bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian risiko ii.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat...

37
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko Pada umumnya suatu proyek harus direncanakan secara jelas dalam bentuk jadwal dan rencana anggaran biaya (RAB). Dalam pelaksanaannya terkadang biaya yang direncanakan berbeda dengan dilapangan. Terjadinya perubahan biaya pelaksanaan dengan biaya rencana tidak dapat diketahui dengan pasti penyebabnya. Ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi dalam suatu proyek kontruksi yang bisa merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Ketidakpastian yang berdampak merugikan inilah yang dikenal dengan istilah risiko. Dengan demikian dapat didefinisikan risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau suatu perusahaan kontruksi yang dapat memberikan dampak merugikan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana apakah terhadap waktu atau biaya (Kountur, 2004) Pada umumnya risiko dikelompokan berdasarkan modal, sifat, perubahan waktu dan sumber. a. Jenis risiko berdasarkan modal proyek (Soeharto,1997), dibagi menjadi dua yaitu : 1. Risiko proyek tunggal yaitu risiko yang diperhitungkan hanya risiko yang melekat pada proyek itu atau karakteristik hubungan antara risiko dan keuntungan dalam suatu perusahaan. 2. Risiko multiproyek risiko menangani beberapa proyek, dalam hal ini risiko masing-masing proyek diperhitungkan berkombinasi. b. Jenis risiko berdasarkan sifat (Kontur, 2004), dibagi menjadi dua yaitu : 1. Risiko spekulatif yaitu risiko yang memiliki dua kemungkinan yaitu kerugian atau keuntungan, risiko ini tidak dapat diasuransi. 2. Risiko murni yaitu resiko yang memiliki satu kemungkinan yaitu kerugian, risiko ini dapat diasuransi.

Upload: leminh

Post on 12-May-2018

237 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Risiko

Pada umumnya suatu proyek harus direncanakan secara jelas dalam bentuk

jadwal dan rencana anggaran biaya (RAB). Dalam pelaksanaannya terkadang

biaya yang direncanakan berbeda dengan dilapangan. Terjadinya perubahan biaya

pelaksanaan dengan biaya rencana tidak dapat diketahui dengan pasti

penyebabnya.

Ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurangnya atau tidak tersedianya

informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi dalam suatu proyek kontruksi

yang bisa merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Ketidakpastian yang

berdampak merugikan inilah yang dikenal dengan istilah risiko.

Dengan demikian dapat didefinisikan risiko adalah suatu keadaan yang tidak

pasti yang dihadapi seseorang atau suatu perusahaan kontruksi yang dapat

memberikan dampak merugikan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana

apakah terhadap waktu atau biaya (Kountur, 2004)

Pada umumnya risiko dikelompokan berdasarkan modal, sifat, perubahan

waktu dan sumber.

a. Jenis risiko berdasarkan modal proyek (Soeharto,1997), dibagi menjadi dua

yaitu :

1. Risiko proyek tunggal yaitu risiko yang diperhitungkan hanya risiko yang

melekat pada proyek itu atau karakteristik hubungan antara risiko dan

keuntungan dalam suatu perusahaan.

2. Risiko multiproyek risiko menangani beberapa proyek, dalam hal ini risiko

masing-masing proyek diperhitungkan berkombinasi.

b. Jenis risiko berdasarkan sifat (Kontur, 2004), dibagi menjadi dua yaitu :

1. Risiko spekulatif yaitu risiko yang memiliki dua kemungkinan yaitu

kerugian atau keuntungan, risiko ini tidak dapat diasuransi.

2. Risiko murni yaitu resiko yang memiliki satu kemungkinan yaitu kerugian,

risiko ini dapat diasuransi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

5

c. Risiko berdasarkan karena perubahan waktu dibagi atas dua (Trieschman et al.,

2001 dalam Perbawa, 2007), yaitu:

1. Risiko Statis

Risiko yang asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada

dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun

spekulatif.

2. Risiko Dinamis

Risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko

dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif.

d. Sumber risiko dapat sebagai faktor menimbulakan kejadian negatif. Sumber

risiko dijelaskan oleh Perbawa (2004) dikutip dari Kwakye (1997), dibagi

menjadi sembilan yaitu :

1. Fundamental Physical Risks

Risiko yang diakibatkan fenomena alam, kesalahan manusia atau industri

misalnya kerusakan akibat badai, kebakaran dan sebagainya.

2. Legal Risks

Risiko yang berkaitan dengan bidang hukum yaitu kerugian terhadap

manusia dan kerusakan pada banguanan atau lingkungan selama masa

pelaksanaan dan pemeliharaan kontruksi, getaran dan gangguan-gangguan

lain selama pelaksanaan kontruksi.

3. Construction Related Risks

Risiko yang berkaitan dengan pelaksanaan kontruksi yaitu kekurangan

sumber daya (tenaga kerja, material dan alat), keterlambatan mengelola

site, tingkat kesulitan dan kerumitan konstruksi, ketidak sesuaian gambar

atau volume dalam kontrak dengan kenyataan dilapangan, dan sebagainya.

4. Price Determinan Risks

Risiko yang berkaitan dengan biaya akibat kesalahan estimasi atau

penaksiran yang kurang akurat, kesalahan meramalkan biaya dari sumber

daya yang digunakan, tidak tepatnya pengambilan keputusan.

5. Contractual Risks

Risiko yang meliputi keterlambatan pembayaran, kualitas kerja yang tidak

sesuai kontrak, klaim, persengketaan dan sebagainya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

6

6. Performance Risks

Risiko yang diakibatkan oleh hasil produktivitas dari sumber daya yang

digunakan misalnya akibat moral pekerja, pemogokan, jaminan

keselamatan dan kesehatan , perencanaan tidak tepat.

7. Economic Risks

Risiko yang meliputi inflasi, tingkat suku bunga yang tinggi, penundaan

dana, pencairan dana, pembengkakan biaya, dan sebagainya.

8. Political Ricks

Risiko yang diakibatkan oleh peristiwa dalam dunia politik seperti

pergantian pemerintah, dan sebaginya.

9. Market Risks

Risiko pasar yang diakibatkan oleh resesi pasar akan permintaan kontruksi,

persaingan kuat dalam harga terendah, dan sebagainya.

2.2 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah bagaimana mengelola suatu perusahaan sehingga

dapat mewujudkan tingkat keuntungan tertentu dan menghadapi kendala-kendala

yang mungkin timbul. Tujuan selanjutnya adalah untuk meminimalkan perubahan

buruk yang dapat mempengaruhi cash flow yang akan datang. Manajemen risiko

merupakan cara sederhana untuk megurangi kerugian yang mungkin terjadi yaitu

dengan mengidentifikasi risiko, bagaimana pengaruhnya terhadap cash flow

jangka panjang dan mencari solusi yang terbaik (Claessens, 1993 dalam

Resmilati, 2001).

Manajemen risiko adalah cara yang terstruktur untuk mengidentifikasi tapi

juga harus menghitung risiko dan pengaruhnya terhadap proyek, hasilnya adalah

apakah risiko itu dapat diterima atau tidak (Kerzener, 1995 dalam Kristinayati,

2005).

2.2.1 Identifikasi Risiko

Risiko dapat dikenali dari sumbernya (source), kejadian (event), dan

akibatnya(effect). Sumber risiko adalah kondisi-kondisi yang dapat memperbesar

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

7

kemungkinan terjadinya risiko. Event adalah peristiwa yang menimbulkan

pengaruh (effect) yang sifatnya dapat merugikan dan menguntungkan, sebagai

contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko),

lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek (pristiwa) yang menyebabkan

kematian pada pekerja (akibat) (Ariyanti, 2006).

Tahapan identifikasi risiko ini merupakan tahapan tersulit dan paling

menentukan dalam manajemen risiko. Kesulitan ini disebabkan oleh

ketidakmampuan untuk mengidentifikasi seluruh resiko yang akan timbul

mengingat adanya ketidakpastian dari apa yang akan dihadapi. Oleh karena itu

dalam mengidentifikasi risiko ini terlebih dahulu diupayakan untuk menentukan

sumber risiko dan efek risiko itu sendiri secara komperehensif (Godfrey, 1996

dalam Ariyanti, 2006).

Sumber risiko proyek adalah setiap faktor yang dapat mempengaruhi

kinerja proyek. Risiko timbul jika efek ini bersifat tidak pasti dan penting dalam

pengaruhnya terhadap kinerja proyek. Karenanya, definisi dari tujuan proyek dan

kinerja proyek mempunyai pengaruh yang fundamental pada tingkat risiko

proyek. Beberapa jenis risiko bersifat uncontrolable dan dapat mempengaruhi

sasaran proyek (Soeharto, 2001), jenis risiko tersebut adalah :

1. Peraturan pemerintah, seperti kenaikan harga bahan bakar, ekspor-impor

barang, masalah lingkungan, peraturan baru dan lain-lain.

2. Bencana alam, seperti gempa bumi, badai dan banjir.

3. Pergolakan sosial politik, seperti pemogokan, keributan dan perang.

4. Situasi pasar terhadap harga dan supply barang.

5. Perubahan moneter yang cukup besar, misalnya devaluasi.

Dengan demikian bahwa mengidentifikasi risiko dalam pembangunan

suatu proyek sangat penting untuk mengetahui kemungkinan buruk yang akan

terjadi dan mengelola risiko tersebut untuk dapat meminimalkan dampak negatif

yang ditimbulkan sehingga tujuan dari pembangunan suatu proyek dapat tercapai.

2.2.2 Klasifikasi Risiko

Klasifikasi risiko dibuat dengan maksud untuk memudahkan pembedaan

dan pemahaman terhadap resiko tersebut, sehingga dapat membantu dalam

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

8

melakukan analisis risiko. Ada 3 (tiga) cara untuk mengklasifikasikan risiko yaitu

dengan mengidentifikasi konsekuensi risiko, jenis risiko dan pengaruh risiko.

Berdasarkan konsekuensinya, risiko dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi

kejadian,akibat risiko dan kemungkinannya. Menurut jenisnya, risiko

diklasifikasikan menjadi risiko murni dan spekulatif yaitu resiko bisnis dan

finansial. Sedangkan bidang-bidang aktivitas yang dapat terkena pengaruh risiko

meliputi semua aspek aktivitas dalam kehidupan.

2.2.3 Rencana Penanggulangan Risiko

Rencana penanggulangan risiko merupakan proses pengembangan

tahapan, teknik untuk mempertinggi kesempatan dan mengurangi ancaman

obyektifitas proyek. Proses ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan

tanggapan dan tanggung jawab risiko.

1. Tanggapan Terhadap Risiko

Tanggapan yang dimaksud adalah berupa teknik dan strategi untuk

menanggulangi risiko yang mungkin timbul. Tanggapan dapat berupa tindakan

menghindari, mencegah kerugian, dan memperkecil dampak negatif. Tanggapan

risiko dikelompokkan dalam beberapa kategori (Soeharto, 1997) sebagai berikut :

a. Mengikat Asuransi

Meminimalkan risiko dengan mengurangi atau mengontrol kerugian dengan

asuransi.

b. Menghindari Risiko

Menghindari risiko dengan memilih alternatif lain, adalah salah satu

keputusan yang paling mudah dalam menghadapi risiko. Misalnya suatu

proyek yang dokumen proyeknya tidak jelas, tidak lengkap dan mengada-ada

maka proyek ini terlalu berisiko jika diambil maka keputusan yang paling

tepat adalah tidak mengambilnya.

c. Ditanggung bersama/shared

Pendistribusian atau pembagian risiko (shared) dengan pihak lain, misalnya

dalam kerja sama berbentuk joint venture, risiko dipikul bersama antara

pengguna jasa dengan mitranya.

d. Pemindahan tanggung jawab/transferred

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

9

Pemindahan atau memberikan tanggung jawab risiko proyek pada pihak lain,

misalnya dari pengguna jasa proyek ke peserta proyek lain, ini dilakukan bila

pihak lain tersebut dianggap mampu atau memiliki kontrol yang baik dalam

mengelola risiko bersangkutan.

e. Menghadapi risiko dengan dana cadangan

Risiko dihadapi dengan persiapan misalnya menyediakan dana cadangan yang

sering disebut kontijensi atau allowance. Besarnya dana ini tergantung dari

kontraktor sendiri. Strategi ini digunakan bila tidak memungkinkan dengan

mentransfer risiko dengan pertimbangan biaya yang sama besar dengan

kerugiannya bila menghadapi risiko tersebut.

Menurut Flanagan et al. (1993) dalam Wahyuni (2006), ada beberapa hal

yang dapat dilakukan untuk menangani risiko yaitu :

1. Menahan Risiko (Risk Retention)

Sikap untuk menahan risiko sangat erat hubungannya dengan keuntungan

(gain) yang terdapat dalam suatu risiko. Tindakan untuk menerima/menahan

risiko ini karena dampak dari suatu kejadian yang merugikan masih dapat

diterima (acceptable).

2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction)

Mengurangi risiko dilakukan dengan mempelajari secara mendalam risiko itu

sendiri, dan melakukan usaha-usaha pencegahan pada sumber risiko atau

mengkombinasikan usaha agar risiko yang diterima tidak terjadi secara

simultan. Dengan melakukan tindakan ini kadang-kadang masih ada risiko

sisa (residual risk) yang perlu dilakukan penilaian (assessment).

3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer)

Sikap pemindahan ini dilakukan dengan cara mengasuransikan risiko yang

dilakukan dengan memberikan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain.

Usaha atau pekerjaan yang risikonya tinggi dipindahkan kepada pihak yang

mempunyai kemampuan menangani dan mengendalikannya.

4. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)

Sikap menghindari risiko adalah cara menghindari kerugian dengan

menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya tinggi. Menghindari risiko

dapat dilakukan dengan melakukan penolakan. Salah satu contoh

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

10

penghindaran risiko pada proyek konstruksi adalah dengan memutuskan

hubungan kontrak (breach of contract).

Tindakan dalam menangani risiko (risk mitigation) harus dilakukan setelah

mengetahui risiko-risiko yang teridentifikasi memberikan dampak yang besar

terhadap suatu pekerjaan. Apabila risiko bersifat dapat diterima dan dapat

diabaikan, maka risiko tidak perlu mendapatkan perhatian besar untuk ditangani,

yaitu dengan menahan risiko (retention risk) dan mengurangi risiko (reduction

risk), tetapi jika risiko bersifat tidak dapat diterima sepenuhnya dan tidak

diharapkan, maka risiko perlu ditangani lebih lanjut dengan memindahkan risiko

(risk transfer) dan menghindari risiko (risk avoidance).

2. Tanggung Jawab Risiko

Pembagian tanggung jawab risiko antar peserta proyek juga dipengaruhi

oleh jenis kontrak pada proyek. Peserta proyek harus berhati-hati pada ketentuan-

ketentuan dalam kontrak dan pembagian tanggung jawabnya tersebut. Umumnya

risiko yang bersifat controllable dalam proyek dialokasikan kepada peserta

proyek berdasarkan petimbangan berikut:

a) Alokasi risiko diberikan pada peserta yang dianggap memilliki posisi

paling baik untuk mengendalikannya.

b) Alokasi risiko diberikan pada peserta atas dasar dorongan motivasi untuk

meningkatkan kinerjanya dan disesuaikan kemampuannya dalam

menangani risiko.

c) Bila risiko harus dipikul bersama oleh peserta proyek maka bobotnya

harus dibagi secara rasional.

d) Dalam merencanakan alokasi risiko harus diperhitungkan dampaknya

terhadap biaya proyek secara keseluruhan, sehingga perlu dicari alternatif

terbaik.

Menurut Flanagan et al. (1993) dalam Wahyuni (2006), untuk menentukan

alokasi tanggung jawab risiko (ownership of risk) digunakan prinsip-prinsip

pengalokasian risiko yaitu sebagai berikut :

1. Pihak mana yang mempunyai kontrol terbaik terhadap kejadian yang

menimbulkan risiko.

2. Pihak mana yang dapat menangani risiko apabila risiko itu muncul.

3. Pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika risiko tidak terkontrol.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

11

4. Jika risiko diluar kontrol semua pihak, maka diasumsikan sebagai risiko

bersama.

2.3 Manajemen Strategi

Menurut Hunger dkk. (1992) dalam purwanto (2006), manajemen strategis

adalah sejumlah keputusan manajerial dan tindakan yang menentukan kinerja

jangka panjang dari suatu perusahaan, seperti pengamatan lingkungan, formulasi

strategi, implementasi strategi, evaluasi dan pengendalian.

Sedangkan menurut Jauch dkk. (1984) dalam purwanto (2006) manajemen

strategis adalah aliran keputusan dan tindakan pengembangan strategi yang efektif

untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. Strategi yang tepat akan mampu

memaksimalkan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Strategi adalah pola

perencanaan yang menyeluruh meliputi serangkaian usaha dan pemberdayaan

sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Para pengambil kebijakan strategi perlu menjamin strategi yang

ditetapkan dapat berhasil dengan baik dalam konseptual dan pelaksanaan.

2.4 Formulasi Strategi

Formulasi strategi adalah proses memutuskan tujuan kegiatan organisasi

yang dilakukan secara efektif untuk pencapaian tujuan kegiatan tersebut. Untuk

mempermudah pelaksanaan strategi, maka strategi dibuat sesuai dengan tingkatan

manajemen strategis yang ada. Formulasi strategi perusahaan terdiri dari tiga

tingkatan pengambilan keputusan, yaitu (Purwanto, 2006) :

a. Strategi Tingkat Perusahaan (corporate level strategy)

b. Strategi Tingkat Unit Usaha (business unit strategy)

c. Strategi Tingkat Fungsional (functional level strategy)

2.4.1 Strategi Tingkat Perusahaan (corporate level strategy)

Strategi ini diformulasikan oleh top manajemen dengan maksud untuk

mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penentuan formulasi strategi ini

secara umum terdiri dari lima strategi utama, yaitu (Purwanto, 2006) :

1. Concentration Strategy

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

12

Strategi konsentrasi adalah strategi dimana perusahaan memfokuskan diri

pada satu lini bisnis saja. Strategi konsentrasi ini dilakukan dengan

maksud untuk memperoleh keuntungan bersaing dengan memfokuskan

seluruh sumber daya pada satu bidang atau produk saja. Kerugian dari

strategi ini adalah bila pasar jenuh atau muncul pesaing yang mengancam

keberadaan perusahaan dalam industri dan mendominasi pasar maka tidak

ada bisnis lain yang menyokong perusahaan.

2. Stability Strategy

Perusahaan yang menerapkan strategi ini memfokuskan pada lini bisnis

yang sudah ada. Strategi ini biasa diterapkan oleh perusahaan sebagai

berikut :

a. Perusahaan yang berada pada tingkat pertumbuhan industri yang

jenuh.

b. Memiliki tingkat risiko kecil

c. Lingkungan dianggap lebih stabil

d. Melakukan pertumbuhan menimbulkan ketidakefisienan sehingga

menurunkan tingkat laba.

3. Growth Strategy

Perusahaan yang menerapkan strategi ini akan berupaya secara maksimal

untuk mengejar pertumbuhan yang bersifat terus menerus. Growth

strategy dapat dilakukan dengan cara berikut :

a. Integrasi vertikal (vertical integration)

Integrasi vertikal adalah pertumbuhan yang dilakukan dengan

mengakuisisi perusahaan lain yang terdapat dalam saluran distribusi.

Integrasi vertikal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

- Integrasi hilir (forward integration)

Strategi ini digunakan jika perusahaan membeli atau menguasai

perusahaan lain yang lebih dekat dengan konsumen, seperti

pedagang eceran, pedagang besar, dll.

- Integrasi hulu (backward integration)

Strategi ini digunakan dengan cara menguasai atau membeli

perusahaan pemasok atau supplier.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

13

b. Integrasi horizontal (horizontal integration)

Strategi pertumbuhan integrasi horizontal dilakukan melalui akuisisi

perusahaan pesaing yang memiliki lini bisnis yang sama.

c. Diversifikasi (diversification)

Strategi diversifikasi dilakukan melalui akuisisi perusahaan dalam

industri yang memiliki lini bisnis yang berbeda. Strategi diversifikasi

dibagi menjadi dua, yaitu :

- Related atau concentric diversification

Strategi ini dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain

yang memiliki teknologi, produk, saluran distribusi dan pasar yang

sama dengan perusahaan pembelinya. Strategi ini bertujuan agar

perusahaan mendapatkan efisiensi atau pengaruh pasar yang lebih

besar melalui penggunaan bersama sumber daya yang ada.

- Unrelated atau conglomerate diversification

Strategi ini dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain

yang memiliki lini bisnis yang berbeda.

d. Marger and joint ventures

- Marger

Strategi marger merupakan strategi pertumbuhan dimana sebuah

perusahaan bergabung dengan perusahaan lain dan membentuk

perusahaan baru.

- Joint ventures

Strategi joint ventures merupakan strategi pertumbuhan dimana

sebuah perusahaan bekerja sama untuk mengerjakan sebuah proyek

yang tidak bisa ditangani oleh perusahaan itu sendiri.

4. Combination strategy

Strategi kombinasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan besar yang

memiliki berbagai macam bisnis.

5. Retrenchment strategy

Strategi retrenchment ditetapkan ketika perusahaan sudah tidak bisa

bersaing secara efektif. Strategi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Turnaround strategy

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

14

Strategi ini diterapkan ketika prestasi perusahaan kurang baik namun

belum mencapai tahap yang sangat kritis.

b. Divestment strategy

Strategi ini digunakan ketika perusahaan gagal dalam mencapai

tujuan perusahaan.

c. Liquidation strategy

Dalam hal ini perusahaan ditutup dan asetnya dijual.

2.4.2 Strategi Tingkat Unit Usaha (business unit strategy)

Formulasi strategi ini dilakukan dengan melibatkan para pengambil

keputusan pada tingkat unit bisnis atau tingkat divisi. Strategi tingkat unit bisnis

ini harus selalu sejalan dengan formulasi strategi bisnis secara keseluruhan dari

perusahaan (Purwanto, 2006). Salah satu pendekatan yang banyak dikenal dalam

memformulasikan strategi pada tingkat unit bisnis adalah dengan menggunakan

strategi generik yang dikemukakan oleh Porter (1980) dalam Purwanto (2006).

Tiga strategi generik yang patut dipertimbangkan, yaitu :

1. Keunggulan biaya (Overall Cost Leadership) yaitu strategi yang

digunakan dengan cara perusahaan bekerja keras untuk mencapai biaya

produksi dan distribusi terendah sehingga dapat menawarkan harga yang

lebih rendah daripada pesaingnya dan memenangkan penguasaan pangsa

pasar yang besar.

2. Diferensiasi (Differentiation) yaitu strategi yang digunakan perusahaan

dengan cara berkonsentrasi pada pencapaian kinerja superior dalam suatu

area yang dinilai penting oleh sebagian pasar.

3. Fokus (Focus) yaitu strategi yang digunakan perusahaan dengan cara

memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar kecil.

2.4.3 Strategi Tingkat Fungsional (functional level strategy)

Formulasi strategi fungsional dilakukan untuk tiap-tiap bidang fungsional

dari suatu perusahaan (Purwanto, 2006). Bidang fungsional utama perusahaan

meliputi strategi pemasaran, sumber daya manusia, operasional, riset dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

15

pengembangan, serta strategi keuangan. Strategi ini akan menghasilkan tugas-

tugas khusus yang dibentuk sebagai realisasi strategi bisnis, yang diperlukan

adalah koordinasi dari seluruh kegiatan untuk memastikan bahwa seluruh strategi

tetap konsisten.

a. Strategi Pemasaran

Yaitu perencanaan dan pengembangan secara tepat dan cermat dalam

penentuan sasaran pasar, target pasar, tujuan pemasaran dan posisi pasar

yang dirancang untuk memenuhi keinginan konsumen pasar sasaran.

b. Strategi Sumber Daya Manusia

Yaitu perencanaan mengenai pendayagunaan sumber daya manusia

sebagai usaha mempertahankan dan meningkatkan kemampuan terbaik

sebuah perusahaan/industri untuk menjadi pesaing yang mampu

memenangkan dan menguasai pasar, melalui tenaga kerja yang

dimilikinya.

c. Strategi Operasional

Yaitu perencanaan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan

sumber-sumber daya (sumber daya manusia, alat dan sumber lainnya)

secara efektif dan efisien sehingga menciptakan dan menambah kegunaan

suatu barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan perusahaan.

d. Strategi Riset dan Pengembangan

Strategi ini berperan dalam menghasilkan produk baru untuk bisnis dan

perusahaan secara keseluruhan dengan menemukan ide-ide produk baru

dan mengembangkan sampai produk tersebut diproduksi dan dipasarkan.

e. Strategi Keuangan

Yaitu aktivitas yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian

keuangan, serta pendistribusian aset-aset keuangan perusahaan. Aktivitas

yang dilakukan perusahaan pada umumnya berhubungan dengan

penentuan keputusan investasi jangka panjang, perolehan dana untuk

investasi tersebut, serta pelaksanaan kegiatan operasional.

2.5 Manajemen Biaya

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

16

Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan

pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang

harus ditanamkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Oleh

karena itu, biaya proyek perlu dikelola dengan baik sehingga kemungkinan

terjadinya overrun biaya bisa diminimumkan (Dipohusodo,1996).

2.5.1 Biaya Proyek

Biaya proyek adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan

dalam menyelesaikan suatu proyek. Secara garis besar biaya proyek dapat

dibagi menjadi dua yaitu :

1. Biaya Langsung (direct cost)

Biaya langsung merupakan biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi

komponen permanen hasil akhir proyek (Soeharto, 1995). Biaya langsung terdiri

dari biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi ataupun suatu

proyek tertentu, antara lain:

a. Biaya bahan/material

b. Upah buruh

c. Biaya peralatan

d. Biaya subkontraktor

2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost )

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi dan

pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan

menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam rangka proses

pembangunan proyek (Soeharto, 1995).

Biaya tidak langsung terdiri dari:

a. Biaya overhead

b. Biaya tak terduga

c. Keuntungan/profit

d. Penalti/bonus

Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap sebagai

biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan (Pilcher,

1992). Biaya langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk biaya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

17

proyek, sehingga pada pengendalian dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini

perlu diperhatikan. Baik biaya langsung maupun biaya tak langsung akan berubah

sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan

dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan maka

makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan (Soeharto, 1995).

2.5.2 Pengertian Pembengkakan Biaya

Kegiatan proyek kontruksi merupakan suatu kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu

dan dimaksudkan untuk mengasilkan produk yang kreteria mutunya telah

digariskan dengan jelas. Didalam proses mencapai tujuan tersebut, ada batasan

yang harus dipenuhi yaitu biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, serta mutu

yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter yang penting bagi

penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek

(Soeharto, 1999).

Ketiga batasan diatas sesungguhnya saling tarik menarik, yang artinya jika

ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak maka

umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya

berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaiknya bila ingin

menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal.

Jika biaya atau waktu yang dikeluarkan melebihi jumlah yang diperkirakan

maka dikatakan menjadi pembengkakan. Semakin besar ukuran proyek

semakin besar potensi terjadi pembengkakan (Soeharto, 1997).

Pembengkakan biaya dapat terjadi akibat kesalahan yang terjadi pada

setiap bagian dari kegiatan tahapan konstruksi. Hal-hal yang jadi permasalahan,

antara lain (Dipohusodo,1996) :

1. Tahap pengembangan konsep

a. Wawasan yang sempit tentang arti dan hakekat perencanaan di bidang

kontruksi.

b. Ketidak mampuan mengungkap fakta-fakta keadaan di lokasi proyek

seperti lokasi proyek dan cuaca setempat.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

18

c. Tidak lancarnya komunikasi antar anggota tim proyek dalam menyusun

konsep dan kreteria rencana pelaksanaan proyek.

2. Tahap perencanaan

a. Kelalaian dalam perencanaan.

b. Menggunakan teknik estimasi yang buruk.

c. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.

d. Kegagalan menafsirkan resiko-resiko yang dapat terjadi.

e. Kesalahan dalam mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja.

f. Kesalahan dalam perhitungan jangka waktu proyek yang dibutuhkan.

3. Tahap pelelangan

g. Kesalahan dalam menggunakan sistem pelelangan.

h. Kurang cermat dan telitinya teknik penawaran.

i. Persetujuan pelelangan yang terlalu cepat.

j. Menentukan batas biaya penawaran yang tidak cermat.

4. Tahap pelaksanaan kontruksi

k. Harga material yang terlalu tinggi.

l. Kesalahan dimensi/ukuran pekerjaan dalam pelaksanaan.

m. Produktivitas tenaga kerja yang rendah.

n. Kesalahan dalam memilih jenis alat.

o. Spesifikasi bahan yang tidak cocok.

p. Pengiriman bahan yang terlambat.

Dengan demikian apabila didalam proses kontruksi terjadi penyimpangan kualitas

hasil pekerjaan, baik hal tersebut merupakan akibat perbuatan yang disengaja

maupun tidak, risiko yang harus ditanggung tidaklah kecil. Bahkan segala macam

bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan waktu

penyelesaian pekerjaan biasanya mengandung resiko sanksi denda, yang pada

ujungnya berdampak pada pudarnya reputasi para pelaksana seluruhnya. Dengan

demikian jelas kiranya bahwa faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas dalam

proses konstruksi merupakan ketentuan kesepakatan mutlak yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi, dan ketidaknya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat

(Dispohusodo, 1996).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

19

2.5.3 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pembengkakan Biaya Kontruksi

Pada Proyek Bangunan Gedung

Dari penjelasan diatas mengenai permasalahan-permasalahan yang dapat

terjadi pada penyelenggaraan proyek kontruksi, maka Darmawan (2004)

menggolongkan permasalah tersebut diatas menjadi beberapa faktor penyebab

terjadinya pembengkakan biaya pada proyek kontruksi, yaitu :

1. Perencanaan

2. Estimasi biaya

3. Aspek keuangan proyek

4. Material

5. Tenaga kerja

6. Waktu pelaksanaan

7. Peralatan

8. Hubungan kerja

Beberapa hal yang mempengaruhi setiap faktor tersebut akan diterangkan

sebagai berikut :

1. Perencanaan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah kelalaian dalam perencanaan, kesalahan dalam

memperhitungkan jangka waktu proyek yang dibutuhkan, kesalahan dalam

mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja, serta kegagalan dalam

mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.

2. Estimasi biaya, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah data dan informasi proyek yang kurang lengkap,

ketidaktepatan estimasi, tidak memperhitungkan biaya tak terduga, dan

tidak memmperhatikan faktor resiko pada lokasi, serta tidak

memperhitungkan kondisi ekonomi umum.

3. Aspek keuangan proyek, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya antara lain cara pembayaran tidak sesuai dengan

kontrak, pengendalian/control keuangan yang tidak baik, dan tingginya

suku bunga pinjaman bank.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

20

4. Material, hal-hal yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya antara lain

adanya kenaikan harga material, keterlambatan/kekurangan bahan, dan

kontrol kualitas bahan yang buruk.

5. Tenaga kerja, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah kekurangan tenaga kerja, kenaikan upah tenaga

kerja, dan produktivitas tenaga kerja yang buruk.

6. Waktu pelaksanaan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya antara lain adalah keterlambatan jadwal karena

pengaruh cuaca, jangka waktu kontrak dan sering terjadinya penundaan

pekerjaan.

7. Peralatan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya

antara lain adalah tingginya harga sewa peralatan, kondisi alat yang

produktivitasnya rendah, kesalahan dalam memilih jenis alat, kesalahan

dalam menghitung jam kerja alat, dan tingginya biaya transportasi

peralatan.

8. Hubungan kerja, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya adalah tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan,

terlalu banyak pengulangan karena mutu jelek, kurangnya koordinasi antara

pengawas, perencana dan kontraktor.

Dan dalam penelitian yang berjudul Analisis Risiko Biaya Konstruksi

Dengan Metode AHP Pada Proyek Pembangunan Gedung oleh Ariyanti (2006),

diperoleh 2 faktor risiko dominan dari 8 faktor-faktor penyebab terjadinya

pembengkakan biaya kontruksi yaitu faktor perencanaan dan faktor estimasi

biaya. Kedua faktor dominan ini memiliki subfaktor masing-masing yaitu :

a. Faktor perencanaan

Sub faktor dari faktor perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Kelalaian dalam perencanaan

2. Kesalahan dalam memperhitungkan jangka waktu proyek yang

dibutuhkan

3. Kesalahan dalam mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja

4. Kesalahan dalam mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen

biaya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

21

b. Faktor estimasi biaya

Sub faktor dari faktor estimasi biaya adalah sebagai berikut :

1. Data dan informasi proyek yang kurang lengkap

2. Ketidak tepatan estimasi

3. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga

4. Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi

5. Tidak memperhitungkan kondisi ekonomi umum

Selain faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya kontruksi yang dipaparkan

diatas ada juga faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya kontruksi menurut

Fahirah (2005) antara lain sebagai berikut :

1. Data dan informasi proyek yang kurang lengkap.

2. Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan eskalasi.

3. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies).

4. Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi dan konstruksi.

5. Ketidak tepatan WBS (Work Breakdown Structure).

6. Ketidak tepatan estimasi biaya.

7. Menggunakan teknik estimasi yang salah.

8. Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan.

9. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek.

10. Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama.

11. Waktu yang panjang antara SPK (Surat Perintah Kerja) dan pelaksanaan

proyek.

12. Hubungan kurang baik antara owner-perencana–kontraktor.

13. Kurangnya koordinasi antara construction manager-perencana-kontraktor.

14. Terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek.

15. Manager proyek tidak kompeten/cakap.

16. Konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek.

17. Spesifikasi yang tidak lengkap.

18. Sering terjadi perubahan desain.

19. Dokumen Kontrak yang tidak lengkap.

20. Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat.

21. Adanya kenaikan harga material.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

22

22. Terlambat/kekurangan bahan/material waktu pelaksanaan.

23. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan.

24. Pemakaian bahan/material yang salah.

25. Pemakaian bahan/material yang diimpor.

26. Pencurian bahan/material.

27. Kerusakan material.

28. Produksi material di luar lokasi proyek.

29. Kekurangan tenaga kerja.

30. Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja.

31. Produktivitas tenaga kerja yang buruk/rendah.

32. Harga/sewa peralatan yang tinggi.

33. Biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi.

34. Biaya pemeliharaan peralatan tidak sesuai rencana.

35. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu.

36. Adanya fluktuasi suku bunga pinjaman

37. Pengendalian biaya yang buruk di lapangan.

38. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca.

39. Jadwal waktu kontrak diperpendek.

40. Sering terjadi penundaan pekerjaan.

41. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah.

42. Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek.

2.6 Data dan Pengukuran

2.6.1 Statistik dalam Penelitian

Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti

luas statistik dapat diartikan sebagai alat. Alat untuk analisis dan alat untuk

membuat keputusan. Menurut (Sugiyono, 2011), peranan statistik dalam

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari suatu

populasi. Dengan demikian jumlah sampel yang diperlukan lebih dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

23

2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Sebelum

instrumen digunakan untuk penelitian, maka harus diuji validitas dan

reliabilitasnya terlebih dahulu.

3. Teknik-teknik untuk menyajikan data, sehingga data lebih komunikatif.

Teknik-teknik penyajian data ini antara lain: tabel, grafik, diagram

lingkaran dan pictogram.

4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.

Dalam hal ini statistik yang dapat digunakan antara lain : Analisis SWOT,

Balanced Score Card (BSC), Matrik Grand Strategy, dll.

Statistik dapat dibedakan menjadi dua yaitu statistik deskriptif dan statistik

inferensial (Sugiyono, 2011).

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan

atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel

atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum.

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana

sampel diambil.

2.6.2 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek atau

subyek yang memiliki kuantitas atau kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan diselidiki dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2011). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda-

benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek

atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang

dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu.

2.6.2.1 Teknik Pengambilan Sampel

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

24

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Untuk menentukan sampel dalam penelitian terdapat berbagai teknik

sampling yang digunakan. Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara

mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini

dilakukan sedemikianrupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat

mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Pada

dasarnya teknik sampling dikelompokkan menjadi dua yaitu (Usman dan Akbar,

2012) :

1. Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang

yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Teknik sampling Probability sampling terdiri atas empat macam

dengan uraian sebagai berikut :

a. Sampling Random Sederhana

Ciri utama sampling ini adalah setiap unsur dari keseluruhan populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya adalah

dengan menggunakan undian, ordinal, table bilangan random, atau

computer.

b. Teknik Sampling Bertingkat

Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling

berlapis, berjenjang, dan petala. Teknik ini digunakan apabila

populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang

bertingkat.

c. Teknik Sampling Kluster

Teknik sampling ini juga disebut dengan teknik sampling daerah.

Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah,

propinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya.

d. Teknik Sampling Sistematis

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

25

Teknik ini sebenarnya adalah teknik random sampling sederhana yang

dilakukan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilih berdasarkan

urutan tertentu.

e. Teknik Sampling Proporsional (Proportional Sampling)

Teknik sampling proporsional yaitu sampel yang dihitung berdasarkan

perbandingan. Misalnya populasi untuk A =20, B=50,C=30. Jaadi,

jumlah anggota populasi =100. Sedangkan besar anggota sampel =80

sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, dan C dapat

dihitung sebagai berikut :

A =

B =

C =

+

Jumlah = 80

2. Non-Probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan

peluang pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel.

Teknik sampling Non-Probability sampling terdiri atas tiga macam dengan

uraian seperti berikut ini :

a. Teknik Sampling Kebetulan

Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota

sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada

atau dijumpai.

b. Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling )

Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara

khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.

c. Teknik Sampling Kuota

Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat

dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu.

2.6.3.2 Penentuan Jumlah Sampel

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

26

Sampel (contoh) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan

teknik sampling. Ada beberapa keuntungan menggunakan sampel, antara lain

(Riduwan, 2008) :

1. Memudahkan peneliti karena jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan

dengan menggunakan populasi, selain itu bila populasinya terlalu besar

dikhawatirkan akan terlewati.

2. Penelitian lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu, dan tenaga).

3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subyeknya

banyak dikhawatirkan adanya bahaya biasanya dari orang yang

mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpulan

data mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.

Perhitungan jumlah sampel yang akan digunakan menggunakan rumus

Al-Rasyid (1994: 156) sebagai berikut (Riduwan, 2013) :

Rumus Al-Rasyid : no =

2

*2

BE

Z (2.1)

Dimana :

α = taraf kesalahan yang besarnya ditetapkan 0,05

N = jumlah populasi total kontraktor (Kabupaten Badung)

BE = Bound of Error diambil 15 %

Zα = nilai dalam table Z = 1,99

Jika no ≤ 0,05 N, maka n = no (2.2)

Jika no > 0,05 N, maka n =

(2.3)

Perhitungan alokasi sampel secara proporsional, untuk masing-masing

strata menggunakan rumus sebagai berikut:

n = N

N n (2.4)

dimana:

N =jumlah populasi

n = jumlah sampel

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

27

Ni = jumlah subpopulasi dalam strata ke-i

2.6.3 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang diukur dalam kuesioner tersebut. Jika r hitung lebih

dari r tabel maka item yang dianalisis dinyatakan valid dan sebaliknya (IKIP

PGRI Bojonegoro, 2013). Pada penelitian ini, pengujian validitas hasil kuesioner

menggunakan bantuan aplikasi Excel 2013. Data dari hasil penyebaran kuesioner

selanjutnya akan di korelasikan dengan menggunakan menu data analysis yang

terdapat pada Excel untuk menguji valid tidaknya kuesioner tersebut. Dalam

perhitungan manualnya uji validitas pada dasarnya digunakan korelasi Pearson

dengan persamaan (Usman dan Akbar, 2012) :

-

√ (2.5)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi suatu butir/item

n = Jumlah responden

X = Skor suatu butir/item

Y = Skor total

2.6.4 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur

dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil

yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Jika

tingkat reliabilitas instrumen lebih besar 0,7 maka instrumen tersebut dikatakan

reliabel dan sebaliknya (IKIP PGRI Bojonegoro, 2013). Pengujian reliabilitas

dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi Excel 2013. Sebelum

pengujian reliabilitas dengan menggunakan menu data analysis yang terdapat

pada Excel, data akan dibagi mejadi dua bagian yaitu ganjil dan genap teknik ini

sering disebut dengan teknik belah dua (split halp). Untuk perhitungan manual uji

reliabilitas menggunakan teknik belah dua (split halp) setelah data dibagi menjadi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

28

dua bagian ganjil dan genap dan di hitung masing-masing total bagian setelah itu

hasil total dari bagian genap dan ganjil ini akan di korelasikan dengan

menggunakan rumus korelasi Pearson (2.5) seperti diatas.

2.6.5 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan

penelitian. Data populasi atau data sampel yang sudah terkumpul, jika digunakan

untuk keperluan informasi, baik berupa laporan dalam penelitian hendaknya

diatur, disusun, disajikan dalam bentuk yang jelas. Langkah-langkah dalam

pengolahan data dapat dilakukan seperti menyusun data, klasifikasi data,

pengolahan data, dan interpretasi hasil pengolahan data (Riduwan, 2013).

2.6.6 Skala Pengukuran

Pengukuran adalah penetapan atau pemberian angka terhadap obyek

menurut aturan tertentu. Maksud dari pengukuran ini untuk mengklasifikasikan

variabel yang diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis

data dan langkah penelitian selanjutnya (Riduwan, 2013). Jawaban didalam

kuesioner merupakan kualitatif karena dinyatakan dalam bentuk bukan angka.

Kemudian data kualitatif ini harus dikualifikasi atau diubah terlebih dahulu

menjadi data kuantitatif dengan cara memberi skor atau memberi rangking

tertentu agar bisa diproses secara statistik dengan Analisis SWOT.

Dalam mengukur tingkat penanganan yang dilakukan berdasarkan

pengalaman mengenai risiko proyek terhadap faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mengakibatkan

terjadinya risiko pembengkakan biaya kontruksi digunakan Skala Likert untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang

kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub

variabel kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.

Akhirnya indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat

item instrument yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh

responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan

sikap yang diungkapkan dengan tingkat jawaban sebagai berikut (Riduwan, 2013)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

29

- Pernyataan penanganan kondisi :

1. Sangat baik = 5

2. Baik = 4

3. Cukup = 3

4. Kurang = 2

5. Sangat kurang = 1

- Pernyataan urgensi penanganan :

1. Sangat urgen = 4

2. Urgen = 3

3. Kurang Urgen = 2

4. Tidak urgen = 1

2.7 Analisis Data

2.7.1 Internal Factor Analysis System (IFAS) dan External Factor Analysis

System (EFAS)

Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat

faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu

(Fahmi,2013) :

a. Faktor Internal

Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strengths and weaknesses

(S dan W). Dimana faktor ini menyangkut kondisi-kondisi yang terjadi dalam

perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan

keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua

macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya

manusia, dan budaya perusahaan (corporate culture)

b. Faktor Eksternal

Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats

(O dan T). Dimana faktor ini menyangkut kondisi-kondisi yang terjadi di luar

perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor

ini mencakup lingkungan industry (industry environment) dan lingkungan bisnis

makro (macro environment), ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan,

dan social budaya.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

30

Faktor internal dan eksternal memiliki variabel yang didalamnya terdapat

indikator-indikator yang dapat di identifikasi dengan syarat (Kusuma,2013) :

Bobot > rata-rata kategori kekuatan dan peluang

Bobot < rata-rata kategori kelemahan dan ancaman

(2.6)

(2.7)

Menurut Rangkuti (2009), setelah faktor-faktor internal dan eksternal

perusahaan diidentifikasi, disusun suatu tabel IFAS (Internal Factor Analysis

System) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis System) untuk merumuskan faktor-

faktor strategi internal dan eksternal tersebut dalam kerangka Strength, Weakness,

Opportunity, dan Threat perusahaan.

Ada lima tahapan dalam pembuatan IFAS dan EFAS, yaitu:

a. Indentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan

(strength) maupun kelemahan (weakness) dan eksternal yang menjadi

peluang (Opportunities) maupun ancaman (Threats). Dibuat secara

spesifik dengan menggunakan teknik statistik seperti persentase, rasio,

dan perbandingan.

b. Menentukan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala

dimulai dari 0,0 untuk faktor yang sangat tidak penting sampai 1,0

untuk faktor yang sangat penting berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Total seluruh bobot harus

sama dengan 1,0.

c. Kemudian untuk setiap faktor diberi bobot, dan diberi peringkat mulai

dari angka 1 sampai 4. Dimana nilai 4 (respon sangat bagus), nilai 3

(respon diatas rata-rata), nilai 2 (respon rata-rata), nilai 1 (respon

dibawah rata-rata) berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi

perusahaan yang bersangkutan..

d. Setiap bobot dari setiap faktor kemudian dikalikan dengan peringkat

yang telah ditentukan untuk memperoleh skor pembobotan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

31

e. Jumlahkan skor pembobotan pada setiap variabel yang digunakan

untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai faktor ini

menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor

strategis internal dan eksternalnya.

2.7.2 Variabel dari SWOT

SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara

bersamaan dapat juga meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threats) (Rangkuti, 2009). Pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman dalam analisis SWOT akan dijelaskan dibawah ini, serta indicator dari

masing-masing variable SWOT yang dapat mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi. Definisi dari mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi dalam hal

ini adalah mempengaruhi dalam artian menambah pembengkakan biaya kontruksi

dan mempengaruhi dalam artian menambah atau mengurangi pembengkakan

biaya kontruksi.

a. Kekuatan (strengths) adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain

terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan. Faktor-faktor

kekuatan yang mempengaruhi pembengkakan biaya antara lain :

1. Ketersediaan tenaga kerja mempengaruhi pembengkakan biaya

konstruksi dikarenakan jika ketersediaan tenaga kerja yang

dibutuhkan di lapangan tidak sesuai dengan yang direncanakan akan

menyebabkan pembengkakan biaya

2. Pengalaman tenaga kerja mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan pengalaman tenaga kerja yang banyak akan

sangat berguna dalam mengatasi masalah atau kendala yang akan

terjadi di lapangan sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti

pembengkakan biaya bisa diatasi dengan melihat pengalaman

pengalaman sebelumnya.

3. Kemampuan produktifitas tenaga kerja mempengaruhi pembengkakan

biaya kontruksi dikarenakan kemampuan produktifitas tenaga kerja

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

32

merupakan hasil yang dapat diberikan tenaga kerja terhadap

perusahaan, jika tenaga kerja yang dimiliki mempunyai produktifitas

yang buruk maka dapat mempengaruhi lama waktu dan biaya

pelaksanan sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya

kontruksi.

4. Hubungan baik dengan SDM mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan hubungan baik dengan SDM akan menciptakan

pencitraan positif terhadap perusaahan, dengan memberikan bonus,

penghargaan terhadap hasil kerja SDM terhadap perusahan tentunya

akan mengindarkan perusahaan dari pekerja yang korupsi terhadap

pelaksanaan pekerjaan dan tentunya pembengkakan biaya dapat

dihindari juga.

5. Kualitas Produk mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi

dikarenakan kualitas produk yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan

perusahaan terhadap owner tentunya akan menyebabkan pengulangan

terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan yang akan menyebabkan

kerugian waktu dan biaya bagi perusahan sehingga akan terjadi

pembengkakan biaya kontruksi

6. Informasi dan Komunikasi mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan apabila miss komunikasi dan kurangnya

informasi akan membuat suatu kemungkinan kesalahan dilapangan

dan tentunya merugikan perusahaan sehingga dapat menyebabkan

pembengkakan biaya kontruksi

7. Survei lingkungan proyek mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan survei lingkungan proyek adalah langkah awal

yang dilakukan sebelum membuat atau mengambil proyek tersebut

agar nantinya pada saat perusahaan kontraktor merencanakan dan

melaksanan proyek kontruksi yang diambi akan terhindar dari

kendala-kendala yang tidak diinginkan yang dapat menghabat

kelangsungan proyek nantinya sehingga terhindar dari pembengkakan

biaya yang tidak diinginkan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

33

8. Koordinasi dan pengawasan mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan koordinasi dan pengawasan yang tidak baik

akan menyebabkan kemungkinan kesalahan teknis yang membuat

pekerjaan harus diulang sehingga merugikan perusahanan dan

menyebabkan pembengkakan biaya kontruksi.

b. Kelemahan (weaknesses) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam

sumber daya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius

menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. Faktor-faktor kelemahan

yang mempengaruhi pembengkakan biaya antara lain :

1. Hutang perusahaan mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi

dikarenakan perusahaan akan dibebani oleh bunga bank yang

bertambah tiap bulannya sehingga apabila biaya proyek dibiayai oleh

perusaahan terlebih dulu dikarenakan belum saatnya menerima termin

akan memberatkan kondisi keuangan dari perusahaan tersebut

sehingga tentunya biaya untuk membayar bunga bank tersebut

tentunya dapat menyebabkan pemebengkakan biaya kontruksi

2. Kesalahan dalam memperhitungkan jangka waktu proyek yang

dibutuhkan mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi

dikarenakan akan menambah biaya biaya tidak terduga karena

perencanaan waktu tidak sesuai dengan jadual yang direncanakan

3. Data dan informasi proyek yang tidak lengkap mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan akan menimbulkan

kebingungan dan kesalahan dalam melaksanakan proyek kontruksi

akibat data dan informasi yang tidak lengkap sehingga dapat

menyebabkan pengulangan dan menyebabkan penambahan biaya.

4. Kegagalan dalam mengumpulkan elemen biaya mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan kelalaian dalam

mengidentifikasi elemen biaya akan menimbulkan estimasi biaya yang

salah dan mengakibatkan biaya menjadi tidak terkendali sehingga

dapat menimbulkan pembengkakan biaya

5. Tidak memperhitungkan biaya tidak terduga mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi karena akan menyebabkan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

34

pengendlian biaya yang buruk dan biaya akan tidak terkendali

sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya.

6. Pengendalian biaya yang buruk mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan pengendalian biaya yang buruk akan

menimbulkan banyaknya biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat

pelaksanaan berbeda dari yang direncanakan sebelumnya, sehingga

biaya yang dikeluarkan menjadi tidak terkendali, yang nantinya akan

menyebabkan pembengkakan biaya kontruksi

7. Teknik estimasi yang salah mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan kesalahan teknik estimasi akan menyebabkan

timbulnya biaya tidak terduga sehingga pengendalian biaya menjadi

tidak terkontrol dan akan menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya kontruksi

8. ketersedian transportasi ke lokasi proyek mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan alat transportasi adalah

alat penunjang untung untuk kelancaran dan tepat waktunya material

dan pekerja sampai dilokasi proyek dengan begitu akan terhindar dari

keterlambatan kerja dan kemungkinan pembengkakan biaya akan

terhindari

c. Peluang (opportunities) adalah situasi atau kecenderungan utama yang

menguntungkan dilingkungan perusahaan tersebut. Faktor-faktor peluang

yang mempengaruhi pembengkakan biaya antara lain :

1. Ketersediaan bahan baku/material mempengaruhi pembengkakan

biaya kontruksi dikarenakan bahan baku/material yang berasal dari

alam mudah untuk diperoleh namun tentunya bisa habis dan jika

sewaktu dibutuhkan dan ternyata material yang dicari tidak

tersedia/habis tentu akan menyebabkan keterlambatan pengerjaan

proyek yang berujung pada pembengkakan biaya kontruksi

2. Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama

mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan akan

membagi fokus perusahan baik dalam tenaga kerja dan pengawasan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

35

sehingga riskan terjadi kesalahan yang berujung pada pembengkakan

biaya kontruksi

3. Keadilan dan keterbukaan pada proses pelelangan mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan dengan transparannya

proses pelelangan tentu akan mengindari dari kecurangan kecurangan

yang mungkin terjadi pada saat proses pelelangan sehingga dapat

menghindari konflik antara kedua belah pihak dan hal-hal yang

menghabat proyek tentu juga akan terhindar seperti pembengkakan

biaya kontruksi

4. Peningkatan anggaran pemerintah (APBN, APBD) mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan apabila anggaran

pemerintah naik tentu perusahaan akan lebih bersemangat mengajukan

harga tender dimana dalam memperhitungkan harga dapat lebih

nyaman sehingga terhindar dari kesalahan perencanaan biaya yang

nantinya dapat menyebabkan pembengkakan biaya kontruksi.

5. Penguasaan teknologi baru bidang konstruksi dan informatika untuk

mendukung proses pelelangan dan produksi mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan proses pelelangan

sekarang memakai sistem online sehingga penguasaan teknologi baru

ini sangat diperlukan agar dapat bersaing dengan perusahan kontruksi

lain dan dapat memenangkan tender sehingga perusahaan tidak

kekurangan pelanggan dan terhindar dari pembengkakan hutang

perusahaan, sehingga pembengkakan biaya kontruksi juga dapat

dihindari.

6. Tingkat suku bunga bank yang tidak memberatkan pengembalian

pinjaman mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan

keterbatasan modal perusahaan yang mewajibkan perusahaan

meminjam uang dari bank untuk mendanai proyek yang diambilnya,

sehingga perusahaan kontruksi memiliki hutang. Dengan bunga bank

yang tidak memberatkan pengembalian peminjaman tentu dapat

meringankan dalam proses pengembalian hutang tersebut dan terhindar

dari pembengkakan biaya akibat suku bunga yang besar.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

36

d. Ancaman (threats) adalah situasi atau kecenderungan utama yang tidak

menguntungkan di lingkungan perusahaan. Faktor-faktor ancaman yang

mempengaruhi pembengkakan biaya antara lain :

1. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat

mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan perubahan

nilai rupiah tentu akan mempengaruhi harga di pasar sehingga jika

harga di pasar naik tentu akan menimbulkan perubahan biaya yang

tentu mempengaruhi pngendalian biaya dan menyebabkan

pembengkakan biaya.

2. Kenaikan harga BBM dapat mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan

harga pokok dan tenaga kerja sehingga akan menjadi kendala serius

dalam pengendalian biaya dan tentunya berpengaruh pada

pembengkakan biaya kontruksi

3. Kenaikan harga material mempengaruhi pembengkakan biaya

kontruksi dikarenakan akan mempengaruhi biaya yang sudah

direncanakan menjadi bertambah dan pembengkakan biaya kontruksi

dapat terjadi

4. Pencurian material mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi

dikarenakan dengan hilangnya material yang dipakai pada proyek

kontruksi akan menghabat proses kelancaran pelaksanaan kontruksi

dan penambahan biaya untuk mengganti material yang hilang harus

dilakukan sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya

kontruksi

5. Pelanggaran kontrak mempengaruhi pembengkakan biaya kontruksi

dikarenakan pelangaran kontrak akan menimbulkan klaim dari salah

salah satu pihak terkait yang akan menyebabkan terganggunya proses

pengerjaan proyek dan tidak memungkinkan akan timbul hal-hal

seperti pembengkakan biaya kontruksi

6. Keterlambatan kedatangan material oleh supplier mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan akan mempengaruhi

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

37

ketepatan waktu pelakasanaan yang sudah direncanakan dan apabila

material datang terlambat tentunya akan menyebabkan keterlambatan

dalam segala bidang dan akan memungkinkan pembengkakan biaya

kontruksi terjadi

7. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca mempengaruhi

pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan cuaca yang buruk akan

mempengaruhi tikat produksi tenaga kerja dalam mengerjakan proyek

sehingga mengakibatkan keterlambatan jadwal pelaksanaan dan dapat

menimbulkan pembengkakan biaya kontruksi

2.7.3 Metode SWOT

Setelah mengetahui peristiwa risiko yang dominan atau sering terjadi

maka dilanjutkan dengan pengkajian untuk menganalisis strategi penanganannya,

yaitu mengungkapkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan

(opportunity), dan ancaman (threat). Metode yang biasa digunakan adalah metode

Analisis SWOT, Balanced Score Card (BSC), dan Matrik Grand Strategy. Analisis

SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal utama yang ditekankan

adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu institusi membutuhkan

penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke depan yang mempengaruhi

proses pencapaian tujuan institusi.

Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan

pengembangan visi, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan (Erlina, 2009). Dengan

demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor

strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada

saat ini. Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:

a. Matrik SWOT

Matrik SWOT menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah

kotak faktor internal (kekuatan dan kelemahan) sedangkan dua kotak sebelah kiri

adalah faktor eksternal (peluang dan tantangan). Empat kotak lainnya merupakan

kotak alternatif strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-

faktor internal dan eksternal.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

38

Tabel 2.1 Matriks SWOT

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O) Strategi SO

Comparative Advantage

Strategi WO

Divestment

Threats (T) Strategi ST

Mobilization

Strategi WT

Damage Control

(Sumber : Rangkuti, 2009)

Keterangan:

1. Strategi SO (Comparative Advantages)

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga

memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang

lebih cepat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi WO (Divestment/Investment)

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari

luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur.

Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan

karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya.

3. Strategi ST (Mobilization)

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus

dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan

organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan

kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

4. Strategi WT (Damage Control)

Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena

merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari

luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang

besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control

(mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang

diperkirakan.

b. Analisis SWOT

IFAS

EFAS

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

39

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang

(Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan

(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).

Gambar 2.1 Diagram analisis SWOT (Sumber : Rangkuti, 2009)

1. Kuadran I : Strength-Opportunity (SO-(positif, positif))

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi

dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk

terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih

kemajuan secara maksimal.

2. Kuadran II : Strength-Threat (ST-(positif, negatif))

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi

tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah

Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun

menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda

organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya

bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi

disarankan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

3. Kuadran III : Weakness-Opportunity (WO-(negatif, positif))

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun menghadapi

peluang pasar yang sangat besar. Rekomendasi strategi yang diberikan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko II.pdf · contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek

40

adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah

strategi sebelumnya dengan meminimalkan masalah-masalah internal

perusahaan, sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

4. Kuadran IV : Weakness-Threat (WT-(negatif, negatif))

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi

tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi

Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis.

Oleh karenanya organisasi disarankan untuk menggunakan strategi

bertahan dengan mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin

terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi

diri.