bab ii tinjauan pustaka a. kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/bab ii.pdf · 2019. 12....

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendengaran akibat adanya rangsangan getaran yang datang melalui media yang berasal dari benda yang bergetar. Definisi kebisingan menurut Kepmenaker (1999) adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Nadhiroh, 2011). Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan dan dapat mengganggu seseorang. Kebisingan ini dapat diukur dan dapat dianalisis sifatnya. Kebisingan didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan mana kala suara tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan (Suma’mur, 1967). Kebisingan adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian, menggangu, atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan, atau belajar). Berdasarkan definisi standar, kebisingan adalah setiap bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan. Pengertian tidak diinginkan ini tentu saja bersifat subjektif, seperti musik kaum muda mungkin saja tidak sesuai 9

Upload: others

Post on 17-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebisingan

1. Definisi Kebisingan

Kebisingan adalah suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra

pendengaran akibat adanya rangsangan getaran yang datang melalui

media yang berasal dari benda yang bergetar. Definisi kebisingan

menurut Kepmenaker (1999) adalah semua suara yang tidak dikehendaki

yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja

yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran

(Nadhiroh, 2011).

Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan dan

dapat mengganggu seseorang. Kebisingan ini dapat diukur dan dapat

dianalisis sifatnya. Kebisingan didengar sebagai rangsangan-rangsangan

pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan mana kala

suara tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan

(Suma’mur, 1967).

Kebisingan adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian,

menggangu, atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat,

hiburan, atau belajar). Berdasarkan definisi standar, kebisingan adalah

setiap bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan didefinisikan sebagai

suara yang tidak diinginkan. Pengertian tidak diinginkan ini tentu saja

bersifat subjektif, seperti musik kaum muda mungkin saja tidak sesuai

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

10

bagi kaum yang lebih tua dan begitu pula sebaliknya. Semua bunyi yang

mengalihkan perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kesehatan

sehari-hari, dapat dianggap sebagai kebisingan. Secara umum kebisingan

didefinisikan sebagi bunyi yang tidak diinginkan oleh penerimanya.

Kebisingan dalam industri adalah salah satu faktor berupa bunyi yang

dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja.

Kebisingan adalah suatu masalah yang memerlukan usaha-usaha keras

dari berbagai bidang, dan tidak dapat dipecahkan hanya dengan ilmu

pengetahuan, keahlian teknik dan disiplin ilmu sosial saja. Suara di

tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja (occupational

hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu atautidak diinginkan,

secara :

a. Fisik (menyakitkan telinga pekerja).

b. Psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi).

Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and

Health.

(NIOSH) telah mengidentifikasikan status suara atau kondisi kerja di

mana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu :

1) Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dB(A).

2) Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus

menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dB selama lebih

dari 8 jam.

Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendengaran akibat

adanya rangsangan getaran yang datang melalui media yang berasal dari

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

11

benda yang bergetar. Intensitas kebisingan dinyatakan dalam desibel (dB)

yaitu perbandingan antara kekuatan dasar bunyi (0,0002 dyne/ cm²)

dengan frekuensi (1.000 Hz) yang tepat dapat didengar oleh telinga

normal. Mengingat desibel yang diterima oleh telinga merupakan skala

logaritmis, maka tingkat kebisingan 3 dB di atas 60 dB pengaruhnya

akan berbeda dengan 3 dB di atas 90 dB. Seorang cenderung

mengabaikan kebisingan yang dihasilkannya sendiri bila kebisingan itu

secara wajar menyertai pekerjaan, seperti kebisingan mesin kerja.Sebagai

patokan, kebisingan mekanik atau elektrik, yang disebabkan kipas angin,

transformator, motor, pompa, pembersih vakum atau mesin cuci, selalu

lebih menggangu daripada kebisingan yang yang hakekatnya alami

(angin, hujan, air terjun dan lain-lain) (Oktarini, 2010).

NAB kebisingan di tempat kerja berdasarkan Peraturan Menteri

Tenaga KerjaNo.Kep.13/Men/X/2011,besarnya rata-rata adalah 85 dB(A)

untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam/ hari atau 40 jam/

minggu. Apabila tenaga kerja menerima pemaparan kebisingan lebih dari

ketetapan tersebut, maka harus dilakukan pengurangan waktu pemaparan.

Seperti pada tabel berikut ini :

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

12

Tabel 2.1 Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja Berdasarkan

Intensitas Kebisingan Yang Diterima Pekerja

Batas Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan Dalam

Per Hari Kerja dB(A)

8 jam 85

4 jam 88

2 jam 91

1 jam 94

30 menit 97

15 menit 100

7,5 menit 103

3,75 menit 106

1,88 menit 109

0,94 menit 112

28,12 menit 115

14,06 menit 118

7,03 menit 121

3,52 menit 124

1,76 menit 127

0,88 menit 130

0,44 menit 133

0,22 menit 135

0,11 menit 139

Sumber : Tarwaka (2004)

Catatan : Tidak boleh terpapar kebisingan lebih dari 140

dB(A)walaupun sesaat.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

13

Tingkat bising sebesar 85 dB dengan pemaparan selama 8 jam/ hari

atau 40 jam/ minggu adalah untuk pekerjaan yang tidak memerlukan

komunikasi verbal dan pekerjaan manual, rutin atau tidak kompleks.

Kebisingan dalam hubungannya dengan kompleksitas pekerjaan, ternyata

kebisingan yang tinggi akan menghasilkan error yang lebih banyak pada

pekerjaan yang rumit/ kompleks (Oktarini, 2010).

2. Akibat Kebisingan

Kebisingan secara fisik berpengaruh terhadap manusia.Gangguan fisik

akibat kebisingan tersebut tidak saja mengganggu organ pendengaran,

tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang

lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan sistem jantung.Pengaruh

bising secara psikologi, yaitu berupa penurunan efektivitas kerja dan

kinerja seseorang. Pengaruh kebisingan terhadap tubuh sama seperti

pengaruh stress terhadap tubuh manusia. Kebisingan dapat

mengakibatkan gangguan fisiologis dan psikologis terhadap manusia.

Kebisingan juga akan memberikan pengaruh negatif terhadap

performansi kerja (Pradana, 2013).

Akibat paparan kebisingan diatas 85 dB dapat menimbulkan ketulian.

Selain itu kebisingan juga dapat menimbulkan keluhan non-pendengaran

seperti susah tidur, mudah emosi dan gangguan konsentrasi yang

memungkinkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Akibat kebisingan

terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran,

tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh lain,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

14

seperti penyempitan pembuluh darah dan sistem jantung. Pengaruh

kebisingan secara psikologi, yaitu berupa penurunan efektifitas kerja dan

kinerja seseorang. Kebisingan diatas 70 dB dapat menyebabkan

kegelisahan, kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung

dan masalah peredaran darah. Kebisingan diatas 85 dB dapat

menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang

dan bila berlangsung lama dapat terjadi kehilangan pendengaran

sementara atau permanen. Kebisingan yang berlebihan dan

berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit

jantung, tekanan darah tinggi, dan luka perut. Pengaruh kebisingan yang

merusak pada efisiensi kerja dan produksi telah dibuktikan secara

statistik dalam beberapa bidang industri (Oktarini, 2010).

Pengaruh bising terhadap kesehatan seseorang diantaranya sebagai

berikut :

a. Hilangnya daya dengar (ketulian),

b. Kerusakan gendang telinga,

c. Gangguan percakapan,

d. Kejengkelan,

e. Mengalihkan perhatian,

f. Kelelahan.

Akibat kebisingan secara umum, yaitu :

1) Kerusakan indra pendengaran,

2) Gangguan komunikasi dan timbul salah pengertian,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

15

3) Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor (saraf otonom) berupa

kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, menurunnya

aktivitas alat pencernaan, bertambahnya tegangan otot,

4) Gangguan tidur,

5) Efek psikologis berupa perasaan terganggu dan tidak senang.

Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja (Oktarini, 2010)adalah :

1) Mengurangi kenyamanan dalam bekerja,

2) Mengganggu percakapan atau komunikasi antar pekerja,

3) Mengurangi konsentrasi,

4) Menurunkan daya dengar,

5) Tuli akibat kebisingan

3. Sumber Kebisingan

Sumber-sumber kebisingan di tempat kerja yaitu dari dalam maupun

dari luar tempat kerja :

a. Generator, mesin diesel untuk pembangkit listrik,

b. Mesin-mesin produksi,

c. Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu,

d. Ketel uap atau booiler untuk pemanas air

e. Alat-alat lain yang menimbulkan suara dan getaran seperti alat

pertukangan,

f. Kendaraan bermotor dari lalu lintas.

Sumber-sumber suara tersebut harus selalu diidentifikasi dan dinilai

kehadirannya agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

16

mencegah dan mengendalikan pengaruh pemaparan kebisingan terhadap

pekerja yang terpapar. Sumber-sumber kebisingan di tempat kerja berasal

dari eksternal dan internal tempat kerja (Oktarini, 2010).

1) Sumber eksternal

Sumber kebisingan eksternal adalah kebisingan yang berasal dari luar

gedung atau tempat kerja, misalnya traffic, industri dan bangunan.

2) Sumber internal

Sumber kebisingan internal adalah kebisingan yang berasal dari dalam

gedung, misalnya bunyi mesin, kompresor serta penggilingan.

Sumber kebisingan utama dalam pengendalian kebisingan dapat

diklasifikasikan dalam kelompok (Oktarini, 2010) :

a) Kebisingan interior

Kebisingan interior adalah sumber kebisingan yang paling sering

dibuat oleh manusia dan yang harus dipertanggungjawabkan.

Kebisingan interior adalah kebisingan yang disebabkan oleh radiodan

televisi, alat-alat musik, bantingan pintu, pembicaraan yang keras, dan

lalu lintas. Kebisingan bangunan dihasilkan oleh mesin dan alat rumah

tangga, seperti kipas angin, motor, kompresor, pendingin, penghancur

sampah, mesin cuci, pengering, pembersih vakum, pengkondisi udara,

penghancur makanan, pembuka kaleng, pembuat kilap lantai,

pencukur listrik, pengering rambut, dll. Tingkat kebisingan yang

sangat tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan industri oleh

proses pabrik atau produksi.

b) Kebisingan luar

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

17

Kebisingan luar adalah kebisingan yang paling mengganggu dari

kategori ini.Kebisingan luar berasal dari lalu lintas, transportasi,

industri, alat-alat mekanis yang terlihat dalam gedung, tempat

pembangunan gedung-gedung, perbaikan jalan, kegiatan olahraga dan

lain-lain.

4. Jenis-jenis Kebisingan

Jenis kebisingan menurut Suma’mur (1967) di kelompokkan menjadi :

a. Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi yang luas

(Steadystate, Wide band noise).Misal: mesin-mesin, kipas angin,

dapur pijar.

b. Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi sempit (Steadystate,

narrow band noise).Misal: gergaji sirkuler, katup gas.

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent). Misal: lalu lintas, suara

kapal terbang.

d. Kebisingan impulsive (impact impulsive noise). Misal: tembakan bedil,

meriam, ledakan.

e. Kebisingan impulsive berulang.Misal: mesin tempa, pandai besi.

Jenis kebisingan diberbagai industri dalam garis besar dapat

digolongkan dalam 2 golongan (Pradana, 2013) , yaitu :

1) Bising-bising impulsive.

2) Bising-bising tetap.

Berdasarkan sifat dari kebisingan, maka kebisingan dapat

dibedakan menjadi :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

18

a. Bising yang bersifat continue dengan spektrum frekuensi yang luas

Bising jenis ini merupakan bising yang relatif tetap dalam batas

amplitudo sekitar 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Contoh

bising yang continue antara lain suara dalam kokpit pesawat

helikopter, suata gergaji sirkuler, suara katup mesin gas, suara kipas

angin dan suara dapur pijar.

b. Bising continue dengan spektrum frekwensi yang sempit. Bising ini

relatif tetap dan hanya pada frekuensi tertentu saja. Misalnya suara

gergaji sirkuler, suara katup gas.

c. Bising yang terputus-terputus. Kebisingan yang tidak berlangsung

terus menerus, melainkan ada periode kecenderungan tenang.

Contohnya adalah suara lalu lintas dan kebisingan di lapangan

terbang.

d. Kebisingan impulsive. Bising ini memiliki perubahan tekanan suara

melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan

pendengaran. Contohnya adalah suara ledakan mercon, tembakan dan

meriam.

e. Bising impulsif berulang-ulang. Sama seperti bising impulsif, tetapi

terjadi berulang-ulang misalnyapada mesin tempa.

Bising yang dianggap lebih sering merusak pendengaran adalah bising

yang bersifat kontinue, terutama yang memiliki spektrum frekuensi lebar

dan intensitas yang tinggi (Pradana, 2013).

Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan kedalam dua jenis

golongan besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

19

tidak tetap. Kebisingan tetap dipisahkan lagi menjadi dua jenis

(Nadhiroh, 2011), yaitu :

1. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)

Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang

beragam, contohnya suara mesin, suara kipas, dan sebagainya.

2. Broad band noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan Broad band noise terjadi

padafrekuensi yang lebih bervariasi.Kebisingan tidak tetap dibagi lagi

menjadi :

a. Kebisingan fluktualif

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama waktu tertentu.

b. Intermittent noise

Kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah,

contohnya kebisingan lalu lintas.

c. Impulsive noise

Kebisingan yang dihasikan oleh suara-suara berintensitas tinggi dalam

waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-

alat sejenisnya.

5. Pengendalian Kebisingan

a. Pengendalian kebisingan ditujukan pada sumber bising dan sebaran

kebisingan (Oktarini, 2010). Cara yang dilakukan untuk

mengendalikan kebisingan adalah :

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

20

1) Pemeliharaan mesin (maintance) yaitu mengganti, mengencangkan

bagian mesin yang longgar dan memberi pelumas secara teratur.

2) Mengganti mesin bising tinggi ke yang bisingnya kurang

3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara

mengurangi tenaga mesin, kecepatan putaran atau isolasi.

4) Merubah proses kerja misalnya kompressi diganti dengan pukulan.

5) Mengurangi transmisi bising yang dihasilkan benda padat dengan

mengganti lantai berpegas, menyerap suara pada dinding dan langit

kerja.

6) Mengurangi produksi bising dengan mengurangi turbulensi udara

dan mengurangi tekanan udara.

7) Melakukan isolasi operator dalam ruang yang relatif kedap suara.

b. Pengendalian kebisingan secara administratif, yaitu :

1) Mengatur jadwal produksi,

2) Rotasi tenaga kerja,

3) Penjadwalan pengoperasian mesin,

4) Transfer pekerja dengan keluhan pendengaran,

5) Melakukan tindakan mengikuti peraturan.

Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah

pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian

yang di dasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang

ditimbulkan.Rencana pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan

melalui perspektif manajemen resiko kebisingan.Manajemen resiko yang

dimaksud adalah suatu pendekatan yang logik dan sistemik untuk

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

21

mengendalikan resiko yang mungkin timbul (Oktarini, 2010). Langkah

manajemen resiko kebisingan tersebut adalah :

1) Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada di tempat kerja

yang berpotensi menimbulkan penyakit atau cidera akibat kerja.

2) Menilai resiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan

cidera akibat kerja.

3) Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau

meminimalisasi resiko kebisingan.

Setelah rencana di buat dengan seksama, langkah selanjutnya adalah

melaksanakan langkah pengendalian kebisingan dengan dua arah

pendekatan yaitu pendekatan jangka pendek dan pendekatan jangka

panjang dari hirarki pengendalian.Pada pengendalian kebisingan dengan

orientasi jangka panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah

eliminasi sumber kebisingan, pengendalian secara teknik, pengendalian

secara administratif dan terakhir penggunaan alat pelindung

diri.Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara

berurutan.

1) Eliminasi kebisingan

a) Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan

tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat

diminimalkan.

b) Pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus

mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang di keluarkan

dari mesin baru.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

22

c) Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, konstruksi

bangunan harus dapat meredam kebisingan serendah mungkin.

Sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan 40-50 dB.

Pengendalian kebisingan pada penerima ini telah banyak ditemukan di

perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih

murah.

B. Stress Kerja

1. Definisi Stress

Stress dapat melanda seluruh lapisan masyarakat dari berbagai jenis

pekerjaan. Dalam lingkup ketenaga kerjaan stress merupakan masalah bagi

kesehatan tenaga kerja yang banyak menimbulkan kerugian materi. Sebelum

terjadi stress, perlu terdapat stressor (pemicu stress) yang cukup bermakna

dan spesifik untuk setiap individu.Stressor psikososial adalah setiap keadaan

atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang

sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi

stressor yang timbul (Pradana, 2013).

Stress dalam bahasa teknik diartikan sebagai kekuatan dari bagian-bagian

tubuh. Stress dalam bahasa biologi dan kedokteran diartikan sebagai proses

tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan

terhadap tubuh. Stress secara umum diartikan sebagai tekanan psikologis

yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa. Stress

dapat digambarkan sebagai suatu kekuatan yang dihayati mendesak atau

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

23

mencekam dan muncul dalam diri seseorang sebagai akibat ia mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan diri (Pradana, 2013).

Stress adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,

misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara

obyektif adalah berbahaya. Stress juga biasa diartikan sebagai tekanan,

ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar

diri seseorang (Nadhiroh, 2011).

Stress adalah suatu kekuatan yang merusak tubuh. Stress dalam bahasa

biologi dan kedokteran adalah suatu proses dalam tubuh yang beradaptasi

terhadap semua pengaruh, perubahan, kebutuhan dan hambatan, ketika

terjadi pemajanan (Handayani, 2016).

2. Definisi Stress Kerja

Stress akibat kerja secara lebih sederhana adalah stress yang terjadi

karena suatu ketidakmampuan pekerja dalam menghadapi tuntutan tugas

yang mengakibatkan ketidaknyamanan dalam kerja. Dalam kaitannya

dengan pekerjaan, semua dampak dari stress kerja tersebut akan

mengakibatkan menurunnya performansi, efisiensi dan produktivitas kerja

tenaga kerja yang bersangkutan (Oktarini, 2010).

Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi

emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa

memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap

suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stress kerja timbul karena tuntutan

lingkungan. Stress kerja yang terlalu besar dapatmengancam kemampuan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

24

seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri

para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress kerja yang dapat

mengganggu pelaksanaan kerja mereka (Pradana, 2016).

3. Gejala-gejala Stress Kerja

Sebagai hasil dari adanya stress kerja karyawan mengalami beberapa

gejala stress yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja

mereka, seperti : mudah marah, agresif, tidak dapat santai, emosi yang tidak

stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan

susah tidur (Pradana, 2016).

Sedangkan gejala stress di tempat kerja, meliputi :

a. Kepuasan kerja rendah,

b. Kinerja yang menurun,

c. Semangat dan energi menjadi hilang,

d. Komunikasi tidak lancar,

e. Kurang tepat dalam pengambilan keputusan,

f. Kreatifitas dan inovasi kurang,

g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Gejala stress kerja dapat berupa tanda-tanda (Oktarini, 2010), berikut ini:

1) Fisik, yaitu nafas memburuk, mulut dan kerongkongan kering, tangan

lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaanterganggu, sembelit,

letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham,

tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

25

menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit

membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam

penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.

3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang

berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya dirimenjadi

rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.

Gejala individu yang mengalami stress kerja antara lain :

1) Bekerja melewati batas kemampuan,

2) Kelerlambatan masuk kerja yang sering dan ketidakhadiran pekerja,

3) Kesulitan membuat keputusan,

4) Kesalahan yang sembrono,

5) Kelalaian menyelesaikan pekerjaan,

6) Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri,

7) Kesulitan berhubungan dengan orang lain,

8) Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat,

9) Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah

tinggi, radang kulit, radang pernafasan.

4. Faktor Penyebab Stress Kerja

Untuk dapat mengetahui secara pasti, faktor apa saja yang dapat

menyebabkan terjadinya stress kerja sangat sulit, oleh karena sangat

tergantung dengan sifat dan kepribadian seseorang. Perbedaan reaksi antara

individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

26

dapat merubah dampak stress kerja bagi individu (Oktarini, 2010). Faktor-

faktor tersebut antara lain :

a. Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin, temperamental, genetik,

intelegensia, pendidikan, kebudayaan, status gizi, status sosial ekonomi.

b. Ciri kepribadian seperti tingkat emosional, kepasrahan dan kepercayaan

diri.

c. Sosial-kognitif seperti dukungan sosial, hubungan sosial dengan

lingkungan sekitarnya.

d. Strategi untuk menghadapi setiap stress kerja yang muncul.

Faktor-faktor penyebab stress akibat kerja (Oktarini, 2010), yaitu :

1) Faktor intrinsik pekerjaan

a) Kepuasan terhadap pekerjaan,

b) Lingkungan kerja yang sehat,

c) Peralatan pelatihan kerja,

d) Jam kerja,

e) Pekerjaan yang berkelebihan,

f) Pekerjaan yang terlalu ringan,

g) Bahaya fisik pekerjaan.

2) Faktor individu

a) Umur,

b) Jenis kelamin,

c) Pendidikan,

d) Status sosial ekonomi,

e) Status gizi.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

27

3) Faktor lingkungan tempat tinggal

a) Dinamika keluarga,

b) Hubungan perkawinan,

c) Dukungan dari pasangan atau teman terdekat yang berlainan seks,

d) Hubungan dengan anak-anak,

e) Kehidupan lingkungan,

f) Berkaitan dengan keuangan.

4) Faktor lingkungan social

a) Menyendiri,

b) Iklim diet,

c) Sering berpindah tempat tinggal,

d) Mengemudi,

e) Kehidupan kota versus desa,

f) Latihan, olah raga, hobi,

g) Kontak dan aktivitas sosial.

Peran faktor umur memberikan respon terhadap situasi yang potensial

menimbulkan stress kerja. Tenaga kerja yang usianya sudah lanjut (> 60

tahun) kemampuan dalam beradaptasinya menurun karena adanya

penurunan fungsi organ di dalam tubuhnya. Penelitian pada kelompok usia

lebih dari 40 tahun dan dibawah 40 tahun, dengan indikator adrenalin dan

tekanan darah, mendapatkan hasil bahwa kelompok umur > 40 tahun lebih

rentan dalam menghadapi stress kerja (Oktarini, 2010).

5. Akibat Stress Kerja

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

28

Akibat adanya stress kerja orang menjadi tegang, merasakan kecemasan

yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berikir dan kondisi

fisik individu. Pekerja atau karyawan yang mengalami stress akibat kerja

akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri

manusia sebagai usaha mengatasi stress kerja. Usaha mengatasi stress kerja

dapat berupa perilaku melawan stress kerja (flight) atau freeze (berdiam diri)

(Oktarini, 2010).

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa :

a. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun

operasional kerja.

b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja.

c. Menurunkan tingkat produktivitas.

d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.

e. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak seimbangnya

antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar

gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya.

Stress kerja dapat menimbulkan reaksi pada tubuh manusia. Reaksi tubuh

karena stress akibat kerja yang merupakan masalah kesehatan (Oktarini,

2010), diantaranya adalah :

1) Penyakit psikis yang diinduksi oleh stress kerja. Misalnya jantung

koroner, hipertensi, tukak lambung dan gangguan psikomatik lain.

Kondisi lain yang juga mungkin terjadi adalah keletihan, sering pilek,

gangguan tidur, nafas pendek, sakit kepala, migren, kaki tangan dingin,

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

29

nyeri kuduk serta pundak, gangguan menstruasi, gangguan pencernaan,

muntah, alergi dan serangan asma.

2) Kecelakaan kerja. Berbagai data dapat dinyatakan bahwa kecelakaan

kerja terjadi 90% karena tindakan yang kurang berhati-hati.

3) Absen kerja. Absensi kerja sering terdapat pada pekerja yang sulit

menyesuikan diri dengan pekerjaannya. Ketidakhadiran ini biasanya

karena gejala sakit psikis ringan.

4) Lesu kerja. Terjadi apabila tenaga kerja kehabisan motivasi dalam upaya

mencari suatu kinerja yang tinggi.

5) Gangguan jiwa. Berupa suatu continnum, mulai gejala subjektif yang

mempunyai efek ringan sehari-hari hingga gangguan jiwa mengganggu

fungsipekerjaan.

Stress akibat kerja menyebabkan timbulnya penyakit psikosomatic.

Penyakit psikosomatic yang timbul sebagai akibat stresskerja (Oktarini,

2010), yaitu :

1) Gejala-gejala otot

a) Nyeri,

b) Pegal-pegal.

2) Gejala-gejala gastro intestinal

a) Sakit pada pencernaan (dyspepsia),

b) Mual-mual (vomiting,),

c) Susah buang air besar (constipasi),

d) Iritasi kolon,

e) Rasa terbakar pada ulu hati (heart burn).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

30

3) Gejala-gejala jantung

a) Berdebar-debar,

b) Sakit pada daerah dibawah puting susu,

c) Denyut jantung tidak teratur.

4) Gejala-gejala pernafasan

a) Pernafasan yang cepat (hyperventilation),

b) Dyspnoea.

5) Gejala-gejala susunan syaraf pusat

a) Susah tidur,

b) Lesu,

c) Pusing-pusing,

d) Sakit kepala.

6) Gejala-gejala pada alat kelamin

a) Impoten,

b) Sakit pada waktu haid .

Reaksi tubuh terhadap stressor pada seseorang sangat bervariasi dan

berbeda dari masing-masing orang menerimanya. Perbedaan reaksi tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor psikologis dan faktor sosial-budaya

seseorang (Oktarini, 2010). Reaksi stress akibat kerja yaitu :

1) Reaksi psikologis.

Stress kerja biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang sebagai

bentuk kelelahan, kegelisahan dan depresi. Reaksipsikologis akibat stress

kerja dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental, kelelahan dan

perilaku.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

31

2) Responsosial.

Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi, konflik dan

stress akibat kerja di tempat kerja, maka pengaruhnya akan dibawa ke

dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.

3) Respon stress akibat kerja pada gangguan kesehatan atau reaksi

fisiologis.

Bila tubuh mengalami stress akibat kerja, maka akan terjadi perubahan

fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya stress kerja. Sistem di dalam

tubuh yang mengadakan respon adalah diperantarai oleh saraf otonom,

hypothalamic-pituitari axis dan pengeluaran petekolamin yang akan

mempengaruhi fungsi-fungsi organ di dalam tubuh seperti sistem

kardiovaskuler, sistem gastro intestinal dan gangguan penyakit lainnya.

4) Respon individu.

Pengaruhnya akan sangat tergantung dari sifat dan kepribadian

seseorang.

6. Pencegahan Stress Kerja

Cara-cara mencegah stress akibat kerja secara lebih spesifik (Oktarini,

2010), yaitu :

a. Redesain tugas-tugas pekerjaan,

b. Redesain lingkungan kerja,

c. Menerapkan waktu kerja yang fleksibel,

d. Menerapkaan manajemen partisipatoris,

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

32

e. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier,

f. Menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan,

g. Mendukung aktivitas sosial,

h. Membangun kerja tim yang kompak.

Cara pencegahan timbulnya stress di tempat kerja (Oktarini, 2010),

yaitu :

1) Faktor promosi kesehatan di tempat kerja,

2) Penyesuaian pekerjaan dengan kemampuan dan kebutuhan,

3) Menaggulangi stress dalam organisasi,

4) Kontrol reaksi stress psikologis,

5) Peranan profesi kesehatan kerja di tempat kerja.

Program pencegahan stress akibat kerja dapat dilaksanakan dengan

pendekatan (Oktarini, 2010), yaitu :

1) Pemahaman dan pengenalan yang lebih baik tentang kesehatan

mental bagi para eksekutif dan profesi kesehatan,

2) Pendekatan organisasi dalam rangka mewujudkan suasana kerja yang

meminimalkan terjadinya stress kerja,

3) Pendidikan pada karyawan untuk melaksanakan berbagai adaptasi.

C. Hubungan Kebisingan dengan Stress Kerja

Penggunaan teknologi di tempat kerja akan menghasilkan suara atau bunyi

yang tidak diinginkan yang menimbulkan gangguan psikologis berupa stres

kerja (Pradana, 2013).

Pengaruh kebisingan terhadap stress kerja (Oktarini, 2010), yaitu :

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

33

1. Gangguan emosional (kejengkelan, kebingungan).

2. Gangguan gaya hidup (gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi

waktu bekerja, membaca dan sebagainya).

Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas

NAB) dan pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB)

(Pradana, 2013).

1. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi.

Terjadinya kerusakan pada indra pendengaran yang dapat menyebabkan

penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat

permanen atau ketulian. Sebelum terjadi kerusakan pendengaran yang

permanen, biasanya didahului dengan pendengaran yang bersifat sementara

yang dapat mengganggu kehidupan yang bersangkutan baik di tempat kerja

maupun di lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya.Secara fisiologis,

kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan

seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan

jantung meningkat, gangguan pencernaan. Reaksi masyarakat, apabila

kebisingan akibatsuatu proses produksi demikian hebatnya sehingga

masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.

2. Pengaruh kebisingan intensitas rendah.

Tingkat intensitas kebisingan rendah atau dibawah NAB banyak ditemukan

dilingkungan kerja seperti perkantoran serta ruang administrasi perusahaan.

Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB tersebut secara fisiologis

tidak menyebabkan kerusakan pendengaran.Namun demikian, kehadirannya

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

34

sering dapat menyebabkan penurunan performasi kerja, sebagai salah satu

penyebab stress kerja dan gangguan kesehatan lainnya. Stress kerjayang

disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya

kelelahan dini, kegelisahan dan depresi.

Kebisingan dapat menyebabkan dua jenis gangguan pada manusia (Pradana,

2013), yaitu :

a. Dampak auditorial. Dampak auditorial akibat kebisingan adalah

terjadinya gangguan pendengaran yang bersifat sementara yang dapat

disembuhkan hingga terjadi ketulian permanen.

b. Dampak nonauditorial. Selain dapat menimbulkan dampak negatif

terhadap sistem pendengaran, kebisingan juga dapat mengganggu :

1) Sistem keseimbangan

2) Cardiovascular. Tekanan darah menjadi naik, denyut jantung

meningkat, serta adrenalin meningkat.

3) Kualitas tidur. Tingkat gangguan tidur sangat bervariasi pada setiap

orang, misalnya sering terbangun tanpa sebab yang tidak jelas, tidak

tenang atau sering berpindah-pindah posisi tidur, perubahan pada

gerakan mata.

4) Kondisi kejiwaan pekerja (stress kerja). Kebisingan menyebabkan

berbagai gangguan pada tenaga kerja.

Seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan

komunikasi dan ketulian (Pradana, 2013).

a. Gangguan fisiologis. Pada umumnya, kebisingan bernada tinggi

sangat mengganggu, apalagi bila kebisingan terputus-putus atau

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

35

datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan

darah, peningkatan nadi, konstruksi pembuluh darah perifer terutama

pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan

sensoris.

b. Gangguan psikologis. Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak

nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan

diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit

psikosomatik berupa gastritis, stress serta kelelahan.

c. Gangguan komunikasi. Gangguan komunikasi biasanya disebabkan

masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau

gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan

dengan cara berteriak. Gangguan ini biasanya menyebabkan

tergangguanya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya

kesalahan.

d. Gangguan keseimbangan. Kebisingan yang sangat tinggi, dapat

menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang

dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing atau

mual-mual.

e. Efek pada pendengaran. Efek pada pendengaran adalah gangguan

yang paling serius karena dapat menyebabkan ketulian.

Penyebab stress akibat kerja (Oktarini, 2010), yaitu :

a. Faktor intrinsik pekerjaan. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik

lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising, berdebu, bau, suhu panas

dan lembab), stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

36

yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin

macet, pekerjaan berisiko tinggi, dan berbahaya, pemakaian teknologi

baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru.

b. Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang

bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih

memberikan stress kerja yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja

fisik.

c. Faktor hubungan kerja. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya

komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan pekerjaan.

d. Faktor pengembangan karier. Perasaan tidak aman dalam pekerjaan,

posisi dan pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting

sebagai penyebab terjadinya stress kerja. Faktor pengembangan karier

yang dapat menjadi pemicu stress kerja adalah ketidak pastian

pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan mutasi kerja.

e. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja. Disebabkan karena,

kurangnya pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif,

kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor serta seringkali

pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat juga

dapat menyebabkan stress kerja.

f. Faktor diluar pekerjaan. Perselisihan antara anggota keluarga,

lingkungan tetangga dan komunitas juga merupakan faktor penyebab

timbulnya stress yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam

lingkungan kerja.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

37

D. Kerangka Teori

(Sumber : Tarwaka 2004 dalam Oktarini, 2010)

E. Kerangka Konsep

Faktor Fisik Lingkungan Kerja :

Kebisingan yang berasal dari

mesin- mesin produksi. NAB

(kebisingan 8 jam/hari :

Kepmenker No. Kep.

51/MEN/1999 adalah 85 dB)

Stress Kerja

Faktor intrinsik pekerja

penyebab stress : Jam kerja

Faktor penunjang yang

mempengaruhi stress kerja :

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Pendidikan

Faktor penunjang yang

mempengaruhi stress kerja :

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Pendidikan

Faktor Fisik Lingkungan

Kerja :

Kebisingan (berasal dari

mesin- mesin produksi)

Stress Kerja

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisinganrepository.poltekkes-tjk.ac.id/478/5/BAB II.pdf · 2019. 12. 5. · 3) Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara mengurangi

38