bab ii tinjauan pustaka a. konsep perilaku 1.repository.ump.ac.id/3998/3/dwi febrianti bab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013), perilaku
merupakan tanggapan atau reaksi individu yang terwujud, tidak saja
badan dan ucapan. Perilaku manusia menurut Notoatmodjo (1997),
pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.
Skiner mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan
antara perangsang (stimulus) dan respon. Sedangkan menurut Robert
Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa perilaku
adalah tindakan atau perubahan suatu organisme yang dapat diamati
dan bahkan dapat dipelajari.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut L. Green yang dikutip Notoadmodjo (2003), perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :
a. Faktor-faktor Predisposing (predisposing factor)
Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku
seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
11
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor
pendukung. Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit,
tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan
sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang
meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi
tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan
perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap
dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Termasuk juga disini undang-undang, peraturan peraturan baik
dari pusat maupun dari pemerintah daerah terkait dengan
kesehatan.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
12
3. Domain Perilaku
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).
Menurut Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku,
di dalam diri orang teresebut terjadi suatu proses yang berurutan
(Sunaryo, 2002):
1) Awarness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.
2) Int erest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus.
3) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-
nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Pada proses yang ketiga ini subjek sudah memiliki
sikap yang lebih baik lagi.
4) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adopting, individu telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah menyangkut
pengetahuan tentang personal hygiene, penyediaan air bersih.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,2011).
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok, yakni:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Menurut Notoatmodjo (2011), sikap terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni:
1) Menerima ( Receiving )
Menerima, diartikan bahwa orang (objek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespons ( Responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
3) Menghargai ( valuing )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab ( responsible )
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat
atau pernyataan informan terhadap suatu objek, secara tidak
langsung dapat dilakukakan dengan pertanyaan-pertanyaan dan
ditanyakan pendapat informan. Sikap dalam penelitian ini
adalah respon pengguna MCK di Sungai terhadap personal
hygiene, pendapat tentang air bersih
c. Praktik atau tindakan ( Practice) atau praksis
Tingkat-tingkat Praktik atau Praksis:
1) Persepsi ( Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil merupakan praksis tingkat
pertama.
2) Respon terpimpin ( guided response )
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah indikator praksis tingkat dua.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
3) Mekanisme ( mecanism )
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan maka ia sudah mencapai praksis tingkat tiga.
4) Adaptasi ( adaptation )
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah
dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
4. Perilaku Kesehatan
Menurut Handrik L. Blum dalma Notoatmodjo (1997), teori
kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : faktor kturunan,
faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan baik fisik maupun sosial
ekonimi dan budaya, serta faktor perilaku.
Pengertian perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007),
adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Perilaku terhadap sakit dan penyakit
dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit,
yakni:
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
b. Perilaku pencegahan penyakit adalah respon untuk melakukan
pencegahan penyakit.
c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatannya, yakni
perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan misalnya
mendatangi fasilitas kesehatan.
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan, yakni perilaku
untuk berhubungan dengan usaha-usah pemulihan kesehatan
setelah sembuh dari suatu penyakit.
Beeker (1980) dalam Notoatmodjo (2003), mengajukan
klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan sebagai
berikut:
a. Perilaku kesehatan, yakni hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah
penyakit, kebersihan, perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan
sebagainya.
b. Perilaku sakit, yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk juga
kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi
penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit
tersebut.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
c. Perilaku peran sakit, yakni tindakan atau kegiatan yang dilakukan
individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
5. Aspek-Aspek Perilaku
Pada umumnya setiap individu dapat menggambarkan perilaku
menurut aspek-aspek perilaku. Seperti yang diungkap oleh Soekadji
(1983) bahwa setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku
menurut tiga dimensi, yaitu:
a. Frekuensi. Sering tidaknya perilaku muncul. Cara yang paling
sederhana untuk mencatat perilaku yaitu dengan menghitung
jumlah munculnya perilaku tersebut. Frekuensi sangat bermanfaat
untuk mengetahui sejauh mana perilaku menggunakan air sungai
muncul.
b. Aspek lamanya berlangsung. Waktu yang diperlukan seseorang
untuk melakukan setiap tindakan. Jika suatu perilaku tertentu
mempunyai permulaan san akhir tertentu, tetapi dalam jangka
waktu yang berdeda untuk masing-masing peristiwa, maka
pengukuran lamanya berlangsung lebih bermanfaat lagi. Aspek
lamanya berlangsung ini sangat berpengaruh bagi perilaku
menggunakan air sungai, karena dapat diketahui sejak kapan
seseorang mulai menggunakan air sungai.
c. Intensitas, banyaknya daya (kemampuan) yang dikeluarkan untuk
berperilaku. Aspek ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak
seseorang menggunakan air sungai untuk kebutuhannya.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
Berdasarkan dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa perilaku menggunakan air sungai dalam penelitian ini
adalah frekuensi, lamanya berlangsung dan intensitas.
B. Konsep Personal Hygiene
1. Definisi Personal Hygiene
Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan
masyarakat yang mempelajari kondisi lingkungan terhadap kesehatan
manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh
lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan
sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam
pengertian ini termasuk pula melindungi, memeliharadan
mempertinggi derajat kesehatan manusia ( perorangan dan masyarakat)
sedemikian rupa sehingga faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan gangguan
kesehatan.
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti
personal yang artinya perorangan dan hygien berarti sehat. Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Tarwoto (2004), sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :
a. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan
mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu.
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri.
b. Praktik sosial
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air
panas atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi perawatan personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong
individu untuk meningkatkan personal hygiene.
e. Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti
praktik perawatan diri yang berbeda. Disebagian masyarakat jika
individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan. Menurut
Coleman, 1973 dalam Muhith (2003) bahwa gender merupakan
sebuah atribut psikologis yang membentuk sebuah kontinum dari
sangat maskulin sampai sangat feminin. Seorang laki-laki mungkin
memiliki karakteristik-karakteristik feminin tertentu sama seperti
halnya perempuan memiliki sifat-sifat maskulin. Cara berpikir
gender semacam ini jauh lebih canggih dibandingkan dengan
pembagian dua arah yang memandang semua laki-laki maskulin
dan semua perempuan feminin, namun kelemahannya bahwa cara
berpikir ini mengasumsikan bahwa semua orang yang tinggi
maskulinitasnya pastilah juga rendah feminitasnya. Seseorang yang
memiliki dua sifat maskulin dan feminin semacam ini disebut
“bersifat androgini”. Model gender semacam ini menghasilkan
ruang psikologis yang lebih kompleks yang orang dapat
memetakan identitas gender orang lain.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
f. Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur
dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan shampo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
C. MCK (Mandi, Cuci, Kakus)
1. Pengertian MCK
MCK singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus adalah salah satu
sarana fasilitas umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga
untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air di lokasi permukiman
tertentu yang dinilai berpenduduk cukup padat dan tingkat kemampuan
ekonomi rendah (Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D), 2002).
MCK komunal/umum adalah sarana umum yang digunakan bersama
oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi
pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi
(300-500 orang/Ha) (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman, 2001).
2. Jenis MCK
Jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 (dua) terkait dengan
fungsinya pelayanannya yaitu: (Proyek REKOMPAK – JRF, 2008)
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
a. MCK lapangan evakuasi/penampungan pengungsi. MCK ini
berfungsi untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat
terjadi bencana, sehingga lokasinya harus berada tidak jauh dari
lokasi pengungsian (dalam radius ± 50 m dari lapangan evakuasi).
Bangunan MCK dibuat Typical untuk kebutuhan 50 orang,
dengan pertimbangan disediakan lahan untuk portable MCK.
b. MCK untuk penyehatan lingkungan pemukiman. MCK ini
berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang tidak
memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga
memiliki kebiasaan yang dianggap kurang sehat dalam
melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi
MCK jenis ini idealnya harus ditengah para penggunanya/
pemanfaatnya dengan radius 50 – 100m dari rumah penduduk dan
luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha.
3. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan
oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan
oleh masyarakat adalah berasal dari:
a. Air permukaan , yaitu air yang mengalir di permukaan bumi akan
membentuk air permwukaan. Air ini umumnya mendapat
pengotoran selama pengalirannya.
b. Air tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal yaitu
erjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah,
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang
pertama.
c. Air atmosfer / meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni sangat
bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan
lain sebagainya (Waluyo, 2005).
Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan.
Apabila tidak diperhatikan , maka air yang dipergunakan
masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk
mendapatkan air yang baik, sesuai standard tertentu , saat ini
menjadi barang yang mahal karena sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik
limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri
dan kegiatan- kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air
yang digunakan unuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia
untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat.
Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi
bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di
perkotaan maupun di perdesaan.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
Syarat –syarat kualitas air bersih diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Syarat fisik tidak berbau , tidak berasa
b. Syarat kimia kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0
mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l
c. Syarat mikrobiologis jumlah total koliform dalam 100 ml air
yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari
bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.
Sarana air bersih adalah bangunan beserta peralatan dan
perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan
membagi-bagikan air bersih untuk masyarkat. Jenis sarana air
bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali sumur pompa
tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat
penampungan air hujan, penampungan mata air dan perpipaan.
4. Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat
Air yang tercemar oleh organisme patogen seperti bakteri atau
virus dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.
Tipe pencemaran yang disebabkan zat racun yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia dapat diamati melalui, (Sunu,
2001). Pengaruh zat racun pada benda hidup , seharusnya diuji dari
dua aspek:
a. Kemungkinan hidup organisme tertentu dalam air yang
mengandung zat racun tertentu dan batas konsentrasinya
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
b. Proses konsentrasi zat racun oleh berbagai organisme bagian dari
ekosistem umum melalui rantai makanan
c. Pengaruh zat racun pada kesehatan manusia
d. Pengaruh keracunan akibat meminum air yang tercemar secara
langsung
e. Pengaruh keracunan akibat makan ikan atau produksi laut yang lain
dimana zat racun sudah diakumulasi.
f. Pengaruh akibat makan produksi pertanian yang zat racunnya telah
diakumulasi dengan cara air irigasi atau tanah tercemar.
5. Kualitas air baik fisik, biologis berdampak terhadap kesehatan
masyarakat.
Penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan
berimplikasi terhadap keluhan penyakit bagi penggunanya. Berikut ini
dapat dijelaskan beberapa dampak kualitas air terhadap keluhan
kesehatan, yaitu sebagai berikut:
a. Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat
Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa,
kekeruhan, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat
padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik,
dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah, maka
kesadahan air akan naik, dan akhirnya berdampak terhadap
kesehatan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang
tersuspensi, baik yang bersifat organik, maupun anorganik. Zat
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
anorganik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan
buangan industri juga berdampak terhadap kekeruhan air,
sedangkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga
mendukung pembiakannya, dan dapat tersuspensi dan menambah
kekeruhan air. Air yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba
terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak
terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen
(Soemirat, 2001).
Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang
tidak sejuk atau berlebihan dari suhu air yang normal akan
mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung
berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet,
2001).
Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat atau
zat organik, sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk
senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap
kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).
b. Hubungan Kualitas Biologis Air dengan Gangguan Kesehatan
Masyarakat
Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter
yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah
adanya kandungan bakteri dan mikroba. Kelompok protozoa dalam
air seperti cacing dan tungau merupakan jenis kuman parasitik
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
yang berdampak terhadap kesehatan seperti kecacingan, skabies,
sedangkan air yang terkontaminasi dengan bakteri dan virus juga
dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya. Bakteri
penyebab bawaan air terbanyak adalah salmonella thypi/parathypi,
Shigella, dan vebrio cholera, sedangkan penyakit bersumber virus
seperti Rotavirus, virus Hepatitis A, poliomyelitis, dan virus
trachoma. Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang
tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran
manusia maupun hewan sehingga Eschericia coli digunakan
sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran
hewan berdarah panas (Fardiaz,1992).
Menurut Achmadi (2008) perilaku pemajanan (behavioural
exposure) adalah hubungan interaktif antara komponen lingkungan
dengan penduduknya berikut perilakunya. Perilaku pemajanan
adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen
lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agent
penyakit).
Berdasarkan pendapat Achmadi tersebut, penggunaan air
sungai yang tercemar bahan kimia berpotensi menyebabkan
keluhan kesehatan. Semakin sering frekuensi kontak serta semakin
lama durasi (waktu) setiap kali kontak dengan potensi bahaya
penyakit (air sungai yang tercemar) menyebabkan peluang
terjadinya gangguan kesehatan semakin besar.
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
6. Frekuensi Kontak dengan Air Sungai
Menurut Achmadi (2009), sistem komunitas dengan kejadian
penyakit terdapat aspek yang disebut faktor risiko kependudukan
terhadap penyakit yaitu ada atribut manusia yang menentukan risiko
penyakit. Atribut tersebut merupakan hal-hal yang menyertai
kehidupan seseorang atau kelompok.
Budaya atau kebiasaan masyarakat mempengaruhi dosis
pemajanan terhadap potensi bahaya penyakit (Achmadi, 2009),
misalnya perilaku penggunaan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari
untuk mandi dan cuci. Semakin sering masyarakat menggunakan air
sungai maka semakin tinggi pula dosis pemajanan zat-zat kimia yang
mencemari air sungai terhadap kulit.
Proses hubungan interaktif antara komunitas dengan kuman
penyebab penyakit (mikroorganisme, misalnya virus atau bakteri)
menggambarkan bahwa sistem kekebalan tubuh manusia diantaranya
adalah kekebalan tubuh tidak spesifik, yakni ditujukan untuk
menangkal masuknya segala macam zat dari luar yang asing bagi
tubuh dan dapat menimbulkan penyakit, seperti zat-zat berbahaya bagi
tubuh. Sistem kekebalan yang tidak spesifik berupa pertahanan fisik,
kimiawi, mekanik dan fagositosis. Pertahanan fisik berupa kulit dan
selaput lendir sedangkan kimiawi berupa enzim dan keasaman
lambung. Pertahan mekanik adalah gerakan usus, rambut getar dan
selaput lendir. Pertahanan fagositosis adalah penelanan kuman atau zat
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
asing oleh sel darah putih dan zat komplemen yang berfungsi pada
berbagai proses pemusnahan kuman atau zat asing. Kerusakan pada
sistem pertahanan ini akan memudahkan masuknya kuman atau zat
asing ke dalam tubuh. Misalnya, kulit luka, gangguan keasaman
lambung, gangguan gerakan usus atau proses penelanan kuman atau
zat asing oleh sel darah putih (sel leukosit). Salah satu contoh
kekebalan alami adalah mekanisme memusnahkan bakteri atau
mikroorganisme lain yang mungkin terbawa masuk saat kita makan
atau minum, contohnya pada kasus penyakit Diare, yakni makanan dan
minuman yang mengandung bakteri coli. HCl yang ada pada lambung
akan mengganggu kerja enzim - enzim penting dalam mikroorganisme.
Lisozim merupakan enzim yang sanggup mencerna dinding sel
bakteri sehingga bakteri akan kehilangan kemampuannya
menimbulkan penyakit dalam tubuh kita. Hilangnya dinding sel ini
menyebabkan sel bakteri akan mati. Selain itu juga terdapat senyawa
kimia yang dinamakan interferon yang dihasilkan oleh sel sebagai
respon adanya serangan virus yang masuk tubuh. Interferon bekerja
menghancurkan virus dengan menghambat perbanyakan virus dalam
sel tubuh
7. Lama Waktu Kontak dengan Air Sungai
Paradigma kesehatan lingkungan menggambarkan model yang
mempelajari hubungan antara komponen lingkungan yang berperan
dalam timbulnya gangguan kesehatan (penyakit) terhadap masyarakat
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
dalam suatu wilayah. Tujuan dari paradigma tersebut adalah
melakukan pencegahan atau meminimalisasi risiko terjadinya penyakit
(misalnya dalam manajemen penyakit berbasis lingkungan). Dalam
paradigma ini disebutkan bahwa komponen lingkungan yang memiliki
potensi bahaya kesehatan akan terkait dengan komunitas manusia
(khususnya perilaku dalam lingkungan). Atribut komunitas masyarakat
yang berperilaku tidak baik terhadap lingkungan akan meningkatkan
risiko terjadinya penyakit (Achmadi, 2010).
Pencemaran dalam perspektif ekosistem menurut Achmadi
(2010), merupakan gambaran tentang hubungan atau saling
ketergantungan antara benda hidup maupun benda tidak hidup. Salah
satu benda hidup yang dapat menjadi bahan pencemar ekosistem
adalah zat kimia yang bersifat toksik maupun tidak toksik.
Kesemuanya adalah bagian dari sebuah tatanan kehidupan pada sebuah
wilayah dalam suatu ekosistem dimana manusia bertempat tinggal
(Achmadi, 2010).
Perubahan tatatan ekosistem akan memberi dampak terhadap
perubahan kehidupan (gangguan kesehatan) pada manusia. Seperti
pada badan air atau aliran sungai, dosis zat pencemar menunjukkan
tingkat toksisitas artinya peningkatan jumlah zat kimia pencemar akan
meningkatkan risiko penyakit akibat penggunaan air sungai.
Budaya atau kebiasaan yang dimanifestasikan dalam perilaku
komunitas tertentu, sangat berperan dalam kejadian suatu penyakit,
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
misalnya masyarakat yang tinggal di daerah alisan sungai memiliki
kebiasaan menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci. Pada saat air
sungai sudah tercemar zat kimia seperti Arsen. Karena sifat arsenik
kering adalah mengkristal sangat berbahaya dan yang rawan adalah
saat arsenik dalam bentuk solution berbahaya untuk kulit dan mata.
Hal itu akan menyebabkan penyakit hyperkeratosis simetris pada
tangan, telapak kaki, melanosis, depigmentasi, bowen disease,
karsinoma, pada sel basal, karsinoma pada sel mukosa atau dapat juga
terjadi penyakit kanker paru - paru (Achmadi, 2010).
D. Konsep Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Menurut WHO dalam Jomima, Theresia dan Syafrudin (2009)
mengartikan masyarakat adalah (1) kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut adat yang berkesinambungan, terkait rasa
identitas diri, (2) sekelompok orang yang memiliki ikatan tertentu,
saling berinteraksi dan mempunyai masalah-masalah umum, (3)
kelompok sosial yang ditentukan oleh batasan geografi, nilai, dan
interest umum, setiap anggota saling mengenal dan berinteraksi satu
sama lain.
Menurut Chayatin N. dan Mubarak W. I. (2009) mendefinisikan
tetang msyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul,
atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Menurut Paul B. Horton &
C. Hunt dalam Widiyarto (2013) masyarakat merupakan kumpulan
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
manusia yang relative mandiri, hidup bersama-sam dalam waktu yang
cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau
kumpulan manusia tersebut.
2. Ciri-ciri Masyarakat Indonesia
Menurut Effendi dalam Widiyarto (2013). Dilihat dari struktur
sosial dan kebudayaan masyarakat Indonesia dibagi menjadi 3 kategori
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Masyarakat desa, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1)
Hubungan keluarga dan masyarakat kuat, (2) Hubungan
didasarkan atas adat istiadat yang kuat sebagai organisasi sosial,
(3) Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib, (4) Tingkat buta
relative tinggi, (5) Berlaku hukum tidak tertulis yang intinya
diketahui dan dipahami bersama setiap orang, (6) Tidak ada
lembaga khusus dibidang teknologi dan keterampilan diwariskan
oleh orang tua langsung kepada keturunannya, (7) Sistem
ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi keluarga dan
sebagian kecil dijual dipasaran untuk memenuhi kebutuhan
lainnya dan uang berperan sangat terbatas, (8) Semangat gotong
royong dibidang ekonomi dan sosial sangat kuat.
b. Masyarakat madani, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1)
Hubungan keluarga masih tetap kuat dan hubungan
kemasyarakatan mengendor, (2) Adat istiadat masih dihormati
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh luar, (3)
Timbul rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan
kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan kembali
apabila telah kehabisan akal, (4) Timbul pendidikan formal dalam
masyarakat terutama pendidikan dasar dan menengah, (5) Tingkat
buta huruf mulai menurun, (6) Ekonomi masyarkat lebih
mengarah kepada produksi pasaran, sehingga menimbulkan
deferensiasi dalam struktur masyarakat karenanya uang semakin
meningkat penggunaannya, (7) Gotong royong tradisional tinggal
untuk keperluan sosial dikalangan keluarga dan tetangga. Dan
kegiatan-kegiatan lainnya didasrkan upah.
c. Masyarakat Modern, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1)
Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-
kepentingan pribadi, (2) Hubungan antar masyarakat dilakukan
secara terbuka dalam suasana saling pengaruh berpengaruh, (3)
Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, (4) Strata masyarakat digolongkan
menurut profesi dan keahlian yang dapat dipelajari dan
ditingkatkan dalam lembaga-lembaga keterampilan dan kejuruan,
(5) Tingkat pendidikan tinggi dan merata, (6) Hukum yang
berlaku adlah hukum yang tertulis kompleks, (7) Ekonomi hampir
Studi Fenomenalogi Pemanfaatan..., Dwi Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017