bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian kompositeprints.umm.ac.id/38820/3/bab ii.pdf · beberapa...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian komposit
Komposit merupakan material yang tersusun 2 bahan atau lebih dengan
membentuk suatu material baru dengan sifat-sifat yang baik dari sifat-sifat
material penyusunnya. Penggabungan pada material komposit ini merupakan
penggabungan secara makroskopis, dimana material-material tersebut tidak
saling melarutkan satu sama lain. Oleh Dominick V. Rosato, komposit
didefinisikan sebagai “Sebuah kombinasi material yang terbentuk secara
sintetik dari 2 atau lebih material, yaitu filler atau reinforcing agents dan
komponen matriks sebagai pengikat. Kombinasi ini dimaksudkan untuk
mendapatkan sifat-sifat yang spesifik”.
Tujuan dari pembuatan material komposit ini adalah untuk
menggabungkan material yang sama atau berbeda guna mengembangkan
sifat-sifat spesifik yang diinginkan. Dalam komposit, kedua komponen filler
dan matrix tidak saling melarutkan atau menyatu kedalam satu sama lain,
tetapi tetap menunjukkan sifatnya masing-masing. Banyak sifat-sifat
komposit yang lebih superior dari sifat-sifat material pembentuknya.
Meskipun tersusun dari beberapa material yang berbeda, komposit dapat
dikatakan sebagai satu produk yang tunggal. Sangat sulit untuk membedakan
antara matrix dan filler, karena fungsi-fungsinya yang saling melingkupi.
Komposit memberikan pengertian yang luas dan berbeda-beda, serta
mengikuti situasi dan perkembangan bahan itu sendiri.
7
Pada umumnya, komposit terdiri dari serat karbon yang direkat berlapis
dengan polimer menjadi satu lapisan. Sampai saat ini komposit digunakan
antara lain pada pesawat terbang, mobil balap dan kapal. Karena bidang-
bidang tersebut membutuhkan struktur ringan, tetapi memiliki kekuatan
flexural serta tensile yang tinggi dan tahan terhadap beban benturan yang
baik. Kekuatan tarik dari komposit serat karbon lebih baik daripada semua
paduan logam. Sehingga menghasilkan berat pesawat yang lebih ringan, daya
angkut lebih besar, hemat bahan bakar dan jarak tempuh lebih jauh.
Gambar 2.1: skema komposit
2.1.1 Penggunaan komposit
Material komposit telah digunakan dalam banyak bidang. Karakteristik
material komposit dimana pabrikan dan konsumen dapat menentukan sifat-
sifat bahan yang sesuai dengan yang diinginkan menjadi alasan utama
mengapa material ini sangat menonjol. Material ini memberikan ruang seluas-
luasnya bagi peneliti untuk mengembangkan desain-desain dengan
penggunaan material-material yang mendukung.
Penggunaan meterial komposit sangat luas, yaitu untuk ;
8
a. Aerospace : Komponen satelit komponen helikopter, Kerangka
pesawat terbang.
b. Kesehatan : Sambungan sendi pada penggang, kaki palsu.
c. Marine atau kelautan : Kapal layar dan kapal selam.
d. Industri pertahanan : Komponen jet tempur, peluru dan tank amfibi.
e. Industri pembinaan : Jembatan, rumah dan terowongan.
f. Olahraga dan rekreasi : Sepeda, stik golf, raket tenis dan sepatu olahraga.
g. Automobile : Komponen kereta komponen mesin.
2.1.2 Kekurangan dan kelebihan komposit
Material komposit memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan
logam. Kelebihan pada umunya dapat dilihat dari sudut yang penting seperti
sifat-sifat mekanikal, fisikal dan biaya. Kekurangan material komposit adalah
tidak tahan terhadap beban kejut dan crash dibandingkan dengan metal.
Keuntungan yang dimaksud adalah:
1. Mempunyai kekakuan spesifik dan kekuatan spesifik yang lebih
tinggi.
2. Tahan korosi
3. Memiliki ketahanan fatigue yang besar.
4. Mempunyai sifat tailoring
Sedangkan kerugiannya adalah:
1. Harganya mahal
2. Jenis prepreg perlu cold storage
3. Kerusakan akibat tumbukan sulit dideteksi secara visual
9
4. Tidak mempunyai sifat plastis
5. Sifatnya dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.
2.2 Klasifikasi Komposit
Dalam menyusun lapisan-lapisan struktur komposit atau yang disebut
dengan stacking sequence, perlu didasarkan pada kebutuhan dari produk
akhir komposit. Mulai dari sifat-sifat mekanikal yang dibutuhkan, beban
kerja, kondisi lingkungan kerja, hingga kontak komponen dengan struktur
komposit dengan komponen-komponen lain. Setelah mengetahui kondisi-
kondisi tersebut, maka designer harus merancang lapisan-lapisan dalam
struktur komposituntuk memenuhinya. Secara garis besar, struktur komposit
diklasifikasikan sebagai berikut:
2.2.1 Komposit Serat
Komposit serat adalah jenis komposit yang menggunakan serat sebagai
penguat. Serat yang di gunakan. berupa serat gelas, serat karbon, serat aramid
dan sebagainya. Serat ini bisa disusun secara acak ataupun dengan orientasi
tertentu dan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.
Bila kenaikan kekuatan menjadi tujuan utama, komponen penguat harus
memiliki rasio aspek yang besar, dimana rasio panjang terhadap diameter
harus tinggi, supaya beban ditransfer melewati titik dimana mungkin terjadi
perpatahan. Tinggi rendah dari kekuatan komposit tergantung dari serat yang
di gunakan, karena tegangan yang di kenakan pada komposit mulanya
diterima oleh matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan
10
menahan beban sampai beban maksimum. Maka dari itu serat harus memiliki
tegangan tarik dan modulus elastisitas yang lebih besar daripada matrik
penyusun komposit (Van Vlack, 1985). Pada gambar 2.2 di bawah ini
menunjukan bahwa komposit serat di susun secara searah memanjang dan
bisa juga di susun secara acak atau random.
Gambar 2.2 : susunan komposit serat
Komposit di perkuat dengan serat dapat di golongkan menjadi 2
bagian, yaitu :
a. Komposit serat pendek
Berdasarkan dari arah orientasi material komposit yang di perkuat
dengan serat pendek dapat di bagi dengan dua bagian yaitu serat acak dan
serat satu arah.
b. Komposit serat panjang
11
Komposit serat panjang merupakan lebih mudah diorientasikan jika di
bandingkan dengan serat pendek. Secara teoritis serat panjang dapat
menyalurkan pembebanan atau tegang dari suatu titik pembebanannya.
2.2.2 Komposit Laminat/Monolitik
Konstruksi monolitik adalah suatu struktur komposit dimana material-
material penyusunnnya adalah lembaran-lembaran lamina (1 lembar komposit
dengan arah serat tertentu) yang diatur dan ditata satu - persatu membentuk
elemen struktur secara integral pada komposit. Proses penyusunan lamina
disebut proses laminasi. Komposit dibuat dalam bentuk laminate yang terdiri
beberapa macam lamina/lapisan yang diorientasikan dalam arah yang
diinginkan dan digabungkan bersama sebagai sebuah unit struktur. Susunan
laminate dapat divariasikan jenis lamina dan orientasi lembarannya untuk
mendapat sifat tertentu
2.2.3 Komposit Serpihan
Serpihan komposit terdiri dari beberapa serpihan serpihan yang saling
menahan dengan mengikat permukaan atau di masukkan kedalam resin.
Penjelasan dari serpihan adalah partikel kecil yang telah di tentukan
sebelumnya yang di hasilkan dari perawatan yang khusus dengan orientasi
serat sejajar dengan permukaaanya. Sifat sifat khusus yang di peroleh dari
serpihan adalah bentuknya besar dan datar sehingga dapat di susun dengan
rapat untuk menghasilkan bahan penguat yang besar untuk luas penampang
linang tertentu. Pada dasarnya serpihan tersebut saling tumpang tindih pada
suatu komposit sehingga bisa membentuk lintasan fluida atau uap yang bisa
12
mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi. Komposit serpihan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 2.3. susunan komposit serpihan
2.2.4 Komposit Partikel
Partikel Komposit adalah suatu komposit yang menggunakan partikel
sebagai penguatnya dan terdistribusi secara menyeluruh dalam matriks.
Komposit terdiri dari partikel dan matriks yaitu butiran (pasir, kerikil) yang
di perkuat semen yang kita lihat sebagai beton. Partikel komposit adalah
suatu produk yang dihasilkan dengan menaruh serbuk dan mengikatnya
dengan satu matriks secara bersama sama. Lebih dari unsur perlakuan seperti,
katalisator, tekanan, panas kelembaban, dll. Partikel komposit ini tidak sama
dengan jenis serat acak sehingga bersifat isotropis. Bentuk komposit yang
tersusun dari partikel dapat dilihat sebagai berikut :
13
Gambar 2.4 : bentuk komposit partikel
2.2.5 Komposit Sandwich
Konstruksi sandwich mirip dengan strukturlaminat, namun yang
membedakan adalah penggunaan Honeycomb Core. Tiap bagian memiliki
fungsi tersendiri yang akan menunjang kerja dan kinerja struktur sandwich.
Struktur sandwich, terdiri dari 3 elemen:
1. Sepasang komposit laminate yang kuat, atau disebut skin.
2. Inti yang ringan dan tebal yang berfungsi untuk memisahkan kedua
lapisan skin, dan memuat beban dari satu lapisan ke lapisan lainnya.
3. Lapisan adhesive yang mampu meneruskan beban gesekan dan
aksial ke dan dari inti.
Gambar 2.5: Struktur sandwich
2.3 Material Penyusun Komposit
14
Komposit, seperti telah dijelaskan dalam pengertiannya, merupakan
gabungan dari 2 atau lebih material. Material-material itu sendiri terbagi
menjadi 2 macam, yaitu penguat (reinforcement) dan matriks. Bahan serat
bermacam-macam. Namun yang umum digunakan adalah serat glass,
carbon,rdan aramid. Sedangkan bahan yang sering digunakan sebagai resin
adalah epoxydan phenolic. Gabungan kedua bahan inilah yang kemudian
disebut komposit.
Baik matriks maupun penguat memiliki sifat fisik dan sifat mekanik
sendiri-sendiri. Untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu pada komposit,
pabrikan harus menggabungkan matriks dan penguat dengan
mempertimbangkan sifat-sifat fisik dan mekanikal dari bahan matriks dan
penguat. Perbedaan campuran matriks dan penguat memberi sifat yang
berbeda-beda pada komposit.
2.3.1 Penguat
Penguat (filler), memiliki sifat yang kurang elastis, lebih kaku dan juga
lebih kuat. Secara umum,bentuk penguat bisa berupa serat, bubuk, kristal,
atau serat pendek (whiskers) dan juga organik, anorganik, metal, ataupun
material keramik. Reinforcing agents utama yang digunakan pada produksi
komposit sekarang adalah glass, paper (cellulosic fiber), cotton, polyamide,
dan serat alami lainnya, asbestos, sisal, dan rami. Agen spesial meliputi
karbon, grafit, boron, steel, dan whiskers (serat yang sangat pendek untuk
penguat, biasanya terbuat dari material kristalin). Filler juga dapat berupa
serat panjang. Filler menawarkan keuntungan yang bervariasi: meningkatkan
kekuatan dan kekakuan, ketahanan terhadap panas, konduktivitas panas,
15
stabilitas, kekuatan basah (wet strength) mobilitas fabrikasi, vislositas,
ketahanan abrasi, dan kekuatan impak, mengurangi ongkos, penyusutan panas
exothermic, koefisien ekspansi thermal, sifat merembes, dan crazing. Dan
meningkatkan surface appearent. Bagaimanapun, filler juga memiliki
kekurangan. Mereka mungkin membatasi metode fabrikasi, menghambat
pengawetan dari resin tertentu, dan memendekkan sifat pot life dari resin.
a. Serat alami
Serat alami telah menunjukkan keunggulan dalam beberapa tahun
terakhir. Keunggulan dari serat alami dibandingkan dengan serat sintetis
adalah harganya murah, densitas rendah, mudah lepas, bahan terbarukan dan
terbiodegradasi dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Akibatnya, ada
peningkatan upaya untuk mengeksplorasi serat alam baru dan penggunaan
serat tanaman oleh sektor industri yang berbeda, seperti komposit untuk
aplikasi otomotif dan untuk menggantikan serat sintetis (Suryanto et al.,
2014a). Beberapa alternatif serat alam dari tanaman yang sudah dieksplorasi
antara lain serat jerami, jerami padi, serat rerumputan seperti rumput switch,
rumput India, rumput napier, dan rumput mendong. Beberapa serat tersebut
telah diterapkan sebagai penguat komposit polimer (Suryanto et al., 2015).
Serat-serat alam dapat dikelompokan berdasarkan pada sumbernya yaitu
berasal dari tanaman, binatang atau mineral. Serat tanaman terdiri atas
selulosa, sementara serat hewan (rambut, sutera, dan wol) terdiri atas protein-
protein. Serat tanaman meliputi serat kulit pohon (atau stem atau sklerenkima
halus), daun atau serat-serat keras, benih, buah, kayu, sereal gandum, dan
serat-serat rumput lain. Banyak diantara serat-serat alam ini, telah
16
dikembangkan sebagai penguat dalam bahan komposit. Bahan-bahan
komposit serat alam telah meningkat penggunaan karena harganya relatif
murah, mampu untuk didaur ulang dan dapat bersaing dengan baik.
Serat yang berasal dari tanaman, pada umumnya dikelompokkan menjadi
2 kelompok, yaitu serat non-kayu dan serat kayu. Serat non-kayu dibagi
menjadi (Suryanto et al., 2012):
1. Jerami, contoh: jagung, gandum, dan padi;
2.Kulit pohon, contoh:, flax (Linum usitatissimum) , rami (Boehmeira nivea),
jute(Corchorus) hemp (Cannabis sativa), dan kenaf (Hibiscus cannabicus)
3. Daun, contoh: sisal (Agave sisalana), daun nanas (Ananas comosus), dan serat
henequen(Agavefourcroydes);
4.Serat rumput/grass, contoh: serat bambu, rumput, rotan, switch grass
(Panicumvirgatum), dan rumput gajah (Erianthus elephantinus);
Karakteristik serat alam sangatlah bervariasi. Beberapa karakteristik serat alam
diantaranya seperti kandungan selulosa dalam serat, derajat polimerisasi selulosa
dan sudut mikrofibril serat akan mempengaruhi kekuatan tarik dan modulus
(Mohanty et al., 2005).
Tabel 2.1: Sifat-sifat serat alami dan serat buatan
17
2.3.2 Matriks
Matriks, pada dasarnya memiliki kekuatan yang lebih rendah dan lebih
elastis, tetapi mempunyai kekuatan. Resin umumnya mencakup polyester,
phenolic, epoxy, cillicone, alkyd, melamin polyimide, fluorocarbon,
polycarbonat, acrylic, acetal, polypropylenne, ABS (acrylonitile-bbutadiene-
styrene) copolymer, polyethylene, dan polystyrene. Resin dapat
diklasifikasikan sebagai thermoplastik (dapat dikeraskan dan dilembutkan
secara berulang-ulang dengan meningkatkan dan mengurangi temperatur) dan
thermoset (tidak dapat diawetkan berulang kali setelah diawetkan oleh
aplikasi panas atau bahan kimia).
Dalam dunia aerospace, yang paling umum digunakan adalah resin
thermoset, terutama jenis epoxy dan phenolic. Pada manufaktur pesawat
terbang, resin epoxy digunakan untuk komponen eksterior, dan Phenolic
untuk komponen interior. Pembagian ini dikarenakan, epoxy memiliki stregth
yang lebih dari phenolic, sehingga cocok untuk komponen eksterior yang
menerima lebih banyak bebean kerja daripada komponen interior. Selain itu,
phenolic digunakan pada interior karena sifatnya yang tidak mendukung
pembakaran.
Secara umum, fungsi matriks atau resin pada komposit adalah:
1. Mendistribusikan beban pada laminate dan menghindari
prematurefailure bahan komposit.
2. Melindungi serat dari abrasi dan impak.
3. Penentu kekuatan tekan, sifat mekanik arah transversal, ILSS, dan
service temperatur komposit.
18
a. Polyester
Polyseter merupakan matriks jenis termoset dengan viskositas rendah
dalam bentuk cair, polyester mengeras pada suhu kamar dengan
menambahkan katalis. Resin jenis polyester mengandung monomer stiren
dengan suhu deformasi termal yang rendah daripada matriks termoset lainnya
sekaligus ketahanannya jangka panjang adalah kira kira 110 - 1400 C.
Ketahanan matriks ini termasuk bagus.
Polyester ini dapat tahan terhadap asam kecuali asam peroksida, tetapi
lemah terhadap alkali. Dengan memasukkan kedalam air mendidih kisaran
waktu(300 jam), bahan akan retak dan pecah. Bahan tersebut dalam pelarut
akan mudah mengembang,. yang melarutkan polimer stiren. Kemampuan
terhadap cuaca sangat baik. Tahan terhadap kelembababan dan sinar UV bila
di biarakan di luar, Tetapi sifat tembus cahaya rusak dalam beberapa tahun.
Bahan ini dapat digunakan secara luas sebagai bahan komposit. (Surdia 1995)
b. Katalis
Katalis merupakan bahan kimia yang di tambahkan pada matriks resin
yang bertujuan untuk proses pembekuan matriks. Klatalis yang di gunakan
untuk plyester adalah Methyl Ethyl Ketone Peroxida (MEKP). Bahan ini di
gunakan untuk penggunaan setting dingin. Kecepatan resin untuk menjadi
padat pada saat proses curing dapat di kontrol dengan pemberian katalis
sebesar 0,5 % - 3% dari jumlah fraksi volume matriks. Penambahan katalis
yang terlalu sedikit mengakibatkan proses curing tidak sempurna.
19
2.4 Metode Pembuatan dengan hand lay-up (metode konvensional)
Dalam metode konvensional, proses dilakukan manual oleh manusia.
Layer dalam struktur komposit disusun satu persatu. Pada proses ini,
komponen-komponen resin masih belum digabungkan. Jadi, operator harus
mencampur komponen-komponen resin sebelum mengaplikasikannya pada
komposit. Pada metode ini, filler atau penguat ditata di cetakan. Lalu
campuran resin dimasukkan ke dalam cetakan hingga terikat dengan penguat.
Kelebihan dari metode ini adalah, pemanufaktur dapat mengatur sendiri
besaran Resin Content dan Fiber Content pada campuran serat dan resinnya.
Namun, kekurangan metode ini adalah nilai RC pada campuran pertama dan
kedua bisa berbeda. Selain itu, kehalusan laminasi juga kurang baik apabila
dibandingkan automatic lay-up.
2.5 Resin Content dan Fiber Content
Material penguat (serat) dan matriks memiliki sifat-sifat tersendiri. Kedua
material ini memiliki nilai sifat mekanik yang berbeda-beda. Sesuai dengan
pengertian dan tujuan dibuatnya material komposit, bahwa material komposit
harus dapat memenuhi sifat-sifat mekanik yang diperlukan, sesuai dengan
kebutuhan dari komponen dan produk akhir. Campuran dari serat dan resin,
akan memunculkan sifat-sifat fisik baru, yaitu sifat-sifat milik komposit
sebagai satu kesatuan material.
Komposisi dari resin dan serat secara langsung mempengaruhi sifat-sifat
komposit. Rasio glass to resin adalah perbandingan prosentase serat terhadap
resin. Rasio ini dapat ditinjau dari volume atau berat komposit. Sifat-sifat
komposit sangat ditentukan oleh proporsi kedua komponen.
20
Kekuatan dan kekakuan dari komposit polimer berpenguat serat alami
sangat bergantung pada pembebanan serat. Kekuatan tarik dan modulus
meningkat seiring meningkatnya fiber weight ratio hingga jumlah tertentu.
Jika fiber weight ratio meningkat dibawah nilai optimal, beban
didistribusikan ke lebih banyak serat, yang mana terikat dengan baik pada
matrik. Yang menghasilkan sifat tarik yang lebih baik. Kenaikan lebih jauh
pada fiber weight ratio telah menghasilkan penuruan sifat tarik. (Jia Ying
Tong dkk, 2014).
Menambahkan terlalu sedikit penguat serat dalam komposit justru akan
menurunkan sifat-sifat material terlalu banyak fiber volume juga dapat
menurunkan kekuatan komposit Karena kurangnya ruang bagi matriks untuk
sepenuhnya mengelilingi dan terikat dengan serat. (Fu, Shao Tun, dkk, 2009).
Resin Content (RC) adalah prosentase kandungan resin dalam komposit.
Sedangkan Fiber Content (FC) adalah prosentase kandungan fiber dalam
komposit. Sekarang, nilai fraksi volume yang umum digunakan oleh pabrikan
adalah 40% RC dan 60% FC.
Dengan penentuan komposisi polimer dan penguat (serat) diharapkan
nanti diperoleh komposit yang dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh
fraksi volume bisa menggunakan rumus dibawah ini :
Volume cetakan (Vc)
Vc = p x l x t
Volume resin (Vf)
21
Vf =
Massa fiber (Mf)
Mf = Vf x ρf
Volume matrik (Vmatrik)
Massa matrik (Mmatrik)
2.6 Sifat Sifat Material Komposit Polimer
Sifat mekanik pada bahan polimer merupakan khas dengan perlakuan
viskoelastiknya yang dominan. Penelitian sampel untuk mengetahui sifat
polimer yang di buat, sifat termal, sifat fisis maupun sifat mekanis. Sampel
akan di uji untuk diketahui kekurangan dan kelebihan, sekaligus mengetahui
kadar kelayakan pemakaian serta kualitasnya.
2.6.1 Sifat Mekanik
a. Kekuatan Tarik
Sifat dasar dari bahan adalah dari kekuatan tariknya. Hubungan tegangan
pada tarikan memberi nilai yang berubah tergantung pada laju tegangan,
kelembaban,suhu. Kekuatan tarik dapat di ukur menggunakan cara menarik
sekeping sampel dimensi yang beragam.
22
Gambar 2.6 Alat Uji Tarik
Dalam menahan beban ada kemampuan maksimun di sebut Ultimate
tensile strength di singkat dengan (UTS). Dari semua bahan,tahap pertama uji
tarik,. hubungan antaran beban atau gaya yang di berikan, berbanding lurus
terhadap perubahan panjang bahan tersebut. Ini dinamakan daerah linier.
Dalam hal ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan hooke,
dengan rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) yaitu konstan. Hubungan
kurva tegangan dan regangan bisa di lihat sebagai berikut :
Gambar 2.7 kurva tegangan dan regangan
Stress merupakan gaya di bagi luas penampang dan strain merupakan
pertambahan panjang dibagi dengan panjang mula-mula. Rumus yang
23
digunakan untuk mengetahui nilai kekuatan tarik dalam ASTM D 638 – 02a
sebagai berikut :
σ =
Dimana σ : tegangan
F : gaya tarikan (Newton)
A : luas penampang (mm2)
Hubungan perpanjangan tarik :
ε =
Dimana ε : perpanjangan tarik
ΔL : pertambahan panjang bahan (mm)
L : panjang mula - mula (mm)
Hubungan antara stress dan strain dapat dirumuskan :
E =
Dimana E : Modulus Elastisitas (N/mm2)
σ : stress(N/mm2)
ε : strain
24
b. Impak
Pengujian Impak adalah pengujian yang dilakukan untuk mengukur
ketahanan bahan terhadap beban kejut. Dasar dari pengujian impak ini
merupakan penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang
diayunkan dari ketinggian tertentu, sehingga menghantam benda kerja
sehingga mengalami deformasi.
Gambar 2.8 Alat Uji Impak
Pengujian yang dilakukan, energi yang di serap oleh bahan untuk terjadi
perpatahan, merupakan ukuran ketahan impak (HI). Nilai ketahanan impak
material yang di uji dengan metode charpy dapat di ketahui persamaaan
dalam ASTM D6110 – 04 sebagai berikut:
a. Kekuatan impak
HI =
Dimana : HI : kekuatan Impak (joule/mm2)
25
E : energi yang di serap oleh bahan (joule)
A : luas penampang di bawah takik (mm2)
b. Rata – rata kekuatan impak
Dimana : Rata – rata HI : Nilai rata – rata grup spesimen
: jumlah HI grup spesimen
n :Jumlah specimen dalam grup
Perpatahan impak yang terjadi di golongkan menjadi tiga jenis yaitu :
1 .Patah ulet (Ductile Fracture)
Patah ulet ini terjadi dengan perubahan bentuk dan adanya deformasi
plastis yang cukup besar di sekitar
2. Patah Getas (Brittle fracture)
Patah yang terjadi pada material diawali dengan retakan yang terjadi
secara cepat pada bahan tersebut.
3. Perpatahan campuran adalah gabungan dari dua perpatahan ulet dan
getas.