bab ii tinjauan pustaka a. penelitian yang relevanrepository.ump.ac.id/3847/3/ria kusuma dewi bab...

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal akan tetapi berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini dipaparkan beberapa penelitian yang relevan yang telah dimuat dalam bentuk skripsi, ditunjukkan pula perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu : Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sita Resmi mahasiswa jurusan Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang pada tahun 2009 dengan judul “Tindak Tutur Ekspresif Pada Wacana Humor Politik Verbal Tulis “Presiden Guyonan” Butet Kartaredjasa. Hasil penelitian tersebut mengkaji tuturan humor di dalam wacana humor politik ditemukan berbagai macam variasi tuturan. Berdasarkan jenis tindak tutur dalam tuturan ekspresif ditemukan tindak tutur ilokusi, tindak tutur perlokusi, tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur harfiah, dan tindak tutur tak harfiah. Berdasarkan fungsi pragmatis ditemukan tindak tutur ekspresif fungsi mengkritik, fungsi ekspresif menyindir, fungsi ekspresif mengeluh, fungsi ekspresif menyanjung, dan fungsi ekspresif menyalahkan. Berdasarkan kemungkinan efek yang meliputi efek positif dan negatif. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sitaresmi dengan penelitian kali ini adalah terletak pada sumber datanya, yaitu menggunakan tindak tutur ilokusi ekpresif dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Sedangkan Ayu Sitaresmi menggunakan tindak tutur ekspresif pada wacana humor politik verbal tulis “Presiden Guyonan” Butet Kartaredjasa. 9 Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

Upload: others

Post on 30-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah,

karena pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal akan tetapi berasal dari

acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini dipaparkan

beberapa penelitian yang relevan yang telah dimuat dalam bentuk skripsi, ditunjukkan

pula perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sita Resmi mahasiswa jurusan

Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang pada tahun 2009 dengan judul “Tindak

Tutur Ekspresif Pada Wacana Humor Politik Verbal Tulis “Presiden Guyonan” Butet

Kartaredjasa. Hasil penelitian tersebut mengkaji tuturan humor di dalam wacana

humor politik ditemukan berbagai macam variasi tuturan. Berdasarkan jenis tindak

tutur dalam tuturan ekspresif ditemukan tindak tutur ilokusi, tindak tutur perlokusi,

tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur harfiah, dan tindak tutur

tak harfiah. Berdasarkan fungsi pragmatis ditemukan tindak tutur ekspresif fungsi

mengkritik, fungsi ekspresif menyindir, fungsi ekspresif mengeluh, fungsi ekspresif

menyanjung, dan fungsi ekspresif menyalahkan. Berdasarkan kemungkinan efek yang

meliputi efek positif dan negatif.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sitaresmi dengan penelitian

kali ini adalah terletak pada sumber datanya, yaitu menggunakan tindak tutur ilokusi

ekpresif dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Sedangkan

Ayu Sitaresmi menggunakan tindak tutur ekspresif pada wacana humor politik verbal

tulis “Presiden Guyonan” Butet Kartaredjasa.

9

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

10

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ruwanti Tri Utami mahasiswa jurusan

Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015 dengan

judul ”Tuturan Ekspresif Dalam Komik Onkel Dagobert Karya Carl Barks”. Hasil

penelitian tersebut mendeskripsikan bentuk tuturan ekspresif dalam komik Onkel

Dagobert karya Carl Barks dan fungsi tuturan espresif dalam komik Onkel Dagobert

karya Carl Barks. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ruwanti Tri Utami

dengan penelitian kali ini adalah terletak pada sumber datanya, yaitu menggunakan

tindak tutur ekpresif dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia.

Sedangkan Ruwanti Tri Utami menggunakan tindak tutur ekspresif dalam komik

Onkel Dagobert karya Carl Barks.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Apriana Yuniarti Universitas Negeri

Semarang pada tahun 2015 dengan judul “Tuturan Ekspresif Pada Novel Nona

Sekretaris Karya Suparto Brata.” Hasil penelitian tersebut mendeskripsikan bentuk

tuturan ekspresif yang terdapat dalam novel Nona Sekretaris. Perbedaan penelitian

yang dilakukan oleh Apriana Yuniarti dengan penelitian kali ini adalah terletak pada

sumber datanya, yaitu menggunakan novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma

Nadia. Sedangkan Apriana Yuniarti menggunakan novel Nona Sekretaris karya

Suparto Brata.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian yang telah dilakukan oleh Ayu

Sitaresmi, Ruwanti Tri Utami, dan Apriana Yuniarti dengan penelitian kali ini

memiliki perbedaan yang terletak pada sumber datanya. Ayu Sitaresmi menggunakan

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

11

sumber data tindak tutur ekspresif pada wacana humor politik verbal tulis “Presiden

Guyonan” Butet Kartaredjasa, Ruwanti Tri Utami menggunakan sumber data tindak

tutur ekspresif dalam komik Onkel Dagobert karya Carl Barks, dan Apriana Yuniarti

menggunakan sumber data tindak tutur ekspresif pada novel Nona Sekretaris karya

Suparto Brata. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sumber data tindak tutur

ilokusi ekspresif pada tuturan tokoh yang terdapat dalam novel Surga yang Tak

Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Maka dapat diketahui penelitian dengan judul

“Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Pada Tuturan Tokoh Dalam Novel Surga

yang Tak Dirindukan 2 Karya Asma Nadia” perlu dilakukan. Karena penelitian ini

benar-benar berbeda dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain.

B. Tindak Tutur

1. Pengertian Tindak Tutur

Menurut Rohmadi (2004: 29) teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh

Austin (1956) seorang guru besar di Universitas Harvard. Teori yang berwujud hasil

kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1956) dengan judul How to Things

with words?. Akan tetapi, buku itu baru berkembang secara mantap setelah Searle

(1956) menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts An Essay in the Philosophy of

Language. Menurut Searle dalam semua komunikasi linguistik terdapat tindak tutur.

Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekadar lambang, kata, atau kalimat. Tetapi

akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat

yang berwujud perilaku tindak tutur.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

12

Chaer (2010: 27) mengatakan bahwa tindak tutur adalah tuturan dari seseorang

yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturan itu. Lain

halnya dengan pendapat yang diungkapkan oleh Tarigan (2009: 36) bahwa tindak

tutur atau tuturan yang dihasilkan oleh manusia dapat berupa ucapan. Sementara

Suwito (dalam Rohmadi, 2004: 30) menjelaskan jika peristiwa tutur merupakan gejala

sosial dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu, maka

tindak tutur lebih cenderungsebagai gejala individual bersifat psikologis dan

ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Chaer dan Leonie Agustina

(2004: 50) berpendapat bahwa tindak tutur adalah gejala individu yang bersifat

psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur

dalam menghadapi situasi tertentu. Teori tindak tutur memusatkan perhatian pada cara

penggunaan bahasa dalam mengkomunikasikan maksud dan tujuan tuturan.

Sementara itu menurut Searle (dalam Rohmadi, 2004: 29) menyatakan bahwa tindak

tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu yang dapat

berwujud pernyataan, perintah, atau yang lainnya. Sependapat dengan hal tersebut

Chaer (2007: 49) menyatakan bahwa Tindak tutur (speech atcs) adalah gejala

individual yang bersifat psikologi dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan

bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Berdasarkan pengertian tindak

tutur yang disampaikan oleh beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan tuturan dengan maksud tertentu.

2. Jenis Tindak Tutur

Searle (dalam Leech, 2011: 316) mengemukakan bahwa secara pragmatis ada

tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

13

(ilocutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi

(perlocutionary act). Dari pendapat tersebut, Austin (1962) juga mengemukakan tiga

jenis tindakan dalam tindak tutur yang dapat diwujudkan oleh penutur secara

pragmatis, yakni tindak lokusi, ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindakan-tindakan

tersebut diatur oleh norma aturan penggunaan bahasa sesuai situasi tuturan atau

percakapan. Ketiga tindakan itu lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:

a. Tindak Tutur Lokusi

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu

sebagaimana adanya atau The Act of Saying Something tindak untuk mengatakan

sesuatu Austin (dalam Chaer, 2010: 27). Sementara Leech (2011: 316) menyatakan

bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur memberikan tuturan kepada mitra tutur

bahwa kata-kata yang diucapkan itu mempunyai suatu makna dan acuan tertentu.

Sedangkan menurut Rahardi (2005: 35) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah

tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat. Contohnya yaitu sebagai berikut.

(1) Jembatan Suramadumenghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura.

Kalimat (1) di atas dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya untuk

memberikan informasi sesuatu belaka, tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu.

Informasi yang diberikan pada kalimat (1) adalah mengenai jembatan Suramadu yang

menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Berdasarkan paparan para ahli dan

contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak tutur lokusi dituturkan oleh

penuturnya semata-mata hanya memberikan suatu informasi saja.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

14

b. Tindak Tutur Ilokusi

1) Pengertian Tindak Tutur Ilokusi

Austin (dalam Chaer, 2010: 28) menyebutkan bahwa tindak tutur ilokusi

selain menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Oleh karena

itu, tindak tutur ilokusi ini disebut The Act of Doing Something (tindakan melakukan

sesuatu). Hal serupa juga diungkapkan oleh Wijana (1996: 18) sebuah tuturan selain

berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan

untuk melakukan sesuatu The Act of Doing Something. Tindak tutur ilokusi

merupakan sentral untuk memahami tindak tutur. Hal tersebut dikarenakan harus

mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur

tersebut terjadi, dan sebagainya. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Chaer, (2007:

13) mengungkapkan bahwa tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan

pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan,

dan sebagainya. Berikut contoh kalimat dalam bentuk tindak tutur ilokusi.

(2) Sudah hampir pukul tujuh.

Kalimat (2) di atas bila dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya di pagi hari,

selain memberi informasi tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu mengingatkan si

istri bahwa si suami harus segera berangkat ke kantor; jadi minta disediakan sarapan.

Berdasarkan contoh tersebut, jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ilokusi adalah

tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan dan melakukan sesuatu,

menginformasikan, dan menyuruh untuk melakukan sesuatu.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

15

2) Kategori Searle mengenai Tindak Tutur Ilokusi, yaitu:

Klasifikasi yang dibuat oleh Searle mengenai tindakan ilokusi didasarkan pada

berbagai kriteria. Secara garis besar kategori-kategori Searle ialah a) Representatif, b)

Direktif, c) Ekspresif, d) Komisif, e) Deklaratif. Representatif adalah tindak tutur

yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Direktif adalah

tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agarmitra tutur melakukan tindakan yang

disebutkan di dalam tuturan itu. Ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan

penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di

dalam tuturan. Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk

melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan. Deklaratif adalah tindak tutur

yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal yang baru (Searle dalam Leech,

2011: 163-165). Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai tindakan ilokusi

berdasarkan kategori, yaitu:

a) Representatif

Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran

atas apa yang diujarkan. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga tindak tutur

asertif. Tuturan yang memberikan pernyataan atau menyatakan termasuk tuturan

representatif. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur adalah tuturan-tuturan

menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan,

memberikan kesaksian, dan sebagainya. Dalam tuturan itu, penutur bertanggung

jawab atas kebenaran isi tuturannya. Contoh dari tindak tutur representatif adalah

sebagai berikut. “Penduduk desa ini 1350 jiwa.” Informasi tersebut diucapkan oleh

seorang kepala desa kepada seorang petugas sensus penduduk. Tuturan termasuk

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

16

dalam tindak tutur representatif karena tuturan mengikat penutur akan kebenaran

tuturannya. Penutur bertanggung jawab memang benar bahwa jumlah penduduk yang

ia pimpin berjumlah 1350 jiwa. Kebenaran tuturan itu diperoleh dari fakta yang ada di

lapangan.

b) Direktif

Direktif adalah tindak tuturyang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur

melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tarigan (2009: 43) direktif

dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak,

misalnya: memesan, memerintahkan, memaksa, memohon, menyarankan, mengajak,

meminta, menyuruh, menagih, mendesak, menyarankan, termasuk ke dalam jenis

tindak tutur direktif ini. Contoh tindak tutur direktif adalah sebagai berikut. “Tolong

belikan ibu garam di warung Pak Amin!.” Informasi tersebut dituturkan oleh seorang

ibu kepada anaknya. Tuturan tersebut termasuk dalam jenis tindak tutur direktif

karena penutur menginginkan mitra tutur untuk melakukan sesuatu seperti yang

terdapat dalam tuturannya.

c) Ekspresif

Menurut Tarigan (2009: 43) tindak tutur ekspresif mempunyai fugsi untuk

mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang

pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Tindak

tutur ekspresif ini disebut juga sebagai tindak tutur evaluatif. Tuturan-tuturan memuji,

mengucapkan terima kasih, menyatakan belasungkawa, mengkritik mengeluh,

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

17

menyalahkan, mengucapkan selamat, menyanjung termasuk dalam tindak tutur

ekspresif. Contoh tindak tutur ekspresif adalah sebagai brikut “Sudah berhemat

setengah mati tapi kita tidak kaya juga.” Informasi tersebut dituturkan oleh seorang

istri kepada suaminya. Tuturan di atas termasuk tindak tutur ekspresif karena tuturan

itu dapat diartikan sebagai bentuk evaluasi terhadap hal yang telah mereka lalukan

yaitu berhemat tapi hasil yang mereka harapkan untuk dapat kaya tidak terwujud juga.

Isi dari tuturan tersebut berupa keluhan karenanya tuturan tersebut termasuk dalam

tindak ekspresif mengeluh.

d) Komisif

Menurut Tarigan (2009: 43) tindak tutur komisif melibatkan pembicara pada

beberapa tindakan yang akan datang. Misalnya:. Berjanji, bersumpah, mengancam,

menyatakan kesanggupan merupakan tuturan yang termasuk dalam jenis tindak tutur

komisif. Contoh tindak tutur komisif sebagai berikut “Saya akan rajin belajar.”

Informasi tuturan seorang anak kepada ibunya setelah ia mendapatkan nilai rendah

pada saat ulangan harian. Tuturan tersebut termasuktindak tutur komisif karena

tuturan itu mengikat penuturnya untuk rajin belajar. Ikatan untuk rajin belajar

dinyatakan penuturnya yang membawa konsekuensi bagi dirinya untuk

memenuhinya. Karena itu, tuturan tersebet berisi janji yang secara eksplisit

dinyatakan, dan termasuk dalam tindak tutur komisif berjanji.

e) Deklarasi

Menurut Tarigan (2009: 43-44) tindak tutur deklarasi adalah ilokusi yang ‘bila

performansinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

18

proposional dengan realitas. Misalnya: menyerahkan diri, membebaskan, menunjuk,

menentukan, menjatuhkan hukuman, memutuskan, membatalkan, mengizinkan,

mengabulkan, mengangkat menolong, mengampuni, memaafkan termasuk dalam

tindak tutur deklaratif. Contoh tindak tutur deklaratif adalah sebagai berikut “Jangan

main didekat sumur!”. Informasi tersebut dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya

yang sedang bermain di belakang rumah. Tuturan tersebut termasuk jenis tindak tutur

deklarasi karena dengan tuturan ini penutur menciptakan suatu keadaan yang baru

yaitu berupa larangan bagi anaknya untuk bermain di dekat sumur. Sementara

sebelum tuturan ini dituturkan oleh ibu, si anak boleh bermain dimana saa yang ia

inginkan. Adanya perubahan status atau keadaan merupakan ciri dari tindak tutur

deklarasi. Karena tuturan tersebut berisi larangan, maka tuturan ini termasuk tindak

tutur deklarasi melarang.

c. Tindak Tutur Perlokusi

Austin (dalam Chaer, 2010: 28) menyebutkan bahwa tindak perlokusi adalah

tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang

yang mendengar tuturan itu. Hal serupa juga diungkapkan oleh Searle (dalam Wijana,

1996: 19) menyebutkan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang

mempunyai daya pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar

tuturan itu. Tindak tutur perlokusi disebut sebagai The Act of Affective Someone

(tindak yang memberi efek pada orang lain). Efek atau daya pengaruh ini dapat

secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Adapun contoh

kalimat yaitu sebagai berikut.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

19

(18) Rumah saya jauh sih.

Tuturan (18) bukan hanya memebri informasi bahwa rumah si penutur itu jauh; tetapi

juga bila dituturkan oleh seorang guru kepada kepala sekolah dalam rapat penyusunan

jadwal pelajaran pada awal tahun menyatakan maksud bahwa si penutur tidak dapat

datang tepat waktu pada jam pertama. Efek atau pengaruhnya yang diharapkan si

kepala sekolah akan memberi tugas mengajar tidak pada jam-jam pertama, melainkan

pada jam-jam yang lebih siang.

C. Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif

1. Pengertian Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif

Searle (dalam Tarigan, 43) menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif mempunyai

fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap

psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh

ilokusi. Misalnya: mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan,

mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. Hal

serupa diungkapkan oleh Yule (2006: 93) bahwa tuturan ekspresif ialah jenis tindak

tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu

mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur dan dapat berupa

pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, kesengsaraan,

dan sebagainya. Kemudian Searle (dalam Leech, 1993: 164-165) mengungkapkan

bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk

mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang

tersirat dalam ilokusi. Misalnya; mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat,

memberi maaf, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya. Sementara

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

20

Ibrahim (1993: 15) mengungkapkan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur

mengekspresikan perasaan yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan

sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak tutur

ekspresif merupakan salah satu bentuk dari tindak ilokusi.

Dari pengertian tindak tutur ekspresif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar

ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan.

Selain itu, tindak tutur ekspresif dapat pula mewakili perasaan yang sedang dirasakan

oleh penutur itu sendiri.

2. Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif

Setiap tindak tutur mempunyai fungsi. Fungsi tuturan itu tampak pada maksud

atau tujuan untuk apa tuturan itu disampaikan. Sedangkan tuturan ekspresif itu sendiri

merupakan tuturan yang menggambarkan reaksi sang penutur. Tuturan terdiri atas dua

macam, yaitu tuturan yang santun dan tuturan yang tidak santun. Sebuah tuturan

disebut santun jika tuturan itu tidak terdengar memaksa atau tidak bernada angkuh,

melainkan memberi pilihan pada lawan tutur, serta dapat membuat lawan tutur

menjadi senang. Sedangkan tuturan yang tidak santun dapat menjatuhkan muka

pelaku tutur. Menurut Abdul Chaer ( 2010: 79-100) menyebutkan fungsi utama

tuturan menjadi lima, yaitu fungsi tindak tutur menyatakan (deklaratif), fungsi tindak

tutur menanyakan (interogatif), fungsi tindak tutur menyuruh (imperatif), fungsi

tindak tutur meminta maaf, dan fungsi tindak tutur mengeritik. Berikut akan

dijelaskan secara singkat mengenai fungsi tindak tutur ekspresif.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

21

a. Fungsi Menyatakan (deklaratif)

Fungsi menyatakan di dalam kajian gramatika dilakukan dalam bentuk kalimat

deklaratif, yakni kalimat yang hanya menyampaikan berita atau kabar tentang

keadaan di sekeliling penutur. Dengan tuturan deklaratif ini penutur tidak

mengharapkan adanya komentar dari lawan tutur, juga memang tidak ada kewajiban

lawan tutur untuk mengomentarinya. Namun, bukan berarti lawan tutur tidak boleh

mengomentarinya. Komentar bisa saja disampaikan sehubungan dengan informasi

tuturan yang disampaikan oleh penutur. Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia

dapat merupakan tuturan langsung dan dapat pula merupakan tuturan tidak langsung.

Dilihat dari maksud tuturannya, fungsi menyatakan digunakan untuk beberapa

keperluan, misalnya menyatakan atau menyampaikan informasi faktual saja, untuk

menyatakan keputusan atau penilaian, menyatakan selamat, menyatakan ucapan duka,

menyatakan keputusan, menyatakan perjanjian, menyatakan pujian, menyatakan

terima kasih, peringatan atau nasihat dan sebagainya. Fungsi menyatakan untuk

beberapa keperluan lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:

1) Menyatakan Selamat

Fungsi tuturan untuk mengucapkan selamat adalah pernyataan selamat dari

penutur atas apa yang telah diraih oleh mitra tutur. Fungsi untuk mengucapkan

selamat digunakan untuk mengekspresikan ucapan selamat penutur kepada mitra

tutur. Tuturan dengan fungsi menyatakan ucapan selamat atas keberhasilan lawan

tutur dilakukan dengan kalimat deklaratif yang santun. Disamping itu untuk lebih

menyantunkan tuturan, maka ucapan selamat harus disertai dengan gerak mimik

wajah yang gembira. Misalnya ucapan selamat jalan, selamat mengerjakan sesuatu,

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

22

selamat karena meraih sesuatu, selamat ulang tahun, selamat datang, dan lain-lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi mengucapkan selamat merupakan tuturan yang

mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan

agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan tuturan mengucapkan selamat.

2) Menyatakan Ucapan Duka/belasungkawa

Tuturan dengan fungsi menyatakan ucapan duka atas musibah menimpa lawan

tutur dilakukan dengan kalimat deklaratif yang santun. Disamping itu untuk lebih

menyantunkan tuturan, maka ucapan duka harus disertai dengan gerak mimik wajah

yang sedih. Misalnya ucapan duka atas meninggal dunia, dan sebagainya. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa fungsi menyatakan ucapan duka merupakan tuturan yang

mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan

agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan tuturan menyatakan ucapan duka.

3) Menyatakan Pujian

Tuturan dengan fungsi menyatakan pujian dilakukan dengan menggunakan

kalimat deklaratif yang santun. Fungsi tuturan untuk menyatakan pujian adalah untuk

mengekspresikan kekaguman penutur atas mitra tutur atau sesuatu. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa fungsi menyatakan pujian merupakan tuturan yang mengikat

penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar

ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan menyatakan pujian.

4) Menyatakan Terima Kasih

Fungsi tuturan untuk berterima kasih adalah ucapan balas budi setelah

menerima kebaikan. Selain itu, tuturan untuk berterima kasih dapat pula digunakan

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

23

sebagai bentuk kesopanan ketika menuturkan penolakan terhadap sesuatu. Contoh

kalimat: “Terima kasih telah membantuku”. Tuturan tersebut merupakan tuturan

ekspresif yang mempunyai fungsi untuk berterima kasih,hal ini diungkapkan sebagai

ucapan balas budi setelah menerima kebaikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi

mengucapkan terima kasih merupakan tuturan yang mengikat penuturnya untuk

mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar ujarannya diartikan

sebagai evaluasi dengan mengucapkan terima kasih.

b. Fungsi Menanyakan (Interogatif)

Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan

sesuatu kepada mitra tutur. Dengan kata lain, apabila seorang penutur bermaksud

mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau suatu keadaan, maka penutur akan

bertutur dengan menggunakan kalimat interogatif kepada mitra tutur. Tuturan dengan

fungsi menanyakan dilakukan dalam bentuk kalimat interogatif. Ciri utama kalimat

interogatif dalam bahasa Indonesia adalah adanya intonasi naik pada akhir kalimat.

Kalau ada intonasi: meskipun kalimatnya tidak lengkap, maka kalimat tersebut sudah

sah sebagai kalimat interogatif atau tuturan yang mengemban fungsi menanyakan.

Semua tuturan yang berfungsi menanyakan (interogatif) menghendaki adanya

jawaban, terutama jawaban lisan; meskipun ada kemungkinan jawaban dilakukan

dalam bentuk tindakan. Dilihat dari jawaban yang dikehendaki atau yang diberikan

lawan tutur, dibedakan tuturan dengan fungsi menanyakan (interogatif) yaitu:

1) Menanyakan Meminta Pengakuan

Kalimat interogatif merupakan kalimat yang mengandung maksud

menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan yang

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

24

meminta pengakuan atau jawaban “ya” atau “tidak”, atau “ya” atau “bukan” dari

seorang penutur kepada lawan tutur dilakukan dalam bentuk kalimat interogatif.

Dengan kata lain, kalimat interogatif mempergunakan kata tanya yang jenis dan

macamnya ditentukan berdasarkan sifat objek yang dimaksudkan dalam kalimat

interogatif tersebut. Apabila kalimat interogatif itu dimaksudkan untuk menanyakan

orang atau hal yang “diorangkan”, kata tanya yang digunakan adalah siapa, dari

siapa, untuk siapa, atau kepada siapa. Kalimat interogatif yang menanyakan benda,

hewan, dan tumbuhan dapat menggunakan kata tanya apa, untuk apa, atau dengan

apa. Sedangkan interogatif yang menanyakan tempat dapat menggunakan kata tanya

di mana, ke mana, atau dari mana. Untuk menanyakan waktu digunakan kata tanya

bila, bilamana, atau kapan, sedangkan untuk menanyakan suatu perbuatan digunakan

kata tanya mengapa atau kenapa, dan berapa digunakan untuk menanyakan

bilangan.

2) Menanyakan Meminta Alasan

Kalimat interogatif meminta alasan merupakan kalimat yang mengandung

maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan

yang meminta alasan atau sebab dilakukan dalam kalimat interogatif. Kalimat

interogatif yang digunakan untuk menanyakan suatu perbuatan menggunakan kata

tanya mengapa atau kenapa. Contoh kalimat: a) Mengapa mantan anggota DPR itu

dilaporkan ke Polisi?, b) Bisa Anda jelaskan, mengapa mantan anggota DPR itu

dilaporkan ke Polisi?. Dituturkan oleh seorang pimpinan kepada bawahannya.

Apabila dibandingkan antara tuturan (a) dengan tuturan (b) pada contoh kalimat

tersebut, tampak bahwa tuturan (b) bermakna lebih halus dibandingkan dengan

tuturan (a).

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

25

(3) Menanyakan Meminta Pendapat

Kalimat interogatif meminta pendapat merupakan kalimat yang mengandung

maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi untuk

menanyakan pendapat atau buah pikiran yang diujarkan penutur kepada lawan tutur

dilakukan dalam kalimat interogatif. Dalam hal ini, biasanya digunakan kata tanya

bagaimana. Contoh kalimat: a) bagaimana kiat Anda untuk membuat rakyat

sejahtera?, b) dapatkah Anda jelaskan, bagaimana kiat Anda untuk membuat rakyat

sejahtera?. Tuturan-tuturan tersebut dituturkan oleh seorang pewawancara kepada

calon pimpinan daerah. Apabila dibandingkan antara tuturan (a) dengan tuturan (b)

pada contoh kalimat tersebut, tampak bahwa tuturan (b) bermakna lebih halus

dibandingkan dengan tuturan (a).

c. Fungsi Menyuruh (Imperatif)

Kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra

tutur melakukan suatu sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat imperatif dalam

bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar, sampai

dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula

berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu, sampai dengan larangan untuk

melakukan sesuatu. Tuturan dengan fungsi memerintah dilakukan dalam kalimat

imperatif. Tuturan dengan fungsi memerintah yang disampaikan oleh penutur kepada

lawan tutur dengan harapan agar lawan tutur melaksanakan sesuai isi tuturan tersebut.

Contoh: Monik baca!. Tuturan tersebut dituturkan oleh teman Monik pada saat ia

menyuruh Monik untuk membaca buku yang baru saja dibelinya dari toko buku.

Keduanya adalah teman satu kelas. Dari kalimat yang dituturkan oleh tokoh teman

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

26

dalam tuturan tersebut merupakan fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif imperatif.

Tepatnya masuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memerintah.

Rahardi (2008: 93-116) menuliskan kontruksi ujaran imperatif sebagai berikut:

(1) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah.

Misalnya: (a) “Rangkai puisi ini!”

(2) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan.

Misalnya: (b) “Coba hidupkan mesin mobil itu!”

(3) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan.

Misalnya: (c) “Tolong pamitkan, Mbak!”

(4) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan.

Misalnya: (d) “Mohon tanggapi secepatnya surat ini!”

(5) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan.

Misalnya: (e) “Ayo, makan dulu!”

(6) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan.

Misalnya: “Tolong, malam ini kamu rangkai puisi ini.”

(7) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif himbauan.

Misalnya: (f) “Jagalah kebersihan lingkungan!”

(8) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan.

Misalnya: (g) “Silakan saudara Monik!”

(9) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan.

Misalnya: (h) “Mbak, mari makan!”.

(10) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan izin.

Misalnya: (i) “Bolehkah saya merangkai puisi ini.”

(11) Tuturan yang mengandung makna pragmatik mengizinkan.

Misalnya: (j)“Silakan merokok di tempat ini.”

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

27

(12) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan.

Misalnya: (k) “Jangan merangkai puisi ini.”

(13) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan.

Misalnya: (l) “Harap tenang, ada ujian sekolah.”

(14) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan.

Misalnya: (m) “Mampus kamu sekarang!”

(15) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran.

Misalnya: (n) “Sebaiknya uang ini kamu simpan saja di almari.”

d. Fungsi Meminta Maaf

Tuturan dengan fungsi meminta maaf biasanya dilakukan oleh penutur

ataupun lawan tutur karena penutur atau lawan tutur merasa punya kesalahan atau

telah dan akan melakukan ketidaknyamanan terhadap mitra tuturnya. Di dalam bahasa

Indonesia cuma ada sebuah kata untuk meminta maaf, yaitu kata maaf. Penggunaan

kata maaf di dalam tindak tutur meminta maaf biasanya disertai dengan kata

(kategori) fatis, seperti ya, dan kata interjeksi, seperti wah dan aduh, serta penggunaan

kata sapaan, seperti Bapak dan Ibu. Penggunaan kata fatis ya, digunakan untuk

meminta persetujuan atau pendapat lawan tutur, sedangkan penggunaan kata interjeksi

aduh dan wah menyiratkan rasa sakit, sedih, sesal, kecewa, dan sebagainya atas

perbuatan itu. Contoh berikut menunjukkan penggunaan kata fatis, kata interjeksi, dan

sapaan.

(1) Maaf ya, saya terlambat.

(2) Aduh, maaf Bu, tidak sengaja.

(3) Wah, maaf ya, tidak sengaja.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

28

e. Fungsi Mengeritik

Dalam tuturan sehari-hari, mengeritik berarti menyebutkan keburukan,

kekurangan, kekeliruan, atau kesalahan seseorang. Tuturan mengeritik bisa

mengancam muka negatif lawan tutur kalau dilakukan secara lugas. Oleh karena itu

untuk menghindari muka negatif lawan tutur, maka penutur harus menggunakan

kalimat yang memberi dampak lebih santun. Contoh kalimat: masakan ini sangat

pedas, tidak enak. Tuturan di atas merupakan tuturan yang berfungsi untuk

mengeritik. Penutur mengeritik bahwa masakan mitra tutur tidak enak karena pedas.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi mengeritik merupakan tuturan yang mengikat

penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar

ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan mengeritik.

D. Tuturan

1. Pengertian Tuturan

Efektif tidaknya penggunaan bahasa bergantung pada pemahaman terhadap

makna-makna yang tersirat dalam tuturan. Dari sebuah tuturan, maksud dan tujuannya

tidak selalu sama dengan apa yang diharapkan tetapi justru sering berbeda dengan apa

yang sebenarnya dituturkan. Dengan kata lain, bahwa dalam bertutur atau

berkomunikasi dalam menyampaikan maksud tidak selalu disampaikan secara

langsung. Pada dasarnya, tindak tutur yang dihasilkan bergantung pada tujuan atau

arah tuturan untuk mencapai tujuan, tindak tutur harus disesuaikan dengan situasi

tuturan. Situasi tuturan tersebut merupakan situasi sosial yang aktual karena terjadi

dalam lingkungan masyarakat yang luas dan berbeda.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

29

Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap mitra tutur ketika

sedang berkomunikasi. Tuturan dalam pragmatik diartikan sebagai produk suatu

tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (Leech, 2011:20). Sependapat dengan

hal tersebut Rustono (1999: 32) menyimpulkan bahwa tindak ujar merupakan

kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan. Sementara itu, Austin (dalam

Leech, 2011:280) menyatakan bahwa semua tuturan adalah “performantif” dalam arti

bahwa semua tuturan merupakan sebuah bentuk tindakan dan tidak sekedar

mengatakan sesuatu tentang dunia. Tuturan dapat dikatakan sebagai realisasi dari

bahasa yang birsifat abstrak. Dalam realisasinya, karena penutur suatu bahasa terdiri

dari berbagai kelompok yang heterogen, maka tuturan dari suatu bahasa menjadi tidak

seragam. Bahasa (langue) tidak sama dengan tuturan yang oleh Ferdinand de Saussure

diberi istilah parole. Bahasa bersifat abstrak, karena tidak dapat diamati secara

empiris. Sedangkan tuturan dapat diamati secara empiris, yaitu dengan didengar

karena tuturan bersifat konkret. Dari beberapa pengertian tuturan yang disampaikan

oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa situasi tutur dapat mempengaruhi tercapai

tidaknya tujuan tuturan.

2. Aspek-Aspek Situasi Tutur

Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap mitra tutur ketika

sedang berkomunikasi. Tuturan dalam pragmatik diartikan sebagai produk suatu

tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (Leech, 2011:20). Kemudian Sperber

dan Wilson (dalam Wijana, 1996:10) menjelaskan bahwa sebuah tuturan tidak

senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya. Dengan

demikian, tuturan tidak harus mempunyai makna langsung (eksplisit), namun juga

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

30

mempunyai makna tidak langsung (implisit). Pemaknaan makna langsung dan tidak

langsung berkaitan dengan aspek-aspek situasi tutur yang melatarbelakanginya. Oleh

karena itu, Leech (dalam Wijana, 1996:10) membagi aspek-aspek situasi tutur atas

lima bagian, a) penutur dan lawan tutur, b) konteks tuturan, c) tujuan tuturan, d)

tindak tutur sebagai bentuk tindakan, dan e) tuturan sebagai produk tindak verbal,

yaitu sebagai berikut.

a. Penutur dan Lawan Tutur

Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi

pragmatis tertentu di dalam proses komunikasi. Sementara itu, lawan tutur adalah

orang yang menjadi sasaran atau sekaligus kawan penutur di dalam penuturan. Dalam

peristiwa tutur, peran penutur dan lawan tutur dilakukan secara silih berganti. Semula

berperan sebagai penutur dalam tahap bertutur selanjutnya dapat menjadi lawan tutur,

demikian sebaliknya. Aspek-aspek terkait dengan komponen penutur dan lawan tutur

antara lain: usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

dan tingkat keakraban.

b. Konteks Tuturan

Konteks tuturan dalam tata bahasa mencakup semua aspek fisik atau latar

sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresikan. Konteks yang bersifat fisik,

yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut koteks.Sementara itu, konteks

latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu berarti semua

latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tuturnya.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

31

Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin

dinyatakan oleh penutur. Pragmatik memandang konteks sebagai pengetahuan

bersama antara pembicara dengan pendengar dan pengetahuan tersebut mengarah

pada interpretasi suatu tuturan. Pengetahuan atau konteks tertentu dapat

mengakibatkan manusia mengidentifikasi jenis-jenis tindak tutur yang berbeda-beda.

c. Tujuan Tuturan

Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan

tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatarbelakangi tuturan

karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. Dalam hal ini bentuk tuturan yang

bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau

sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.

Bentuk tuturan pagi, selamat pagi, met pagi dapat digunakan untuk menyatakan

maksud yang sama, yakni menyapa lawan tutur yang ditemui pada pagi hari. Selain

itu, selamat pagi dengan berbagai variasinya bila diucapkan dengan nada tertentu dan

situasi yang berbeda-beda dapat juga digunakan untuk mengejek teman yang datang

terlambat, atau siswa yang terlambat masuk kelas dan sebagainya.

d. Tindak Tutur Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Gramatika tutur sebagai bentuk tindakan atau kegiatan. Gramatika menangani

unsur-unsur kebahasaan sebagai editor yang abstrak, seperti kalimat yang ada dalam

studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik dan sebagainya. Pragmatik

berhubungan dengan tindak verbal yang terjadinya dalam situasi tertentu. Dalam

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

32

hubungan ini, pragmatik menangani bahasadalam tingkatannya dibanding dengan tata

bahasa. Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindak tutur

itu merupakan suatu tindakan juga. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidak ubahnya

sebagai tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, pada tindakan mencubit dan

menendang, bagian tubuh yang berperan berbeda dengan tindak bertutur. Pada

tindakan mencubit tanganlah yang berperan, pada tindakan menendang kakilah yang

berperan, sedangkan tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.

e. Tuturan Sebagai Bentuk Tindak Verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik seperti yang dikemukakan

dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan

yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh kalimat

“apakah rambutmu tidak terlalu panjang?” dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau

perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada perbedaan mendasar antara

kalimat (sentence) dengan tuturan (utturance). Tuturan itu merupakan hasil suatu

tindakan. Tindakan manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu verbal dan tindakan

non-verbal. Berbicara atau bertutur adalah tindakan verbal, karena tercipta melalui

tindakan verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau

bahasa.

E. Tokoh

1. Pengertian Tokoh

Dalam karya sastra, terutama cerita fiksi seperti novel terdapat tokoh yang

berfungsi sebagai penggerak jalannya cerita. Menurut Nurgiyantoro (2010: 165) tokoh

mengacu pada pelaku cerita, atau orang di dalam cerita. Tanpa adanya tokoh di dalam

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

33

cerita, maka besar kemungkinan alur tidak akan pernah sampai pada bagian klimaks

ataupun akhir cerita. Sementera itu Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 165) tokoh

adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang

oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti

yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Sependapat dengan hal tersebut Sayuti (2006: 68) mengatakan bahwa seorang tokoh

cerita memiliki kehidupan atau berciri hidup dan mempunyai kemiripan dengan

kehidupan manusia sesungguhnya (lifelike).

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh merupakan

pelaku atau orang dalam sebuah karya fiksi. Tokoh diciptakan oleh pengarang dan

dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan nilai-nilai sosial bagi pembaca.

Selain itu tokoh merupakan unsur yang sangat penting di dalam karya fiksi, sehingga

tokoh yang diciptakan oleh pengarang tidak semata-mata bersifat khayal, tetapi

haruslah memiliki relevansi dengan pengalamaan hidup manusia di kehidupan

masyarakat atau dapat mencerminkan aktifitas manusia di kehidupan nyata.

2. Macam-Macam Tokoh

Dalam membaca sebuah novel, biasanya kita dihadapkan pada sejumlah tokoh

yang dihadirkan oleh pengarang didalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan

keseluruhan cerita, peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama. Tokoh-tokoh

dalam cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan

dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan

tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis

penamaan sekaligus. Menurut Nurgiyantoro (2010: 176-190) tokoh dapat dibedakan

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

34

menjadi beberapa bagian yaitu (1) berdasarkan peran, (2) berdasarkan perwatakan,

(3) berdasarkan fungsinya, dan (4) berdasarkan berkembang atau tidaknya

perwatakan.

a. Berdasarkan Peran atau Tingkat Pentingnya Tokoh

Pertama, tokoh utama (central) merupakan tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam suatu cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang

paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai

kejadian (Nurgiyantoro, 2012: 176). Sama halnya dengan Nurgiyantoro, Thobrin

(2013: 84) mengatakan bahwa tokoh utama adalah tokoh yang ditampilkan terus

menerus, memiliki peran penting dalam cerita, dan mendominasi cerita. Karena tokoh

utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh yang

lainnya. Artinya, tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara

keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik.

Kedua, tokoh tambahan (periferal) adalah tokoh yang kehadirannya lebih

sedikit dibanding tokoh utama. Kehadirannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh

utama secara langsung (Nurgiyantoro, 2012: 176). Thobrin pun berpendapat sama

dengan Nurgiyantoro bahwa tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya ditampilkan

sesekali atau beberapa kali dalam cerita dengan penceritaan yang sangat pendek.

Tetapi tokoh ini dapat saja mempengaruhi tokoh utama meskipun kemunculannya

tidak intens. Artinya, hanya beberapa kali saja secara langsung ataupun tidak

langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita.

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

35

b. Berdasarkan Perwatakannya

Pertama, tokoh sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas

pribadi tertentu, satu sifat-watak tertentu saja (Nurgiyantoro, 2012: 181). Aminuddin

(2010: 82) juga berpendapat bahwa simple character ialah pelaku tidak banyak

menunjukkan adanya kompleksitas masalah. Pemunculannya hanya dihadapkan pada

masalah tertentu, ia memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek

kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, monoton,

dan biasanya hanya mencerminkan satu watak tertentu. Watak yang telah pasti itulah

yang mendapat penekanan dan terus menerus terlihat dalam fiksi yang bersangkutan.

Selain itu, tokoh sederhana lebih muda dikenali dan dipahami, lebih familiar dan

stereotip.

Kedua, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai

kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja

memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula

menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam atau karakteristik yang

beragam (Nurgiyantoro, 2012: 183). Oleh karena itu, perwatakannya pun pada

umumnya sulit dideskripsikan secara tepat. Dibandingkan dengan tokoh sederhana,

tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya. Dengan kata

lain, tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya,

kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan sikap atau karakter yang terjadi

pada tokoh ini.

c. Berdasarkan Fungsinya Tokoh

Pertama, tokoh protagonis yaitu tokoh yang dikagumi. Tokoh protagonis ini

dikenal juga dengan sebutan hero, di mana tokoh ini merupakan pengejawentahan

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

36

norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi kita (pembaca) (Nurgiyantoro,

2012:178). Sama halnya dengan pendapat Thobrin (2013: 88) bahwa tokoh protagonis

adalah tokoh yang dikagumi. Ia merupakan perwujudan norma, nilai, atau watak ideal

yang diinginkan pembaca. Dengan kata lai, tokoh protagonis dapat menampilkan

sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-harapan kita sebagai

pembaca. Maka, pembaca sering mengenalinya memiliki kesamaan dengan diri

pembaca.

Kedua, tokoh antagonis. Menurut Thobrin (2013: 89) tokoh antagonis

merupakan tokoh yang berperilaku kurang mengenakan yang digambarkan sebagai

sosok yang jahat. Biasanya tokoh antagonis merepresentasikan perbuatan yang tidak

mesti dicontoh bagi pembaca,serta menjadi sosok yang yang bertentangan dengan

tokoh utama. Tokoh antagonis ini dapat pula sebagai tokoh yang dapat memicu

terjadinya konflik di dalam cerita. Dengan kata lain, tokoh antagonis merupakan

tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta memiliki watak yang jelek.

Tetapi yang perlu diingat ialah bahwa tokoh antagonis belum tentu memiliki watak

yang jahat. Terkadang protagonis dan tokoh antagonis sulit dibedakan. Karena tidak

jarang tokoh-tokoh yang tak membawakan nilai moral kita atau berdiri di lain pihak

justru diberi simpati oleh pembaca.

d. Berdasarkan Berkembang atau Tidaknya Perwatakan.

Pertama, tokoh statis yaitu tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami

perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa

yang terjadi. Tokoh ini biasanya memiliki watak dan sikap yang relatif tetap, tidak

berkembang sejak awal sampai akhir cerita (Nurgiyantoro, 2012: 188). Tokoh jenis

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

37

ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya hubungan

antarmanusia. Artinya, ia tetap pada pendiriannya sendiri dalam melakukan aktivitas

dalam kehidupan di lingkungannya.

Kedua, tokoh berkembang yaitu tokoh cerita yang mengalami perubahan

perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan

(Nurgiyantoro, 2012: 188). Biasanya tokoh ini secara aktif berinteraksi dengan

lingkungannya. Baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lainnya yang kesemuanya

itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh

berkembang, dengan demikian akan mengalami perkembangan dan atau perubahan

dari awal, tengah, dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara

keseluruhan.

F. Novel

1. Pengertian Novel

Kata novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus. Kata novellus dibentuk

dari kata novus yang berarti ‘baru’. Dikatakan baru karena dikaitkan dengan

kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang baru muncul setelah adanya

cerita-cerita pendek dan roman (Suyitno, 2009: 35). Sementara Redyanto Noor (2010:

27) mengungkapkan bahwa novel adalah cerkan yang panjang, yang mengetengahkan

tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar (setting) secara

terstruktur. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Sayuti (2006: 11) mengatakan

bahwa novel disebut karya fiksi karena peristiwa didalamnya merupakan potret dari

realitas di sekitar kehidupan pengarang yang kemudian dikembangkan dan dituangkan

melalui medium bahasa dengan imajinasinya. Novel lebih panjang dibandingkan

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

38

dengan cerpen. Maka dari itu di dalam novel dapat mengemukakan sesuatu secara

lebih bebas dan kompleks. Sebagai genre fiksi, novel juga memiliki struktur

pembangun seperti halnya karya sastra yang lain, struktur tersebut ialah unsur

intrinsik dan ekstrinsik yang menempati posisi sangat penting di dalam novel.

Di sisi lain, novel menurut Nurgiyantoro (2010: 14) umumnya terdiri dari

sejumlah bab yang berisi cerita yang berbeda. Hubungan antarbab, kadang-kadang

merupakan hubungan seba akibat,atau hubungan kronologis biasa saja. Bab yang satu

merupakan kelanjutan dari bab yang lain. Artinya, jika kita membaca hanya satu

bagian saja di dalam sebuah novel secara acak, maka kita tidak akan mendapat cerita

yang utuh. Novel sebagai salah satu genre fiksi memiliki jumlah kata yang lebih

banyak dibandingkan dengan cerpen. Selain itu, permasalahan yang ada di dalam

novel juga lebih kompleks (lebih dari satu persoalan) serta menonjolkan perwatakan

dari tokoh-tokohnya secara lebih utuh dibanding dengan cerpen yang biasanya hanya

memiliki satu permasalahan saja di dalamnya.

Dari beberapa pengertian novel yang disampaikan para ahli di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis dalam

narasi, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya.

2. Ciri-ciri Novel

Novel sebagai bacaan yang banyak digemari semua kalangan, sebab di dalam

novel terdapat cerita yang inspiratif, dan dapat menambah wawasan. Berbeda dengan

cerpen yang hanya dapat dibaca dalam sekali duduk, novel memilki ciri-ciri cerita

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

39

yang panjang dan dikhususkan menjadi satu buku yang didesain dengan cover yang

disesuaikan dengan isinya. Berikut penjelasan singkat mengenai ciri-ciri novel

menurut Sayuti (2006: 10-11).

a. Novel cenderung bersifat expands “meluas”. Novel yang baik cenderung

menitikberatkan munculnya complexity “kompleksitas”.

b. Novel tidak dapat selesai dibaca dalam sekali duduk, karena panjangnya sebuah

novel secara khusus memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan

karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu, kronologi.

c. Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai

tempat (ruang) tertentu.

d. Novel umumnya berisi empat puluh lima ribu kata atau lebih.

G. Kerangka Berfikir

Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul fungsi tindak tutur ilokusi

ekspresif pada tuturan tokoh dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma

Nadia. Pada penelitian ini, berfokus pada ilmu bahasa yaitu teori pragmatik dan objek

analisis adalah tindak tutur dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma

Nadia sebagai data. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi tindak

tutur ilokusi ekspresif yang terkandung pada tuturan tokoh dalam novel karya Asma

Nadia. Data penelitian ini adalah tuturan yang terdapat pada novel karya Asma Nadia

yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif berdasarkan klasifikasinya.

Sumber data penelitian ini adalah novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma

Nadia. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, tahap yang pertama adalah

penyediaan data menggunakan metode simak yaitu dengan membaca tuturan dalam

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

40

novel. Teknik yang digunakan selanjutnya adalah teknik catat, yaitu mencatat tuturan

yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif agar mempermudah ketika

proses menganalisa sesuai permasalahan. Tahap kedua adalah analisis data dengan

menggunakan metode padan ortografis dan metode padan pragmatis. Tahap ketiga

adalah penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal.

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antara variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan

antara variabel independen dan dependen. Oleh karena itu pada setiap penyusunan

paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir (Sugiyono, 2010: 60).

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017

41

Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif pada Tuturan

Tokoh dalam Novel Surga yang Tak Dirindukan 2

Karya Asma Nadia

Gambar 3.1 Kerangka Berfikir

(Sugiyono, 2010: 60).

Tindak Tutur

Pengertian Jenis

Lokusi Ilokusi Perlokusi

Representatif Direktir Ekspresif Komisif Deklaratif

a. Menyatakan (Deklaratif)

b. Menanyakan (Interogatif)

c. Menyuruh (Impretatif)

d. Meminta Maaf

e. Mengeritik

Tuturan Tokoh Novel

Pengertian Aspek Situasi Tutur Pengertian Macam-Maca Tokoh Pengertian Ciri-Ciri Novel

a. Penutur dan Lawan Tutur

b. Konteks Tuturan

c. Tujuan Tuturan

d. Tindak Tutur sebagai Tindakan atau Aktivitas

e. Tuturan sebagai Bentuk Tindak Verbal

a. Berdasarkan Peran atau Tingkat Pentingnya

Tokoh

b. Berdasarkan Perwatakannya

c. Berdasarkan Fungsinya Tokoh

d. Berdasarkan Berkembang atau Tidaknya

Perwatakan

Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017