bab ii tinjauan pustaka a. perlindungan hukum 1 ... · jadi hukum itu sendiri adalah ketentuan. ......
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perlindungan Hukum
1. Pengertian Pelindunganp
Dalam kamus besar Bahas Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung yang
memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Sedangkan
Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker. Beberapa
unsur kata Perlindungan;
1) Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga, memelihara, merawat,
menyelamatkan.
2) Perlindungan; proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan)
memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung ).
3) Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi.
4) Terlindung: tertutup oleh sesuatu hingga tidak kelihatan.
5) Lindungan : yang dilindungi, cak tempat berlindung, cak perbuatan.
6) Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung.
7) Melindungkan: membuat diri terlindungi
(http//www.artikata.com/artiperlindungan.html).
Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang
wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan
rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari ancaman, gangguan,
teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di sidang pengadilan.
Pengertian Perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan
sebagainya) memperlindungi. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 adalah
segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan
oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau
pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan.
Sedangkan perlindungan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.2 Tahun
2002 adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum
atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada
korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun,
yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan
di sidang pengadilan.
Pasal 1 angka 4 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri menyebutkan bahwa Perlindungan
TKI yaitu segala upaya untuk melindungi kepentingan calon Tenaga Kerja Indonesia
dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja. Dengan demikian,
seluruh TKI yang bekerja di Iuar negeri wajib mendapatkan perlindungan hukum dari
pemerintah, karena telah termuat dalam Undang-Undang No. 39 tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga KerjaIndonesia di Luar Negeri. Selain itu PPTKIS
juga mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada para calon TKI/ TKI
.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (Kepmenakertrans) No.KEP-
14/MEN/I/2005 Pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap TKI membentuk
Tim Pencgahan Keberangkatan TKI non prosedural dan pelayanan pemulangan TKI
disetiap pelabuhan dan BP2TKI. Melakukan penertiban dan mencegah berbagai praktek
ilegal yang merugikan para TKI, baik pada saat keberangakatan maupun pada saat
kepulangan.Meneruskan hasil penertiban dan penindakan kepada pihak yang berwenang
untuk proses hukum lebih lanjut.
2. Pengertian Hukum
Istilah hukum berasal dari Bahasa Arab : HUK'MUN yang artinya menetapkan.
Arti hukum dalam bahasa Arab ini mirip dengan pengertian hukum yang dikembangkan
oleh kajian dalam teori hukum, ilmu hukum dan sebagian studi-studi sosial mengenai
hukum (artikata.com/artihukumh.tml).
Dalam kamus Oxford disebutkan :
“All the rules established by authority or custom for regulating the behavior of
members of a community or country”.
artinya “Semua peraturan yang ditetapkan oleh otoritas atau kustom (adat atau
kebiasaan) untuk mengatur perilaku anggota komunitas atu negara” (
kangmoes.com/artikel-definisi_hukum.html).
Hans Kelsen berpendapat “Hukum adalah sebuah ketentuan tentang serangkaian
peraturan yang mengatur perilaku tertentu manusia dan hal ini berarti sebuah sistem
norma”. Jadi hukum itu sendiri adalah ketentuan. Menurut Utrecht “Hukum adalah
himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan”. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan
tindakan dari pihak pemerintah. Selain itu Austin berpendapat “Hukum adalah tiap-tiap
undang-undang positif yang ditentukan secara langsung atau tidak langsung oleh seorang
pribadi atau sekelompok orang yang berwibawa bagi seorang anggota atau anggota-
anggota suatu masyarakat politik yang berdaulat, dimana yang membentuk hukum adalah
yang tertinggi” ( Philips M. Hadjon, 1987: 10).
Hukum sendiri menetapkan tingkah laku mana yang dibolehkan, dilarang atau
disuruh untuk dilakukan. Hukum juga dinilai sebagai norma yang mengkualifikasi
peristiwa atau kenyataan tertentu menjadi peristiwa atau kenyataan yang memiliki akibat
hukum. Sedangkan negara hukum yaitu negara yang berdasarkan negara hukum dan yang
menjamin keadilan bagi warganya (Abu Daud Busroh, 1985: 110)
CST. Kansil dan Christine S.T.Kansil, (1997: 11) menjelaskan beberapa sarjana
hukum di Indonesia mendefinisikan hukum sebagai berikut:
a. S.M Amin
Hukum adalah kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari norma-norma dan
sanksi-sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum adalah mengadakan ketata tertiban
dalam pergaulun manusia.
b. J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang mementukan
tingkah laku dalam kehidupan manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat
oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Soetandyo Wigjosoebroto
Bahwa tidak ada yang konsep tunggal mengenai apa yang disebut hukum itu. Karena
sebenarnya hukum terdiri dari 3 konsep : hukum sebagai asas moralitas, hukum
sebagai kaidah-kaidah positif yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu, dan yang
ketiga, hukum dikonsepkan sebagai institusi yang riil dan fungsional dalam sistem
kehidupan bermasyarakat.
d. Soeroso SH
Hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan
untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan
melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi
yang melanggarnya.
e. Menurut Mochtar Kusumaatmadja
Pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai
suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam
masyarakat, tapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan
untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataanpelanggaran mana terhadap peraturan
tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman tertentu.
Melihat dari berbagai pengertian hukum dari berbagai para sarjana tersebut, maka
hukum terdiri dari beberapa unsur yaitu :
a) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dan pergaulan masyarakat;
b) Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
c) Peraturan itu bersifat memaksa;
d) Sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas
Sebuah peraturan akan layak untuk disebut sebagai hukum apabila memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
• Adanya perintah / larangan
• Perintah/larangan itu harus ditaati oleh setiap orang
• Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota
masyarakat oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan
tindakan oleh pemerintah/penguasa itu.
Sebabnya hukum ditaati orang menurut Utrecht, yaitu:
1. Karena orang merasakan bahwa peraturan dirasakan sebagai hukum. Mereka benar
berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut.
2. Karena orang harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Penerimaan rasional
itu sebagai akibat adanya sanksi-sanksi hukum supaya tidak mendapatkan kesukaran,
orang memilih untuk taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum
mendapat sanksi hukum.
3. Karena masyarakat menghendakinya. Dalam kenyataannya banyak orang yang tidak
menanyakan apakah sesuatu menjadi hukum/belum. Mereka tidak menghiraukan dan
baru merasakan dan memikirkan apabila telah melanggar hingga merasakan akibat
pelanggaran tersebut. Mereka baru merasakan adanya hukum apabila luas
kepentingannya dibatasi oleh peraturan hukum yang ada.
4. Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. Orang merasakan malu atau khawatir dituduh
sebagai orang yang asosial apabila orang melanggar suatu kaidah sosial/hukum
(Philips M. Hadjon, 1987: 12).
3. Pengertian Perlindungan Hukum
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah “zoon politicon”, makhluk sosial
atau makhluk bermasyarakat, oleh karena tiap anggota masyarakat mempunyai hubungan
antara satu dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial maka sadar atau tidak sadar
manusia selalu melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum
(rechtsbetrekkingen) (Soeroso, 2006: 49).
Perbuatan hukum (rechtshandeling) diartikan sebagai setiap perbuatan
manusia yang dilakukan dengan sengaja/atas kehendaknya untuk menimbulkan hak dan
kewajiban yang akibatnya diatur oleh hukum. Perbuatan hukum terdiri dari perbuatan
hukum sepihak seperti pembuatan surat wasiat atau hibah, dan perbuatan hukum dua
pihak seperti jual-beli, perjanjian kerja dan lain-lain.
Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) diartikan sebagai hubungan antara dua
atau lebih subyek hukum, hubungan mana terdiri atas ikatan antara individu dengan
individu, antara individu dengan masyarakat atau antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu
berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain” (Uti Ilmu Royen, 2009: 52).
Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu masing-
masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan yang berbeda-beda
dan saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi ketegangan dan konflik maka
tampil hukum yang mengatur dan melindungi kepentingan tersebut yang dinamakan
perlindungan hukum (Uti Ilmu Royen, 2009: 53).
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek
hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat
represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum
sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum., yaitu konsep dimana hukum dapat
memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian
(http//www.artikata.com/artiperlindunganhukum.html).
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule
of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, konsep rechtsct muncul di abad
ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl.Pada saatnya hampir bersamaan
muncul pula konsep negara hukum (rule of Law) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.
Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan dengan
negara hukum adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan pada hukum. Konsep Negara hukum atau Rechtsataat menurut Julius Stahl
mencakup 4 elemen, yaitu :
1. Perlindungan hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4. Peradilan tata usaha Negara (Philips M. Hadjon 1987: 2).
Sedangkan menurut A.V.Dicey menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting negara
hukum yang disebut dengan Rule of Law, yaitu :
1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat
pemerintah.
3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.
Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting, dalam kehidupan
dimana hukum dibangun dengan dijiwai oleh moral konstitusionalisme, yaitu menjamin
kebebasan dan hak warga, maka mentaati hukum dan konstitusi pada hakekatnya
mentaati imperatif yang terkandung sebagai subtansi maknawi didalamnya imferatif.
Hak-hak asasi warga harus dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara
dimanapun dan kapanpun, ataupun juga ketika warga menggunakan kebebasannya untuk
ikut serta atau untuk mengetahui jalannya proses pembuatan kebijakan publik (Sudikno
Mertokusumo, 2003: 22).
Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum
bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara hukum, yaitu :
1. Perlindungan hukum yang preventif
Perlindungan hukum kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk mengajukan
keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi
bentuk yang menjadi definitife.
2. Perlindungan hukum yang represif
Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
Kedua bentuk perlindungan hukum diatas bertumpu dan bersumber pada
pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia serrta berlandaskan pada prinsip Negara
hukum (Zahirin Harahap, 2001: 2).
B. Tenaga Kerja Indonesia ( TKI )
1. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia ( TKI )
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah Warga Indonesia baik laki-laki atau
perempuan yang melakukan kegiatan dibidang perekonomian, keilmuan, kesenian,
dan bidang olah raga professional serta mengikuti pelatihan kerja di luar negeri baik
darat , laut, maupun udara dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian
(Depanker R.I., 1994: 4).
Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri dalam Pasal 1 Tenaga Kerja Indonesia ( TKI )
adalah setiap Warga Negara Indonesia baik laki-laki atau perempuan yang memenuhi
syarat untuk bekerja di luar negri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu
dengan menerima upah. Selain itu TKI yang akan bekerja di luar negeri harus
terdaftar di Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan. Dengan demikian sernua Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja
diluar negeri harus menandatangani surat perjanjian kerja terlebih dahulu.
Pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pembangunan di semua sektor
telah menyebabkan meningkatnya permintaan tenaga kerja. Hal ini tampaknya
berlaku dinegara-negara seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Arab Saudi dan
sebagian Negara Eropa. Peluang ini dimanfaatkan sepenuhnya oleh tenaga kerja yang
datang dari Indonesia. Jumlah mereka dari tahun ke tahun kian meningkat, bahkan di
antara mereka tidak lagi mempedulikan syarat-syarat sah memasuki dan bekerja di
negeri orang. Minat tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di luar negeri dipengaruhi
oleh faktor-faktor dalam negeri sendiri, seperti faktor pertumbuhan penduduk yang
tinggi, lapangan kerja yang sangat terbatas, sumber pendapatan yang tidak memadai,
dan faktor pengambilan tenaga kerja yang belum tersalurkan seluruhnya. Sedangkan
faktor dari luar negeri, selain untuk mencari pengalaman, motif utamanya adalah
untuk mendapatkan upah yang lebih baik sehingga dapat mensejahterakan keluarga di
daerah asalnya (Iskandar Budiman, 2004: 379).
2. Tugas, Tanggung Jawab dan Kewajiban Pemerintah
Pemerintah Negara Indonesia dibentuk dengan maksud untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
(Pembukaan Undang-undang Dasar 1945).
Salah satu tugas pemerintah yaitu penyelenggaraan pemerintahan negara yang
solid dan bertanggung jawab, serta efektif dan efisien dengan menjaga kesinergisan
interaksi antara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Oleh karena itu
wujud dari pemerintahan yang baik meliputi sistem administrasi negara, dan
melakukan penyempurnaan pada sistem administrasi negara yang berlaku pada suatu
negara secara menyeluruh. Pemerintah melalui peraturan perundang-undangan telah
mengatur tentang syarat-syarat dan prosedur untuk menjadi TKI ke Luar negeri.
Peraturan yang ada sekarang yakni sebagaimana diatur melalui Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep-104 A/MEN/2002,
menentukan bahwa setiap calon TKI yang mendaftar harus telah mengikuti
penyuluhan mengenai lowongan kerja, syarat-syarat kerja.
Demikian pula melalui Undang-undang No.39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, calon TKI
harus memenuhi persyaratan, berusia 18 (delapan belas) tahun, berpendidikan
sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun, serta memiliki sertifikat keterampilan
melalui uji kompetensi kerja. Persoalannya adalah banyak TKI ke luar negeri tidak
menggunakan prosedur sebagaimana diatur melalui Undang-Undang No.39 Tahun
2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi Republik Indonesia Nomor
Kep- 104 A/MEN/2002, dengan ciri-ciri berpendidikan rendah serta tidak memiliki
keterampilan (unskilled) (Rachmad Syafaat, 2002: 25).
Dalam hal ini Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan
mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan
TKI di luar negeri Tercantum dalam Undang-Undang No.39 Tahun 2004 pasal 5, 6, 7
sebagai berikut :
Pasal 5
(1) Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi
penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI diluar negeri.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
dapat melimpahkan sebagian wewenangnya dan/atau tugas perbantuan kepada
Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan Per-Undang-undangan.
Pasal 6
Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKi di luar
negeri.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 dan Pasal 6 Pemerintah berkewajiban :
a) Menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang bersangkutan berangkat malalui pelaksanaa penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri;
b) Mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI; c) Membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI diluar
negeri; d) Melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan
TKI secara optimal di negara tujuan; dan e) Memberikan perlindungan TKI selama masa sebelumnya pemberangkatan, masa
penempatan, masa purna penempatan.
3. Perlindungan TKI
Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
merupakan bagian dari prinsip perlindungan hukum. Istilah Hak Asasi Manusia di
Indonesia, sering disejajarkan dengan istilah hak-hak kodrat, hak-hak dasar manusia,
natural rights, human rights, fundamental rights, gronrechten, mensenrechten,
rechten van den mens, dan fundamental rechten. Menurut Philips M hadjon, di dalam
hak (rights), terkandung adanya suatu tuntutan klaim (Tatiek Sri Djatmiati, 2005: 34).
Pada fase pra penempatan tenaga kerja di luar negeri, sering dimanfaatkan
calo tenaga kerja untuk maksud menguntungkan diri calo sendiri, yang sering
mengakibatkan calon tenaga kerja yang akan bekerja di luar negeri menjadi korban
dengan janji berbagai kemudahan untuk dapat bekerja diluar negeri, termasuk yang
melanggar prosedur serta ketentuan pemerintah, akhirnya sering memunculkan kasus
tenaga kerja Indonesia ilegal.
Pada fase selama penempatan sangat sering persoalan tenaga kerja Indonesia
yang berada di luar negeri, mengakibatkan permasalahan yang cukup memprihatinkan
berbagai pihak. Hal ini menunjukan bahwa apabila penyelesaian tenaga kerja
diserahkan pada posisi tawar-menawar (bargaining position) maka pihak tenaga kerja
akan berada pada posisi yang lemah. Sebagai misal, kasus kematian yang tidak wajar
sampai pada kasus penganiayaan, berbagai pelecehan tenaga kerja sampai
mengakibatkan adanya rencana pihak Indonesia untuk menghentikan pengiriman
tenaga kerja keluar negeri oleh karena dirasakan bahwa pengiriman tenaga kerja
keluar negeri akan menemui berbagai macam kendala.
Pada permasalahan purna penempatan dalam mekanisme pemulangan sering
terjadi bahwa disana-sini tenaga kerja yang baru pulang dari luar negeri berhadapan
dengan berbagai masalah keamanan dan kenyamanan diperjalanan sampai tujuan,
yang sering ditandai dengan terjadinya pemerasan terhadap hasil jerih payah yang
diperoleh dari luar negeri (Jurnal Sistem Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar
Negeri, 1999: 14).
Dengan demikian, seluruh TKI yang bekerja di Iuar negeri wajib
mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah dari mulai pra penempatan sampai
dengan perna penempatan, karena telah termuat dalam Undang-Undang No. 39 tahun
2004 Pasal 77 yaitu :
(1) Setiap calon TKI/TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai
dengan peraturan Per-Undang-undangan.
(2) Perlindungan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra
penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan.
Selain itu ada beberapa Perlindungan terhadap TKI, meliputi;
1. Perlindungan Sosial Tenaga Kerja
a) Perlindungan Upah
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut
persetujuan atau peraturan per-Undang-undangan yang berlaku dan
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh,
termasuk tunjangan, baik untuk buruh itu sendiri maupun keluarganya.
Perlindungan upah diberikan untuk melindungi TKI agar apa yang mereka
kerjakan dengan jerih payah dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
keluarganya, sehingga para TKI diharapkan mampu merubah hidupnya lebih
baik lagi (Lalu Husni, 2003: 37).
Dalam pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981, jika
buruh sendiri sakit sehingga tidak dapat melekukan pekerjaannya dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk 3 (tiga) bulan pertama, dibayar 100% dari upah.
2. Untuk 3 (tiga) bulan kedua, dibayar 75% dari upah.
3. Untuk 3 (tiga) bulan ketiga, dibayar 50% dari upah.
4. Untuk 3 (tiga) bulan keempat, dibayar 25% dari upah.
Penjelasan :
Ketentuan pembayaran upah dengan bertahap berlaku bagi buruh yang sakit
terus menerus.Termasuk sakit terus menerus adalah penyakit menahun atau
berkepanjangan, demikian pula apbila buruh yang telah sakit lama mampu
bekerja kembali tetapi dalam waktu 4 Minggu sakit kembali. Bulan yang
dipakai untuk menghitung adalah bulan atau waktu dimana buruh jatuh sakit,
jadi bukan kalender. Untuk pelaksanaan pasal ini diperlikan surat keterangan
dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
b) Jaminan Sosial Tenaga Kerja/Kesejahteraan Tenaga Kerja
Dalam Pasal 1 Peraturan Menakertrans RI No. PER.
02/MEN/XII/2004 Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan
bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua dan meniggal dunia.
Jaminan sosial tenaga kerja diberikan tidak hanya kepada kepada TKI
tetapi diberikan juga kepada keluarga TKI yang bekerja diluar negeri. Untuk
meningkatkan kesejahteraan bagi TKI dan keluarganya, PPTKI/PPTKIS wajib
menyediakan fasilitas kesejahteraan dengan memperhatikan kebutuhan TKI
dengan menyesuaikan kemampuan perusahaan.
Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan
untuk memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan
keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang.
Disamping itu program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa
aspek antara lain :
a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.
b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.
Dengan demikian jaminan sosial tenaga kerja mendidik kemandirian
pekerja sehingga pekerjaan tidak harus meminta belas kasihan orang lain jika
dalam hubungan kerja terjadi resiko-resiko seperti kecelakaan kerja, sakit, hari
tua dan lainnya. Selain itu banyaknya kasus kecelakaan kerja para TKI yang
terjadi seharusnya menjadi wacana bagi pemerintah kita untuk lebih
meningkatkan perlindungan terhadap TKI.
c) Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja termasuk sakit akibat hubungan kerja, demikian pula terhadap
kecelakaan kerja yang terjadi mulai dari pra penempatan, pasca penempatan
hingga purna penempatan. Jaminan kecelakaan ini tercantum dalam Peraturan
Pemerintah No. PER.07/MEN/V/2010 Tentang asuransi TKI disebutkan
bahwa asuransi adalah merupakan jaminan atau perlindungan bagi TKI yang
meliputi pra penempatan, masa penempatan, dan purna penempatan diluar
negeri dalam hal terjadi risiko-risiko. Iuran jaminan kecelakaan kerja ini
sepenuhnya ditanggung oleh pengusah yang besanya antara 0,24-1,745% dari
upah kerja selama sebulan. Iuran ini sangat tergantung dari risiko kecelakaan
yang terjadi. Semakin besar risiko kecelakaan semakin besar iuran yang
dibayarkan (Disnakertrans Kebumen).
d) Jaminan Kematian
Kematian yang mendapatkan santunan adalah tenaga kerja yang
meninggal dunia pada saat menjadi peserta Jamsostek. Jaminan ini
dimaksudkan untuk turut menanggulangi meringankan beban keluarga yang
ditinggalkan dengan cara pemberian santunan biaya pemakaman. Besarnya
jaminan kematian ini adalah 0,30% dari upah pekerja selama sebulan yang
ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha.
e) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya. Program pemeliharaan kesehatan ini merupakan upaya
penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan.Jaminan ini meliputi upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pemulihan (rehabilitatif). Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan ini
ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha yang besarnya 6% dari upah tenaga
kerja sebulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga dan 3% sebulan bagi
tenaga kerja yang belum berkeluarga. Jaminan pemeliharaan kesehatan
diberikan kepada tenaga kerja atau suami isteri yang sah dan anak sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang. Jaminan ini meliputi :
1) Perawatan rawat jalan tingkat pertama.
2) Rawat jalan tingkat lanjutan.
3) Rawat inap.
4) Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
5) Penunjang diagnostik.
6) Pelayanan khusus.
7) Pelayanan gawat darurat.
(Pasal 3 Ayat (1) jo. Pasal 35 Ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun
1993).
Dalam penyelenggaraan paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar,
badan penyelenggara wajib :
1) Memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta.
2) Memberikan keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai paket
pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan.
Perlindungan Teknis Terhadap Tenaga Kerja :
1) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
a) Batasan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen
K3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif. Alasan penerapan sistem manajemen K3 adalah :
a. Terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar karena faktor
manusia dan sebagian kecil karena faktor teknis.
b. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta orang
lain yang berada di tempat kerja serta sumber produksi, proses
produksi dan lingkungan kerja agar tetap aman, perlu penerapan sistem
manajemen K3.
c. Untuk mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi
perdagangan.
d. Diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 dan berlaku mulai
tanggal 12 Desember 1996.
b) Tujuan dan Sasaran Sistem Manajemen Keselamtan dan Kesehatan Kerja
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
2) Keselamatan Kerja
Keamanan kerja dapat diartikan sebagai penjagaan umum terhadap
bahaya kecelakaan di tempat kerja, yang melibatkan buruh yang bekerja pada
majikan dan terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di tempat kerja.
Sumakmur mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan
(Sumakmur, 1976: 1).
Pada awalnya keselamatan kerja ini diatur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (Pasal 1602Bw) dengan ketentuan mewajibkan majikan untuk
mengatur dan memelihara ruangan, alat dan perkakas, di tempat ia menyuruh
melakukan pekerjaan sedemikian rupa demikian pula mengenai petunjuk-
petunjuk sedemikian rupa sehingga buruh terlindung dari bahaya yang
mengancam badan, kehormatan dan harta bendanya, sepanjang mengingat
sifat pekerjaan selayaknya diperlukan (Imam Soepomo, 1972: 167).
Ruang lingkup keselamatan kerja adalah meliputi setiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan di mana terdapat dumber atau sumber-sumber bahaya. Dalam
penerapannya, ada tiga unsur yang terkait dengan keselamatan kerja, yaitu :
(a) tempat di mana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha;
(b) adanya tenaga kerja yang bekerja di sana; dan
(c) adanya bahaya kerja di tempat itu.
4. Hak Dan Kewajiban TKI
Arti dari kata “hak” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan
bahwa “hak” adalah :
1. yang benar;
2. milik, kepunyaan;
3. kewenangan;
4. kekuasaan untuk berbuat sesuatu;
5. kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu;
6. derajat atau martabat;
7. wewenang menurut hukum.
Pada dasarnya pengertian hak mengandung prinsip bahwa, hak adalah sesuatu yang
oleh sebab itu seseorang (pemegang) memiliki keabsahan untuk menuntut sesuatu
yang dianggap tidak dipenuhi atau diingkari. Seseorang yang memegang hak atas
sesuatu, maka orang tersebut dapat memperlakukan sesuatu tersebut sebagaimana
dikehendaki atau sebagaimana keabsahan yang dimilikinya (H. Muladi, 2009: 227).
Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 Pasal 8, setiap calon TKI
mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk :
a) Bekerja di luar negeri b) Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja di luar negeri dan
prosedur penempatan TKI di luar negeri. c) Memperoleh pelayanan dan perlakuan yangsama dalam penempatan di luar
negeri. d) Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinan serta kesempatan untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya. e) Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan. f) Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga
kerjaasing lainnya sesuai dengan perturan Per-Undang-undangan di negara tujuan. g) Memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan Per-Undang-
undangan atas tindakan yang dapat merendahkan hakat dan martabatnyaserta
pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan Per-Undang-undangan selama penempatan di luar negeri.
h) Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepilangan TKI ke tempat asal.
i) Memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.
Arti dari kata “Kewjiban” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyebutkan bahwa “Kewajiban” adalah :
a. Harus;
b. Harus dilaksanakan;
c. Tidak boleh tidak dilaksanakan (ditinggalkan);
d. Sudah semestinya;
Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 Pasal 9, setiap calon TKI/TKI
mempunyai kewajiban untuk:
a) Mentaati Peraturan Per-Undang-undangan baik di dalam negeri maupun di negara tujuan.
b) Mentaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja. c) Membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan
peraturan Per-Undang-undangan; dan d) Memberitahukan atau melaporkan kedatangan keberadaan dan kepulangan TKI
kepada perwakilan Republik Indonesia.
Pada dasarnya kewajiban mengandung prinsip bahwa, kewajiban adalah
sesuatu yang harus yang dipenuhi/dilaksanakan dagar dapat berjalan dengan
semestinya. Kewajiban yang dimiliki oleh setiap TK merupakan suatu pekerjaan yang
akan dikerjakan pada saat menjadi TKI sesuai dengan perjanjian kerja yang telah
disepakatinya.
5. Pelaksanaan Penempatan TKI Di Luar Negeri
Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI
sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yg
meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan
pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke
negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan. Penciptaan mekanisme sistem
penempatan tenaga kerja di luar negeri dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong
terwujudnya arus penempatan yang berdaya guna dan berhasil guna (Nur Hadi
Wijono, 1997: 45).
Program penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri merupakan
salah satu upaya penanggulangan masalah pengangguran. Peran pemerintah dalam
program ini dititikberatkan pada aspek pembinaan serta perlindungan dan
memberikan berbagai kemudahan kepada pihak yang terkait, khususnya TKI dan
Perusahaan Jasa Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Penempatan TKI ke
luar negeri, juga merupakan program nasional dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya serta pengembangan kualitas sumber
daya manusia. Penempatan TKI dalam program Antar Kerja Antar Negara (AKAN),
dilakukan dengan memanfaatkan pasar kerja internasional melalui peningkatan
kualitas kompetensi tenaga kerja dengan perlindungan yang optimal sejak sebelum
keberangkatan, selama bekerja di luar negeri sampai tiba kembali di Indonesia
(Mohd. Syaufii Syamsuddin, 2004: 34).
Berbagai sumber masalah sering menghadang tenaga kerja tanpa diketahui
sebelumnya oleh yang bersangkutan seperti :
1) Sistem dan mekanisme yang belum mendukung terjadinya arus menempatan yang
efektif dan efisien;
2) Pelaksanaan penempatan yang kurang bertanggung jawab;
3) Kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah;
4) Latar belakang budaya negara yang akan dituju berbeda.
Penempatan dan Perlindungan calon TKI/TKI, dilakukan berasaskan
keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan
gender, anti diskriminasi, serta anti perdagangan manusia. Penempatan dan
Perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk :
a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan,
sampai kembali ke tempat asal Indonesia;
c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.
Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang
pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah RI atau ke
negara tujuan yang mempunyai Peraturan Perundang-undangan yang melindungi
tenaga asing. Atas pertimbangan keamanan, Pemerintah menetapkan negara-negara
tertentu tertutup bagi penempatan TKI, antara lain negara tujuan dalam keadaan
perang, bencana alam, atau terjangkit wabah penyakit menular.
Khusus untuk penempatan TKI pada pekerjaan dan jabatan tertentu diatur
tersendiri, misalnya pekerjaan sebagai pelaut.Penempatan calon TKI/TKI di luar
negeri diarahkan pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, ketrampilan, bakat,
minat, dan kemampuan. Penempatan calon TKI/TKI dilaksanakan dengan
memperhatikan harkat, martabat, hak azasi manusia, perlindungan hukum,
pemerataan kesempatan kerja, dan ketersediaan tenaga kerja dengan mengutamakan
kepentingan nasional. Setiap orang dilarang menempatkan calon TKI/TKI pada
jabatan dan tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
norma kesusilaan serta Peraturan Perundang-undangan, baik di Indonesia maupun di
negara tujuan atau di negara tujuan yang telah dinyatakan tertutup (Pasal 27 s/d 30
Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri).
Dalam hal penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri berdasarkan
Undang-undang No. 39 tahun 2004 tanggung jawab pelaksanaan penempatan dan
perlindungan TKI ada pada empat faktor:
1. Pemerintah pusat (instansi terkait pelayanan penempatan dan perlindungan TKI).
2. Perwakilan TKI.
3. Pemerintah Daerah.
4. Pelaksanan Penempatan TKI (PPTKI).
Keterkaitan peran dan tanggung jawab keempat unsur tersebut menunjukkan
adanya saling keterkaitan sebab akibat masih terjadinya perdagangan tenaga kerja.
Timbulnya perdagangan tenaga kerja tidak dapat dipungkiri timbul karena sistem
pelayanan penempatan calon TKI ke luar negeri sebagai sebuah rimbaraya yang tidak
sepenuhnya dipahami oleh orang awam termasuk para calon TKI, oleh karenanya
timbul pencaloan yang seringkali berdampak pada tindakan penipuan, pemerasan, dan
berujung pada perdagangan manusia. Jika diidentifikasi ada beberapa ruang yang
menjadi peluang timbulnya perdagangan tenaga kerja antara lain.
Pelayanan penempatan masih dilakukan secara parsial dan sektoral, kondisi
ini dimanfaatkan oleh calo dan sindikat untuk memanipulasi data dan berbagai
dokumen TKI untuk tujuan menempatkan TKI secara illegal. Kecenderungan
pengusaha/majikan untuk lebih menerima TKI illegal karena untuk menghindari
membayar upah sesuai ketentuan, membayar pajak dan hak-hak perburuhan lainnya,
sehingga TKI illegal tetap menjadi komoditas menarik bagi para calo dan sindikat
(Jurnal Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial, 2006 : 1-14).
6. Tata Cara Penempatan TKI
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, telah memberi
sumbangsih yang besar bagi bangsa dan negara Republik Indonesia, paling tidak pada
tiga sektor. Pertama, penyediaan lapangan kerja, Penempatan TKI di luar negeri
telah berperan membantu para pencari kerja baru, Selain itu pencari kerja lama yang
belum mendapat pekerjaan atau yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena
berbagai sebab. Kedua, mengurangi kemiskinan, tidak bisa disangkal bahwa
penempatan TKI di luar negeri, telah memberi sumbangan yang positif bagi upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya kesejateraan masyarakat,
otomatis mengurangi jumlah orang miskin terutama di daerah-daerah yang menjadi
kantong pengiriman TKI keluar negeri. Ketiga, menjadi sumber penerimaan devisa
terbesar kedua setelah migas. Ini berarti bahwa penempatan TKI di luar negeri
mempunyai peranan besar dalam membantu perekonomian Indonesia. Dengan
demikian, penempatan TKI di luar negeri sangat penting bagi bangsa dan Negara
Indonesia hari ini dan di masa depan (Jurnal Sistem Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negeri, 1999: 2-7).
Penempatan TKI diluar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang
Pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik
Indonesia atau tenga kerja asing. Pemerintah menetapkan negarar-negara tertentu
tertutup bagi penempatan TKI guna memberikan perlindungan terhadap TKI. Dalm
hal tata cara penempatan TKI berdasarkan Undang-undang No. 39 tahun 2004 ada 3
(tiga) faktor yaitu :
1. Penempatan calon TKI/TKI diluar negeri diarahkan pada jabatan yang tepat
sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat dan kemampuan.
2. Dilaksanakan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak azasi manusia,
perlindungan hukum, pemerataan kesempatan kerja, dan ketersediaan tenaga kerja
dengan mengutamakan kepentingan Nasional.
3. Setiap orang dilarang menempatkan calon TKI/TKI pada jabatan dan tempat
pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma
kesusilaan serta peraturan Per-Undang-undangan, baik di Indonesia maupun di
negara tujuan (Rachmat Syafaat, 2002: 34).
Diatur dalam Pasal 9 Huruf d Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri bahwa setiap
calon TKI/TKI diwajibkan untuk melaporkan kedatangannya kepada Perwakilan
Republik Indonesia di negara tujuan. Kewajiban untuk melaporkan kedatangan bagi
TKI yang bekerja pada pengguna perseorangan dilakukan oleh PPTKIS.
7. Aspek Hukum Ketenagakerjaan
Dalam pengertian teoritis, Hukum Ketenagakerjaan dipahami sebagai
himpunan peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja dengan
pengusaha yang berdasarkan pembayaran upah. Hukum ketenagakerjaan mengatur
sejak dimulainya hubungan kerja, selama dalam hubungan kerja, penyelesaian
perselisihan kerja sampai pengakhiran hubungan kerja. Dari berbagai peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang ada, dapat dicatat, ditnjau dari aspek
perlindungan, hukum ketenagakerjaan mengatur perlindungan sejak sebelum dalam
hubungan kerja, selama dalam hubungan kerja dan setelah kerja berakhir (Lalu Husni,
2003: 50).
a. Sebelum Hubungan Kerja
Bidang hukum ketenagakerjaan sebelum hubungan kerja adalah bidang
hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga kerja sehingga
memiliki keterampilan yang cukup untuk memasuki dunia kerja, termasuk upaya
untuk memperoleh lowongan pekerjaan baik di dalam maupun di luar negeri dan
mekanisme yang harus dilalui tenaga kerja sebelum mendapatkan pekerjaan (Lalu
Husni, 2003: 54).
Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu contract of
law sedangkan bahas Belanda disebut dengan istilah overeenscomstreecht. Lawrence
Friedman mengartikan hukum kontrak adalah Perangkat hukum yang hanya mengatur
aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu atau hukum kontrak
adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau
persetujuan (Lawrence M. Friedman, 2001: 196).
Hukum kontrak diatur dalam buku KUH Perdata, yang terdiri atas 18 bab dan
631 pasal. Dalam KUH Perdata yang berkaitan aspek sebelum hubungan kerja yaitu
Pasal 1233 samapai 1312 KUH perdata meliputi : sumber perikatan, prestasi,
penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, dan
jenis-jenis perikatan.
Perjanjian pekerja yaitu Perjanjian tertulis antara Tenaga Kerja Indonesia
dengan pengguna yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban masing-
masing pihak. Isi perjanjian kerja yaitu :
1. Nama dan alamat pengguna
2. Jenis dan Uraian pekerjaan/jabatan
3. Kondisi dan syarat kerja yang meliputi :
a. Jam kerja
b. Upah
c. Cara pembayaran
d. Upah lembur
e. Cuti dan waktu istirahat
f. Jaminan soial Tenaga kerja (Lalu Husni, 2003: 25).
Ketentuan Pasal 1318 ayat (1) KUH Perdata memberikan kebebaskan kepada
para pihak untuk :
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. Mengadakan perjajian dengan siapapun;
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; dan
4. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan (Salim H.S., 1993: 100).
Perekrutan calon TKI oleh pelaksana penempatan TKI swasta wajib dilakukan
terhadap calon TKI yang telah memuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun kecuali bagi calon TKI
yang akan dipekerjakan pada pengguna perseorangan sekurang-kurangnya berusia
21 (dua puluh satu) tahun;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan;
d. Berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) atau yang sederajat.
Calon TKI behak mendapatkan pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan
pekerjaan yang akan dilakukan, pendidikan dan pelatihan yang dimaksud yaitu :
a. Membekali, menempatkan dan mengembangkan kompetensi kerja CTKI;
b. Member pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat,
budaya, agama, dan resiko bekerja di luar negeri;
c. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan;
d. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewjiban CTKI/TKI
(Rachmat Syafaat, 2002: 34).
b. Masa Penempatan
Penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri pada hakekatnya bertujuan
untuk memberikan kesempatan kerja kepada tenaga kerja Indonesia dan untuk
menghasilkan Devisa, sebagai bagian dari pelaksanaan perencanaan ketenagakerjaan
nasional, dengan tetap memperhatikan harkat dan martabat serta nama baik bangsa
dan negara (Perwada, 1999: 4).
Pasal 58 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi Republik
Indonesia Nomor Kep- 104 A/MEN/2002 menyebutkan bahwa PJTKI wajib
bertanggung jawab atas perlindungan dan pembelaan terhadap hak dan kepentingan
TKI di luar negeri. Dalam pelaksanaan perlindungan dan pembelaan TKI, PJTKI baik
sendiri-sendiri atau bersama-sama wajib menunjuk atau bekerja sama dengan
Lembaga Perlindungan TKI yang terdiri dari Konsultan Hukum dan atau Lembaga
Asuransi di negara penempatan TKI sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara
yang bersangkutan.
Ketentuan tentang masa penempatan TKI dari kedua peraturan perundangan
di atas memperlihatkan, bahwa ketentuan sebagaiana diatur dalam UU PPTKI hanya
bersifat administratif semata, sedangkan ketentuan yang ada dalam Kep- 104
A/MEN/2002 memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap hak dan
kepentingan TKI di luar negeri. Hal ini mengingat justru masa penempatan inilah,
TKI banyak mengalami masalah, baik permasalahan antara TKI dengan
majikan/pengguna, maupun dengan PPTKIS yang tidak memenuhi kewajibannya
seperti yang tercantum dalam perjanjian penempatan.
c. Purna Penempatan
Pasal 73 Ayat (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri disebutkan bahwa Setiap
TKI yang akan kembali ke Indonesia wajib melaporkan kepulangannya kepada
Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan. Kepulangan TKI dapat terjadi :
a. Berakhirnya perjanjian kerja;
b. Pemutusan hubungan kerja sebelum masa perjanjian kerja berakhir;
c. Terjadi perang, bencana alam, atau wabah penyakit di negara tujuan;
d. Mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan tidak bisanya menjalankan
pekerjaan lagi;
e. Meninggal dunia di negara tujuan;
f. Cuti;
g. Dideportasi oleh pemerintah setempat.
Menurut Pasal 75 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang No. 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri,
Kepulangan TKI dari negara tujuan sampai tiba di daerah asal menjadi tanggung
jawab pelaksana penempatan TKI dalam hal :
a. Pemberian kemudahan atau fasilitas kepulangan TKI;
b. Pemberian fasilitas kesehatan bagi TKI yang sakit dalam;
b. kepulangan;
c. Pemberian upaya perlindungan terhadap TKI dari kemungkinan;
d. adanya tindakan pihak-pihak lain yang tidak betanggung jawab;
e. dan dapat merugikan TKI dalam kepulangan.
Menurut Pasal 63 Ayat (1), (2), (3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Trasnmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep- 104 A/MEN/2002, PJTKI
bekerjasama dengan Mitra Usaha dan Perwalu wajib mengurus kepulangan TKI
sampai di Bandara di Indonesia, dalam hal :
a. Perjanjian kerja telah berakhir dan tidak memperpanjang perjanjian kerja;
b. TKI bermasalah, sakit atau meninggal dunia selama masa perjanjian kerja
sehingga tidak dapat menyelesaikan perjanjian kerja;
c. PJTKI harus memberitahukan jadwal kepulangan TKI kepada Perwakilan RI di
negara setempat dan Direktur Jenderal selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
tanggal kepulangan;
d. Dalam mengurus kepulangan TKI, PJTKI bertanggung jawab membantu
menyelesaikan permasalahan TKI dan mengurus serta menanggung kekurangan
biaya perawatan TKI yang sakit atau meninggal dunia.
Salah satu masalah yang terjadi berkaitan dengan kepulangan TKI itu adalah
persoalan keamanan dalam negeri sampai di Bandara Tanah Air. Karena itu ketentuan
UU PPTKI mengatur pemberian upaya perlindungan bagi TKI terhadap kemungkinan
adanya pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab dan dapat merugikan TKI
dalam kepulangan.
8. Upaya Penyelesaian Sengketa
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam
bentuk kerjasama antara pengusaha dan pekerja, yang meningkat dari hari ke hari.
Semakin meningkatnya kerjasama pengusaha dan pekerja, menyebabkan semakin
tinggi pula tingkat sengketa diantara para pihak yang terlibat didalamnya. Sebab-
sebab terjadinya sengketa diantaranya :
1. Wanprestasi.
2. Perbuatan melawan hukum.
3. Kerugian salah satu pihak.
4. Ada pihak yang tidak puas atas tanggapan yang menyebabkan kerugian.
Dilihat dari prosesnya, penyelesaian sengketa dapat berupa :
a. Litigasi yaitu mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan.
b. Non Litigasi yaitu mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan.
Menurut Pasal 85 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yaitu :
1) Dalam hal terjadi sengketa antara TKI dengan pelaksanaan penempatan TKI
swasta mengenai pelaksanaan perjanjian penempatan, maka kedua belah pihak
mengupayakan penyelesaian secara damai dengan musyawarah.
2) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka salah satu atau
kedua belah pihak dapat meminta bantuan instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota, Provinsi atau Pemerintah.
Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Sosial (Disnakertransos) merupakan
lembaga pemerintah yang bertugas sebagai penyalur informasi kesempatan kerja yang
ada di dalam dan di luar negeri. Lembaga ini juga menyiapkan pelatihan-pelatihan
bagi calon tenaga kerja yang akan disalurkan. Pelatihan-pelatihan semacam itu kini
juga telah banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga penyalur tenaga kerja swasta
yang bernaung di bawah Disnakertrans dan atas pengawasan Disnakertrans.
Pada dasarnya lembaga-lembaga swasta ini membantu calon tenaga kerja
memperoleh pekerjaan dengan mengambil sedikit keuntungan dari biaya pendidikan
yang dikeluarkan oleh calon tenaga kerja.Ironisnya, kebanyakan lembaga pelatihan,
baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta cenderung memberikan
pelatihan domestik, misalnya untuk keperluan mengurus rumah tangga saja. Oleh
karena itu, angkatan kerja wanita Indonesia tidak mengalami perubahan status.
Mereka tetap menjadi sub ordinat dalam sebuah sistem kekuasaan (Irwan Abdullah,
1997: 210).
Di Disnakertransos Kebumen penyelesaian sengketa TKI antara pengusaha
dengan pekeja menggunakan jalur mediasi yang di mediatori oleh pihak
Disnakertrans. Mediasi berarti menengahi atau penyelesaian sengketa melalui
penengah (mediator).
Menurut Black’s Law Dictionary, “Mediation is a private dispute resolution,
informal where a neutral party who is the mediator, helps the disputing parties
to reach agreement”.
Artinya mediasi sebagai proses penyelesaian sengketa secara pribadi, informal
dimana seorang pihak yang netral yaitu mediator, membantu para pihak yang
bersengketa untuk mencapai kesepakatan.
Mediator tidak mempunyai kesewenangan untuk menetapkan keputusan bagi
para pihak. Mediator bersifat netral dan tidak memihak yang tugasnya membantu para
pihak yang bersengketa untuk mengindentifikasikan isu-isu yang dipersengketakan
mencapai kesepakatan. Dalam fungsinya mediator tidak mempunyai kewenangan
untuk membuat keputusan.