bab ii tinjauan pustaka a. hasil penelitian terdahulurepository.ump.ac.id/4578/3/rizci listiani...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Abdullah, dkk (2010) , penelitian bersifat
deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui deskripsi pengetahuan, sikap
dan kebutuhan pengunjung apotek terhadap pelayanan informasi obat dan
mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan kebutuhan
pengunjung apotek terhadap informasi obat. Penelitian ini dapat diperoleh
kesimpulan dimana persentase terbesar pengunjung apotek adalah
perempuan, berumur sampai 40 tahun , pendidikan tamat perguruan tinggi,
bekerja dan pengahsilan 3-4 juta per bulan , tujuan ke apotek untuk
menebus obat. pengunjung apotek yang datang mempunyai pengetahuan
yang tinggi kecuali dalam hal peran apoteker di apotek, siapa yang berhak
memberikan informasi obat dan logo obat, sedangkan persentase sikap
pengunjung apotek mempunyai sikap yang positif terhadap informasi obat.
Hubungan yang lebih bermakna adalah antara sikap dan kebutuhan
pengunjung terhadap informasi obat yang diberikan sedangkan untuk
pengetahuan terhadap informasi obat tidak ada hubungan yang bermakna.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu
terletak paada sifat penelitian, pada penelitian ini bersifat analitik selain itu
tempat yang digunakan dalam penelitian ini pun berbeda. Untuk
karakteristik responden yang akan diukur pada penelitian ini hanya umur,
jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
B. Landasan Teori
a. Apotek
Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 9 tahun 2017
Menyebutkan bahwa apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
6
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
(Menkes, RI., 2017)
Pelayanan kefarmasian telah memiliki standar dengan
diterbitknnya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (
PERMENKES RI ) Nomor 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek. Peraturan standar pelayanan kefarmasian di apotek
ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian kepada
masyarakat serta menjamin kepastian hukum bagi Tenaga Kefarmasian
dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula
hanya berfokus kepada pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang
menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan Obat dan pelayanan
farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat,
pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi
Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.Peran Apoteker
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar
dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi
tersebut antara lain adalah pemberian informasi Obat dan konseling
kepada pasien yang membutuhkan. (Menkes, RI., 2016).
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi 2 kegiatan yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial seperti pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, daan bahan medis habis pakai .Kemudian kegiatan farmasi
klinik yang meliputi kajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
7
dan konseling. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia, sarana, dan prasarana (Menkes, RI., 2016).
b. Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai poteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Menkes, RI., 2016).
Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan untuk hadir pada jam
kerjanya maka apoteker pengelola apotek harus mencari apoteker
pendamping untuk melakukan tugasnya. Apabila apoteker pengelola
apotek tidak melakukan tugasnya atau berhalangan untuk melakukan
tugasnya selama 2 tahun secara terus menerus maka surat izin apoteker
atas nama apoteker yang bersangkutan akan dicabut (Anonim, 2002).
Kewajiban seorang apoteker yang telah dikeluarkan oleh IPF (
International pharmaceutical Federation ) dan WMI ( world Self-
Medication Industry ) tentang swamedikasi dalam Responsible Self-
Medication adalah sebagai berikut :
1. Apoteker mempnyai tanggung jawab professional untuk
memberikan informasi yang benar, cukup dan obyektif tentang
swamedikasi dan obat atau produk yang tersedia untuk melakukan
swamedikasi.
2. Apoteker mempunyai tanggung jawab professional untuk
merekomendasikan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan
secara medis apabila swamedikasi yang diberikan tidak cukup.
3. Apoteker memiliki tanggung jawab professional untuk
memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang berwenang
dan menginformasikan kepada produsen obat yang bersangkutan
mengenai efek yang tidak dikehendaki yang akan terjadi kepada
pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi.
4. Apoteker memiliki tanggung jawab professional untung
mendorong warga masyarakat untuk memperlakukan obat sebagai
produk khusus yang harus digunakan dan disimpan secara hati-hati
dan tidak boleh digunakan tanpa indikasi yang jelas.
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
8
Seorang apoteker dalam melakukan pekerjaannya atau ketila
melakukan pelayanan kefarmasian harus menjalankan peran sebagai
berikut :
1. Pemberian pelayanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan
pasien.Apoteker harus megintegrasikan pelayanannya pada system
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
2. Pengambil keputusan
Apoteker harus memiliki kemampusn dalam mengambil keputusan
dengan mengguakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien.
3. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunilasi dengan pasien maupun
dengan profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien.
Oleh karena itu seorang apoteker harus memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan baik.
4. Pemimpin
Apoteker diharapkan mampu menjadi seorang
pemimpin.Kepemimpinan yang diharapkan adalah mampu
mengambil keputusan yang empati dan efektif serta mampu
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
5. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti
kemajuan teknologi informasi dan brsedia berbagi informasi
tentang obat dan hal lain yang berhubungan dengan obat.
6. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan profesi berkelanjutan.
7. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip atau kaidah ilmiah
dalam mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi an Pelayanan
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
9
Kefarmasian dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
c. Informasi obat
Obat merupakan bahan atau panduan bahan-bahan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemilihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
(Depkes RI, 2006).
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat
bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute
dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari Obat dan lain-lain.
Menurut PERMENKES RI nomor 73 tahun 2016 Kegiatan Pelayanan
Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi;
5. melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. melakukan program jaminan mutu.
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
10
Ketika menyerahkan obat kepada pasien , sebagai seorang
apoteker harus memberikan informasi obat kepada pasien,
Menurut ISFI ( 2009) informasi yang di berikan meliputi :
1. Nama obat
2. Indikasi obat
3. Aturan pakai obat : dosis, cara penggunaan, frekuensi
penggunaan, waktu minum obat
4. Memberikan informasi secara detail untuk obat obat yang cara
penggunaannya khusus, seperti obat antasida yang harus dikuyah,
obat sublingual diletakan dibawah lidah bukan ditelan, tablet
bukal di letakan diantara gusi dan pipi bukan ditelan
5. Memberikan informasi teknik menggunakan inhaler, obat tetes
mata/telinga dan suppositoria
6. Cara penyimpanan
7. Berapa lama obat harus digunakan
8. Apa yang harus dilakukan jika lupa meminum obat atau
menggunakan obat
9. Kemungkinan terjadinya efek samping dan bagaimana cara
mengatasinya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu , dari hasil tersebut dapat
diperoleh oleh seseorang setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera mata,
telinga, hidung dan indera peraba (Notoatmodjo, 2007)
Semakin banyak informasi yang diperoleh oleh seseorang maka dapat
meningkatkan wawasan serta pengetahuan seseorang tersebut, dan dengan
pengetahuan yang dimiliki dapat menimbulkan kesadaran yang akhirnya orang
tersebut akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
(Notoatmodjo, 2008)
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
11
Pengetahuan merupakan suatu ingatan yang dimiliki oleh seseorang
yang diperoleh dari beberapa sumber dan merupakan suatu hasil dari
pengindraan yang dilakukan oleh seseorang dan seseorang yang memeiliki
pengetahuan akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
a. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang menurut
Notoatmodjo (2007 ) adalah :
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu usaha menggabungkan
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses suatu
beajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah
untuk menerima informasi. Pendidikan merupakan suatu proses untuk
meningkatkan dan mempelajari ilmu yang diperoleh, pendidikan yang
lebih tinggi akan berbanding lurus dengan pengetahuan yang dimiliki.
2) Media sosial / sumber informasi
Media masa merupakan salah satu sumber infomasi yang dapat
dengan mudah diperoleh oleh seseorang, media sosial dapat berupa
visual atau audio visual.Melalui media sosial inilah biasanya seseorang
memperoleh pengetahuan atau informasi yang dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.Informasi yang diperoleh dari pendidikan
formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek, sehingga dapat menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Tradisi dan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyaraka
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status
ekonomi sesorang dapat menentukan tingka pengetahuan dan dapat
menentakan tersedianya suatu sarana fasilitas yang diperlukan untuk
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
12
kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
yang ada dilingkungan tersebut. Lingkungan sangat berpengaruh
terhadap meningkatnya pengetahuan seseorang.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan menjadi cara untuk
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulangkembali pengetahuan
yang diperoleh dalam pemecahan masalah yang dihadapi dimasa lalu.
Menurut joeharno (2008) pengalaman merupkan suatu proses pelatihan
yang penting dalam hidup, karena dengan kita memiliki pengalaman
kita dapat lebih siap dalam menjalankan sebuah pekerjaan.
6) Usia
Usia dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola berfikir
seseorang, semakin bertambahnya umur akan menyebabkan
meningkatkan daya tangkap dan pola piker, sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin membaik.
7) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
pengetahuan.Tetapi jenis kelamin bukan fakor yang penting dalam
mempengaruhi pengetahuan, karena setiap individu memiliki
kemampuan tersendiri dalam menangkap informasi.
8) Pekerjaan
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
13
Pekerjaan juga merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi pengetahuan dimana pekerjaan merupakan sesuatu
kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh
pengahasilan.Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dari sebuah
pekerjaan, dari pekerjaa pula seseorang dapat memperoleh informasi
baru sehingga dapat meningkatkan pengetahuan.
b. Kategori Pengetahun
Menurut Notoatmodjo (2007) untuk mengetahui tingkat pengetahuan
seseorang berdasarkan kualitas yang dimilikinya dapat dibagi menjadi tiga
tingkat yaitu :
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai atau nilai mencapai
76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai mencapai 56-75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <56
e. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulasi atau objek.Sifat itu tidakdapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap juga
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan
motif tertentu.Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas tetapi
merupakan suatu predisposisi tindakan atau prilaku. Sikap merupakan reaksi
tertutup, lebih dapat dijelaskan lagi sikap itu merupakan reaksi terhadap objek
yang berada dalam suatu lingkungan tertentu yang menyatakan suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap memiliki 4 tingkatan dari yang
terendah hingga yang tertinggi.:
1. Menerima ( receive )
Menerima diartikan baha subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikn oleh objek. Menerima dapat diartikan juga sebagai
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
14
kemampuan seseorang dalam menangkap apa yang telah diberikan
oleh sumber informasi.
2. Merespon ( responding )
Suatu reaksi yang diberikan oleh seseorang dalam rangka
menjawab atau melaksanakan apa yang telah di instruksikan.
Seperti mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang telah
diberikan, hal ini merupakan indikasi dari suatu sikap.
3. Menghargai (valuing)
Suatu tindakan seseorang dalam memperhatikan seseuatu yang
sedang atau telah dilakukan oleh orang lain. Mengajak orang lain
dan mendiskusikannya dengan orang lain terhadap sutu masalah
adalah suatu indikasi suatu sikap.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Pada tingkt ini seseorang mampu bertanggung jawab atas apa yang
telah ia kerjakan dan mampu menerima resiko yang akan terjadi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentuan sikap :
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi suatu sikap, pengalaman pribadi seseorang dimasa
lalu dapat membentuk sikap dimasa depan. Apa yang telah dialami
atau sedang di alami oleh seseorang akan ikut membantu dan
mempengaruhi penghayatan sosial.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Factor ini merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar
dalam mempengaruhi sikap. Seseorang cenderung akan memiliki
sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting.
3. Pengaruh kebudayaan
Seseorang hidup dan dibesarkan dari suatu kebudayaan, dengan
demikian kebudayaan yang diikutinya memiliki peran penting
dalam mempengaruhi sikap seseorang.
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
15
4. Media massa
Media massa yang sekarang ini sanat mudah untuk diakses
memiliki atau membawa pesan pesam yang berisi suatu sugesti
yang dapat mempengaruhi opini seseorang sehingga dapat
mengarah kepada suatu sikap tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga Agama
Kedua lembaga ini merupakan suatu dasar pengertian dan konsep
moral yang dimiliki setiap individu sehingga kedua lembga ini
memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap.
6. Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap yang memiliki fungsi sebagai penyaluran rasa
kekecewaan dan pengalihan suatu bentuk pertahanan suatu ego.
7. Pendidikan
Suatu faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan suatu sikap
yang mudah diidentifikasi oleh seseorang. Tingkat pendidikan
mempengaruhi bagaimana cara seseorang dalam besikap.
8. Faktor sosial dan ekonomi
Faktorsosial dan ekonomi menimbulkan gaya hidup yang berbeda-
beda. Dari status sosial seseorang dapat menimbulkan sikap yang
berbeda dalam memecahkan suatu masalah.
9. Kesiapan fisik
Kesiapan fisik seseorang dalam mempengauhi suatu sikap yaitu
dalam hal mempertahankan diri dari suatu bahaya. Pada dasarnya
seseorang yang memiliki fisik yang kuat lebih mampu dalam hal
mempertahankan diri, selain itu orang tersebut mampu meniapkan
diri dalam melindungi orang lain. Pada umumya seseorang yang
memiliki fisik yang kuat memiliki jiwa yang kuat pula.
10. Kesiapan psikologis.
Interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara
individu yang satu dengan yang lainnya, akan terjadi hubungan
timbale balik yangmempengaruhi pola perilaku masing masing
sebagai anggota masyrakat (Azwar, 2010 ).
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
16
f. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan suatu keinginan masyarakat untuk
memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang didasarkan menjadi
keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan
keinginan yang tidak disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa
(Tjiptoherijanto, 2008). Keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan
suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang mengambil
keputusan untuk mencari pertolongan kesehatan. Selain dipengaruhi faktor
di atas ada beberapa faktor lagi yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Tarif atau biaya Tarif atau biaya kesehatan sangat penting untuk
menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya
peningkatan harga pelayanan kesehatan akan menyebabkan penurunan
permintaan.
2. Fasilitas Fasilitas yang baik akan mempengaruhi sikap dan perilaku
pasien, pembentukan fasilitas yang benar akan menciptakan perasaan
sehat, aman, dan nyaman. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial mempunyai pandangan yang mungkin menambahi
atau mengurangi kepuasan pasien dan penampilan kerja (Kotler,
1997:145 ).
3. Pelayanan personil Pelayanan personil memegang peranan dalam
menjaga mutu pelayanan sehingga pemakai jasa pelayanan kesehatan
menjadi puas. Personil itu terdiri dari dokter maupun perawat, tenaga
para medis serta penunjang non medis. Pelayanan personil dapat berupa
pelayanan secara profesional dan keramahan sehingga meningkatkan
citra dari rumah sakit tersebut.
4. Lokasi pelayanan kesehatan yang berada di lingkungan sosial ekonomi
rendah biasanya yang berkunjung, juga pelanggan dari masyarakat
miskin, karena orang berpenghasilan tinggi akan datang ke lingkungan
miskin untuk perawatan medis (Kotler, 1984; Harmesta dan
Suprihantom, 1995: 99). Lokasi adalah yang paling diperhatikan bagi
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
17
pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan
mempengaruhi bagi pencari pelayanan kesehatan untuk berkunjung.
Suatu studi mengatakan bahwa alasan yang penting untuk memilih
rumah sakit adalah yang dekat dengan lokasi.
5. Kecepatan dan Kemudahan Pelayanan Pada dasarnya manusia ingin
kemudahan, begitu juga dengan mencari pelayanan kesehatan, mereka
suka pelayanan yang cepat mulai dari pendaftaran sampai pada waktu
pulang.
Menurut Bradshaw ada empat definisi yang berbeda mengenai
kebutuhan yang lazim digunakan oleh peneliti dan praktisi social policy,
yaitu :
1. Normative Need terjadi manakala masyarakat memiliki standar
pelayanan kesehatan yang berada di bawah definisi desirable oleh para
ahli.
2. Felt Need terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan
kesehatan, hal ini berkaitan dengan persepsi perorangan tentang
pelayanan kesehatan, sehingga dengan jelas akan berbeda dengan
persepsi orang lainnya.
3. Expressed Need adalah need yang dirasakan tadi kemudian
dikonversikan ke dalam permintaan. Misalnya mencari pelayanan
kesehatan ke dokter puskesmas (permintaan disini tidak harus selalu
seperti apa yang didefinisikan oleh para ekonom yang mencakup
persoalan wiilingness to pay dan ability to pay terhadap pelayanan
kesehatan).
4. Comparative Need terjadi manakala satu kelompok orang di
masyarakat dengan status kesehatan tertentu tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan sedangkan kelompok yang lain dengan status
kesehatan yang identik itu ternyata mendapatkan pelayanan kesehatan
(Tjiptoherijanto, 2008).
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017
18
g. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian
h. Hipotesis
Menurut penelitian Abdullah dkk, 2010 terdapat hubungan antara
pengetahuan dan kebutuhan responden terhadap informasi obat.Terdapat
hubungan antara sikap dan kebutuhan responden terhadap informasi obat.
Pengetahuan
Sikap
Kebutuhan Informasi Obat
Hubungan Pengetahuan dan..., Rizci Listiani Amalia, Fakultas Farmasi UMP, 2017