bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha
Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS),
Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No.
20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya. Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK),
termasuk Usaha Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000,-. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp
200.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan
bangunan. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah
merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.
18
2.2 Gambaran Umum Akuntansi
2.2.1 Pengertian Akuntansi
Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the
American Institute of Certified Public Accountans) mendefinisikan akuntansi ke
dalam beberapa definisi (Belkaoui, 2000 : 37). Akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan
dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, penginterpretasian
hasil proses tersebut.
Definisi akuntansi terbaru telah mengacu pada konsep informasi
kuantitatif. Akuntansi adalah aktivitas jasa yang berfungsi untuk menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik
yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik,
dalam membuat pilihan di antara alternatif tindakan yang ada.
2.2.2 Pemakai Informasi Akuntansi
Interpretasi terhadap laporan keuangan sebagai hasil akhir dari kegiatan
akuntansi sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan tersebut. Mardiasmo (2000:4) menyatakan Pihak-pihak yang
membutuhkan informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan
perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua pihak, yaitu: (1) pihak intern
perusahaan (manajemen) dan (2) pihak ekstern perusahaan, yang antara lain
terdiri atas: pemilik perusahaan (investor), kreditur, pemerintah, serikat pekerja,
dan masyarakat tertentu. Laporan akuntansi suatu perusahaan, oleh pihak-pihak
19
tersebut umumnya digunakan sebagai informasi yang bermanfaat untuk dasar
pengambilan keputusan ekonomi yang akan dilakukan, sesuai kepentingan
masing-masing pihak tersebut.
Firdaus A. Dunia (2008:4) menyatakan ada 7 (tujuh) pihak yang
berkepentingan menggunakan informasi akuntansi, yaitu :
1. Individu
2. Pemodal atau Calon Pemodal
3. Kreditur
4. Badan Pemerintah
5. Karyawan
6. Kelompok Konsumen
7. Manajemen (Pemimpin Perusahaan)
2.2.3 Sistem Akuntansi
Setelah mengetahui pengertian dari akuntansi maupun sistem secara
tersendiri, maka dengan mudah dapat menemukan pemahaman mengenai sistem
akuntansi. Sistem akuntansi sangat diperlukan dalam setiap organisasi atau
perusahaan, suatu sistem akuntansi yang digunakan berguna untuk mencapai
suatu tujuan perusahaan, agar terciptanya suatu efisiensi dan efektifitas.
Menurut Warren, Reeve, Fees yang diterjemahkan oleh Aria Farahwati
(2005:234) dalam bukunya Warren, Reeve, Fees menyebutkan bahwa:
“Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklarifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan.”
20
Sedangkan Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001:3) dalam bukunya
Sistem Akuntansi :
“Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang memudahkan manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.”
Mulyadi (2001:4-5) juga menerangkan satu persatu mengenai unsur sistem
akuntansi, diantaranya :
1. Formulir/dokumen merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya suatu transaksi.
2. Jurnal adalah pencatatan akuntansi yang ppertama kali dilakukan untuk
mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan dan data lainnya.
3. Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah tercatat di jurnal.
4. Buku pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci
data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalm buku besar.
5. Laporan merupakan output dari sistem akuntansi.
Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan
suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis, dan pengendalian transaksi serta
kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi
meliputi :
1. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu
pengambilan keputusan.
21
2. Pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang
dihasilkan.
3. Pengomunikasian informasi kepada pemakai laporan.
Kegiatan-kegiatan tadi perludirangkai dalam suatu sistem yang disebut
sistem akuntansi. (Soemarso S.R, 2009:4)
Accounting Information System is a specialized subsystem of the
management information system its purpose is to collect, process, and report
information related to the financial aspect of business events. (Gellinas, 2002:14)
Dari beberapa sumber di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem
akuntansi adalah serangkaian sub sistem yang terdiri dari formulir, catatan, dan
laporan yang kemudian melalui beberapa tahap proses sehingga menghasilkan
suatu informasi yang bertujuan untuk membantu pengguna informasi untuk
mengambil keputusan.
2.3 Gambaran Umum Akun
Perkiraan atau Akun merupakan suatu media penolong yang dapat
membantu staf akuntansi untuk mencatat transaksi tanpa harus membuat neraca
setiap saat. Tujuan penggunaan akun adalah untuk mencatat data-data yang
muncul akibat transaksi yang dilakukan perusahaan dan yang menjadi dasar
penyusunan laporan keuangan. Akun memberikan informasi tentang operasi
perusahaan dari hari ke hari. Dari akun dapat diketahui beberapa informasi
22
penting bagi perusahaan, seperti jumlah tagihan pada salah satu langganan atau
jumlah total tagihan, jumlah pendapatan, atau beberapa informasi lainnya.
2.3.1 Bentuk Akun
Menurut Soemarso S.R. (2009:64-67) ada tiga bentuk akun, yaitu :
1. Bentuk Akun T (T-Account)
Bentuk ini merupakan bentuk akun yang paling sederhana yang digunakan
dalam pencatatan akun. Bentuk ini terdiri dari dari tiga bagian, yakni: (1)
Nama akun, yang menjelaskan tentang jenis aktiva, kewajiban, modal,
pendapatan, atau beban yang dicatat dalam akun tersebut, (2) Tempat untuk
mencatat penambahan yang terjadi pada akun yang bersangkutan, (3) Tempat
untuk mencatat pengurangan. Bentuknya menyerupai huruf T sehingga bentuk
ini disebut akun bentuk T atau T-Account. Sisi sebelah kiri akun disebut sisi
debit dan sisi sebelah kanannya disebut sisi kredit.
2. Akun Dua Kolom
3. Akun Empat Kolom
2.3.2 Pengelompokan Akun
Pengelompokan akun-akun dilakukan sesuai dengan ketentuan bahwa
transaksi-transaksi mempunya sifat yang sama harus dilaporkan sebagai satu
kesatuan. Akun dalam buku besar biasanya diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya
sebagai aktiva, kewajiban, modal, pendpatan, atau beban.
23
Soemarso S.R. (2009:68) memberikan contoh pengelompokan akun
sebagai berikut:
1. Akun Neraca
Sesuai dengan unsur-unsur dalam persamaan akuntansi, akun dapat
diklasifikasikan menjadi akun-akun aktiva, kewajiban, dan modal. Akun-akun
ini sering disebut dengan akun-akun neraca atau akun riil oleh karena aktiva,
kewajiban, dan modal merupakan unsur-unsur dari neraca. Contoh akun
aktiva adalah kas, piutang, perlengkapan, dan macam-macam beban dibayar di
muka. Tanah, gedung, mesin, kendaraan, dan peralatan juga termasuk contoh-
contoh akun aktiva. Akun kewajiban diantaranya utang wesel, utang usaha,
utang bank, utang gaji, utang pajak, dan utang bunga. Akun modal mencakup
modal X dan Prive X. akun prive digunakan untuk mencatat pengambilan-
pengambilan uang yang dilakukan oleh pemilik dan digunakan untuk
keperluan pribadinya.
2. Akun Laba Rugi
Dalam persamaan akuntansi dijelaskan bahwa transaksi-transaksi
pendapatan dan beban dicatat sebagai penambahan dan pengurangan modal.
Dalam sistem pencatatan dengan menggunakan akun, transaksi-transaksi
tersebut dicatat dalam akun-akun yang terpisah. Akun-akun pendapatan dan
beban sering disebut dengan akun-akun laba rugi atau akun nominal.
Pendapatan dapat berasal dari macam-macam kegiatan, misalanya penjualan
barang, pemberian jasa atau kegiatan-kegiatan lain dalam rangka usaha dan
24
dengan tujuan memperoleh laba. Akun-akun yang termasuk dalam pendapatan
antara lain penjualan, pendapatan jasa, dan pendapatan sewa. Beban yang
terjadi untuk memperoleh pendapatan juga dapat bermacam-macam. Contoh
akun beban adalah beban gaji, beban perlengkapan, beban penyusutan, beban
bunga, beban sewa, dan beban serba-serbi.
2.3.3 Bagan Akun Standar
Dalam akuntansi, bagan akun standar adalah daftar nomor akun yang
terdiri dari buku besar perusahaan. Bagan rekening perusahaan pada dasarnya
merupakan sistem pengarsipan untuk mengelompokkan semua akun sebuah
perusahaan dan mengelompokkan semua transaksi sesuai dengan akun yang
saling mempengaruhi. Bagan rekening daftar kategori mungkin termasuk aktiva,
kewajiban, ekuitas pemilik, pendapatan, harga pokok penjualan, biaya operasi,
dan akun lain yang relevan. Bagan akun standar kadang-kadang juga disebut
bagan akun seragam.
Sebuah bagan akun standar diatur sesuai dengan sistem numerik. Setiap
kategori utama akan dimulai dengan nomor tertentu, dan kemudian di sub-
kategori dalam kategori besar semua akan dimulai dengan nomor yang sama.
Sebagai contoh, jika aktiva tersebut diklasifikasikan dengan nomor yang dimulai
dengan 1 digit, maka rekening kas mungkin diberi label 101, piutang mungkin
diberi label 102, persediaan mungkin diberi label 103, dan seterusnya. Dan jika
account kewajiban diklasifikasikan berdasarkan nomor yang dimulai dengan 2
digit, maka hutang akan diberi label 201, utang jangka pendek mungkin akan
25
diberi label 202, dan seterusnya. Tergantung pada ukuran perusahaan, bagan
rekening mungkin termasuk rekening beberapa lusin atau mungkin meliputi
beberapa ribu rekening. Tergantung pada kecanggihan dari perusahaan, bagan
akun dapat kertas-based atau berbasis komputer. Bagan akun berguna untuk
menganalisis transaksi masa lalu dan menggunakan data historis untuk
memperkirakan tren masa depan. Prinsip dasar yang harus dijunjung oleh semua
aturan prinsip-prinsip ini meliputi konsistensi, relevansi, reliabilitas, dan
komparatif.
2.3.4 Saldo Normal Akun
Jumlah penambahan yang dicatat dalam suatu akun biasanya sama atau
lebih besar daripada jumlah pengurangannya. Oleh karena itu, saldo normal
semua akun adalah positif. Aturan debit-kredit dan saldo normal untuk tiap-tiap
jenis akun menurut Soemarso S.R. (2009:72) diikhtisarkan sebagai berikut :
Tabel 2.3 Saldo Normal Akun
Jenis Akun Penambahan Pengurangan Saldo Normal
Aktiva Debit Kredit Debit
Kewajiban Kredit Debit Kredit
Modal Kredit Debit Kredit
Prive Debit Kredit Debit
Pendapatan Kredit Debit Kredit
Beban Debit Kredit Debit
Karena begitu beragamnya transaksi dan begitu banyaknya akun yang
digunakan koperasi, kita harus memiliki metode yang dapat digunakan sebagai
26
pedoman dalam mencatat transaksi yang dilakukan koperasi ke dalam berbagai
akun yang ada. Salah satu cara yang dapat dijadikan pedoman untuk mencatat
transaksi koperasi ke dalam berbagai akun adalah dengan mengikuti pedoman
berikut ini.
Aktiva Utang Ekuitas
+ - - + - +
Penjualan/Pendapatan Beban
- + + -
Untuk semua akun yang termasuk dalam kelompok akun aktiva,
jika akun tersebut bertambah nilainya, cantumkan di sisi debet,
sementara jika berkurang nilainya, cantumkan di sisi kredit.
Untuk semua akun yang termasuk dalam kelompok akun
utang/kewajiban, jika akun tersebut bertambah nilainya
dicantumkan di sisi kredit, sementara jika berkurang nilainya
cantumkan di sisi debet.
Untuk semua akun yang termasuk dalam kelompok akun modal,
jika akun tersebut bertambah nilainya cantumkan di sisi kredit,
sementara jika berkurang nilainya cantumkan di sisi debet.
Akun pendapatan/penjualan, jika bertambah nilainya cantumkan di
sisi kredit, sementara jika berkurang nilainya cantumkan di sisi
debet.
27
Untuk semua akun yang termasuk dalam kelompok akun biaya,
jika bertambah nilainya cantumkan di sisi debet, sementara jika
berkurangnya nilainya cantumkan di sisi kredit.
2.4 Siklus Akuntansi
Dalam akuntansi terdapat siklus akuntansi yang terdiri dari kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,
pelaporan informasi ekonomi. Definisi siklus akuntansi, yang dikemukakan
Michell Suharli (2006:49) dalam bukunya Akuntansi Untuk Bisnis Jasa dan
Dagang adalah :
“Siklus akuntansi adalah urutan transaksi, peristiwa, aktivitas, dan proses dari awal sampai akhir dimulai dari awal seperti lingkaran yang tidak akan pernah putus.”
Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2003:16) dalam bukunya
Teori Akuntansi adalah :
“Proses akuntansi adalah proses pengolahan data sejak terjadinya transaksi, kemudian transaksi ini memiliki bukti yang sah sebagai dasar terjadinya transaksi kemudian berdasarkan data atau bukti ini, maka diinput keproses pengolahan data sehingga menghasilkan output berupa informasi laporan keuangan.”
Kesimpulan dari kedua definisi diatas, siklus akuntansi merupakan suatu
proses pengolahan data yang terdiri dari urutan transaksi yang berdasarkan bukti
transaksi, sehingga dapat menghasilkan informasi laporan keuangan.
Dalam siklus akuntansi terdapat tahap-tahap proses pengolahan data, yang
saling berurutan hingga menghasilkan suatu informasi keuangan. Tahap-tahap
28
dalam siklus akuntansi menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2005:16)
dalam modulnya Pengantar Akuntansi I adalah sebagai berikut :
“A. Tahap Pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi 2. Pencatatan dalam jurnal (buku harian) 3. Pemindahbukuan ke buku besar
B. Tahap Pengihtisaran
1. Pembuatan neraca saldo (trial balance) 2. Jurnal penyesuaian 3. Neraca saldo disesuaikan 4. Perhitungan rugi laba dan neraca 5. Penyusunan laporan keuangan 6. Jurnal penutup 7. Pembuatan neraca saldo penutup 8. Jurnal pembalik.”
Sedangkan menurut Michell Suharli (2006:49) dalam bukunya Akuntansi
untuk bisnis jasa dan dagang, yang mengemukakan tentang tahap siklus akuntansi
adalah :
“A. Tahap pencatatan
1. Jurnal 2. Buku besar 3. Neraca saldo
B. Tahap pengikhtisaran
1. Jurnal penyesuaian 2. Jurnal pembalik 3. Neraca lajur
29
C. Tahap pelaporan
4. Laporan keuangan 5. Jurnal penutup 6. Neraca saldo setelah penutupan.”
2.4.1 Tahap Pencatatan
2.4.1.1 Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
Bukti transaksi berguna untuk memastikan keabsahan transaksi yang
dicatat, dan sebagai rujukan apabila terjadi masalah dikemudian hari. Bukti
transaksi terbagi dua, yaitu bukti intern yang dibuat oleh perusahaan dan bukti
ekstern yang diperoleh dari pihak luar, contohnya kuitansi atas penerimaan dan
pengeluaran uang, faktur atas pembelian dan penjualan secara kredit, dan bukti
penerimaan dan pengiriman barang.
2.4.1.2 Pencatatan dalam jurnal
Setelah terkumpulnya bukti transaksi, proses selanjutnya yaitu pencatatan
dalam jurnal, proses tersebut disebut dengan penjurnalan. Dalam melakukan
penjurnalan harus disertai dengan bukti jurnal, dimana bukti jurnal ini digunakan
sebagai bukti pencatatan akuntansi yang dibuat oleh perusahaan, untuk semua
transaksi yang terjadi. Bukti jurnal ini harus diberi nomor urut, sehingga
memudahkan dalam penyimpanan dan pencarian dikemudian hari.
30
2.4.1.3 Pemindahbukuan ke buku besar
Setelah bukti transaksi dicatat dalam jurnal, tahap selanjutnya adalah
memindahkan data yang terdapat dalam jurnal ke dalam perkiraan-perkiraan yang
bersangkutan di buku besar, tahap ini disebut pemindahbukuan (posting) ke buku
besar.
2.4.2 Tahap Pengihtisaran
2.4.2.1 Pembuatan neraca saldo (trial balance)
Neraca saldo merupakan titik awal yang baik untuk penyusunan laporan
keuangan, banyak dari jumlah yang dicantumkan didalamnya dapat langsung
disajikan dalam neraca, perhitungan rugi laba dan laporan perubahan modal.
Tetapi kebenaran jumlah dalam neraca saldo tidak berlaku untuk semua perkiraan,
ada beberapa perkiraan tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, salah satu
penyebabnya adalah belum dibuatnya dokumen pada akhir periode, sehingga
transaksi belum dicatat. Untuk mengatasinya maka dibuat ayat jurnal penyesuaian
yang pada hakekatnya adalah untuk mengoreksi perkiraan-perkiraan tersebut
sehingga mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, pendapatan, dan modal yang
sebenarnya.
31
2.4.2.2 Jurnal penyesuaian
Terdiri dari dua macam keadaan dalam pembuatan jurnal penyesuaian :
a. Keadaan dimana suatu transaksi telah terjadi, tetapi belum dicatat dalam
perkiraan.
b. Keadaan suatu transaksi telah dicatat dalam suatu perkiraan, tetapi
saldonya perlu dikoreksi untuk mencerminkan keadaan sebenarnya.
2.4.2.3 Neraca saldo disesuaikan
Neraca saldo disesuaikan merupakan suatu kolom yang menujukan neraca
saldo yang telah disesuaikan dengan jurnal penyesuaian, saldonya sudah
mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Angka-angka dalam kolom
ini diperoleh dengan jalan menambah atau mengurangkan angka-angka yang
terdapat dalam neraca saldo. Saldo perkiraan-perkiraan yang tidak dipengaruhi
oleh jurnal penyesuaian, langsung dipindahkan ke kolom neraca saldo disesuaikan
(adjusted trial balance), contohnya mengenai perkiraan ini adalah perkiraan kas.
2.4.2.4 Perhitungan rugi-laba dan neraca
Neraca saldo disesuaikan sekarang telah mencakupi semua informasi yang
telah diperlukan untuk membuat laporan keuangan. Tahap selanjutnya adalah
memindahkan saldo setiap perkiraan yang ada dalam kolom perkiraan yang ada ke
kolom laporan keuangan yang tepat. Aturan pemindahan didasarkan atas jenis
perkiraan yang bersangkutan perkiraan-perkiraan aktiva, kewajiban, dan modal
32
dipindahkan ke kolom neraca, perkiraan-perkiraan pendapatan dan biaya
dipindahkan ke kolom perhitungan rugi laba, perlu dicatat walaupun perkiraan
perkiraan modal dan prive dipindahkan ke kolom neraca, mereka juga akan
digunakan dalam penyusunan laporan perubahan modal.
Setelah semua saldo perkiraan yang ada dipindahkan, masing-masing
kolom dari kelima kolom jumlah debet pada jumlah kredit kolom “perhitungan
rugi-laba” apabila jumlah kolom kredit lebih besar dibandingkan dengan jumlah
kolom debet, maka kelebihan ini merupakan laba bersih. Sebaliknya apabila
kolom debet lebih besar dari kolom kredit maka sisanya adalah rugi bersih.
2.4.2.5 Penyusunan laporan keuangan
Hasil akhir siklus akuntansi adalah laporan keuangan, yang terdiri atas:
a. Neraca
b. Laporan Harga Pokok Produksi
c. Perhitungan rugi-laba
d. Laporan perubahan modal/laporan laba ditahan
e. Laporan arus kas
f. Catatan Atas laporan keuangan
2.4.2.6 Jurnal penutup
Pada akhir periode akuntansi, buku besar perusahaan akan terdiri dari
enam jenis perkiraan, yaitu:
33
1. Perkiraan aktiva
2. Perkiraan kewajiban
3. Perkiraan modal
4. Perkiraan prive
5. Perkiraan pendapatan
6. Perkiraan biaya
Perkiraan-perkiraan pendapatan, biaya dan prive adalah perkiraan-
perkiraan sementara yang digunakan untuk mengklasifikasikan dan
mengikhtisarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada perkiraan modal selama
satu periode akuntansi. Untuk melakukan hal ini, perlu dibuatkan ayat jurnal
penutup yaitu ayat jurnal untuk menolkan saldo perkiraan-perkiran sementara
apabila akan dimulai pencatatan data akuntansi periode berikutnya. Untuk
melakukan ayat jurnal penutup, diperlukan satu perkiraan tambahan yang dapat
digunakan untuk mengihitisarkan data yang terdapat dalam perkiraan-perkiraan
pendapatan dan biaya. Perkiraan ini disebut ikhtisar rugi-laba (income summary).
Ada empat tahap yang diperlukan untuk melakukan jurnal penutup:
a) Semua perkiraan biaya didebet sebesar masing-masing saldo akhir
perkiraan-perkiraan tersebut.
b) Selisih antara jumlah kredit dan debet pada perkiraan ihtisar rugi-laba
dipindahkan ke perkiraan modal.
34
c) Semua perkiraan biaya dikredit sebesar masing-masing saldo akhirnya dan
perkiraan ihtisar rugi laba-kredit rugi laba didebet sebesar jumlah saldo
akhir perkiraan-perkiraan tersebut.
d) Perkiraan prive dikredit sebesar saldo akhirnya dan perkiraan modal
didebet dengan jumlah yang sama.
Setelah jumlah penutup dicatat, posisi keenam jenis perkiraan tersebut
diatas akan menjadi sebagai berikut :
a. Perkiraan aktiva bersaldo debet
b. Perkiraan kewajiban bersaldo kredit
c. Perkiraan modal bersaldo kredit
d. Perkiraan prive bersaldo nol
e. Perkiraan pendapatan bersaldo nol
f. Perkiraan biaya bersaldo nol
2.4.2.7 Pembuatan neraca saldo penutup
Setelah pembuatan jurnal penutup, tahap selanjutnya dalam siklus
akuntansi adalah penyusunan neraca saldo penutup. Tujuan dibuatnya neraca
saldo penutup adalah memastikan bahwa buku besar telah seimbang sebelum
memulai pencatatan data akuntansi periode berikutnya, neraca saldo penutup
dapat dibuat dengan mengambil saldo-saldo perkiraan di buku besar setelah ayat
jurnal penutup dibukukan.
35
2.4.2.8 Jurnal pembalik
Beberapa dari ayat jurnal penyesuaian yang dicatat pada akhir tahun fiskal
mempunyai pengaruh penting terhadap transaksi rutin, yang akan terjadi pada
tahun berikutnya. Untuk menyederhanakan analisis dan pencatatan transaksi
berikutnya yang berkaitan dengan ayat jurnal penyesuaian tersebut, prosedur
opersional yaitu penggunaan ayat jurnal pembalik (reversing entries) dapat
digunakan.
2.4.3 Tahap Pelaporan
2.4.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
mendefinisikan laporan keuangan tersebut sebagai berikut :
“ Laporan keuangan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”
Menurut Munawir dalam Buku Analisa Laporan Keuangan (2004:5)
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah:
“Dua daftar yang diusun oleh akuntan pada akhir periode suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar Rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan
36
untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan)”.
Mengacu pada pendapat Munawir, laporan keuangan merupakan hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
2.4.3.2 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disajikan untuk memberikan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntasi
Indonesia dalam penyajian laporan keuangan adalah :
“ Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna, dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menjalankan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”
37
Mengacu pada pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan bertujuaan memberikan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, dimana lima komponen utama
laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan masing-masing
menyediakan informasi tersendiri.
Neraca menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan
meliputu aktiva, kewajiban, atau hutang dan ekuitas perusahaan. Informasi yang
berguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dimasa lalu untuk menentukan
aktivitas investasi serta mengukur kesuksesan kegiatan operasi perusahaan yang
terdapat dalam laporan laba-rugi dan laporan kas.
Laporan perubahan ekuitas berisikan informasi mengenai perubahan posisi
keuangan perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva
bersih selama periode tertentu. Sedangkan informasi tambahan atau penjelasan
rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, disajikan dalam catatan atas laporan keuangan yang
disebut notes to financial statement.
2.4.3.3 Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
38
A. Neraca
Neraca disusun berdasarkan pada tingkat likuiditas dimana
komponen-komponen neraca meliputi aktiva (assets), kewajiban atau
hutang (liabilities), dan ekuitas (equities).
Neraca minimal mencakup pos-pos berikut :
1. Aktiva berwujud
2. Aktiva tidak berwujud
3. Aktiva keuangan
4. Investasi yang diperlukan
6. Piutang usaha dan piutang lainnya
7. Kas dan setara kas
8. Hutang usaha dan hutang lainnya
9. Kewajiban yang diestimasi
10. Kewajiban berbunga jangka panjang
11. Hak minoritas
12. Modal saham dan pos ekuitas lainnya
39
Pos-pos neraca diatas disesuaikan dengan bidang yang dijalankan oleh
perusahaan, lebih lanjut untuk menghindari kesalahan pengelompokan
pos-pos dalam neraca dapat dilihat dalam penjelasan sebagai berikut :
A. Aktiva
Aktiva merupakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan
sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa masa lalu yang dapat
mendatangkan manfaat ekonomi dimasa mendatang.
Aktiva dapat digolongkan atas :
1. Aktiva lancar (Current Assets)
Adalah aktiva yang dijadikan uang tunaidalam siklus operasional
dengan jangka waktu relative singkat, pada umumnya kurang dari satu
tahun, misalnya kas (cash), piutang lancar (Account Receivable), Surat-
surat berharga (Marketable Securities), Persediaan barang (inventory).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, suatu aktiva diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut :
a. Diperkirakan akan direalisasikan atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan, atau
dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca, atau
40
b. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
2. Aktiva tidak lancar ( Non current Asset )
Aktiva tidak lancar menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah
aktiva yang tidak termasuk dalam kategori yang diklasifikasikandalam
aktiva lancar. Aktiva tidak lancar meliputi investasi jangka panjang, aktiva
tetap, seperti bangunan, mesin, peralatan, dan lainnya. Aktiva tidak
berwujud dan aktiva tetap lainnya seperti pajak penghasilan yang
ditangguhkan.
Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang diperoleh perusahaan
yang dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal operasi
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang
digunakan dalam operasi perusahaan.
B. Pasiva
Pasiva menggambarkan sumber dana untuk pembiayaan perusahaan.
Pada sisi pasiva terbagi atas dua bagian yaitu :
1. Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban adalah hutang perusahaan masa kini yang timbul sebagai
akibat dari transaksi atau peristiwa masa lalu dimana penyelesaiaannya
diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan
yang mengandung manfaat ekonomi ke entitas lain.
41
Kewajiban dapat digolongkan menjadi :
a. Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities)
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, suatu kewajiban
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
“a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus operasi
perusahaan. Atau
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.”
Dapat dikatakan kewajiban jangka pendek apabila dibayar dalam
kegiatan operasi, jangka waktunya dalam dua belas bulan, dan adanya
keberadaan modal kerja.
b. Kewajiban Jangka panjang ( Long Term Liabilities)
Menurut Standar Akuntansi Keuangan:
“Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang.”
Kewajiban jangka panjang merupakan suatu kewajiban yang timbul
akibat adanya peristiwa atau transaksi masa lalu yangdiharapkan akan
diselesaikan atau dibayar dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan.
42
2. Ekuitas ( Equity )
Merupakan sejumlah uang yang ditanamkan dalam sebuah perusahaan
untuk menjalankan kegiatan usahanya. Dalam Perseroan Terbatas, pemilik
modal disebut pemegang saham karena modal berwujud saham. Selain itu
juga terdapat laba rugi yang diperoleh perusahaan atau penjualan saham
dan laba yang ditahan yang digunakan untuk investasi kembali di dalam
menjalankan kegiatan perusahaan (retained earning).
B. Laporan Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan biaya – biaya yang berhubungan
dengan proses produksi baik secara langsung ataupun tidak langsung, dan
biaya tersebut melekat pada produk yang diproduksi. Dalam beberapa
literatur, harga pokok produksi merupakan elemen dari harga pokok
penjualan. Dari perhitungan harga pokok produksi manajemen perusahaan
dapat menentukan harga jual.
Mursyidi (2008:14) mengemukankan bahwa, “Harga Pokok adalah
biaya yang telah terjadi (expired cost) yang belum
dibebankan/dikurangkan dari penghasilan”. Menurut Horngren, et al
(2011:45), Harga pokok produksi (Cost of goods manufactured) adalah
biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum
maupun selama periode akuntansi berjalan.
Harga pokok produksi sering dikenal dengan istilah biaya produksi.
Menurut Mulyadi (2010:14), biaya produksi merupakan biaya – biaya
43
yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual. Selain dalam perusahaan manufaktur istilah biaya produksi
juga dapat digunakan dalam perusahaan jasa. Menurut Bustami dan
Nurlela (2006:10), biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam
proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.
Komponen Harga Pokok Produksi
Komponen biaya yang menjadi unsur perhitungan harga pokok
produksi yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik.
a. Biaya Bahan Baku Langsung
Dalam industri manufaktur, bahan baku langsung merupakan komponen
utama dalam pembuatan sebuah produk. Tanpa adanya bahan baku langsung
ini, maka proses produksi tidak akan berjalan. Dalam perhitungan harga pokok
produksi pun biaya bahan baku langsung ini termasuk ke dalam kategori biaya
utama (prime cost).
Mulyadi (2010:275) mendefinisikan bahwa “Bahan baku merupakan
bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi”. Biaya bahan baku
langsung dapat ditelusuri langsung ke produk selesai. Biaya bahan baku
langsung termasuk ke dalam biaya variabel, artinya biaya bahan baku
langsung selalu berubah-ubah sesuai dengan volume produksi. Maka total
biaya bahan baku yang digunakan untuk produksi adalah tarif biaya bahan
baku perunit dikalikan dengan jumlah unit produksi.
44
Pencatatan akuntansi pada saat pembelian bahan baku dan bahan
penolong, dapat dicatat sebagai berikut :
Jika bahan baku dibeli secara kredit :
Persediaan Bahan Rp xxx,-
Utang Usaha Rp xxx,-
Jika bahan baku dibeli secara tunai :
Persediaan Bahan Rp xxx,-
Kas Rp xxx,-
Pencatatan akuntansi pada saat bahan baku langsung digunakan dalam
produksi, maka dicatat sebagai berikut :
Barang dalam proses Rp xxx,-
Persediaan Bahan Rp xxx,-
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Mursyidi (2008:15), “Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja
yang dapat secara langsung mengubah bahan baku menjadi suatu produk dan
pembebanan biayanya dapat ditelusuri pada setiap jenis produk yang
dihasilkan”. Menurut Carter (2006:40) dalam bukunya akuntansi biaya
menjelaskan bahwa “Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang
melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu”.
Menurut Blocher, et al (2011:109) “Biaya tenaga kerja langsung (direct labour) meliputi tenaga kerja yang digunakan untuk
45
menghasilkan produk/jasa ditambah sebagian jam kerja tidak produktif yang normal dan tidak dapat dihindari seperti waktu istirahat dan sholat”.
Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang termasuk ke dalam
biaya variabel dimana biaya tenaga kerja langsung selalu berubah-ubah sesuai
dengan unit produk yang diproduksi. Maka dalam perhitungannya, total biaya
tenaga kerja langsung adalah tarif biaya tenaga kerja langsung baik dalam
hitungan jam atau unit produksi dikalikan dengan unit atau jam kerja.
Pencatatan akuntansi untuk tenaga kerja langsung terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu pada saat perhitungan upah atau gaji, saat pembayaran, dan saat
pembebanan biaya tenaga kerja. Saat perhitungan upah atau gaji, maka akan
dicatat sebagi berikut:
Upah dan Gaji Rp xxx,-
Utang Upah dan Gaji Rp xxx,-
Pada saat pembayaran, ayat jurnalnya adalah:
Utang Upah dan Gaji Rp xxx,-
Kas Rp xxx,-
Sedangkan pada saat pembebanan, maka akan dicatat sebagai berikut :
Barang dalam proses Rp xxx,-
Upah dan Gaji Rp xxx,-
46
c. Biaya Overhead Pabrik
Bustami dan Nurlela (2006:10) mengatakan bahwa “Overhead pabrik pada
umumnya dikelompokkan menjadi elemen bahan tidak langsung(bahan
pembantu atau penolong), tenaga kerja tidak langsung, dan biaya tidak
langsung lainnya”. Sedangkan Mulyadi (2010:194) menjelaskan bahwa
“Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung”.
Pada umumnya biaya overhead pabrik merupakan kategori biaya produksi
tidak langsung yang dibebankan ke sebuah produk. Biaya Overhead pabrik
dapat digolongkan dalam 3 cara yaitu :
1) Biaya Overhead pabrik menurut sifatnya
Biaya Bahan Penolong, yaitu bahan yang tidak menjadi bagian dari
suatu produk atau menjadi bagian dari suatu produk tapi nilainya
relatif kecil. Contohnya adalah lem.
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan, yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk memperbaiki atau memelihara asset yang digunakan untuk
produksi, misalnya biaya pemeliharaan mesin.
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang
tidak dapat dibebankan langsung kepada suatu produk atau pesanan
tertentu. Misalnya tunjangan kesehatan karyawan pabrik.
Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.
Biaya yang termasuk kelompok ini contohnya adalah biaya
depresiasi gedung pabrik.
47
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu. Biaya yang
termasuk kelompok ini contohnya adalah biaya asuransi.
Biaya Overhead lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai. Biaya yang termasuk kelompok ini
contohnya adalah biaya listrik.
2) Biaya Overhead pabrik Menurut Perilakunya dalam Hubungannya
dengan Perubahan Volume Produksi.
Biaya Overhead Tetap, yaitu biaya overhead yang tidak berubah
selama rentang produksi tertentu.
Biaya Overhead Variabel, yaitu biaya overhead yang berubah-ubah
sesuai dengan perubahan unit produksi atau volume produksi.
Biaya Overhead Semivariable, yaitu biaya overhead yang berubah
tidak sebanding dengan volume kegiatan.
3) Biaya Overhead pabrik Menurut Hubungannya dengan Departemen
Produksi.
Biaya Overhead Pabrik Langsung Departemen, yaitu biaya
overhead yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya
hanya dinikmati departemen tersebut.
Biaya Overhead Pabrik Tidak Langsung Departemen, yaitu biaya
overhead yang manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen.
Pada dasarnya biaya overhead tidak dapat langsung dibebankan
terhadap suatu produk atau pesanan. Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan
48
tarif dasar biaya overhead yang akan dibebankan. Mursyidi (2008:223-224)
menjelaskan bahwa tahapan penentuan tarif biaya overhead adalah:
1. Menyusun biaya overhead pabrik yang diperkirakan timbul dalam
jangka waktu tertentu
2. Menentukan dasar pembebanan biaya overhead pabrik ke harga
pokok produk. Dasar pembebanan bisa berupa; biaya tenaga kerja,
biaya bahan baku, jam tenaga kerja langsung, jam mesin, physical
output, atau dasar lain yang ditentukan oleh pihak manajemen.
3. Dalam menentukan dasar pembebanan yang berupa jam atau
kapasitas lain harus dipertimbangkan kapasitas mana yang akan
digunakan. Ada beberapa level kapasitas yaitu:
a. Kapasitas teoritis, yaitu kemampuan fasilitas apabila digunakan
dalam kondisi penuh atau setara dengan 100%.
b. Kapasitas praktis, yaitu kemampuan suatu fasilitas dengan
mempertimbangkan hambatan. Sehingga kapasitas praktis
berada di bawah kapasitas teoritis atau tidak mencapai 100%.
c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
d. Kapasitas normal, yaitu kemampuan suatu fasilitas dalam jangka
panjang dengan memperhatikan hambatan – hambatan yang
lebih stabil.
4. Menentukan tarif biaya overhead pabrik dengan rumus biaya
overhead yang dianggarkan atau aktual dibagi dengan dasar
pembebanan.
49
Dalam memilih dasar pembebanan Mulyadi (2010:199) menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar
pembebanan yang dipakai adalah :
1. Jenis biaya overhead pabrik yang paling dominan jumlahnya dalam
departemen produksi
2. Sifat – sifat biaya overhead pabrik yang paling dominan dan eratnya
hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan
dipakai.
Menurut Mursyidi (2008:224-228), penggunaan dasar pembebana
dalam penentuan tarif terdapat beberapa dasar, yaitu:
1. Dasar biaya bahan baku
Dasar biaya bahan baku dalam pembebanan biaya overhead tepat
dipergunakan apabila jenis bahan dan nilainya relative homogin, dan
mempunyai hubungan yang signifikan antara biaya bahan dan biaya
overhead pabrik pada masa lalu, misalnya biaya overhead pabrik
didominasi oleh biaya bahan tidak langsung.
2. Dasar biaya tenaga kerja atau jam tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung atau jam tenaga kerja langsung
dipergunakan sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik
dengan beberapa alasan, antara lain:
a. Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang cukup material, dan
dibayar berdasarkan jam.
50
b. Biaya overhead pabrik didominasi oleh biaya – biaya tenaga kerja
tidak langsung.
c. Pada masa lalu menunjukan hubungan yang erat antara biaya
overhead pabrik dengan biaya tenaga kerja atas dasar jam.
3. Dasar jam mesin
Jam mesin dijadikan dasar pembebanan biaya overhead pabrik apabila
hanya mesin(depresiasi, pemeliharaan, dan perbaikan) mendominasi
biaya overhead pabrik, artinya komponen biaya yang berhubungan
dengan mesin mempunyai persentase yang lebih besar dibandingkan
dengan gabungan dari biaya lainnya.
4. Dasar unit produk
Unit produk sebagai dasar pembebanan merupakan cara yang paling
sederhana, namun paling tepat dipergunakan pada unit produk yang
bersifat homogin, baik dari segi harga,ukuran dan jenisnya, jika syarat
tersebut tidak dipenuhi akan mengakibatkan perhitungan tidak teliti.
C. Laporan Laba Rugi
Adalah ikhtisar dari penghasilan dan beban suatu perusahaan dalam
periode tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
Mengacu pada pendapat Munawir laporan laba rugi adalah suatu
laporan yang sistematis tentang penghasilan biaya, rugi laba yang
diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
51
Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi menurut Standar
Akuntansi Keuangan adalah :
1. Pendapatan
2. Laba atau rugi perusahaan
3. Beban pinjaman
4. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlakukan menggunakan metode ekuitas.
5. Beban pajak
6. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
7. Pos luar biasa
8. Hak minoritas
9. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
Dalam literatur akuntasi laporan laba rugi diturunkan dari istilah
income statement, profit and loss statement, operating statement, dan
earning statement.
Bentuk dari laporan laba rugi yang biasa digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Laporan laba rugi bentuk langsung ( Single Step Income Statement )
52
Dalam laporan laba rugi bentuk langsung, hanya ada dua
pengelompokan yaitu pendapatan dan beban.
b. Laporan laba rugi bertahap ( Multiple Step Income Statement )
Dalam laporan ini memisahkan transaksi operasi dan non operasi,
serta menandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang
berhubungan.
Elemen laporan laba rugi ditentukan oleh Standar Akuntansi
Keuangan paragraf 70 dibagi menjadi :
1. Penghasilan (Income), adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Berdasarkan pengertian diatas, penghasilan meliputi :
a) Pendapatan ( Revenue ), yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda
seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga royalty dan sewa.
b) Keuntungan (gains), yaitu pos lainnya yang memenuhi definisi
penghasilan dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa.
53
2. Beban (Expenses), adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Definisi modal mencakup :
a) Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang
biasa, yang biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva seperti kas (dan setara kas), persediaan, dan aktiva tetap.
b) Kerugian (losses), yaitu pos lainnya yang memenuhi definisi beban,
dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan biasa.
C. Laporan Perubahan Modal (Statement of Owner’s or Stockholder’s
Equity)
Adalah ikhtisar perubahan modal pemilik suatu perusahaan yang telah
terjadi dalam suatu periode tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, perusahaan harus menyajikan laporan
perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan yang
menunjukkan :
1. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan,
54
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK diakui secara langsung dalam
ekuitas.
3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikkan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam
PSAK terkait
4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
5. Saldo akumulasi laba rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya
6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat masing-masing jenis modal agio
saham, dan cadangan pada awal dan akhir peride yang menunjukkan
secara terpisah setiap perubahan.
D. Laporan Arus Kas ( Cash Flow Statement )
Adalah suatu ikhtisar penerimaan dan pengeluaran kas dari sebuah
kesatuan usaha untuk suatu periode tertentu seperti sebulan atau setahun.
Mengacu pada pendapat Munawir dalam buku analisis laporan keuangan
adalah :
“ Laporan Perubahan kas atau cash flow statement adalah laporan sumber dan penggunaankas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alas an mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya.”
55
Dalam laporan arus kas terdapat tiga kegiatan :
1. Aktivitas operasi, adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan dan aktivitas lain selain aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.
2. Aktivitas investasi, adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang serta aktivitas lain yang tidak termasuk setara kas.
3. Aktivitas pendanaan, adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman usaha.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung dan
menyajikan laporan arus kas berdasarkan jumlah arus kas dari aktivitas
operasi yaitu metode langsung dan tidak langsung.
E. Catatan atas laporan keuangan ( Notes to Financial Statement)
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan. Catatan ataslaporan keuangan menurut Ikatan Akuntan
Indonesia harus mengungkapkan:
1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting.
56
2. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan
dineraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas.
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi tidak diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Catatan
atas laporan keuangan merupakan penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, lapran arus kas,
dan laporan perubahan modal, serta informasi tambahan seperti
kewajiban kontijensi dan komitmen.
2.4.3.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
a. Sifat Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat oleh perusahaan untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan
oleh pihak manajemn yang bersangkutan.
Laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh. Sebagai suatu
progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasi dari
kombinasi :
1. Fakta-fakta yang telah tercatat
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi
3. Pendapat pribadi
57
b. Keterbatasan Laporan Keuangan
Mengacu pada pendapat Munawir, dari sifat laporan keuangan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan mempunyai beberapa
keterbatasan :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan interim report ( laporan ynag dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
Karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam
laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuidasi atau realisasi
dimana dalam interim report terdapat atau terkandung
pendapatpendapat pribadi yang telah dilakukan oleh akuntan atau
manajemen yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau
berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going
concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus
sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga
perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap
tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang
tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (Book
58
Value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun
nilai gantinnya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,
dimana daya beli uang tersebut semakin menurun. Dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau
mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu
disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga
diikuti kenaikan tingakat harga-harga. Jadi suatu analisa dengan
memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian
terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang
keliru.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan,
karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan
uang, misalnya reputasi dan prestasi perusahaan.
2.5 Laporan Keuangan berdasarkan SAK-ETAP
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang :
59
a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal
adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,
kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika :
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan
SAK ETAP.
2.5.1 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun
yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi
60
kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.5.2 Karakteristik Kualitatif Informasi dalam Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan, antara lain :
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud
ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan
informasi yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa
informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna
untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu
61
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Materialitas
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas
tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan
situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan
dalam mencatat (misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau
membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK
ETAP agar mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja
keuangan atau arus kas suatu entitas.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus
andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material
dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari
bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk
mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan
mencapai suatu hasil tertentu.
62
5. Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini
untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.
6. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan
keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan
peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat
dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur
kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam
kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih
tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun
demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan
pembentukan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan
kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan sehat tidak
mengijinkan bias.
7. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
ditinjau dari segi relevansi.
63
8. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan
dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten
untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang
berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus mendapat
informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan, perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak
perubahan tersebut.
9. Tepat Waktu
Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi
penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan
keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan,
maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen
mungkin perlu menyeimbangkan secara relative antara pelaporan tepat waktu
dan penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan antara
relevansi dan keandalan, maka pertimbangan utama adalah bagaimana yang
terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan
ekonomi.
64
10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediannya. Namun
demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang
menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus
memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati
oleh pengguna eksternal.
2.5.3 Posisi Keuangan
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada
suatu waktu tertentu. Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung
dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Unsur-
unsur ini didefinisikan sebagai berikut :
a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas.
b. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua
kewajiban.
65
Beberapa pos mungkin memenuhi definisi aset atau kewajiban namun
tidak dapat diakui sebagai aset atau kewajiban dalam neraca karena tidak
memenuhi criteria pengakuan. Khususnya, harapan bahwa manfaat ekonomi
masa depan akan mengalir ke atau dari dalam entitas harus cukup pasti untuk
memenuhi kriteria probabilitas sebelum suatu aset atau kewajiban diakui.
2.5.4 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari
entitas sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan
sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat
pengembalian investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang
secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban.
Penghasilan dan beban didefinisikan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode
pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
b. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
terkait dengan distribusi kepada penanam modal.
66
Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan
secara langsung dari pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban.
2.5.5 Pengakuan dan Pengkuruan Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu
pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak
dapat digantikan dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau
catatan atau materi penjelasan.
Pengakuan dalam laporan keuangan, yaitu :
1. Aset
Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa
depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika
pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin
mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai
alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan
laba rugi.
67
2. Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat
diukur dengan andal.
3. Penghasilan
Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset
dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau
penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
4. Beban
Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
5. Laba atau Rugi
Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban.
Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan,
dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan pos-pos dalam neraca yang
tidak memenuhi definisi aset atau kewajiban dengan mengabaikan apakah pos-pos
tersebut merupakan hasil dari penerapan “matching concept”.
68
Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.
a. Pengukuran nilai aset secara neto dari penilaian penyisihan bukan
merupakan saling hapus, misalnya penyisihan atas keusangan persediaan
dan penyisihan atas piutang tak tertagih.
b. Jika aktivitas entitas yang biasa tidak termasuk membeli dan menjual aset
tidak lancar (termasuk investasi dan aset operasional), maka entitas
melaporkan keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset dengan
mengurangi hasil penjualan dengan jumlah tercatat aset dan beban
penjualan yang terkait.
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas
untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan.
Proses ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang
umum adalah biaya historis dan nilai wajar :
a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset
pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang
diterima atau sebesar nilai wajar dari aset non-kas yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset,
atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang
69
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar.
2.5.6 Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan entitas meliputi :
a. Neraca;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan:
i. Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
ii. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;
d. Laporan arus kas; dan
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Jika entitas hanya mengalami perubahan ekuitas yang muncul dari laba
atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan
kebijakan akuntansi selama periode laporan keuangan disajikan maka entitas
dapat menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba sebagai pengganti laporan laba
rugi dan laporan perubahan ekuitas.
Karena SAK ETAP mensyaratkan jumlah komparatif terhadap periode
sebelumnya untuk semua jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan
(apakah pada laporan keuangan atau pada catatan atas laporan keuangan), suatu
70
laporan keuangan lengkap berarti bahwa suatu entitas harus menyajikan minimum
dua periode dari setiap laporan keuangan yang disyaratkan dan catatan atas
laporan keuangan yang terkait.
Dalam suatu laporan keuangan lengkap, suatu entitas menyajikan setiap
laporan keuangan dengan keunggulan yang sama. Entitas harus
mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan keuangan termasuk
catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan merupakan komponen dari
laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan dari informasi lain dalam
laporan tersebut. Di samping itu, informasi berikut ini disajikan dan diulangi,
bilamana perlu, pada setiap halaman laporan keuangan :
a. Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan
periode terakhir;
b. Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang
lebih tepat bagi setiap komponen laporan keuangan;
c. Mata uang pelaporan;
d. Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Entitas harus mengungkapkan hal berikut ini dalam catatan atas laporan
keuangan :
a. Domisili dan bentuk hukum entitas serta alamat kantornya yang terdaftar;
b. Penjelasan sifat operasi dan aktivitas utamanya.
2.5.7 Neraca
1. Infrormasi yang Disajikan dalam Neraca
71
Neraca minimal mencakup pos-pos berikut :
a. Kas dan setara kas;
b. Piutang usaha dan piutang lainnya;
c. Persediaan;
d. Properti investasi;
e. Aset tetap;
f. Aset tidak berwujud;
g. Utang usaha dan utang lainnya;
h. Aset dan kewajiban pajak;
i. Kewajiban diestimasi;
j. Ekuitas.
Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya dalam neraca jika
penyajian seperti itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi
keuangan entitas. SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap
pos-pos yang disajikan.
2. Klasifikasi Aset dan Kewajiban
Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi yang
terpisah dalam neraca, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas
memberikan informasi yang andal dan lebih relevan. Jika pengecualian
72
tersebut diterapkan, maka semua aset dan kewajiban harus disajikan
berdasarkan likuiditasnya.
3. Urutan dan Format Pos dalam Neraca
SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang
akan disajikan. SAK ETAP hanya menyediakan daftar pos-pos yang berbeda
baik sifat atau fungsinya untuk menjamin penyajian yang terpisah dalam
neraca. Sebagai tambahan :
a. Pos yang terpisah akan dibentuk jika ukuran, sifat, atau fungsi dari pos
atau agregasi terhadap pos-pos yang serupa membuat penyajian terpisah
menjadi relevan untuk memahami posisi keuangan entitas; dan
b. Uraian yang digunakan dan urutan pos-pos atau agregasi terhadap pos-pos
yang sejenis mungkin diubah sesuai dengan sifat entitas dan transaksinya,
untuk menyediakan informasi yang relevan dalam rangka memahami
posisi keuangan entitas.
Pertimbangan atas pos-pos tambahan yang disajikan secara terpisah
berdasarkan pada penilaian :
a. Sifat dan likuiditas aset;
b. Fungsi aset dalam entitas; dan
c. Jumlah, sifat dan waktu kewajiban.
73
2.5.8 Laporan Laba Rugi
1. Infrormasi yang Dijadikan dalam Neraca
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :
a. Pendapatan;
b. Beban keuangan;
c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
d. Beban pajak;
e. Laba atau rugi neto.
Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan
laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan
entitas. Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan
dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun
dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Analisi Beban
Entitas menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi
berdasarkan sifat atau fungsi beban dalam entitas, mana yang memberikan
informasi yang lebih andal dan relevan.
Analisis Menggunakan Sifat Beban
a. Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi
berdasarkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya
74
transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan), dan tidak dialokasikan
kembali antara berbagai fungsi dalam entitas.
Misalnya:
Pendapatan xxx
Pendapatan operasi lain xxx
Perubahan persediaan barang jadi
dan barang dalam proses xxx
Bahan baku yang digunakan xxx
Beban pegawai xxx
Beban penyusutan dan amortisasi xxx
Beban operasi lainnya xxx
Jumlah beban operasi (xxx)
Laba operasi xxx
Analisis Menggunakan Fungsi Beban
a. Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai
bagian dari biaya penjualan atau, sebagai contoh, biaya aktivitas distribusi
atau aktivitas administrasi. Sekurang-kurangnya, entitas harus
75
mengungkapkan biaya penjualannya sesuai metode ini terpisah dari beban
lainnya.
Misalnya:
Pendapatan xxx
Beban pokok penjualan (xxx)
Laba bruto xxx
Pendapatan operasi lainnya xxx
Beban pemasaran (xxx)
Beban umum dan administrasi (xxx)
Beban operasi lain (xxx)
Laba operasi xxx
Entitas dianjurkan untuk menyajikan analisis diatas pada laporan laba rugi.
Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan
informasi tambahan berdasarkan sifat beban, termasuk penyusutan dan beban
amortisasi dan beban imbalan kerja.
76
2.5.9 Laporan Perubahan Ekuitas dan Lapoan Laba Rugi dan Saldo Laba
1. Laporan Perubahan Ekuitas
Tujuan
Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu
periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas
untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan (tergantung pada format
laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan
dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut.
Informasi yang Disajikan di Laporan Perubahan Ekuitas
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan :
a. Laba atau rugi untuk periode;
b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan yang diakui;
d. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat
awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang
berasal dari :
i. Laba atau rugi;
ii. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
77
iii. Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas,
yang menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham
treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan
perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak
mengakibatkan kehilangan pengendalian.
2. Laporan Laba Rugi dan Saldo LabaTujuan
Tujuan
Laporan laba rugi dan saldo laba menyajikan laba atau rugi entitas dan
perubahan saldo laba untuk suatu periode pelaporan. SAK ETAP mengijinkan
entitas untuk menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba menggantikan
laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas jika perubahan pada ekuitas
hanya berasal dari laba atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan
periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi.
Informasi yang Disajikan di Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
Entitas menyajikan di laporan laba rugi dan saldo laba pos-pos berikut
sebagai tambahan atas informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP :
a. Saldo laba pada awal periode pelaporan;
b. Dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutang selama periode;
c. Penyajian kembali saldo laba setelah koreksi kesalahan periode lalu;
d. Penyajian kembali saldo laba setelah perubahan kebijakan akuntansi; dan
e. Saldo laba pada akhir periode pelaporan.
78
2.5.10 Laporan Arus Kas
1. Setara Kas
Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki
untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi
atau lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai
setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau
kurang sejak tanggal perolehan. Cerukan bank pada umumnya termasuk
aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat
ditarik sewaktu-waktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pengelolaan kas entitas, maka cerukan tersebut termasuk komponen kas dan
setara kas.
2. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Arus Kas
Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu
periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi,
dan aktivitas pendanaan.
Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil
utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya
berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi
penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah :
a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;
79
b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
d. Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan;
e. Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan
dan investasi;
f. Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak
lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan
persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali.
Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan
keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi.
Tetapi, arus kas yang menyangkut transaksi tersebut merupakan arus kas dari
aktivitas investasi.
Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan. Contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas investasi adalah :
a. Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap (termasuk aset tetap yang
dibangun sendiri), aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya;
80
b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjang lainnya;
c. Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utang entitas lain
dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk efek yang
diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk
diperdagangkan);
d. Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari entitas lain
dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari efek yang
diklasifikasikan sebagai setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan);
e. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain;
f. Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain;
Aktivitas Pendanaan
Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah :
a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain;
b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau
menebus saham entitas;
c. Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel, dan pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang lainnya;
d. Pelunasan pinjaman;
e. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo kewajiban yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.
81
2.6.11. Catatan Atas Laporan Keuangan
1. Struktur
Catatan atas laporan keuangan harus :
a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan SAK ETAP;
b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi
tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan
c. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang hal
tersebut praktis. Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk-silang ke
informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan. Secara normal urutan
penyajian catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
SAK ETAP;
b. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan;
c. Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan
urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian
pos-pos tersebut.
d. pengungkapan lain.
82
2. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
Dalam ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan harus diungkapkan :
a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
b. Kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk memahami
laporan keuangan.
3. Informasi tentang Pertimbangan
Entitas harus mengungkapkan pertimbangan secara terpisah dari hal-hal
yang melibatkan estimasi dalam ringkasan kebijakan akuntansi yang
signifikan atau catatan atas laporan keuangan lainnya yang digunakan
manajemen dalam proses penerapan kebijakan akuntansi dan mempunyai
pengaruh paling signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan
keuangan.
4. Informasi tentang Sumber Utama Ketidakpastian Estimasi
Entitas harus mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
tentang informasi mengenai asumsi pokok tentang masa depan dan sumber-
sumber pokok lain untuk mengestimasi ketidakpastian pada akhir periode
pelaporan yang mempunyai risiko signifikan yang menyebabkan adanya suatu
penyesuaian yang material terhadap jumlah tercatat aset dan kewajiban dalam
laporan keuangan tahun berikutnya. Terkait aset dan kewajiban tersebut,
catatan atas laporan keuangan harus memasukkan rincian tentang :
83
a. Sifat; dan
b. Jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
Dari uraian teori yang telah dikemukakan, dapat dilihat bahwa tidak terlalu
banyak perbedaan antara laporan keuangan umum dengan laporan keuangan untuk
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Keduanya sama-sama menghasilkan
informasi yang andal dan akurat. Kemudian yang menjadi sorotan disini adalah
keterbatasan dana yang dimiliki para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) untuk menambah tenaga kerja atau untuk memperluas usahanya.
Dengan melakukan penyusunan dan penyajian laporan keuangan berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP),
perusahaan dapat mempertanggungjawabkan laporan keuangan tersebut kepada
pihak penyandang dana.