bab ii tinjauan pustaka a. segitiga epidemologirepository.poltekkes-tjk.ac.id/769/5/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Segitiga Epidemologi
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling
mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu lingkungan (environment), agen penyebab
penyakit (agent) dan penjamu (host). Ketiga faktor ini disebut segitiga epidemologi
(epidemiological triangle). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara
sederhana sebagai timbangan, yaitu agen penyebab penyakit pada satu sisi dan
penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya (Widoyono,
2011). Pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor
tersebut.
1. Lingkungan
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik
terdiri dari :
a. Keadaan Geografis (Dataran tinggi/rendah, persawahan, dll.)
Keadaan geografis, seperti ketinggian, mempengaruhi penularan penyakit.
Nyamuk aedes aegypti tidak menyukai ketinggian lebih dari 1000 m di atas
permukaan laut. Kadar oksigen juga mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang.
Semakin tinggi permukiman semakin rendah kadar oksigennya. Dataran tinggi juga
berhubungan dengan temperatur udara. Lingkungan persawahan juga bisa
dihubungkan dengan penyakit yang ditularkan oleh cacing, parasit, dan nyamuk.
11
b. Kelembapan Udara
Sebagian besar vektor penular penyakit dan agen penyebab penyakit lebih
menyukai lingkungan yang lembap. Nyamuk Aedes aegypti biasanya mencari tempat
perkembangbiakan yang teduh dan dan terlindungi dari sinar matahari.
c. Temperatur
Temperatur sering dihubungkan dengan cuaca dan letak negara. Di negara
tropis seperti Indonesia, temperatur yang lebih rendah lebih disukai oleh vektor dan
agen penyebab penyakit dibandingkan temperatur tinggi. Sebagian besar bakteri mati
pada temperatur 80-90° kecuali bakteri berspora yang baru mati pada temperatur
100°C. Pada temperatur 40-50°C atau 10-20°C, mikroba hanya mengalami
pertumbuhan yang lambat karena pertumbuhan optimal mikroba terjadi pada
temperatur 20-40°C. Pada temperatur di bawah 0°C tidak ada pertumbuhan mikroba.
d. Lingkungan Tempat Tinggal
Sanitasi lingkungan perumahan sangat berkaitan dengan penularan penyakit.
Rumah dengan pencahayaan yang kurang memudahkan perkembangan sumber
penyakit. Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang bisa membunuh kuman
penyakit. Aliran udara atau ventilasi berkaitan dengan penularan penyakit. Rumah
dengan ventilasi yang baik akan menyulitkan pertumbuhan kuman penyakit.
Pertukaran udara dapat memecah dan mengurangi konsentrasi kuman di udara
(Widoyono, 2011).
12
Bahan bangunan berdampak pada sanitasi perumahan. Rumah dengan lantai
tanah akan berbeda dengan lantai ubin dan keramik bila ditinjau dari segi kesehatan.
Dinding beton atau tembok jauh lebih baik dari pada anyaman bambu atau dinding
semi permanen. Jamban keluarga yang memenuhi syarat-syarat kesehatan mampu
mencegah penularan penyakit melalui lalat dan faktor lainnya. Tinja manusia yang
dibuang sembarangan merupakan media yang sangat baik bagi kuman dan penyakit.
Selain itu, saluran pembuangan air limbah (SPAL) juga berkontribusi terhadap
sanitasi lingkungan. Halaman rumah yang becek karena buruknya SPAL
memudahkan penularan penyakit terutama yang ditularkan oleh cacing dan parasit
(Widoyono, 2011).
2. Agen penyebab penyakit
Agen penyebab penyakit terdiri dari bahan kimia, mekanik, stres (psikologis),
atau biologis. Penyakit menular biasanya disebabkan oleh agen biologis seperti
infeksi bakteri, virus, parasit atau jamur (Widoyono, 2011).
3. Pejamu
Pejamu dapat dibedakan, yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan, ras
dan gaya hidup (Widoyono, 2011).
B. Tuberkulosis Paru
1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru. mycobacterium
13
tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya
mengandung komplek lipida-glikolipida serata lilin (wax) yang sulit ditembus zat
kimia. (Depkes,2005)
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuma tuberkulosis
menyerang paru tapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
2. Etiologi dan Patogenesis
Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri mycobacterium tuberculosis dan
mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6
mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranulara atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipod
(terutama asam mikolat) (Manurung, Santa , 2008).
Umumnya mycobacterium tuberculosis menyerang paru-paru dan sebaguan
kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap
asam pada pewarnaaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis,
sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). mycobacterium tuberculosis cepat mati
dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa
tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam
sel-sel fagosit. ( Depkes, 2005).
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk droplet (percikan
14
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang yang terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernafasan. Jadi penuran TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju
dan perlengkapan tidur. Secara klinis, TB dapat terjadi melalu infeksi primer terjadi
saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi
melalui saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan.
Hal ini disebabkan oleh kuman TB yang berkembang biak dengan cara pembelahan
diri di paru. Waktu terjadinya infeksi hingga pembentukkan komplek primer adalah
sekitar 4-6 minggu. (Depkes, 2005).
Seseorang yang terinfeksi kuman TB belum tentu sakit atau menularkan kuman
TB. Proses selanjutnya ditentukan oleh berbagai faktor risiko. Risiko terinfeksi TB
sebagian besar adalah faktor eksternal, terutama adalah faktor lingkungan seperti
rumah tak sehat, pemukiman padat dan kumuh. Sedangkan risiko menjadi sakit TB,
sebagian besar adalah faktor internal dalam tubuh penderita sendiri yang disebabkan
oleh terganggunya sistem kekebalan dalam tubuh penderita seperti kurang gizi,
infeksi HIV/AIDS, pengobatan dengan immonusupresan dan lain sebagainya
(Depkes, 2005).
3. Gejala dan Tanda Penyakit Tuberculosis
Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberculosis paru apabila
ditemukan gejala klinis utama (cardinal simptom) pada dirinya. Gejala utama pada
tersangka TBC adalah :
a. Batuk berdahak lebih dari tiga minggu
15
b. Batuk berdarah
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak
tinggi/meriang dan penurunan berat badan (Manurung, Santa, 2008).
Dengan strategi yang baru (DOTS, directly observed treament shortcourse),
gejala utamanya adalah batuk berdahak dan/atau terus menerus selama tiga minggu
atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut dapat dikatakan sebagai tersangka. Gejala
lainnya adalah gejala tambahan. Dahak penderita harus diperiksa denga pemeriksaan
mikroskopis (Manurung, Santa, 2008).
4. Cara Penularan Penyakit Tuberculosis
Sumber penularan adalah penderita tuberculosis BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar
selama beberapa jam (Depkes RI,2008).
Seseorang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernafasan. Setelah kuman tuberculosis masuk kedalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman tuberculosis tersebut dapat menyebar diparu dan bagian tubuh
lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau
penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya (Depkes RI 2008).
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari paru-parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
16
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seorang
menderita tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Depkes, 2009).
5. Resiko Penularan Tuberculosis
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikkan dahak. Pasien
TB Paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB Paru dengan BTA negatif.risiko penularan setiap tahunnya
ditunjukkan dengan Anual Risk Of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi
penduduk yang berisiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sbesar 1 %,
sehingga 10 orang diantara 100 penduduk terinfeksi setiap tahun. Infeksi TB
dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulosis negatif menjadi positif (Depkes RI,
2007).
6. Gambaran Klinis Penyakit Tuberculosis
Menurut Depkes RI tahun 2002, gambaran klinis pada tuberkulosis paru sangan
bervariasi, keluhan yang sering muncul adalah :
a. Batuk
Gejala ini yang paling banyak dijumpai dan sering ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus untuk membuang produk-produk radang keluar.
Batuk terjadi setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru-paru setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
17
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Batuk yang terus menerus dan
berdahak selama tiga minggu atau lebih perlu diwaspadai penderita tersangka
tuberkulosis.
b. Demam
Demam biasanya subfibril menyerupai demam influenza. Keadaan ini
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis
yang masuk. Panas badan dapat mencapai 40-410C.
c. Sesak Nafas
Pada penyakit yang masih ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi
setengah bagian paru.
d. Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan berupa anaroksia, penurunana berat
badan, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam. Jika menderita gejala diatas batuk
yang tidak sembuh-sembuh selama tiga minggu, demam, berkeringat dingin dimalam
hari serta cepat lelah dan diperkuat dengan riwayat kontak denga seseorang penderita
tuberculosis. Sebaiknya cepat memeriksakan diri keunit pelayanan kesehatan dan
perlu dilakukan pemeriksaan sputum secara mikroskopik langsung. Pada kondisi
kronis tuberculosis mempunyai gejala batuk darah disertai sakit di dada.
7. Klasifikasi Tuberculosis
Menurut Depkes RI, 2002, ada beberapa cara pengklasifikasian penyakit
18
tuberculosis, yaitu :
a. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak
1) Pasien dengan BTA positif
a) Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis
ditemukan BTA sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan
b) Mikroskopik positif, radiology positif
c) Mikroskopik positif, biakan positif
b. Pasien dengan BTA negatif
1) Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopik tidak
ditemukan BTA sedikitnya dua kali pemeriksaan
2) pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopik tidak
ditemukan BTA sama sekali, tetapi ada biakan positif.
c. Berdasarkan Tipe Penderita
1) Kasus baru
Penderita tuberculosis yang belum pernah diobati atau sudah pernah minum
OAT kurang dari satu bulan.
2) Kambuh (Relaps)
Penderita tuberculosis yang sebelunya pernah mendapat pengobatan dan telah
dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA.
3) Pindah (transfer in)
Penderita dalam pengobatan OAT pindah dari kabupaten lain.
19
4) Setelah lalai (setelah default)
Penderita yang sudah berobat lebih kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau
lebih, kemudian datang kembali berobat.
5) Lain-lain
a) Gagal
(1) Penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
pada akhir bulan ke 5 atau lebih
(2) Penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi
BTA positif pada akhir bulan ke dua pengobatan.
b) Kasus kronik
Penderita dengan hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif setelah
pengobatan ulang dengan kategori 2.
C. Perumahan Sehat
1. Pengertian Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim
atau mahluk hidup lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Oleh
karena itu keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi dan teratur sangat diperlukan
agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik (KepMenKes RI No
829, 1999).
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum
komponen rumah dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan
20
perilaku)disuatu wilaah kerja isuatu kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi
kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai berikut: (1) minimum
dari komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan,
(2) minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban (sarana
pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan sarana
pembuangan sampah, (3) perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisk yang digunakan (Dinas
Kesehatan, 2005).
Rumah terdiri dari ruangan, halaman dan area sekelilingnya. Perumahan terdiri
dari rumah-rumah atau kelompok rumah baik kelompok rumah dalam satu bangunan
seperti rumah susun atau kondominium kelompok kebijakan rumah dalam satu
kawasan atau wilayah tertentu dimana lokasi kualitas sarana dan prasarana kesehatan
lingkungan merupakan salah satu faktor penentu dalam terwujudnya kesehatan
masyarakat di perumahan tersebut (KepMenKes RI No 829, 1999).
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu: (1)
memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan ruang gerak yang
cukup dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu, (2) memenuhi kebutuhan
psikologis meliputi privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar keluarga dan
penghuni rumah, (3) memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penhuni rumah meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan dan
21
cukup sinar matahari pagi, (4) memenuhi persyaratan terjdinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumahyang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cendrung membuat penghuninya jatuh
tergelincir (Dinkes 2005)
2. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Perumahan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan.
Parameter rumah yang dinilai melingkupi 3 kelompok komponen penilaian:
a. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai,jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan;
b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi
1) sarana air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang di gunakan sehari-hari untuk minum,
memasak, mandi, berkumr, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci
pakaian dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari
sakit.syarat-syrat air bersih : air bersih secara fisik dapat di bedakan memalui indra
kita, antara lain (dapat di lihat,di rasa, di cium, dan di raba) air tidak berwarna harus
bening / jernih, air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa
dan kotoran lainnya air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam,tidak payau
dan tidak pahit harus bebas dari bahan kimia beracun.air tidak berbau seperti amis,
anyir, busuk atau belerang(Anik,2013;86-87).
22
a) Sumber air bersih :
(1) Mata air
(2) Air sumur atau air sumur pompa
(3) Air ledeng atau perusahaan air minum
(4) Air hujan
(5) Air dalam kemasan
b) Cara menjaga kebersihan sumber air bersih
(1) Letak jarak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan
sampah paling sedikit 10 meter
(2) Sumber mata air harus di lindungi dari pencemaran
(3) Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus di jaga
bangunannya tidak rusak seperti sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus di
plester dan sumur di tutup
(4) Harus di jaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran,
tidak berlumut pada lantai/ lantai dinding sumur. Ember/ gayung pengambil air
harus tetap bersih dan di letakan di lantai (ember/ gayung di gantung di tiang sumur )
(Anik,2013:88-89)
2) sarana jamban keluarga
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
maanusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang di lengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya (Anik , 2013 : 93).
23
a) Jenis-jenis jamban yang di gunakan
(1) Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa
lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja kedalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang untuk jamban cemplung haruskan ada
penutup agar tidak bau.
(2) Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban yang bentuknya
leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang
berfungsi sebagai wadah proses penguraian / dekomposisi kotoran manusia yang di
lengkapi dengan resapan (Anik,2013:94).
b) Memilih jenis jamban
Jamban cemplung di gunakan untuk daerah yang sulit air, jamban tangki septik/
leher angsa di gunakan untuk : daerah yang cukup air, daerah yang padat penduduk,
karena dapat menggunakan “multiple latrine” yaitu satu lubang penampungan tinja /
tangki septik di gunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung
kotoran/tinja dari 3-5 jamban). Daerah pasang surut , tempat penampungan kotoran /
tinja hendaknya di tinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang (Anik ,
2013 : 94-95).
c) Syarat-syarat jamban sehat :
(1) Tidak mencemari sumber air minum ( jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter )
(2) Tidak berbau
(3) Kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus
24
(4) Tidak mencemari tanah dan sekitarnya
(5) Mudah di bersihkan dan aman di gunakan
(6) Di lengkapi dinding dan atap pelindung
(7) Penerangan dan ventilasi yang cukup
(8) Laintai kedap air dan luas ruangan memadai
(9) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
d) Cara memilih jamban yang sehat :
(1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan
air
(2) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruangan jamban dalam
keadaan bersih
(3) Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
(4) Tidak ada serangga, (kecoa,lalat) dan tikus yang berkeliaran
(5) Tersedia alat pembersih (sabun,sikat dan air bersih)
(6) Bila ada kerusakan segera perbaiki.
o (Anik , 2013 : 96).
3. saluran pembuangan air limbah
Limbah cair rumah tangga adalah limbah yang berbentuk cair yang
merupakan timbulan dari kegiatan rumah tangga..limbah cair berasal dari kamar
mandi,peturasan, cucian barang / bahan dapur. Limbah cair rumah tangga volume nya
lebih sedikit di banding dengan luas lahan yang ada di desa tersebut.namun demikian
limbah cair tersebut tetap harus di kelola karena apabila di buang sembarangan akan
25
membuat lingkungan kotor, brbau, dan mengurangi estetika dan kebersihan
lingkungan. (Anik,2013:127)
a. Pentingnya limbah cair di kelola dengan baik :
1) Limbah cair harus di kelola dengan baik dan benar karena bila tidak
akan dapat menjadi tempat perkembangbiakan bibit penyakit
2) Limbah cair akan menarik binatang-binatang yang di kenal dalam
aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit, seperti
lalat,kecoa,dan tikus
3) penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan limbah cair yang tidak di
kelola dengan benar antara lain : demam berdarah, disentri, thypus dan
lain-lain.
b. Tempat pembuangan limbah cair :
1) Limbah cair harus di buang pada sarana pengolahan limbah, SPAL
yang dapat di buat oleh masing-masing rumah tangga
2) Bentuk SPAL dapat berupa sumuran ataupun saluran dengan ukuran
tertentu
3) Sumuran atau saluran tersebut di beri bahan-bahan yang dapat
berfungsi untuk menyaring unsur yang terkandung dalam limbah cair
4) Bahan tersebut di susun dengan formasi urutan sebagai berikut : batu
belah ukuran diameter 5-10 meter, ijuk dan batu belah diameter 10-15
meter (Anik,2013:128)
26
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan
air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu
estetikadan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi
ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah
yang endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah di halaman, secara
rutin harus dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk. (Kemenkes
RI,2011:25).
4. sarana tempat pembuangan sampah;
a. Sarana Pengelolaan sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dan sebagainya.Selain itu sampah dapat
mencemari tanah danmenimbulkan gangguan kenyamanan dan estetikaseperti bau
yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu
pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang
ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan
pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan
sampah dengan cara ditimbun atau dibakar. (Kemenkes RI,2011:25)
Pengelolaan sampah adalah beberapa tahapan seperti tahap pengumpulan dan
penyimpanan di tempat sumber, tahap pengangkutan, dan tahap pemusnahan.
27
1) Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber
Sampah basah dan kering sebaiknya di kumpulkan dalam tempat yang terpisah
untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat
sampah) yang di gunakan harus memenuhi persyaratan .seperti memiliki tutup dan
mudah di buka tanpa mengotori tangan, mudah di angkut
2) Tahap pengangkutan
Di tahap ini sampah di angkut ke pembuangan akhir atau ke pemusnahan
sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang di sediakan dinas
kebersihan kota
3) Tahap pemusnahan
Pada tahap ini ada beberapa metode pemusnahan contohnya seperti metode
sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik, dalam metode ini
pemusnahan sampah di lakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang
lakukan selapis demi selapis. Dengan demikian sampah tidak berada di tempat
terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau tidak menjadi sarang vektor. Ada
juga dengan inceneration adalah pemusnahan dengan cara pembakaran sampah
besar-besaran (Dr. Arif,2010 :30-31)
c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar
tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempatnya.
28
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan
Menteri Kesehatan No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan
sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan
gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3
;
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
d. Debu maksimum 350 mm3
/m2 per hari
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg;
29
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg;
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg;
d. Kandungan Benzo (a) pyrene maksimum 1 mg/kg.
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan;
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit;
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan
tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan
pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar
pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata;
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhi persyaratan kesehatan;
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
syarat kesehatan;
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,
tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain
sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
30
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
1. Bahan Bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain: debu total tidak lebih dari 150 µg m3,
asbestos kurang dari 0,5 fiber/m3/jam, timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg bahan;
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya
mikroorganisme patogen.
1) Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis
sebagai berikut:
a) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
31
b) Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar
cuci
kedap air dan mudah dibersihkan;
c) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
d) Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir;
e) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang
tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang
mandi dan ruang bermain anak;
f) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
2) Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat
menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak
menyilaukan
3) Kualitas udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a) Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C;\
b) Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%;
c) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam;
d) Pertukaran udara;
e) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam;
f) Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
.
32
4) Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.
5) Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
6) Penyediaan air bersih
a) Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 l/orang/hari;
b) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990 dan
Permenkes 907 tahun 2002.
7) Sarana penyimpanan makanan
Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
8) Limbah
a) Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber
air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
9) Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari
dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun
33
D. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes)
No.829/MenKes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan
Persyaratan Kesehatan Perumahan
Kelompok Sarana
sanitasi
Kelompok Perilaku
Penghuni
Langit-
langit
Dinding
Lantai
Jendela
Ventilasi
Komponen-
Komponen Rumah
Sarana air bersih
Sarana jamban
keluarga
Saluran
pembuangan air
limbah
Sarana tempat
pembuangan
sampah
Membuka
jendela rumah
Membersihkan
rumah dan
halaman
Membuang tinja
bayi dan balita
dijamban
34
E. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2
Persyaratan kesehatan
Perumahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rajabasa Indah
pada tahun 2018
Komponen-komponen
rumah
1. Langit-langit
2. Dinding
3. Lantai
4. Jendela kamar tidur
5. Jendela ruang keluarga
6. Ventilasi
7. Pencahayaan
8. Sarana air bersih
9. Sarana jamban keluarga
10. SPAL
11. Sarana pembuangan
sampah
12. membuka jendela
13. membuang sampah pada
tempatnya
35
F. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini antara lain:
1. Komponen-komponen rumah : Langit-langit, Dinding , Lantai, Ventilasi,
Pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi : Sarana air bersih, Sarana jamban keluarga,
SPAL, Sarana pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni : membuka jendela dan membuang sampah
pada tempatnya.