bab ii tinjauan pustaka dan landasan teori untuk …
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
II.1 Karya Ilmiah Sejenis Sebelumnya
Untuk Menunjang penulisan laporan ini, penulis menjadikan 3 karya ilmiah
menjadi acuan, yaitu :
Pada karya ilmiah dengan judul “ Perancangan Instalasi Listrik
Indoor dan Outdoor Gedung Kuliah Administrasi Niaga Politeknik
Negeri Bandung “ yang ditulis tahun 2017 oleh Edo Liu Nurfuji
Dayantaka dengan objek Gedung Kuliah Administrasi Niaga Politeknik
Negeri Bandung. Tugas Akhir ini bertujuan untuk membuat rancangan
gedung baru yaitu Gedung Kuliah Administrasi Niaga yang sesuai
dengan standar PUIL 2011. Pada karya ilmiah tersebut, penulis
menggunakan metode menggambar dan menghitung dengan variabel
perancangan instalasi, dokumen gambar, daftar kebutuhan, RKS dan
gedung [1].
Pada karya ilmiah dengan judul “Evaluasi Sistem Instalasi Listrik di
Gedung B Kampus Fakultas Teknik Universitas Mataram” yang ditulis
tahun 2014 oleh Samsul Bahraen dengan objek Gedung B Kampus
Fakultas Teknik Universitas Mataram. Karya ilmiah ini bertujuan untuk
mengetahui setiap ketidak sesuaian setiap komponen dengan standar
yang berlaku. Pada karya ilmiah tersebut, penulis menggunakan metode
pengambilan data dan pengecekan parameter dengan variabel lumen
lampu, tegangan kirim, tegangan terima, drop tegangan, arus dan daya
[21].
Pada Karya ilmiah dengan judul “ Rekonstruksi Instalasi Listrik Daya
Tegangan Rendah di Laboratorium Instalasi Listrik Politeknik Negeri
Bandung Sesuai PUIL 2011 “ yang di tulis tahun 2016 oleh Abdul Kholiq
Saepudin dengan objek Laboratorium Instalasi Listrik Politeknik Negeri
Bandung. Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui setiap ketidak
sesuaian pemasangan di setiap komponen yang mengacu ke standar
PUIL 2011. Pada karya ilmiah tersebut, penulis menggunakan metode
pengambilan dan pengecekan parameter dengan variabel arus, daya,
tahanan isolasi dan kuat hantar arus [19].
II. 2 Dasar Teori
II.2.1 Prinsip-prinsip Dasar Instalasi Listrik
Ketika suatu rancangan instalasi listrik direalisasikan, hasilnya akan
maksimal jika dalam proses perancangannya memperhatikan prinsip–prinsip dasar
instalasi listrik. Menurut IEC 60364-1 sebagai berikut [2] :
1. Keamanan
Maksud dari prinsip keamanan adalah suatu instalasi listrik harus
ditata dengan sebaik-baiknya, sehingga menciptakan kondisi yang
aman bagi manusia pada saat mengoperasikannya.
2. Keandalan
Maksud dari prinsip keandalan adalah tak terganggunya kinerja
suplai terhadap beban akibat gangguan atau kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan. Prinsip ini juga mencakup ketepatan suatu
pengaman dalam melokalisir suatu gangguan tanpa
mempengaruhi keseluruhan dari sistem.
3. Ketersediaan
Maksud dari ketersediaan adalah kesiapan suatu instalasi listrik
dalam melayani kebutuhan konsumen yang bisa meningkat setiap
saat berupa peralatan, daya maupun pengembangan instalasi.
Kaitannya terhadap sistem instalasi terdahulu dan sistem instalasi
yang akan dipasang adalah ketika direalisasikan instalasi tersebut
mendukung, tak mengganggu sistem serta mudah dalam
pengerjaannya.
4. Ketercapaian
Maksud dari ketercapaian adalah peralatan instalasi listrik dalam
pemasangannya ditempatkan pada daerah yang mudah
dioperasikan dan di jangkau oleh pengguna, serta tidak rumit atau
sulit dimengerti.
5. Keindahan
Maksud dari keindahan adalah peralatan instalasi listrik dipasang
dan ditempatkan secara rapi mengikuti berbagai ketentuan yang
mengikat, sehingga secara visual peralatan instalasi yang
terpasang nyaman dilihat.
6. Ekonomis
Maksud dari ekonomis adalah ketepatan penggunaan bahan dan
peralatan dalam merancang suatu instalasi listrik, mudah dalam
pemasangan dan pemeliharaannya. Sehingga secara keseluruhan
untuk biaya pemasangan dan pemeliharaan instalasi listrik tersebut
bisa dibuat semurah mungkin tanpa mengabaikan kualitas dan
ketentuan.
7. Pengaruh Lingkungan
Perencanaan sistem instalasi listrik harus mempertimbangkan
pengaruh yang terjadi pada lingkungan sekitar, apakah
dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang baik atau sebaliknya
peralatan listrik yang bekerja memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan sekitar.
II.2.2 PHBK ( Panel Hubung Bagi dan Kendali )
Berdasarkan IEV 441 – 11 – 02 di dalam PUIL 2011 , Panel Hubung
Bagi adalah istilah umum yang mencakup gawai sakelar dan kombinasinya dengan
perlengkapan kendali, ukur, proteksi dan pengatur terkait, juga rakitan gawai dan
perlengkapan tersebut dengan interkoneksi, lengkapan, selungkup dan struktur
penyangga terkait, yang dimaksudkan secara prinsip untuk penggunaan dalam
pembangkitan, transmisi, distribusi dan konversi energi listrik [9].
Sesuai dengan fungsinya, maka dalam perancangannya harus sesuai
dengan syarat, ketentuan dan standar yang dirujuk untuk panel instalasi listrik yang
ada. Untuk Tata letak PHBK juga harus terletak pada tempat yang mudah dijangkau
dalam memberi kemudahan dalam pelayanan, dan harus mendapat ruang yang
cukup luas sehingga pemeliharaan, perbaikan dan pelayanan dapat dilakukan
dengan mudah dan aman. Ketentuan ini merujuk ke peraturan tentang PHBK yang
tercantum pada PUIL 2011 511.2 tentang ketentuan umum PHBK.
II.2.2.1 Fungsi PHBK
Fungsi Panel terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Sebagai Penghubung
Panel hubung bagi berfungsi untuk menghubungkan antara suatu
rangkaian listrik dengan rangkaian listrik yang lain pada suatu
objek operasi kerja.
2. Pengaman
Panel hubung bagi akan beroperasi secara otomatis untuk melepas
sumber atau supply tenaga listrik apabila terjadi gangguan pada
rangkaian listrik setelahnya.
3. Pembagi
Panel hubung bagi dapat mengelompokkan beban instalasi
penerangan maupun instalasi tenaga dan dapat membagi supply
tenaga listrik berdasarkan jumlah beban setelahnya dan banyaknya
ruangan yang merupakan pusat dari beban instalasi listrik.
4. Penyuplai
Panel hubung bagi dapat menyuplai tenaga listrik dari sumber
tenaga listrik ke beban dan mendistribusikan tenaga listrik dari
panel utama, panel cabang hingga ke pusan beban listrik.
5. Pengontrol
Panel hubung bagi dapat berfungsi sebagai pengontrol masing –
masing rangkaian beban setelahnya dan seluruh beban bangunan
tersebut, baik untuk instalasi penerangan maupun instalasi tenaga
dari bangunan tempat PHBK tersebut.
II.2.2.2 Jenis Panel Menurut Kegunaannya
Pada suatu instalasi listrik, ada beberapa jenis panel yang dibagi
menurut fungsi, jenis beban dan pendistribusiannya. Menurut fungsi dan kegunaan
dan dengan mengesampingkan jenis dan jumlah bebannya, setiap panel tidak
memiliki ketergantungan dengan panel lainnya. Berikut adalah beberapa jenis panel
yang dimaksud :
1. LVMDP ( Low Voltage Main Distribution Panel )
LVMDP adalah panel yang berfungsi sebagai penerima daya dari
trafo distribusi dan akan mendistribusikan tenaga listrik ke panel
setelahnya yaitu SDP ( Sub Distribution Panel )
2. SDP ( Sub Distribution Panel )
SDP adalah panel yang berfungsi sebagai pembagi daya tenaga
listrik ke sirkit akhir yang dibagi menjadi 3 panel yaitu, panel
penerangan ( LP ), panel kontrol ( CP ) dan panel daya ( PP ).
3. LP ( Lighting Panel )
LP adalah panel yang dibagi karena semua beban nya merupakan
beban penerangan.
4. CP ( Control Panel )
CP adalah panel yang didalamnya merupakan suatu rangkaian
kontrol untuk mengatur beban tenaga ( Motor Listrik )
5. PP ( Power Panel )
PP adalah panel yang berfungsi untuk mendistribusikan daya ke
suatu beban listrik melalui kotak kontak.
II.2.2.3 Kriteria Dalam Pemilihan PHBK
Dalam Pemilihan suatu PHBK yang akan dipasang dalam suatu sistem
instalasi listrik, terdapat 4 kategori yang dapat dipergunakan sebagai acuan kriteria
dalam perencanaannya , yaitu :
II.2.2.3.1 Arus
Arus yang dimaksud berkaitan erat dengan kapasitas dari PHBK yang
akan dipergunakan untuk melayani jumlah beban yang sudah diperhitungkan
sebelumnya. Dalam pembahasan arus juga berkaitan erat dengan kuat hantar arus,
jenis dan ukuran penghantar yang akan digunakan. Dalam kasus ini, sesuai dengan
PUIL 2011 bagian 523.1 menyebutkan bahwa Kemampuan Hantar Arus adalah arus
yang dihantarkan oleh setiap konduktor untuk periode berkesinambungan selama
operasi normal harus sedemikian sehingga batas suhu yang sesuai yang ditentukan
tidak dilampaui [9]. Dan berkaitan dengan KHA maka hal – hal yang perlu
dipertimbangkan adalah :
1. Rating arus rel
2. Rating arus saluran masuk ( Input )
3. Rating arus saluran keluar ( Output )
II.2.2.3.2 Proteksi dan Instalasi
Dalam pemasangan PHBK perlu dipertimbangkan pula kriteria
pengaman daya dan pemasangannya. Pada PUIL 2011 bagian 511.2.4.1 tertulis
pada sisi konduktor masuk PHBK utama (sirkit utama) harus dipasang sakelar
masuk utama, sedangkan pada setiap sirkit keluar setidak-tidaknya dipasang satu
proteksi arus lebih[9]. Gawai proteksi arus lebih dapat berupa sekering. Maka dari
itu kriteria yang perlu di perhatikan adalah :
1. Tingkat Pengaman
2. Metode Instalasi
3. Jumlah daya operasi / beban
4. Peralatan ukur untuk proteksi
5. Bahan selungkup
II.2.2.3.3 Pemasangan komponen PHBK
Dalam pemasangan komponen pada PHBK mengacu ke PUIL 2011
511.6 terdapat 3 syarat, yaitu[9] :
1. Jenis Komponen
2. Keperluan PHBK
3. Standar komponen
II.2.2.3.4 Aplikasi
Penggunaan panel dengan parameter bentuk dan konstruksi dari
PHBK yang ada dipasaran sangat beragam, oleh karena itu tidak dianjurkan untuk
membedakan PHBK hanya dari bentuk. Dalam kasus ini dalam proses membedakan
PHBK yang jenisnya sangat bervariasi, lebih baik ditinjau dari aplikasi PHBK
tersebut. Berikut adalah jenis – jenis pengaplikasian PHBK yang dominan
ditemukan di lapangan :
1. PHBK untuk penerangan dan daya
2. PHBK untuk sistem kontrol
3. PHBK untuk unit konsumen
4. PHBK untuk distribusi sistem saluran penghantar ( Trunking )
5. PHBK untuk perbaikan faktor daya
6. PHBK untuk distribusi di Industri
7. PHBK untuk distribusi motor listrik
8. PHBK utama
9. PHBK untuk distribusi
10. PHBK untuk sub distribusi
II.2.2.4 Bentuk Konstruksi PHBK
Jika ditinjau dari bentuk konstruksi fisik PHBK, Menurut PUIL 2011
bagian 511.3 dan 511.4 konstruksi PHBK terbagi menjadi dua, yaitu PHBK tertutup
dan PHBK terbuka. Dalam penempatannya, kedua jenis PHBK tersebut
ditempatkan di dalam ruangan atau di luar ruangan. Secara garis besar, berikut
pernyataan PUIL 2011 tentang konstruksi PHBK :
II.2.2.4.1 PHBK Dalam Ruangan
1. Rangka, rumah dan seluruh konstruksi PHBK tertutup harus dari
bahan yang tahan lembab, kokoh serta tidak mudah terbakar[9].
2. PHBK tertutup pasangan dalam harus dibuat dengan konstruksi
yang diperkuat, sehingga kuat terhadap gangguan mekanis.
II.2.2.4.2 PHBK Luar Ruangan
1. Selungkup harus kokoh terbuat dari bahan yang tahan terhadap
cuaca disertai lubang ventilasi yang harus dibuat sedemikian rupa
dengan tujuan mencegah benda asing yang membahayakan tidak
memiliki akses maksus kedalam panel[9] .
2. Seluruh komponen diposisikan pada bagian dalam panel, sehingga
saat pengoperasian hanya dapat dilakukan dengan membuka tutup
panel yang terkunci.
3. Pintu PHBK yang terbuat dari logam harus diproteksi dengan cara
memproteksinya melalui konduktor fleksibel.
4. Jika pintu PHBK terbuat dari bahan isolasi, instrumen ukur dengan
BKT yang terpasang pada pintu panel harus dihubungkan dengan
konduktor pembumian PHBK.
Dalam Hal ini juga diperhatikan Indek Proteksi ( IP ) terhadap
gangguan dari bagian luar PHBK, jenis IP yang digunakan dapat dilihat pada
gambar
Tabel II.1 Indeks Proteksi
NO Angka pertama
proteksi terhadap
benda padat
Angka kedua proteksi
terhadap air atau
liquid
Angka ketiga proteksi
terhadap benturan
IP Arti IP Arti IP Arti
1 0 Tidak ada
proteksi
0 Tidak ada
proteksi
0 Tidak ada proteksi
II.2.2.5 Penataan PHB
Dalam penataan PHBK sesuai dengan PUIL 2011 sebagai rujukan
standar yang tertulis di PUIL 2011 511.2.1 tertulis bahwa[9] :
Tabel II.1 Indeks Proteksi ( Lanjutan )
NO Angka pertama
proteksi terhadap
benda padat
Angka kedua proteksi
terhadap air atau
liquid
Angka ketiga proteksi
terhadap benturan
IP Arti IP Arti IP Arti
3 2 Terlindung dari
benda padat
yang
diameternya
melebihi 12
mm, misalnya
jari tangan.
2 Terlindung dari
tetesan air yang
jatuh membentuk
sudut 15° dari
garis vertikal.
2
4 3 Terlindung dari
benda yang
diameternya
melebihi 2,5
mm, misalnya
kawat.
3 Terlindung dari
tetesan air yang
jatuh membentuk
sudut 60° dari
garis vertikal.
3 Tahan terhadap
benturan sebesar
0,5 joule ( benda
seberat 500 gram
yang jatuh setinggi
40 cm )
5 4 Terlindung dari
benda yang
lebih besar dari
1 mm.
4 Terlidung dari
pancaran air yang
datang dari
segala arah
4
1. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.1.1 bahwa PHBK harus ditata dan
dipasang sedemikian sehingga terlihat rapi dan teratur, dan harus
ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa.
6 5 Terlindung dari
debu
5 Terlindung dari
air yang
disemprotkan
dari segala arah
5
Tabel II.1 Indeks Proteksi ( Lanjutan )
7 6 Terlindung dari
debu sekecil
apapun
6 Terlindung dari
semprotan air
yang menyerupai
gelombang air
laut
6
8 7 7 Terlindung akan
efek dari
rendaman air (
Kedap air )
7 Tahan terhadap
benturan sebesar 6
joule ( Benda
seberat 1,5 kg
jatuh setinggi 40
cm )
9 8 Terlindung dari
efek tenggelam
dengan
kedalaman yang
disertai tekanan
air ( Kedap air )
2. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.1.2 bahwa PHBK harus ditata dan
dipasang sedemikian sehingga pemeliharaan dan pelayanan
mudah dan aman, dan bagian yang penting mudah dicapai.
3. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.1.3 bahwa semua komponen yang
pada waktu kerja memerlukan pelayanan, seperti instrumen ukur,
tombol dan sakelar, harus dapat dilayani dengan mudah dan aman
dari depan tanpa bantuan tangga, meja atau perkakas yang tidak
lazim lainnya.
4. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.1.4 bahwa penyambungan saluran
masuk dan saluran keluar pada PHBK harus menggunakan
terminal sehingga penyambungannya dengan komponen dapat
dilakukan dengan mudah, teratur dan aman. Ketentuan ini tidak
berlaku bila komponen tersebut letaknya dekat saluran keluar atau
saluran masuk.
5. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.1.5 bahwa terminal kabel kendali
harus ditempatkan terpisah dari terminal saluran daya.
6. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.1.6 bahwa beberapa PHBK yang
letaknya berdekatan dan disuplai oleh sumber yang sama sedapat
mungkin ditata dalam satu kelompok.
7. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.1.7 bahwa PHBK voltase rendah
atau bagiannya, yang masing-masing disuplai dari sumber yang
berlainan harus jelas terpisah dengan jarak sekurang-kurangnya 5
cm.
8. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.1.8 bahwa komponen PHBK harus
ditata dengan memperhatikan keadaan di Indonesia dan dipasang
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat; jarak bebas harus
memenuhi ketentuan tersebut dalam 511.2.9.
9. Tertulis pada PUIL 2011.5.2.1.9 bahwa sambungan dan hubungan
konduktor dalam PHBK harus mengikuti ketentuan dalam 7.11.
Semua mur baut dan komponen yang terbuat dari logam dan
berfungsi sebagai konduktor, harus dilapisi logam pencegah karat
untuk menjamin kontak listrik yang baik. Rel dari tembaga hanya
memerlukan lapisan tersebut pada pemakaian arus 1000A ke atas.
Sambungan dua jenis logam yang berlainan harus menggunakan
konektor khusus, misalnya konektor bimetal.
10. Ketentuan 7.11.1.1 tertulis bahwa Penyambungan antar konduktor
harus dilakukan dengan baik dan kuat dengan cara sebagai berikut:
a) Penyambungan selongsong dengan sekrup
b) Penyambungan selongsong tanpa sekrup
c) Penyambungan selongsong dipres
d) Penyambungan solder (sambungan mati), sebaiknya dihindari
e) Penyambungan dengan lilitan kawat
f) Penyambungan las atau las perak (sambungan mati)
g) Penyambungan puntiran kawat padat dengan memuntir dan
memakai las dop
11. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.2.5 bahwa dalam ruang sekitar
PHBK tidak boleh diletakkan barang yang mengganggu kebebasan
bergerak.
12. Tertulis pada PUIL 2011 511.2.2.6 bahwa PHBK harus dipasang di
tempat yang jelas terlihat dan mudah dicapai. Tempat itu harus
dilengkapi dengan tanda pengenal seperlunya dan pencahayaan
yang cukup.
II.2.2.6 Penandaan PHBK
Pada Puil 2011 511.2.3 merupakan acuan untuk pemasangan tanda
pada PHBK, yaitu :
1.Pada PUIL 2011 .511.2.3.1 tertulis bahwa di beberapa tempat yang
jelas dan mudah terlihat pada sirkit arus PHBK dipasang pengenal
yang jelas sehingga memudahkan pelayanan dan pemeliharaan.
2.Pada PUIL 2011 511.2.3.2 tertulis bahwa tiap konduktor fase,
konduktor netral dan konduktor proteksi atau rel pembumian harus
dapat dibedakan secara mudah dengan warna sesuai dengan Ayat
5210 Bagian 5-52.
3.Pada PUIL 2011 511.2.3.3 tertulis bahwa untuk memudahkan
pelayanan dan pemeliharaan, harus dipasang bagan sirkit PHBK
yang mudah dilihat.
4.Pada PUIL 2011 511 2.3.4 tertulis bahwa terminal gawai kendali
harus diberi tanda atau lambang yang jelas dan mudah dilihat
sehingga memudahkan pemeriksaan.
5.Pada PUIL 2011 511.2.3.5 tertulis bahwa PHBK yang ada gawai
kendalinya harus dilengkapi dengan gambar beserta penjelasan
secukupnya.
6.Pada PUIL 2011 511.2.3.6 tertulis bahwa pada gawai kendali harus
ada tanda pengenal dan keterangan yang jelas dan mudah dilihat
sehingga memudahkan pelayanan.
7.Pada PUIL 2011 511.2.3.7 tertulis bahwa pada PHBK harus
dipasang tanda-tanda yang jelas dan tidak mudah terhapus
sehingga terlihat pada kelompok mana perlengkapan
disambungkan dan pada terminal mana setiap fase dan netral
dihubungkan.
II.2.3 Saklar dan Pemutus / Pembatas
Pada PUIL 2011 yang digunakan sebagai acuan standar, didalam nya
terdapat pembahasan tentang syarat saklar yang harus terpenuhi, yaitu :
1. Pada PUIL 2011 511.2.4.1 tertulis bahwa pada sisi konduktor
masuk PHBK utama (sirkit utama) harus dipasang sakelar masuk
utama, sedangkan pada setiap sirkit keluar setidak-tidaknya
dipasang satu proteksi arus lebih. Gawai proteksi arus lebih dapat
berupa sekering (Gambar II.1) atau pemutus sirkit (Gambar II.2)
yang memenuhi persyaratan 433 dan 434 Bagian 4-43.
Catatan : Pada instalasi domestik (rumah tangga) sakelar masuk
utama dapat diganti dengan pemutus sirkit asalkan tidak memutus
konduktor PEN.
Gambar II.1 Contoh gambar bagan untuk 511.2.4.1 dan 511.2.4.2[9]
Gambar II.2 Contoh gambar bagan untuk 511.2.4.1 dan 511.2.4.2[9]
2. Pada PUIL 2011 511.2.4.2 tertulis bahwa Sakelar masuk utama
untuk memutuskan aliran suplai PHBK utama (sirkit utama) voltase
rendah harus mempunyai batas kemampuan minimum 10 A, dan
arus minimum sama besar dengan arus nominal konduktor masuk
tersebut.
II.2.3.1 MCB
Menurut IEV 441-14-20 dalam PUIL 2011, Circuit Breaker (CB) atau
pemutus sirkit merupakan gawai sakelar mekanis yang mampu menghubungkan,
menghantarkan dan memutuskan arus pada pada kondisi sirkit normal, dan juga
mampu menghubungkan, menghantarkan untuk waktu yang ditentukan dan
memutuskan arus pada kondisi sirkit abnormal yang ditentukan, seperti pada
kondisi hubung pendek[9]. Terdapat beberapa jenis Circuit Breaker (CB) yang bisa
digunakan pada instalasi listrik gedung, diantaranya MCB, MCCB dan ACB.
II.2.3.1.1 Fungsi MCB
MCB berfungsi sebagai proteksi beban lebih dan hubung pendek arus
listrik. MCB bekerja berdasarkan prinsip thermis dan elektromagnetik. Ketika
terjadi hubung singkat, maka prinsip elektromagnetik MCB akan bekerja dan
memutuskan rangkaian. Kemudian ketika terjadi gangguan beban lebih, maka
prinsip thermis MCB yang menggunakan bimetal akan bekerja [1].
II.2.3.1.2 Proteksi Arus Lebih
Komponen thermis pada MCB menggunakan dua buah logam yang
mempunyai koefisien muai jenis yang berbeda. Kedua jenis logam tersebut
dijadikan satu keping yang biasa disebut bimetal dan dijadikan sebagai komponen
yang dilewati oleh arus beban (sensing) [3]. Ketika arus yang melewatinya
melebihi nilai yang diperbolehkan, maka bimetal akan melengkung dan
menggerakan sistem mekanis penjatuh (tripping contact) guna memutuskan aliran
listrik [3].
II.2.3.1.3 Proteksi Hubung Singkat ( Short Sircuit )
Prinsip elektromagnetik MCB pada prinsipnya bekerja berdasarkan
prinsip induksi yang dibangkitkan oleh arus hubung singkat yang terjadi [3]. Arus
hubung singkat tersebut akan menyebabkan terinduksinya koil sehingga
menimbulkan medan magnet dan menarik tuas pemutus [3].
II.2.3.1.4 Jenis – Jenis Kurva MCB
Kurva karakteristrik pemutusan MCB berpengaruh terhadap
kecepatan pemutusan magnetic atau magnetic tripping (Im) ketika terjadi hubung
singkat [3]. Berdasarkan IEC 60898-1, kurva karakteristik MCB terbagi menjadi
tiga kurva yaitu kurva B,C dan D. Untuk menentukan kurva karakteristik yang
tepat, maka harus ditentukan terlebih dahulu Short-circuit relay trip-current setting
atau Im. Im ditentukan dengan menentukan Instantaneous Trip.
1. Kurva daerah kerja thermal dan magnetik MCB
Gambar II.3 Kurva daerah kerja thermal dan magnetik MCB[4]
2. Kurva karakteristik MCB tipe B
Gambar II.4 Kurva karakteristik MCB tipe B
3. Kurva karakteristik MCB tipe C
Gambar II.5 Kurva karakteristik MCB tipe C
4. Kurva karakteristik MCB tipe D
Gambar II.6 Kurva karakteristik MCB tipe D
II.2.3.2 Moulded Case Circuit Breaker ( MCCB )
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses
operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk
penghubung [17]. Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi
sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis
tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai
dengan yang diinginkan [17]. MCCB memiliki rating pengaman yang lebih besar
dari MCB.
II.2.3.3 No Fuse Breaker ( NFB )
NFB berfungsi sebagai pembatas arus listrik dari beban lebih. Bila
arus yang mengalir pada NFB ini melebihi dari In (arus nominal) pada NFB, maka
NFB ini akan memutuskan arus ke beban. NFB dalam bahasa indonesia bisa
diartikan sebagai pemutus tanpa sekering, berfungsi untuk menghubungkan dan
memutus tegangan/arus utama dengan sirkuit atau beban, selain itu juga berfungsi
untuk memutuskan/melindungi beban dari arus yang berlebihan ataupun jika terjadi
hubung singkat. Cara kerja NFB yakni ketika arus yang mengalir melaluinya
melebihi dari nilai yang tertera pada NFB maka secara otomatis NFB akan
memutuskan arusnya. Selain itu NFB sangat baik di gunakan pada pengguna listrik
rumah tingkat atas dan industri [18].
II.2.3.4 Sekering ( Fuse )
Sekering ( Fuse ) berfungsi sebagai pemutus atau pembuka rangkaian
kontrol apabila terjadi hubung singkat. Sekering mempunyai kelebihan dan
kekurangan dibanding alat pengaman lain, yaitu[19] :
Kelebihan Sekering yaitu :
1. Mempunyai kemampuan untuk membatasi arus, sehingga bila
rangkaian mengalami gangguan, dapat diputuskan sebelum arus
melebihi harga maksimum.
2. Mempunyai konstruksi yang lebih sederhana dari pengaman
lainnya.
Kekurangan Sekering adalah tidak dapat diperbaiki apabila kawat
leburnya putus.
II.2.3.4.1 Ketentuan pemasangan sekering pada PHBK
1. Pada PUIL 2011 511.2.6.1 tertulis bahwa jika sekering dan sakelar
kedua-duanya terdapat pada sirkit masuk, sebaiknya sekering
dipasang sesudah sakelar.
Gambar II.7 Contoh diagram satu garis PHBK menggunakan sekering
pada sirkit masuk[9]
2. Pada PUIL 2011 511.2.6.1 tertulis bahwa jika sekering dan sakelar
kedua-duanya terdapat pada sirkit keluar, sebaiknya sekering
dipasang sesudah sakelar sebagaimana dimaksud 511.2.7.1 di atas.
Apabila sistem proteksi tidak menggunakan sekering tetapi
menggunakan pemutus sirkit, maka ketentuan dalam 511.2.7.1 dan
ayat ini tidak berlaku, tetapi diterapkan ketentuan seperti tersebut
dalam 511.2.4.1.
Gambar II.8 Contoh diagram satu garis PHBK menggunakan MCB
pada sirkit keluar[9]
3. Pada PUIL 2011 511.2.4.1 tertulis bahwa pada sisi konduktor
masuk PHBK utama (sirkit utama) harus dipasang sakelar masuk
utama, sedangkan pada setiap sirkit keluar setidak-tidaknya
dipasang satu proteksi arus lebih. Gawai proteksi arus lebih dapat
berupa sekering atau pemutus sirkit yang memenuhi persyaratan
433 dan 434 Bagian 4-43.
II.2.3.4.2 Jenis – jenis sekering berdasarkan konstruksinya
1. Sekring tipe ulir
Gambar II.9 Sekring tipe ulir
Sekering ini mempunyai satu kawat tunggal yang kecil, pendek
dan mudah mencair atau meleleh.
Kawat tunggal merupakan elemen lebur yang biasanya terbuat dart
bahan logam perak, tembaga, aluminium, seng, dan timah putih.
Logam perak adalah bahan yang paling baik dan banyak
dipergunakan sebagai elemen lebur sekring. Hal ini karena logam
perak mempunyal kemampuan menghantarkan arus yang cukup
besar, titik lebur atau cair yang rendah dan tidak mudah teroksidasi
oleh udara sehingga proses pemutusannya konstan dan dalam wak-
tu yang cukup lama.
Kawat sekring atau elemen lebur dlitempatkan dalam patrun yang
terbuat dari bahan porselin. Jika kuat arus melampaul batas
tertentu, kawat meleleh atau melebur, maka rangkalan terbuka
open/off. Pasir yang ada di dalam digunakan untuk memadamkan
bunga api yang terjadi pada saat pemutusan arus tersebut. Selain
itu serbuk pasir berfungsi juga sebagai pendingin, karena dapat
menyerap panas[19].
Agar segera dapat diketahui besarnya ampere patrun sekring dan
sekrup kontak, maka pada mata patrun diberi tanda berwama
sebagai berikut.
6A : hijau , 20A biru , 25A kuning , 10A merah, 35A hitam
, 15A abu-abu, 50A putih, , 60A kuning emas .
2. Sekring Tabung
Gambar II.10 Sekring Tabung
Sekring ini mempunyai elemen lebur yang ditempatkan dan
dilindungi oleh tabung kertas fiber dan kedua ujungnya ditutup
dengan kontak cincin perunggu. Kedua ujung elemen leburnya
disambungkan kepada kontak cincin perunggu tersebut, sehingga
apabila di antara kedua ujung cincin perunggu diukur dengan
ohmmeter akan menunjukkan adanya hubungan[19].
II.2.3.5 Saklar
Sakelar listrik atau switch merupakan suatu alat yang digunakan untuk
membuka dan menutup suatu rangkaian listrik, atau untuk memasukkan kembali
suatu sinyal listrik. Pada saat akan membuka untuk memutuskan rangkaian sebuah
pegas akan diregangkan [6]. Pegas tersebut akan menggerakkan sakelar sehingga
bisa memutuskan rangkaian secara singkat, karena waktu memutuskan rangkaian
sangat cepat maka kemungkinan timbul busur api akan kecil.
Jadi sakelar pada dasarnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menghubungkan atau memutuskan aliran listrik (arus listrik) dari sumber ke beban
baik pada jaringan listrik arus kuat maupun arus lemah. Yang membedakan hanya
pada bentuk fisik sakelar tersebut, semakin besar aliran listrik (arus listrik) yang
dialirkan maka semakin besar sakelar yang digunakan. Jenis sakelar yang paling
banyak digunakan pada suatu sistem kelistrikan khususnya pada gedung adalah
sakelar tunggal dan sakelar seri.
II.2.4 Penghantar
Penghantar listrik atau konduktor dalam aplikasinya pada sistem
instalasi listrik berperan sebagai sebuah perangkat yang menyalurkan arus listrik
dari suplai menuju beban. Selain daripada itu, pengantar juga difungsikan untuk
pengamanan atau penyaluran arus ketika terjadi kebocoran arus pada sistem
instalasi listrik [6]. Keberadaannya dibedakan berdasarkan jenis dan nomenklatur
kabel, kemudian untuk pemilihan penghantar terdapat beberapa aspek yang
diperhatikan yaitu standar pewarnaan penghantar, kemampuan hantar arus dan
susut tegangan pada terminal pelanggan [1]. Berikut ini merupakan beberapa jenis
penghantar yang umumnya digunakan dalam instalasi listrik gedung.
1. Kabel NYA
Penghantar jenis ini merupakan penghantar berinti tembaga
tunggal yang berbentuk pejal dan berselubung PVC. Penghantar
jenis ini sering diaplikasikan pada instalasi rumah tinggal. Pada
pemasangannya dalam instalasi listrik, penghantar NYA harus
dilindungi dengan pipa union maupun PVC.
Gambar II.11 Kabel NYA[7]
2. Kabel NYM
Penghantar jenis ini merupakan penghantar yang berinti banyak,
secara umum jumlah intinya adalah 2,3 maupun 4 dan dilengkapi
isolasi luar sebagai proteksi. Penghantar jenis ini serupa dengan
penghantar NYM, yakni sering diaplikasikan pada instalasi rumah
tinggal. Tetapi pada pemasangannya dalam instalasi listrik,
penghantar NYM boleh tidak dilindungi oleh pelindung pipa.
Walaupun demikian, tetap dalam pemasangannya sangat
direkomendasikan untuk menggunakan pelindung pipa dengan
tujuan memudahkan dalam penggantian penghantar itu sendiri [6].
.
Gambar II.12 Kabel NYM[7]
3. Kabel NYY
Penghantar jenis ini merupakan penghantar yang terbuat dari
thermoplastik tanpa perisai, diaplikasikan sebagai kabel tenaga
pada suatu industry. Pada pemasangannya dalam instalasi listrik,
penghantar NYY boleh ditempatkan di dalam tanah, tetapi harus
dilengkapi proteksi terhadap gangguan mekanis. Proteksi yang
dimaksud secara umum direalisasikan menggunakan pipa atau
pasir yang pada bagian atasnya diberi batu atau bata [6].
Gambar II.13 Kabel NYY[7]
Secara prinsip, susunan penghantar NYY serupa dengan
penghantar NYM, yang membedakan kedua jenis penghantar
tersebut adalah ketebalan isolasi, selubung luar serta jenis PVC
yang dipakai [8]. Selubung luar pada penghantar NYY adalah
hitam, untuk aplikasi pada tegangan rendah nominal tegangan
penghantar NYY adalah 0,6 / 1 kV yang memiliki makna:
0,6 kV = Tegangan nominal terhadap tanah
1 kV = Tegangan nominal antar penghantar
4. Kabel NYAF
Kabel jenis ini merupakan kabel yang bersifat fleksibel dengan
penghantar tembaga berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi
panel – panel yang membutuhkan fleksibilitas yang tinggi.
Gambar II.14 Kabel NYAF
II.2.4.1 Nomenklatur Kabel
Indikator yang menandakan perbedaan beragam jenis kabel diuraikan
dalam tabel nomenklatur kabel. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah dalam
mengidentifikasi jenis kabel.
Tabel II.2 Kode pengenalan dan penandaan identifikasi konduktor [3]
Kode Keterangan
Penghantar:
N Penghantar berinti tembaga
NA Penghantar berinti alumunium
Isolasi:
Y Isolasi PVC (Poli Vinil Chloride)
2Y Isolasi XLPE (Cross Linkage Poltethiline)
Selubung Dalam:
G Selubung karet
2G Selubung karet dari butyl
K Selubung dari timah hitam
KL Selubung alumunium dengan permukaan licin
KWK Selubung dari XLPE
Kode Keterangan
Y Selubung dari PVC
2Y Selubung dari Polytelin
Z Selubung dari pita seng
Spiral:
Gb Spiral dari pita baja
D Spiral anti tekan
Selubung
Luar:
A Selubung dari Yute
Y Selubung dari PVC
Bentuk
Penghantar
Kabel :
Rm Bulat Serabut
II.2.4.2 Kemampuan Hantar Arus ( KHA )
KHA adalah kemampuan penghantar listrik dalam menghantarkan arus
listrik dalam satuan ampere pada selang waktu tertentu tanpa mengakibatkan
kerusakan mekanis pada isolasi penghantar [9]. Kemudian berdasarkan pernyataan
PUIL 2011 bagian 523.1 menyebutkan bahwa Kemampuan Hantar Arus adalah arus
yang dihantarkan oleh setiap konduktor untuk periode berkesinambungan selama
operasi normal harus sedemikian sehingga batas suhu yang sesuai yang ditentukan
tidak dilampaui [9].
Dalam menentukan jenis dan luas penampang penghantar yang
digunakan untuk melayani beban, terlebih dahulu harus diketahui besarnya arus
nominal yang melewati penghantar tersebut. Cara menentukan besarnya arus
nominal dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
Arus bolak-balik 1 phasa : IB = 𝑃
𝑉 . 𝑐𝑜𝑠 𝜑 ....................................................... (II.1)
Arus bolak-balik 3 phasa : IB = 𝑃
√3 . 𝑉 . 𝑐𝑜𝑠 𝜑 ............................................... (II.2)
Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan suatu penghantar adalah
pernyataan PUIL 2011 bagian 2.2.8.3 yang menyatakan bahwa :
KHA kabel (IZ) = 125 % x IB ..........................................................................................................(II.3)
IB ≤ IN ≤ IZ ................................................................................................... (II.4)
Keterangan :
P = daya (Watt)
V = tegangan (volt)
Cos φ = faktor daya
Re Bulat pejal
Se Sektor pejal
IB = arus beban (Ampere)
IN = arus pengenal pengaman (Ampere)
IZ = KHA kabel (Ampere)
Setelah diketahui arus nomial dalam suatu jaringan instalasi listrik,
untuk menentukan jenis penghantar dan luas penghantar yang tepat digunakan pada
suatu instalasi listrik maka sesuaikan dengan tabel 7.3-1, 7.3-4, dan 7.3-5a dalam
PUIL 2011 terlampir. Untuk KHA setiap ukuran kabel dapat dilihat di Lampiran 2.
II.2.4.3 Standar Pewarnaan Penghantar
Standar pewarnaan penghantar bertujuan untuk memperoleh
kesatuan penjelasan mengenai penggunaan suatu warna atau warna loreng yang
dipakai untuk mengidentifikasi inti kabel, guna keseragaman dan meningkatkan
keamanan (PUIL 2011:5210) [9], maka penyamaan fungsi dan warna penghantar
harus dilakukan. Standar yang digunakan untuk identifikasi warna penghantar
ditunjukkan pada tabel II.8.
Tabel II.3 Identifikasi warna penghantar [20]
Warna Selubung Penggunaan Merah Phasa R / L1 Kuning Phasa S / L2 Hitam Phasa T / L3 Biru Netral / N Kuning – Hijau Loreng Pentanahan (PE) Warna lainnya Kontrol
II.2.5 Konduktor Rel
Konduktor rel atau yang biasa disebut busbar adalah komponen listrik
yang berguna sebagai penghantar listrik yang berbentuk persegi panjang tanpa
isolasi. Busbar biasanya berada di dalam panel yang bersifat menampung tenaga
listrik guna disalurkan ke komponen – komponen listrik lainnya, dan ukuran
konduktor rel menentukan hantaran arus nya yang dapat dilihat pada lampiran 2.
Penggunaan busbar diperuntukan untuk keperluan fasa, netral maupun pembumian.
Untuk membedakan warnanya, ketentuan yang dipakai sama seperti pada tabel
indentifikasi warna penghantar. Ketentuan pemasangan konduktor rel pada PHBK
diatur pada PUIL 2011 511.6.3, yaitu[9] :
1. Pada PUIL 2011 511.6.3.1 tertulis bahwa rel yang digunakan
pada PHBK harus terbuat dari tembaga atau logam lain yang
memenuhi persyaratan sebagai konduktor listrik.
2. Pada PUIL 2011 511.6.3.2 tertulis bahwa besar arus yang
mengalir dalam rel tersebut harus diperhitungkan sesuai
kemampuan rel sehingga tidak akan menyebabkan suhu lebih
dari 65 C. Pada suhu sekitar 35 C dapat digunakan ukuran rel
menurut tabel.
3. Pada PUIL 2011 511.6.3.3 tertulis bahwa lapisan yang digunakan
untuk memberi warna rel dan saluran harus dari jenis yang tahan
terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
II.2.6 Sambungan
Sambungan pada instalasi listrik adalah dua buah konduktor yang
terhubung secara langsung atau tidak langsung dengan perantara komponen listrik
lainnya. Syarat untuk pemasangan sambungan pada penghantar diatur pada PUIL
2011 134.1.11, yaitu[9] :
1. Pada PUIL 2011 134.1.11.1 tertulis bahwa semua sambungan
listrik harus baik dan bebas dari gaya tarik.
2. Pada PUIL 2011 134.1.11.2 tertulis bahwa sambungan antara
konduktor serta antara konduktor dan perlengkapan listrik yang
lain harus dibuat sedemikian sehingga terjamin kontak yang aman
dan andal.
3. Pada PUIL 2011 134.1.11.3 tertulis bahwa gawai penyambung
seperti terminal tekan, penyambung puntir tekan, atau
penyambung dengan solder harus sesuai dengan bahan konduktor
yang disambungnya dan harus dipasang dengan baik.
4. Pada PUIL 2011 134.1.11.4 tertulis bahwa dua konduktor logam
yang tidak sejenis (seperti tembaga dan aluminium atau tembaga
berlapis aluminium) tidak boleh disatukan dalam terminal atau
penyambung puntir kecuali jika alat penyambung itu cocok untuk
maksud dan keadaan penggunaannya.
5. Pada PUIL 2011 134.1.11.5 tertulis bahwa sambungan konduktor
pada terminal harus terjamin kebaikannya dan tidak merusakkan
konduktor. Menyambung kabel fleksibel harus menggunakan
sambungan tekan (termasuk jenis sekrup), sambungan solder atau
sambungan puntir. Sepatu kabel harus disambungkan dengan mur
baut secara baik.
II.2.7 Cable Tidy ( Spiral )
Cable Tidy atau Spiral digunakan sebagai pembungkus / pelindung
kabel untuk mengamankan kabel dari gangguan luar dan memperindah kabel sesuai
dengan 7 dasar instalasi listrik. Dengan adanya spiral, kabel dengan jumlah lebih
dari 1 yang bertumpuk terlihat lebih rapih . Penggunaan spiral sangat disarankan
pada panel karena dapat meminimalisir ruang yang terpakai karena banyaknya
jumlah kabel yang saling terpisah[19].
Gambar II.15 Cable Tidy
II.2.8 Labeling
Labeling sistem adalah teknik penandaan atau identifikasi adanya sistem
jaringan instalasi dan panel – panel instalasi listrik untuk mempermudah
dilakukannya pemeliharaan atau perbaikan[19].
II.2.8.1 Tujuan Labeling
1. Sebagai pedoman cara kerja operator dalam mengenali dan
membedakan setiap actuated button, alat ukut dan alat bantu
monitor kinerja sistem lainnya yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Sebagai pedoman teknisi perakit dalam melaksanakan
pemasangan atas perakitan sistem yang sesuai dengan diagram
serta deskripsi yang diharapkan.
3. Sebagai pedoman teknisi pemeliharaan dan perbaikan dalam
melakukan pelacakan gangguan.
II.2.8.2 Jenis – Jenis Labeling
Labeling pada instalasi listrik dibagi menjadi 3 menurut jenis – jenis
komponennya.
II.2.8.2.1 Labeling Penghantar
Sistem pelabelan pada penghantar ini pada dasarnya adalah pemberian
identifikasi ujung kawat penghantar yang digunakan dalam suatu sistem. Labeling
penghantar dipasang dengan syarat :
1. Setiap potongan kawat penghantar yang digunakan diberi tanda
dengan notasi nomor hantaran yang sama pada kedua ujungnya.
2. Setiap penghantar yang terhubung pada titik yang sama diberi
notasi nomor hantaran yang sama.
3. Penghantar masukan dan keluaran pada setiap anak kontak sakelar
diberi notasi nomor hantaran yang berbeda.
II.2.8.2.2 Labeling Komponen
Sistem labeling ini pada dasarnya adalah pemberian identifikasi setiap
komponen dalam suatu sistem sehingga dapat dibedakan secara mudah, baik posisi,
jenis dan lokasi pemasangannya. Label jenis ini dibuat sesuai identifikasi setiap
komponen dalam gambar diagramnya. Label ini dicetak diatas kertas stiker ataupun
allumunium foil yang dibeli lapisan perekat.
II.2.8.2.3 Labeling Fungsi
Sistem pelabelan ini pada dasarnya adalah pemberian identifikasi
fungsi setiap komponen operasional yang menjadi tanggung jawabnya operator.
Komponen operasional yang tercakup dalam pengertian ini adalah actuated button,
sakelar, stop kontak dan alat bantu kinerja sistem lainnya. Label fungsi dinyatakan
dengan nama fungsi dari komponen dalam suatu sistem dan bukan dinyatakan
dengan nama komponennya.
II.2.9 Sepatu Kabel
Sepatu kabel adalah salah satu accessories kabel yang berfungsi untuk
penyambungan kabel ke terminal atau panel dengan dibautkan pada bussbar atau
panel. Biasanya sepatu kabel terbuat dari tembaga, alumunium atau bimetal dengan
tambahan isolasi dibagian belakang sepatu kabel. Pada pemasangannya sepatu
kabel yang terbuat dari alumunium tidak boleh dipasang dengan kabel yang
konduktor nya terbuat dari tembaga, begitupun sebaliknya kecuali menggunakan
sepatu kabel yang terbuat dari bimetal.
Pada PUIL 2011 511.5.6.4 tertulis bahwa sepatu kabel harus dibuat
dari bahan yang sesuai dan kuat, dan ukurannya harus sesuai dengan kabel yang
akan dipasang. Sepatu kabel yang dibuat dari bahan aluminium tidak boleh
disambung dengan kabel tembaga atau sebaliknya, kecuali dengan menggunakan
bimetal[9].
Pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat, gaya tekan, dan
gaya tarik yang ditimbulkan oleh kabel yang akan dipasang sehingga gaya-gaya
tersebut tidak akan langsung dipikul oleh gawai listrik yang lain.
Dalam pemasangannya sepatu kabel dan kabel dapat dipasang
menggunakan alat penekan, tetapi setelah dipasang, kabel tidak dapat dilepas
kembali atau sepatu kabel tidak dapat digunakan kembali untuk kabel lainnya
karena bersifat permanen.
II.2.10 Lampu Indikator
Lampu indikator pada sebuah PHBK berguna untuk menunjukan
kondisi dari instalasi yang diatur didalam panel tersebut. Lampu indikator memang
diperuntukan untuk mempermudah proses pemeliharaan dalam suatu PHBK.
Masing – masing warna yang diperuntukan untuk PHBK memiliki arti yang
berbeda dan dapat dilihat pada tabel.
Tabel II.4 Identifikasi warna lampu tanda[19]
Warna Makna Warna Aplikasi
Merah Kondisi Bahaya Menandakan kondisi bahaya
dan membutuhkan penanganan
secepatnya oleh operator
Kuning Kondisi Tidak Optimal Monitoring dan membutuhkan
penanganan dari operator
Biru Mesin siap untuk beroperasi Mesin dalam kondisi siap
dioperasikan
Hijau
Kondisi Normal
Saklar dalam kondisi normal
ON
Pemilihan kecepatan dan arah
putaran mesin
Peralatan utama ataupun
tambahan pada posisi ON
Mesin Bekerja
Putih Fungsi lain yang tidak dapat
dijelaskan melalui warna di
atas
II.2.11 Pembumian
Untuk mencegah bahaya arus listrik tentu setiap komponen listrik
memerlukan pengaman. Pengaman terhadap bahaya arus listrik bertujuan untuk
menjami keselamatan akan timbulnya akibat gradient tegangan di sekitar peralatan
listrik dapat diatasi. Pembumian pengaman merupakan persyaratan terpenting
untuk makhluk hidup dan barang – barang disekitarnya. Pembumian pengaman
mencakup pengaman terhadap kejut listrik, pengaman terhadap efek thermal,
pengaman terhadap arus lebih, pengaman terhadap tegangan lebih, pengaman
terhadap tegangan kurang, pemisahan dan switching.
Pengaman suatu instalasi untuk mencegah tegangan kejut adalah
prioritas utama karena berkaitan langsung dengan keselamatan manusia. Masalah
ini menjadi dasar utama bagi pertimbangan sistem pembumian. Tegangan kejut ini
dibedakan menjadi tegangan sentuk ( touch voltage ), tegangan langkah ( step
voltage ) dan tegangan pindah ( transfer voltage ). Tegangan sentuh dan tegangan
langkah menjadi perhatian utama. Apabila pada suatu sistem tenaga listrik terjadi
arus hubung singkat ke tanah, maka dapat timbul perbedaan tegangan antara
berbagai bagian peralatan dan lingkungan sekitar.
Bagian yang perlu diutamakan adalah besarnya tegangan sentuh yang
dianggap aman bagi manusia ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti lamanya
tegangan kejut, tahanan jenis tanah, dan berat badan manusia. Dalam jangka waktu
yang lama / terus – menerus, syarat yang diatur dalam PUIL adalah 50 Volt
tegangan AC yang diperbolehkan.
II.2.11.1 TNC ( Terra Neutral – Combined )
Pada semua panel yang akan direstrukturisasi, sistem pembumian
yang dipakai adalah sistem pembumian TNC. Dalam sistem ini saluran netral dan
saluran pembumian disatukan dalam satu konduktor rel. Dari konduktor rel
langsung di hubungkan ke tanah, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar .
Gambar II.16 Sistem Pembumian TN – C
II.2.12 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 )
Dalam pelaksanaan restrukturisasi pada suatu instalasi listrik kita
harus memerhatikan berbagai syarat yang diatur pada PUIL 2011. Dalam
restrukturisasi ini penulis melakukan tahap pengerjaan / restrukturisasi sesuai
dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja operasional yang telah diatur
menjadi syarat dalam PUIL 2011 9.9.2, yaitu[9] :
II.2.12.1 Rambu Peringatan dalam Proses Pemeliharaan
Pada PUIL 2011 9.9.2.1 tertulis bahwa perlengkapan listrik yang akan
dikerjakan pada keadaan tidak bervoltase harus dibebaskan dari voltase dengan cara
sebagaimana diatur dalam 9.10.5.1, dan di tempat sarana pemutusan sirkit harus
dipasang rambu peringatan yang menyatakan seseorang sedang bekerja pada sirkit
yang diputuskan itu.
II.2.12.2 Tata Cara Pemutusan Sumber
Pada PUIL 9.10.5.1 tertulis bahwa agar dapat bekerja dengan aman
dibagian instalasi listrik yang memerlukan kondisi tidak bervoltase, tindakan
berikut harus dilakukan secara berturut-turut:
1. Semua sakelar dan kemudian pemisah yang memungkinkan
tenaga listrik mengalir ke bagian yang akan dibuat tidak bervoltase
harus dibuka dan dikunci.
2. Elemen sekering yang bersangkutan yang memungkinkan adanya
voltase, harus dikeluarkan.
3. Semua konduktor yang berhubungan ke meter yang
memungkinkan adanya voltase harus diputus dan dipisahkan.
4. Melakukan pembuangan muatan seperti tersebut dalam 9.9.2.10.
II.2.12.3 Tata Cara Pembuangan Muatan Listrik
Pada PUIL 2011 9.9.2.10 bagian perlengkapan yang telah dibebaskan
dari voltase dan akan dibuang muatan listriknya harus diperiksa secara visual dan
dengan menggunakan lampu indikator voltase untuk memastikan bahwa bagian
tersebut benar-benar telah terputus dari sumbernya. Membuang muatan listrik dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Jika pada perlengkapan listrik tersebut terpasang gawai
pembumian permanen, muatan listrik dapat dibuang menurut
prosedur yang telah ditentukan.
2. Jika pada perlengkapan listrik tersebut tidak terpasang gawai
pembumi, muatan listrik dapat dibuang dengan cara pada poin 3
dan 4.
3. Sepotong kawat tembaga, sebaiknya fleksibel dan telanjang
dengan penampang sekurang-kurangnya 16 mm2 , terlebih dulu
dibumikan dengan baik. Pada ujung lainnya diikatkan tongkat
yang berinsulasi sesuai dengan voltase kerja perlengkapan.
Petugas ahli yang berwenang harus berdiri cukup jauh dari
perlengkapan, lalu menyentuhkan kawat pada ujung tongkat
kepada semua konduktor perlengkapan sekaligus atau satu
persatu.
4. Jika cara 1 tidak praktis untuk dilakukan, setelah kawat tembaga
tadi dibumikan dengan baik, ujungnya dilemparkan ke konduktor
perlengkapan dengan cermat sehingga jatuh tepat pada
sasarannya.
II.2.12.4 Standar Pemeliharaan
Pada PUIL 2011 9.9.2.2 tertulis bahwa sebelum mulai dilaksanakan
sesuatu pekerjaan, seseorang yang berwenang harus melakukan pemeriksaan
voltase dengan teleskop atau lampu uji untuk memastikan bahwa perlengkapan
yang akan dikerjakan telah bebas dari voltase.
II.2.12.5 Pembumian
Pada PUIL 2011 9.9.2.3 tertulis bahwa perlengkapan yang akan
dikerjakan harus dibumikan secara baik. Suatu pembumian yang baik diperoleh
dengan konduktor pembumi dari tembaga yang mempunyai penampang sekurang-
kurangnya 16 mm2 atau dengan konduktor pembumian dari bahan lain yang setaraf
dengan itu.
Konduktor pembumi terus dibumikan dahulu dan setelah itu baru
dihubungkan dengan perlengkapan yang akan dibumikan.
Konduktor pembumi harus dipasang kelihatan dari tempat orang yang
sedang bekerja dan jika tidak mungkin, konduktor pembumi itu harus dipasang
pada jarak yang dekat, sehingga orang yang bekerja itu dapat dengan mudah
memeriksa keadaan konduktor pembumi tersebut.
II.2.12.6 Surat Tugas Pemeliharaan
Pada PUIL 2011 9.9.2.4 tertulis bahwa orang yang ditugasi memimpin
pekerjaan pembebasan voltase, harus mempunyai surat penugasan dari atasannya
yang berwenang. Ia bertanggung jawab penuh bahwa bagian sirkit yang diputuskan
itu benar-benar telah dibebaskan dari voltase sesuai dengan peraturan keselamatan
kerja yang berlaku.
II.2.12.7 Langkah – Langkah Pemeliharaan
Pada PUIL 2011 9.9.2.5 tertulis bahwa pekerjaan baru boleh
dilaksanakan jika syarat pada 9.9.2.2, 9.9.2.3, dan 9.9.2.4 telah dipenuhi.
II.2.12.8 Standar Penguncian
Pada PUIL 2011 9.9.2.6 tertulis bahwa Sebelum melaksanakan
pekerjaan, setiap sakelar/pemisah sirkit yang memungkinkan penyaluran voltase
harus terkunci / digembok dan anak kuncinya harus disimpan oleh petugas yang
diberi wewenang untuk memimpin pekerjaan tersebut.
Penguncian semacam itu harus dilaksanakan menurut prosedur
tertentu, untuk mencegah kemungkinan orang lain dapat membuka kunci sakelar /
pemisah sirkit tersebut.
II.2.12.9 Pemeliharaan Kabel Tanah
Pada PUIL 2011 9.9.2.11 tertulis bahwa sebelum suatu kabel tanah
dipotong, orang yang diperintahkan memotong kabel tanah itu harus sudah yakin
bahwa kabel tanah tersebut telah bebas dari voltase dan kedua ujungnya telah
dibumikan, dan ia juga harus telah melihat bahwa suatu paku besi yang diikat
dengan konduktor pembumi telah dipakukan dalam inti kabel tanah ditempat
dimana kabel tanah tersebut harus dipotong.
II.2.12.10 Pemeliharaan Konduktor
Pada PUIL 2011 9.9.2.12 tertulis bahwa jika melepas konduktor
pembumi yang tidak permanen, maka yang dibuka terlebih dahulu adalah ikatan
pada perlengkapan listrik yang biasa bervoltase, dan kemudian baru ikatan pada
pembumi.
II.2.12.11 Bekerja pada Keadaan Tidak Bervoltase
1. Pada PUIL 2011 bagian 9.9.2.1 tertulis bahwa perlengkapan
listrik yang akan dikerjakan pada keadaan tidak bervoltase
harus dibebaskan dari voltase dengan cara sebagaimana diatur
dalam 9.10.5.1, dan di tempat sarana pemutusan sirkit harus
dipasang rambu peringatan yang menyatakan seseorang
sedang bekerja pada sirkit yang diputuskan itu.
2. Pada PUIL 2011 bagian 9.9.2.2 tertulis bahwa sebelum mulai
dilaksanakan sesuatu pekerjaan, seseorang yang berwenang
harus melakukan pemeriksaan voltase dengan teleskop atau
lampu uji untuk memastikan bahwa perlengkapan yang akan
dikerjakan telah bebas dari voltase.
3. Pada PUIL 2011 bagian 9.9.2.3 tertulis bahwa perlengkapan
yang akan dikerjakan harus dibumikan secara baik. Suatu
pembumian yang baik diperoleh dengan konduktor pembumi
dari tembaga yang mempunyai penampang sekurang –
kurangnya 16 mm2 atau dengan konduktor pembumian dari
bahan lain yang setaraf dengan itu.
II.2.12.12 Cara Membebaskan Voltase
Pada PUIL 2011 bagian 9.10.5.1 tertulis bahwa agar dapat bekerja
dengan aman dibagian instalasi listrik yang memerlukan kondisi tidak bervoltase,
tindakan berikut harus dilakukan secara berturut – turut :
1. Semua sakelar dan kemudian pemisah yang memungkinkan
tenaga listrik mengalir ke bagian yang akan dibuat tidak
bervoltase harus dibuka dan dikunci.
2. Elemen sekering yang bersangkutan yang memungkinkan
adanya voltase harus dikeluarkan.
3. Semua konduktor yang berhubungan ke meter yang
memungkinkan adanya voltase harus diputus dan dipisahkan.
4. Melakukan pembuangan muatan seperti tersebut dalam
9.9.2.10.
II.2.12.13 Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment
adalah alat-alat atau perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan
menjaga keselamatan pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi
bahaya atau resiko kecelakaan kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang
digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga
efektif melindungi pekerja sebagai penggunanya.
Pada undang – undang keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2018
tertulis bahwa penggunaan alat pelindung diri sebabagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf e merupakan upaya penggunaan alat yang berfungsi mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
Di dalam Perusahaan Manufakturing terutama yang bergerak dalam
Produksi Perakitan Elektronika, beberapa resiko pekerjaan yang berpotensi
membahayakan keselamatan dan kesehatan serta berpotensi menimbulkan
kecelakan kerja antara lain proses menyolder, proses pemotongan kaki Komponen
Elektronika, proses penggunaan bahan-bahan kimia, suara-suara yang timbul akibat
mesin produksi, pembuangan limbah dan kegiatan pemindahan bahan-bahan
produksi. Oleh karena itu, pekerja-pekerja yang mengerjakan proses tersebut
memerlukan perlengkapan atau alat untuk melindungi dirinya sehingga mengurangi
resiko bahaya dan kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri atau APD ini merupakan
salah satu syarat penting dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja atau SMK3.
II.2.12.13.1 Helm Pelindung
Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala dari
paparan bahaya seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran listrik.
Pemakaian Topi Pelindung (Safety Helmet) harus sesuai dengan lingkar kepala
sehingga nyaman dan efektif melindungi pemakainya. Di Produksi Elektronika,
Topi pelindung biasanya digunakan oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.
Terdapat 3 Jenis Helmet berdasarkan perlindungannya terhadap listrik, yaitu:
1. Helmet Tipe General (G) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang
bertegangan rendah hingga 2.200 Volt
2. Helmet Tipe Electrical (E) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang
bertegangan tinggi hingga 22.000 Volt
3. Helmet Tipe Conductive (C) yang hanya dapat melindungi kepala dari
terbentur dan kejatuhan benda tetapi tidak melindungi kepala dari paparan
bahaya aliran listrik.
II.2.12.13.2 Sarung Tangan
Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi
tangan dari kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan
dengan benda runcing dan tajam. Sarung Tangan biasanya dipakai pada proses
persiapan bahan kimia, pemasangan komponen yang agak tajam, proses pemanasan
dan lain sebagainya. Jenis-jenis sarung tangan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi tangan
dari tergores, tersayat dan luka ringan.
2. Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi tangan
dari tergores, tersayat dan luka ringan.
3. Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi tangan
dari kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat dan Grease.
4. Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak
dengan arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi.
II.2.12.13.3 Pakaian Kerja
Pakaian kerja adalah perlengkapan yang digunakan untuk melindungi
badan dan harus dapat menahan dan memberi perlindungan terhadap kecelakaan
utama bahaya kebakaran. Pakaian kerja bertangan panjang cocok untuk pengerjaan
suatu instalasi karena melindungi badan dari sentuhan oleh sudut – sudut yang
runcing, bagian – bagian yang menonjol atau terkena percikan asam atau bagian –
bagian yang panas.
II.2.13 Tahanan Isolasi
Dalam proses restrukturisasi, pada akhirnya setiap komponen atau
beban maupun penghantar perlu di uji. Uji tahanan isolasi adalah hal paling
mendasar untuk menyatakan apakah komponen tersebut sudah sesuai dengan
standar yang ditentukan.
Pada PUIL 2011 61.3.3 dinyatakan bahwa tahanan isolasi atau
resistans insulasi harus diukur antara konduktor aktif dan konduktor proteksi yang
dihubungkan ke susunan pembumian. Untuk keperluan pengujian ini, konduktor
aktif dapat dihubungkan bersama.
Tabel II.5 Nilai minimum resistans insulasi[9]
Voltase sirkit nominal
(v)
Voltase uji a. s.
(v)
Resistans insulasi
(MΩ)
SELV dan PELV 250 ≥ 0,5
Sampai dengan 500 v termasuk FELV 500 ≥ 1,0
Diatas 500 v 1.000 ≥ 1,0
Resistans insulasi, yang diukur dengan voltase uji yang tercantum
dalam Tabel adalah memenuhi bila setiap sirkit, dengan peranti didiskoneksi,
mempunyai resistans insulasi tidak kurang dari nilai yang sesuai yang tercantum
dalam Tabel. Tabel harus diterapkan untuk verifikasi resistans insulasi antara
konduktor proteksi tak dibumikan dan bumi.
Bila gawai proteksi surja (GPS) atau perlengkapan lain mungkin akan
mempengaruhi uji verifikasi, atau akan rusak, maka perlengkapan demikian harus
didiskoneksi sebelum melakukan uji resistans insulasi.
Bila tidak dapat dipraktikkan untuk mendiskoneksi perlengkapan
tersebut (yaitu dalam hal kotak kontak dilengkapi GPS), maka voltase uji untuk
sirkit khusus tersebut dapat dikurangi hingga 250 V a.s., tetapi resistans insulasi
harus mempunyai nilai paling sedikit 1 MΩ.