan yang

ditujukan untuk mengontrol hipertensi dan menyarankan strategi yang efisien

untuk mewujudkan peningkatan pengobatan dan kontrol tekanan darah yang

berkelanjutan untuk ditargetkan secara rasial atau beragam populasi berisiko

tinggi secara etnis. Meskipun orang awam terlatih tidak dapat melakukan

dalam kapasitas yang sama dengan perawat profesional dan pendidik

kesehatan, dengan pelatihan dan pengawasan yang tepat mereka dapat berhasil

berkontribusi pada perawatan anggota masyarakat dengan hipertensi

(Bosworth et al., 2005 dalam IOM, 2010).

F. Health Promotion Model (HPM) Pender

1. Definisi

HPM adalah model yang berorientasi pada kompetensi atau pendekatan.

Berbeda dengan model pencegahan, seperti HBM, HPM tidak

memasukkan "ketakutan" atau "ancaman" sebagai sumber motivasi untuk

perilaku kesehatan. HPM mengusulkan kerangka kerja untuk

mengintegrasikan perspektif ilmu keperawatan dan perilaku dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan. Model ini

menawarkan panduan untuk mengeksplorasi proses biopsikososial

kompleks yang memotivasi individu untuk terlibat dalam perilaku yang

diarahkan untuk meningkatkan kesehatan (Alligood, 2015).

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

50

HPM merangsang penelitian untuk menggambarkan potensi tujuh kognitif

perseptual faktor dan lima faktor pengubah untuk memprediksi perilaku

kesehatan. Faktor kognitif persepsi adalah pentingnya kesehatan, kontrol

yang dirasakan kesehatan, definisi kesehatan, status kesehatan yang

dirasakan, efikasi diri yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, dan

hambatan yang dirasakan. Faktor pengubahnya adalah karakteristik

demografis dan biologis, pengaruh interpersonal, pengaruh situasional, dan

faktor perilaku (Alligood,2015).

HPM berlaku untuk semua perilaku kesehatan ancaman mana yang tidak

diusulkan sebagai sumber utama motivasi untuk perilaku tersebut

(Pender,2014).

2. Dasar Teoritis untuk Model Promosi Kesehatan

HPM adalah upaya untuk menggambarkan sifat multidimensi orang yang

berinteraksi dengan mereka lingkungan interpersonal dan fisik saat mereka

menginginkan kesehatan. HPM mengintegrasikan konstruksi dari teori

nilai-harapan dan teori kognitif sosial, dalam perspektif keperawatan

holistik fungsi manusia.

Tiga variabel baru yang ditambahkan ke model revisi adalah pengaruh

yang berhubungan dengan aktivitas, komitmen terhadap rencana aksi, dan

tuntutan bersaing yang mendesak dan preferensi (Pender, 2014).

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

51

3. Penjelasan Komponen Health Promotion Model Pender

a. Karakteristik dan Pengalaman Individu

Setiap orang memiliki karakteristik dan pengalaman pribadi yang unik

yang memengaruhi tindakan selanjutnya. Pentingnya efeknya

tergantung pada perilaku target yang dipertimbangkan. Karakteristik

individu dan pengalaman termasuk perilaku terkait sebelumnya dan

faktor pribadi.

b. Perilaku Terkait Sebelumnya

Penelitian menunjukkan bahwa sering kali prediktor perilaku terbaik

adalah frekuensi perilaku yang sama atau serupa di masa lalu. Perilaku

sebelumnya diusulkan untuk memiliki keduanya efek langsung dan

tidak langsung pada kemungkinan terlibat dalam perilaku yang

mempromosikan kesehatan. efek langsung dari perilaku masa lalu pada

perilaku mempromosikan kesehatan saat ini mungkin karena

pembentukan kebiasaan, predisposisi seseorang untuk terlibat dalam

perilaku secara otomatis dengan sedikit perhatian pada spesifik rincian

pelaksanaannya. Kekuatan kebiasaan bertambah setiap kali perilaku

terjadi dan ditambah oleh praktik perilaku yang terkonsentrasi dan

berulang. Konsisten dengan teori kognitif sosial, perilaku sebelumnya

diusulkan untuk mempengaruhi secara tidak langsung perilaku

mempromosikan kesehatan melalui persepsi efikasi diri, hambatan

manfaat, dan aktivitas yang dapat mempengaruhi (Pender, 2015).

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

52

c. Faktor Pribadi

Faktor-faktor pribadi yang relevan yang memprediksi perilaku tertentu

dibentuk oleh sifat perilaku target yang dipertimbangkan. Faktor

pribadi dikategorikan sebagai biologis, psikologis, dan sosiokultural.

Contoh faktor biologis termasuk usia, indeks massa tubuh, status

pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, kekuatan, kelincahan,

atau keseimbangan. Faktor Psikologis termasuk harga diri, motivasi

diri, dan status kesehatan yang dirasakan. Sosiokultural faktor

termasuk ras, etnis, akulturasi, pendidikan, dan status sosial ekonomi.

Pribadi faktor-faktor harus dibatasi pada faktor-faktor yang secara teori

relevan untuk menjelaskan atau memprediksi suatu pemberian perilaku

target.

d. Kognisi dan Pengaruh Khusus Perilaku

Variabel perilaku spesifik dianggap memiliki signifikansi motivasi

utama. Variabel-variabel ini merupakan “inti” kritis karena mereka

dapat dimodifikasi melalui intervensi. Mereka termasuk manfaat yang

dirasakan, hambatan yang dirasakan, persepsi self-efficacy, pengaruh

yang berhubungan dengan aktivitas, pengaruh interpersonal, dan

pengaruh situasional. Mengukur variabel-variabel ini sangat penting

untuk menilai apakah perubahan benar-benar hasil dari intervensi.

e. Manfaat Persepsi dari Tindakan

Manfaat tindakan yang dirasakan adalah representasi mental

konsekuensi positif atau memperkuat dari suatu perilaku. Harapan

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

53

individu untuk terlibat dalam perilaku tertentu bergantung pada

manfaat yang diantisipasi. Dalam HPM, manfaat yang dirasakan

adalah diusulkan untuk secara langsung dan tidak langsung

memotivasi perilaku melalui penentuan tingkat komitmen untuk

rencana aksi untuk terlibat dalam perilaku. Individu cenderung

menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam kegiatan yang

memiliki hasil yang positif.

Manfaat dapat bersifat intrinsik atau ekstrinsik. Manfaat intrinsik

termasuk peningkatan kewaspadaan dan energi serta daya tarik yang

dirasakan meningkat. Manfaat ekstrinsik termasuk hadiah atau

interaksi sosial mungkin sebagai hasil dari keterlibatan dalam perilaku.

Awalnya, ekstrinsik manfaat perilaku kesehatan mungkin sangat

signifikan, sedangkan manfaat intrinsik mungkin lebih kuat dalam

memotivasi keberlanjutan perilaku kesehatan. Percaya pada harapan

hasil yang positif secara umum telah terbukti diperlukan meskipun

kondisi tidak mencukupi untuk terlibat perilaku kesehatan tertentu

(Alligood, 2015).

f. Persepsi Hambatan terhadap Tindakan

Hambatan terdiri dari persepsi tentang tidak tersedianya,

ketidaknyamanan, biaya, kesulitan, atau sifat yang memakan waktu

dari tindakan tertentu. Hambatannya adalah sering dipandang sebagai

hambatan mental, rintangan, dan biaya pribadi untuk melakukan

Page 40: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

54

perilaku tertentu. Hambatan biasanya membangkitkan motif

penghindaran dalam kaitannya dengan perilaku yang diberikan.

Hambatan yang diantisipasi telah berulang kali ditemukan

mempengaruhi niat untuk terlibat dalam perilaku tertentu. Kehilangan

kepuasan dari berhenti dari perilaku yang merusak kesehatan seperti

merokok atau makan makanan tinggi lemak mengadopsi gaya hidup

yang lebih sehat juga bisa menjadi penghalang (Pender, 2015).

Ketika kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi, tindakan

tidak mungkin terjadi. Dirasakan hambatan untuk bertindak dalam

HPM yang direvisi memengaruhi perilaku mempromosikan kesehatan

secara langsung dengan berperan sebagai memnghambat tindakan serta

secara tidak langsung melalui penurunan komitmen terhadap rencana

aksi.

g. Persepsi Kemanjuran Diri

Kemanjuran diri adalah penilaian kemampuan pribadi untuk

berorganisasi dan melakukan tindakan tertentu. Self-efficacy

melibatkan penilaian atas apa yang dapat dilakukan seseorang dengan

keterampilan apa pun yang dimiliki seseorang. Penilaian efikasi

pribadi dibedakan dari hasil harapan. Perceived self-efficacy adalah

penilaian kemampuan seseorang untuk mencapai sesuatu tingkat

kinerja, sedangkan ekspektasi hasil adalah penilaian konsekuensi yang

mungkin terjadi (manfaat, biaya) perilaku yang akan dihasilkan.

Page 41: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

55

Persepsi keterampilan dan kompetensi pada khususnya domain

memotivasi individu untuk terlibat dalam perilaku di mana mereka

unggul. Merasa berkhasiat dan terampil lebih mungkin mendorong

seseorang untuk terlibat dalam perilaku yang ditargetkan lebih sering

daripada yang sebenarnya merasa tidak kompeten dan tidak terampil (

Alligood, 2015).

HPM mengusulkan bahwa persepsi efikasi diri dipengaruhi oleh

pengaruh yang berhubungan dengan aktivitas. Semakin positif

pengaruhnya, semakin besar persepsi keberhasilan. Namun dalam

kenyataannya, hubungan ini bersifat timbal balik. Persepsi kemanjuran

yang lebih besar, pada gilirannya, meningkatkan pengaruh positif. Self

efficacy mempengaruhi hambatan yang dirasakan untuk tindakan,

dengan keberhasilan yang lebih tinggi menghasilkan Persepsi

hambatan. Self-efficacy memotivasi perilaku mempromosikan

kesehatan secara langsung oleh efficacy harapan dan secara tidak

langsung dengan mempengaruhi hambatan yang dirasakan dan tingkat

komitmen atau kegigihan dalam mengejar rencana aksi.

h. Aktivitas Yang Mempengaruhi

Pengaruh yang berhubungan dengan aktivitas terdiri dari tiga

komponen: emosional gairah terhadap tindakan itu sendiri (tindakan

terkait), akting diri (terkait diri), dan lingkungan di mana aksi

berlangsung (terkait konteks). Keadaan perasaan yang dihasilkan

Page 42: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

56

cenderung mempengaruhi apakah suatu individu akan mengulangi

perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku itu dalam jangka

panjang. Perasaan subyektif keadaan terjadi sebelum, selama, dan

mengikuti suatu kegiatan, berdasarkan pada sifat-sifat stimulus terkait

dengan acara perilaku. Respons afektif ini mungkin ringan, sedang,

atau kuat dan secara kognitif diberi label, disimpan dalam memori, dan

dikaitkan dengan pemikiran selanjutnya tentang tingkah laku.

Pengaruh yang terkait dengan perilaku mencerminkan reaksi

emosional langsung atau gutlevel respons terhadap perilaku, yang bisa

positif atau negatif — apakah itu menyenangkan, menyenangkan,

menyenangkan, menjijikkan, atau tidak menyenangkan? Perilaku yang

terkait dengan pengaruh positif cenderung diulang, sedangkan yang

terkait dengan dampak negatif cenderung dihindari. Baik positif

maupun negatif negara perasaan diinduksi untuk beberapa perilaku.

Dengan demikian, keseimbangan relatif antara positif dan pengaruh

negatif sebelum, selama, dan mengikuti perilaku penting untuk

dipastikan (Pender, 2014).

Aktivitas terkait Mempengaruhi berbeda dari dimensi evaluatif sikap

yang diusulkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Dimensi evaluatif dari

sikap mencerminkan evaluasi afektif dari spesifik hasil dari perilaku

daripada respons terhadap sifat-sifat stimulus perilaku acara itu sendiri.

Untuk setiap perilaku yang diberikan, rentang penuh perasaan negatif

Page 43: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

57

dan positif terkait dengan tindakan, diri sebagai aktor, dan konteks

tindakan harus diukur. Dalam banyak ukuran pengaruh, perasaan

negatif diuraikan lebih luas daripada perasaan positif. Ini tidak

mengejutkankarena kecemasan, ketakutan, dan depresi dipelajari lebih

dari sukacita, kegembiraan, dan ketenangan.

Respon emosional dan keadaan fisiologis yang diinduksi selama

perilaku berfungsi sebagai sumber informasi efikasi (Bandura, 1985

dalam Pender, 2014). Dengan demikian, pengaruh yang berhubungan

dengan aktivitas diusulkan untuk mempengaruhi perilaku kesehatan

secara langsung maupun tidak langsung melalui self-efficacy dan

komitmen terhadap suatu rencana tindakan.

i. Pengaruh Interpersonal

Pengaruh interpersonal adalah kognisi yang melibatkan perilaku,

keyakinan, atau sikap orang lain. Kognisi ini mungkin berhubungan

atau tidak dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh interpersonal

pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga, teman sebaya, dan

penyedia layanan kesehatan. Pengaruh interpersonal termasuk norma

sosial (harapan signifikan lainnya), dukungan sosial (dorongan

instrumental dan emosional), dan pemodelan (perwakilan) belajar

melalui mengamati orang lain). Tiga pengaruh interpersonal ini

menentukan individu kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku

yang meningkatkan kesehatan. Norma sosial menetapkan standar

Page 44: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

58

kinerja yang dapat diadopsi atau ditolak individu. Sosial dukungan

untuk perilaku memanfaatkan sumber daya berkelanjutan yang

ditawarkan oleh orang lain. Pemodelan menggambarkan komponen

berurutan dari perilaku kesehatan dan merupakan strategi penting

untuk perubahan perilaku.

HPM mengusulkan bahwa pengaruh interpersonal memengaruhi

perilaku mempromosikan kesehatan secara langsung serta secara tidak

langsung melalui tekanan sosial atau dorongan untuk berkomitmen

pada rencana aksi. Individu berbeda-beda dalam hal sejauh mana

mereka peka terhadap keinginan, contoh, dan pujian lainnya. Namun,

dengan motivasi yang memadai, individu cenderung melakukan

perilaku itu akan diperkuat secara sosial. Kerentanan terhadap

pengaruh orang lain mungkin berbeda secara perkembangan dan

menjadi sangat jelas pada masa remaja. Beberapa budaya lebih

menekankan pada interpersonal pengaruh daripada orang lain.

Misalnya, keluarga di antara populasi Hispanik mungkin dorong

individu untuk terlibat dalam perilaku tertentu demi kebaikan keluarga

dan bukan untuk keuntungan pribadi (Pender, 2015).

j. Pengaruh Situasional

Persepsi pribadi dan kognisi tentang situasi atau konteks apa pun

memfasilitasi atau menghambat perilaku. Pengaruh situasional pada

perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi opsi yang tersedia,

Page 45: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

59

karakteristik permintaan, dan karakteristik lingkungan di dimana suatu

perilaku tertentu diusulkan untuk terjadi. Individu tertarik dan

melakukan lebih banyak kompeten dalam situasi atau konteks

lingkungan di mana mereka merasa cocok, terkait, dan aman dan

diyakinkan Dalam revisi HPM, pengaruh situasional telah

direkonseptualisasi menjadi langsung dan tidak langsung

mempengaruhi perilaku kesehatan. Situasi dapat secara langsung

mempengaruhi perilaku dengan menghadirkan lingkungan "Penuh"

dengan isyarat yang memicu tindakan. Misalnya, lingkungan "tidak

merokok" tercipta menuntut karakteristik untuk perilaku tidak

merokok.

k. Komitmen terhadap Rencana Aksi

Komitmen terhadap rencana tindakan memulai suatu peristiwa

perilaku. Komitmen mendorong individu ke dalam tindakan kecuali

ada permintaan bersaing yang tidak dapat dihindari atau preferensi

bersaing itu tidak ditolak. Individu umumnya terlibat dalam

terorganisir daripada tidak terorganisir tingkah laku. Dalam HPM yang

direvisi, komitmen terhadap rencana aksi menyiratkan yang mendasari

berikut proses kognitif: (1) komitmen untuk melakukan tindakan

tertentu pada waktu dan tempat tertentu dan dengan orang-orang

tertentu atau sendiri, terlepas dari preferensi yang bersaing (niat

Page 46: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

60

implementasi), dan (2) identifikasi strategi pasti untuk memunculkan,

melaksanakan, dan memperkuat tingkah laku.

Identifikasi strategi spesifik untuk digunakan pada titik yang berbeda

dalam perilaku urutan melampaui kesengajaan untuk memajukan

kemungkinan bahwa rencana tindakan akan berhasil

diimplementasikan. Sebagai contoh, strategi kontrak terdiri dari

perjanjian yang disepakati bersama serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh satu pihak dengan pemahaman bahwa pihak lain akan

melakukannya memberikan hadiah atau penguatan nyata jika

komitmen dipertahankan. Strategi adalah dipilih untuk memberi energi

dan memperkuat perilaku kesehatan sesuai dengan preferensi individu

(Pender, 2015).

Komitmen sendirian tanpa strategi terkait sering menghasilkan "niat

baik" tetapi gagal melakukan perilaku kesehatan. Komitmen terhadap

rencana mirip dengan konsep implementasi niat di mana komitmen

yang kuat dilengkapi dengan kapan, di mana, dan bagaimana

komitmen akan terwujud.

l. Permintaan dan Preferensi Bersaing Segera

Tuntutan atau preferensi yang bersaing secara langsung mengacu pada

perilaku alternatif yang mengganggu kesadaran segera sebelum

kejadian yang direncanakan dari perilaku mempromosikan kesehatan

yang direncanakan. Tuntutan yang bersaing adalah perilaku alternatif

Page 47: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

61

di mana individu memiliki tingkat yang relatif rendah kontrol karena

kemungkinan lingkungan seperti pekerjaan atau tanggung jawab

perawatan keluarga. Kegagalan untuk menanggapi permintaan yang

bersaing mungkin memiliki efek buruk untuk diri sendiri atau untuk

signifikan lainnya.

Preferensi yang bersaing memiliki sifat penguat yang kuat yang

digunakan individu tingkat kontrol yang relatif tinggi. Sejauh mana

seseorang menolak preferensi yang bersaing tergantung pada

kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Contoh "menyerah" untuk

preferensi yang bersaing adalah memilih makanan yang tinggi lemak

daripada rendah lemak karena rasa atau preferensi rasa, atau

mengemudi melewati pusat rekreasi di mana orang biasanya

berolahraga untuk berhenti di mal berdasarkan preferensi berbelanja

daripada aktivitas fisik. Baik tuntutan dan preferensi yang bersaing

dapat menggagalkan suatu rencana tindakan. Preferensi yang bersaing

dibedakan dari hambatan seperti kurangnya waktu, karena preferensi

yang bersaing adalah desakan menit terakhir berdasarkan pada hierarki

preferensi seseorang yang menggagalkan suatu rencana untuk tindakan

kesehatan yang positif. Individu bervariasi dalam kemampuan mereka

untuk mempertahankan perhatian dan menghindari gangguan perilaku

kesehatan (Alligod, 2015).

Page 48: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

62

m. Hasil Perilaku

Perilaku Mempromosikan Kesehatan. Perilaku mempromosikan

kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan dalam HPM. Namun,

perilaku mempromosikan kesehatan pada akhirnya diarahkan untuk

mencapai hasil kesehatan yang positif untuk klien. Perilaku

mempromosikan kesehatan, terutama ketika terintegrasi menjadi gaya

hidup sehat, menghasilkan peningkatan kesehatan, peningkatan

kemampuan fungsional, dan lebih baik kualitas hidup di semua tahap

perkembangan. Studi terus dilakukan untuk mendukung konstruksi

model HPM. Sebagian besar studi telah fokus pada pengujian

prediktabilitas model daripada berfungsi sebagai dasar teori untuk

mengembangkan dan menguji intervensi untuk mempelajari

mekanisme perubahan yang diusulkan dalam model (Pender,2014).

Model ini telah digunakan untuk memprediksi aktivitas fisik, nutrisi,

kesehatan mulut, dan perlindungan pendengaran. Masalah yang sedang

berlangsung adalah hanya sebagian pengujian model HPM yang

dilakukan di banyak penelitian, daripada mengukur semua konsep

model. Alasan yang mungkin adalah kompleksitas model dan sejumlah

besar konsep yang perlu diukur untuk menguji model penuh. Terlepas

dari keterbatasannya.

Model HPM terus memberikan kontribusi yang signifikan dalam

prediksi perilaku kesehatan dalam keperawatan dan kesehatan

masyarakat. Penelitian telah membuktikan bahwa itu adalah model

Page 49: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

63

motivasi untuk memahami penentu utama perilaku kesehatan. Pender

memiliki mengembangkan rencana penilaian klinis yang dapat

digunakan oleh perawat dan profesional perawatan kesehatan lainnya

untuk menilai delapan konsep model kepercayaan. Konsep yang dinilai

adalah perilaku sebelumnya, faktor pribadi, kognisi spesifik perilaku,

pengaruh pribadi, pengaruh interpersonal, situasional pengaruh,

tuntutan dan preferensi yang bersaing, dan komitmen terhadap rencana

aksi. Penilaian dapat memberikan informasi berharga untuk

mengembangkan strategi konseling untuk membantu klien mengubah

perilaku negatif atau mengadopsi perilaku sehatyang lebih baik.

Model HPM dapat di tunjukkan pada gambar. 2.1 dibawah ini :

Keuntungan2 dari

tindakan yang

dirasakan

Penghambat2 untuk

bertindak yang

dirasakan

Kemajuan diri yang

dirasakan

Tindakan yang terkait

yang mempengaruhi

Pengaruh hubungan

interpersonal (klg,

kelompok, provider),

norma dukungan dan

model

Pengaruh situasional;

pilihan, sifat

kebutuhan; estetika

Komitment

pd Rencana

Tindakan

Kebutuhan bersaing

segera (control rendah)

& Pilihan2 (Kontrol

tinggi

Perilaku Promosi

Kesehatan HPM)

Sifat2 & Pengalaman

Individu

Perilaku Spesifik

Pengetahuan dan Sikap

Hasil Perilaku

Hubungan

dengan perilaku

sebelumnya

Faktor Pribadi;

biologi,psikologis

, social budaya

Page 50: BAB II TINJAUAN TEORI A. Dewasa

64

G. KERANGKA TEORI

Gambar. 2.2. Health Promotion Model Pender ( Tommy dan Alligood, 2015).

Perilaku Deteksi Dini

Hipertensi Yang

Buruk

Faktor Personal

a. Faktor Biologis

1.Umur

2.Jenis Kelamin

3.Pendidikan

4.Status Ekonomi

b. Faktor Psikologis

1.Motivasi

2.Persepsi Status

kesehatan

c. Faktor

Sosiokultural

1.budaya

Pengaruh situasional;

pilihan, sifat

kebutuhan; estetika

Self Efficacy

Hambatan yang

dirasakan

Pemberian

Pelatihan Kader

Posbindu

Tentang Deteksi

Dini Hipertensi Pengaruh hubungan

interpersonal (klg,

kelompok, provider),

norma dukungan dan

model

Merasakan Manfaat

Tindakan

Komitmen

Terhadap

Rencana

Tindakan

Perilaku

Deteksi Dini

Hipertensi