bab ii tinjauan pustaka a. lansia - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/635/3/wahyu bab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
WHO memberikan definisi bahwa tua secara kronologis adalah
seseorang yang telah berumur 65 tahun atau lebih, sedangkan tua secara
psikologis seseorang yang elum berumur 65 tahun tetapi secara fisis sudah
tampak seperti 65 tahun, misalnya karena stres emosional. Tua fisis adalah
seseorang yang tampak tua karena menderita suatu penyakit kronik
(Darmojo dan Martono, 2004).
Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu.
Efek-efek tersebut menentukan, sampai sejauh tertentu, apakah pria atau
wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk.
Hurlock (2000) menyatakan ciri- ciri lansia antara lain :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia berupa kemunduran fisik
dan juga mental. Kemunduran tersebut sebagian datang dari faktor fisik
dan sebagian lagi dari faktor psikologis. Penyebab kemunduran fisik
merupakan suatu perubahan pada sel- sel tubuh bukan karena penyakit
khusus tapi karena proses menua. Penyebab kemunduran psikologis
karena sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan,
dan kehidupan pada umumnya.
10 Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
11
2. Perbedaan individual pada efek menua
Individu menjadi tua secara berbeda karena mereka mempunyai
sifat bawaan yang berbeda, sosial ekonomi, dan latar belakang
pendidikan yang berbeda, serta pola hidup yang berbeda. Perbedaan
terlihat diantara individu-individu yang mempunyai jenis kelamin yang
sama, dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena
menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing- masing jenis
kelamin yang sama, dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan
wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing-
masing jenis kelamin.
3. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
Arti usia itu sendiri tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada
anak muda, maka individu cenderung menilai tua itu dalam hal
penampilan dan kegiatan fisik.
4. Berbagai stereotipe lansia
Banyak stereotipe lansia dan banyak pula kepercayaan tradisional
tentang kemampuan fisik dan mental. Stereotipe dan kepercayaan
tradisional muncul dari berbagai sumber, ada yang menggambarkan
bahwa usia pada lansia sebagai usia yang tidak menyenangkan, diberi
tanda sebagai orang yang tidak menyenangkan oleh berbagai media
massa (Hurlock, 2000).
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
12
5. Sikap sosial terhadap lansia
Ada pendapat tentang lansia mempunyai pengaruh besar terhadap
sikap sosial terhadap lansia. Kebanyakan pendapat tersebut tidak
menyenangkan, sehingga sikap sosial tampaknya cenderung menjadi
tidak menyenangkan.
B. Konsep Menua
1. Pengertian Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di
derita (Nugroho, 2008). Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas
berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menata kembali kehidupan,
masa pension dan penyesuaian diri dengan peran- peran sosial
(Santrock, 2006).
2. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya (Nugroho, 2008). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut.
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
13
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Menggali kegiatan dengan tipe yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,
dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant
dan serius, tipe pemarah/ frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
14
3. Teori-teori penuaan
Stanley (2002) menyatakan, ada beberapa teori yang
menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan bisa terjadi. Teori ini di
kelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
teori psikososial.
a. Teori biologis
Teori biologis yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan
proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur,
pengembangan, panjang usia dan kematian.
1) Teori genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama
dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada
pembentukan kode genetik. Penuaan adalah suatu proses yang
secara tidak sadar di wariskan yang berjalan dari waktu ke waktu
mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan
rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya
(Stanley, 2006).
2) Teori wear and tear
Teori wear and tear mengusulkan bahwa akumulasi sampah
metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga
mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ
tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
15
molekul atau atom dengan suatu elektronyang tidak berpasangan.
Ini merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari
reaksi selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepat
dihancurkan oleh system enzim pelindung pada kondisi normal,
beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini
dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu
kerusakan organ terjadi (Stanley, 2006).
3) Riwayat lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan
(misalnya karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma dan
infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan.
Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkugan lebih merupakan dampak
sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan
(Stanley, 2006).
4) Teori imunitas
Teori imunitas merupakan suatu kemunduran dalam sistem
imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika oranng
bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring
dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah peningkatan dalam
respon autoimun tubuh (Stanley, 2006).
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
16
b. Teori psikologis
Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap
dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari
implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Perubahan sosiologis
dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
1) Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan
yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah
merangsang penelitian yang pantas di pertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung,
(2003) mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian
sebagai ekstrovert dan introvert. Ia berteori bahwa keseimbangan
antara kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan.
2) Teori tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan tugas
maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus di kuasai
pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia. Tugas
perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus di
penuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan
tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
17
sebagai kehidupan yang di jalani dengan integritas (Stanley,
2006).
3) Teori disengagement (teori pembebasan)
Yaitu suatu proses yang menggambarkan penarikan diri
oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat di prediksi,
sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang
tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.
Lansia dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang
lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan
pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak
terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam
rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi
muda. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (tripple loss), yakni (Stanley, 2006):
a) Kehilangan peran (loss of role)
b) Hambatan kontak sosial (restraction of contact and
relationship).
c) Berkurangnya komitmen (to sosial mores and values)
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
18
4) Teori aktifitas
Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori
aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan
yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Hasil dari berbagai
penelitian memvalidasi hubungan positif antara mempertahan
interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan
fisik orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang
harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh
orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi
peran pada lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktifitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa
kehidupan manusia (Stanley, 2006).
5) Teori kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori
perkembangan. Teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan akibat penuaan. Orang yang menyukai
kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin
akan menemukan kepuasan dalam melakukan gaya hidupnya ini.
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
19
Ketika perubahan gaya hidup di bebankan pada lansia
oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan,
permasalahan mumgkin akan timbul. Keluarga yang berhadapan
dengan keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan
tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan (Stanley, 2006).
4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Menua
Hurlock (2000) menyatakan akibat perkembangan usia, lanjut
usia mengalami perubahan–perubahan yang menuntut dirinya untuk
menyesuaikan diri secara terus–menerus. Apabila proses penyesuaian
diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai
masalah, antara lain :
a. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Perubahan–perubahan mental ini erat
sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan,
tingkatpendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Dari
segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut,
merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut di
telantarkan karena tidak berguna lagi.
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
20
b. Perubahan psikososial
Masalah–masalah ini serta reaksi individu terhadapnya
akan sangat beragam, tergantung kepada kepribadian invidu yang
bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani
kehidupannya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Tetapi bagi banyak
pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman–teman
yang akrab dan disingkirkan untuk duduk–duduk dirumah dengan
begitu dapat menimbulkan perasaan kesepian akibat pengasingan
dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan teman dan keluarga,
perubahan mendadak dalam kehidupan rutin dan membuat mereka
merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.
c. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya :
1) Kemundurun umumnya terjadi pada tugas–tugas yang
membutuhkan kecepatan dan tugas yang membutuhakan
memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang kosakata akan menetap bila
tidak ada penyakit.
d. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
21
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari – hari.
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
C. Insomnia
Insomnia merupakan salah satu gangguan utama dalam memulai dan
mempertahankan tidur di kalangan lansia. Insomnia didefinisikan sebagai
suatu keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu
dari sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk
kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana,
2005). Bila seseorang memiliki kualitas dan kuantitas tidur yang kurang,
dapat mengakibatkan masalah dalam keluarga dan perkawinan, karena
kurang tidur dapat membuat orang cepat marah dan lebih sulit dalam
bergaul. Bila tidur kurang lelap, maka tubuh akan merasa letih, lemah, dan
lesu pada saat bangun.
Insomnia sedikit banyak memberi dampak pada kualitas tidur,
sehingga menyebabkan tidur tidak berkualitas. Akibat yang dapat dirasakan
adalah menurunya kualitas hidup, produktivitas dan keselamatan serta
dapat mempengaruhi kualitas kerja. Kurang tidur, dapat pula mengakibatkan
masalah dalam keluarga dan perkawinan, karena kurang tidur dapat
membuat orang cepat marah dan lebih sulit dalam bergaul. Bila tidur
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
22
kurang lelap, maka tubuh akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat
bangun (Sumedi, T. Wahyudi & Kuswati, A. 2010).
Insomnia yang terjadi pada lansia dapat terjadi karena kecemasan
dan depresi. Menurut Soedjono dan Setiadji (dalam Sustyani dkk, 2012)
menjelaskan pada tahun 2020 depresi akan menduduki peringkat teratas
penyakit yang dialami lanjut usia di negara berkembang termasuk Indonesia.
Gangguan depresi pada lansia kurang dipahami sehingga banyak kasus
depresi pada lanjut usia yang tidak dikenali (underdiagnosed) dan tidak
diobati (undertreated).
1. Tingkat Insomnia.
Insomnia dimasukkan dalam golongan Disorders of Iniating and
Maintaining Sleep (DIMS), menurut klasifikasi diagnostik dari World
Health Organization (WHO) pada tahun 1990 dalam (Putra, 2013), yang
secara praktis dikasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu insomnia
primer dan insomnia sekunder.
a. Insomnia primer
Insomnia primer, merupakan gangguan sulit tidur yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti. Sehingga dengan
demikian pengobatannya masih relatif sukar dilakukan dan biasanya
berlangsung lama atau kronis (long term insomnia). Insomnia
primer ini sering menyebabkan terjadinya komplikasi kecemasan dan
depresi, yang justru dapat menyebabkan semakin parahnya gangguan
sulit tidur tersebut. Sebagian penderita golongan ini mempunyai
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
23
dasar gangguan psikiatris, khususnya depresi ringan sampai
menengah berat. Adapun sebagian penderita lain merupakan pecandu
alkohol atau obat-obatan terlarang (narkotik). Kelompok yang
terakhir ini memerlukan penanganan yang khusus secara terpadu
mencakup perbaikan kondisi tidur (sleep environment), pengobatan,
dan terapi kejiwaan (psikoterapi).
b. Insomnia sekunder
Insomnia sekunder merupakan merupakan gangguan sulit
tidur yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti. Gangguan
tersebut dapat berupa faktor gangguan sakit fisik, ataupun gangguan
kejiwaan (psikis). Pengobatan insomnia sekunder relatif lebih mudah
dilakukan terutama dengan menghilangkan penyebab utamanya
terlebih dahulu. Insomnia sekunder dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Insomnia sementara (transient insomnia)
Insomnia sementara terjadi pada seseorang yang termasuk
dalam golongan dapat tidur normal, namun karena adanya stres
atau ketegangan sementara (misalnya karena adanya kebisingan
atau pindah tempat tidur), menjadi sulit tidur. Pada keadaan ini,
obat hipnotik, dapat digunakan ataupun tidak (tergantung pada
kemampuan adaptasi penderita terhadap lingkungan penyebab stres
atau ketegangan tersebut).
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
24
2) Insomnia jangka pendek (short term insomnia)
Insomnia jangka pendek merupakan gangguan tidur yang
terjadi pada penderita sakit fisik (misalnya batuk, rematik, dan lain
sebagainya), atau mendapat stres situasional (misalnya kehilangan
atau kematian orang dekat, pindah pekerjaan, dan lain sebagainya).
Biasanya gangguan sulit tidur ini akan dapat sembuh beberapa saat
setelah terjadi adaptasi, pengobatan, ataupun perbaikan suasana
tidur. Dalam kondisi ini, pemakaian obat hipnotik dianjurkan
dengan pemberian tidak melebihi 3 minggu (paling baik diberikan
selama 1 minggu saja). Pemakaian obat secara berselang-seling
(intermittent), akan lebih aman, karena dapat menghindari
terjadinya efek sedasi yang timbul berkaitan dengan akumulasi
obat.
Berdasarkan dari teori yang dikemukakan oleh WHO dalam
Putra (2013) diatas, maka dapat dijabarkan lagi bahwa macam tingkat
insomnia tersebut dari yang paling ringan adalah sebagai berikut :
a. Insomnia transient (sementara), yaitu insomnia yang berlangsung
kurang dari seminggu.
b. Insomnia jangka pendek, yaitu kesulitan tidur yang berlangsung
selama 1-4 minggu.
c. Insomnia Kronis (Jangka Panjang), yaitu kesulitan tidur yang
berlangsung lebih dari sebulan.
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
25
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Insomnia
Putra (2013) menyatakan jika diambil garis besarnya, faktor-
faktor penyebab insomnia yaitu :
a. Stres atau Kecemasan : seseorang yang didera kegelisahan yang
dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang
dihadapi.
b. Depresi : selain menyebakan insomnia, depresi juga bisa
menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu, karena
ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa
menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia dapat
menyebabkan depresi.
c. Kelainan-kelainan kronis : Kelainan tidur (seperti tidur apnea),
diabetes, sakit ginjal, arthritis, atau penyakit yang mendadak
seringkali menyebabkan kesulitan tidur.
d. Efek samping pengobatan : Pengobatan untuk suatu penyakit juga
dapat menjadi penyebab insomnia.
e. Pola makan yang buruk : Mengkonsumsi makanan berat sesaat
sebelum pergi tidur bisa menyulitkan seseorang jatuh tidur.
f. Kafein, nikotin, dan alcohol : Kafein dan nikotin adalah zat stimulant
(penekan syaraf). Alkohol dapat mengacaukan pola tidur seseorang.
g. Kurang berolahraga : hal ini juga bisa menjadi factor sulit tidur yang
signifikan.
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
26
Penyebab lainnya bisa berkaitan dengan kondisi-kondisi
spesifik, seperti :
a. Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang yang berusia di
atas 60 tahun).
b. Wanita hamil.
c. Riwayat depresi atau penurunan.
D. Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang dilakukan secara tersendiri atau kelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Lansia adalah seseorang individu laki-laki dan perempuan yang berumur
antara 60-69 tahun. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang
teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang
dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut (Agustina, 2010).
Senam lansia merupakan salah satu alternatif yang positif untuk
membina kesehatan jasmani dan memelihara kebugaran. Menurut Depkes
(1999) (dalam Widyastuti dkk, 2011) senam lansia selain memiliki dampak
positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam
meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Senam
lansia sendiri mempunyai banyak manfaat bagi lansia. Manfaat dari
aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
27
melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh.
Olah raga terbukti memperbaiki kualitas tidur pada lanjut usia.
Dengan berolah raga, diharapkan dapat tidur lebih cepat, lebih jarang
terbangun dan tidur lebih dalam. Salah satu jenis olahraga yang bisa
dilakukan pada lansia yaitu senam bugar lansia. Aktivitas olahraga ini
akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang
tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam
bugar lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas
dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Sumedi, T. Wahyudi &
Kuswati, A. 2010).
Komponen aktivitas dan kebugaran menurut Darmojo dan Martono
(2004) terdiri dari :
1. Keberdayagunaan-mandiri (self efficiency) adalah istilah untuk
menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas.
Hal ini sangat berhubungan dengan ketidak tergantungan dalam aktivitas
sehari-hari. Dengan keberdayaan mandiri ini seorang lanjut usia
mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas.
2. Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional
ataslatihan pertahanan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
28
latihan yang bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi,
luas lingkup gerak sendi (rangeof motion) dan jenis kekuatan.
3. Daya tahan (endurance) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya
tahan atau kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan
yang didapat dari latihan bertahan.
4. Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak
terjadi pada lasia yang sering mengakibatkan kekuatan otot dan tendon
menurun. Oleh karena itu lantihan kelenturan sendi merupakan
komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.
5. Keseimbangan - keseimbangan penyebab utama yang sering
mengakibatkan sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan morik
yang dihasilkan oleh berbagai faktor, diantaranya input sensorik dann
kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya
sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau penyakit yang diderita.
Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan
keseimbangan. Latihan yang meliputi komponen keseimbangan akan
menurunkan insiden jatuh pada lansia.
Manfaat olah raga bagi lansia menurut Nugroho (1999) antara lain:
a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
b. Meningkatkan kekuatan otot jantung sehingga memperkecil resiko
serangan jantung
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
29
c. Melancarkan siklus darah dalam tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah dan menghindari penyakit tekanan darah tinggi
d. Menurunkan kadar lemak dalam tubuh sehingga membantu mengurangi
berat badan berlebih dan terhindar dari obesitas
e. Menguatkan otot-otot tubuh sehingga otot tubuh menjadi lentur dan
terhindar dari penyakit reumatik
f. Meningkatkan sistem sistem kekebalan tubuh sehingga terhindar dari
penyakit-penyakit yang menyerang lansia.
g. Mengurangi stres dan ketegangan pikiran
h. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
i. Berfungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam
fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan misalnya sakit.
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014
30
E. Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Joewana (2005), Turana (2007)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
F. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dalam penelitian ini penulis merumuskan dalam
hipotesis statistik (Ho dan Ha) sebagai berkut:
Ho : Tidak terdapat perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif
senam dan lansia yang tidak aktif senam di Desa Bobotsari
Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga.
Ha : Terdapat perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif senam dan
lansia yang tidak aktif senam di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari
Kabupaten Purbalingga.
Senam Lansia Tingkat insomnia
Faktor yang mempengaruhi: • Suara / bunyi • Suhu udara • Tinggi suatu daerah • Penggunaan obat-obatan • Penyakit jasmani
Insomnia Istirahat dan tidur
Aktivitas dan latihan lansia: • ROM • Senam
Pebedaan Tingkat Insomnia..., Wahyu Setiyanigsih, Fak. Ilmu Kesehtan UMP, 2014