bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/46500/3/bab ii.pdfdari...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Damayanti dan Susanto (2015) meneliti tentang Pengaruh Komite Audit,
Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan Dan Return On
Assets Terhadap Tax Avoidance dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
risiko perusahaan dan return on assets berpengaruh terhadap tax avoidance.
Sedangkan komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance.
Rachmithasari (2015) meneliti tentang Pengaruh Return On Assets, Leverage,
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiscal Pada
Tax Avoidance dengan hasil penelitian bahwa return on assets tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance, leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance,
komisaris independen dan komite audit berpengaruh negative terhadap tax
avoidance, serta ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal yang tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance.
Dewinta dan Setiawan (2016) meneliti tentang Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Pertumbuhan
Penjualan Terhadap Tax Avoidance dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan
akan menyebabkan meningkatnya tax avoidance. Leverage tidak berpengaruh
8
terhadap tax avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi leverage tidak akan
berpengaruh terhadap meningkatnya tax avoidance.
Muzakki dan Darsono (2015) meneliti tentang Pengaruh Corporate Social
Responsibility dan Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011 β 2013) dengan hasil penelitian bahwa variabel CSR dan capital
intensity berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak.
Anindyka et al. (2018) meneliti tentang Pengaruh Leverage (DAR), Capital
Intensity, dan Inventory Intensity Terhadap Tax Avoidance (Studi Pada
Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI)Tahun 2011 β
2015) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage (DAR), capital
intensity dan inventory intensity secara simultan berpengaruh signifikansi terhadap
tax avoidance. Secara parsial, leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance,
capital intensity berpengaruh positif terhadap tax avoidance, dan inventory
intensity berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory atau teori keagenan ini ada dikarenakan konflik kepentingan
antara prinsipal dan agen. Teori ini menjelaskan hubungan antara prinsipal
(pemegang saham) dan agen (manajemen perusahaan). Prinsipal menyediakan
segala macam kebutuhan operasi organisasi atau perusahaan dalam hal fasilitas
dan dana dengan kata lain prinsipal tidak terlibat langsung dalam hal aktivitas
operasi perusahaan. Pihak agen bertanggung jawab untuk tugas dalam hal
9
mengelola segala kegiatan operasi di dalam perusahaan dan sumber daya yang ada
di perusahaan. Prinsipal sebagai sosok yang telah memberikan fasilitas dan dana
berharap kepada manajemen untuk dapat bertindak dan mengambil kebijakan
sesuai dengan kepentingan prinsipal, namun pada kenyataannya agen selalu
bertindak dan mengambil kebijakan sesuai dengan kepentingan manajemen.
Teori ini menimbulkan perbedaan kepentingan yang terjadi antara prinsipal
dan agen. Prinsipal menginginkan kondisi perusahaan yang sebenarnya dan
pembagian laba yang besar, sedangan agen menginginkan bonus yang besar dari
prinsipal karena telah bekerja dengan baik. Kondisi ini menimbulkan keadaan
yang sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan tidak sesuai. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya perbedaan antara pelaporan laba komersil dan laba
fiskal. Perbedaan pelaporan tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan bagi
agen dalam melaporkan terkait aktifitas atau kegiatan perusahaan. Dalam rangka
mendapatkan kompensasi atau bonus yang tinggi agen akan melaporkan laba yang
lebih tinggi di dalam laporan keuangan komersil.
Perencanaan pajak didalam teori ini membenarkan perilaku agen atau
manajemen dalam memanipulasi laba atau penempatan sumber daya yang belum
sesuai. Aktivitas perencanaan pajak dapat dilakukan dengan cara tax avoidance.
Aktivitas ini (tax avoidance) dapat memberi kesempatan bagi agen dalam
melakukan aktivitas yang dirancang untuk menutupi berita buruk yang
meyesatkan prinsipal atau dapat digunakan untuk menutupi aktivitas agen yang
kurang transparan terhadap prinsipal (Astuti dan Aryani, 2016).
10
2. Return On Assets
Return On Assets merupakan salah satu rasio dari profitabilitas yang dapat
digunakan untuk membandingkan laba bersih dengan total aset pada akhir
periode. Return On Assets digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba, atau dapat dikatakan Return On Assets digunakan untuk
menilai keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait dengan sumber daya
dibanding dengan total aset. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
besarnya Return On Assets adalah sebagai berikut :
π ππ΄ =πΏπππ π΅πππ πβ
πππ‘ππ π΄π ππ‘
Return On Assets digunakan karena dapat memberikan pengukuran yang
memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan dan dapat memperhitungkan
profitabilitas. Semakin tinggi nilai Return On Assets maka, semakin bagus
performa suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya semakin rendah nilai Return
On Assets semakin dinilai kurang baik performa suatu performa perusahaan
(Kurniasih dan Sari, 2013). Semakin efisien perusahaan maka tingkat
profitabilitas perusahaan akan berpengaruh negatif dengan tarif pajak efektif,
sehingga perusahaan akan membayar pajak lebih sedikit dikarenakan tarif pajak
efektif yang rendah menurut (Dharmawan dan Sukarta, 2014).
Perusahaan dengan pendapatan tinggi dan tingkat efisiensi tinggi akan
cenderung untuk menghadapi beban pajak yang rendah. Hal itu dikarenakan
perusahaan dengan pendapatan tinggi dapat memanfaatkan adanya keuntungan
dari insentif pajak dan pengurang pajak yang lain (Darmadi, 2013).
11
3. Leverage
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya modal
yang didapatkan dari eksternal melalui utang yang digunakan untuk mendanai
kegiatan operasional perusahaan (Adisamartha dan Noviari, 2015). Leverage juga
menandakan bahwa seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan yang berasal
dari pinjaman atau utang perusahaan. Utang yang dimaksud disini adalah utang
dalam jangka panjang. Modal ekternal atau utang yang didapatkan, akan
menambah pos beban bunga pada laporan laba rugi. Semakin banyak perusahaan
melakukan utang kepada kreditur dalam mendanai kegiatan operasionalnya, maka
semakin tinggi pula beban bunga yang akan dibayarkan perusahaan kepada
kreditur.
Secara jangka panjang beban bunga akan mengurangi beban pajak yang ada.
Apabila nilai rasio leverage ini tinggi, maka dapat diartikan bahwa perusahaan
banyak mendanai kegiatan operasionalnya dari utang pihak ketiga dan
mengakibatkan tingginya beban bunga akibat dari utang tersebut. Menurut
Adisamartha dan Noviari (2015) tingkat leverage dapat digunakan perusahaan
untuk mengurangi laba yang nantinya akan berpengaruh pada beban pajak yang
berkurang. Nilai ETR akan semakin rendah apabila nilai utang perusahaan
tersebut tinggi.
Perusahaan dengan jumlah utang yang tinggi akan memiliki tarif pajak yang
efektif, hal ini berarti bahwa dengan utang yang tinggi perusahaan akan cenderung
untuk tidak melakukan tindakan penghindaran pajak atau Tax Avoidance. Debt to
Total Asset Ratio (DAR) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
12
mengukur seberapa besar jumlah aset perusahaan yang dibiayai melalui utang.
Penelitian kali ini akan menggunakan Debt to Total Asset Ratio (DAR) sebagai
rumus untuk menghitung rasio leverage :
π·πΈπ = πππ‘ππ πΏπππππππ‘ππ
πππ‘ππ πΈππ’ππ‘ππ
4. Capital Intensity
Capital Intensity atau intensitas aset tetap dapat didefinisikan sebagai
seberapa besar perusahaan menginvestasikan aset tetapnya. Aset tetap memiliki
dampak yang dapat mengurangi penghasilan perusahaan dimana hal itu dapat
terjadi dikarenakan aset tetap mengalami penyusutan atau depresiasi yang
nantinya akan menjadi biaya bagi perusahaan (Dwilopa, 2016). Biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan dalam menghitung pajak.
Rasio ini dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan
dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Perusahaan dengan
aktiva tetap yang tinggi akan memiliki jumlah beban pajak yang rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki jumlah aktiva yang rendah
(Ardyansah, 2014). Hal itu dapat terjadi karena sebagian besar aset tetap
mengalami penyusutan dan biaya penyusutan akan masuk di pos beban yang
kemudian akan mengurangi laba dan hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa
nantinya jumlah pajak yang akan dibayarkan menjadi sedikit, serta perusahaan
dengan aktiva tetap yang tinggi cenderung melakukan perencanaan pajak.
Intensitas aset tetap merupakan jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan total aset perusahaan (Muzakki dan Darsono, 2015).
13
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya intensitas aset tetap
adalah sebagai berikut :
πΆπ΄π = πππ‘ππ π΄π ππ‘ π‘ππ‘ππ π΅πππ πβ
πππ‘ππ π΄π ππ‘
5. Inventory Intensity
Dalam PSAK 14 dijelaskan bahwa persediaan adalah aktiva yang tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi atau dalam
perjalanan; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Inventory Intensity atau
intensitas persediaan dapat didefinisikan sebagai seberapa besar perusahaan dalam
menginvestasikan kekayaan perusahaan pada persediannya. Perusahaan dengan
persediaan yang besar akan memiliki biaya yang besar untuk mengatur
persediaannya. Menurut PSAK 14 biaya yang timbul akibat investasi persediaan
di dalam perusahaan harus dikeluarkan dari pos biaya persediaan untuk
selanjutnya diakui sebagai biaya dalam periode terjadinya biaya atas pemeliharaan
persediaan.
Tingkat persediaan yang tinggi secara tidak langsung akan dapat mengurangi
beban pajak yang akan dibayarkan perusahaan. Hal itu disebabkan oleh beban β
beban yang timbul akibat indikasi besarnya persediaan yang nantinya akan
menyebabkan berkurangnya laba bersih perusahaan dan akan mengurangi jumlah
pajak yang akan dibayarkan perusahaan (Putri dan Lautania, 2016).
Inventory Intensity atau intensitas persediaan ini menunjukkan seberapa
efektif dan efisien perusahaan dalam mengatur investasi persediaan yang dimana
14
hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat berapa kali persediaan diputar selama
satu periode dalam penelitian Darmadi (2013) rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
πΌππ = πππ‘ππ ππππ ππππππ
πππ‘ππ π΄π ππ‘
6. Tax Avoidance
Tax Avoidance adalah sebuah cara atau pengaturan yang digunakan untuk
meminimalkan beban pajak dengan mempertimbangkan konsekuensi pajak yang
ditimbulkan. Wajib pajak dapat melakukan tax avoidance dengan cara
mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak sesuai
dengan undang β undang perpajakan (Kurniasih dan Sari, 2013). Dengan kata lain
tax avoidance ini memanfaatkan kelemahan - kelemahan atau grey area didalam
undang β undang perpajakan, apabila sudah dilakukan sesuai dengan undang β
undang perpajakan maka tax avoidance dapat dikatakan sebagai aktivitas yang
legal dan dapat diterima. Menurut Tandean dan Winnie (2016) Komite urusan
fiskal organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan (OECD)
menyatakan bahwa ada beberapa karateristik dalam penghindaran pajak, yaitu :
a. Banyak peraturan yang mengabaikan faktor pajak
b. Mengambil keuntungan dari celah peraturan hukum untuk kepentingan
pribadi tetapi tidak diinginkan oleh regulator
c. Konsultan pajak menunjukkan cara bagaimana untuk menghindari pajak dan
meminta wajib pajak untuk merahasiakannya
15
Pada dasarnya perencanaan pajak merupakan proses merekayasa usaha dan
transaksi wajib pajak, supaya utang pajak masih berada didalam jumlah minimal
dan masih berada didalam wilayah peraturan perpajakan.
Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
πΈππ = π΅ππππ πππππ
πΏπππ ππππππ’π πππππ
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Return On Assets Terhadap Tax Avoidance
Return On Assets merupakan salah satu rasio dari profitabilitas yang dapat
digunakan untuk membandingkan laba bersih dengan total aset pada akhir
periode. Return On Assets digunakan karena dapat memberikan pengukuran yang
memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan dan dapat memperhitungkan
profitabilitas. Bedasarkan beberapa peneliti terdahulu, penelitian yang dilakukan
oleh Damayanti dan Susanto (2015) yang meneliti tentang Pengaruh Komite
Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan Dan Return
On Assets Terhadap Tax Avoidance dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
risiko perusahaan dan return on assets berpengaruh terhadap tax avoidance.
Sedangkan komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance. Dewinta dan Setiawan (2016) yang meneliti
tentang Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan,
profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap tax
avoidance. Putri dan Putra (2017) yang meneliti tentang Pengaruh Leverage,
16
Profitability, Ukuran Perusahaan Dan Proporsi Kepemilikan Institusional
Terhadap Tax Avoidance dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
bahwa leverage dan profitability memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap tax avoidance karena perusahaan-perusahaan manufaktur sub sektor
konsumsi merupakan perusahaan yang operasionalnya banyak dibiayai oleh
hutang. Ukuran perusahaan dan proporsi kepemilikan berpengaruh positif dan
signifikan.
H1 : Return On Assets berpengaruh terhadap tax avoidance
2. Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah pinjaman
dan jumlah ekuitas perusahaan. Pinjaman merupakan salah satu sumber
pendanaan bagi perusahaan, oleh karena itu banyak perusahaan memilih untuk
mendanai kegiatan operasionalnya melalui pinjaman atau utang dengan tujuan
untuk menabah beban bunga perusahaan. Semakin tinggi beban bunga perusahaan
semakin kecil pajak yang harus dibayarkan. Bedasarkan penelitian Rachmithasari
(2015) yang meneliti tentang Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiscal Pada Tax
Avoidance dengan hasil leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
Swingly dan Sukartha (2015) yang meneliti tentang Pengaruh Karakter Eksekutif,
Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Sales Growth Pada Tax
Avoidance dengan hasil penelitian bahwa karakter eksekutif dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif pada tax avoidance, sedangkan leverage
17
berpengaruh negatif pada tax avoidance. Variabel komite audit dan sales growth
tidak berpengaruh pada tax avoidance
H2 : Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance
3. Pengaruh Capital Intensty Terhadap Tax Avoidance
Capital Intensity atau intensitas aset tetap dapat didefinisikan sebagai
seberapa besar perusahaan menginvestasikan aset tetapnya. Intensitas aset tetap
merupakan jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total
aset perusahaan (Muzakki dan Darsono, 2015). Rasio ini dapat digunakan untuk
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva untuk
menghasilkan penjualan. Bedasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Muzakki dan Darsono (2015) dan Anindyka et al. (2018) capital intensity secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Namun secara parsial
hasil penelitian menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan
Muzakki dan Darsono (2015) capital intensity berpengaruh negatif terhadap tax
avoidance. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anindyka et al. (2018)
capital intensity berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
H3 : Capital intensity berpengaruh terhadap tax avoidance
4. Pengaruh Inventory Intensity Terhadap Tax Avoidance
Intensitas persediaan yang besar akan menmbah beban pemeliharaan
persediaan, oleh sebab itu intensitas persediaan dapat diindikasi untuk mengurangi
beban pajak yang akan dibayarkan. Beban β beban yang timbul akibat indikasi
besarnya persediaan akan menyebabkan berkurangnya laba bersih perusahaan dan
akan mengurangi jumlah pajak yang akan dibayarkan perusahaan. Hasil penelitian
18
yang dilakukan oleh Anindyka et al. (2018) inventory intensity secara simultan
berpengaruh signifikansi terhadap tax avoidance.
H4 : Inventory Intensity berpengaruh terhadap tax avoidance
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Return On Assets
(X1)
Leverage
(X2)
Capital Intensity
(X3)
Inventory
Intensity
(X4)
Tax Avoidance
(Y)