bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan umum tentang youtubeeprints.umm.ac.id/42273/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Youtube
1. Pengertian Youtube
Youtube adalah sebuah situs web berbagi video yang dibuat oleh tiga
mantan karyawan PayPal pada Februari 2005. Situs ini memungkinkan pengguna
mengunggah, menonton, dan berbagi video. Perusahaan ini berkantor pusat di San
Bruno, California, dan memakai teknologi Adobe Flash Video dan HTML5 untuk
menampilkan berbagai macam konten video buatan pengguna, termasuk klip film,
klip TV, dan video musik. Selain itu ada pula konten amatir seperti blog video,
video orisinal pendek, dan video pendidikan.16
Dengan banyaknya pengguna youtube di Indonesia menimbulkan
kegemaran baru, kegemaran tersebut dapat menciptakan penghasilan baru bagi
para pengguna youtube tersebut. Youtube merupakan suatu wadah untuk
menciptakan suatu popularitas baru dengan bertujuan untuk mendapatkan suatu
keuntungan. Tidak sedikit para artis televisi berpindah haluan menjadi artis
youtube dikarenakan youtube lebih diminati oleh masyarakat daripada televisi, hal
ini sesuai dengan slogan dari youtube itu sendiri yaitu “youtube lebih dari sekedar
TV”. Keuntungan yang didapatkan di dalam youtube dapat berupa suatu
popularitas atau bahkan penghasilan tambahan . dengan pengaksesan dan peraihan
penghasilan yang mudah membuat youtube menjadi salah satu lahan pekerjaan
16 Wikipedia, Youtube. https://id.wikipedia.org . Diakses pada tanggal 20 Januari 2018
15
baru yang diciptakan secara tidak sengaja atau secara kebetulan, karena pada
dasarnya para pelaku usaha di media sosial youtube hanya melakukan
kegemarannya saja namun kegemaran itu dapat memunculkan penghasilan
didalamnya.17
Youtuber merupakan sebutan bagi para pemilik akun youtube yang aktif
mengunggah video di youtube tersebut. Youtuber dapat berbentuk orang pribadi
atau individu, kelompok ataupun perusahaan besar yang menggunakan youtube
sebagai media untuk memperkenalkan dirinya baik barang atau jasa yang
diperjualbelikan. Tidak sedikit youtuber yang menyebut dirinya sebagai
influencer marketing yang bekerja pada bidang memasarkan suatu barang atau
jasa di media sosial khusunya youtube. Syarat menjadi seorang influencer
marketing menurut IDN Times adalah minimal memiliki followers aktif sejumlah
3000 sudah dapat dikatakan sebagai seorang influencer marketing.18 Youtube
memfasilitasi penggunanya untuk mengunggah video dan bisa diakses oleh
pengguna lain di seluruh dunia secara gratis. Dikarenakan hal ini membuat
popularitas youtube menjadi lebih meningkat karena menambah variasi di setiap
tampilannya. Tidak ada pembatasan durasi yang diberikan oleh youtube membuat
nilai tambah bagi youtube dibandingkan dengan media sosial lainnya seperti
Instagram. Dapat diketahui bahwa durasi pengunggahan video didalam Instagram
hanya sekitar 1 menit saja, hal ini diyakini tidak efektif dalam melakukan proses
17Rahman Bagus Ramadhan, “Perlindungan hukum terhadap pengguna jasa provider seluler
sebagai konsumen atas promo yang dikeluarkan oleh pelaku usaha melalui media iklan di pt
indonesian satelite”. LTA S-I Kearsipan Fakultas Hukum. Universitas Jenderal Sudirman.2015 18 Rosa Folia, Ingin Jadi Influencer Marketing? Begini syarat dan hitung-hitungannya .
https://news.idntimes.com . Di akses pada tanggal 17 Maret 2018
16
pemasaran suatu produk ataupun jasa karena durasi yang begitu singkat, sehingga
banyak masyarakat yang lebih memilih youtube sebagai media yang dipilih.
Selain itu youtube juga merupakan sarana mencari informasi dengan lebih mudah
karena metode video yang digunakan dan dapat lebih mudah dicerna oleh
masyarakat luas.19 Tidak hanya informasi saja youtube juga dapat digunakan
sebagai media hiburan dimana bisa mengakses musik dan lagu serta cuplikan
film-film sehingga menimbulkan pemikiran dari masyarakat bahwa slogan
cuplikan film-film sehingga menimbulkan pemikiran dari masyarakat bahwa
slogan dari dari youtube yang menyatakan bahwa “lebih dari sekedar TV”
memanglah pas adanya. Dikarenakan akses jaringan youtube bisa mencapai
seluruh dunia. Tidak jauh berbeda dengan fungsi search engine, pecarian di
youtube akan muncul daftar sejumlah video sesuai denga kata kunci yang telah
dicantumkan didalam pencarian tersebut. Dari hasil pencarian akan muncul top
rated, most viewed dan most recent di halaman utama youtube dan jumlah video
yang berhubungan dengan kata kunci di dalam pencarian tersebut. 20
Terdapat karakteristik dari youtube yang membuat sebagian masyarakat
lebih memilih untuk menggunakan youtube daripada media sosial lainnya yaitu :
a. Tidak ada batasan durasi untuk mengunggah video. Hal ini yang
membedakan youtube dengan beberapa media sosial lain yang memiliki
batasan durasi seperti Instagram, Snapchat dll.21
19 Siti Aisyah, “Video Blog Sebagai Media Representasi Diri Vlogger di Kota Makassar”.
LTA S-I Kearsipan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hassanudin.2017 20 Ibid. 21 Ibid.
17
b. Sistem pengaman yang lumayan akurat. Youtube membatasi
pengamanannya dengan tidak mengizinkan video yang mengandung
sara, ilegal , berbau porno dan akan memberikan pertanyaan konfirmasi
sebelum mengunggah video. Apabila terdapat pelanggaran yang
dilakukan oleh youtuber, maka akan dikenakan sanksi pemblokiran
konten atau bahkan konten youtuber tersebut akan dihapus oleh
youtube.22
c. Adanya pembatasan umur (apabila dibawah 18 tahun) tidak dapat
mengakses konten dewasa, sehingga adanya pengamanan yang
diberikan oleh youtube terhadap anak-anak muda generasi penerus
bangsa.23
d. Berbayar, saat ini youtube memberikan penawaran bagi siapapun yang
mengunggah videonya ke youtube dan mendapatkan minimal 1000
viewers atau penonton akan diberikan tambahan penghasilan dari
youtube. Semakin banyak subscriber, viewer dan likers yang
didapatkan oleh youtuber semakin tinggi pendapatan yang didapatkan
oleh youtuber tersebut.24
e. System Offline yang disediakan oleh youtube memudahkan bagi para
masyarakat yang menikmati tontonan di youtube tanpa harus
memikirkan kuota yang menepis, karena system offline ini dapat
diunduh dengan layanan wifi gratis yang bisa didapatkan di kampus,
22 Ibid. 23 Ibid. 24 Ibid.
18
cafe atau tempat-tempat lainnya yang sudah banyak sekali
menggunakan layanan wifi .25
f. Tersedianya editor sederhana, pada menu awal mengunggah video,
penguna akan ditawarkan untuk mengedit videonya terlebih dahulu.
Menu yang ditawarkan itu berupa memotong video, memfilter warna
dan menambahkan efek yang dibutuhkan sehingga tidak perlu modal
yang besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.26
Konsep dari youtube ini adalah menyalurkan bakat atau kebiasaan dari
youtuber mengenai gaya hidup, gaya berpakaian, makanan kesukaan, kebiasaan
bersolek serta hal-hal lainnya yang difasilitasi oleh youtube sehingga kebiasaan
tersebut dapat mempengaruhi masyarakat. Dengan mempengaruhi masyarakat
tersebut para youtuber dibayar oleh perusahaan pemilik barang atau jasa yang
merasa telah di iklankan secara tidak langsung oleh youtuber tersebut. selain itu
mencantuman iklan di sela-sela video juga merupakan penghasilan tambahan
yang diberikan oleh youtube kepada para youtuber yang di sebut dengan google
adsense yang merupakan program kerjasama periklanan melalui media internet
yang diselenggarakan oleh google. Penghasilan dari google adsense ini dipantau
langsung oleh youtube karena penghasilan tersebut youtube yang memberikan.
Tetapi penghasilan yang didapatkan oleh youtuber dari suatu pengiklanan suatu
25 Ibid. 26 Ibid.
19
produk atau jasa itulah yang hanya antara para pemilik produk dan youtuber yang
tahu akan jumlah penghasilan tambahan tersebut. 27
Di dalam penggunaan youtube terdapat hak cipta bagi para pemilik konten
tersebut. Undang-undang ITE pada dasarnya mengatur penggunaan informasi dan
transaksi elektronik yang dilakukan dengan menggunakan komputer atau media
elektronik lainnya. Yang tergolong informasi dalam Undang-Undang ini tak
terbatas pada tulisan, gambar atau suara, tapi juga e-mail, telegram danlainnya.
Jangkauan Undang-Undang ini sangat luas, sebagaimana yang tercantum pada
pasal 2 undang – undang ITE yang menyatakan:
“Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan
hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di
wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang
memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar
wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.”
Karena adanya pengaturan hak cipta dalam UU ITE dapat dikatakan bahwa
youtube merupakan salah satu sumber penghasilan juga sehingga para pemilik
konten tersebut berhak untuk melakukan pengaturan hak cipta. Karena adanya
penghasilan dan pertambahan nilai ekonomis tersebut maka dalam pelaksanaanya,
para pemilik konten wajib membayar pajak apabila sudah sesuai dengan ketentuan
dari Undang-Undang.
27 Ibid.
20
B. Tinjauan Umum Tentang Pelaku Usaha Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
1. Pengertian Pelaku Usaha
Pengertian pelaku usaha telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen , yaitu pasal 1 angka 3, yang menyebutkan
bahwa:
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”
Berdasarkan pengertian pelaku usaha diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha yang berbentuk
badan hukum dan tidak yang telah menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang
ekonomi dan mendapatkan nilai ekonomis dari kegiatan usaha tersebut.
2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Pelaku usaha melakukan usahanya dengan tujuan memperoleh keuntungan
dari produk yang ia tawarkan kepada konsumen, produk itu bisa merupakan
barang ataupun jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, sehingga membuat
konsumen tertarik akan suatu produk tersebut. Menurut Pasal 6 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen yang mengatur mengenai hak-hak dari pelaku usaha
yang terdiri dari :
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatanmengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan
21
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari konsumen yang beritikad
tidak baik
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwakerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan
5. Hak-hak yang diatur dalam peraturan perundangan-undangan lainnya.28
Dan mengenai kewajiban dari pelaku usaha diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen yang terdiri dari :
1. Beritikad baik dalam melakukan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur sertatidak
diskriminatif;
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila
barangdan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.29
Sedangkan kewajiban dari pelaku usaha, di dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen ini juga mengatur mengenai larangan bagi para pelaku
usaha, diaturnya larangan tersebut karena didalam dunia usaha para pelaku usaha
cenderung menghalalkan segala cara guna mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Maka dari itu diaturnya larangan bagi pelaku usaha dalam pasal
28 Ibid. 29 Ibid.
22
8 Undang-Undang perlindungan konsumen dapat memberikan kepastian hukum
bagi para pihak yang terkait. Beberapa larangan-larangan tersebut yaitu :
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
barang dan/atau jasa yang:
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket
barang tersebut;
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut;
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,
gaya mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam
label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
a. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa
tersebut;
b. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu
penggunaan pemanfaatan yang paling baik atas barang tersebut;
c. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label;
d. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat atau isi bersih atau netto, komposisi, aturan
pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku
usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan
harus dipasang atau dibuat;
e. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
atas barang dimaksud.
3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan persediaan farmasi dan pangan
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar. 4. Pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran pada ayat (1) dan (2) dilarang memperdagangkan barang
dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.
23
Dengan adanya aturan tersebut diharapkan dalam melakukan setiap kegiatan
usaha para pelaku usaha mendapat kepastian hukum bahwa kegiatan usaha
tersebut telah sesuai dengan undang-undang yang berlaku, dan apabila terjadi
pelanggaran akan ada sanksi yang dapat dikenakan bagi para pelanggarnya,
namun didalam penerapannya masih banyak yang perlu dikaji lebih lanjut karena
seringkalinya ketidak selarasan antara peraturan dengan kenyataan di lapangan
dalam menjalankan suatu kegiatan usaha.30
C. Tinjauan Umum Tentang Pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
1. Pengertian Pajak
Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan bagi suatu negara,
sehingga membuat para aparat beserta undang-undangnya mengatur dengan
sangat seksama mengenai hal tersebut. keseksamaan tersebut dilihat dengan
adanya konsep memaksa bagi Seluruh Warga Negara Indonesia atau Seluruh
Warga Negara yang mendapatkan tambahan ekonomi dari Indonesia sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan untuk membayar pajak.31 Karena tidak
dapat dipungkiri Indonesia merupakan suatu negara yang besar dengan penduduk
yang besar pula sehingga diperlukan biaya yang besar pula untuk melakukan
pembangunan. baik Pembangunan infrastruktur, biaya pendidikan, biaya
kesehatan, subsidi bahan bakar minyak (BBM), pembayaran para pegawai negara
30 Ibid. 31 Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Pajak Sebagai Ujung Tombak
Pembanguan, http://www.pajak.go.id Di akses Pada 1 Januari 2018
24
dan pembangunan fasilitas publik semua dibiayai dari pajak. Semakin banyak
pajak yang dipungut maka semakin banyak fasilitas dan infrastruktur yang
dibangun. Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan seberapa
pentingnya pajak bagi Pembangunan Suatu Negara.32
Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro didalam buku mardiasmo
adalah :33
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum”
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang menjelaskan bahwa :34
“Pajak adalah kontribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang pajak penghasilan yakni Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 menjelaskan bahwa setiap wajib pajak yang
memperoleh penghasilan dari kegiatan usahanya wajib membayar pajak ke kas
negara. Besarnya pajak penghasilan dari kegiatan usahanya wajib membayar
32Ibid. 33Rochmat Soemitro. 1992.Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994 .
Jakarta .Penerbit PT Eresco. hal.22 34Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
25
pajak ke kas negara. Besarnya pajak penghasilan yang harus disetor ke kas negara
berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008.35
Menurut Mardiasmo di dalam bukunya yang berjudul perpajakan
menyatakan bahwa Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur mengenai
pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak yang menerima penghasilan
dalam tahun pajak dapat dikatakan sebagai wajib pajak yang harus dikenai pajak
atas penghasilan yang diperolehnya. Undang-Undang PPh menganut asas materiil
dimana penentuan pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan
pajak karena sistem yang digunakan dalam pengenaan pajak penghasilan adalah
self assesment system dimana perhitungan dan pembayaran dilakukan sendiri oleh
Wajib Pajak yang berkaitan dengan pajak penghasilannya.36 Sedangkan Menurut
Pasal 4 ayat (1) UU PPh, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penghasilan
merupakan imbalan yang didapat oleh wajib pajak karena telah melakukan suatu
pekerjaan. Yang dapat berasal dari tempat pekerjaan tersebut berlangsung.37
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara
35Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan 36Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit : Andi Hal 129 37Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
26
Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun
hal tersebut hanya berlaku untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat
subjektif dan syarat objektif. Yaitu warga negara yang memiliki Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) lebih dari Rp2.050.000 per bulan. seorang
karyawan/pegawai, baik karyawan swasta maupun pegawai pemerintah, dengan
total penghasilan lebih dari Rp 2.000.000, maka wajib membayar pajak. Berbeda
jika merupakan wirausaha, maka setiap penghasilan akan dikenakan pajak sebesar
1% dari total penghasilan kotor/bruto.38
b. Pajak Bersifat Memaksa Untuk Setiap Warga Negara
Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, maka
wajib untuk membayar pajak. Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika
seseorang dengan sengaja tidak membayar pajak yang seharusnya dibayarkan,
maka ada ancaman sanksi administratif maupun hukuman secara pidana. Syarat-
syarat menjadi seorang Wajib Pajak sudah ditentukan oleh Undang-Undang yang
terkait , Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak memaksa untuk setiap warga
Negara yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai Wajib Pajak dalam ketentuan
Undang-Undang.39
c. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung
Pajak berbeda dengan retribusi. Karena ketika membayar suatu retribusi
maka akan mendapat imbalan secara langsung contohnya yaitu retribusi parkir
38Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Usaha yang Diterima atau yang Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu 39Ibid.
27
dimana ketika membayar uang parkir maka akan mendapatkan imbalan
penjagaan kendaraan sehingga kendaraan tersebut dapat terhindar dari tindak
kejahatan, namun pajak tidak seperti itu. Pajak merupakan salah satu sarana
pemerataan pendapatan warga negara. Jadi ketika membayar pajak dalam jumlah
tertentu, tidak dapat langsung menerima manfaat pajak yang dibayar, yang akan
didapatkan berupa perbaikan jalan raya , fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga,
beasiswa pendidikan bagi anak, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan
pembanguan infrastruktur dan pensejahteraan masyarakat.40
d. Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara sehingga adanya
perlindungan hukum bagi para pihak yang terkait dengan pajak tersebut. diaturnya
perpajakan di dalam undang-undang ini dikarenakan pajak berhubungan langsung
dengan kesejahteraan masyarakat, apabila tidak ada peraturan secara resmi maka
pelanggaran-pelanggaran terhadap pajak akan lebih muda untuk dilakukan. Ada
beberapa undang-undang yang mengatur tentang mekanisme perhitungan,
pembayaran, dan pelaporan pajak. Undang-Undang tersebut yaitu Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
yang Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 2017 Tentang Pengenaan Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Tertentu Berupa HartaBersih yang diperlukan atau dianggap sebagai
40Ibid.
28
Penghasilan, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun
2007, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan.41 Menurut Mardiasmo di dalam bukunya menyatakan bahwa fungsi
dari pajak dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Fungsi Budgetair
Yaitu Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya, contohnya : dimasukkannya pajak kedalam
ABPN sebagai kas negara 42
b. Fungsi Regulerend
Yaitu Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, contohnya pajak yang tinggi
untuk minuman keras sehingga dapat mengurani daya beli dari minuman
keras itu sendiri atau pajak tinggi bagi barang mewah sehingga
mengurangi sifat konsumtif yang dimiliki oleh masyarakat.43
Sistem Perpajakan Indonesia terdiri dari 3 unsur yaitu :
a. Kebijakan Pajak (Tax Policy)
Kebijakan Pajak merupakan pemilihan unsur-unsur dari berbagai
alternatif yang dipilih dari berbagai pilihan guna mencapai tujuan dari
sistem perpajakan tersebut. Pemilihan unsur-unsur tersebut merupakan
41Ibid. 42 Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit Andi. Hal. 1 43Ibid.
29
yang berhubungan dengan siapa yang akan dikenakan pajak (subyek
pajak), apa yang akan dikenakan pajak (obyek Pajak), cara perhitungan
dan prosedur pajak. Kebijakan perpajakan juga harus mempertimbangkan
strategi pembangunan nasional, aspek ekonomi, sosial, politik.44
b. Undang-Undang Pajak (Tax Law)
Undang-Undang Pajak merupakan sekumpulan peraturan mengenai
perpajakan yang berupa undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya.
Di dalam pelaksanaannya diperlukannya konsistensi dari hierarki
perundang-undangan sehingga tidak tumpang tindih dan peraturan yang
dibuat tersebut berjalan dengan selaras sebagaimana mestinya. Sehingga di
dalam pelaksanaannya tidak mengakibatkan kebingungan bagi wajib pajak
dan undang-undang tersebut dapat terlaksanakan dengan sesuai. Karena
ketidakjelasan suatu undang-undang dapat menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan ketidak patuhan dari wajib pajak.45 Undang-Undang Pajak
ini mengatur tentang :
1) Siapa yang menjadi subjek pajak
2) Apa yang menjadi objek pajak
3) Berapa besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh wajib
pajak berdasarkan tarif pajak
44 Ibid. 45 Hariyanti Prajab, "Analisa kebijakan pengenaan pajak penghasilan pada perusahaan
pelayaran dalam negeri pasca penerapan asas cabotage", LTA S-I Kearsipan Fakultas Ilmu
Administrasi Fiskal”, UI, 2012,
30
4) Bagaimana prosedur perpajakan, termasuk cara pelunasan pajak
terutang serta tata cara pengajuan keberatan dan sebagainya.46
Yang ketentuannya diatur didalam :
1) Hukum Materiil
Hukum Materiil mengatur tentang subjek pajak, objek pajak, dan tarif
pajak. Ketentuan materiil harus dimuat didalam undang-undang dan
perubahannya harus atas persetujuan dari DPR47. Hukum materiil memuat
norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, dan peristiwa-
peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak yang meliputi siapa yang
harus dikenakan pajak, apa yang menyebabkan seseorang dapat dikenakan
pajak dan berapa besarnya pajak yang dikenakan.48
2) Hukum Formal
Hukum Formal adalah peraturan-peraturan mengenai tata cara
menegakkan hukum materiil. Hukum pajak formal adalah peraturan
undang-undang yang mengatur tentang prosedur pelaksanaan yang
berkenaan dengan administrasi pajak, berbagai tata cara sehubungan
dengan hak-hak dan kewajiban wajib pajak dan para aparat pajak (Fiskus).
Hukum formal ini sangat dibutuhkan baik bagi wajib pajak maupun bagi
para fiskus. karena dalam melakukan hukum materiil diperlukan kepastian
hukum bagi para wajib pajak dan fiskus itu sendiri. Wajib pajak pun dapat
46 Ibid. 47 Ibid. Hal 6 48 Mansury. 1996. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia. Jilid 3 :
Perubahan Undang-Undang dalam Tahun 1994 . Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara
31
melaksanakan hukum materiil dan fiskus dapat melakukan pengawasan
atau law enforcement. Jadi hukum pajak formal memberikan jaminan
bahwa hukum materiil di selenggarakan sesuai dengan sebagaimana
mestinya.49
c. Administrasi Pajak
Administrasi perpajakan merupakan salah satu bagian dalam menjalankan
kebijakan perpajakan dan hukum perpajakan yang berlaku. Administrasi pajak
merupakan kunci bagi berhasilnya kebijakan perpajakan. Administrasi pajak yang
tersusun dari prosedur dan atau tata cara yang lebih rinci dan teknis yang
dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban yang diatur dalam undang-undang.
Misalnya, bagaimana prosedur mendaftar sebagai wajib pajak, prosedur mengisi
dan menyampaikan SPT dan lain sebagainya.50 Administrasi pajak perlu disusun
dengan sebaik-baiknya dan memiliki informasi yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga mampu menjadi suatu bagian yang bekerja
secara efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pemungutan pajak sesuai
dengan hukum pajak positif.51 Administrasi pajak mengandung tiga pengertian,
yaitu :
a. Suatu instansi atau badan yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk menyelenggarakan pemungutan pajak
49 Ibid. 50 Nowak, Norman D. 1970. Tax Administration in Theory and Pratice. New York: Praeger
Publisher. Hal 1 51 Mansury, Op.Cit., Hal 5
32
b. Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada
instansi perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan
pajak
c. Proses kegiatan penyelenggarakan pemungutan pajak yang dilaksanakan
sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai sasaran yang telah digariskan
dalam kebijakan pajak, berdasarkan sarana hukum yang ditentukan oleh
undang-undang perpajakan yang efisien.52
Menurut Mansury, suatu administrasi perpajakan akan terselenggarakan dengan
baik jika memenuhi dasar-dasar sebagai berikut :
a) Kejelasan dan kesederhanaan dari ketentuan undang-undang yang
memudahkan bagi administrasi dan memberi kejelasan bagi wajib pajak
b) Kesederhanaan akan mengurangi penyelundupan pajak. Kesederhanaan
yang dimaksud kesederhanaan dalam perumusan yuridis yang memberikan
kemudahan untuk dipahami maupun kesederhanaan ketika dilaksanakan
oleh aparat dan pemenuhan kewajiban oleh wajib pajak.53
2. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan
Subjek pajak adalah istilah dalam peraturan perundang-undangan perpajakan
untuk perorangan (pribadi) atau organisasi (kelompok) berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Seseorang atau suatu badan
merupakan subjek pajak, tetapi bukan berarti orang atau badan itu punya
52 Ibid. 53 Ibid. Hal 44-45
33
kewajiban pajak. Kalau dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tertentu
seseorang atau suatu badan dianggap subjek pajak dan mempunyai atau
memperoleh objek pajak, maka orang atau badan itu jadi punya kewajiban pajak
dan disebut wajib pajak.54 Subjek pajak penghasilan menurut Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan meliputi :
a. Orang Pribadi atau perseorangan baik mereka bertempat tinggal di
Indonesia maupun mereka bertempat tinggal di luar Indonesia. Bagi
mereka yang bertempat tinggal di Indonesia disebut sebagai wajib pajak
dalam negeri yang mulai menjadi subjek pajak saat dilahirkan di
Indonesia, dan berakhir pada saat meninggal dunia atau pada saat
meninggal Indonesoa untuk selama-lamanya, dan apabila Warga Negara
Asing (WNA) berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan berturur-turut atau seseorang yang pada suatu saat berada di
Indonesia dan berniat untuk tinggal di Indonesia untuk selamanya dan
berakhir pada saat mrninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya.55
b. Warisan yang belum terbai sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak yaitu warisan baru menjadi wajib pajak apabila warisan yang
belum terbagi tersebut memberikan penghasilan. Warisan mulai menjadi
subjek pada saat meninggalnya pewaris, dan berakhir pada saat warisan
tersebut dibagi kepada ahli warisnya. Penanggung jawab pembayaran atau
54Wikipedia, Subyek pajak. https://id.wikipedia.org Diakses Pada tanggal 8 Januari 2018 55H.S Munawir. 1997. Perpajakan. Yogyakarta, Penerbit : Liberty Yogyakarta. Hal 109
34
pelunasan pajak penghasilan bagi warisan yang belum dibagi adalah
mereka yang menguasai warisan tersebut pada saat itu.56
c. Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, dan
badan usaha milik negara dan milik daerah nama dan bentuk apapun,
persekutuan, perseroan dan perkumpulan lainnya, firma, kongsi,
perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga dan bentuk usaha tetap.
Badan-badan ini akan menjadi subjek pajak pada saat didirikannya badan
usaha atau organisasi tersebut di Indonesia, dan akan berakhir pada saat
badan tersebut dibubarkan dan bagi badan usaha yang mempunyai
hubungan ekonomis atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tetapi
didirikan atau berkedudukan di luar Indonesia (sebagai wajib pajak luar
negeri), dan berakhir pada saat tidak lagi memperoleh penghasilan dari
Indonesia.57
Badan-badan tersebut tidak akan lagi menjadi subjek pajak pada saat putusnya
hubungan ekonomis antara badan-badan tersebut dengan negara Indonesia.
Karena penetapan subjek pajak dikarenakan para subjek pajak menggunakan
fasilitas negara sehingga perlu dituntut kontribusi para subjek pajak tersebut
dalam meningkatkan pembangunan dan infrastruktur dari negara Indonesia.
Sehingga cita-cita dari suatu negara tentang meningkatkan pembangunan dan
mensejahterakan masyarakat Indonesia dapat terwujud.58
56Ibid. 57H.S Munawir. 1997. Perpajakan. Yogyakarta, Penerbit : Liberty Yogyakarta. Hal 110 58Ibid.
35
Mardiasmo di dalam bukunya yang berjudul Perpajakan menyatakan
bahwa subjek pajak dapat dibedakan menjadi :
a. Subjek Pajak Dalam Negeri yang terdiri dari :
1) Subjek Pajak orang pribadi, yaitu : orang pribadi yang bertempat
tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia. 59
2) Subjek Pajak badan, yaitu : Badan yang didirikan atau
berkedudukan diIndonesia, kecuali unit tertentu dari badan
pemerintah yang memenuhikriteria :
(1) pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
(2) pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah
(3) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah
pusat atau pemerintah daerah
(4) pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara.60
59Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit : Andi Hal 130 60Ibid.
36
3) Subjek Pajak Warisan
Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak. 61
b. Subjek Pajak Luar Negeri yang terdiri dari :
1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia 62
2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. 63
Tabel 1.1 Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Luar Negeri
Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib Pajak Luar Negeri
1. Dikenakan pajak atas
penghasilan baik yang
diterima atau diperoleh dari
Indonesia dan dari luar
Indonesia.
1. Dikenakan pajak hanya atas
penghasilan yang berasal
dari sumber penghasilan di
Indonesia.
61Ibid. 62 Ibid. 63 Ibid.
37
2. Dikenakan pajak
berdasarkan penghasilan
netto.
3. Tarif pajak yang digunakan
adalah tarif umum (Tarif
UU PPh pasal 17).
4. Wajib menyampaikan SPT.
2. Dikenakan pajak
berdasarkan penghasilan
bruto.
3. Tarif pajak yang digunakan
adalah tarif sepadan (Tarif
UU PPh pasal 26)
4. Tidak wajib menyampaikan
SPT.
Sumber : Mardiasmo, Buku Perpajakan Edisi Revisi 2009
Ada beberapa instansi-instansi yang bukan termasuk sebagai subjek pajak
menurut mardiasmo yaitu :
a. Kantor perwakilan negara asing
b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama-sama dengan syarat :
1) Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.
2) Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
c. Organisasi Internasional dengan syarat :
1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota
d. Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat :
1) Bukan warga negara Indonesia
38
2) Tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia.64
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang tidak termasuk
dalam subjek pajak adalah yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau
memperoleh penghasilan di Indonesia, sehingga tidak ada hubungan ekonomi
antara para pihak tersebut. untuk memperkuat pernyataan tersebut ada pendapat
dari Erly Suandy yang termaktub di dalam bukunya yaitu : yang tidak termasuk
didalam subjek pajak adalah Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau
pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada
mereka yang bekerja pada dan bertempat tingal bersama mereka, dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik dan Pejabat perwakilan
organisasi internasional dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.65
Di dalam menjalankan kewajibannya, beberapa perbedaan dalam hal
memulai dan mengakhiri statusnya sebagai subjek pajak, perbedaan tersebut
termaktub didalam buku Mardiasmo yaitu :66
64Mardiasmo, 2009. Perpajakan. Yogyakarta, Penerbit : Andi. Hal. 132 65Erly Suandy. 2006. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit : Salemba Empat. Hal. 118 66Ibid.
39
Tabel 1.2 Kewajiban Pajak Subjektif
MULAI BERAKHIR
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
Orang Pribadi : - Saat dilahirkan
- Saat berada di Indonesia
atau bertempat tinggal di
Indonesia
2. Subjek Pajak Dalam Negeri
Badan : - Saat didirikan atau
bertempat tinggal di
Indonesia
3. Subjek Pajak Luar Negeri
melalui Bentuk Usaha Tetap
(BUT) : - Saat menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan
melalui BUT di Indonesia
4. Subjek Pajak Luar Negeri
tidak melalui BUT : - Saat menerima atau
memperoleh penghasilan
dari Indonesia
5. Warisan Belum Terbagi : - Saat timbulnya warisan
yang belum terbagi
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
Orang Pribadi : - Saat Meninggal
- Saat Meninggalkan
Indonesia untuk selama-
lamanya
2. Subjek Pajak Dalam Negeri
Badan : - Saat dibubarkab atau tidak
lagi berkedudukan di
Indonesia
3. Subjek Pajak Luar Negeri
melalui BUT : - Saat tidak lagi menjalankan
usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di
Indonesia
4. Subjek Pajak Luar Negeri
tidak melalui BUT : - Saat tidak lagi menerima
atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia
5. Warisan Belum Terbagi : - Saat warisan telah selesai
dibagikan
Sumber : Mardiasmo Buku Perpajakan Edisi Revisi 2009
Sedangkan Objek Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan penghasilan atau
kemampuan ekonomis yang diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun Luar Indonesia, yang dapat dipakai dan menambah keuntungan
bagi Wajib Pajak. Menurut pasal 5 Surat Keputusan Direktur Jendral Pajak No :
Kep-02/PJ/1995 Penghasilan yang dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 yaitu :
40
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh pegawai, karyawan atau
karyawati atau orang lain secara teratur, karena pelaksanaan suatu
pekerjaan atau jabatan. Penghasilan tersbeut dapat berupa gaji, upah,
honorarium, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, premi bulanan,
gaji istirahat, uang ganti rugi, uang tebusan, uang tunjangan istri dan/atau
tunjangan anak, uang tunjangan kemahalan, uang tunjangan jabatan, uang
tunjangan khusus, uang tunjangan cuti, uangan tunjangan pendidikan anak,
beasiswa, hadiah, premi asuramsi yang dibayar oleh pemberi kerja dan
pembayaran lain sejenis dengan nama apapun, termasuk penghasilan yang
dibebankan kepada Keuangan Negara sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan.67
b. Penghasilan yang diterima diperoleh oleh pegawai, karyawan atau
karyawati atau orang lain, secara tidak teratur, yang sifatnya tidak tetap
dan biasanya diberikan sekali saja dalam satu tahun, penghasilan tersebut
dapat berupa: jasa produksi, bonus, gratifikasi, tantiem, tunjangan hari
raya termasuk tunjangan tahun baru, premi tahunan dan penghasilan lain
yang sejenis.68
c. Penghasilan yang diterima oleh pegawai, karyawan dan karyawati lepas
berupa upah harian, mingguan, upah satuan, upah borongan.69
d. Penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh pegawai, karyawan atau
karyawati atau bekas pegawai. Karyawan atau karyawati atau ahli
67 Pasal 5 Surat Keputusan Direktur Jendral Pajak No : Kep-02/PJ/1995 Penghasilan yang
dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 68 Ibid. 69 Ibid.
41
warisnya, yang berupa uang pensiun, uang tebusan pensiun, uang tunggu,
uang pesangon dan sebagainya dengan syarat :
1) Penerimaan hasil tersebut bertempat tinggal di Indonesia,
karena perjanjian kerja atau jabatan yang telah dihentikan.
2) Penerimaan hasil tidak bertempat tinggal di Indonesia, karena
pejanjian kerja atau jabatan yang telah dihentikan sepanjang
pembayarannya dibebankan pada Keuangan Umum Indonesia
atau dibebankan pada subjek pajak dalam negeri.70
e. Honorarium uang saku, hadiah, atau penghargaan dengan nama dan
bentuk apapun, komisi, beasiswa, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak dalam negeri yang terdiri dari tenaga ahli atau persekutuan
tenaga ahli : Pemain musik, perkumpulan musik, penanyi, bintang film,
pemain sandiwara, penari, pemahat, pelukis dan sebagainya ; olahragawan
; penasahet, pengajar, penceramah, dan moderator, pengarang, peneliti dan
penterjemah; kolportir iklan; mereka yang menemukan langganan atau
membawa pesanan untuk bank, pemberi jasa dalam bidang teknik
komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
dan pemasaran; peserta perlombaan; petugas penjaja barang dagangan;
petugas dinas luar asuransi; peserta pendidikan; pemagangan dan pelatihan
f. Penghasilan dengan nama apapun yang diterima atau diperoleh oleh orang
pribadi atau persekutuan orang pribadi yang berada di Indonesia tidak
70 Ibid.
42
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan (berstatus sebagai Wajib
Pajak Luar Negeri) sehubungan dengan jasa dan/atau pekerjaan yang
dilakukan di Indonesia.71
3. Tata Cara Pemungutan Pajak Penghasilan
Menurut Suparmono tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya
pajak terutang. Dengan kata lain, bahwa tarif pajak merupakan pengenaan biaya
pajak bagi para wajib pajak yang harus dibayarkan sesuai dengan kelompok atau
kesesuaian dalam menentukan pembagian presentase bagi tarif pajak tersebut,
pembagian presentase tersebut yaitu :
a. Tarif Pajak Proposional/Sebanding
Adalah presentase pengenaan pajak yang tetap atas berapapun dasar
pengenaan pajak. Contohnya: PPN akan dikenakan tarif sebesar 10% atas
penyerahan barang/jasa kena pajak, PPh badan yang dikenakan tarif sebesar
28% atas berapapun penghasilan kena pajak.72
b. Tarif Pajak Tetap
Adalah jumlah nominal pajak yang tetap terhadap berapa pun yang menjadi
dasar pengenaan pajak. Contohnya : tarif bea materai.73
c. Tarif Pajak Degresif
Adalah presentase pajak yang menurun seiring dengan peningkatan dasar
pengenaan pajaknya.74
71 Ibid. 72 Suparmono, Theresiaworo Damayanti 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi Revisi
2009 : CV. Andi Offset. 73Ibid.
43
d. Tarif Pajak Progresif
Adalah presentase pajak yang bertambah seiring dengan peningkatan dasar
pengenaan pajaknya. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak
Orang Pribadi, dimana setiap ada peningkatan penghasilan maka akan
meningkatkan tarif pajak penghasilan tersebut.75
Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan yaitu :
Tarif Pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi :
1) Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :
Tabel 1.3 Tarif PPh Pasal 17
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah)
5% (lima
persen)
Diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah)
15% (lima
belas persen)
Diatas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah)
25% (dua
puluh lima
persen)
Diatas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
30 % (tiga
puluh persen)
Sumber : Akhmad Tjahjono & M. Fakhri Husein, Perpajakan Edisi Revisi
2009 hal 255
2) Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah
sebesar 28% (dua puluh delapan persen)
74Ibid. 75Ibid.
44
Dalam melakukan pemungutan pajak ada beberapa hal yang harus di
lakukan agar pemungutan pajak ini tidak menjadikan beban bagi wajib pajak.
Beberapa hal tersebut yaitu :
a. Pemungutan pajak harus adil
Keadilan merupakan salah satu tujuan dari dibentuknya hukum dalam suatu
negara, sehingga di dalam pelaksanaannya pemungutan pajak harus
memenuhi syarat keadilan. Keadilan tersebut diciptakan dengan melakukan
pembagian presentase sesuai dengan ketentuan undang-undang, selain itu
bentuk keadilan juga diciptakan dengan memberikan hak bagi wajib pajak
untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan
mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak (MTP).76
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang
Dasar hukum pengutan pajak ini diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 23 ayat 2 yang memberikan
jaminan hukum bagi negara maupun masyarakat. Selain itu ada Undang-
Undang terkait sebagai penunjang dalam melakukan pemungutan pajak.77
c. Tidak menggangu perekonomian
Penetapan tarif pajak adalah salah satu cara guna menghindari
terganggunya perekonomian masyarakat, sehingga apabila wajib pajak
mendapat penghasilan kecil tidak akan terkena pajak lebih besar dari
penghasilannya tersebut.78
76Mardiasmo.2009. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit : Andi hal 4 77Ibid. 78Ibid.
45
d. Pemungutan pajak harus efisien
Keefisienan dalam melakukan pemungutan pajak dapat dilihat apabila
pemungutan pajak tidak lebih besar dari penghasilan, sehingga para wajib
pajak tidak merasa kesusahan dalam melakukan pembayaran pajak
dikarenakan tarif telah disesuaikan dengan kemampuan dari para wajib
pajak.79
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem yang sederhana dapat lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat
sehingga tidak ada kendala dalam melakukan pemungutan pajak.80
Dalam menentukan mengenai tarif pajak yang dapat dikenakan terhadap wajib
pajak, harus diketahui terlebih dahulu mengenai masuk kedalam pengelompokan
pajak yang mana wajib pajak tersebut sehingga dalam pemungutannya tidak
menimbulkan kerugian bagi para wajib pajak tersebut.
Tabel 1.4 Pengelompokan Pajak
Pengelompokan Pajak Menurut Pajak
1. Golongannya
a. Langsung : pajak yang harus
dipikul sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
b. Tidak Langsung : pajak yang pada
akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
a. Subjektif : pajak yang berpangkal
79Ibid. 80Ibid.
46
2. Sifatnya
Lembaga Pemungutannya
atau berdasarkan pada subjeknya
dalam arti memperhatikan keadaan
diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak
Penghasilan.
b. Objektif : pajak yang berpangka
pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
a. Pusat : pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan
untuk mebiayai rumah tangga
negara. Contoh : Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Bea Materai
b. Daerah : pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga
daerah. Pajak Daerah terdiri atas :
Pajak Propinsi
Pajak Kabupaten/Kota
Sumber : Mardiasmo, Buku Perpajakan Edisi Revisi 2009
Setelah mengetahui wajib pajak tersebut masuk kedalam penggolongan pajak
pada bagian yang mana selanjutnya dibutuhkan tata cara pemungutan pajak yang
sesuai sehingga tarif pajak yang dikenakan terhadap wajib pajak sesuai dan tidak
menimbulkan kerugian bagi para wajib pajak. Menurut Sunarto tata cara
pemungutan pajak dapat dilakukan dengan berdasarkan pada, Stelsel pajak, Asas
pemungutan pajak dan sistem pemungutan pajak.
a. Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
47
1) Stelsel nyata (riel stelsel)
Berdasarkan Pasal 21 dan 23 Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa
pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang
nyata) sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada
akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang
sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan
ataupun kekurangan. Kelebihan dari stelsel nyata ini adalah
pajak yang dikenakan lebih realistis sedangkan kekurangannya
adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode atau
setelah penghasilan riil telah diketahui.81
2) Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa pengenaan pajak
didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-
undang, misalnya penghasilan suatu tahun pajak telah
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak
berjalan. Kelebihan dari stelsel ini adalah pajak dapat dibayar
selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir
tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.82
3) Stelsel campuran
81Sunarto. 2002. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit Air Printing Hal 10-11 82Ibid.
48
Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Pajak Penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa stelsel ini
merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya.83
b. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Official Assessment System :
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah atau petugas pajak (fiskus)untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assessment System :
(1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
berada pada fiskus
(2) Wajib pajak bersifat pasif
(3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.84
2) Self Assessment System :
83Ibid. 84 Sunarto. 2002. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit Air Printing Hal 12
49
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar.85
3) Withholding System :
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.86
c. Asas Pemungutan Pajak Lainnya
Terdapat tiga asas yang digunakan dalam melakukan pemungutan pajak yaitu :
1) Asas Tempat Tinggal
Negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan
wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak hal ini
berdasarkan pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa wajib pajak yang
bertempat tinggal di Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh berasal dari Indonesia atau berasal dari
Luar Indonesia.87
2) Asas Kebangsaan
85 Ibid. 86Ibid. 87 Ibid.
50
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara adas
ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan pasal 2
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
yang menyatakan bahwa Warga Negara Asing (WNA) berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan berturur-
turut merupakan subjek pajak.88
3) Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang
bersumber dari suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian
wajib pajak yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dapat
dikenakan pajak penghasilan meskipun tidak bertempat tinggal di
Indonesia.89
88 Ibid. 89Ibid.