bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Asma
a. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversibel dimana trakhea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan
jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (1)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan)
kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik
berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat
reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.(13)
b. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma ada dua yaitu ekstrinsik (alergik) dan intrinsik
(non alergik) (2):
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik. Sedangkan asma ekstrinsik dibagi menjadi dua yaitu: (2)
a) Asma ekstrinsik atopik yang sifatnya sebagai berikut:
(1) Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik
dan dapat diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1
9
(2) Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal
kehidupan, 85% kasus timbul sebelum usia 30 tahun
(3) Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada
masa puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda
(4) Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat
ringannya gejala yang timbul. Jika serangan pertama pada
usia muda disertai dengan gejala yang lebih berat, maka
prognosis menjadi jelek
b) Asma ekstrinsik non atopik yang memiliki sifat-sifat antara lain (4):
(1) Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam-
macam alergen yang spesifik
(2) Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda
terhadap alergi yang tersensitasi dapat menjadi positif.
(3) Dalam serum didapatkan Ig-E dan Ig-G yang spesifik
(4) Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau
di kemudian hari
b. Intrinsik (non alergik)
Intrinsik atau idiopatik, ditandai dengan adanya reaksi non alergik
yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernapasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
Pada beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. Sedangkan
sifat dari asma intrinsik adalah (14):
a) Alergen pencetus sukar ditentukan
b) Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit
memberi hasil negatif
10
c) Merupakan kelompok yang heterogen, respons untuk terjadi
asma dicetuskan oleh penyebab dan melalui mekanisme yang
berbeda-beda
d) Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di
atas 30 tahun dan disebut juga late onset asma
e) Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan
seringkali menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa
disertai kortikosteroid
c. Etiologi
Etiologi asma dibagi menjadi dua yaitu (1):
a. Keturunan
Karena penyakit ini merupakan penyakit turunan, maka penyakit
ini dapat juga menyerang anak-anak. Gejala awalnya berupa rasa
gatal di dada atau di leher. Batuk kering pada malam hari atau
ketika melakukan olahraga. Pada riwayat penyakit akan dijumpai
keluhan batuk, sesak, mengi, atau rasa berat di dada. Tapi
terkadang pasien hanya mengeluh batuk-batuk yang umumnya
timbul pada pasien maupun keluarganya, seperti rhinitis alergi dan
dermatitis atopik, dapat membantu diagnosis asma. (15)
b. Lingkungan
Faktor medik lingkungan inilah yang menyebabkan sebuah
respon tubuh yang namanya alergi. Alergi adalah reaksi tubuh yang
negatif disebabkan benda asing yang masuk ke dalam sistem tubuh
kita. Secara medis alergi akan memperkecil diameter dari saluran
udara (bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan
penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.(13)
Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti
histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya kontraksi
otot polos peningkatan pembentukan lendir perpindahan sel darah
putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut
sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda
11
asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di
dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada
beberapa orang tanpa alergi tertentu. Alergi dapat menyerang
semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Disamping itu
banyak permasalahan kesehatan lain yang menyertai berupa
gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permasalahan
kesehatan lainnya.(16)
d. Patofisiologi
Patofisiologi asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot
polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi dengan antigen spesifikasinya. (7)
Antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E
orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat dengan faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.(14)
Diameter bronkiolus berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus
12
sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan
inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru.(17)
e. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala asma adalah sebagai berikut (15):
a. Tanda-tanda asma
a) Perubahan dalam pola pernafasan
b) Bersin-bersin
c) Perubahan suasana hati (moodiness)
d) Batuk
e) Gatal-gatal pada tenggorokan
f) Lingkaran hitam di bawah mata
g) Susah tidur
h) Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga
i) Kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan peak
flow meter
b. Gejala asma
Gejala-gejala asma memberi indikasi bahwa suatu serangan
asma sedang terjadi. Contoh gejala asma seperti (2):
a) Napas berat yang berbunyi “ngik-ngik”
b) Batuk-batuk
c) Napas pendek tersengal-sengal
d) Sesak dada
e) Angka performa penggunaan Peak Flow Meter menunjukkan
rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara
50% sampai 80% dari penunjuk performa terbaik individu)
13
Gejala-gejala asma yang berat adalah keadaan gawat
darurat yang mengancam jiwa. Gejala-gejala tersebut
mengindikasikan suatu tekanan yang sangat berat pada sistem
pernafasan penderita, contoh-contoh gejala asma yang berat antara
lain (14):
a) Serangan batuk yang hebat, napas berat “ngik-ngik”, tersengal-
sengal, sesak dada
b) Susah berbicara dan berkonsentrasi
c) Jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal
d) Napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding
biasanya
e) Pundak membungkuk
f) Lubang hidung mengembang dengan setiap tarikan nafas
g) Daerah leher dan diantara atau di bawah tulang rusuk melesak
ke dalam, bersama tarikan napas
h) Bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari
daerah sekitar mulut (sianosis)
i) Angka performa penggunaan Peak Flow Meter dalam wilayah
berbahaya (biasanya dibawah 50% dari performa terbaik
individu)
f. Pencetus Asma
Trigger (pemicu) yang berbeda akan menyebabkan eksaserbasi
asma oleh karena inflamasi saluran nafas atau brokhospasme akut atau
keduanya. Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat
bervariasi antara satu individu dengan individu yang lain dari satu
waktu ke waktu yang lain. Beberapa hal yang di antaranya adalah
allergen, polusi udara, infeksi saluran nafas, kecapaian, perubahan
cuaca. Makanan, obat atau ekspresi emosi yang berlebihan.(18)
Pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk
stimulus sehari-hari antara lain: (13)
14
(1) Perubahan Cuaca dan Suhu Udara
Penderita asma tentu saja tidak bisa menghindari perubahan cuaca,
kecuali jika ia mau pindah tinggal di kota atau wilayah atau negara
lain. Yang sangat berpengaruh bagi kebanyakan penderita asma
adalah perubahan cuaca atau suhu udara yang menjadi dingin
secara mendadak, termasuk ruangan ber-AC yang disetel sangat
dingin. Untuk mencegah saluran nafas menyempit akibat bernafas
dalam udara yang dingin dan kering, kenakan scarf atau syal yang
menutupi bagian hidung dan mulut, agar udara yang dihirup
menjadi hangat dan dilembabkan.(2)
(2) Polusi Udara
Polusi udara adalah pemicu asma yang patut sangat diperhatikan
penderitanya. Polusi ini bisa berada di sekitar tempat kerja atau
tempat kediamannya. Waspadailah polusi udara yang berasal dari
asap pabrik, bengkel, pembakaran sisa atau sampah industri.
Demikian pula gas buang yang berasal dari mobil maupun
motor.(13)
(3) Asap Rokok
Asap adalah alergen yang kuat. Asap tangan kedua telah terbukti
sangat memicu timbulnya gejala-gejala asma. Efek dari sebatang
rokok bertahan di dalam rumah hingga tujuh hari. Untuk itu
sangatlah penting menjaga lingkungan yang bebas asap rokok di
rumah.(14)
(4) Infeksi Saluran Pernafasan
Kadang-kadang infeksi bisa menjadi pencetus asma. Infeksi sinus
adalah salah satu penyebab asma yang sulit dideteksi. Sebaliknya,
di masa lalu asma sering salah didiagnosa sebagai bronkitis, dan
diobati dengan antibiotik, yang dalam banyak kasus tidak
membawa hasil apa-apa.(18)
15
(5) Stress
Setiap orang mengalami stres pada situasi dan waktu tertentu
dalam kehidupan sehari-hari, tapi bagi penderita asma, stres dan
kecemasan bisa menjadi pemicu bagi datangnya serangan. Stres
juga menurunkan kemampuan sistem imunitas tubuh untuk
melawan bakteri patogen. Sehingga penderita asma yang
mengalami stres berpeluang besar jatuh sakit. (13)
g. Penatalaksanaan
Penanganan asma dibagi dua yaitu dengan obat-obatan atau
farmakologi dan terapi olahraga secara teratur atau non-farmakologi.(2)
a. Obat-obatan atau Farmakologi
1) Agonis Reseptor Beta-beta Adrenergik
Agonis merupakan obat terbaik untuk mengurangi
serangan penyakit asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk
mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga.
Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh
reseptor beta-adrenergik. Bronkodilator yang bekerja pada
semua reseptor beta 2 adrenergik misalnya adrenalin.
Penggunaan obat ini menyebabkan efek samping berupa denyut
jantung yang cepat gelisah, sakit kepala dan gemetar otot.(15)
Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta-
beta adrenergik, yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di
paru-paru. Yang hanya memiliki sedikit efek samping terhadap
organ lannya. Bronkodilator ini misalnya albuterol,
menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan
bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-beta
adrenergik.(1)
2) Theophylline
Theophyline biasanya diberikan per oral dan tersedia
dalam berbagai bentuk. Pada serangan asma yang berat, bisa
diberikan secara intravena melalui pembuluh darah. Jumlah
16
theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan
harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit
tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu
banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau
kejang.(13)
3) Corticosteroid
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan
sangat efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika
digunakan dalam jangka waktu panjang, secara bertahap
kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya
kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma dengan
mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah
serangan. (2)
4) Cromolin dan Nedrocomil
Kedua obat ini, cromolin dan nedrocomil diduga menghalangi
pelepasan bahan peradangan dari sel mast. Dan juga
menyebakan berkurangnya kemungkinan perkerutan saluran
udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan,
bukan untuk mengobati serangan.(1)
5) Obat Antikolinergik
Obat antikolinergik ini bekerja dengan menghalangi kontraksi
otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam
bronkus oleh asetikolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan
menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang
sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-
adrenergik.(18)
6) Pengubah Leokotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan
penyakit asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
leukotrien.(6)
17
b. Terapi olahraga atau non farmakologi.
1) Senam Asma (Gymnastik Respirasi)
Senam asma sesuai dengan namanya merupakan terapi
terhadap penyakit asma. Yang dalam gerakannya
menggabungkan berbagai gerakan senam pernafasan dari
seluruh belahan dunia. Senam ini mempunyai gerakan yang
variatif dan berkembang sesuai dengan daerahnya. Program
terapi latihan atau fisioterapi yang umum dilakukan dalam
gerakan senam asma ini adalah latihan pernafasan. (16) Latihan
pernafasan (breathing exercise) berbeda dengan gymnastik
respirasi, meskipun di dalamnya juga terdapat latihan-latihan
yang bertujuan memperbaiki kelenturan rongga dada serta
diafragma. Tujuan utama pada penderita asma adalah untuk
melakukan pernafasan yang benar.(2)
Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pernafasan
perlu dilakukan latihan otot pernafasan. Latihan otot ini
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.
Latihan otot yang dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan
otot pada pasien asma adalah senam asma. Senam yang teratur
akan mengurangi penumpukan asam laktat dalam darah sebagai
efek metabolisme anaerob dan mengurangi kebutuhan ventilasi
selama senam. Dengan senam pun dapat mengurangi gejala
dyspnoe dan kelelahan selama senam.(6)
Otot-otot pernafasan menyebabkan ventilasi paru,
dengan mengempiskan dan mengembangkan paru secara
berganti-ganti, yang kemudian menyebabkan peningkatan dan
penurunan tekanan alveolus. Orang yang melakukan latihan
berhubungan dengan kekuatan otot-otot pernafasan, fungsi
ventilasi parunya akan lebih tinggi dibandingkan orang yang
tidak melakukan latihan. Hal ini disebabkan dengan
peningkatan otot-otot pernafasan maka pengembangan paru
18
akan meningkat.(7) Contoh latihan yang dapat meningkatkan
fungsi ventilasi paru adalah: senam, aerobic, renang, jogging,
breathing retraining dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2007), hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa nilai rata-rata fungsi ventilasi paru
kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Selain itu kekuatan otot dapat meningkat
setelah melakukan latihan otot. Hal tersebut dibuktikan pada
penelitian yang dilakukan oleh Schmidt (2011) yang
melakukan latihan otot pernafasan inspirasi selama 6 minggu
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian
menyatakan ada perbedaan yang bermakna dimana pada pasien
yang dilakukan intervensi terdapat peningkatan kekuatan otot
pernafasan.(15)
2) Yoga
Yoga adalah sebuah aktivitas di mana seseorang
memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya
dan tubuhnya secara keseluruhan. Atau mengendalikan,
mengatur, dan berkonsentrasi, yang berfungsi menyelaraskan
tubuh, jiwa dan pikiran kita. Selain itu, yoga dapat melancarkan
aluran oksigen di dalam tubuh. (13)
Manfaat berlatih yoga adalahh meningkatkan fungsi
kerja kelenjar endokrin di dalam tubuh, meningkatkan sirkulasi
darah ke seluruh sel tubuh dan otak, serta membentuk postur
tubuh yang lebih tegap. Keuntungan dari latihan yoga sendiri
ada banyak yang antara lainnya mengatasi gangguan kesehatan.
Termasuk gangguan penyakit asma. Latihan senam yoga yang
dilakukan secara teraturr juga dapat menurunkan risiko
terserang stroke karena dapat meningkatkan sirkulasi dan
merangsang suplai darah ke seluruh tubuh terutama ke otak. (16)
19
3) Berenang dan Olah Raga Air
Berenang atau sekadar bersantai di tepi kolam renang
merupakah salah sattu pilihan yang bisa dilakukan karena olah
raga air bermanfaat besar bagi kesehatan. Renang juga
bermanfaat sebagai terapi untuk penderita asma. Renang
membantu menguatkan otot-otot organ pernafasan, sehingga
gejala asma bisa berkurang. Bila terkena asma berlatihlah
renang secara rutin. Olah raga yang membutuhkan keteraturan
nafas, hal ini dinilai para dokter masih menjadi salah satu terapi
yang mujarab. Saat berenang, air menyeimbangkan suhu dalam
tubuh dan lingkungan luar.(18)
4) Lari (Jogging)
Jogging atau juga olah raga lari dapat memberri
kesenangan secara fisik maupun mental. Apabila joggingg
dilakukan dengan benar akan mendatangkan manfaat baik, juga
mendapat manfaat dengan merasakan nyaman di otot selama
jogging dan setelahnya. Jogging merupakan terapi termurah
untuk penyakit asma. Jogging yang disarankan untuk penderita
asma adalah di pagi hari saat matahari terbit baru muncul. Dan
carilah tempat-tempat yang berhawa bersih, atau belum banyak
terkena polusi. Lakukan hal tersebut secara teratur minimal 2
kali satu minggu.(7)
5) Bekam (Hijamah)
Sebagai metode pengobatan, bekam merupakan pilihan yang
paling tepat ketika dunia kedokteran tidak bisa mengatasinya.
Yang lebih penting adalah menghilangkan 72 macam penyakit
yang dapat disembuhkan dengan jalan berbekam, seperti asma,
asam urat, darah tinggi, jantung, kolesterol, masuk angin,
migrain, sakit mata, stroke, sakit gigi, vertigo, sinusitis,
jerawat, sembelit, wasir, impotensi, kencing manis, liver,
ginjal, pengapuran dan lain-lainnya.(2)
20
2. Kapasitas Paru
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru
dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu (1):
a. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan
inspirasi. Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang
dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan
mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.
b. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi
+ volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara
yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal.
c. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume
tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan
merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru,
setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian
mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
d. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu.
Besarnya ± 5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa.
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita 20 – 25% lebih
kecil daripada pria, dan lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh
besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.(6)
a. Kapasitas Vital Paru (KVP)
1) Pengertian KVP
Kapasitas Vital Paru (KVP) merupakan jumlah udara
maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya
sebanyak-banyaknya. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk
pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut
bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan
karbondioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan
21
metabolisme seseorang, tapi pernapasan harus tetap dapat
memelihara kandungan oksigen dan karbondioksida tersebut.(6)
2) Ventilasi Paru
Ventilasi merupakan suatu proses pemindahan udara
inspirasi ke dalam alveolar. Ventilasi paru tersebut dipengaruhi
oleh volume paru, resistensi terhadap aliran yang terjadi di dalam
saluran nafas, sifat elastik atau daya kembang paru dan dinding
dada. Pada saat beraktivitas, ventilasi meningkat pula sesuai
dengan beratnya aktivitas tersebut.(2)
Volume paru normal sangat dipengaruhi oleh ukuran sistem
pernapasan dan usia. Volume paru pria juga lebih besar daripada
wanita. Pada saat gerak badan, ambilan oksigen dapat mencapai 4
– 6 liter per menit dan volume udara inspirasi per menit dapat
meningkat sampai dua puluh kali lipat. Keadaan ini dicapai dengan
peningkatan volume tidal dan frekuensi pernapasan.(17)
3) Mekanisme dasar pengembangan dan pengempisan paru
Paru-paru, baik pada saat ekspirasi maupun inspirasi, dapat
dikembangkan dan dikonstraksikan dengan dua cara, yaitu dengan
gerakan turun dan naik dari diafragma untuk memperbesar atau
memperkecil diafragma dan depresi dan elevasi costa untuk
meningkatkan dan menurunkan diameter anteroposterior dari
rongga dada.(6)
Pernapasan normal dan tenang biasanya hanya memakai
gerakan dari diafragma. Selama inspirasi, kontraksi dari diafragma
akan menarik permukaan bawah paru ke bawah. Kemudian selama
ekspirasi, diafragma akan berelaksasi dan sifat elastis daya lenting
paru, dinding dada dan perut akan menekan paru-paru. Selama
bernapas hebat, bagaimanapun tenaga elastik tidak cukup untuk
menyebabkan ekspirasi cepat yang diperlukan, sehingga perlu
kontraksi otot perut, yang mendorong isi perut ke atas mendorong
dasar dari diafragma.(13)
22
Mekanisme kedua untuk mengembangkan paru adalah
dengan mengangkat rangka iga. Pengembangan paru ini karena
pada posisi istirahat, iga miring ke bawah ke arah kolumna
spinalis. Tetapi bila rangka iga dielevasikan, tulang iga dan
sternum secara langsung maju menjauhi spinal, membentuk jarak
anteroposterior dada ± 20% lebih besar selama inspirasi maksimal
daripada ekspirasi. Oleh karena itu otot-otot yang meninggikan iga
dapat diklasifikasikan sebagai otot inspirasi dan otot yang
menurunkan iga sebagai otot ekspirasi. Otot yang paling penting
untuk mengangkat iga adalah M. Intercostalis eksterna.(18)
4) Uji Fungsi Paru
Uji fungsi paru terbagi atas dua kategori, yaitu uji yang
berhubungan dengan ventilasi paru dan dinding dada, serta uji yang
berhubungan dengan pertukaran gas. Uji fungsi ventilasi termasuk
pengukuran volume paru-paru dalam keadaan statis atau dinamis.
Uji fungsi paru ini dapat memberikan informasi yang berharga
mengenai keadaan paru, walaupun tidak ada uji fungsi paru yang
dapat mengukur semua kemungkinan yang ada. Metode sederhana
untuk meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan
udara yang masuk dan keluar dari paru, dengan proses yang
dinamakan spirometri, dengan menggunakan spirometer. Dari
spirometri didapatkan dua istilah yaitu volume dan kapasitas paru. (6)
5) Spirometer
a) Pengertian Spirometer
Spirometri adalah satu metode sederhana yang dapat
digunakan untuk mempelajari ventilasi paru, yaitu dengan
mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru.
Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur secara obyektif kapasitas/ fungsi paru (ventilasi)
pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan
23
disebut spirometer. Spirometer terdiri dari sebuah drum yang
dibalikkan di atas bak air dan diimbangi oleh suatu beban. Di
dalam drum terdapat gas untuk bernafas, biasanya udara atau
oksigen terdapat sebuah pipa yang menghubungkan mulut
dengan ruang gas. Bila seseorang bernafas melalui pipa
tersebut, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang
sesuai gulungan kertas yang berputar.(16)
Pemantauan kesehatan paru ada beberapa cara antara
lain untuk mengetahui fungsi paru dengan pemeriksaan
spirometri yang menggunakan alat spirometer. Spirometri
adalah pemeriksaan fungsi paru yang berguna untuk
membedakan antara penyakit paru restriktif dan untuk
menentukan tingkat (ringan, sedang, atau berat), dari kelainan
paru obstruktif atau restriktif. Kelainan fungsi paru yang terjadi
dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fungsi paru.
Fungsi paru dapat diukur dengan menggunakan spirometri.
Yang dimaksud dengan spirometri adalah suatu teknik
pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/ faal paru, di mana
pasien diminta untuk meniup sekuat-kuatnya melalui suatu alat
yang dihubungkan dengan mesin spirometer yang secara
otomatis akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume
udara yang dikeluarkan, sehingga dengan demikian dapat
diketahui kondisi faal paru pasien.(18)
b) Persiapan
Alat harus dikalibrasi untuk volume dan arus minimal 1 kali
seminggu. Penyimpangan tidak boleh melebihi 11/2% dari
kalibrator.
c) Penderita
Harus mengerti tujuan dan cara pemeriksaan, maka operator
harus memberikan petunjuk yang tepat dan benar serta contoh
cara melakukan pemeriksaan:
24
(1) Bebas dari rokok minimal 2 jam sebelum pemeriksaan
(2) Tidak boleh makan terlalu kenyang sebelum pemeriksaan
(3) Berpakaian tidak ketat
d) Indikasi pemeriksaan
(1) Setiap penderita dengan keluhan sesak nafas tanpa
memandang penyebabnya
(2) Penderita asma dalam keadaan stabil untuk mendapatkan
nilai dasar
(3) Penderita Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dalam keadaan
stabil untuk mendapatkan nilai dasar PPOK dan penyakit
obstruksi lainnya
(4) Penderita asma dan perjalanan penyakitnya minimal 1x
dalam 1 tahun untuk melihat progresiviti penyakit, untuk
penderita PPOK tiap 6 bulan
(5) Penderita asma dan PPOK setelah pemberian bronkodilator
untuk melihat efek pengobatan
(6) Penderita yang akan menjalani tindakan bedah dengan
anestesi umum
(7) Penderita yang akan menjalani tindakan bedah torakotomi
(8) Pemeriksaan berkala pada orang-orang yang merokok
minimal satu kali setahun.
e) Nilai yang dapat diterima
Pemeriksaan yang dapat diterima adalah yang memenuhi ketiga
ketentuan berikut, yaitu:
(1) Uji dilakukan sampai selesai
(2) Waktu ekspirasi minimal 3 detik
(3) Permulaan uji harus cukup baik
(4) Grafik Flow Volume mempunyai puncak grafik
f) Tujuan spirometer
(1) Mengukur volume paru secara statis dan dinamik
(2) Menilai perubahan atau gangguan pada faal paru
25
Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan
perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang
dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC).
Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik
nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan
selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai
normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan
jenis kelamin. Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien
dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia
berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak
sesuai dengan standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian
nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara
yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap
angka prediksi.(2)
Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital
capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV,
pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece
sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam
dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta
menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan
ke mulut dan dihembuskan secara maksimal. Pengukuran
fungsi paru yang dilaporkan.(16):
g) Interpretasi Pemeriksaan Spirometri
Interpretasi dari hasil spirometri biasanya langsung
dapat dibaca dari print out setelah hasil yang didapat
dibandingkan dengan nilai prediksi sesuai dengan tinggi badan,
umur, berat badan, jenis kelamin, dan ras yang datanya telah
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam spirometer sebelum
pemeriksaan dimulai.(2)
26
Tabel 2.1 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru Restriktif
FVC / nilai prediksi (%) Penggolongan Obstruktif
FEV1/ FVC (%) ≥ 80 Normal ≥ 75
60 – 79 Ringan 60 – 74 30 – 59 Sedang 30 – 59
< 30 Berat < 30 Sumber: (6)
Interpretasi hasil pemeriksaan spirometri dapat
dikategorikan sebagai berikut (13):
(1) Restriktif (sindrom pembatasan)
Restriktif (sindrom pembatasan) adalah gangguan
pengembangan paru. Parameter yang dilihat adalah
Kapasitas Vital (VC) dan Kapasitas Vital Paksa (FVC).
Biasanya dikatakan restriktif adalah jika Kapasitas Vital
Paksa (FVC) < 80% nilai prediksi.
(2) Obstruktif (sindrom penyumbatan)
Obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran udara
karena adanya sumbatan atau penyempitan saluran napas.
Sindrom penyumbatan ini terjadi apabila kapasitas ventilasi
menurun akibat menyempitnya saluran udara pernafasan.
Biasanya ditandai dengan terjadi penurunan FEV1 yang
lebih besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio
FEV1/FVC kurang dari 80%.
h) Prosedur Pemeriksaan Spirometer
Langkah-langkah persiapan pemeriksaan spirometri
mencakup antara lain (18):
(1) Persiapan alat yang digunakan termasuk akurasi dan
ketepatan alat spirometer
(2) Persiapan tenaga kerja yang akan diperiksa, baik fisik
maupun mental
(3) Penjelasan-penjelasan mengenai pemeriksaan dan cara-cara
pemeriksaan yang akan dihadapi
27
(4) Latihan tenaga kerja mengenai cara pemeriksaan bagi
tenaga kerja.
Sedangkan menurut Kusuman (2010), sebelum
melakukan pemeriksaan spirometri ada beberapa hal yang
harus disiapkan antara lain (14):
(1) Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan
sebelum pemeriksaan.
(2) Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau
infeksi saluran nafas bagian atas, dan hati-hati pada
penderita asma karena dapat memicu serangan asma.
(3) Masukkan data yang diperlukan, yaitu umur, jenis kelamin,
tinggi badan, berat badan, dan ras untuk mengetahui nilai
prediksi.
(4) Beri petunjuk dan demonstrasikan manuver pada tenaga
kerja, yaitu pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara
lewat hidung dan celah bibir yang mengatup mouth tube.
(5) Dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernafasan biasa,
tiga kali berturut-turut, kemudian langsung menghisap
sekuat dan sebanyak mungkin udara ke dalam paru-paru,
dan kemudian dengan cepat dan sekuat-kuatnya
dihembuskan udara melalui mouth tube.
(6) Manuver dilakukan tiga kali untuk mengetahui Kapasitas
Vital Paru (KVP).
(7) Perhitungan KVP berdasarkan umur (tahun) dan tinggi
badan (cm) (tabel terlampir)
(8) Hasilnya dapat dilihat pada print out.
b. Forced Expiratory Volume in one second (FEV1)
1) Pengertian FEV1
Volume Ekspirasi Paksa dalam satu detik/ Forced
Expiratory Volume in one second (FEV1) adalah volume yang
diekspirasikan pada detik pertama.(7)
28
2) Jenis-jenis FEV
Jenis-jenis FEV antara lain (6):
a) Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat
dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal,
diukur dalam liter.
b) Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah
udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur
dalam liter. Bersama dengan FVC merupakan indikator utama
fungsi paru-paru.
c) FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa
sehat nilainya sekitar 75% - 80%.
d) FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional.
e) Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan
udara keluar dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam
liter/detik.
f) FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran
(kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan
pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF (maximal mid-
expiratory flow)
Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa
hal yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat (7):
a) Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah
b) Batuk
c) Terminasi lebih awal
d) Tertutupnya glottis
e) Ekspirasi yang bervariasi
f) Kebocoran
Setiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali.
Kriteria hasil spirogram yang reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi)
adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi yang dilakukan
29
menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang
dari 5% atau 100 mL).(13)
Infeksi tuberkulosis pada paru akan mengakibatkan
kelainan parenkim paru antara lain fibrosis dan bila mengenai
pleura akan menyebabkan pleuritis. Hal ini akan mengakibatkan
kelainan faal paru yang bersifat restriktif. Kelainan yang terjadi di
bronkus seperti bronkitis atau endobronkitis dan bronkostenosis
akan menimbulkan kelainan obstruktif. Kelainan obstruktif adalah
setiap keadaan hambatan aliran udara karena adanya sumbatan atau
penyempitan saluran napas. Pada kelainan faal paru obstruktif
seperti bronkitis kronik atau emfisema, terjadi penurunan FEV1
yang lebih besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio
FEV1/FVC kurang dari 80%. Pada kelainan restriktif (misal Tb
paru), maka FEV1 dan FVC atau VC mengalami penurunan
dengan perbandingan FEV1/FVC tetap sekitar 80% atau lebih.(6)
3) Prosedur Pemeriksaan Spirometer
Langkah-langkah persiapan pemeriksaan spirometri
mencakup antara lain (18):
a) Persiapan alat yang digunakan termasuk akurasi dan ketepatan
alat spirometer
b) Persiapan tenaga kerja yang akan diperiksa, baik fisik maupun
mental
c) Penjelasan-penjelasan mengenai pemeriksaan dan cara-cara
pemeriksaan yang akan dihadapi
d) Latihan tenaga kerja mengenai cara pemeriksaan bagi tenaga
kerja.
Sedangkan menurut Kusuman (2010), sebelum melakukan
pemeriksaan spirometri ada beberapa hal yang harus disiapkan
antara lain (14):
a) Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum
pemeriksaan.
30
b) Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi
saluran nafas bagian atas, dan hati-hati pada penderita asma
karena dapat memicu serangan asma.
c) Masukkan data yang diperlukan, yaitu umur, jenis kelamin,
tinggi badan, berat badan, dan ras untuk mengetahui nilai
prediksi.
d) Beri petunjuk dan demonstrasikan manuver pada tenaga kerja,
yaitu pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung
dan celah bibir yang mengatup mouth tube.
e) Dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernafasan biasa, tiga
kali berturut-turut, kemudian langsung menghisap sekuat dan
sebanyak mungkin udara ke dalam paru-paru, dan kemudian
dengan cepat dan sekuat-kuatnya dihembuskan udara melalui
mouth tube.
f) Manuver dilakukan tiga kali untuk mengetahui Volume
Ekspirasi Paksa (FEV1).
4) Perhitungan FEV1 berdasarkan umur (tahun) dan tinggi badan
(cm) (tabel terlampir)
a) Hasilnya dapat dilihat pada print out.
3. Senam Asma
a. Pengertian
Senam asma sesuai dengan namanya merupakan terapi
terhadap penyakit asma. Senam ini mempunyai gerakan yang variatif
dan berkembang sesuai dengan daerahnya. Di Indonesia sendiri senam
asma belum begitu populer. Senam ini berkembang mempunyai
tujuan-tujuan untuk menyembuhkan asma dengan cara terapi fisik
yang berkelanjutan. Secara spesifik setiap gerakan ditujukan untuk
beberapa hal. Pertama yaitu untuk memperbaiki kelenturan rongga
dada sehingga dengan lenturnya rongganya dada dapat mengambang
dan mengempis secara optimal, memperbaiki kelenturan dan kekuatan
sekat rongga badan sehingga pernapasan perut optimal (2)
31
Program terapi latihan atau fisioterapi yang umum dilakukan
dalam gerakan senam asma ini adalah latihan pernafasan. Latihan
Pernafasan (Breathing Exercise) berbeda dengan gymnastik respirasi,
meskipun di dalamnya juga terdapat latihan-latihan yang bertujuan
memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma. Tujuan utama
pada penderita asma adalah untuk melakukan pernafasan yang benar,
pada penderita asma latihan pernafasan selain ditujukan untuk
memperbaiki fungsi alat pernafasan jika terasa akan datang serangan,
ataupun sewaktu serangan asma.(13)
b. Manfaat dan Tujuan Senam Asma
Senam asma juga merupakan salah satu penunjang pengobatan
asma karena keberhasilan pengobatan asma tidak hanya ditentukan
oleh obat asma yang dikonsumsi, namun juga faktor gizi dan olah raga
Senam asma bertujuan untuk (7):
1) Melatih cara bernafas yang benar.
2) Melenturkan dan memperkuat otot pernafasan.
3) Melatih ekspektorasi yang efektif.
4) Meningkatkan sirkulasi.
5) Mempercepat asma yang terkontrol.
6) Mempertahankan asma yang terkontrol.
7) Kualitas hidup lebih baik.
Senam asma tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada syarat-
syarat bagi mereka yang akan melakukan senam asma, yaitu tidak
dalam serangan asma, sesak dan batuk, tidak dalam serangan jantung,
dan tidak dalam keadaan stamina menurun akibat flu atau kurang tidur
dan baru sembuh.
c. Gerakan Senam Asma
Beberapa gerakan senam asma antara lain (16):
1) Posisi Doa
Berdiri tegak dengan tangan lurus di samping badan (sikap
sempurna), lalu tundukkan kepala.
32
2) Gerakan Pemanasan (16)
a) Berdiri tegak lalu lakukan jalan ditempat dengan mengangkat
kaki minimum 20 cm dari lantai sambil melenggangkan tangan.
b) Berdiri tegak, lalu lakukan gerakan lari di tempat sambil
mengayunkan lengan dengan posisi kedua siku menekuk.
c) Berdiri tegak, lalu lakukan kembali gerakan jalan di tempat
d) Letakkan kedua tangan di pinggang. Tundukkan kepala,
kemudian tegakkan kembali.
e) Letakkan kedua tangan di pinggang. Palingkan muka ke kanan,
kembali lurus ke depan, kemudian palingkan ke kiri dan
kembali lurus ke depan.
f) Letakkan kedua tangan di pinggang, miringkan kepala ke
kanan kemudian kembali tegak. Selanjutnya miringkan kepala
ke kiri dan kembali tegak.
g) Letakkan tangan lurus di samping tubuh, kaki dibuka selebar
bahu. Ayunkan tangan kanan lurus ke atas sehingga telapaknya
menghadap ke arah badan dan ayunkan tangan kiri ke belakang
dengan telapak menghadap ke belakang.
h) Letakan kedua tangan di bahu, buka kaki selebar bahu. Pada
hitungan 1-4 putar bahu ke depan, seperti putaran roda.
i) Posisikan kedua tangan lurus di samping badan, buka kaki
selebar bahu. Tepukkan tangan di atas kepala, lalu kembali ke
posisi semula sambil menepuk paha samping luar.
j) Posisikan kedua tangan di pinggang, buka kaki selebar bahu.
Putar pinggul searah jarum jam pada hitungan 1-4. Pada
hitingan 5-8, putar pinggul berlawanan dengan arah jarum jam.
k) Rapatkan kedua kaki, lalu letakkan kedua tangan di pinggang.
Hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri ke depan dengan posisi
sendi pergelangan kaki 900 secara bergantian. Selanjutnya,
hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri ke arah samping (secara
33
bergantian). Terakhir, hentakkan ke arah belakang (secara
bergantian).
l) Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus di samping badan, lalu
angkat kedua tangan ke atas sambil menarik napas sampai
hitungan 2.
3) Gerakan Peregangan (14)
a) Buka kaki selebar bahu. Luruskan tangan kanan ke depan,
sedangkan tangan kiri memegang siku tangan kanan, lalu tarik
siku tangan kanan ke arah tangan kiri sampai tangan kanan
menyentuh dada. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4. Pada
hitungan 5-8 kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan.
Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan
memegang siku tangan kiri).
b) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan kanan ke atas
sampai tangan rileks di belakang kepala, kemudian pegang
sikunya dengan tangan kiri. Tarik siku tangan kanan ke
belakang pada hitungan 1, lalu tahan mulai hitungan 2-4.
Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan, pada
hitungan 5-8. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi
tangan kanan memegang siku tangan kiri).
c) Buka kaki selebar bahu, lalu jalin kedua tangan di belakang
badan. Pada hitungan ke 1, angkat kedua tangan keatas sambil
mengempiskan perut. Selanjutnya, tahan gerakan tersebut
sampai hitungan ke-4. Kembalikan secara perlahan-lahan pada
posisi awal mulai hitungan 5-8. (2)
d) Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada
sampai ujung jari keduanya beradu. Pada hitungan 1, putar
tubuh bagian atas ke kanan tetapi panggul dan wajah tetap
menghadap ke depan. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke-4.
Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada hitungan
5-8.
34
e) Buka kaki agak lebar, kedua tangan lurus di samping badan.
Pada hitungan 1, dorong tangan kanan ke atas sambil
memiringkan badan. Tekuk lutut kaki kiri dan tangan kiri
menumpu pada paha kiri. Tahan gerakan ini sampai hitungan 4.
f) Berdiri dengan kaki rapat, kedua lengan lurus di samping
badan. Hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai
tumit menempel pada lantai. Kedua tangan bertumpu pada paha
kanan, kemudian rendahkan badan sambil tekuk lutut kiri dan
sendi panggul kanan (badan dan kepala tetap lurus). Tahan
gerakan tersebut pada hitungan 2-4.(15)
g) Kedua kaki rapat dan tangan lurus di samping badan. Pada
hitungan 1, tekuk lutut kanan ke belakang sampai maksimal.
Pegang pergelangan tangan kaki kanan dengan tangan kiri, lalu
tarik ke belakang. Selanjutnya, rentangkan tangan kanan ke
samping. Pada hitungan 2-4 tahan gerakan tersebut. Secara
perlahan-lahan kembalikan ke posisi awal pada hitungan 5-8.
Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (tangan kanan
memegang kaki kiri).
h) Berdiri dengan kedua kaki rapat dan kedua tangan lurus di
samping tubuh. Pada hitungan 1, tarik tungkai kanan ke depan
sampai lutut kanan menekuk. Selanjutnya, rendahkan badan
dengan kedua tangan bertumpu pada paha kanan (badan dan
kepala tetap lurus). Tahan gerakan ini sampai hitungan 4.
4) Gerakan Inti A
Prinsipnya setiap gerakan pada gerakan inti A selalu
didikuti dengan menarik dan mengeluarkan nafas dalam. Gerakan
menarik napas dilakukan melalui hidung, lalu napas dikeluarkan
melalui mulut, seperti orang yang meniup lilin. Waktu yang
diperlukan untuk menarik napas lebih pendek daripada untuk
mengeluarkan napas.(13)
35
Berikut ini gerakan-gerakan yang dilakukan pada gerakan
inti A (7):
a) Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan tangan di pinggang. Pada
hitungan 1, tegakkan kepala dan busungkan dada.
b) Tangan masih di atas pinggang dan kaki dibuka selebar bahu.
Palingkan muka ke kanan pada hitungan 1, lalu pada hitungan
2 arahkan kembali muka ke depan dan tahan sampai hitungan
4.
c) Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus di sampaing
tubuh. Pada hitungan 1, angkat bahu kanan, lalu turunkan
kembali pada hitungan 2-4.
d) Rapatkan kedua kaki dan tangan lurus di samping tubuh. Putar
bahu kebelakang denagn siku sedikit tertekuk pada hitungan 1-
3, lalu hentakkan kedua tangan ke belakang pada hitungan 4.
Pada hitungan 5-7, putar kembali bahu ke depan, lalu pada
hitungan 8 hentakkan tangan ke depan.
e) Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus di samping
tubuh. Hitungan 1, angkat kedua tangan ke atas sejajar telinga
hingga membentuk huruf v. Pada hitungan 2-4 kembalikan
tangan pada posisi semula.
f) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke
depan setinggi bahu sehingga telapak tangan menghadap ke
depan. Tarik kedua tangan ke belakang pada hitungan 1 sambil
menekuk lutut dan tangan di kepalkan. Pada hitungan 2-4
kembali ke posisi semula dengan posisi tangan seperti
mendorong.
g) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke
depan setinggi bahu sehingga telapak tangan menghadap ke
depan. Hitungan 1, gerakan tangan kanan ke arah samping, lalu
pada hitungan 2-4 kembalikan ke posisi semula.
36
5) Gerakan Inti B (14)
a) Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan kedua tangan pada bahu.
Luruskan tangan kanan ke atas, lalu turunkan kembali.
Selanjutnya, luruskan pula tangan kiri ke atas dan turunkan
kembali.
b) Letakkan kedua tangan lurus di samping tubuh. Lemparkan
tangan kanan ke depan atas dan tangan kiri ke belakang, lalu
lakukan gerakan sebaliknya sehingga tangan kiri yang diatas
dan tangan kanan yang mengayun ke belakang.
c) Buka kaki selebar bahu, lalu posisikan kedua tangan yang
sikunya menekuk 900 di samping tubuh. Dorong kedua tangan
lurus ke atas sampai menyerong tubuh ke kanan, lalu tarik
posisi tangan ke posisi semula. Dorong kembali kedua tangan
sambil menyerongkan tubuh kekiri.
d) Lakukan jalan di tempat sebanyak 2 x 8 hitungan, kemudian
lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik napas sampai
3 x 8 hitungan.
e) Buka kaki selebar bahu dan letakkan kedua tanan lurus ke
samping tubuh. Silangkan kedua tangan di depan tubuh,
hentakkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya menyentuh
lantai sambil merendahkan badan. Selanjutnya, kembali ke
posisi tegak sambil tangan direntangkan. Lakukan gerakan
yang sama untuk kaki kiri, lakukan bergantian kanan dan kiri.
f) Rapatkan kedua kaki sambil menyilangkan tangan kanan di
atas tangan kiri di depan dada. Rentangkan kedua tangan ke
samping tubuh sambil melemparkan tungkai kaki kanan ke
samping, lalu kembali ke posisi semula.(16)
g) Rapatkan kedua kaki, lalu silangkan kedua tangan di depan
dada dengan posisi tengan kanan di atas tangan kiri.
Rentangkan kedua tangan ke samping, seperti berenang dengan
gaya katak, lalu serongkan kaki kanan ke samping. Kembalikan
37
seperti posisi semula dan lakukan gerakan yang sama dengan
arah yang berlawanan berganti-ganti sampai 4 x 8 hitungan.
h) Variasi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan,
kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik
napas sampai 3 x 8 hitungan.
i) Berdiri dengan kedua kaki rapat, lalu angkat kedua tangan ke
atas dengan posisi siku menekuk 900. Gerakan kedua tangan
tersebut ke depan dan angkat kaki kanan sampai panggul
menekuk membentuk sudut 900, lalu kembali ke posisi awal.
Lakukan pula gerakan yang sama untuk kaki kiri. Buka kedua
kaki agak lebar, lalu rentangkan kedua tangan lurus ke
samping. Dorong tangan kiri ke arah kanan, sedangkan tangan
kanan menyentuh lutut kiri yang agak ditekuk. Lakukan pula
gerakan yang sama dengan arah berlawanan secara bergantian
sampai 4 x 8 hitungan (13)
j) Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan,
kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik
napas sampai 3 x 8 hitungan.
6) Gerakan Aerobik (16)
a) Sambil berlari di tempat, luruskan kedua tangan ke depan, lalu
kembalikan ke pundak. Selanjutnya, ulurkan kedua tangan ke
samping dan kembalikan ke pundak.
b) Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan,
kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik
nafas sampai 3 x 8 hitungan.
c) Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke depan
sehingga salah satu kaki terlempar ke belakang dan lutut kaki
yang lain dalam posisi lurus. Pandangan mata ke bawah dan
kedua tangan bebas bergerak mengikuti irama berlari.
d) Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke
belakang sehingga salah satu kaki terlempar ke depan dan lutut
38
kaki yang lain dalam posisi lurus. Kedua tangan bebas bergerak
dan pandangan ke atas.
e) Lakukan lari ditempat dengan posisi tubuh tegak sambil
melemparkan kedua kaki ke samping kanan dan kaki kiri
bergantian. Kedua tangan bebas mengikuti irama berlari.
f) Lakukan lari ditempat dengan posisi tubuh tegak sambil
melemparkan kaki kanan agak serong ke kiri dan kaki kiri
dilemparkan agak serong kanan.
g) Berdiri dengan kedua kaki agak rapat, lalu letakkan kedua
tangan di atas pundak. Jatuhkan kaki kanan satu langkah ke
samping dengan kedua tangan lurus ke samping setinggi bahu,
lalu gerakan kaki kiri mengikuti langkah kaki kanan sambil
kedua tangan kembali ke pundak. Jatuhkan kaki kiri satu
langkah ke samping dengan kedua tangan diangkat lurus ke
samping, lalu gerakan kaki kanan mengikuti sambil meletakkan
tangan kembali hingga ke posisi awal.
7) Gerakan Pendinginan (cooling down) (14)
a) Berdiri tegak dengan kaki dibuka selebar bahu, lau jalin kedua
tangan di belakang kepala. Tekan kepala ke belakang pada
hitungan 1, lalu tahan dengan kedua tangan pada hitungan 2-4.
Pada hitungan 5-8, kembalikan ke posisi semula secara
perlahan.
b) Buka kaki selebar bahu, lalu topang dagu dengan tangan kanan,
tangan kiri diletakkan di samping tubuh. Dorong dagu kekiri
dengan tangan kanan pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini
sampai hitungan 4.
c) Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke depan
dengan tangan kiri memegang siku kanan. Dorong siku kanan
dengan tangan kiri sampai menyentuh dada pada hitungan 1,
lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8,
kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.
39
d) Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke atas
rileks di belakang kepala dan sikunya dipegang oleh tangan
kiri. Pada hitungan 1, tarik siku kanan kebelakang dan tahan
gerakan ini sampai hitungan 4.
e) Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada
hingga jari-jarinya beradu. Pada hitungan 1, putar tubuh ke
kanan dengan panggul dan wajah tetap menghadap ke depan,
lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4, pada hitungan 5-8,
kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan
gerakan yang sama dengan arah berlawanan.berdiri dengan
kedua kaki rapat, lalu letakkan kedua tangan lurus di samping.
Pada hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai
tumitnya menempel pada lantai. Rendahkan badan sambil
menekuk lutut kiri dan sendi panggul kanan, kedua tangan
bertumpu pada paha kanan. Tahan sampai hitungan 4 dengan
posisi tubuh dan kepala tetap lurus. Pada hitungan 5-8,
kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.
f) Buka kaki selebar bahu sambil merapatkan kedua tangan diatas
perut. Pada hitungan 1, tarik napas sambil menggembungkan
otot perut. Selanjutnya, hembuskan napas pada hitungan 2-4
sambil mengecilkan perut yang dibantu dengan takanan kedua
tangan. Hitungan ke-5, tarik napas kembali sama seperti
gerakan sebelumnya, lalu hembuskan kembali. (2)
g) Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan kedua tangan ke depan
setinggi bahu. Turunkan badan dengan menekuk lutut sedikit
pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. pada
hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi
semula.
h) Buka kaki selebar bahu dengan kedua tangan lurus ke samping
tubuh. Tarik napas pada hitungan 1, lalu tahan pada hitungan 2-
4. pada hitungan 5, hembuskan napas keluar sambil menepuk
40
paha bagian samping terik napas kembali, lalu tahan seperti
gerakan sebelumnya, kemudian keluarkan napas sambil
menepuk dada bagian samping.
4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan fungsi paru
Faktor-faktor yang mempengaruhi saluran pernafasan dan
gangguan fungsi paru, antara lain:
a. Karakteristik
1) Usia
Faal paru sangat dipengaruhi oleh usia. Meningkatnya umur
seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah,
khususnya gangguan saluran pernafasan.(14) Pernyataan tersebut
sesuai dengan penelitian yang menyatakan ada hubungan yang
signifikan antara usia dengan kelainan faal paru.(19)
Fungsi paru akan menurun sesuai pertambahan usia, hal ini
disebabkan karena terjadi penurunan elastisitas dinding dada.
Perubahan struktur pernafasan dimulai pada awal dewasa
pertengahan. Selama proses penuaan terjadi penurunan elastisitas
alveoli, penebalan kelenjar bronchial, penurunan kapasitas paru
dan peningkatan ruang rugi, yang disebabkan oleh(6):
a) Adanya klasifikasi kartilago kosta dan melemahnya otot-otot
interkosta sehingga mengurangi pergerakan dinding dada.
b) Adanya osteoporosis vertebra, sehingga menurunkan flesibiltas
spinal dan meningkatkan derajat kiposis, dan lebih jauh akan
meningkatkan diameter antero-posterior rongga dada.
c) Diafragma lebih datar dan kehilangan elastisitasnya.
2) Jenis kelamin
Fungsi ventilasi paru laki-laki kebih tinggi 20-25% dibandingkan
pada wanita, karena ukuran anatomi paru laki-laki lebih besar
dibandingkan wanita. Selain itu aktivitas laki-laki lebih tinggi
dibandingkan wanita, sehingga recoil dan compliance paru sudah
terlatih.(6)
41
3) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan dan berat badan turut juga mempengaruhi dimana
seseorang yang memiliki tubuh tinggi besar maka fungsi ventilasi
parunya lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang bertubuh
kecil pendek. Fungsi inspirasi dan ekspirasi juga dipengaruhi oleh
tinggi badan dan berat badan karena kemampuan dada untuk
mengembang akan berbeda pada setiap tinggi dan berat badan yang
berbeda.(7)
4) Kebiasaan Olahraga
Kebiasaan berolahraga akan menimbulkan Force Vital Capacity
(FVC) seperti yang terjadi pada seorang atlet FVC akan meningkat
30% sampai dengan 40 %.(20) Olahraga yang paling baik untuk
pernapasan adalah renang dan senam. Latihan fisik yang teratur
akan meningkatkan kemampuan pernapasan dan mempengaruhi
organ tubuh sedemikian rupa hingga kerja organ lebih efisien dan
kapasitas fungsi paru bekerja maksimal.(21)
5) Status gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan zat-zat gizi. Indeks standar yang sekarang
dipakai untuk menilai perkembangan gizi adalah Berat Badan (BB)
terhadap Tinggi Badan (TB) yang ditinjau dari penggunaannya
lebih mudah dan praktis serta tetap mempunyai dasar ilmiahnya
atas dasar penelitian Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan.
Dalam hal ini status gizi dapat dibedakan menjadi: status gizi
kurang, status gizi baik/ normal dan status gizi lebih.(22) Cara
melakukan penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Berat Minimal dan Berat Maksimal untuk ukuran tinggi badan
tertentu
Merupakan batas badan terndah dan tertinggi untuk ukuran
tinggi badan tersebut. Bila berat badan dalam batas-batas
tersebut maka anak dinyatakan mempunyai gizi baik/ normal.
42
b) Bila untuk tinggi badan tertentu mempunyai berat badan yang
kurang dari berat badan minimal maka dinyatakan gizi kurang
c) Bila tinggi badan tertentu mempunyai berat badan yang
melebihi berat maksimal maka dinyatakan gizi lebih.
Status gizi buruk akan menyebabkan daya tahan tubuh
seseorang akan menurun, sehingga dengan menurunnya daya tahan
tubuh, seseorang akan mudah terinfeksi oleh mikroba. Berkaitan
dengan infeksi saluran nafas apabila terjadi secara berulang-ulang
dan disertai batuk berdahak, akan dapat menyebabkan terjadinya
bronchitis kronis. Salah satu akibat kekurang gizi dapat
menurunkan imunitas dan anti bodi sehingga seseorang mudah
terserang infeksi seperti batuk, pilek, diare dan berkurangnya
kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap benda
asing seperti debu kayu yang masuk ke dalam tubuh.(22)
b. Kebiasaan merokok
Tembakau sebagai bahan baku rokok mengandung bahan
toksik dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan karena lebih dari
2000 zat kimia dan diantaranya sebanyak 1200 sebagai bahan beracun
bagi kesehatan manusia. Dampak merokok terhadap kesehatan paru-
paru dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas
dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa
membesar (hipertropi) dan kelenjar mukus bertambah banyak
(hyperplasia). Pada saluran nafas kecil terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada
jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan
kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran nafas pada
perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala
macam gejala klinisnya.(23)
c. Ventilasi udara dalam ruangan
Ventilasi udara merupakan suatu metode yang digunakan untuk
memelihara dan menciptakan udara suatu ruangan yang sesuai dan
43
juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara
sampai batas yang tidak membahayakan bagi kesehatan dan
keselamatan seseorang.(24)
d. Senam asma
Senam asma merupakan terapi terhadap penyakit asma. Senam
ini mempunyai gerakan yang variatif dan berkembang sesuai dengan
daerahnya. Senam ini berkembang mempunyai tujuan-tujuan untuk
menyembuhkan asma dengan cara terapi fisik yang berkelanjutan.
Secara spesifik setiap gerakan ditujukan untuk beberapa hal. Pertama
yaitu untuk memperbaiki kelenturan rongga dada sehingga dengan
lenturnya rongganya dada dapat mengambang dan mengempis secara
optimal, memperbaiki kelenturan dan kekuatan sekat rongga badan
sehingga pernapasan perut optimal.(2)
Program terapi latihan atau fisioterapi yang umum dilakukan
dalam gerakan senam asma ini adalah latihan pernafasan. Latihan
Pernafasan (Breathing Exercise) berbeda dengan gymnastik respirasi,
meskipun di dalamnya juga terdapat latihan-latihan yang bertujuan
memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma. Tujuan utama
pada penderita asma adalah untuk melakukan pernafasan yang benar,
pada penderita asma latihan pernafasan selain ditujukan untuk
memperbaiki fungsi alat pernafasan jika terasa akan datang serangan,
ataupun sewaktu serangan asma.(13)
e. Penggunaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri adalah alat pelindung agar aman dari
bahaya atau kecelakaan akibat melakukan suatu pekerjaannya. Alat
pelindung diri (APD) yang baik adalah APD yang memenuhi standar
keamanan dan kenyamanan bagi pekerja (Safety and acceptation),
apabila pekerja memakai APD merasa kurang nyaman dan
pengunaannya kurang bermanfaat bagi pekerja maka pekerja enggan
memakai walaupun memakai karena terpaksa atau hanya berpura-pura
44
sebagai syarat agar masih diperbolehkan untuk bekerja atau
menghindari sanksi perusahaan..(24)
Penggunaan alat pelindung diri masker untuk melindungi dari
debu atau partikel-partikel yang lebih kasar yang amsuk ke dalam
saluran pernafasan. Masker terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori
tertentu. Pemakaian masker merupakan upaya mengurangi masuknya
partikel debu kedalam saluran pernapasan. Dengan mengenakan
masker, diharapkan melindungi dari kemungkinan terjadinya gangguan
pernapasan akibat terpapar udara yang kadar debunya tinggi.(25)
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber: (2), (7), (16)
Polusi
Asap rokok
Debu
Stres
Infeksi saluran pernafasan
Penyempitan saluran pernafasan
Alergi
Farmakologi: Obat-obatan
Non farmakologi: Senam asma
Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa (FEV1) ↓
Kebiasaan merokok
Pemakaian APD
45
C. Kerangka Konsep
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan KVP sebelum dan sesudah senam asma pada wanita asma
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang.
2. Ada perbedaan FEV1 sebelum dan sesudah senam asma pada wanita asma
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang.
Variabel Independen Variabel Dependen
Status senam asma
Kapasitas Vital Paru (KVP)
Volume Ekspirasi Paksa (FEV1)