bab ii tinjauan pustaka a.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.bab ii-converted.pdf6 bab ii...

31
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem (Kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam peroses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air (Mubarak & Chayatin, 2007). Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas (Tarwoto & Wartonah, 2010). Respirasi adalah suaru proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida (Darmanto Djojodibroto, 2009). Pernapasan atau respirasi adalah masuknya oksigen kedalam aliran darah dan secara bersamaan memungkinkan terbuangnya karbon dioksida. System respirasi harus mempunyai kemampuan untuk merespon dengan cepat berbagai kebutuhan tubuh dan memainkan peran penting dalam memperbaiki dan mempertahankan homeostatis di dalam jaringan. Peran penting dan krusial ini termasuk membantu dan mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh, metabolisme senyawa senyawa tertentu, menyaring bahan-bahan yang tidak di inginkan dari sirkulasi, mencegah dan menurunkan infeksi, dan berperan sebagai reservoir darah (Caia Francis,2011). 2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Menurut (Drs. H. Syaifuddin, 3013) struktur sistem pernapasan dibagi menjadi dua yaitu : a. Sistem pernapasan atas Sistem pernapasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring. 1) Hidung

Upload: others

Post on 25-May-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen

1. Pengertian

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem

(Kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak

berbau yang sangat dibutuhkan dalam peroses metabolisme sel. Sebagai

hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air (Mubarak &

Chayatin, 2007). Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam

kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan

untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh

dari atmosfer melalui proses bernapas (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Respirasi adalah suaru proses pertukaran gas antara organisme

dengan lingkungan, yaitu pengambilan oksigen dan eliminasi

karbondioksida (Darmanto Djojodibroto, 2009). Pernapasan atau respirasi

adalah masuknya oksigen kedalam aliran darah dan secara bersamaan

memungkinkan terbuangnya karbon dioksida. System respirasi harus

mempunyai kemampuan untuk merespon dengan cepat berbagai

kebutuhan tubuh dan memainkan peran penting dalam memperbaiki dan

mempertahankan homeostatis di dalam jaringan. Peran penting dan krusial

ini termasuk membantu dan mempertahankan keseimbangan asam basa

tubuh, metabolisme senyawa senyawa tertentu, menyaring bahan-bahan

yang tidak di inginkan dari sirkulasi, mencegah dan menurunkan infeksi,

dan berperan sebagai reservoir darah (Caia Francis,2011).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Menurut (Drs. H. Syaifuddin, 3013) struktur sistem pernapasan dibagi

menjadi dua yaitu :

a. Sistem pernapasan atas

Sistem pernapasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring.

1) Hidung

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

7

Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses

penyaringan, humidiikasi, dan penghangatan.

2) Faring

Faring merupakan saluran yang terbagi menjadi dua untuk udara

dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang

kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan

menghancurkan kuman patogen yang masuk bersama udara.

3) Laring

Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa

disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring

juga berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan

melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.

b. Sistem pernapasan bawah

Sistem pernapasan bawah terdiri dari trakea dan paru-paru yang

dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru

dan membran pleura.

1) Trakea

Trakea merupakan pipa membran yang dikosong oleh cincin-cincin

kartilago yang menghubungkan laring dengan bronkus utama

kanan dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi

bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus

terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon

bronkus.

2) Paru

Paru ada dua buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-

masing paru terdiri dari beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan

paru kiri dua lobus) dan dipasok oleh dua bronkus. Jaringan paru

sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang bercabang-cabang,

yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastis.

Permukaan luar paru dilapisi oleh kantung tertutup berdinding

ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

8

permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi

permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat

cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah

friksi selama gerakan bernapas.

3. Fisiologi pernapasan

a. Mekanismes pernapasan

paru dan dinding dada adalah struktur yang elastic, dalam keadaan

normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada. Paru

dengan mudah bergeser pada dinding dada.Tekanan ruangan antara

paru dan dinding dada di bawah tekanan atmosfer.

Pada waktu menarik nafas dalam , otot berkontraksi tetapi pengeluaran

pernapasan dalam proses yang pasif. Difragma menutup ketika

penarikan napas, rongga dada kembali memperbesar paru, dinding

badan bergerak , diapragma dan tulang dada menutup ke posisi semula.

b. Inspirasi

Inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot inspirasi yang

menaikan volume intratoraks. Selama bernapas tenang tekanan

intrapleura kira-kira 2,5 mmHg (relatif terhadap atmosfer). Pada

permulaaan inspirasi menurun sampai 6 mmHg dan paru di tarik ke

atas posisi yang lebih mengembang, di jalan udara menjadi sedikit dan

udara mengalir kedalam paru.Akhir inspirasi recoil menarik dada

kembali keposisi ekspresi karena tekanan recoil paru dan dinding dada

seimbang.Tekanan dalam jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit

positif, udara mengalir dari luar ke paru.

Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru

berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru bersamaan bergerak

mengelilingi atmosfer.Pada waktu penguapan pernafasan, volume

sebuah paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk

memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

9

c. Ekspirasi

Pernapasan tenaga bersifat pasif.Tidak ada otot-otot yang

menurunkan volume untuk toraks berkontraksi.Permulaan ekspirasi ini

menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan

ekspirasi.Inspirasi yang kuat bedrusaha mengurangi tekanan intrafleura

sampai serendah 30 mmHg, ini menimbulkan pengembangan paru

dengan derajat yang lebih besar.

4. Faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan

Menurut (Tarwoto & Wartonah,2010)faktor yang mempengaruhi

fungsi pernapasan ada lima, yaitu :

a. Faktor fisiologi

Ganggua pada fungsi fisiologi akan berpengaruh terhadap kebutuhan

oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat mempengaruhi

fungsi pernapasanya.

1) Penurunan kapasitas angkut oksigen secara fisiologis, daya angkut

hemoglobin untuk membawa oksigen ke jaringan adalah 97%.

Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila

terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia

atau saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat

mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan oksigen.

2) Penurunan konsentrasi oksigen inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi

akibat penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar

oksigen lingkungan.

3) Hipovolemia, kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume

sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang

berlebihan (mis; pada penderita syok atau dehidrasi berat)

4) Peningkatan laju metabolik, kondisi ini dapat terjadi pada kasus

infeksi dan demam yang terus menerus yang mengakibatkan

peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah

persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

10

5) Kondisi lainnya. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding

dada seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas muskuloskeletal

(mis; pectus exapatum dan kifosis), trauma, penyakit otot, penyakit

susunan saraf, ganguan saraf pusat, dan penyakit kronis.

b. Faktor perkembangan

Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang

mempengaruhi sistem pernapasan individu.

1) Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita

penyakit membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya

membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan.

Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit

karena kemampuan paru dalam menyintesis surfaktan baru

berkembang pada trimester akhir.

2) Bayi dan anak-anak. Kelompok usia ini beresiko mengalami

infeksi saluran napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis,

dan aspirasi benda (mis. makanan, permen, dll).

3) Anak usia sekolah remaja. Kelompok usia ini beresiko mengalami

infeksi saluran pernapasan akut akibat kebiasaan buruk, seperti

merokok.

4) Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stress, kebiasaan merokok,

diet yang tidak sehat, kurang berolahraga merupakan faktor yang

dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada

kelompok usia ini.

5) Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan

perubahan pada fungsi normal pernapsan, seperti penurunan

elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan

kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga

berpengaruh pada penurunan kadar oksigen.

c. Faktor prilaku

Prilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi

pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan berolahraga,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

11

kondisi emosional, dan pengunaan zat-zat tertentu secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen

tubuh.

1) Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat

ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan

pelisutan otot pernapsan yang akan mengurangi kekuatan kerja

pernapasan.

2) Olahraga. Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik,

denyut jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang

akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

3) Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obatan

yang berlebihan dapat menggangu proses oksigenasi. Hal ini

terjadi karena :

a) Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan

susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju

dan kedalaman pernapasan.

b) Penggunaan narkotika dan obat analgesik, terutama morpin dan

meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga

menurunkan laju dan kedalaman pernapasan.

4) Emosi, perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol

akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini

menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi

pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu,

kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman

pernapasan.

5) Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kebutuhan

oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan

vaskularisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang

terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokontriksi

pembuluh darah periper dan koroner.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

12

d. Lingkungan

1) Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap

afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan oksigen. Dengan kata lain

suhu lingkungan juga bisa mempengaruhi kebutuhan oksigen

seseorang.

2) Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada

tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut menurun.

Akibatnya orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung

mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.

Sebaliknya, pada dataran rendah akan terjadi peningkatan tekanan

oksigen.

3) Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu seringkali menyebabkan

sakit kepala, pusing, batuk, tersedak dan berbagai gangguan

pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja yang

bekerja di pabrik asbes atau bedak tabur beresiko tinggi menderita

penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

5. Gangguan Pada Fungsi Pernapasan

a. Perubahan Pola Napas

Pola napas mengacu pada frekuensi, volume, irama, dan usaha

pernapasan. Pola napas yang normal (apnea) ditandai dengan

pernapasan yang tenang, berirama dan tanpa usaha. Perubahan pola

napas yang umum terjadi adalah takipne, bradipnea, hipervetilasi,

napas kussmaul, hipoventilasi, dispnea dan orthopnea.

1) Takipnea : frekuensi pernapasan yang cepat. Biasanya ini terlihat

pada kondisi demam, asidosis metabolik, nyeri, dan pada kasus

hiperkapnea atau hipoksemia.

2) Bradipnea : frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal.

Biasanya ini terlihat pada orang baru menggunakan obat-obatan

seperti morfin, pada kasus alkalosis metabolik, atau peningkatan

TIK.

3) Apnea : henti napas

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

13

4) Hiperventilasi : peningkatan jumlah udara yang memasuki paru.

Kondisi ini terjadi saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan

metabolik untuk pembuangan karbon dioksida. Biasanya,

hiperventilasi disebabkan oleh asidosis, infeksi, dan kecemasan.

Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan alkalosis akibat

pengeluaran CO2 yang berlebihan.

5) Hipoventilasi : penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru.

Kondisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk

memenuhi kebutuhan metabolik untuk penyaluran oksigen dan

pembuangan karbon dioksida. Biasanya ini disebabkan oleh

penyakit otot pernapasan, obat-obatan, anastesia.

6) Pernapasan kussmaul : salah satu jenis hiperventilasi yang

menyertai asidosis metabolik. Pernapasan ini merupakan upaya

tubuh untuk mengompensasi asidosis dengan mengeluarkan karbon

dioksida melalui pernapasan yang cepat dan dalam.

7) Orthopnea : ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi

berdiri atau tegak.

8) Dispnea : kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.

b. Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh (sel)

tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau pengikatan oksigen

pada tingkat sel. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, kecemasan,

pusing, penurunan tingkat kesadaran, penurunan konsentrasi,

kelemahan, peningkatan tanda-tanda vital, disritmia, pucat, sianosis,

clubbing, dan dispnea. Penyebabnya antara lain, penurunan Hb dan

kapasitas angkut oksigen dalam darah, penurunan konsentrasi oksigen

inspirasi, ketidakmampuan sel mengikat oksigen, penurunan difusi

oksigen dari alveoli ke dalam darah, dan peurunan perfusi jaringan.

c. Obstruksi Jalan Napas

Obstruksi jalan napas, baik total ataupun sebagian, dapat terjadi

diseluruh tempat di sepanjang jalan napas atas atau bawah. Obstruksi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

14

pada jalan napas atas (hidung, faring, laring) dapat disebabkan oleh

benda asing seperti makanan, akumulasi sekret, atau lidah yang

menyumbat orofaring pada orang yang tidak sadar. Sedangkan

obsruksi jalan napas bawah meliputi sumbatan total atau sebagian pada

jalan napas bronkus dan paru.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riawayat Keperawatan

Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajiann

tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya

batuk, sputum, nyeri, medikasi, dan adanya faktor resiko untuk

gangguan status oksigenasi.

1) Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)

2) Riwayat penyakit atau pernapasan

a) Nyeri

b) Paparan lingkungan atau geografi

c) Batuk

d) Bunyi napas mengi

e) Faktor resiko penyakit paru

f) Frekuensi infeksi pernapasan

g) Masalah penyakit paru masa lalu

h) Penggunaan obat

3) Adanya batuk dan penanganan

4) Kebiasaan merokok

5) Masalah pada fungsi sistem kardiovaskulern (kelemahan dispneu)

6) Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi

a) Riwayat hipertensi, penyakit jantung, atau penyakit CVA

b) Merokok

c) Usia paruh baya atau lanjut

d) Obesitas

e) Diet tinggi lemak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

15

f) Peningkatan kolestrol

7) Riawayat penggunaan medikasi

8) Stresor yang dialami

9) Status atau kondisi kesehatan

b. Pemeriksaan fisik

Untuk menilai status oksigenasi klien, perawat menggunakan

keempat teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi,

dan perkusi

1) Inspeksi. Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran

klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran

mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior,

struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas, (frekuensi

dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi),

ekspirasi dada secara umum, adanya sianosis, adanya deformitas,

dan jaringan parut pada dada.

2) Palpasi. Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan

pemeriksa mendatar di atas dada passien. Saat palpasi, perawat

menilai adanya fremitus taktil pada dada punggung pasien dengan

memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Jika klien

mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan

adanya getaran pada telapak tanganya. Normalnya, fremitus taktil

akan terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada

kondisi konsolidasi. Selain itu palpasi juga dilakukan untuk

mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri

tekan, thrill, titik impuls maksimum, abnormalitas massa dan

kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler.

3) Perkusi. Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan

ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya

abnormalitas, cairan atau udara di dalam paru. Perkusi sendiri

dilakukan dengan menekan jari tengah (tangan non dominan)

pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari tersebut

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

16

diketuk-ketuk dengan menggunakan jari tengah atau jari telunjuk

tangan sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan

atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu, (mis. pneumonia

toraks, emfisema), adanya udara pada dada atau paru-paru

menimbulakan bunyi hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan

bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan

diatas area yang mengalami ateletaksis.

4) Asukulutasi. Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang

dihasilakan di dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung

atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar

biasanya digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan

kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat,

auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada

pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan

bunyi napas vesikular, bronkial, bronkovesikuler, rales, ronkhi,

juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi

dan waktu terjadinya.

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengkaji status, fungsi,

dan oksigenasi pernapasan klien. Beberapa jenis pemeriksaan

penunjang antara lain :

1) Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan

gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap

2) Tes struktur pernapasan lengkap : sinar-X dada, bronkoskopi, scan

paru.

3) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur

kerongkongan, sputum, uji kulit, toraksintesis.

2. Penetapan diagnosa keperawatan

Penetapan diagnosa menurut Standar Dokumentasi Keperawatan

Indonesia(SDKI, 2016)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

17

1) Bersihan jalan napas tidak efektif

a. Definisi

Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas

untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

b. Etiologi

1. Sepasme jalan napas

2. Hipersekresi jalan napas

3. Disfungsi neuromuskuler

4. Benda asing dalam jalan napas

5. Adanya jalan napas buatan

6. Sekresi yang tertahan

7. Hiperplasia dinding jalan napas

8. Proses infeksi

9. Respon infeksi

10. Efek agen farmakologi

c. Situasiologi

1. Merokok aktif

2. Merokok pasif

3. Terpajan polutan

d. Gejala dan tanda mayor

1. Subjektif (tidak tersedia)

2. Objektif

a) Batuk tidak efektif

b) Tidak mampu batuk

c) Sputum berlebih

d) Mengi, wheezing dan/ ronki kering

e) Mekonium di jalan napas (pada neonatus)

e. Gejala dan tanda minor

1. Subjektif

a) Dispnea

b) Sulit bicara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

18

c) Ortopnea

2. Objektif

a) Gelisah

b) Sianosis

c) Bunyi napas menurun

d) Pola napas berubah

f. Kondisi klinis terkait

1. Gullian barre syndrome

2. Sklerosis multipel

3. Myasthenia gravis

4. Prosedur diagnostik ( mis. Bronkospi, transesophageal

echocardiography [TEE])

5. Depresi sistem saraf pusat

6. Cedera kepala

7. Stroke

8. Kuadriplegia

9. Sindrom aspirasi mekonium

10. Infeksi saluran napas

2) Pola Napas Tidak Efektif

a. Definisi

Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat

b. Etiologi

1. Depresi pusat pernapasan

2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan

otot pernapasan)

3. Deformitas dinding dada

4. Deformitas tulang dada

5. Gangguan neuromuskular

6. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram [EGG] posirif,

cidera kepala, gangguan kejang)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

19

7. Imaturitas neurologis

8. Penurunan energi

9. Obesitas

10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

11. Sindrom hipoventilasi

12. Kerusakan intervensi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)

13. Cedera pada madula spinalis

14. Efek agen farmakologis

15. Kecemasan

c. Gejala dan tanda mayor

1. Subjektif

a) dispnea

2. objektif

a) penggunaan obat bantu pernapasan

b) fase ekspirasi memanjang

c) pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea,

hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stoke)

d. gejala dan tanda minor

1. subjektif

a) ortopnea

2. objektif

a) pernapasan pursed-lip

b) pernapasan cuping hidung

c) diameter thoraks anterior-posterior meningkat

d) ventilasi semenit menurun

e) kapasital vital menurun

f) tekanan ekspirasi menurun

g) tekanan inspirasi menurun

h) ekskrusi dada menurun

e. kondisi klinis terkait

1. Depresi sistem saraf pusat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

20

2. Cidera kepala

3. Trauma thoraks

4. Gullian balle syndrome

5. Multiple sclerosis

6. Myasthenia gravis

7. Stroke

8. Kuadriplegia

9. Intoksikasi alkohol

3. Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi Menurut Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018)

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi

Diagnosa keperawatan

Intervensi utama

Intervensi pendukung

1. Bersihan jalan

napas tidak

efektif

a. Tujuan

1. Latihan batuk efektif

a. Definisi

Melatih pasien yang tidak

memiliki kemampuan

batuk secara efektif untuk

membersihkan laring,

trakea dan bronkiolus dari

sekret atau benda asing di

jalan napas

b. Tindakan

1) Observasi

a) Identifikasi

kemampuan batuk

b) Monitor adanya

retensi sputum

c) Monitor tanda dan

gejala infeksi

saluran napas

d) Monitor input dan

output cairan (mis.

Jumlah dan

karakteristik)

2) Terapeutik

5. Dukungan

kepatuhan

program

pengobatan

6. Edukasi edukasi

fisoterapi dada

7. Edukasi

pengukuran

respirasi

8. Fisioterapi dada

9. Konsultasi via

telepon

10. Manajemen

asma

11. Manajemen

alergi

12. Manajemen

anafilaksis

13. Manajemen

isolasi

14. Manajemen

ventilasi

mekanik

15. Manajemen

jalan napas

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

21

a) Atur posisi semi-

fowler atau fowler

b) Pasang perlak dan

bengkok di

pangkuan pasien

c) Buang sekret pada

tempat sputum

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan

dan prosedur

batuk efektif

b) Anjurkan tarik

napas dalam

melalui hidung

selama 4 detik, di

tahan selama 2

detik, kemudian

keluarkan dari

mulut dengan

bibir mecucu (di

bulatkan) selama 8

detik

c) Anjurkan

mengulangi tarik

napas dalam

hingga 3 kali

d) Anjurkan batuk

dengan kuat

langsung setelah

tarik napas dalam

yang ke-3

kolaborasi

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi

pemberian

mukolitik, jika

perlu

2. Manajemen jalan napas

a. Definisi

Mengidentifikasi dan

mengelola kepatenan jalan

napas.

b. Tindakan

1. Observasi

a) Monitor pola napas

buatan

16. Pemberian obat

inhalasi

17. Pemberian obat

interpleura

18. Pemberian obat

intradenal

19. Pemberian obat

nasal

20. Pencegahan

aspirasi

21. Pengaturan

posisi

22. Penghisapan

jalan napas

23. Penyapihan

ventilasi

mekanik

24. Perawatan

trakheostomi

25. Skrining

tuberkulosis

26. Stabilisasi jalan

napas

27. Terapi oksigen

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

22

(frekuensi,

kedalaman, usaha

napas)

b) Monitor bunyi napas

tambahan ( mis.

Gurgling, mengi,

wheexing, ronki

kering)

c) Monitor sputum

(jumlah, warna,

aroma)

2. Terapeutik

a) Pertahankan jalan

napas dengan dengan

head-tilt dan chin-lift

(jaw-thrust jika

dicurigai trauma

servikal)

b) Posisikan semi-

fowler atau fowler

c) Berikan minum

hangat

d) Lakukan fisioterapi

dada, jika perlu

e) Lakukan

penghisapan lendir

kurang dari 15 detik

f) Lakukan

hiperoksigenasi

sebelum penghisapan

indotrakeal

g) Keluarkan sumbatan

benda padat dengan

forcep mcGill

h) Berikan oksigen, jika

perlu

3. Edukasi

a) Anjurkan asupan

cairan 2000

ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

b) Ajarkan teknik batuk

efektif

4. Kolaborasi

a) Kolaborasi

pemberian

bronkodilator,

espektoran,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

23

mukolitik, jika perlu

3. Pemantauan respirasi

a. Definisi

Mengumpulkan dan

menganalisis data untuk

memastikan kepatenan

jalan napas dan keefektifan

pertukaran gas

b. Tindakan

1. Observasi

a) Monitor frekuensi,

irama, kedalaman,

dan upaya napas

b) Monitor pola

napas ( seperti

bradipnea,

takipnea,

hiperventilasi,

kussmaul, cheyne

stokes, biot,

ataksik)

c) Monitor

kemampuan batuk

efektif

d) Monitor adanya

produksi sputum

e) Monitor adanya

sumbatan jalan

napas

f) Palpasi kesimetrisan

ekspansi paru

g) Auskultasi bunyi

napas

h) Monitor saturasi

oksigen

i) Monitor AGD

j) Monitor hasil x-ray

toraks

2. Terapeutik

a) Atur interval

pemantauan

respirasi sesuai

kondisi pasien

b) Dokumentasikan

hasil pemantauan

3. Edukasi

a) Jelaskan tujuan

ada prosedur

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

24

pemantauan

b) Informasikan hasil

pemantauan, jika

perlu

2. Pola napas tidak

efektif

a. Definisi

1. Manajemen jalan napas

a. Definisi

Mengidentifikasi dan

mengelola kepatenan jalan

napas.

b. Tindakan

1. Observasi

a) Monitor pola

napas (frekuensi,

kedalaman, usaha

napas)

b) Monitor bunyi

napas tambahan

(mis. Gurgling,

mengi, wheexing,

ronki kering)

c) Monitor sputum

(jumlah, warna,

aroma)

2. Terapeutik

a) Pertahankan jalan

napas dengan dengan

head-tilt dan chin-lift

(jaw-thrust jika

dicurigai trauma

servikal)

b) Posisikan semi-

fowler atau fowler

c) Berikan minum

hangat

d) Lakukan fisioterapi

dada, jika perlu

e) Lakukan

penghisapan lendir

kurang dari 15 detik

f) Lakukan

hiperoksigenasi

sebelum penghisapan

1. Dukungan

emosional

2. Dukungan

kepatuhan

program

pengobatan

3. Dukungan

ventilasi

4. Edukasi

pengukuran

respirasi

5. Konsultasi via

telepon

6. Menejemen

nenergi

7. Menejemen

jalan napas

buatan

8. Menejemen

medikasi

9. Pemberian obat

inhalasi

10. Pemberian obat

interpleura

11. Pemberian obat

intradenal

12. Pemberian obat

intravena

13. Pemberian obat

oral

14. Pencegahan

aspirasi

15. Pengaturan

posisi

16. Perawatan

selang dada

17. Menejemen

ventilasi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

25

indotrakeal

g) Keluarkan sumbatan

benda padat dengan

forcep mcGill

h) Berikan oksigen, jika

perlu

3. Edukasi

a) Anjurkan asupan

cairan 2000

ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

b) Ajarkan teknik batuk

efektif

4. Kolaborasi

a) Kolaborasi

pemberian

bronkodilator,

espektoran,

mukolitik, jika perlu

2. Pemantauan respirasi

a. Definisi

Mengumpulkan dan

menganalisis data untuk

memastikan kepatenan

jalan napas dan keefektifan

pertukaran gas

b. Tindakan

1. Observasi

a) Monitor frekuensi,

irama, kedalaman,

dan upaya napas

b) Monitor pola

napas ( seperti

bradipnea,

takipnea,

hiperventilasi,

kussmaul, cheyne

stokes, biot,

ataksik)

c) Monitor

kemampuan batuk

efektif

d) Monitor adanya

produksi sputum

e) Monitor adanya

sumbatan jalan

napas

f) Palpasi kesimetrisan

mekanik

18. Pemantauan

neurologis

19. Pemberian

analgesik

20. Pemberian obat

21. Perawatan

trakheostomi

22. Reduksi

ansietas

23. Stabilisasi jalan

napas

24. Terapi relaksasi

otot progresif

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

26

ekspansi paru

g) Auskultasi bunyi

napas

h) Monitor saturasi

oksigen

i) Monitor AGD

j) Monitor hasil x-ray

toraks

2. Terapeutik

a) Atur interval

pemantauan

respirasi sesuai

kondisi pasien

c) Dokumentasikan

hasil pemantauan

3. Edukasi

a) Jelaskan tujuan

ada prosedur

pemantauan

b) Informasikan hasil

pemantauan, jika

perlu

C. Tinjauan konsep penyakit asma

1. Pengertian

Istilah asma berasal fari kata Yunani asli yang artinya “terengah-

engah” dan berarti serangan napas pendek. Hippocrates menggunakan

kata asma untuk menggambarkan sesak episodik napas. Namun,

definisi klinis rinci pertama pada pasien asma di buat oleh Aretaeus

pada abad kedua (wells, et a, 2009). Penyakit ini merupakan gangguan

inflamasi kronik primer pada saluran napas di paru-paru yang di

kategorikan oleh sel T-helped tipe 2 (Th-2), respon imun dimediasi

limfosit sebagai pertahanan natural pertama dari tbuh.

Batasan asma yang lengkap di kelurkan oleh Global Initative For

Asthma (GINA, 2016) di definisikan sebagai penyakit heterogen

ditandai inflamasi kronik saluran napas dengan gejala sesak napas

mengi, ada terasa berat, batuk semakin memberat dan keterbatasan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

27

aliran udara ekspirasi. Keadaan tersebuat beralngsung dalam intensitas

waktu yang lama dan sering berulang yang dipicu oleh berbagai faktor,

seperti pajanan alergen, perubahan cuaca, latihan fisik dan infeksi

virus.

Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA, 2015) mendefiniskan

asma sebagai penyakit saluran respiratori dnegan dasar inflamasi

kronik yang melibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran

respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinisnya dapat

berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara

kronik atau berulang, cenderung memberat pada malam/dini hari

(nokturnal), reversibel dan biasanya timbul jika ada pencetus.

Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat

penyempitan saluran napas yang sifatnya reversibel (penyempitan

dapat hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi

pernapasan diantara dua interval asimtomatik. Namun, ada kalanya

sifat reversibel ini berubah menjadi kurang reversibel (penyempitan

baru hilang setelah mendapat pengobatan). Penyumbatan saluran napas

yang menilbulkan manifestasi klinis asma adalah akibat terjadinya

bronkokontriksi, pembengkakan mukosa bronkus dan hipersekresi

lendir karena hiperreaktivitas saluran pernapasan terhadap beberapa

stimulus (Darmanto Djojodibroto, 2009).

Menurut (Caia Francis, 2011) asma adalah gangguan inflamasi

kronik pada jalan napas dimana banyak sel memainkan peranan,

terutama sel mest, eosinofil, dan limfosit T. Pada individu yang rentan

inflamasi ini menyebabkan episode rekuren dari mengi, sulit bernapas

dada terasa sesak, dan batuk terutama pada malam atau dini hari.

Gejala-gejala ini biasanya berubungan dengan terbatasnya aliran udara

yang meluas tetapi bervariasi, yang reversibel setidaknya sebagian

baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga

menyebabkan peningkatan responsivitas jalan napas terhadap beberapa

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

28

rangsangan (Internatinal Consensus Report On The Diagnosis And

Management Of Asthma).

2. Etiologi

Pada penyebab asma, tampak terdapat hubungan antara asma

dengan alergi. Pada sebagian besar penderita asma , ditemukan riwayat

alergi, selain itu serangan asma juga sering di picu oleh pemajanan

terhadap alergen. Pada pasien yang mempunyai komponen alergi, jika

di telusuri ternayata sering terdapat riwayat asma atau alergi pada

keluarganya. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa terdapat faktor

genetik yang menyebabkan seseorang menderita asma. Faktor genetik

yang diturunkan adalah kecenderungan memproduksi antibodi jenis

igE yang berlebihan. Seseorang yang mempunyai predisposisi

memproduksi igE berlebihan disebut mempunyai sifat atopik,

sedangkan keadaannya disebut atopi. Namun, ada penderita asma yang

tidak atopik dan juga serangan asmanya tidak dipicu oleh pemajanan

terhadap alergen (Darmanto Djojodibroto, 2009).

3. Fatofisiologi

Gambar 2.1 Fatofisiologi Asma Bronkhial

Pencetus serangan

(alergen, emosi/stres, obat-obatan dan infeksi)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

29

Pencetus-pencetus serangan tersebut di tambah dengan pencetus

lainnya dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi

antigen dan antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan mengeluarkan

Reaksi antigen dan antibodi

Dikeluarkannya subtansi vasoaktif

(histamin, bradikinin, dan anafiiaktosin)

Sekresi mukus meningkat Permeabilitas kapiler Kontraksi otot polos

Produksi mukus

bertambah bronkospasme ➢ Kontraksi otot

polos

➢ Edema mukosa

➢ hipertensi

Obstruksi saluran napas

Bersihan jalan napas tidak

efektif

Hipoventilasi

distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi

darah paru-paru

gangguan difusi gas di alveoli

Kerusakan pertukaran

gas

Hipoksemia

hiperkapnea

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

30

subtansi pereda alergi yangsebelumnya merupakan mekanisme tubuh

dalam menghadapi serangan. Zat yang di keluarkan dapat berupa

histamin, bradikinin, dan anafilatoksin. Hasil dari reaski tersebut

adalah timbulnya tiga gejala yaitu, berkontraksinya otot polos,

peningkatan permeabilitas kapiler, dan peningkatan sekret mukus,

seperti terlihat pada gambar di atas (Irman Somantri, 2009).

4. Manifestasi Klinik

Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom

yang dihasilkan mekanisme multipel yang akhirnya menghasilkan

kompleks gejala klinis termasuk obstruksi jalan napas reversibel.

Sebagai sindrom episodik, terdapat interval asimtomatik di antara

kejadian serangan asma. Ciri-ciri yang sangat penting dari sindrom ini,

seperti dispnea, suara mengi, obstruksi jalan napas reversibel terhadap

bronkodilato, bronkus yang hiperresponsif terhadap berbagai stimulus

baik yang spesifik maupun nonspesifik dan peradangan saluran

pernapasan.

Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi serta sesak napas.

Gejala yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot napas

tambahan, timbulnya pulpus paradoksus, timbulnya kussmaul’s sign.

Pasien akan mencari posisi yang nyaman, yaitu duduk tegak dengan

tangan berpegangan pada sesuatu agar bahu tetap stabil, biasanya

berpegangan pada lengan kursi, dengan demikian otot napas tambahan

dapat bekerja dengan baik. Takikardi akan timbul di awal serangan,

kemudian diikuti sianosis sentral.

Gejala asma dapat dibedakan dengan gejala penyakit obstruksi

jalan napas lainnnya seperti bronkitis kronik, emfisema dan fibrosis

kistik (Darmanto Djojobroto, 2009).

5. Klasifikasi Asma Bronkhial

Menurut (Irman Somantri, 2009) Asma bronkhial di klasifikasikan

berdasarkan penyebabnya

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

31

1. Asma Alergi/Ekstrinsik merupakan suatu bentuk asma dengan

alergen seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan

dan lain-lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman

(seasonal). Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai

riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan

eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergia akan

mencetuskan serangan asma. Bentuk asama seperti ini biasanya di

mulai sejak kanak-kanak.

2. Idiopatik atau nonalergik asma / instrinsik merupakan penyakit

asma yang tidak berhubungan secara langsung dengan alergen

spesifik. Faktor-fakor seperti common cold, infeksi saluran napas

atas, aktivitas, emosi atau stres dan polusi lingkungan akan

mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti bahan

sulfat (penyedap makanan) juga menjadi faktor penyebab.

Serangan dari asma adioptik atau nonalergik menjadi lebih berat

dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang

menjadi bronkitis dan emfisema. Pada beberapa kasus dapat

berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya

dimulai dari usia 35 tahun keatas.

3. Asma campuran (mixed asma) merupakan bentuk asma yang

paling sering. Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma

alergi dan idioptik atau nonalergi.

Kondisi yang perlu di pertimbangkan saat melakukan anamnesis

asma

Tabel 2.2 Kondisi Saat Asma

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

32

Gejala Batuk, mengi, napas pendek,

dada terasa sesak, dan

produksi sputum.

Ko-eksistensi dengan kondisi

lain yang berhubungan

dengan asma : hay fever,

rinitis, sinusitis, dermatitis

atopik.

Pola gejala Tahunan, musiman, atau

tahunan dengan eksaserbasi

musiman.

Kuntinu, episodik, atau

keduanya.

Onset, frekuensi dan durasi

gejala.

Variasi diurnal dari gejala,

gejala nokturnal.

Faktor pretisipasi/faktor yang

memburuk

Infeksi saluran napas atas.

Pejanan : alergen virus,

tungau debu rumah, serbuk

sari, bulu hewan.

Pejanan zat kimia atau alergen

okupasional.

Pejanan iritan, misalnya asap

rokok tembakau, polutan

udara.

Pengaruh keadaan emosional

dan stres.

Obat-obatan, aspirin, atau

obat anti-inflamasi nonsteroid,

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

33

beta-bloker.

Olahraga

Perubahan cuaca.

Riwayat perkembangan penyakit Usia saat onset atau siagnosis.

Evolusi penyakit.

Tata laksana penyakit

sebelumnya dan saat ini serta

respon terhadap pengobatan.

Profil eksaserbasi situasi sosial Kecepatan serangan, tata

laksana, dan hasil akhir.

Situasi sosial Kondisi rumah, pejanan

alergen, hewan didalam

rumah, pejanan asap rokok

tembakau, kelembapan,

pemanasan.

Beratnya penyakit Jumlah pengobatan darurat,

termasuk perawatan di rumah

sakit, rangkaian steroid oral.

Jumlah episode yang

mengancam nyawa.

Jumlah tidak masuk sekolah

atau kerja.

Terbatasnya asktivitas.

Freuensi terbangun di malam

hari.

Efek pada pertumbuhan,

tingkah laku, pencapaiaan di

sekolah atau kerja.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

34

6. Penatalaksanaan Terapi

Menurut (Caia Francis, 2011) penatalaksanaan terapi pada

penderita asma di bagi menjadi dua, yaitu :

1. Penatalaksanaan terapi farmakologi

Tujuan tata laksana farmakologi adalah untuk mengontrol

gejala termasuk gejala nokturnal dan asma yang di induksi oleh

olahraga. Secara keseluruhan tujuannya adalah untuk mencapai

kontrol dini dan efektif dari asma dan mempertahankan kontrol

fleksibel dengan melangkah naik atau turun pada terapi sesuai

keperluan.

Adapu beberapa langkah dalam penatalaksanaan terapi

farmakologis

1. Langkah pertama bronkodilator kerja-singkat harus diresepkan

sebagai pereda gejala pada semua pasien dengan asma

simtomatik. Frekuensi pasien menggunakan bronkodilator ini

dapat menjadi ukuran beratnya asma pasien dan / atau

kebutuhan mereka terhadap pengobatan lain.

2. Langkah kedua pengenalan terapi pencegah steroid inhalasi

merupakan terapi pencegah yang direkomendasikan baik pada

orang dewasa maupun anak-anak. Obat ini harus di resepkan

pada pasien dengan eksaserbasi yang baru terjadi, asma

nokturnal atau gangguan fungsi paru, atau mereka yang

menggunakan inhalasi lebih dari sekali sehari. Jika terdapat

alasan klinis atau alasan yang berpusat pada pasien untuk tidak

meresepkan steroid inhalasi, maka natrium kromoglikat,

antagonis reseptor lekotrien, atau teofilin dapat diresepkan.

3. Langkah ketiga terapi tambahan sebelum melakukan langkah

ini semua parameter lain perlu diperiksa seperti kepatuhan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

35

pasien terhadap pengobatan, kemampuan menggunakan inhaler

secara tepat dan menghindari faktor pemicu. Terapi tambahan

termasuk dosis steroid yang di tingkatkan, antagonis reseptor,

teofilin.

4. Langkah keempat diindikasikan pada kontrol gejala asma yang

buruk.

5. Langkah kelima pada kasus ini di rekomendasikan pemantauan

reguler seluruh fungsi fisiologis pasien karena pemberian

steroid oral telah menunjukkan efek samping bermakna dengan

yang berhubungan dengannya. Pemantauan ini termasuk

pemantauan pertumbuhan pada anak-anak dan observasi

munculnya diabetes, osteoporosis, hipertensi, dan

perkembangan katarak.

2. Penatalaksanaan terapi nonfamakologis

Alergen dapat memicu serangan asma dan meningkatkan

morbiditas asma. hal ini harus di pertimbangkan pada setiap

peninjauan ulang tatalaksana asma seorang pasien. Indentifikasi

alergen putatif harus di lakukan dnegan menggali riwayat medis

yang terinci, dan melakukan uji alergi jika mungkin.

Pemberian ASI eksklusif selama empat bulan pertama atau

lebih telah terbukti menurunkan peluang munculnya asma setelah

anak tersebut mencapai usia enam tahun. Efek ini lebih bermakna

pada anak yang memiliki riwayat atopi tinggi pada keluarga.

Sama halnya dengan penyakit respirasi lainnya, merokok

tembakau bersifat merusak tata laksana asma. walaupun ada bukti-

bukti yang telah tersedia selama beberapa dekade bahwa “merokok

pasif” berkontribusi terhadap beratnya asma pada anak-anak,

pekerja kesehatan tetap harus mencari kesempatan untuk

mendukung orang tua berhenti merokok.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.poltekkes-tjk.ac.id/324/3/6.BAB II-converted.pdf6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Oksigen 1. Pengertian Oksigenasi adalah

36

Terapi komplementer untuk tatalaksana asma di perhatikan

secara rinci pada bantuan BTS 2003, dan didalamnya termasuk

akupuntur, homeopati, hipnosis, dan latihan pernapasan.