bab ii tinjauan pustaka dan landasan teori …eprints.umm.ac.id/40950/3/bab ii.pdf16 bab ii tinjauan...

15
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis yang akan dilakukan. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penulis dalam melakukan penelitian, antara lain : 1. Penelitian berjudul “Perilaku Konsumtif Remaja Penikmat Warung Kopi” oleh Ardietya Kurniawan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengkonsumsi kopi adalah cara mencapai tujuan untuk memenuhi keinginan. Dengan secangkir kopi akan lebih nikmat bila diminum bersama teman-teman sambil mengobrol, bercanda, merokok, dan menikmati suasana tempat yang nyaman yang didukung oleh fasilitas wifi. Aktifitas mengkonsumsi kopi di warung kopi dapat memperluas pergaulan dan tentunya menambah teman.

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis

dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya

teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.

Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian

dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis yang akan

dilakukan. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai

referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.

Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal

terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian

terdahulu yang dijadikan acuan penulis dalam melakukan penelitian,

antara lain :

1. Penelitian berjudul “Perilaku Konsumtif Remaja Penikmat Warung

Kopi” oleh Ardietya Kurniawan. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah mengkonsumsi kopi adalah cara mencapai

tujuan untuk memenuhi keinginan. Dengan secangkir kopi akan lebih

nikmat bila diminum bersama teman-teman sambil mengobrol,

bercanda, merokok, dan menikmati suasana tempat yang nyaman

yang didukung oleh fasilitas wifi. Aktifitas mengkonsumsi kopi di

warung kopi dapat memperluas pergaulan dan tentunya menambah

teman.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

17

2. Penelitian berjudul “Gaya Hidup Minum Kopi Konsumen Di The

Coffee Bean & Tea Leafplas Tunjungan Surabaya” oleh Kelvianto

Suisa & Veronica Febrilia. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah para penikmat kopi hanya mencari suasana atau

bahkan untuk menunjukkan status sosial. Budaya minum kopi itu

sendiri telah berkembang tidak hanya sebagai kebutuhan melainkan

sebagai trend atau gaya hidup karena banyaknya kedai kopi yang

memiliki nama terkenal.

3. Penelitian berjudul “Ruang Publik Dan Partisipasi Masyarakat Dalam

Perspektif Demokrasi Deliberatif (Studi Tentang Alun-Alun “Taman

Kusuma Wicitra” Tulungagung. (Wahyu K. Rendra). Permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah masyarakat dapat bersosialisasi di

Taman Kusuma Wicitra kabupaten Tulungagung dengan menjadi ruang

publik yang ideal bagi masyarakat untuk menunjang partisipasi politik,

walaupun dalam prakteknya partisipasi hanya terjadi pada segmentasi

masyarakat tertentu.

4. Penelitian berjudul “Nongkrong Di Warung Kopi Sebagai Gaya

Hidup Mahasiswa Di Mato Kopi Yogyakarta” oleh Dea Ayu Pramita

& V. Indah Sri Pinasti, M.Si. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah kebiasaan mahasiswa yang memiliki berbagai

aktivitas dimalam hari seperti nongkrong di warung kopi sambil

menikmati suasana, mengerjakan tugas, membaca buku, ngobrol

bersama teman, bermain musik, dan sebagainya. Ketika nongkrong

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

18

mahasiswa bisa menghabiskan waktu berjam-jam sehingga lupa

waktu.

5. Penelitian berjudul “Eksistensi Penggunaan Wifi Di Warung Kopi

Di Banda Aceh” oleh Nurlaila Hayati. Permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini adalah dengan adanya wifi masyarakat betah

untuk nongkrong menghabiskan waktu untuk membuka diri serta

belajar dengan hal-hal yang baru dengan adanya pemakaian wifi di

warung kopi, dengan adanya wifi bagi kota Banda Aceh memberikan

warna baru bagi masyarakatnya, dengan begitu timbul komunitas-

komunitas baru, orang-orang pecinta wifi di warung kopi.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Judul Hasil Penelitian Relevansi

1 Perilaku

Konsumtif

Remaja

Penikmat

Warung

Kopi.

(Ardietya

Kurniawan)

Budaya minum kopi

saat ini merupakan

suatu trend baru

yang muncul

diberbagai kalangan

masyarakat.

Meningkatnya

permintaan akan

kopi, memancing

munculnya berbagai

brand, cafe, dan

coffee shop di kota-

kota besar.

Meskipun banyak

brand yang

bermunculan namun

pangsa pasar yang

dituju berbeda-beda.

Dalam hal ini

budaya konsumsi

kopi ini biasanya

dilakukan

Relevansi

penelitian ini

dengan jurnal

adalah sama

dalam hal

pembahasan

meskipun

banyak brand

yang

bermunculan

di kota tetapi

permintaan

warung kopi

yang ada di

Tulungagung

terutama di

warung kopi

waris selalu

meningkat

setiap

tahunnya.

Dengan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

19

masyarakat di cafe

dan coffee shop.

adanya inovasi

baru yaitu

kopi ijo.

2

.

Gaya Hidup

Minum Kopi

Konsumen

Di The

Coffee Bean

& Tea

Leafplas

Tunjungan

Surabaya.

(Kelvianto

Suisa &

Veronica

Febrilia)

Tradisi ngopi ini

sudah menjadi gaya

hidup konsumen.

Semua orang bisa

menikmati kopi

kapanpun mulai dari

pagi, siang, sore,

maupun malam hari

dengan duduk-duduk

santai, adapun jika

ada teman ngobrol.

Banyak orang

memilik kopi untuk

menjadi teman

menghabiskan

waktunya, karena

dengan sekedar

ngopi saja sudah

melepaskan penat.

Relevansi

penelitian ini

dengan jurnal

adalah sama

dalam hal

pembahasan

membuang-

buang waktu,

tetapi

merupakan

aktivitas yang

dapat menjalin

kebersamaan

masyarakat

melalui

interaksi sosial

yang terjadi,

bahkan dapat

dikatakan

sebagai awal

pembentukan

komunitas dan

budaya baru.

3

.

Ruang

Publik Dan

Partisipasi

Masyarakat

Dalam

Perspektif

Demokrasi

Deliberatif

(Studi

Tentang

Alun-Alun

“Taman

Kusuma

Wicitra”

Tulungagun

g.

(Wahyu K.

Rendra)

Taman Kusuma

Wicitra yang ada di

kabupaten

Tulungagung,

merupakan wujud

ruang publik yang

ada di kabupaten

Tulungagung, ruang

publik dalam kajian

Habermas memiliki

beberapa syarat

untuk dipenuhi

diantaranya bebas,

inklusif, dan tanpa

intervensi

pemerintah. Selain

itu, ruang publik

dapat dijadikan

wadah untuk

meningkatkan

partisipasi publik

utama di Kabupaten

Tulungagung

ternyata belum

menjangkau

masyarakat secara

Relevansi

penelitian ini

dengan tesis

adalah sama

dalam hal

pembahasan

meskipun

ruang publik

ini sama-sama

membahas

tentang politik

tetapi dalam

penelitian ini

ruang publik

yang

dimaksud

tentang

pilkada yang

akan

dilaksanakan

beberapa

bulan yang

akan datang,

dan

pembahasan

ruang publik

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

20

keseluruhan

terutama yang jauh

dari pusat perkotaan,

maka dengan

permasalahan

tersebut, muncul

ruang publik

alternatif di setiap

desa untuk

memfasilitasi

masyarakat.

ini dilakukan

oleh

masyarakat

Tulungagung

dari kalangan

atas sampai

bawah ketika

ngopi di

warung kopi

Tulungagung.

4

.

Nongkrong

di Warung

Kopi

Sebagai

Gaya Hidup

Mahasiswa

di Mato

Kopi

Yogyakarta.

(Dea Ayu

Pramita &

V. Indah Sri

Pinasti,M.Si.

)

Mereka menemukan

arti kebersamaan

ketika mereka

nongkrong di

warung kopi. Tujuan

dari mereka

nongkrong adalah

karena adanya hasrat

untuk berkumpul

dan berinteraksi

dengan teman-

temannya.

Mahasiswa memiliki

memiliki gaya hidup

nongkrong di

warung kopi karena

dipengaruhi berbagai

faktor.

Relevansi

penelitian ini

dengan jurnal

adalah sama

dalam hal

pembahasan

bahwa warung

kopi

merupakan

sebuah tempat

dimana semua

orang bisa

membuang

kejenuhannya

dengan cara

nongkrong

bersama

teman dan

orang-orang

sekitarnya dan

mendapatkan

kepuasan

tersendiri.

5

.

Eksistensi

Penggunaan

Wifi Di

Warung

Kopi Di

Banda Aceh.

(Nurlaila

Hayati)

Dengan adanya wifi

perkembangan

warung kopi

sekarang semakin

pesat. Yang dulu

bangunannya semi

permanen sekarang

berubah menjadi

permanen sehingga

konsumen penikmati

kopi menjadi banyak

pengunjungnya. Dan

ditambah lagi

fasilitas wifi gratis

yang dimana

sekarang meja bukan

hanya terlihat

secangkir kopi saja,

Relevansi

penelitian ini

dengan jurnal

adalah sama

dalam hal

pembahasan

bahwa saat ini

wifi sudah

menjadi daya

tarik di dalam

sebuah

warung kopi.

Semakin

wifinya

kencang maka

konsumen

warung kopi

pun juga akan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

21

tetapi terlihat

beberapa alat media

seperti handphone,

laptop, dan lain

sebagainya yang

dimana dapat

mendukung fasilitas

tersebut.

meningkat.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Tradisi Ngopi

Tradisi ngopi di Indonesia banyak mendapatkan pengaruh

dari beberapa negara seperti Eropa, Cina, Melayu, dan

budaya lokal (seperti Jawa, Medan, dan lain-lain), baik dalam

pengelolahan maupun dalam penyajian. Masyarakat

Indonesia mampu beradaptasi dengan baik khususnya dengan

budaya-budaya baru seperti menjadi trend di luar negeri.

Banyaknya cafe-cafe yang ada di kota-kota besar menjadi

meningkat lebih tinggi terutama konsumennya. Warung kopi

menjadi tempat kesatuan bangsa Indonesia, dimana berbagai

macam latar belakang budaya dapat duduk dan menikmati

bersama.

Masyarakat Indonesia memiliki tingkat sosial yang

tinggi, dimana ada waktu dan tempat meluangkan untuk

sekedar bersosialisasi. Semua orang tertarik dengan

kehidupan orang lain, hal itu terasa menyenangkan bila

dilakukan bersama teman-teman., karena warung kopi atau

cafe menjadi tempat bertukarnya informasi dan menjadi

tempat berkumpul.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

22

Warung kopi bersifat terbuka dengan lingkungan sekitar.

Kopi dapat dinikmati kapan saja, tidak ada waktu khusus

untuk menikmati kopi. Kopi sudah menjadi teman sehari-hari

khususnya masyarakat Indonesia. Kopi dapat dinikmati di

pagi hari sebagai teman sarapan. Disiang hari sebagai

penutup makanan. Dan hingga malam hari sebagai pelepas

penat kerja. (Devvany Gumulya, 2017:171)

2.2.2 Ruang Publik

Ruang publik Indonesia, merupakan sebuah arena

institusi untuk berinteraksi pada hal-hal yang berbeda. Ruang

publik memiliki dungsi sebagai penyebar informasi yang

diperlukan untuk penentuan sikap, memfasilitasi pembentukan

opini publik dengan menempatkan dirinya sebagai wadah

independen dimana isu-isu dapat diperdebatkan. (Ristiana

Kadarsih, 2008:7)

Ruang publik membuktikan bahwa pertukaran informasi

oleh para individu penting dan peran ruang publik sebagai

wadah atau tempat untuk berinteraksi dan berkomunikasi

dengan sesama individu mampu menciptakan karakteristik

kehidupan sosial individu. Individu dalam ruang publik akan

selalu membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan

sosial dan para individu dalam ruang publik, baik sedikit atau

banyak pasti selalu memberikan tanggapan terhadap isu-isu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

23

yang berkembang dimedia massa atau yang sedang hangat

diperbincangkan.

Media massa hanyalah salah satu dari bentuk ruang

publik modern. Dimana opini publik akan terbentuk menurut

Habermas (1989), pada awalnya bermula dari perkembangan

kelas borjuis pada abad ke 16 dan 17 di Inggris, Jerman, dan

Prancis. Ruang publik pada masa itu berupa balai kota,

warung kopi, salon, dan pada akhirnya ditemukan newsletter

dari para penguasa atau pedagang. Isi dari newsletter ini

adalah seputar harga-harga barang, pajak, serta peraturan

pemerintah. Sementara, ruang publik modern awal adalah

surat kabar (1700-an), kemudian radio (1920-an), dan televisi

(1950-an), serta yang terakhir adalah internet (1970-an). Kini,

internet disebut juga sebagai ruang publik post-modern.

(Salvatore Simarmata, 2014:24).

2.3 Landasan Teori

Konsep ruang publik pertama kali diperkenalkan oleh

Habermas pada tahun 1962 lewat bukunya The Structural

Transformation of the Public Sphere. Buku ini menggambarkan

“transformasi dan kehancuran virtual rasionalitas ruang publik yang

tengah berkembang pada abad 19 dan 20 di Inggris, Perancis, dan

Jerman”. (Midgley&David, 2012:33)

Gagasan tentang media sebagai “ruang publik” public

spheree, sebuah ruang komunikatif yang didalamnya ide-de dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

24

informasi, wacana dan opini menemukan representasi publik dan

elaborasi dan karena itu membantu membentuk masyarakat sipil.

(Jurgen Habermas, 1964:46)

Jurgen Habermas menggambarkan ruang publik sebagai

sebuah ruang, baik abstrak maupun ruangan fisik, yang berperan

dalam pembentukan opini yang bersifat non-pemerintah serta

terlepas dari kendali pemerintah. Hal tersebut didasarkan pada

hakikat masyarakat sebagai makhluk sosial, dimana masyarakat

memiliki hak dan kemampuan untuk berargumen dan

mengemukakan pendapat dan pemerintah berfungsi sebagai

pelaksana keputusan masyarakat tersebut (Habermas, 1989:185)

Bagi Habermas, ruang publik memiliki peran yang cukup

berarti dalam proses berdemokrasi. Ruang publik merupakan ruang

demokratis atau wahana diskursus masyarakat, yang mana warga

negara dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan,

dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif. Dalam hal ini

ruang publik menjadi urgensi dari adanya demikrasi deliberatif.

Ruang publik adalah tempat warga berkomunikasi mengenai

kegelisahan-kegelisahan politis warga. Selain itu, ruang publik

merupakan wadah yang mana warganegara dengan bebas dapat

menyatakan sikap dan argumen mereka terhadap negara atau

pemerintah.

Ruang publik bukan hanya sekedar fisik, maksudnya sebuah

institusi, atau organisasi yang legal, emlainkan adalah komunikasi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

25

warga itu sendiri. Sebuah ruang publik harus bersifat bebas,

terbuka, transparan dan tidak ada intervensi pemerintah atau

otonom didalamnya, selain itu harus mudah diakses semua orang

tanpa adanya diskriminasi hak beragumen. Dari adanya ruang

publik ini dapat terhimpun kekuatan solidaritas masyarakat

(lebenswelt) warga untuk melawan mesin-mesin pasar/kapitalis dan

mesin-mesin politik. Habermas membagi-bagi ruang publik sebagai

tempat para aktor-aktor masyarakat warga membangun plurality

(keluarga, kelompok-kelompok informal, organisasi-organisasi

sukarela, dan seterusnya, publicity (media massa, instansi-instansi

kultural, dst), private (wilayah perkembangan individu dan moral),

legality (struktur-struktur hukum umum dan hak-hak dasar).

(Habermas, 1989: 167).

Jadi Jurgen Habermas memberikan gagasan mengenai ruang

publik bahwa bukan hanya ada satu, tetapi ada banyak ruang publik

di tengah-tengah masyarakat. Ruang publik tidak dapat dibatasi

karena keberadaannya bisa dimana saja. Dimana ada masyarakat

yang duduk berkumpul bersama dan berdiskusi tentang tema-tema

yang relevan, maka disitu hadir ruang publik. Selain itu, ruang

publik tidak terikat dengan kepentingan-kepentingan pasar maupun

politik. Oleh karena itu sifat dari ruang publik sendiri menjadi tidak

terbatas.

Konsep ruang publik ingin mendorong partisipasi seluruh

warganegara untuk mengubah praktik-praktik sosio-politis mereka

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

26

lewat reformasi hukum dan politik secara komunikatif. (Habermas,

1989:1)

Keberadaan ruang publik sudah ada sejak 1700-an.

Masyarakat barat seperti Perancis dan Amerika mulai melakukan

revolusi, dimana warga masyarakat biasa dilibatkan dalam berbagai

proses diskusi publik dalam rangka pembuatan keputusan mengenai

berbagai persoalan publik. Keberadaan warung-warung kopi di

Inggris dan bar-bar di Perancis khususnya pada pra-revolusi

Perancis telah melahirkan masyarakat yang lebih melek terhadap

berbagai persoalan kenegaraan di masa itu. (Midgley&David,

2012:45)

Teori ruang publik merupakan arena pembentukan ide,

pengetahuan bersama, dan konstruksi opini berlangsung ketika

orang berkumpul dan berdiskusi. Menurut Habermas, ruang publik

merupakan jaringan untuk mengkomunikasikan informasi dan sudut

pandang. Ruang publik adalah ruang, tempat ide dan informasi

digunakan bersama. Dan juga merupakan ruang, tempat opini

publik dibentuk sebagai hasil komunikasi. Pemikiran Habermas

merupakan upaya untuk menemukan kemungkinan melalui hal itu

demokrasi bisa diwujudkan.

Ruang publik bukan hasil kegiatan rutin pertukaran produksi

dan konsumsi, melainkan hasil kegiatan komunikasi untuk

memperkuat solidaritas masyarakat. Di dalam ruang publik tidak

hanya kegiatan pedagang, seniman atau apapun. Semua masyarakat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

27

dari kalangan atas sampai bawah dapat memberikan pendapatnya

masing-masing disetiap topik pembahasan.

Dalam pandangan Habermas, ruang publik yang berkembang

pesat pada masa itu seharusnya mampu mengedepankan proses

rasional. Akan tetapi, dalam kenyataannya justru terjadi

pengekangan kebebasan dan dominasi. Inilah yang kemudian

disebut sebagai ruang publik borjuis. Ruang publik ini dikuasai oleh

sekelompok borjuis yang justru kemudian seolah mengambil alih

ruang publik dari negara dan tidak memberikan kesempatan yang

sama pada elemen masyarakat lainnya. (Jurgen Habermas, 1991:79)

Pada wilayah politis, partai-partai politik yang seharusnya

menjadi alat-alat pembentukan aspirasi publik tidak berada di

bawah kendali publik, melainkan dibawah tangan para pejabat

partai, dan semua tentu juga mempengaruhi sikap-sikap para

anggota parlemen. Dengan cara itu pula apa yang disebut „aspirasi

publik‟ atau „opini publik‟ berubah menjadi komoditas-komoditas

politik yang dipertukarkan di meja-meja parlemen untuk menjamin

kemenangan dalam voting. Celah antara negara dan masyarakat

yang seharusnya diisi oleh publik yang berdebat secara rasional

malah diisi oleh aparat-aparat partai yang mempresentasikan

kepentingan-kepentingan partikular partai mereka sendiri.

Konsep public sphere sangat berguna untuk mempelajari

bagaimana masyarakat modern yang berada dalam sistem

demokrasi liberal. Konsep ini dapat menjelaskan tentang bagaimana

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

28

warga negara meraih sebuah konsensus bersama untuk merumuskan

apa yang terjadi dan mengakomodir kepentingannya dalam sebuah

keputusan publik.

Demokratisasi ‟ruang-antara‟ pemilihan-pemilihan umum itu

berarti bahwa para warganegara memiliki kemungkinan untuk

mengungkapkan pendapat-pendapat mereka sendiri secara publik

dan mempersoalkan segala tema yang relevan untuk masyarakat

supaya suara-suara yang sensitif terhadap masalah ini dikelola oleh

sistem politik yang ada.

Habermas memahami ruang publik politis sebagai prosedur

komunikasi. Ruang publik ini memungkinkan para warganegara

untuk bebas menyatakan sikap mereka, karena ruang publik itu

diciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan para warganegara

untuk menggunakan kekuatan argumen.

Ruang publik politis sebagai kondisi komunikasi yang dapat

menumbuhkan kekuatan solidaritas yang mengutuhkan sebuah

masyarakat dalam perlawanannya terhadap sumber-sumber lain,

yakni uang dan kuasa, agar tercapai suatu keseimbangan. Ruang

publik sebagai ruang otonom yang berbeda dari negara dan pasar,

karena tidak hidup dari kekuasaan administratif maupun ekonomi

kapitalistis, melainkan dari sumber-sumbernya sendiri.

Ruang publik politis terdapat dimana saja para warganegara

bertemu untuk mendiskusikan tema-teman yang relevan untuk

masyarakat. Jumlah ruang publik tidak tunggal, melainkan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

29

majemuk seperti bentuk-bentuk komunikasi dan forum-forum

warga yang berciri pluralistis.

Habermas menghubungkan konsep ruang publik politisnya ini

dengan konsep “masyarakat warga”. Konsep ruang publik secara

sosiologis dalam kaitannya dengan proses-proses sosial yang

sedang berlangsung, melainkan juga memungkinkan untuk

membuktikan basis organisatoris ruang publik politis didalam

masyarakat kompleks yang terglobalisasi.(Hardiman, 2009:133-

136)

Menurut Habermas, ruang publik baru akan berfungsi secara

efektif bila informasi yang dikemukakan di dalamnya adalah

informasi yang berkualitas dan mudah di dapat, dan bila informasi

yang didapatkan adalah informasi yang dapat diandalkan (reliable)

dan cukup untuk sebuah perdebatan publik sehingga mendukung

terbentuknya diskusi berkualitas. Sedangkan informasi yang buruk

akan menghasilkan perdebatan yang buruk dan berakibat pada

konsensus publik yang buruk pula. Karena itu menurut Habermas,

ada tiga prinsip utama bagi sebuah ruang publik, yaitu akses yang

mudah terhadap informasi, tidak ada perlakuan istimewa

(priviledge) terhadap peserta diskusi, dan peserta mengemukakan

alasan rasional saat berdiskusi dalam mencari consensus.

(Toulouse, 1998:105)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …eprints.umm.ac.id/40950/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi

30

Jurgen Habermas menambahkan konsep komunikasi di dalam

teori kritis dimana iya berpendapat bahwa komunikasi dapat

menyelesaikan kemacetan teori kritis dari para pendahulunya.

Untuk mencapai konsensus rasional yang diterima umum,

Habermas mengajukan 3 prasyarat komunikasi sebagai berikut :

1. Keikutsertaan dalam mengikuti diskusi jika orang

menggunakan bahasa yang sama dan konsisten

mematuhi aturan-aturan logis dari bahasa tersebut.

2. Kesamaan dalam memperoleh kesempatan dalam

diskusi jika peserta memiliki maksud untuk mencapai

konsensus yang tidak menganggap mereka hanya

sebagai sarana belaka.

3. Harus ada peraturan-peraturan yang dipatuhi dari

tekanan dan diskriminasi. Aturan-aturan tersebut harus

memastikan bahwa orang mencapai konsensus berkat

“paksaan tidak memaksa dari argumen yang lebih

baik”. Habermas yakin bahwa resiko ketidaksepakatan

yang mengelilingi masyarakat pada disinterigasi dapat

dibendung.