bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan umum sistem …eprints.umm.ac.id/72800/2/bab ii.pdf · 2021. 2....
TRANSCRIPT
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Sistem Pemerintahan
1. Konsep Sistem Pemerintahan
Secara terminologi sistem pemerintahan berasal dari kata “ sistem”
dan “pemerintahan” gabungan kedua kata tersebut membentuk artian yang
komplek. Arti sistem dalam Webster’s New Collegiate Dictionary terdiri
dari kata “syn” dan “histanai (greek)” yang berarti to place together,
menempatkan bersama. Kemudian diberi penjelasan system is a complex of
ideas, principles etc forming a coherent whole, as the American system of
government yang artinya ialah suatu kesatuan yang berhubung-hubungan
satu sama lain; seperti sistem pemerintahan Amerika. 13 Dalam arti luas
sistem pemerintahan ialah segara tindakan yang dilakukan negara dalam
penyelenggaraan negara dan memenuhi kesejahtraan rakyatnya, sehingga
dari penjelasan tersebut menjelaskan bahwa pemerintah yang dimaksud
tidah hanya meliputi eksekutif saja, akan tetapi meliputi juga tugas pada
legislatif dan yudikatif, artinya sistem pemerintahan adalah suatu
pembagian kekuasaan dan juga hubungan antar lembaga-lembaga yang
dimiliki negara untuk menjalankan roda pemrintahan di suatu negara dalam
memenuhi kepentingan rakyatnya.14
13 Sukarna. 1981. Sistem Politik. Bandung. Penerbit Alumni. hlm. 13. 14 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta. Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia. hlm. 171.
15
Pada dasarnya menurut ilmu negara umum (algemeine staatslehre)
arti dari sistem pemerintahan ialah suatu sistem hukum ketatanegaraan,
yang memiliki bentuk monarki atau republik, yaitu terkait hubungan-
hubungan antara pemerintah dan badan oleh perwakilan rakyat. Sedangkan
menurut Prof. Mahfud, terkait sistem pemerintahan seharusnya dapat
dipahami sebagai hubungan tata kerja antara lembaga negara yang
dimiliki.15 Sedangkan menurut prof. Jimly Asshiddiqie, mengemukakan
bahwa sistem pemerintahan akan berkaitan terhadap arti dari
regeringsdaad, yakni eksekutif yang penyelenggaraan pemerintahan, hal ini
berhubungan dengan fungsi legislatif.16
Oleh karena itu, beberap tugas pemerintah diantaranya, dalam
penentuan kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan untuk kepentingan
masyarakat di suatu negara, memberikan perkiraan atas arah perkembangan
dimasyarakat pada masa mendatang, menyiapkan suatu beberapa langkah
kebijakan dalam mendorong perkembangan dan kemanjuan masyarakat,
serta dapat mengelola dan memberikan arahan kepada masyarakat terhadap
tujuan yang akan ditetapkan nantinya.17
2. Tipe-tipe Sistem Pemerintahan
Menurut Jimly Asshiddiqie juga Sri Soemantri berpendapat ada tiga
macam sistem pemerintahan, yakni: 1). Sistem pemerintahan presidensial
15Saldi Isra. 2010. Pergeseran Fungsi Legislatif: Menguatnya model Legislasi Parlementer
Dalam Sistem Presidensial Indonesia. Jakarta. Rajawali Pers. hlm. 2. 16 Jimly Asshiddiqie. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi.
Jakarta. Buana Ilmu. hlm. 311. 17 Ramlan Surbakti. 2005. Memahami Ilmu Politik. Yogyakarta. Grasindo. hlm. 214.
16
(presidential system); 2). Sistem parlementer (parliamnetary system); 3).
Sistem pemerintahan campuran (mixed system atau hybrid system).18
a. Sistem presidensial
Sistem presidensial diambil dan menganut dari teorinya Montesqieu
yakni teori pemisahan kekuasaan. pada sistem pemisahan kekuasaaan ini
tidak ada pemisahan antara kepala pemerintahan dan kepala negara, juga
tidak ada yang namanya lembaga tertinggi dari suatu negara, sehingga dala
pakteknya dibagi menjadi 3 (tiga) kekuasaan, yakni Eksekutif dipegang
Presiden, Legislatif dipegnag Parlemen, dan judikatif berada di Mahkamah
Agung. Ciri-ciri yang paling menonjol sistem ini ialah pada eksekutif dan
legislatif dalam pemilihannya secara langsung dipilih oleh rakyat. Oleh
karenanya lembaga tersebut tidak akan dapat menjatuhkan antar lembaga.19
Selanjutnya, disuatu negara akan dapat disebut telah menganut
sistem presidensial bila tida memiliki unsur-unsur dibawah ini:20
(1). Presiden terpilih sebagai pemimpin pemerintahan diambil dan
dipilih langsung oleh rakyatnya;
(2). Presiden tidak hanya menjabat sebagai kepala negara, akan
tetapi juga menjabat sebagai kepala pemerintahan. Oleh
karena itu, presiden dapat mengangkat pejabat
pemerintahannya;
(3). Presiden memiliki kewenangan legislative, hal ini dijamin oleh
UUD atau konstitusi.
Pada penerapan sistem presidensial, tidak ada lembaga yang
memilki kekuasaan tertinggi. Sebab, negara telah menggunakan sistem trias
18 Saldi Isra. Op.cit. hlm. 24-25. 19 Imam Mahd. 2011. Hukum Tata Negara Indonesia. Yogyakarta. Teras. hlm. 102. 20 Radis Bastian. 2015. Buku Pintar Terlengkap Sistem-Sistem Pemerintahan Sedunia.
Yogyakarta. IRCiSoD. hlm. 51
17
politica. Dimana Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat
dengan masa jabatan sebagaimana telah dimuat dalam konstitusi, sekitarana
5 tahun dalam satu periode. Tugasnya presiden ialah sebagai kepala negara
dan juga kepala pemerintahan. Oleh karena itu presiden dalam menjalankan
pemerintahan dibantu menteri, menteri tersebut diangkat dan bertanggung
jawab kepada presiden selaku kepala pemerintahan.
Menerapkan sistem presidensial dianggap sistem yang paling ideal
digunakan oleh negara demokrasi. Sebab, pada sistem ini dapat
menciptakan suatu pemerintahan negara dengan berasaskan asas
kekeluargaan dan stabilitas, efektivitas tinggi.
Menurut Moh. Mahfud MD terdapat empat prinsip pokok dari suatu
sistem pemerintahan presidensial, yaitu:21
a. Selain kepala negara juga menjabat sebagai kepala pemerintahan;
b. Karena pemerintah dan parlemen adalah sejajar, maka
pemerintahan tidak mempunyai kewajiban bertanggung jawab
terhadap parlemen;
c. Presiden dapt mengangkat menteri, serta menteri tersebut
bertanggungjawab terhadap presiden; dan
d. eksekutif sejajar legislatif, oleh akrena itu dua lembaga tersebut
kuat.
Selain itu, menurut Saldi Isra terdapat beberapa ciri pokok dalam
sistem pemerintahan presidensial, diantaranya ialah:22
a) presiden merangkap dua fungsi. Yakni Sebagai kepala negara
yang merupakan dari suatu negara merupakan simbol.
Merangkap juga sebagai kepala pemerintahan yang
menjalankan roda pemerintahan dibantu para menterinya;
21 Moh. Mahfud MD. 2000. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta.
UII Press. hlm. 74 22 Saldi Isra. 2010. Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer
dalam Sistem Presidensial Indonesia. Jakarta. Raja Grafindi Persaja. hlm. 40-42
18
b) presiden mempunyai kewajiban memilih kabinetnya dan
mempunyai fungsi penting dikabinetnya sebagai pengambil
keputusan;
c) eksekutif dan legislatif terpisah, sehingga tidak mempunyai
hubungan secara langsung. Sehingga negara dengan sistem
presidensial melaksanakan pemilu eksekutif dan legislatif;
d) dalam pembentukan pemerintah tidak terlalu tergantung kepada
proses politik di legislatif, hal ini karena adanya pemisahan
antara pemegang eksekutif dan kekuasaan legislative;
e) prinsip clear cut separation of powers pada sistem pemerintahan
presidensial diterapkan terhadap pemegang kekuasaan legislatif
dan kekuasaan eksekutif.
Sedangkan menurut Jimly Asshiddiqie terdapat prinsip pokok dari
sistem pemerintahan presidensial, diantaranya ialah:23
a. Eksekutif dan legislatif secara jelas kekuasaannya terpisah;
b. Presiden ialah pemegang kekuasaan eksekutif tunggal, yakni
presiden dan wakil presiden;
c. Presiden sebagai kepala pemerintahan juga sebagai kepala
negara;
d. Presiden dapat mengangkat menterinya untuk membantu
mengelola pemerintahan dan mnetri tersebut bertanggungjawab
kepada presiden secra langsung;
e. Antara jabatan eksekutif dan jabatan eksekutif diilarang
merangkap jabatan;
f. Presiden terhadap parlemen tidak dapat memaksa dan
membubarkannya.
b. Sistem Parlementer
Sistem parlementer adalah sistem pemerintahan yang paling
sering diterapkan di dunia. Sistem ini lahir dan berkembang pada
pemerintahan kerajaan Inggris.24 Sedangkan menurut Mariam
Budiardjo berpendapat bahwa pada sistem pemerintahan parlementer,
badan eksekutif dan badan legislatif memiliki ketergantungan satu
23 Jimly Asshiddiqie. Op.cit. hlm. 316. 24 Saldi Isra. Op.cit. hlm. 26.
19
dengan lainnya. Kabinet diharapkan mencerminkan kekuatan politik
dalam badan legislatif yang mendukung, dan pengelolaan kabinet
tergantung kepada dukungan dalam badan legislatif
Selain itu, menurut Moh. Mahfud MD yang dianut dalam sistem
parlementer, yakni:25
a) Antara parlemen dan pemerintah hubungannya tidak terpisah;
b) Pada fungsi eksekutif terdiri dari the real executive dan the
nominal executive pada kepala negara;
c) Kepala negara punya wewenang untuk mengangkat kepala
pemerintahan;
d) Menteri diangkat oleh kepala pemrintahan untuk mmebnatu
menjalnakan pemerintahan;
e) Menteri berasal dari anggota parlemen;
f) Parlemen menjadi tempat pemerintah untuk
bertanggungjawab, sehingga pemerintah tidak
bertanggungjwab pada rakyat;
g) Pada pembubaran parlemen, kepala pemerintahan dapat
mengusulkan pembubaran tersebut pada kepala negara;
h) Parlemen kedudukannya lebih tinggi daripada berbagai bagian
yanga ada di pemerintahan;
i) Parlemen sebagai pusat sistem kekuasaan Negara.
Adapun ciri-ciri dasar pada sistem pemerintah parlementer ialah,
antaranya:26
1) Rakyat melakukan pemilihan langsung pada badan perelemen;
2) Parlemen mempunyai hak untuk memilih anggota dan
pimpinan kabinet untuk menjalankan fungsi eksekutif;
3) Terdapat fungsi ganda yakni dari anggota parlemen biasanya
berasal dari anggota kabinet, sehingga dari peran ganda
tersebut mempunyai jabatan sebagai legislatif dan eksekutif;
4) Biasanya yang memegang untuk memerintah di pemerintahan
ialah dikuasi oleh partai pemenang pemilu;
5) Rentang waktu jabatan kabinet dipengaruhi oleh banyaknya
dukungan pada anggota parlemen;
25 Moh. Mahfud MD. 2000. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta.
UII Press. hlm. 65. 26 Ramlan Surbakti. 2005. Memahami Ilmu Politik. Yogyakarta. Grasindo. hlm. 170.
20
6) Pembubaran dapat dilakukan oleh perdana menteri pada
parlemen apabila terdapat kebijakan yang dibuat oleh kabinet
tersebut kemudian tidak di setujui olehnya;
7) Pasti pada pemegang kekusaan berbeda orang antara fungsi
kepala pemerintahan (perdana menteri) dan fungsi kepala
negara (presiden).
c. Sistem Pemerintahan campuran ( Semi Presidensil)
Sistem semi presidensial ini, terdapat beberapa negara yang
menerapkan sistem ini, contohanya ialah pada negara Pakistan.
Dimana, pada negara Pakistan awalnya yang dianut ialah sistem
presidensial, terus pernah berubah menjadi sistem parlementer. Hal ini
menjadikan pada Pakistan memiliki dua pemimpin, diantaran ialah
fungsi presiden memegang kepala negara dan pada perdana menteri
berfungsi untuk memegang jabatan kepala pemerintahan.27
Pada sistem pemerintahan semi presidensiall dalam
penerapannya dapat dikatan cukup ideal, dikarenakan sistem ini
merupakan penggabungan antara dua sistem yang ada sebelumnya
yakni sistem presidensial dan sistem parlementer. Oleh karena itu
sering kali penamaan sistem ini dalam peneyebutannya dinamai sistem
campuran atau hybrid. Adapun sebutan lainnya ialah sistem semi
presidensiall, yang artinya pada sistem semi presidensisla ini memiliki
makna penerapan dua eksekutif (eksekutiff ganda). Akan tetapi dilihat
dari yang paling sering digunakan atau paling umum iaalah pada sistem
semi presidensial ini, yang gunakan dan dinilai cukup efektif unutk
27 Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
hlm. 125.
21
diterapkan di suatu negara. Jabatan sebagai fungsi kepala negara dan
sebagian fungsi kepala pemerintahan tepatnya urusan diluar negeri,
sehingga sedangkan perdana menteri memiliki fungsi sebagai
pemegang fungsi kepala pemerintahan atau urusan didalam negeri.28
Dari perkembangannya sistem pemerintahan semi-presidensial
ditinjau dari sejarah bermula pada tahun 1958 tepatnya di Prancis.
Negara Prancis pada saat itu dapat dianggap sebagai negara yang
melopori sistem pemerintahan ini. Selanjutnya menurut De Gaulle,
pada waktu saat itu memiliki jabatan sebagai presiden pada Republik
Prancis yang ke-V, sehingga De Gaulle dianggap dan dicatatkan
sebagai pendirinya. Namun, pada lain pihak, akan hal itu sebenarnya
Presiden Soekarno pernah juga merintis dan menggunaan sistem ini.
Namun, Soekarno pada saat itu tidak dianggap sebagai perintis atau
pelopor dari sistem tersebut. Dari sejarah Presiden Soekarno
menerpakan sistem semi presidensial pada negara Indonesia, tepatnya
sejak dibentuknya Kabinet Syahrir. Soekarno saat itu bertanggung
jawab terhadap MPR, sedangkan Syahrir bertanggung jawab pada
KNIP.29
Terdapat suatu ciri pada sistem pemerintahan semi presidensiall ini,
diantaranya ialah:30
a. Menerapkan sistem eksekutif ganda, maksudnya ialah jabatan
presiden dan pada perdana menteri. Dimana presiden
28 A.M. Fatwa. 2009. Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta. Buku
Kompas. hlm. 232. 29 Ibid. 30 Radis Bastian. Op.cit. hlm. 59-60.
22
memiliki tugas sebagai fungsi kepala negara dan sedangkan
perdana menteri mempunyai tugas sebagai fungsi kepala
pemerintahan;
b. Rakyat secara langsung memilih presiden pada pesta
demokrasi atau sering kali dapat disebut dalam pemilihan
umum presiden;
c. Hak prerogatif (hak istimewa) dimiliki presiden dalam hal
untuk mengangkat dan menghentikan menteri-menterinya,
baik dalam hal yang memimpin departemen dan pada non
departemen;
d. Pihak legislatif tidak dapat menjatuhkan pada kekusaan yang
dimiliki eksekutif;
e. Para menteri memiliki pertanggungjawaban pada atau
terhadap kekuasaan legislatif;
f. Namun, pada kekuasaan eksekutif biasanya
mempertanggungjawabkan kinerjanya terhadap kekuasaan
legislatif.
d. Sistem Pemerintahan yang Dianut oleh Indonesia
Berdasarkan UUD NRI 1945 pada perubahan keemppat ini,
Pemerintahan RI dipimpin Presiden dan juga dibantu oleh seorang
Wakil Presiden (pasal 4 ayat (1) dan (2)) dala menjalankan jabatnnya.
Hal ini, fungsi Presiden tidka hanya sebagai sebagai Kepala Negara,
akantetapi juga sebagai fungsi Kepala Pemerintahan.31 Sedangkan
pada sistem pemerintahan Indonesia sebelumnya menganut pada
perubahaan UUD 1945, Bagir Manan berpendapat bahwa terdapat dua
aliran yang berbeda pendapat terakit pemaknaan pada UUD tersebut,
diantaranya ialah kelompok yang memiliki pendapat bahwa negara
Indonesia menggunakan dan menerapkan sistem presidensial,
sedangkan pada kelompok yang mengemukakan pendapat bahwa
negara Indonesia yang dianut ialah sistem campuran atau semi.
31 Lihat penjelasan pasal 4 dan pasal 5 ayat (2) jo pasal 10 s.d 15 Undang-Undang 1945
23
Beberapa ahli berasumsi bahwa menganut pada sistem presidensial
dikarenakan pada jabatan presiden sebagai kepala pemerintahan
didukung oleh beberapa karakter, diatanya ialah: adanya kepastian
dalam masa fungsi jabatan presiden, yakni lima tahun. DPR bukan
sebagai tempat presiden untuk mempertanggungjawabkan kenerjanya
selama menjabat. Dalam yang dianut DPR tidak dapat diburkan oleh
presiden. Sedangkan pada yang berpendapat bahwa negara Indonesia
yang dianut ialah sistem pemerintah campuran atau semi presidensial,
dengan alasan di Indonesia tidak hanya memiliki ciri sistem
pemerintahan presidensiall, akan tetapi juga mempunyai ciri dari sistem
parlementer. Yang Nampak dari ciri sistem parlementer seperti yang
dimaksud ialah MPR sebagai tempat bertanggungjawab dari jabatan
preseden selama menjabat.32
Dalam perubahan UUD baru, mengunakan atau banyak mengadopsi
ide-ide baru terhadap kerangka di UUD 1945 tersebut. Ide-ide baru
tersebut diantaranya ialah: a. Adanya Penegasan bahwa menganut dari
cita demokrasi, dan juga dari cita nomokrasi secara keduanya sekaligus,
pun juga saling melengkapi yang bersifat komplementer. b.
Menerapkan check and balances dan sistem pemisalahan kekusaan. c.
32 Bagir Manan. 1995. Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara.
Bandung. Mandar Maju. hlm. 78-79
24
pada sistem pemerintah presidensial dimurnikan. d. menguatkan dari
cita persatuan serta keragaman yang ada dan dalam wadah NRI.33
Bagir Manan, mengemukakakn bahwa pada sistem presidensial
Indonesia sebelum adanya dari amandemen UUD 1945, memiliki ciri
yang hamper-hampir menerapak dari sistem yang digunakan di sistem
negara Amerika Serikat, yakni menerapkan sistem presidensial murni
dengan adanya dari beberapa ciri-ciri khususs, diantaranya ialah: 1)
MPR atau badan perwakilan rakyat dapat memilih presiden dan wakil
presiden. 2) MPR atau badan perwakilan rakyat sebagai tempat
presiden tundak dan mempertanggung jawabkan kenerjanya. Namun,
tidak tunduk terhadap DPR dan tidak mempertanggungjawabkan pada
DPR. Dalam hal ini Presiden Republik Indonesia juga dapat
diberhentikan MPR dalam menjabat presiden. 3) dalam 5 tahun sekali
presiden dipilih melalui pemilihan umum presden. 4) dalam
mejjalankan kekusasaannya presiden dan wakil presiden bersama DPR
dalam menjalankan kekuasaan dalam membentuk suatu undang-
undang.34
Sedangkan hasil dari amandemen perubahan ke-4 UUD NRI 1945
menerapkan dan tetap untuk mempertahankan dan menganut dari
sistem presidensial, namun dalam penerapanya merupakan
penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan dan beberapa dari ciri
33 Jimly Asshiddiqie. Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat
UUD Tahun 1945. makalah disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII,
Denpasar. 14-18 Juli 2003). hlm. 2-3. 34 Bagir Manan. 1999. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta. Gema Media. hlm. 29.
25
umum sistem presidensial sebelumnya. Untuk menyempurnakan dan
melengkapi haruslah melihat dari sistem pemerintahan presidendial
sebelumnya, yakni pada pasca amanndemen UUD. sehingga harus
menganalisa dari UUD NRI 1945 yang pernah berlaku dan dengan
adnaya segala perubananya mulai dari 19 Oktober 1999.35
B. Teori Kekuasaan
Negara ialah suatu organisasi kekuasaan, dan alat-alat perlengkapan
negara organisasi yang merupakan tatakerja tersusun secara utuh, untuk
mencapai suatu tujuan tertentu maka terdapat pembagian beberapa tugas dan
kewajiban yang harus dijalankan antar alat-alat.36
1. Konsep kekuasaan
Kekuasaan adalah seorang / sekelompok yang terdiri dari beberapa
orang yang memiliki kesempatan untuk menyadarkan atas suatu kehendak
sendiri-sendiri ataupun bersama dalam menerapkan kepada tindakan-
tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.37
Tujuan seseorang untuk bertindak sesuia dengan yang diinginkan serta
diikuti dari beberapa atau sejumlah orang, sehingga harus mempunyai
kekuatan. Kekuatan yang dimaksud ialah suatu kekuasaan yang
memungkinkan diikuti oleh seseorang karena faktornya sebagai penguasa.
Factor-faktor yang mendorong timbulnya suatu keinginan untuk berkuasa
diantaranya ialah fseperti halnya faktor eksplisit serta faktor implisit yang
35Titik Triwulan Tutik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945. cet. Ke-1. Jakarta. Kencana. hlm. 130. 36 Soehino. 1998. Ilmu Negara ,Yogyakarta. Liberty Yogyakarta. hlm. 149. 37 Inu Kencana. 2013. Ilmu Pemerintahan. Jakarta. Bumi Aksara. hlm. 133.
26
ada diamna berupa suatu dorongan atau pendukung dalam mendapatkan
suatu kekuasaan. Seperti halnya faktor eksplisit dalam diri sendiri,
sedangkan pada faktor implisit ialah dapat berupa suatu faktor yakni dari
luar, sehingga dapat memebringan pengaruh untuk berkuasa.
Kekuasaan ini, menurut Walter Nord berpendapat bahwa kekuasaan
adalah kemampuan yang mana untuk memengaruhi aliran, memenagruhi
energi, serta suatu dana yang tersedia dalam mencapai suatu tujuan
berbeda, baik secara jelas dengan tujuannya yang lain. Selain itu pun juga
Max Weberr berbicara bahwa suatu kekuasaan juag dapat memiliki arti
sebagai dimungkinkannya seorang untuk pada suatu hubungan-hubungan
sosial akan berada di dalam suatu jabatan cenderung melakukan tindakan
keinginan pribadi dan cenderung menyingkirkan halangan-halangan yang
ada. Oleh karena itu dalam mempengaruhi suatu tingkah laku dari
seseorang atau sekelompok orang akan menyeseuaikan dengan
keinginannya sendiri.38 Dalam hal ini intinya ialah bahwa kekuasaan
adalah kemampuan dalam memengaruhi sejumlah orang, yakni orang lain
dalam mencapai suatu hal tertentu dengan beberapa cara sesuai dengan
yang diinginkan.
2. Sumber - sumber Kekuasaan
Terdapat beberapa sumber kekuasaan, sumber kekuasaan sendiri
ialah asal mula adanya kekuasaan. Dalam teori teokrasi memberi
38 Fridayana Yudiaatmaja. Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Journal
Media Komunikasi FIS Vol. 12. No. 2 Agustus 2013. hlm. 31.
27
pernyataan bahwa sumber kekuasaan itu bersumber dari Tuhan saja. Teori
kemudian teori tersebut berkembang pesat di abad pertengahan. Penganut
teori ini ialah : Augustinus, Thomas Aquinas dan Marsilius.39 Pada teori
ini, yakni teori hukum alam sendiri menyatakan bahwa datangnya
kekuasaan bersal dari rakyat. Sehingga berkesimpulan bahwa
didapatkannya kekuasaan ini asalnya ialah dari kodrati alam. Sehingga
pemilik kekuasaan yakni rakyat kemudian memberikan kekuasaannya
pada seorang kalau dahulu menyebutnya raja, hal ini demi kepentingan
penyelenggaraan bersama. Teori ini dipelopori oleh Johannes Althusius.40
Sedangkan JRP. French serta Betram Raven (1974) kekuasaan akan
muncul dari beberapa sumber-sumber, yakni: 41
a. Coercive Power
Pada konsep Coercive Power ialah kekuasaan dimana didapatkan
dari sikap-sikap yang sering diperlihatkan ialah keras baik dalam
menjadi pemimppin mauapu di suatau kepengurusannya.
b. Legitimatie Power
Legitimatie Power adalah kekuasaan yang bersumber dari apa
yangtelah diperolehnya seperti surat keputusan atau pengangkatan
yang secara sah menjadi menjabat sebagai pemimpin.
c. Expert Power
Expert Power merupakan kekuasan yang didapatkan karena
kepemilikan suatu keahlian yang kemudian dibutuhkan seseoranag
untuk menjabat atas keahliannya tersebut.
d. Reward Power
Reward Power ialah suatu kekuasaan yang bersumber dari
pemberian dari penguasa.
e. Reverent Power
Reverent Power adalah kekuasaan yang bersumber atas ketertarikan
terhadap daya tariknya, seperti penampilan fisik.
f. Connection Power
Connection Power ialah suatu kekuasaan didapatkan seorang dari
banyaknya link teman atau hubungan silaturahmi yang baik.
39 Sohieno. Op.cit. hlm. 149-150. 40 Ibid. 41 Inu Kencana. Op.cit. hlm. 134.
28
g. Information Power
Information Power ialah suatu kuasa dengan diperoleh dari adanya
suatu data, informasi, fakta terkait suatu hal sehingga atas beberapa
hal tersebut dibutuhkan untuk mejadi sebagai penguasa.
Kesimpulannya ialah kekuasaan diperoleh atas kelebihan yang
dimiliki oleh sesorang dinilai mempunyai kelebihan atau jiwa
kepemimpinan untuk menjabat sebagai penguasa.
Berdasarkan kekuasaan sendiri menurut Strauss kekuasaan dapat
ditumbuh-kembangkan dengan cara:42
a. Be food Approach
Be food Approach adalah menumbuhkan dengan cara melakukan
perbuatan baik kepada semua orang.
b. Be Strong Approach
Kekuasaan Be Strong Approach ialah kekuasaan yang ditumbuhkan
dengan cara mengandalkan jabatan pangkat.
c. Be Competian
Be Competian adalah diekmbang melalui diadakan perlombaan
untuk staf atau bawahan.
d. Implicite Bargaining
Kekuasaan Implicite Bargaining merupakan mendaptkan kekuasaan
dari cara menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara
dilakukakn perjanjian sebeleumnya.
e. Internalized Motivation
Internalized Motivation adalah dengan cara menanamkan kesadaran
kepada bawahan untuk bekerjasama sehingga mencapai tujuannya.
Pada dasarnya sifat dari kekuasaan ialah dorongan bagaimana agar
dapat memberi intruksi untuk di jalalani oleh bahwahanya. Namun
meskipun demikian dari yang seperti disebutkan sebelumnya bahwa cara
memperroleh kekuasaan itu dapat ditumbuh kembangkan, sehingga menjadi
memperoleh kekuasaan itu sendiri.
42 Ibid. hlm. 135.
29
Van Vollenhoven dalam hal ini telah membagi fungsi dari kekuasaan
terdiri dari 4 bagian, dimana pembagian tersebut dikenalkan dengan nama
“catur praja”, diantaranya ialah:43
1) Regeling yang hampir serupa atau sama dengan fungsi legislative
berdasarkan yang dikenalkan oleh Montesquieu;
2) Bestuur yakni hamper serupa dengan fungsi dari eksekutif;
3) Rechtspraak atau peradilan, yakni fungsi dari yudikatif;
4) Politie merupakan suatu fungsi untuk mengatasi dalam hal
ketertiban masyarakat dan makna dari peri kedidupan dalam suatu
negara.
3. Pembagian Kekuasaan
Konsep pembagian kekuasaan agar tidak terdapat pemusatan kekuasaan
maka harus dibagi. Menurut John Locke terkait pembagian pada kekuasaan
tersebut dalam buku yang dibuatnya dengan judul “Two Treaties of
Government”, berarti bahwa agar pemerintahan tidak seharsunya
sewenang-wenang agar dipisahkan dan memiliki perbedaan yang menjabat
sebagai pemegang kekuasaan didalam suatu negara harsu diabagi menjadi
3 macam pemegang kekuasaan, hal ini dikenal dengan Distribution of
Power (pembagian kekuasaan). Pembagian kekuasaan tersebut ialah
pertama Legislatif, kedua Eksekutif, serta ketiga Federatif. Kekuasaan
legislatif ialah dalam hal membuat undang-undang; selanjtunya eksekutif
sebagai yang melaksanakan dari undang-undang; dan sedangkan federatif
ialah yang melakukan hubungan-hubungan diplomatik dengan negara
lainnya.44
43 Jimly Asshiddiqie. 2016. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta. RajaGrafindo.
hlm. 284. 44 Moh. Mahfud Md. 1993. Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta.
Rineka Cipta. hlm. 73.
30
Sedangkan pembagian kekuasaann berdasarkan Montesquieu melalui
buku yang dibuatnya yakni “L’esprit des Lois” mengatakan bahwa
menggunakan konsep Saparation of Power. Kekuasaan negara menurut
Montesquieu yang melanjutkan dari ajaran John Locke tersebut dalam
konsep pemisahan kekuasaan dibagi menjadi tiga, dimana dikenal dengan
nama Trias Politica. Kekuasaan yang dipisahkan melalui beberapa badan,
yakni:45
1. Kekuasaan Perundang-undangan,(Legislatif)
Legislatif ialah suatu lembaga diaman memilki kewenangan untuk
membentuk undang- undang.
2. Kekuasaan yang Melaksanakan Pemerintahan ( Eksekutif)
Pada eksekutif ialah suatu lembaga dimana menjalankan dari
undang-undang atau disebut pemimpin, baik presiden atau raja pada
kerajaan monarki.
3. Kekuasaan Kehakiman (yudikatif)
Yudikatif adalah pengawas terhadap dijalankannya undang-undang
atau lembaga peradilan yang mengadili perbuatan menurut undang-
undang salah sebagai bentuk dari terwujudnya supremasi hukum.
Ajaran trias Politica ini, memisahkan kekuasaan mejadi 3 bagian untuk
pelaksanaannya. Pun konsep ajaran tersebut banyak diterapkan di berbagai
negara karena dinilai keefektifannya untuk digunakan. Manfaatnya ialah
sebagai pembatas untuk tidak melaupaui suatu kekuasaan (Mal
kekuasaan).
Letak perbedaan dari kedua konsep tersebut ialah pada fungsi
pengawasan yang diberikan pada masing-masing lembaga negara. Pada
konsep distribution of power meletakkan asas check and balanced antar
lembaga, artinya memiliki fungsi saling mengawasi antar lembaga negara.
45 Soehino. Op. cit. hlm. 117.
31
Sedangkan pada konsep saparation of power dalam lembaga negara tidak
menerapkan fungsi saling mengawasi antar lembaga satu dengan lainnya,
karena menerapkan pemisahan murni dalam kekuasaannya.
Perbedaan selajutnya ialah pada bidang ketiga. Yakni, John Locke lebih
fokus pada bentuk fungsii federatif, sedangkan menurut Montesquieu
mengutamakan dan berfokus pada fungsi kekuasaan di kehakiman
(yudikatif). Sehingga Montesquieu pada teorinya lebih melihat dan fokus
pada pembagian atau pemisahan kekuasaannya itu dari segi HAM warga
negaranya, sedangkan pada John Locke teorinya lebih melihat terhadap
segi hubungan didalam dan ke luar negara lainnya.46 Pada penerapannya
sejarah memperlihatkan bagaiamana cara melakaukan pembatasan
kekuasaan dengan pembagian kekuasaan yang dilakukan oleh
Montesquieu paling sering digunakan. Yakni, kekuasaan eksekutif juga
telah dimasukkan fungsi federatif, dimana di berbagai negara sekarang
telah memasukkan pada Departemen Luar Negerinya yang berada pada
eksekutif.47
Vez Popuey Vox Dey mengartikan bahwa suara rakyat adalah suara
Tuhan.48 Penyataan tersebut menjelaskan bahwa rakyat merupakan
penguasa yang berasal dan dipilih oleh rakyat, yang nantinya kembali
mengabdi pada rakyat. Tetapi seringkali rakyat ditindas dalam hal ini,
sehingga sering kali terdapat beberapa cikal bakal padas uatu kekuasaan
46 Jimly Asshiddiqie. 2016. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta. RajaGrafindo.
hlm. 283. 47 Moh. Mahfud MD. Op.cit. hlm. 73. 48 Inu Kencana. Op.cit. hlm. 134.
32
berubah menjadi penindasan pada rakyat, diantaranya sebagaiaman
berikut ini:49
b) Eka Praja. yakni kekuasaan yang dipegang oleh satu orang saja,
seperti presiden atau raja.
c) Dwi Praja. yakni kekuasaan yang dipegang oleh dua kelompok.
Diantaranya ialah kelompok sebagai yang menjalankan UU dan
kelompok kedua ialah sebagai yang membuat UU.
d) Tri Praja, yakni kekuasaan yang dijalankan oleh tiga kelompok.
Seperti ajaran Montequieu diantaranya eksekuti, legislatif, dan
yudikatif.
e) Catur Praja, yakni kekuasaan yang dijalankan oleh regeling,
bestuur, rechsspraak, dan potie. Ini memganurt ajaran Van Hollen
Hoven.
f) Panca Praja, yakni kekuasaan yang dijalankan oleh lima kelompok
seperti ajaran Lemaire. Diantaranya ialah wetgeving, bestuur,
politie, rectsspraak, dan bestuur zorg.
4. Lembaga Negara
Tujuan dan keinginan dari suatu negara sejatinya akan disuahakan
atau direalisasikan oleh negara melalui alat perlengkaoan yang
diimilikinya.50 Terdapat beberpa istilah secara terminologis terkait konsep
lembaga negara. Di dalam pustakaan Inggris, penyebutan pada lembaga
negara menurut istilahnya ialah “political institution”, beda dengan per
istilahan yang ada di kepustakaan Belanda dimana dikenalkan dan terkenal
dengan istilah “staat organen”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan istilah “lembaga negara”, berarti badan negara, atau organ
negara”.51 “lembaga” memiliki arti dalam Kamus Besar Bahasa
49 Ibid. hlm. 136. 50A. Fickar Hadjar ed. Al. 2003. Pokok-Pokok Pikiran dan Rancangan Undang-Undang
Mahkamah Konstitusi. Jakarta. KRHN dan Kemitraan. hlm. 4. 51Firmansyah Arifin dkk. 2005. Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan
Antarlembaga Negara. Jakarta. KRHN bekerjasama dengan MKRI didukung oleh The Asia
Foundation dan USAID. hlm. 29.
33
Indonesia berhubungan dan digunakan pada penelitian ini ialah organisasi
atau badan yang ditujukan untuk melakukan suatu usaha. Pada kamus
tersebut telah memberikan contoh frase dalam pengunaan kata lembaga,
ialah pada “lembaga pemerintahan” dimana diartikan juga sebagai
berbagai badan pemerintahan pada ruang lingkup eksekutif. Namun,
apabila dari frase “pemerintah” menggantinya dengan frase “negara”,
maka pada frase “lembaga negara” dapat diartikan yakni badan - badan
negara didalam ruang lingkup pemerintahan negara (utamanya ialah
terdapat pada lingkungan eksekutif, lingkungan legislatif, dan lingkungan
yudikatif)52.
Per-istilahan staatorgan yakni dalam Kamus Hukum Belanda
Indonesia, memilliki arti sebagai suatu alat-alat perlengkapan yang berada
di negara. Kemudian Fockema Andreae dalam kamus hukumnya, meilii
arti dimana terhadap kata organ dapat berarti atau dimaksud ialah
perlengkapan. Hal tersebut seringkali tertukar anatar satu dengan lainnya,
dimana dalam pentebutannya ialah apakah menggunakan istilah lembaga
negara, kata organ negara, atau kata badan negara, ataukah alat
perlengkapan negara. Sedangkan Natabaya, berpendapat bahwa dalam
penyusunan UUD 1945 pada saat sebelum perubahan, dalam
penyebutannya konsisten atau cenderung menyebutkannya badan negara,
artinya tidak menggunakan lembaga negara ataupun menyebutkan organ
negara. Namun dalam penyebutan di Konstitusi RIS tahun 1949 diketahui
52 Ibid. hlm. 30.
34
istilah tersebut tidak digunakan, yang dikecualikan ialah alat perlengkapan
negara. Pada pasca perubahan keempat UUD 1945 dalam penyebutannya
di MPR terbiasa kembali mengunakan dan membiasakan pada pada
sebelum reformasi yakni tidak konsisten dalam penggunaan istilah
lembaga negara, istilah organ negara, dan istilah badan negara.53
Penggunaan istilah lembaga negara dalam UUD 1945 satu-satunya
hanya terdapat pada pasal 24C (1) UUD 1945 yang menyebutkan
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara”.
Terdapat ciri yang penting terkait organ negara, baik secara sempit,
maupun secara luas. Organ negara dalam arti sempit ialah: a). dalam
menduduki dan jabtan dan fungsi tertentu organ negara dapat diangkat atau
dipilih; b). jabatan organ atau fungsi oragan tersebut dijalankan secara
eksklusif atau dengan jabatan yang oalig diutamakan; c). jabatan tersebut
merupakan pejabat negara, maka upah atau gaji haruslah dibayar oleh
negara.54 Sehingga oleh karena itu, pada lembaga negara atau organ negara
memiliki pengertian jabatan dan pejabat yaitu: i) jabatan umum; ii) jabatan
publik ( public office); iii) pejabat umum; iv) pejabat publik ( public
official ).55
Sedangkan Jimly Asshidiqie berpendapat bahwa dalam memaknai
konsep organ negara atau lembaga negara sebenarnya sangatlah luas,
53 Jimly Asshiddiqie. 2010. Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi. Jakarta. SinarGrafika. hlm. 28. 54 Jimly Asshiddiqie. Op.cit. hlm. 33. 55 Ibid. hlm. 33-34.
35
artinya lembaga negara tidak hanya dalam lingkup pada 3 lembaga
kekuasaan legislatif, eksekutif, ataupun yudikatif.56 Sehingga oleh karena
itu dalam mengartikan lembaga negara atau organ negara, diantaranya
ialah: pertama, organ negara menurut pengertian luasnya ialah meliputi
pada bagian individu di fungsi law-creating ataupun fungsi law-applying
; Kedua, ialah organ negara dalam artian luas lainnya namun lebih sempit
dari sebelumnya meliputi individu pemegang sebagai yang menjalankan
dari fungsi di law-creating ataupun pada fungsi law-applying dan yang
menduduki jabatan pemerintahan; Ketiga, ialah organ negara lebih smepit
lainnya meliputi suatu organisasi yang hanya menjalankan difungsi law-
creating dan juga fungsi law-applying di dalam sistem kenegaraan atau di
pemerintahan saja. Sehingga dari yang dijelaskan tersebut lembaga negara
meliputi pengertian terkait lemabag negara seperti yang telah termuat di
UUD, UU, dan Peraturan Presiden serta beberapa keputusan yang
memiliki tingkatan rendah, seperti halnya di di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah.
Keempat, yang dimksud dari organ atau lembaga meliputi dan
terbatas dipengertian lembaga negara termuat dan dibuat dalam UUD,
UU, serta peraturan yang berada di tingkatan dibawahnya. Kelima,
pengertian lembaga negara yang berada pada tingkatan pusat yangg dalam
pembentukan diatur dan ditentukann pada UUD 1945, yang diamksudnya
ialah lembaga eksekutif (oragn kepresidenan), lembaga MPR, lembaga
56 Ibid. hlm. 35-36.
36
DPR, lembaga DPD, lembaga MA, lembaga MK, dan lembaga BPK
ataupun pada lembaga negaranya sendiri. Sehingga dari alat-alat
perlengkapan negara tersebut, disebut juga lembaga tinggi negara dan juag
merupakan alat perlengkapan negara yang paling diutamakan(main
organs).
Di Indonesia terkait kelembagaannya memiliki beberapa struktur di
kelembagaan berdasarkan di UUD NRI 1945. Menurut UUD NRI 1945
pasca perubahan keempat, dimana di struktur kelembagaan Indonesia
memiliki delapan buah kelmebagaan atau struktur organ seperti yang telah
termuat di UUD NRI 1945. Diantaranya ialah: 57
1. Dewan Perwakilan Rakyat;
2. Dewan Perwakilan Daerah;
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
4. Badan Pemeriksa Keuangan;
5. Presiden dan Wakil Presiden;
6. Mahkamah agung;
7. Mahkamah Konstitusi; dan
8. Komisi Yudisial.
Sedangkan sebelum terjadi perubahan keempat pada UUD NRI 1945
dalam struktur lembaga-lembaga Negara yang dimiliki, Indonesia hanya
memiliki 6 di tingkat pusat, diantaranya; satu lembaga tertinggi yang
dinamakan MPR dan lain-lainnya adalah lembaga tingginya diantaranya ialah
Presiden, DPA, MA, DPR, serta BPK.58
57 Ni’matul Huda. 2011. Hukum Tatanegara Indonesia. Jakarta. RajaGrafindo. hlm. 151. 58 Moh. Mahfud MD. Op.cit. hlm. 106.
37
C. Tinjauan Tentang Jabatan
1. Konsep Jabatan
Pengertian jabatan secara etimologi memiliki beberapa makna,
yakni dari kata jabatan bermula dari kata “jabat‟ dimana kemudian
mempunyai imbuhan yakni “an”, sehingga dilihat dari KBBI memiliki arti
suatu “suatu organisasi yang berhubungan terkait pangkat dan suatu
kedudukan di dalam pemrintahan”59
Dalam bukunya Logemann yang diterjemahkan Makkatutu dan juga
Pangkerego, mereka menjelaskan bahwa jabatan ialah 60 ” Lingkungan kerja
awet dan digaris-batasi, dan yang disediakan untuk ditempati oleh
pemangku jabatan yang ditunjuk dan disediakan untuk diwakili oleh mereka
sebagai pribadi. Dalam sifat pembentukan hal ini harus dinyatakan dengan
jelas.”
Sehingga arti dari jabatan negara ialah suatu jabatan dibidang
eksekutif yang merupakan hasil penetapan dari yang didasari oleh undnag-
undnag, hal ini masuk juga jabatan di kesekretariatan dilembaga tertinggi
atau lembaga tinggi negara, serta di lingkungan kepaniteraan di
pengadilan.61 Setelahnya kemudian ditetapkan62 pada Pasal 1butir (2 ),
yakni: “pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai
59 Poerwasunata. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. hlm. 16. 60 Logemann, diterjemahkan oleh Makkatutu dan Pangkerego dari judul asli Over de Theori
Van Een Stelling Staatsrecht, Universitaire Pers Leiden, 1948, Tentang Teori Suatu Hukum Tata
Negara Positif, Ikhtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. 1975. hlm. 124. 61 Lihat pasal 1 ayat (3) Penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian, 62 Lihat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
38
kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai
negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Butir (3),
yakni: “Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan dan
tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Butir (4), yakni: “Pejabat negara
adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pejabat negara lainnya
yang ditentukan oleh undang-undang”. Butir (5), yakni: “Jabatan negeri
adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya jabatan dan
kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi negara, dan kepaniteraan
pengadilan”. Butir (6), yakni: “Jabatan karir adalah jabatan struktural dan
fungsional yang hanya dapat diduduki pegawai negeri sipil setelah
memenuhi syarat yang ditentukan”. Butir (7), yakni: “Jabatan organik
adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada suatu satuan
organisasi pemerintah”. Dalam pengertian yang lebih luas hal ini terkait
jabatan, tepatnya didalam kamus jabatan nasional seharusnya memberin
penjelasan dari istilah, seperti halnya:
1) Yang dimaksud dari unsur (elemen) adalah kelompok kecil terhadap
suatu pekerjaan, contohnya ialah mendorong, menggosok, menarik,
dan lainnya.
2) Sedangkan tugas (task) adalah kumpulan unsur disasilkan dari suatu
usaha pokok untuk memperoses bahan kerja oleh karyawan dimana
39
menghasilkan menajdi hasil kerja dengan alat kerja dari bahan kerja
yang ada.
3) Pada pekerjaan (job) ialah suatu persamaan dalam tugas pokok yang
berada di satu unit organisasi pada suatu kumpulan kedudukan.
Sehingga Jabatan ialah kumpulan suatu tugas pokook yang
dikerjakan secara bersamaan yang telah sesuai dengan tgas di
organisasi kerja.
2. Pengisian jabatan di kelembagaan eksekutif
Pada dasarnya setiap jabatan akan direkrut sesuai kebutuhan untuk
melaksanakan tugas dan fungsi yang ada dalam suatu organisasi. Prinsip
penempatan menurut pandangan A.W. Widjaja adalah penempatan yang
tepat pada tempat yang tepat dapat dilaksanakan dengan dua hal, yakni:63
1. Adanya analisis tugas jabatan (job analisys) yang baik, suatu analisis
yang mengambarkan tentang ruang lingkup dan sifat-sifat tugas yang
dilaksanakan sesuatu unit organisasi dan syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh pejabat yang akan menduduki jabatan di dalam unit
organisasi.
2. Adanya penilaian pelaksanaan pekerjaan dari masing-masing pegawai
yang terpelihara dengan baik dan terus-menerus. Dengan adanya
penilaian pekerjaan ini dapat diketahui tentang sifat, kecakapan, disiplin,
prestasi kerja, dan lain-lain dari masing-masing pegawai.
63 Dalam Andi Anisa Agung. 2014. Analisis Yuridis Mekanisme pengisian Jabatan
Struktural Secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintahan. Makassar. Skripsi. hlm. 97.
40
Jabatan negara dapat dilakukan pengisian dengan metode pemilihan
dan/atau pengangkatan pejabat negara secara perorangan maupun
berkelompk dengan lembaga di tempat mereka bertugas, baik dalam
lembaga negara maupun lembaga pemerintahan, baik pada pemerinta pusat
maupun pemerintah daerah.64
Lembaga eksekutif merupakan pejabat yang melaksanakan undang-
undang. Dalam pengisian lembaga eksekutif yakni presiden dan wakil
presiden di indoensia telah di atur oleh konstitusi. Pada pasal 6A Undang-
undang dasar NRI 1945 yang berbunyi:65
Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat.
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta
pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya
dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di
lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan
yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang.
64 Ibid. 65 Lihat pasal 6A Undang-Undang Dasar 1945.
41
Presiden dan wakil presiden dalam menjalankan roda pemerintahan
dibantu oleh para menteri negara. Hal ini telah termuat dalam konstitusi
dalam upaya pemaksimalan sistem pemerintahan presidensial. Memteri
tersbut diangkat dan diberhentikam oleh presiden.
3. Macam-macam jabatan pemerintahan
Jabatan pemerintahan selaku penyelenggaraan memiliki peran yang
urgen dalam sebuah negara. Melalui hal tersebut dapat membantu
pemerintah untuk menyelenggarakannya. Indro harto mengelompokkan
organ pemerintahan yang ikut serta berperan untuk menjalankan
pemerintahan, sebagai berikut:66
1. Para Instansi pemerintahan yang ada dibawah perintah eksekutif
yakni presiden;
2. Para instansi yang berada di lingkungan negara ataupun berada
diluar lingkungan kekuasaan eksekutif sesuai dengan peraturan
undang-undang sebagai bentuk melaksanakan terhadap urusan
pemerintahan;
3. Para badan hukum perdata yang bertujuan untuk melaksanakan
tugas pemerintahan yang dirikan oleh pemerintahan;
4. Para instansi yang melaksanakan tugas dari pemerintahan
didasarkan pada kerja sama antar pihak pemrintah dengan pihak
swasta;
5. Lembaga hukum yang swasta berdasarkan sistem perisinan untul
melakukan tugas pemerintahan dan berdasarkan peraturan UU.
selanjutnya dirinci oleh SF. Marbun pengelompokkan penyelenggaraan
negara urusan difungsi dan tugas juga dipemerintahan, diantaranya:67
a) Semua yang meliputi presiden sebagai kepala pemerintahan, yakni
termasuk wakil presiden, menteri- menteri dan semua lembaga
non-departemen, yang intinya ialah berda di lingkup eksekutif;
66 Ridwan HR. 2017. Hukum Administrasi Negara.. Yogyakarta. Rajawali Pers. hlm. 80-
81.
67 Ibid. hlm. 81-82.
42
b) Semua yang melaksanakan fungsi desentralisasi, seperti halnya
kepada daerah tingkat I, kepada daerah tingkat II, serta pemerintah
Desa;
c) Semua pelaksana dari urusan dekonsentrasi, yakni Guberbur,
Bupati, Walikotamadya, Walikota Administratif, Camat, dan juga
pada tingkat Lurah;
d) Selanjutnya pihak ketiga (swasta) yang memilki hubungan
terhadap pemerintah, baik secara hukum publik ataupun dihukum
privat;
e) Pihak ketiga lainnya (swasta) yang memiliki suatu isin dari
pemerintah atau hak konsesi;
f) Pihak ketiga lainnya (swasta) yang mendapat subsidi dari
pemerintah;
g) Semua yayasan yang beridiri atau didirikan oleh pemerintah serta
diawasi pemerintah;
h) Para pihak ketiga (koperasi) yang diawasi dan dirikan oleh
pemrintah;
i) Para pihak ketiga (Bank) yang diawasi pemrintah dan pendiriannya
dialkukan oleh pemerintah;
j) Para pihak ketiga (swasta) yang bekerjasama dengan pemerintah,
contoh Persero seperti BUMN, POS, PLN, PAM, Giro, Telkom
serta lain-lainnya;
k) Para ketua PN (peradilan negeri), ketua PT (peradilan tinggi), ketua
MA (Mahkamah Agung), serta Panitera di lingkup peradilan;
l) Dan sekretariat, baik pada lembaga tertinggi negara (MPR), dan
semua lembaga tinggi negaraa dan juga Sekretariat di DPRD.
D. Tinjauan Partai Politik
1. Pengertian Partai Politik
Dalam suatu negara demokrasi peran partai politik sangatlah
penting. Proses untuk menjalankan pemerintahan negara didasarkan oleh
kehendak dan atas kemauan rakyat. Sehingga partai politik sebagai salah
satu bentuk wujud dari kebebsan berserikat dan merupakan syarat dari
penerapan sistem demokrasi. Oleh karean itu lahirnya kebebasan berserikat
biasnaya lahir dari kemauan atas dasar manusia dalam bermasyarakat atau
juga wujud berorganisasi secara formal maupun informal. Kebiasaan
43
tersebut merupakan suatu hal keniscayaaan. Kebiasaan lainnya ialah
memiliki prinsip bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan di kehidupan
dan demi berbagai kepentingan sama, baik dari individu ataupun untuk
mencapai dari tujuan yang didasarkan oleh persamaan pikiran serta
persamaan hati nurani.68
Bahkan Miriam Budiarjo mengemukakan partai politik ialah
sekelompok yang betrgerak secara terorganisir di mana anggota-anggotanya
memiliki suatu orientasi, cita serta nilai sama dengan bersama dalam
emperoleh kekusaan politik dan merebutkan jabatan atau kedudukan politik
dengan cara sebagai mana diatur oleh perundang-undnagan.69 Lahirnya
partai pilitik muncul pada tahun 1830-an, munculnya tersebut akibat
terbentuknuya suatu demokrasai modern, dalam penyebutannya ialah
demokrasi perwakilan. Peningkatkan dari partisipasi politik di masyarakat
dalam kehidupan bernegara dipengaruh oleh berkembangnya demokrasi
tersebut. Partai politik juga berperan sebagai sarana kelembagaan terpenting
yang dalam suatau negara, hal ini untuk mengorganisasi perluasan peran
serta politik dimasyarakat.70
adapun pengertian dari partai politik berdasarkan Undang-Undang
Nomer 2 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
partai Politik menyatakan adalah organisasi yang bersifat nasional dan
68 AliaSafa’ataMuchamad. 2011. PembubaranaPartai Politik: Pengaturanadan Praktik
Pembubaran Partai Politik dalamaPergulatanaRepublik.. Rajawali Pers. hlm. 4-5. 69 RamlanaSurbakti. 1999. MemahamiaIlmu Politik. Jakarta. PTaGramediaaWidiasarana
Indonesia. hlm. 44. 70 HuntingtonaSamuel P. 2003 TertibaPolitik di TengahaPergeseran KepentinganaMassa.
Jakarta. RajaGrafindoapersada. hlm. 472.
44
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas
dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila Undang-Undang dasar Negaraa Republik Indonesia Tahun
1945.71 Partai dapat dipahami dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti
luas, partai adalah penggolongan masyarakat dalam organisasi secara umum
yang tidak terbatas pada organisasi politik. Sedangkan dalam arti sempit,
partai adalah partai politik, yaitu organisasi masyarakat yang bergerak
bidang politik.72 Dengan demikian, partai politik merupakan prantara yang
besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan
lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi.
Menurut Ware mendefinisikan partai politik sebagai lembaga yang
menghantarkan rakyat pada tujuan kekuasaan dalam sebuah negara.73 Ware
mengemukakan karakteristik partai politik sebagai berikut. Pertama, tujuan
partai politik adalah mengahantarkan negara pada tujuan akhirnya untuk
kesejahtraan rakyat dari pada sekedar merebut kekuasaan. Kedua, partai
politik dapat dijadikan sebagai sebuah strategi untuk meraih tujuan utama
meraih ke kuasaan dari sebuah rezim untuk membentuk suatu pemerintah.
Ketiga, ada sekelompok organisasi politik yang mengklaim diri mereka
71 Lihat pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik 72 Ali Safa’at Muchamad. Op.cit. hlm 31. 73 Alan Ware. 1996. Political Parties and Party Systems. Oxford University Press. hlm. 2-
3.
45
sebagai partai politik dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan partai politik
seperti terlibat dalam pemilu. Tetapi mereka tidak menjadi kontestan resmi
dalam pemilu. Tujuan organisasi politik ini hanya sekedar menjadi
menggembira dalam aktivitas-aktivitas politik. Diluar tiga karakteristik
tersebut, partai politik selalu berusaha mencari legitimasi dalam bentuk
apapun untuk memperoleh tujuan akhir mereka. Dalam makna yang lain,
ware mendeskripsikan partai politik sebagai bentuk pengelompokan
masyarakat berdasarkan kesamaan keyakinan, sikap, dan nilai-nilaiyang di
anut.74
2. Peran dan Fungsi Partai Politik
Terkait hal terbsebut Gaffar dan Amal mengemukakan dan
memberikan pendapat terkait peranan partai politik, diantaranya ialah: a)
berperan sebagai pengetahuan di Pendidikan politik; b) digunakan untuk
calon pemimpin bangsa dalam pemenuhan mengisi berbagai jabatan-jabatan
dalam bernegara; c) berguna untuk mewakili kepentingan masyarakat
melalui lembaga partai politik tersebut; dan d) berguna sebagai jalan
hubung antara pengusaha dan juga masyarakat. 75
Sedangkan menurut Abdul Muktie Fadjar, suatu negara demokrasi
yang modern, fungsi dari partai politik umumnya ialah:
74 Ibid. hlm. 7. 75 Dalam Abdul Mukthie Fadjar. 2012. Partai Politik dalam Perkembangan
Ketatanegaraan Indonesia. Malang. Setara Press. hlm. 18.
46
a) Berfungsi sebagai alat komunikasi politik, seperti halnya
merumuskan kepentingan (interest arriculation), menggabungkan
dan suatu menyalurkan kepentingan (interest agrgretion) dari
masyarakat dalam menyaipaikan, dan diperjuangkan serta
disampaikan ke pemerintahan, namun di pihak lain dapat juga
memiliki fungsi untuk menjelaskan dan menyebar kebijakan
pemerintah ke masyarakat;
b) Berfungsi sebagai alat sosialisasi politik, merupakan suatu perolehan
seseorang terhadap pandangan, orientasi, serta nilai yang ada di
masyarakat. Perolehan dari penyerapan nilai-nilai dan serta norma
yang ada dimasyarakat akan tersalurkan dan dapat diwariskan antar
generasi ke generasi selanjutnya. Hal tersebut diperoleh melalui
kegiatan yang dilakukan seperti halnya kursus Pendidikan politik,
penanaman nilai ideologis serta tindakan loyalitas terhadap negara
dan juga partainya;
c) Berfungsi sebagai alat untuk rekrutmen politik, dimana melalui
proses dari partai ketika pencarian anggota baru maupun dalam
mengajak seseorang yang memiliki bakat untuk ikut serta dalam
suatau partai politik, keikutsertaannya dapat menjadikan adanya
penerus pada partainya, juga sekalian sebagai proses dalam hal
penyeleksian dari calon-calon yang kan menjadi pimpinan partai
ataupun pimpinan dari bangsa.
47
d) Berfungsi sebagai alat pengatur konflik, dimana didalam negara
yang demokratis, masyarakat yang terbuka serta plural, maupun
dengan adanya perbedaan dan persaingan dalam pendapat sering
terjadi dan hal itu merupakan suatu hal yang wajar, tapi akan dapat
menimbulkan adanya konflik sosial. Sehingga oleh hal tersebut,
terkait konflik haruslah bisa diatasi dan tidak menjadikan berlarut-
larut berdampak pada goyahnya dan berbahaya bagi eksistensi
bangsanya. Penekanna tersebut dapat dilakukan dan dikendalikan
oleh peranan atau bantuan dari partai politik.
Sedangkan Miriam budiharjo,76 melihat peran partai politik
setidaknya ada empat macam peran, pertama sebagai sarana
komunikasi politik artinya partai politik sebagai sarana agregasi
kepentingan dan sarana permusuan kepentingan. Kedua, sebagai sarana
sosialisasi politik, yaitu sarana bagi proses yang melaluinya seseorang
memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik dan untuk
menciptakan citra bahwa dia memperjuangkan kepentingan umum.
Ketiga, partai politik sebagai sarana rekrutmen politik, fungsia ini
berhubungan dengan perkaderan dan rekrutmen anggota legislatif
maupun eksekutif, partai politik harus benar-benar mencari sosok yang
profesional dan orang-orang yang punya integritas. Keempat, sebagai
sarana pengatur konflik, karena masyarakat politik adalah masyarakat
76 Dalam Jimly Ashiddiqie. Op.cit. hlm. 163.
48
yang hitrogen, yang tentunya selalu berbedayang kemungkinan
berpotensi konflik.77
Fungsi partai politik berdasarkan undang-undang partai politik di
Indonesia yaitu, Undang – Undang No 2 Tahun 2008 jo Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik Pasal 11 ayat 1
menyatakan bahwa partai politik adalah sebagai sarana:
a. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar
menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
b. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat
persatuan dan kesatuan bangsa untuk mensejahterakan
masyarakat.
c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik
masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan negara.
d. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
e. Rekrutmen politik dalam proses pengisisan jabatan politik
melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan
kesetaraan dan keadilan gender.
77 Miriam Budiardjo. Op.cit. hlm. 405-409.
49
Secara lebih rinci Mirian Budiharjo menyebutkan beberapa
fungsi dari partai politik, yaitu:78
1. Sarana komunikasi politik;
2. Sarana sosialisasi politik;
3. Rekrutmen politik;
4. Pengatur konflik.
Sedangkan dengan Bahasa yanga agak berbeda Almond dan Powell
menyebutkan ada tiga fungsi parti politik, yaitu:79
1. Rekrutmen politik;
2. Sosialisasi politik;
3. Artikulasi dan agresi kepentingan.
Dengan melekatnya beberapa fungsi dalam partai politik diatas,
partai politik menjadi salah satu aktor penting bagi tegaknya negara
demokrasi. Halini dikarenakan partai politik menjadi sarana mobilitas
aspirasi masyarakat dan pemerintah. Selain itu, partai politik menjadi
sarana informasi dalam memberikan penjelasan mengenai keputusan
keputusan politik yang diambil pemerintah.
Secara ringkas partai politik dapat dikatakan sebagai
penghubung antara warga negara dengan pemerintahnya. Selain itu
partai juga melakukan fungsi-fungsi seperti komunikasi politik,
78 Dalam Muhadam Labolo dan Teguh Ilham. 2015. Partai Politik dan Sistem Pemilihan
Umum di Indonesia. Jakarta. Rajawali Pers. hlm. 16. 79 Ibid.
50
sosialisasi politik, rekruitmen politik, pengaturan Konflik politik,
pendidikan politik, pemersatu kebangsaan untuk mensejahterakan
masyarakat, dan partisipasi politik. Pelaksanaan fungsi-fungsi ini dapat
dijadikan instrumen untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan
partai politik dalam menjalankan tugasnya.
3. Tujuan Partai Politik
Partai politik tentu saja memiliki tujuan, di Indonesia tujuna partai
politik telah diatur di undang-undang partai politik. menurut Abdul Mukthie
Fadjar tujuan partai politik dapat dilihat pada pasal 10 Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, menyebutkan bahwa80 Tujuan
parpol (pasal 10) yang dibagi dalam tujuan umum dan tujuan khusus yang
harus diwujudkan secara konstitusional, yakni tujuan: 1) mewujudkan cita-
cita nasional sebagaimana dimaksud pembukaan UUD 1945; 2) menjaga
dan memelihara keutuhan NKRI (hal baru); 3) mengembangkan kehidupan
demokrasi berdasarkan Pancasila dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat
dalam NKRI; dan 4) mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia; sedangkan tujuan khususnya ialah: 1) meningkatkan pastisiapsi
politik anggota dan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan kehidupan
politik dan pemerintahan; 2) memeprjuankan cita-ciata Parpol dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan bernegara; dan 3) membanun
80 Abdul Mukthie Fadjar. 2012. Partai Politik dalam Perkembangan Ketatanegaraan
Indonesia. Malang. Setara Press. hlm. 49.
51
etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
4. Proses Pengisian Anggota dalam Partai Politik
Menurut Asep Nurjaman,81 suatu partai politik akan berusaha untuk
mencapai suara pemilih tertinggi dengan cara merekrut tokoh-tokoh
masyarakat yang dianggap memiliki massa, diantaranya ialah tokoh agama,
tokoh partai, tokoh masyarakat, dan juga figur-figur terpopuler seperti
akademisi, artis, dan olahragawan. Upaya memasukkan figur tersebut tentu
saja nanti akan mempengaruhi partai yang merekrut. Seperti halnya lebih
dikenal dan bertambah pada kengotaan partai itu sendiri.
Proses pengisian anggota di Parpol telah diatur oleh undang-undang
Parpol. Menurut Abdul Mukthie Fadjar ialah:82
a. syarat dan sifat keanggotaan parpol (pasal 14): WNI telah berusia 17
tahun atau sudah/pernah kawin, bersifat sukarela, terbuka, dan tidak
diskriminatif bagi WNI yang menyetujui AD dan ART;
b. kedaulatan anggota (pasal 15): kedaulatan parpol berada di tangan
anggota yang dilaksanakan sesuai AD/ART. Anggota punya hak
mennetukan kebijakan dan hak memilih dan dipilih, dan wajib
mematuhi dan melaksnakan AD/ART serta berpartisipasi dalam
kegiatan parpol;
81 Asep Nurjaman. 2018. Sistem Kepartaian Indonesia. Malang. UMM Press. hlm. 162. 82 Abdul Mukthie Fadjar. 2012. Partai Politik dalam Perkembangan Ketatanegaraan
Indonesia. Malang. Setara Press. hlm. 52-53.
52
c. pemilihan dan pergantian pengurus: kepengurusan dipilih secara
demokratis melalui musyawarah sesuai ketentuan AD dan ART (pasal
22), demikian juga tata cara penggantian yang untuk tingkat pusat
harus didaftarkan di departemen paling lambat 30 hari sejak terjadinya
pergantian dalam mana susunan kepengurusan baru parpol ditetapkan
dengan keputusan menteri dengan 7 hari sejak diterimanya pendaftaran
(pasal 23).
5. Asas-asas dalam Kepartai di Indonesia
Mendirikan dan menjalankan partai tentu harus menerapkan asas-
asas yang ada. Ditinjau dari pasal 9 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai politik, asas-asas parpol di Indonesia ialah:
m) Asas Parpol tak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945;
n) Parpol dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak
dan cita-cita parpol, asal tidak bertentangan dengan dan merupakan
penjabaran dari Pancasila dan UUD 1945 (hal yang terlahir ini
merupakan hal baru dan nampaknya adalah kompromi dari yang pro dan
kontra asas tunggal Pancasila).