bab ii tinjauan pustaka - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-bab ii fix.pdf ·...

24
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Keselamatan Pasien (Patient Safety) 1.1.1 Definisi Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kementerian Kesehatan RI, 2009). Rumah Sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan padat masalah. Permasalahan internal yang dihadapi akibat kompleksnya permasalahan di rumah sakit, masih diperberat dengan munculnya masalah regional dan global, yakni perubahan yang sangat cepat, tantangan persaingan bebas, tuntutan perencanaan strategis berbasis kinerja, serta dimulainya era litigious society, di mana masyarakat yang dilayani oleh rumah sakit kini mulai gemar menuntut dan semakin cerdas dalam menentukan pilihan (Widajat, 2009). Tuntutan-tuntutan masyarakat ini disebabkan oleh ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit akibat meningkatnya kasus-kasus seperti: kesalahan medis (medical error), kecelakaan (medical accident), kejadian nyaris celaka (KNC), atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi di rumah sakit. Menurut Depatemen Kesehatan (2006) keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Salah satu tujuan penting dari penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit adalah mencegah dan mengurangi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dalam pelayanan kesehatan.

Upload: doankhanh

Post on 05-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Keselamatan Pasien (Patient Safety)

1.1.1 Definisi Keselamatan Pasien

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kementerian Kesehatan RI, 2009).

Rumah Sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan padat masalah.

Permasalahan internal yang dihadapi akibat kompleksnya permasalahan di rumah

sakit, masih diperberat dengan munculnya masalah regional dan global, yakni

perubahan yang sangat cepat, tantangan persaingan bebas, tuntutan perencanaan

strategis berbasis kinerja, serta dimulainya era litigious society, di mana masyarakat

yang dilayani oleh rumah sakit kini mulai gemar menuntut dan semakin cerdas dalam

menentukan pilihan (Widajat, 2009). Tuntutan-tuntutan masyarakat ini disebabkan

oleh ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit akibat

meningkatnya kasus-kasus seperti: kesalahan medis (medical error), kecelakaan

(medical accident), kejadian nyaris celaka (KNC), atau kejadian tidak diharapkan

(KTD) yang terjadi di rumah sakit.

Menurut Depatemen Kesehatan (2006) keselamatan pasien rumah sakit adalah

suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Salah satu

tujuan penting dari penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit adalah

mencegah dan mengurangi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dalam

pelayanan kesehatan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

10

Insiden Keselamatan Pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang seharusnya tidak terjadi.

Insiden Keselamatan Pasien ini meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),

Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian

Sentinel .

Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. Pasien berhak memeperoleh

keamanaan dan keselamatan dirinya selama masa perawatan di Rumah Sakit

(Kemenkes,2009). UU No 36/2009 Pasal 53 (3) tentang kesehatan menyatakan

bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan nyawa pasien.

Keselamatan pasien telah menjadi prioritas untuk layanan kesehatan seluruh dunia

(Choo, et al. 2010)

1.1.2 Jenis-Jenis Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 menyatakan Insiden keselamatan

pasien/ patient safety incident merupakan kejadian atau situasi yang dapat

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi

(dapat dicegah). Adapun beberapa jenis insiden adalah sebagai berikut :

1) Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang

mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan

atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena

penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh

kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.

2) Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang

tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

11

tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil (omission), dapat terjadi karena:

a. "keberuntungan" (misalnya pasien yang menerima suatu obat

kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat).

b. "pencegahan" (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan

suatu obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan

membatalkannya sebelum obat diberikan).

c. "peringanan" (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan

suatu obat dengan dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu

diberikan antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan cidera yang

berarti).

Kejadian Nyaris Cedera mengacu pada salah satu definisi dalam literatur safety

management sebagai suatu kejadian yang berhubungan dengan keamanan pasien

yang berpotensi atau mengakibatkan efek diakhir pelayanan, yang dapat dicegah

sebelum konsekuensi aktual terjadi atau berkembang (Aspden, 2004). KNC juga

diungkapkan sebagai kejadian yang berpotensi menimbulkan cedera atau kesalahan,

yang dapat dicegah karena tindakan segera atau karena kebetulanm dimana hasil

akhir pasien tidak cedera (Medical Human Reseources, 2008).

KNC lebih sering terjadi dibandingkan dengan kejadian tidak diharapkan,

frekuensi kejadian ini tujuh sampai seratus kali lebih sering terjadi. Data KNC harus

dianalisis agar pencegahan dana pembentukan sistem dapat dibuat sehingga cedera

aktual tidak terjadi. Sebagian besar kasus KNC memberi dampak pada pada

penyebab insiden atau proses hingga kejadian nyaris cedera itu terjadi (Mustikawati,

2011).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

12

Terciptanya keselamatan pasien sangat didukung oleh sistem pelaporan yang

baik setiap kali inisiden terjadi. Faktor penyebab kejadian nyaris cedera sulit

didapatkan jika tidak didukung oleh dokumentasi yang baik (sistem pelaporan). Hal

ini dapat mengakibatkan langkah pencegahan dan implementasi untuk perbaikan sulit

dilakukan (Cahyono,2008)

1.2 Program Keselamatan Pasien di rumah sakit

Rumah sakit merupakan tempat yang paling kompleks, terdapat ratusan macam

obat, ratusan test dan prosedur, dan beragam profesi serta latar belakang sumber daya

manusia yang memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara terus

menerus (Depkes, 2008). Rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan harus

memperhatikan dan menjamin keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan

organisasi yang berisiko tinggi terhadap terjadinya incident keselamatan pasien yang

diakibatkan oleh kesalahan manusia. Kesalahan terhadap keselamatan paling sering

disebabkan oleh kesalahan manusia terkait dengan risiko dalam hal keselamatan, dan

hal ini disebabkan oleh kegagalan sistem di mana individu tersebut bekerja (Reason,

2009).

1.2.1 Standar Keselamatan Pasien di rumah sakit

Standar Keselamatan pasien berdasarkan “Buku Panduan Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang diterbitkan pada tahun 2006. Menguraikan

tentang Standar Keselamatan Pasien, yang dimana standar tersebut terdiri dari tujuh

standar, yaitu : 1. Hak pasien, 2. Mendidik pasien dan keluarga, 3. Keselamatan

pasien dan kesinambungan pelayanan, 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan

kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, 5.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, 6. Mendidik staf

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

13

tentang keselamatan pasien, dan 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk

mencapai keselamatan pasien. Adapunn uraian tujuh standar keselamatan pasien

adalah sebagai berikut :

1.2.1.1 Hak Pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang

rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak

Diharapkan. Kriteria dari standar I ini adalah:

a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan

secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana

dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur, termasuk kemungkinan

terjadinya KTD.

1.2.1.2 Mendidik Pasien dan Keluarga

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan

tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria dari standar II ini adalah:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan

keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di

rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya

tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan

pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

14

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

1.2.1.3 Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan

Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi

antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriteria dari standar III ini adalah sebagai

berikut:

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien

masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan

pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan

pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga

pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan

baik dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi

untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,

pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan

tindak lanjut lainnya.

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan

efektif.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

15

1.2.1.4 Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara

intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan

kinerja serta keselamatan pasien. Kriteria dari standar IV ini adalah:

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang

baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan

pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik

bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi

pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Rumah Sakit”.

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang

antara lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen

risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan

semua kejadian tidak diharapkan, dan secara proaktif melakukan

evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil

analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar

kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

16

1.2.1.5 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

a) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan

pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh

Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi

risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi

Kejadian Tidak Diharapkan.

c) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi

antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

keselamatan pasien.

d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,

mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan

keselamatan pasien.

e) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria dari standar V ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian

yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near

Miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ (Adverse Event).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

17

c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari

rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan

pasien.

d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan

kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain

dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan

analisis.

e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan

insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang

Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near Miss)

dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai

dilaksanakan.

f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya

menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif

untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf

dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.

g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit

dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan

antar disiplin.

h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam

kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

18

pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya

tersebut.

i. Tersedianya sasran terukur dan pengumpulan informasi mia

objekenggunakan kritertif untuk mengevaluasi efetivitas perbaikan

kinerja rumash sakit dan keselamatan pasien,termasuk rencana tindak

lanjut dan implementasinya.

1.2.1.6 Mendidik staf tentang keselamatan pasien

a) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk

setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien

secara jelas

b) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria dari standar VI ini adalah sebagai berikut:

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan

orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai

dengan tugasnya masing-masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien

dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang

jelas tentang pelaporan insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang

kerjasama kelompok (team work) guna mendukung pendekatan

interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

19

1.2.1.7 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien

a) Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen

informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi

internal dan eksternal.

b) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria dari standar VII ini sebagai berikut :

a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait

dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk

merevisi manajemen informasi yang ada.

1.3 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di rumah sakit

Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah

bagaimana mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan segera diambil tindakan

guna memperaiki efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan melaporkan

kesalahan ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas yang

melakukan kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi laten akan

menyebabkan terjadinya suatu kesalahan berupa kejadian nyaris cedera (KNC),

KTD, atau bahkan kejadian yang menyebabkan kematian atau cedera serius

(sentinel). Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu tidak akan meningkatkan

mutu dan keselamatan pasien, yang lebih penting adalah bagaimana melakukan suatu

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

20

pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga dapat diambil solusi agar kejadian

yang sama tidak terulang kembali (Iskandar, 2014).

Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah jantung dari mutu layanan, yang

merupakan bagian penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari

kebijakan, termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan panduan yang ada.

Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi

kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian

sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara internal dan eksternal. Pelaporan

internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan pasien rumah

sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan dengan

pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit

kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan pencatatan kegiatan yang telah

dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit. (Departemen

Kesehatan, 2008).

1.3.1 Jenis dan Metode Pelaporan

Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi

kejadian tidak diharpakan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan kejadian

sentinel, berdasarkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008).

Pelaporan insiden dapat dilakukan dengan dua cara ,seperti secara internal dan

eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan

keselamatan pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan

eksternal dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam

lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan pencatatan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

21

kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah

sakit

Banyak metode yang digunakan mengidentifikasi resiko, salah satu caranya

adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis insiden

keselamatan pasien. Sehingga, dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan

mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya

yang dapat terjadi kepada pasien. Adapun ketentuan terkait pelaporan insiden sesuai

dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008) akan di jabarkan

sebagai berikut:

1. Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses

pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.

2. Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat suatu sistem

pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir

pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh

karyawan.

3. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi

ataupun yang nyaris terjadi.

4. Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama

menemukan kejadian atau yang terlibat dalam kejadian.

5. Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari

maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

22

formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian

yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.

Penelitian dari Rat Dewa pada tahun 2014 mengemukakan laporan KNC di

RSUP Sanglah Denpasar pada masing-masing ruang rawat inap tidak seragam.

Perbedaan jumlah rata-rata ini memiliki faktor yang spesifik sehingga menyebabkan

adanya perbedaan jumlah pelaporan tersebut. Sesuai dengan teori dari Mark (2001),

bahwa Budaya keselamatan pasien terkait dengan motivasi pelaporan kejadian

keselamatan pasien yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya

menyalahkan (blame free culture), sehingga untuk mempromosikan budaya belajar

dari kesalahan, manajemen rumah sakit harus dapat mengidentifikasi budaya

keselamatan pasien yang komprehensif.

1.4 Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian,

Penyebab (petugas), Faktor Pemicu.

Menurut Buku “Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien” (2008), Untuk

mengisi Tipe insiden di dalam suatu laporan, harus melakukan analisis dan

investigasi terlebih dahulu. Insiden terdiri dari : Tipe Insiden dan Subtipe insiden

yang dapat clilihat pada tabel dibawah ini:

1.4.1 Tipe Insiden dan Sub Tipe Insiden

Medication error merupakan salah satu penyebab error yang signifikan di

Rumah Sakit. Kejadian medication error terkait dengan praktisi, produk obat,

prosedur, lingkungan atau sistem yang melibatkan prescribing, dispensing, dan

administration. (Rusmi, dkk,2012). Medication error sering sekali tidak terungkap

dan hampir tidak ada upaya untuk mencegah. Untuk mencegah terjadinya medication

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

23

error diperlukan kerjasama antar Pelaksana Program pencegahan medication error

(PIP) oleh tim multidisiplin (Muladi, 2015).

Menurut Departement Kesehatan RI (2008), analisis kejadian berisiko dalam

proses pelayanan kefarmasian seperti kesalahan penulisan resep (perscreption error),

kejadian obat yang merugikan (adverse drug events), kesalahan pengobatan

(medication errors) dan reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction)

menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien yang memerlukan

pendekatan sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian

antara ”kesalahan merupakan hal yang manusiawi” (to err is human).

Menurut Buku Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien pada tahun 2008. Tipe

Insiden dibedakan menjadi 15 Kelompok yang disetiap 1 kelompok tersebut

mempunyai sub tipe insiden.

a. Tipe insiden pertama adalah adminitrasi klinik, yang dimana sub tipe

insidennya dibagi menjadi dua yaitu proses (serah terima, perjanjian, daftar

tunggu/antrian, rujukan/konsultasi, admisi, keluar/pulang dari ranap/RS, pindah

perawatan,identifikasi pasien,consent, pembagian tugas,dan respon terhadap

kegawatdaruratan) dan masalah (tidak performance ketika dibutuhkan/indikasi,

tidak lengkap, tidak tersedia, salah pasien dan salah proses/salah pelayanan)

b. Tipe insiden kedua adalah proses/prosedur klinis, yang dimana sub tipe

insidennya dibagi menjadi dua yaitu proses (skrining/pencegahan/medical

check up, Diagnosis/assesment, prosedur/pengobatan, general care,

test/investigasi, spesimen/hasil, belum dipulangkan) dan masalah (tidak

performance ketika dibutuhkan/indikasi, tidak lengkap, tidak tersedia, salah

pasien, salah proses/pengobatan/prosedur dan salah bagian tubuh/sisi).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

24

c. Tipe insiden ketiga adalah dokumentasi, yang dimana sub tipe insidennya

dibagi menjadi dua yaitu dokumen yang terkait (order /peminatan, chart/rekam

medik/konsultasi, checklist, form/sertifikat, instruksi /informasi /kebijakan

/SOP, label /identitas /kartu, surat/email/rekaman komunikasi,

laporan/hasil/photo) dan masalah (dokumen hilang/tidak tersedia, terlambat

mengakses dokumen, salah dokumen/salah orang, tidak jelas/membingungkan

dan informasi dalam dokumen tidak lengkap).

d. Tipe insiden keempat adalah infeksi nosokomial (Hospital associated

infection), yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu tipe

organisme (bakteri, virus, jamur, parasit, protozoa, ricketisia, prion/partikl

protein yang infeksius, organisme tidak teridentifikasi) dan tipe/bagian infeksi

(bloodstream, bagian yang dioperasi, abses, pneumonia, kanul IV, protesis

infeksi, drain/tube urin, dan jaringan lunak).

e. Tipe insiden kelima adalah medikasi/cairan infus, yang dimana sub tipe

insidennya dibagi menjadi tiga yaitu medikasi/cairan infus yang terkait (daftar

medikasi dan daftar cairan infus), proses penggunaan medikasi/cairan infus

(peresapan, persiapan/dispensing, pemaketan, pemberian, supply/pesan,

penyimpanan, monitoring) dan masalah (salah pasien, salah obat, salah

dosis/kekuatan/frekuensi, salah formulasi/presentasi, salah rute pemberian,

salah jumlah/kuantitas, salah dispensing label/intruksi, kontraindikasi, salah

penyimpanan, ommited medicine or dose, obat kadaluarsa, dan adverse drug

reaction (reaksi efek samping obat).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

25

f. Tipe insiden keenam adalah transfusi darah/produk darah, yang dimana sub

tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu transfusi darah/produk darah terkait

(produk selular, faktor pembekuan, albumin/plasma protein dan imunoglobin),

proses transfusi darah/produk darah terkait (test pre transfusi, peresepan,

persiapan, pengantaran, pemberian, penyimpanan, monitoring,

presentasi/pemaketan dan supply/pesan) , dan masalah (salah pasien, salah

darah/produk darah, salah dosis /frekuensi, salah jumlah form, salah

dispensing/intruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan, obat atau dosis yang

diabaikan, darah kadaluarsa dan efek samping (adverse effect).

g. Tipe insiden ketujuh adalah nutrisi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi

menjadi tiga yaitu nutrisi yang terkait (diet umum dan diet khusus), proses

nutrisi (peresepan /permintaan, persiapan /manucfatur /proses memasak

supply/order, presentation, dispensing/alokasi, pengantaran, pemberian dan

penyimpanan), dan masalah (salah pasien, salah diet, salah jumlah, salah

frekuensi, salah konsistensi, dan salah penyimpanan.

h. Tipe insiden kedelapan adalah oksigen/gas, yang dimana sub tipe insidennya

dibagi menjadi tiga yaitu oksigen/gas terkait (daftar oksigen/gas terkait), proses

penggunaan oksigen/gas (label cilinder/warna kode, peresepan, pemberian,

pengantaran, supply/order dan penyimpanan) dan masalah (salah pasien, salah

gas, salah rate/flow/konsentrasi, salah mode pengantaran, kontraindikasi, salah

penyimpanan, gagal pemberian dan kontaminasi.

i. Tipe insiden kesembilan adalah alat medis/alat kesehatan, yang dimana sub

tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu tipe alat medis/alat kesehatan (daftar

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

26

alat medis/alat kesehatan/equipment property) dan masalah (presentation /

pemaketan tidak baik, ketidak tersediaan, inappropiate for task, tidak

bersih/tidak steril, kegagalan/malfungsi, dislodgement/removal, user error.

j. Tipe insiden kesepuluh adalah perilaku pasien, yang dimana sub tipe

insidennya dibagi menjadi dua yaitu perilaku pasien (tidak kooperatif, tidak

pantas/sikap bermusuhan/kasar, beresiko/sembrono/berbahaya, masalah dengan

penggunaan substansi/abuse, mengganggu, diskriminasitif/berprasangka,

berkeliaran, melarikan diri, sengaja mencederai diri, bunuh diri) dan

agresion/assault (agresi verbal, kekerasan fisik, kekerasa seksual, kekerasan

terhadap mayat, dan ancaman nyawa).

k. Tipe insiden kesebelas adalah jatuh, yang dimana sub tipe insidennya dibagi

menjadi dua yaitu tipe jauh (tersandung, slip, kolaps, hilang keseimbangan)

dan keterlibatan saat jatuh (velbed, tempat tidur, kusi, strecher, toilet, peralatan

terapi, tangga dan dibawa/dibantu oleh orang lain.

l. Tipe insiden kedua belas adalah kecelakaan yang dimana sub tipe insidennya

dibagi menjadi sembilan yaitu benturan tumpul (kontak dengan

benda/binatang, kontak dengan orang, hancur remuk dan gesekan kasar),

serangan tajam/tusukan (cakaran/sayatan, tusukan, gigitan/sengatan, serangan

tajam dan lainnya), kejadian mekanik lain (benturan akibat ledakan bom,

kontak dengan mesin), peristiwa mekanik lain, mekanisme panas (panas yang

belebihan dan dingin yang berlebihan), ancaman pada pernafasan (ancaman

mekanik pernafasan, tenggelam/hampir tenggelam, pembatasan oksigen-

kekurangan tempat, confinement to oxygen-deficient place), paparan bahan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

27

kimia atau substansi lainnya (keracunan bahan kimia atau substansi lain dan

bahan kimia korosif) , mekanisme spesifik yang lain menyebabkan cedera

(paparan listrik/radiasi, paparan suara/getaran, paparan tekanan udara,dan

paparan karena gravitasi rendah, dan paparan karena dampak cuaca/bencana

alam.

m. Tipe insiden ketigabelas adalah infrastruktur/bangunan/benda lain yang

terasang tetap yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu

keterlibatan struktur/bangunan (daftar struktur, daftar bangunan dan daftar

furniture) dan masalah (inadekuat dan damaged / faulty / worm).

n. Tipe insiden keempat belas adalah resource/manajemen organisasi yang

dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tujuh yaitu beban kerja manajemen

yang berlebihan, ketersedian/keadekuatan tempat tidur/pelayan, sumber daya

manusia, ketersediaan staff, organisasi, kebijakan/ SOP, dan ketersediaan..

o. Tipe insiden kelimabelas adalah laboratorium/patologi yang dimana sub tipe

insidennya dibagi menjadi tujuh yaitu pengambilan/pick up, trasnport, sorting,

data entry, procesing, verifikasi/validasi dan hasil.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

28

1.4.2 Pelapor

Pelapor adalah orang yang dapat melaporkan kejadian dari insiden

keselamatan pasien. Perawat memiliki kewajiban membuat laporan mengenai insiden

keselamatan pasien. Pelayanan keperawatan berperan penting dalam

penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Adib,

2009)

Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008)

pelapor dikategorikan sebagai berikut :

1. Karyawan

a. Dokter

b. Perawat

c. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)

2. Pasien

3. Pendamping pasien

4. Pengunjung

1.4.3 Potensi Korban

Potensi Korban adalah orang yang beresiko menjadi korban keselamatan

pasien. Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008)

potensi korban dikategorikan sebagai berikut :

1. Karyawan

a. Dokter

b. Perawat

c. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)

2. Pasien

3. Pendamping pasien

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

29

4. Pengunjung

1.4.4 Divisi Kejadian

Divisi Kejadian adalah Kejadian yang dikelompokkan berdasarkan katagori

spesialisasi Ilmu Kedokteran.Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian

Keselamatan Pasien (2008) divisi/ spesialisasi insiden jika melibatkan pasien adalah

dikategorikan sebagai berikut :

1. Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya

2. Anak dan Subspesialisasinya

3. Bedah dan Subspesialisasinya

4. Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya

5. THT dan Subspesialisasinya

6. Mata dan Subspesialisasinya

7. Saraf dan Subspesialisasinya

8. Anastesi dan Subspesialisasinya

9. Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya

10. Jantung dan Subspesialisasinya

11. Paru dan Subspesialisasinya

12. Jiwa dan Subspesialisasinya

13. Orthopedi,Traumatologi dan Subspesialisnya

14. Bedah Syaraf dan Subspesialisnya

15. Urologi dan Subspesialisnya

16. Patologi Klinik dan Subspesialisnya

17. Mikrobiologi Klinik dan Subspesialisnya

18. Radiologi dan Subspesialisnya

19. Patologi Anatomi dan Subspesialisnya

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

30

20. Radiologi dan Subspesialisnya

21. Neurologi dan Subspesialisnya

22. Gizi dan Subspesialisnya

23. Gigi dan Subspesialisnya

1.4.5 Penyebab (petugas)

Penyebab adalah orang yang mengakibatkan terjadinya sebuah insiden.

Faktor individu atau petugas sangat berpengaruh terhadap budaya keselamatan

pasien seperti, beban kerja, tingkat stress, tingkat kelelahan, perasaan takut

disalahkan, perasaan malu, dan keterlibatan keluarga/pasien.(Buerhaus, et.al, 2011)

Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008)

penyebab dari segi petugas dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Dokter

b. Perawat

c. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)

1.4.6 Faktor Pemicu

Faktor pemicu adalah faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya insiden .

Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) Dalam

pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat menggunakan

Faktor kontributor (bisa pilih lebih dari 1) yaitu :

a. Faktor Eksternal / di luar RS

b. Faktor Organisasi dan Manajemen

c. Faktor Lingkungan kerja

d. FaktorTirn

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

31

e. Faktor Petugas / Staf

f. Faktor Tugas

g. Faktor Pasien

h. Faktor komunikasi

1.5 Strategi Pengendalian Kejadian Nyaris Cedera

Program keselamatan pasien (patient safety) adalah program yang bertujuan

untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat

merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui

rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan hak-

haknya (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Adanya program keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem

dimana rumah sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi kegiatan

pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko,

implementasi solusi agar dapat meminimalkan timbulnya risiko,meminimalisir angka

kejadian nyaris cedera, pelaporan dan analisis kejadian, proses belajar dari kejadian,

perencanaan tindak lanjut kejadian, serta strategi pencegahan terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Dengan adanya program keselamatan pasien yang dilaksanakan di setiap

rumah sakit, diharapkan dapat mengurangi jumlah insiden keselamatan pasien, yang

dimana dapat berpedoman pada 7 Standar Keselamatan pasien yang berdasarkan

pada “Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit” yang diterbitkan

pada tahun 2006

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/18868/3/1220025076-3-BAB II fix.pdf · Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. ... c. Dokter penanggung jawab pelayanan

32