bab ii tinjauan pustaka a. pengobatan sendirirepository.ump.ac.id/2416/3/asti winarni bab ii.pdf ·...

13
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri Pengobatan sendiri adalah upaya mengatasi masalah kesehatan secara umum menggunakan obat-obatan yang didesain dan diberi label khusus untuk digunakan tanpa resep dokter yang dianggap aman dan efektif untuk digunakan.Obat untuk pengobatan sendiri sering disebut ′obat tanpa resep′ atau ′over the counter′ (OTC) dan tersedia tanpa resep dokter di apotek (WSMI,2012). Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi.Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing,batuk, influenza, sakit maag,kecacingan, diare, penyakit kulit dan lainnya.Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan (Depkes RI,2006).Untuk melakukan pengobatan sendiri secara benar, masyarakat mutlak memerlukan informasi yang jelas dan dapat dipercaya, dengan demikian penetuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus berdasarkan kerasionalan (Depkes RI,2008). Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencagahan, penyembuhan,pemulihan peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Depkes RI,2008). B. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas 1. Obat Bebas Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan bisa diperoleh di apotek, toko obat, toko dan pedagang eceran. Pada kemasan obat ditandai dengan lingkaran hitam dengan latar berwarna Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengobatan Sendiri

    Pengobatan sendiri adalah upaya mengatasi masalah kesehatan secara

    umum menggunakan obat-obatan yang didesain dan diberi label khusus untuk

    digunakan tanpa resep dokter yang dianggap aman dan efektif untuk

    digunakan.Obat untuk pengobatan sendiri sering disebut ′obat tanpa resep′

    atau ′over the counter′ (OTC) dan tersedia tanpa resep dokter di apotek

    (WSMI,2012).

    Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan

    istilah swamedikasi.Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi

    keluhan – keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat

    seperti demam, nyeri, pusing,batuk, influenza, sakit maag,kecacingan, diare,

    penyakit kulit dan lainnya.Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil

    masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan (Depkes

    RI,2006).Untuk melakukan pengobatan sendiri secara benar, masyarakat

    mutlak memerlukan informasi yang jelas dan dapat dipercaya, dengan

    demikian penetuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus berdasarkan

    kerasionalan (Depkes RI,2008).

    Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang digunakan untuk

    mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

    rangka penetapan diagnosis, pencagahan, penyembuhan,pemulihan

    peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Depkes RI,2008).

    B. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

    1. Obat Bebas

    Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan

    bisa diperoleh di apotek, toko obat, toko dan pedagang eceran. Pada

    kemasan obat ditandai dengan lingkaran hitam dengan latar berwarna

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 6

    hijau. Contohnya Parasetamol (pereda nyeri dan demam), dan produk-

    produk vitamin (Widodo, 2011).

    Obat Bebas adalah obat-obat yang telah digunakan dalam pengobatan

    modern (ilmiah) dan tidak mempunyai bahaya yang mengkhawatirkan.

    Obat Bebas yang diperjualbelikan tanpa resep dokter harus disetai dengan

    brosur yang menerangkan cara pemakaiannya, jumlah takaran,

    kontraindikasinya dan peringatan terhadap kemungkinan gangguan-

    gangguan akibat alergi terhadap obat yang bersangkutan serta gejala-

    gejalanya, ditulis dengan huruf Latin dalam bahasa Indonesia.Tanda

    khusus untuk Obat Bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan

    garis tepi berwarna hitam (Widodo, 2011).

    2. Obat Bebas Terbatas

    Menurut Widodo (2011), obat bebas terbatas adalah obat yang dijual

    bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan tanda

    peringatan. Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru

    dengan garis tepi hitam. Khusus untuk Obat Bebas Terbatas, selain

    terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk

    aturan pakai obat, karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu,

    obat ini aman dipergunakan untuk pengobatan sendiri. Tanda peringatan

    berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam yang

    terdiri dari 6 macam yaitu :

    P. No. 1 yaitu: Awas ! Obat Keras Bacalah aturan memakainya

    P. No. 2 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan

    P. No. 3 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan

    P. No. 4 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk dibakar

    P. No. 5 yaitu: Awas ! Obat Keras Tidak boleh ditelan

    P. No. 6 yaitu: Awas ! Obat Keras Obat Wasir, jangan ditelan

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 7

    C. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia,atau hasil tahu seseorang

    terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,hidung,telinga dan

    sebagainya).Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

    pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata).Pengetahuan seseorang

    terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.Secara

    garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan (Notoatmojo,2010).

    a. Tahu (know)

    Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

    ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

    b. Memahami (Comprehention)

    Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek

    tersebut,tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus

    dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

    tersebut.

    c. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

    dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

    diketahui tersebut pada situasi yang lain.

    d. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

    memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

    yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

    bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

    adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

    memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

    pengetahuan atas objek tersebut.

    e. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

    atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

    komponen pengetahuan yang dimiliki.

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 8

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

    penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan sendirinya

    didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma

    yang berlaku di masyarakat.

    D. Leaflet

    Leafet adalah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat,

    gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat. Leaflet termasuk

    salah satu media edukasi yang sederhana dan mudah dibuat. Isi informasi

    dibuat dalam bentuk kalimat, gambar, maupun gabungan keduanya. Selain

    leaflet media cetak lain diantaranya booklet, flipchart, poster, flyer, dll.

    (Notoatmojo, 2010)

    Kegunaan dan keunggulan dari penggunaan leaflet antara lain :

    1. Responden dapat menggunakan leaflet untuk belajar tentang informasi

    kesehatan secara mandiri.

    2. Responden dapat melihat isinya pada saat santai.

    3. Sederhana dan murah.

    4. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

    E. Kehamilan

    1. Pengertian

    Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan

    pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan. Lamanya hamil normal

    adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama

    haid terakhir (Hanifa, 2007). Tiga periode berdasarkan lamanya

    kehamilan:

    a. Kehamilan trimester I : 0–14 minggu

    b. Kehamilan trimester II : 14–28 minggu

    c. Kehamilan trimester III : 28–42 minggu

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 9

    Dalam 3 trimester tersebut akan terjadi perubahan-perubahan dalam

    tubuh ibu. Perubahan akan muncul pada minggu ke-5 sampai ke-6 masa

    kehamilan, karena hormon-hormon kehamilan dalam tubuh mulai aktif

    bekerja (Hanifa, 2007).

    2. Tanda-tanda Kehamilan

    Menurut Hanifa (2007), tanda-tanda kehamilan meliputi :

    a. Amenorrhoea

    Gejala pertama kehamilan ialah haid tidak datang pada tanggal

    yang diharapkan. Bila seorang wanita memiliki siklus haid teratur dan

    mendadak berhenti, ada kemungkinan hamil. Tetapi meskipun

    demikian sebaiknya ditunggu selama 10 hari sebelum memeriksakan

    diri ke dokter. Karena sebelum masa itu sulit untuk memastikan adanya

    kehamilan.

    Haid yang terlambat pada wanita berusia 16-40 tahun, pada

    umumnya memang akibat adanya kehamilan. Tetapi kehamilan

    bukanlah satu-satunya penyebab keterlambatan haid. Haid dapat

    tertunda oleh tekanan emosi, beberapa penyakit tertentu, dan juga

    akibat makan obat-obatan tertentu. Selain kehamilan, penurunan berat

    badan dan tekanan emosi juga sering menjadi penyebab keterlambatan

    haid pada wanita yang semula mempunyai siklus normal (Hanifa,

    2007).

    b. Perubahan pada payudara

    Banyak wanita merasakan payudara memadat ketika menjelang

    haid. Bila terjadi kehamilan, gejala pemadatan bersifat menetap dan

    semakin bertambah. Payudara menjadi lebih padat, kencang dan lebih

    lembut, juga dapat disertai rasa berdenyut dan kesemutan pada putting

    susu. Perubahan di atas disebabkan oleh tekanan kelamin wanita,

    estrogen, dan progesterone yang dihasilkan oleh uri (plasenta).

    Hormon-hormon ini menyebabkan saluran dan kantong kelenjar susu

    membesar, dan tertimbun lemak di daerah payudara. Rasa kesemutan

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 10

    dan berdenyut disebabkan oleh bertambahnya aliran darah yang

    mengaliri payudara (Hanifa, 2007).

    c. Mual dan muntah-muntah

    Kira-kira separuh dari wanita yang hamil mengalami mual dan

    muntah-muntah, dengan tingkat yang berbeda-beda, biasanya cukup

    ringan dan terjadi dipagi hari (morning sickness). Penyebabnya tidak

    diketahui, tetapi juga dapat disebabkan oleh karena peningkatan kadar

    hormon kelamin yang diproduksi selama hamil. Sesudah 12 minggu

    gejala-gejala itu biasanya menghilang, karena tubuh sudah

    menyesuaikan diri (Hanifa, 2007).

    d. Sering kencing

    Pada awal kehamilan ginjal bekerja dan kantong kencing cepat

    penuh (Hanifa, 2007).

    F. Obat dan Kehamilan

    1. Farmakokinetik Obat pada Kehamilan

    Menurut Katzung (2009), berikut hal-hal yang mempengaruhi

    penyerapan obat pada kehamilan:

    a. Kelarutan Lipid

    Seperti juga membran biologik lainnya, obat yang melintasi

    plasenta bergantung pada kelarutan lipid dan derajat ionisasi obat, obat

    lipofilik cenderung berdifusi dengan mudah melintasi plasenta dan

    masuk sirkulasi janin.

    b. Ukuran Molekul

    Berat molekul obat juga mempengaruhi kecepatan transfer dan

    jumlah obat yang ditransfer melalui plasenta. Obat-obat dengan

    molekul 250-500 dapat melintasi plasenta dengan mudah, bergantung

    pada kelarutan lipidnya dan derajat ionisasi. Obat dengan berat

    molekul 500-1000 lebih sulit melintasi plasenta, dan obat dengan berat

    molekul lebih dari 1000 sangat sulit melintasi plasenta.

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 11

    c. Ikatan Protein

    Derajat ikatan obat dengan protein plasma (albumin) dapat pula

    mempengaruhi laju transfer dan jumlah obat yang dipindahkan.

    Namun, jika obat sangat mudah larut lipid, tidak akan banyak

    dipengaruhi oleh ikatan protein.

    d. Metabolisme obat plasenta dan janin

    Terdapat dua mekanisme yang memberikan perlindungan janin

    dari obat dalam sirkulasi darah maternal:

    a. Plasenta sendiri berperan baik sebagai sawar semipermeabel dan

    sebagai tempat metabolisme beberapa obat yang melaluinya.

    b. Obat yang telah melewati plasenta masuk dalam sirkulasi janin

    melalui vena umbilikus.

    2. Kategori Obat pada Ibu Hamil

    Menurut Yunika (2009), sistem penggolongan kategori resiko pada

    masa kehamilan dapat mengacu pada sistem penggolongan FDA (Food

    and Drug Administration) atau ADEC (Australian Drug Evaluation

    Committee). Untuk sediaan farmasi yang mengandung lebih dari satu

    bahan obat, penggolongan resiko sesuai dengan komponen obat yang

    mempunyai penggolongan paling ketat.

    Penggolongan ini berlaku hanya untuk dosis terapetik anjuran bagi

    wanita usia produktif. Menurut Yunika (2009) kategori kehamilan

    menurut FDA, adalah sebagai berikut:

    a. Kategori A

    Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa

    disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk

    lainnya. Misalnya Parasetamol, Penisilin, Eritromisin, Digoksin,

    Isoniazid, dan Asam Folat.

    b. Kategori B

    Obat-obat yang pengalaman pemakaiannya pada wanita hamil

    masih terbatas, tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi

    malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin. Kategori B dibagi

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 12

    lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi pada hewan,

    yaitu:

    1) B1 : Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya

    kejadian kerusakan janin. Contoh simetidin.

    2) B2 : Data dari penelitian pada hewan belum memadai, tetapi ada

    petunjuk tidak meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh

    tikarsilin, amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid

    belladonna.

    3) B3 : Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian

    kerusakan janin, tetapi belum tentu bermakna pada manusia.

    Misalnya karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim,

    dan mebendazol.

    c. Kategori C

    Obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

    disertai malformasi anatomic semata-mata karena efek

    farmakologiknya. Efeknya bersifat reversibel. Contoh narkotik,

    rifampisin, aspirin, AINS, dan diuretika.

    d. Kategori D

    Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian

    malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin

    yang bersifat ireversibel. Obat-obat dalam kategori ini juga

    mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin.

    Misalnya: androgen, fenitoin, kinin, klonazepam, asam valproat, dan

    steroid anabolik.

    e. Kategori X

    Kategori obat yang telah terbukti mempunyai resiko tinggi

    terjadinya pegaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

    diminum pada masa kehamilan. Obat dalam kategori ini merupakan

    kontraindikasi mutlak selama kehamilan. Misalnya isotretionin.

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 13

    3. Anjuran Penggunaan Obat Pada Masa Kehamilan

    Menurut Manuaba (2010), anjuran penggunaan obat pada masa

    kehamilan adalah sebagai berikut:

    a. Obat hanya diresepkan pada ibu hamil bila manfaat yang diperoleh ibu

    diharapkan lebih besar dibandingkan resiko pada janin.

    b. Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama

    trimester pertama kehamilan.

    c. Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara

    luasa pada kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada

    obat baru atau obat yang belum pernah dicoba secara klinis.

    d. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu

    sesingkat mungkin.

    e. Penggunaan banyak obat tidak boleh diberikan sekaligus (polifarmasi).

    f. Perlu adanya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan.

    Pemakaian obat-obat bebas dan resep perlu diperhatikan sepanjang

    kehamilan sampai nifas. Perubahan fisiologik pada ibu yang terjadi

    selama masa kehamilan mempengaruhi kerja obat dan pemakaiannya.

    4. Pengaruh Obat terhadap Kehamilan

    Meskipun janin di dalam kandungan telah dilindungi dari pengaruh

    luar oleh plasenta dan selaput ketuban, tetapi ia sama sekali tidak terlepas

    dari pengaruh buruk obat yang dikonsumsi oleh sang ibu. Secara khusus,

    penggunaan obat-obatan pada ibu hamil tidak hanya memberikan efek

    samping pada sang ibu, tetapi lebih dari itu ada pengaruh buruk pada

    janin, yang berupa cacat-cacat bawaan. Obat atau agen lain yang dapat

    mengakibatkan cacat bawaan yang nyata lazim disebut sebagai obat yang

    bersifat teratogenik atau dismorfogenik (Yunika, 2009).

    Menurut Katzung (2009), sebagian besar obat yang digunakan oleh

    wanita hamil dapat menembus plasenta, sehingga embrio dan janin dalam

    masa perkembangan terpapar terhadap efek farmakologis dan teratogenik

    agen tersebut. Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi transfer obat

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 14

    menembus plasenta dan efek obat terhadap janin termasuk hal-hal sebagai

    berikut:

    a. sifat fisikokimiawi

    b. kecepatan menembus plasenta dan jumlah yang mencapai janin

    c. durasi paparan

    d. sifat distribusi pada jaringan janin yang berbeda

    e. tahap perkembangan janin dan plasenta pada saat pemaparan

    f. efek obat yang digunakan secara kombinasi

    G. Community Based Interactive Approach (CBIA)

    Community Based Interactive Approach (CBIA) merupakan salah satu

    kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan untuk

    swamedikasi. Metode CBIA ini telah teruji lebih efektif dalam meningkatkan

    pengetahuan pengobatan sendiri. (Suryawati, 2003 ).

    Metode CBIA merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah

    tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi seputar obat yang digunakan

    oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar

    mampu menyikapi promosi iklan obat dipasaran dan mengelola obat di rumah

    tangga secara benar. Karena dari banyak survei diketahui bahwa ibu rumah

    tangga adalah ”key person” dalam penggunaan obat di rumah tangga

    (Depkes RI, 2008).

    Metode CBIA merupakan metode penyampaian informasi obat dengan

    melibatkan subyek secara aktif yaitu mendengar, melihat, menulis, dan

    melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis obat dan bahan aktif yang

    terkandung dalam suatu obat serta informasi lain seperti indkasi,

    kontraindikasi, dan efek samping. Tujuan metode ini adalah untuk

    meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memilih obat bebas dan

    obat bebas terbatas (Suryawati, 2003).

    Dalam metode CBIA, kegiatan ini dilakukan dengan cara diskusi

    interaktif dan di bagi dalam kelompok kecil kurang lebih 5-6 orang. Nara

    sumber atau tutor bisa berasal dari seorang apoteker, dokter, atau mahasiswa

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 15

    farmasi dan kedokteran, serta tenaga medis yang mengerti tentang obat.

    Setiap peserta dibagikan satu set obat-obatan. Kemudian peserta diminta

    unuk mengamati dan mengumpulkan seluruh informasi obat yang diperlukan

    dalam pengobatan sendiri sesuai yaitu bahan aktif, indikasi, dosis, efek

    samping dan kontraindikasi yang tertera dan membedakan zat aktif dari

    komponen tambahnnya jika obat terdiri dari satu komponen. Mempelajari

    edukasi, dosis dan cara pemberian, efek samping dan kontra indiksai obat.

    Hasil diskusi kelompok didiskusikan bersama (Suryawati, 2003).

    Menurut Suryawati ( 2003), Komponen informasi yang dijelaskan dalam

    proses edukasi dengan metode CBIA antara lain.

    1. Kandungan bahan aktif

    Disini diperkenalkan kepada responden bahwa banyak obat dengan

    nama dagang yang berbeda tetapi memiliki kandungan bahan aktif yang

    sama sehingga khasiat dari obat tersebut sama. Harapannya dalam

    memilih responden tidak lagi menghubungkan secara langsung antara

    gejala sakit yang dirasakan dengan nama dagang obat (Suryawati, 2003).

    2. Dosis dan aturan pakai

    Menurut Suryawati (2003), untuk dapat menghasilkan efek yang

    diinginkan, obat harus diminum dengan dosis yang tepat. Karena dosis

    yang tinggi dapat menimbulkan efek toksik, sedangkan dosis yang terlalu

    rendah tidak akan menghasilkan efek. Dosis obat yang dapat

    menghasilkan efek yang diharapkan tergantung dari beberapa faktor

    antara lain usia, bobot badan, jenis kelamin, besarnya permukaan badan

    beratnya penyakit dan keadaan penderita.

    Aturan minum atau aturan pakai merupakan hal yang penting

    dalam penggunaan obat karena berhubungan dengan konsentrasi atau

    ketersediaan obat didalam tubuh. Ketepatan dosis berkaitan dengan selang

    waktu pemakaian, tidak hanya memperhatikan jumlah yang harus

    diminum, tetapi juga perlu diperhatikan selang waktu yang benar untuk

    meminum obat (Suryawati, 2003).

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 16

    Menambah dosis sendiri, bahkan dalam jumlah yang berlebihan

    tidak membuat sakit berhenti tetapi justru akan memperberat kerja ginjal.

    Dalam setiap kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas juga disertai

    tulisan “jika sakit berlanjut hubungi dokter !” (Suryawati, 2003).

    3. Indikasi

    Indikasi berarti kegunaan obat. Dalam memilih obat bebas dan obat

    bebas terbatas informasi mengenai indikasi obat sangat penting. Dengan

    mencocokan gejala sakit yang dirasakan dengan indikasi yang tertera

    dalam kemasan. (Suryawati, 2003).

    4. Efek samping

    Menurut Suryawati (2003), masalah efek samping obat tidak kalah

    penting dengan masalah efek terapi obat. Responden harus diperkenalkan

    secara dini bahwa setiap obat tidak hanya mempunyai efek terapi tetapi

    juga efek yang tidak diinginkan atau efek samping. Efek samping obat

    merupakan reaksi yang sifatnya merugikan si pemakai dan timbulnya

    pada penggunaan obat dengan dosis terapi, diagnostik atau profilaksis.

    Resiko efek samping obat dapat diperbesar oleh penggunaan obat

    yang tidak rasional. Pemakaian obat yang berlebihan baik dalam jenis

    maupun dosis, jelas akan meningkatkan resiko efek samping. Jika selama

    mengkonsumsi obat timbul gejala lain yang dirasakan maka segera

    menghubungi apoteker atau dokter.

    5. Kontra indikasi

    Kontra indikasi obat merupakan pengguna yang tidak

    diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat tersebut. Informasi ini penting

    untuk dipahami dan dicocokan dengan kondisis kesehatan orang tersebut

    (Suryawati, 2003).

    6. Peringatan

    Menurut Suryawati (2003), peringatan yang biasanya terdapat

    dalam kemasan obat antara lain :

    a. Obat dapat menyebabkan rasa kantuk.

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014

  • 17

    Jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan

    mesin setelah minum obat ini. Biasanya peringatan ini digunakan

    untuk obat-obatan yang menyebabkan rasa kantuk dan memperlambat

    daya reflek seseorang, seperti obat batuk, flu serta alergi.

    b. Peringatan mengenai cara penyimpanan obat

    Simpan ditempat yang dingin, berarti pada suhu tidak lebih dari

    8ºC. Jangan terkena sinar matahari. Sinar yang panas yang berlebihan

    akan merusak hampir semua obat-obatan oleh karena itu lebih baik

    obat disimpan ditempat sejuk. Jika obat disimpan dikulkas jangan

    disimpan pada suhu kamar, maksunya adalah suhu antar 150C hingga

    300C.

    7. Tanggal kadaluarsa

    Yang dimaksud dengan tanggal kadaluarsa adalah waktu yang

    menunjuka batas ahir obat masih memenuhi persyaratan seperti semula,

    sehingga setelah batas waktu tersebut khsiatnya tidak dijamin masih

    100%. Informasi tentang tanggal kadaluarsa dalam kemasan biasanya

    ditulis dengan expired date sering disingkat ED (Suryawati, 2003).

    Perubahan Tingkat Pengetahuan..., Asti Winarni, Fakultas Farmasi UMP, 2014