bab ii tinjauan pustaka 2.1. pengertian...

22
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Transportasi Transportasi atau pengangkutan merupakan suatu proses pergerakan atau perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu sistem transportasi tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu. Pergerakan atau perpindahan barang atau manusia terjadi akibat adanya perbedaan tingkat utilitas, baik itu berupa nilai tempat (place utility) maupun nilai waktu (time utility). Transportasi merupakan salah satu sarana untuk memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dalam rangka memantapkan perwujudan wawasan nusantara meningkatkan serta mendukung pertahanan dan keamanan Negara yang selanjutnya dapat mempererat hubungan antar bangsa. Pentingnya transportasi itu tercermin pada penyelenggaraannya yang mempengaruhi semua aspek kehidupan Bangsa dan Negara serta semakin meningkatnya kebutuhan jasa transportasi bagi mobilitas orang dan barang dalam negeri maupun luar negeri. Disamping itu, bagi pertumbuhan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang, dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya. Siregar (1995) menjelaskan bahwa transportasi merupakan suatu pelayanan yang dirancang untuk melayani masyarakat dengan menghubungkan lokasi-lokasi yang banyak dan tak menentu jumlahnya, dimana aktivitas-aktivitas itu berada. Dengan demikian, lokasi-lokasi tersebut bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri, namun merupakan bagian dari sosial ekonomi yang mengarah pada suatu daerah, wilayah dan atau suatu bangsa. Misi transportasi adalah penghantaran dengan sempurna supply jarring jaring yang dimaksudkan untuk pergerakan manusia maupun barang. Didalam jarring-jaring tersebut terdapat prasarana angkutan serta terminal, dimana terjadi proses perpindahan angkutan dari suatu moda ke moda lainnya. Jaring-jaring itu

Upload: buidieu

Post on 15-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Transportasi

Transportasi atau pengangkutan merupakan suatu proses pergerakan atau

perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan suatu sistem transportasi tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu.

Pergerakan atau perpindahan barang atau manusia terjadi akibat adanya perbedaan

tingkat utilitas, baik itu berupa nilai tempat (place utility) maupun nilai waktu

(time utility). Transportasi merupakan salah satu sarana untuk memperlancar roda

perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dalam rangka

memantapkan perwujudan wawasan nusantara meningkatkan serta mendukung

pertahanan dan keamanan Negara yang selanjutnya dapat mempererat hubungan

antar bangsa. Pentingnya transportasi itu tercermin pada penyelenggaraannya

yang mempengaruhi semua aspek kehidupan Bangsa dan Negara serta semakin

meningkatnya kebutuhan jasa transportasi bagi mobilitas orang dan barang dalam

negeri maupun luar negeri. Disamping itu, bagi pertumbuhan daerah yang

memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang, dalam

upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya.

Siregar (1995) menjelaskan bahwa transportasi merupakan suatu

pelayanan yang dirancang untuk melayani masyarakat dengan menghubungkan

lokasi-lokasi yang banyak dan tak menentu jumlahnya, dimana aktivitas-aktivitas

itu berada. Dengan demikian, lokasi-lokasi tersebut bukan merupakan suatu yang

berdiri sendiri, namun merupakan bagian dari sosial ekonomi yang mengarah

pada suatu daerah, wilayah dan atau suatu bangsa.

Misi transportasi adalah penghantaran dengan sempurna supply jarring

jaring yang dimaksudkan untuk pergerakan manusia maupun barang. Didalam

jarring-jaring tersebut terdapat prasarana angkutan serta terminal, dimana terjadi

proses perpindahan angkutan dari suatu moda ke moda lainnya. Jaring-jaring itu

6

dapat berupa fisik seperti jalan raya, jalan kereta api atau bersifat navigasional

seperti jalur laut dan udara. Sistem transportasi dapat dianalisis pada

keberadaannya, mobilitas dan efisiensinya dalam pengertian :

1. Keberadaannya berarti terdapat dimana-mana pada saat yang sama

termasuk besarnya aksesibilitas pada system, rute yang langsung antara

titik-titik akses tersebut dan kemampuan untuk menangani bermacam

macam lalu lintas.

2. Mobilitas dapat didefinisikan sebagai kuantitas lalu lintas yang dapat

ditangani kapasitas system dan kecepatan menyeluruh, dimana lalu lintas

tersebut bergerak.

3. Efisiensi ditunjukkan oleh indikator berkurangnya beban biaya tertentu /

khusus dan biaya tak langsung, dampak lingkungan dan energi, keandalan

dan kenyamanannya.

Menyadari pentingnya peran serta transportasi tersebut, angkutan laut

sebagai salah satu moda transportasi diperairan harus ditata dalam satu kesatuan

system transportasi nasional yang terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan

jasa transportasi yang seimbang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan dan

tersedianya pelayanan angkutan yang selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu,

kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu,

nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, polusi rendah dan efisien.

2.2. Transportasi Laut

Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut di antara

pulau-pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi pemersatu berbagai pulau, daerah dan

kawasan Indonesia. Hanya melalui perhubungan antar pulau , antar pantai,

kesatuan Indonesia dapat terwujud. Pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau,

adalah urat nadi kehidupan sekaligus pemersatu bangsa dan Negara Indonesia.

Sejarah kebesaran Sriwijaya atau Majapahit menjadi bukti nyata bahwa kejayaan

suatu Negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui keunggulan Laut.

Karenanya, pembangunan industry pelayaran nasional sebagai sektor strategis,

7

perlu diprioritaskan agar dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar

global. Karena nyaris seluruh komoditi untuk perdagangan internasional diangkut

dengan menggunakan sarana dan prasarana transportasi Laut, dan

menyeimbangkan pembangunan kawasan (antara kawasan timur Indonesia dan

barat) demi kesatuan Indonesia, karena daerah terpencil dan kurang berkembang

(yang mayoritas berada dikawasan Indonesia timur yang kaya sumber daya alam)

membutuhkan akses ke pasar dan mendapat layanan, yang seringkali hanya bisa

dilakukan dengan transportasi Laut.

Pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan

diperaiaran, kepelabuhan, serta keamanan dan keselamatannya. Secara garis besar

pelayaran dibagi menjadi dua yaitu pelayaran niaga (yang terkait dengan kegiatan

komersial) dan pelayaran Non Niaga (yang terkait dengan kegiatan non komersil

seperti pemerintahan dan bela Negara).

Angkutan diperairan (dalam makalah ini disepadankan dengan transportasi

Laut) adalah kegiata pengangkutan penumpang, dan atau barang, dan atau hewan,

melalui suatu wilayah perairan (laut, sungai, dan danau penyeberangan) dan

teritori tertentu (dalam negeri atau luar negeri), dengan menggunakan kapal, untuk

layanan khusus dan umum. Wilayah perairan terbagi menjadi :

1. Perairan laut : wilayah perairan laut.

2. Perairan sungai dan danau : wilayah perairan pedalaman, yaitu : sungai,

danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan.

3. Perairan penyeberangan : wilayah perairan yang memutuskan jaringan

jalan atau jalur kereta api. Angkutan penyeberangan berfungsi sebagai

jembatan penggerak, penghubung jalur.

Teoriti Pelayaran terbagi menjadi :

1. Dalam negeri : untuk angkutan domestik, dari satu pelabuhan ke

pelabuhan lain di wilayah Indonesia.

8

2. Luar negeri : untuk angkutan internasional (ekspor/import), dari pelabuhan

Indonesia (yang terbuka untuk perdagangan luar negeri ) ke pelabuhan luar

negeri, dan sebaliknya.

Angkutan Dalam Negeri diselenggarakan dengan kapal berbendera

Indonesia, dalam bentuk :

1. Angkutan Khusus, yang diselenggarakan hanya untuk melayani

kepentingan sendiri sebagai penunjang usaha pokok dan tidak melayani

kepentingan umum, di wilayah perairan laut, dan sungan dan danau, oleh

perusahaan yang memperoleh ijin operasi untuk hal tersebut.

2. Angkutan Umum, yang diselenggarakan untuk melayani kepentingan

umum, melalui : pelayaran rakyat, oleh perorangan atau badan hukum

yang didirikan khusus untuk usaha pelayaran, dan memiliki minimal satu

kapal berbendera Indonesia jenis tradisional (kapal layar, atau kapal layar

motor tradisional atau kapal motor berukuran minimal 7GT), beroperasi di

wilayah perairan laut, dan sungai dan danau di dalam negeri.

Pelayaran Nasional, oleh badan hukum yang didirikan khusus untuk usaha

pelayaran, dan yang memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia jenis non

tradisional, beroperasi di semua jenis wilayah perairan (laut, sungai dan danau,

penyeberangan) dan teritori (dalam negeri dan luar negeri). Pelayaran perintis

yang diselenggarakan oleh pemerintah di semua wilayah perairan (laut, sungai

dan danau, penyeberangan) dalam negeri untuk melayani daerah terpencil (yang

belum dilayani oleh jasa pelayaran yang beroperasi tetap dan teratur atau yang

moda transportasi lainnya belum memadai) atau daerah belum berkembang

(tingkat pendapatan sangat rendah), atau yang secara komersial belum

menguntungkan bagi angkutan laut.

Angkutan luar negeri diselenggarakan dengan kapal berbendera Indonesia

dan asing, oleh : perusahaan pelayaran nasional yang memiliki minimal satu kapal

berbendera Indonesia, berukuran 175GT; perusahaan pelayaran patungan, antara

perusahaan asing dengan perusahaan nasional yang memiliki minimal satu kapal

berbendera Indonesia, berukuran 5,000GT; dan perusahaan pelayaran asing, yang

9

harus diageni oleh perusahaan nasional dengan kepemilikan minimal satu kapal

berbendera Indonesia, berukuran 5,000GT untuk pelayaran internasional atau

minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 175GT untuk pelayaran

lintas batas.

2.2.1. Sejarah Transportasi Laut Indonesia

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari

1800 pulau. Pulau-pulau itu dipisahkan oleh laut dan selat, sehingga untuk

menghubungkan antara pulau satu dengan yang lainnya dibutuhkan sarana

tranportasi yang memadai.

Kapal laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan

antara masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, hal ini juga

menyebabkan bahwa bangsa indonesia mendapat julukan sebagai bangsa pelaut,

karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di wilayah Nusantara.

Bukti-bukti yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah

memanfaatkan kapal-kapal sebagai sarana penting dalam transportasi laut, seperti

yang tergambar pada relief-relief Candi Borobudur dalam bentuk perahu bercadik

yang telah mampu berlayar sampai ke Pulau madagaskar (Afrika). Juga

pembuatan perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di Sulawesi

Selatan.

Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang

sangat pesat setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah

bangsa Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan

pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia memiliki Idustri kapal yang modern.

Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal.

Kemudian bengkel itu berkembang menjadi industri yang merancang dan

membangun kapal sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT.

Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT. PELNI). Industri kapal Indonesia dimotori

oleh PT. PAL Indonesia. Perusahaan ini merupakan sebuah BUMN. Pendiri

perusahaan kapal ini telah dirintis sejak tahun 1823, yaitu pada masa

10

pemerintahan Hindia Belanda. Ide pendirian bengkel reparasi kapal laut ini

dimunculkan oleh Gubernur General Hindia belanda V.D. Capellen. Nama

perusahan itu adalah NV. Nederlandsch Indische Industrie.

Pada tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud

di daerah Ujung, surabaya. namun pada tahun 193 pemerintah Hindia Belanda

mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi sebagai

sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan kapal. Pada masa pendudukan jepang,

ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi bengkel reparasi dan perbaikan kapal-

kapal angkatan laut tentara Jepang dibawah pengawasan Kaigun. Tetapi pada

masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda dan baru diserahkan

pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak saat itu nama perusahaan

kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).

Pada athun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum

(Perum) PAL. 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha

Perum PAL diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J.

Habibie (saat itu menjabat sebagai menristek). PT. PAL memproduksi berbagai

jenis kapal, mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat, tanker,

kapal penumpang dan kapal riset.

Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang

trasportasi laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur

yang ada, seperti pengadaan kapal Feri dan kapal pengangkut barang, perbaikan

pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. hal itu

bertujuan untuk lebih memperlancar lalu lintas antar pulau, meningkatkan

perdagangan domestik dan internasional Indonesia.

Perkembangan trasportasi laut pada dewasa ini tidak terlepas dari

kemajuan teknologi tersebut telah membuat bangsa Indonesia dapat memproduksi

kapal angkut penumpang yaitu Palindo jaya 500. kapal tersebut diluncurkan

pertama kali pada bulan Agustus 1995. Kapal tersebut dibuat untuk menunjang

sarana trasportasi laut yang lebih cepat dan aman. Dengan demikian, kegiatan

11

trasportasi laut akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

2.2.2. Transportasi Laut Di Indonesia

Usaha jasa angkutan memiliki beberapa bidang usaha menunjang, yaitu

kegiatan usaha yang menunjang kelancaran proses kegiatan angkutan, seperti di

uraikan di bawah ini:

a. Usaha bongkar muat barang, yaitu kegiatan usaha pembongkaran

dan barang dan atau hewan dari dan ke kapal.

b. Usaha jasa pengurusan transportasi (freight forwarding), yaitu kegiatan

usaha untuk pengiriman dan penerimaan barang dan hewan melalui

angkutan darat, laut, dan udara.

c. Usaha ekspedisi muatan kapal laut, yaitu kegiatan usaha pengurusan

dokumen dan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan

penyerahan muatan yang diangkut melalui laut.

d. Usaha angkutan di perairan pelabuhan, yaitu kegiatan usaha pemindahan

penumpang dan atau barang atau hewan dari dermaga ke kapal atau

sebaliknya dan dari kapal ke kapal, di perairan pelabuhan.

e. Usaha penyewaan peralatan angkutan laut atau alat apung, yaitu kegiatan

usaha menyediakan dan penyewaan peralatan penunjang angkutan laut dan

atau alat apung untuk pelayanan kapal.

f. Usaha tally, yaitu kegiatan usaha perhitungan, pengukuran, penimbangan,

dan pencatatan muatan kepentingan pemilik muatan atau pengangkut.

g. Usaha depo peti kemas, yaitu kegiatan usaha penyimpanan, penumpukan,

pembersihan, perbaikan, dan kegiatan lain yang terkait dengan pengurusan

peti kemas.

2.2.3. Kronologi Ringkas Kebijakan Transportasi Laut Indonesia

Pada tahun 1985 diterbitkan Instruksi Presiden nomor 4 yang bertujuan

meningkatkan ekspor nonmigas menekan biaya pelayaran dan pelabuhan.

Pelabuhan yang melayani perdagangan luar negeri ditingkatkan jumlahnya secara

12

drastis, dari hanya 4 menjadi 127. Untuk pertamakalinya pengusaha pelayaran

Indonesia harus berhadapan dengan pesaing seperti feeder operator yang mampu

menyewakan biaya lebih rendah. Liberasi berlanjut pada tahun 1988 ketika

pemerintah melongarkan proteksi pasar domestic. Sejak itu, pendirian perusahaan

pelayaran tidak lagi disyaratkan memiliki kapal berbendera Indonesia. Jenis ijin

pelayaran dipangkas, dari lima hanya menjadi dua. Perusahaan pelayaran

memiliki fleksibilitas lebih besar dalam rute pelayaran dan penggunaan kapal

(bahka penggunaan kapal berbendera asing untuk pelayaran domestic). Secara de

facto , prinsip cabotage tidak lagi diberlakukan.

Pada tahun ini pula diberlakukan keharusan men-scrap kapal tua dan

pengadaan kapal dari galangan dalam negeri. Undang-undang pelayaran nomor 21

tahun 1992, semakin memperkuat pelonggaran perlindungan tersebut.

Berdasarkan UU 21/92 perusahaan asing dapat melakukan usaha patungan dengan

perusahaan pelayaran nasional untuk pelayaran domestic. Melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 82 tahun 1999, pemerintah berupaya mengubah kebijakan

yang terlalu longgar, dengan menetapkan kebijakan sebagai berikut:

1. Perusahanaan pelayaran nasional Indonesia harus memiliki minimal satu

kapal berbendera Indonesia, berukuran 175 GT.

2. Kapal berbendera asing diperbolehkan beroperasi pada pelayaran domestic

hanya dalam jangka waktu terbatas (3 bulan).

3. Agen perusahaan pelayaran asing kapal harus memiliki satu kapal

berbendera Indonesia, berukuran 5,000 GT.

4. Di dalam perusahaan patungan, perusahaan nasional harus memiliki

minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000 GT (berlipat

dua dari syarat deregulasi 1988 yang 2,500). Pengusaha agen kapal asing

memprotes keras, sehingga pemberlakuan ketentuan ini diundur hingga

Oktober 2003.

5. Jaringan pelayaran domestic dibagi menjadi 3 jenis trayek, yaitu utama

(main route), pengumpan (feeder route) dan perintis (pioneer route). Jenis

13

ijin operasi pelayaran dibagi menurut jenis trayek tersebut dan jenis

muatan (penumpang, kargo umum, dan kontener).

Rangkaian regulasi dan deregulasi tersebut di atas menjadi salah satu

faktor terhadap kondisi dan masalah yang dihadapi sector transportasi Laut

Indonesia, dari waktu ke waktu.

2.2.4. Profil Armada Transportasi Laut Di Indonesia

Dari sisi besaran DWT, kapasitas kapal konvesional dan tanker

mendominasi armada pelayaran yang uzur (umur rata-rata kapal di Indonesia 21

tahun, 2001, dibandingkan dengan Malaysia yang 16 tahun, 2000, atau singapura

yang 11 tahun, 2000). Meskipun demikian, justru pada kapasitas muatan dry-

bulk dan liquid bulk pangsa pasar domestic armada nasional paling kecil. Pada

umunya, kapal Indonesia mengankut kargo umum, tapi sekitar setengah muatan

dry-bulk dan liquid-bulk diangkut oleh kapal asing atau kapal sewa berbendera

asing. Secara keseluruhan armada nasional meraup 50% pangsa pasar domestic.

Sekitar 80% liquid-bulk berasal dari PT Pertamina. Penumpang angkutan laut

bukan feri terutama dilayani oleh PT Pelni yang mengoperasikan 29 kapal (dalam

lima tahun terakhir, PT Pelni menambah 10 kapal). Perusahaan swasta juga

membesarkan armada dari 430 (1997) menjadi 521 unit (2001).

Armada Pelayaran Rakyat, yang terdiri dari kapal kayu (misalnya jenis

Pinisi, seperti yang banyak berlabuh dipelabuhan Sunda Kelapa) membentuk

mekanisme industry transportasi laut yang unik. Kapal-kapal yang berukuran

relatif kecil (tapi sangat banyak) melayani pasar yang tidak diakses oleh kapal

berukuran besar, baik karena alasa financial (kurang menguntungkan) atau fisik

(pelabuhan dangkal). Industri Pelayaran Rakyat berperan sangat penting dalam

distribusi barang dan dari pelosok Indonesia. Armada pelayaan rakyat

mengangkut 1.6 juta penumpang(sekitar 8% penumpang bukan feri) dan 7.3 juta

Metric Ton barang (sekitar 16% kargo umum). Tapi kekuatan armada ini

cenderung melemah, terlihat dari kapasitas 397,000 GRT pada tahun 1997

menjadi 306,000 GRT pada tahun 2001. (sumber data: Stramindo, berdasarkan

statistic DitJen HubLa).

14

2.3. Definisi Kapal

Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut

maupun di sungai seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal yang

cukup besar biasanya menyediakan perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam

istilah Inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil.

Kapal Penumpang adalah kapal yang digunakan untuk mengangkut

penumpang. Untuk meningkatkan efisiensi atau melayani keperluan yang lebih

luas kapal penumpang dapat berupa kapal Ro-Ro, ataupun untuk perjalanan

pendek terjadwal dalam bentuk kapal feri.

Di Indonesia perusahaan yang mengoperasikan kapal penumpang adalah

PT. Pelayaran Nasional Indonesia yang dikenal sebagai PT. PELNI, sedangkan

kapal Ro-Ro penumpang dan kendaraan dioperasikan oleh PT.ASDP, PT. Dharma

Lautan Utama, PT. Jembatan Madura dan berbagai perusahaan pelayaran lainnya.

2.3.1. Bagian-Bagian Ruang Pada Kapal

Menurut Department menyebutkan bahwa kapal umumnya memiliki

bagian-bagian ruangan sesuai dengan fungsinya. Bagian-bagian ruangan tersebut

terdiri dari :

1. Kamar Penumpang

Kamar Penumpang harus memiliki pencahayaan dan fentilasi yang cukup,

serta kebersihan yang terjaga. Bila fentilasi secara alam tidak cukup, dapat dipakai

secara mekanis. Bila pencahayaan kurang, tidak diperbolehkan menggunakan lilin

ataupun lampu minyak karena dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

2. Toilet

Toilet harus disesuaikan dengan jumlah penumpang, toilet sebaiknya

selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau. Pembuangan air limbah harus

selalu lancer, dapat dibersihkan dengan lisol atau kreolin 5% dalam larutan air.

15

3. Dapur

Pada ruangan dapur tersebut harus selalu bersih. Lantai, dinding dan

langit-langit sebaliknya berwarna terang. Pipa-pipa di langit-angit harus tidak

berdebu atau bocor. Fentilasi cukup, ruangan tidak gerah dan tidak berbau.

Sebaliknya penerangan berlebih agar kotoran yang mungkin ada akan segera

kelihatan. Tempat sampah harus tertutup dan tidak menarik bagi serangga dan

tikus. Prabot-prabot harus selalu bersih sebelum dipakai dan disimpan ditempat

yang terlindungi dari debu, tikus, serangga, serta pencemaran lainnya. Alat-alat

makan dan minum harus di disinfeksi dengan cara merendam dalam air mendidih

selama lebih dari setengah menit.

4. Tempat penyimpanan bahan makanan

Tempat penyimpanan bahan makanan yang tidak membusuk harus lebih

bersih yaitu pencahayaan dan fentilasi yang cukup. Barang-barang harus

diatursedimikian rupa shingga tidak menjadi sarang serangga dan tikus,

temperatur 10 derajat celcius-15 derajat celcius.

5. Penjamah makanan ( food heandlers )

Cara kerja penjamah makanan harus higienis. Personal higienis para

penjamah makanan harus diperhatikan, antaralain kebersihan pakaian, rambut,

muka, tangan dan kuku, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tidak ada

penyakit seperti infeksi mulut atau hidung, bisul, penyakit kulit, luka-luka. Bila

terdapat carier colera, hepatitis dan tifus mutlak dilarang bekerja sebagai

penjamah makanan.

2.3.2. Jenis-Jenis Kapal Penumpang

1. Kapal Catamaran

Catamaran berasal dari baha India Tamil “Kattumaran” yang bermaksud

multi lambung yang berarti kapal yang mempunyai dua lambung. Jenis catamaran

bisa digunakan untuk fast ferry ataupun Nyiro-ro.

Catamaran sudah dikenal oleh orang-orang polinesia sejak pada jaman

dahulu kala. Ke stabilannya yang sangat tangguh membuat para designer dan

16

pembangunkapal banyak yang melirik untuk membangun jenis kapal ini. Sampai

saat ini jenis kapal ini banyak digunakan untuk kapal-kapal penumpang, perahu-

perahu layar, bahkan beberapa perahu-perahu nelayan. Keuntungan lain

catamaran selain stabil adalah kapal jenis ini memiliki badan yang sangat lebar

karena jembatan (Bridge) antara satu lambung dengan lambung yang lainnya

digunakan sebagai tempat muatan. Pada kapal Ro-ro, muatan mobil dan

penumpang akan lebih banyak disbanding dengan kapal berjenis lain dengan

kapasitas sama.katamaran biasanya dihubungkan dengan feri kecepatan tinggi.

Jalur stena mengoperasikan katamaran terbesar di dunia, kelas jet stena HSS,

antara Kerajaan Bersatu dan Irlandia. Kendaraan jet air dapat menampung 375

kendaraan dan 1.500 penumpang. Hambatan air yang sedikit membuat tahanan

kapal lebih ringan, dan kapal bisa lebih cepat membelah air dibanding dengan

kapal lain yang bertenaga sama.

2. Kapal Ro-Ro

Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan

masuk ke dalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan

sendiri juga, sehingga disebut sebagai kapal roll on-roll off atau disingkat Ro-Ro.

Oleh karena itu, kapal ini dilengakpi dengan pintu rampa yang dihubungkan

dengan moveble bridge atau dermaga apung ke dermaga.

Kapal Ro-Ro selain digunakan untuk angkutan truk juga digunakan untuk

mengangkut mobil penumpang, sepeda motor serta penumpang jalan kaki. Maka

dari itu kapal Ro-Ro disebut juga kapal semi penumpang Ro-Ro. Angkutan ini

merupakan pilihan populer antara Jawa dengan Sumatra di Merak-Bakauheni,

antara jawa dengan Madura dan antara Jawa dengan Bali. Jenis Kapal Ro-Ro

sebagai berikut :

a. Kapal penyeberangan / Ferry yang melayani lintasan tetap seperti Lintas

Merak-Bakauheni,Lintas Ujung-Kamal, Lintas Ketapang-Gilimanuk.

b. Kapal Pengangkut mobil (Car Ferries).

17

c. Ferry Cepat (Fast Ferry) adalah kapal yang memuat penumpang dana

barang penumpang yang destinasinya perjalanannya relative pendek.

Kapal ini bisa disebut ferry cepat atau “fast Ferry” karena kecepatannya

dalam membelah pantai dan selat.kapal ini biasanya terbuat dari bahan

yang dominan yaitu fiber atau aluminium. Biasanya kapal-kapal jenis ini

dipakai didaerah perairan atau laut yang tidak bergelombang tinggi.

Sehingga sangat cocok untuk transportasi pantai, sungai dan danau yang

tak bergelombang kuat.

Kapal-kapal jenis ini banyak dipakai oleh maskapai-maskapai kapal

penumpang yang menghubungi pulau-pulau kecil. Seperti contoh keberangkatan

dan tujuan halnya seperti :

Batam-Singapura

Batam-Malaysia

Batam-Tanjung Pinang

Batam-Riau daratan

Kapal ini berbeda jauh dengan kapal Ro-Ro walaupun sama-sama sebagai

“Gadis Tunpangan”. Hanya saja dengan Ferry ini hanya memuat penumpang dan

bagasi penumpang saja. Jangan harap bisa bawa mobil, motor atau barang-barang

besar lainnya dikapal ini.

3. Kapal Feri

Kapal Feri atau kapal penyeberangan adalah kapal penyeberangan adalah

sebuah kapal transportasi jarak dekat.

Feri mempunyai peranan penting dalam system pengangkutan bagi banyak

kotapesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya

lebih kecil dibandingkan jembatan atau terowongan.

Feri pejalan kaki dengan banyak pemberhentian, seperti Venesia, kadang

kala dikenali sebagai bis air atau taksi air. Feri dibagi dalam enam jenis, yaitu :

18

Ujung ganda

Hydropoli

Hovercraft

Feri kabel

Feri meja putar

Feri kereta

4. Kapal Pesiar

Kapal Pesiar merupakan sebuah kapal yang memiliki fungsi sebagai

sarana rekreasi dan hiburan kepada para penumpangnya. Kapal pesiar juga

merupakan kapal yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ruang kamar,

restaurant, café, bar, casino, diskotik, pub, swimming pool dan berabgai sarana

lainnya layaknya sebuah hotel bertaraf internasional.

Kapal pesiar cenderung lebih besar daripada kapal-kapal lain yang ada saat

ini. Kesan besar, mewah dan elegan yang dimiliki oleh kapal pesair sengaja

diciptakan oleh arsiteknya untuk menarik minat penumpang kapal pesiar untuk

ikut berwisata bersama dengan kapal pesiar tersebut.

Dalam berbagai sumber yang menjelaskan tentang pengertian kapal pesiar,

kapal pesiar lebih sering diistilahkan sebagai the floating hotel (hotel yang

terapung). Penamaan ini lahir Karena sesungguhnya jika diperhatikan secara

seksama, kapal pesiar memang adalah sebuah hotel. Bedanya hotel tersebut bisa

terapung dan berpindah-pindah lokasi ke daerah wisata yang favorit di seluruh

dunia.

Kapal pesiar memiliki rute perjalanan yang bisa mengahabiskan waktu

berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Ini semua tergantung

dari pilihan paket wisata dari kapal pesiar itu. Selama dalam perjalanan, para

penupang kapal pesiar akan disuguhkan dengan hiburan-hiburan tanpa henti

selama 24 jam. Kapal pesiar selama dalam perjalanan dapat berlabuh dibeberapa

pelabuhan yang memungkinkan untuk bersandarnya kapal pesiar besar. Dan

19

perjalanan dilanjutkan hingga ke beberapa pelabuhan sampai akhirnya kembali

lagi ke pelabuhan awal tempat penumpang kapal pesiar naik.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat kapal pesiar

yang awalnya berteknologi rendah (seperti kapal pesair titanic) kini telah

menggunakan teknologi super canggih, baik dalam design interior, exterior,

maupun engine dari kapal pesiar itu sendiri. Kapal pesiar ada tiga macam, ada

kapal pesiar ukuran kecil, ada kapal pesiar ukuran sedang dan ada kapal pesair

ukuran besar. Perbedaannya hanyalah dijumlah penumpangnya adalah dibawah

400an penumpang, kapal sedang ukuran penumpangnya adalah 400-1000an

penumpang, sedangkan kapasitas penumpang kapal besar sekitar 1500-3600

penumpang.

2.4. Fungsi Transportasi

Pengangkutan berfungsi sebagai faktor penunjang dan perangsang

pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the service sector) bagi

perkembangan ekonomi. Fasilitas pengangkutan harus dibangun mendahului

proyek-proyek pembangunan lainnya.

Perluasan dermaga di pelabuhan didahulukan daripada pembangunan

pupuk yang akan dibangun, guna melancarkan pengiriman peralatan pabrik dan

bahanbaku serta penyaluran hasil produksi ke pasar setelah pabrik beroperasi

(Nasution, 2003 : 19).

Transportasi manusia atau barang bisanya bukanlah merupakan tujuan

akhir, tetapi hal itu dilakukukan untuk mencapai tujuan lain, oleh karena itu,

permintaan atas jasa transportasi disebut sebagai permintaan turunan (derived

demand) yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditi atau jasa lain.

Pada dasarnya permintaan jasa transportasi diturunkan dari :

Kebutuhan seseorang untuk berjalan dari satu lokasi ke lokasi lainnya

untuk melakukan suatu kegiatan (misalnya bekerja, sekolah, dll).

Permintaan akan angkutan barang tertentu agar tersedia di tempat yang

diinginkan. (Morlok, 2000 : 452)

20

Untuk menunjang perkembangan ekonomi yang mantap perlu dicapai

keseimbangan antara penyediaan dan permintaan angkutan. Jika penyediaan jasa

angkutan lebih kecil daripada permintaannya, akan terjadi kemacetan arus barang

dan penumpang yang dapat menimbulkan kegoncangan harga di pasaran.

Sebaliknya, jika penawaran jasa angkutan melebihi permintaannya maka akan

timbul persaingan tidak sehat yang akan menyebabkan banyak perusahaan

angkutan rugi dan menghentikan kegiatannya, sehingga penawaran jasa angkutan

berkurang, selanjutnya menyebabkan ketidak lancaran arus barang dan

kegoncangan harga di pasaran. (Nasution, 2003 : 19).

2.4.1. Sifat – sifat permintaan Jasa Angkutan

Terdapat beberapa sifat khusus yang melekat pada permintaan jasa

transport yang membedakan dengan permintaan terhadap barang –barang lainnya,

yaitu sebagai berikut.

a) Derived demand. Permintaan akan jasa angkutan, merupakan suatu

permintaan yang bersifat turunan, saduran atau dalam istilah ekonomi

lazim disebut “derived demand”. Dengan demikain permintaan akan jasa

transport baru akan ada, apabila ada faktor-faktor yang mendorongnya.

Permintaan jasa transport tidak berdiri sendiri, melainkan tersembunyi

dibalik keoentingan orang lain. Permintaan akan jasa angkutan, baru akan

timbul apabila ada hal-hal dbalik permintaan itu, misalnya keinginan untuk

rekreasi, keinginan untuk sekolah atau untuk berbelanja, keinginan untuk

menengok keluarga yang sakit, dan sebagainya.

b) Permintaan akan jasa transport, pada dasarnya adalah seketika / tidak

mudah untuk digeser atau ditunda dan sangat dipenuhi oleh fluktuasi

waktu, yang dapat bersifat harian, mingguan (Sabtu dan Minggu untuk

tujuan rekreasi), bulanan atau tahunan (musim libur anak sekolah,

Lebaran, atau Natalan).

c) Permintaan jasa transport sangat dipengaruhi oleh elestisitas pendapatan.

Perilaku hukum Egel berlaku disini, dimana Egel mengatakan bahwa

21

apabila pendapatan dari seseorang naik, maka orang tersebut akan secara

sebanding mengurangi pengeluarannya dengan barang-barang yang lebih

mewah atau sekunder.

d) Pada hakikatnya tidak tanggap/perasa terhadap perbedaan tingkat biaya

transport untuk pengangkutan barang. Ini berarti pemintaan penumpang

bersifat elastis.

e) Jasa transport adalah jasa campuran (produk mixed) permintaan akan jasa

transport adalah kompleks karena permintaan tersebut tidak hanya

dilandasi oleh keinginan untuk memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke

tempat lain, tetapi banyak variabel-variabel lain yang mempengaruhi

keinginan untuk memindahkan barang tersebut seperti kecepatan,

tetepatan, kenyamanan, keterandalan dan sebagainya.

Oleh karena itu, permintaan dan pemilihan pemakai jasa angkutan (user)

akan jenis jasa transport ini akan ditntukan oleh beberapa faktor yaitu sebagai

berikut.

a) Sifat-sifat dari muatan (phisycal charakteristics)

Barang-barang yangf nilainya tinggi terpadu dengan volume yang tidak

besar, seperti komponenen-komponen elektronik untuk peralatan yang

mahal, baju-baju terutama model baju baru (fashion goods) dan lain-lain,

biasanya diangkut melalui transportasi udara barang-barang bernilai

rendah dipadu dengan volume yang besar,biasanya di transport melalui

laut, jalan raya dan jalan baja (kereta api).

b) Biaya transport

Makin rendah biaya transport makin banyak permintaan akan jasa

transport. Tingkat biaya transport merupakan faktor penentu dalam

pemilihan jenis jasa transport.

22

c) Tarif Transport

Tarif transport yang ditentukan oleh berbagai macam moda transport,

untuk tujuan yang sama, seperti tarif angkutan untuk Banyuwangi – Bali

yang ditawarkan untuk jasa penyeberangan, perusahaan bus, perusahaan

penerbangan akan mempengaruhi pemilihan moda transport.

d) Pendapatan pemakai jasa transport (user)

Apabila pendapatan penumpang naik, maka akan lebih banyak jasa

transport yang akan dibeli oleh para penumpang.

e) Kecepatan angkutan pemilihan ini sangat tergantung pada faktor waktu

yang dimiliki oleh penumpang. Bagi mereka yang mempunyai waktu

sedikit, biasanya mencari atau memilih moda transportasi yang cepat, jadi

faktor kecepatan yang menentukan pemilihan moda transport. Sebaliknya

mereka yang mempunyai waktu yang banyak, biasanya memilih moda

transport yang memberikan suatu kenyamanan (relaxation). Kecepatan,

terutama penting untung barang- barang yang mudah busuk/rusak, atau

untuk segera dapat memanfaatkan perbedaan harga (antar pasar).

f) Kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan terdiri dari frekuensi, pelayanan baku (standard of

service), kenyamanan, ketepatan (reability), keamanan, dan keselamatan.

(Nasution, 2004 : 50-51)

2.4.2. Tahap Perencanaan Transportasi (Jangka Waktu Perencanaan)

Sebelumnya telah diutarakan bahwa perencanaan transportasi memiliki

tahapan dan batasan waktu, sesuai dengan karakteristik dari rencana (bagaimana

sifat dan bagaimana cara merencanakan) serta faktor-faktor pendukungnya, maka

bagian ini dijelaskan berbagai batasan waktu perencaan beserta apa yang

direncanakan, termasuk faktor pendukungnya. (sakti adji adisamita)

1. Rencana perpektif atau rencana jangka panjang (20-30 tahun).

23

2. Biasanya menunjukan arah umum perkembangan perekonomian nasional

dan perubahan struktural yang penting.

3. Rencana jangka menengah (medium term plan), sekitar 5 tahun.

4. Rencana jangka pendek (short term plan), merupakan rencana tahunan

yang dicerminkan dalam budget pemerintah.

2.5. Armada Kapal

Secara ekonomis usaha penyeberangan harus memberikan keuntungan

yang wajar kepada pengusaha dan mampu memberi penghasilan yang layak bagi

para awak kapal (pengemudi dan awak lain). Modal yang ditanamkan pada usaha

penyeberangan harus dapat kembali dalam jangka waktu tertentu pada tingkat

suku bunga yang berlaku.

Keseimbangan ketersedian dan permintaan bisa dilihat dari dua sudut

pandang yang berbeda, sudut pandang pengusaha dan sudut pandang pemerintah.

Dari sudut pandang pengusaha, jumlah maksimum armada memberi jaminan

layanan optimum pada masyarakat pengguna jasa angkutan, sedangkan dari sudut

pandang pemerintah dapat memberi keuntungan tersendiri, bagi pemerintah

jumlah armada memberi jaminan layanan optimum kepada masyarakat pengguna

jasa.

Dan untuk jumlah armada kapal yang ada di Kabupaten Jepara menuju

Karimunjawa dapat dilihat dalam table 1.1 berikut :

Table 2.1 Jumlah Armada Kapal Di Kabupaten Jepara

No Armada Kapal Jumlah Armada

1.

2.

Kapal Ekspres Bahari (kapal cepat)

Kapal Feri KMP Singijai (kapal lambat)

1

1

Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara

Dalam melakukan perhitungan akan jumlah armada kapal maka digunakan

beberapa perhitungan sebagai berikut :

24

1. Faktor Muat (Load Factor)

Load Faktor dapat diartikan sebagai factor muat yaitu perbandingan antara

jumlah muatan yang diangkut oleh kapal dengan kapasitas angkut kapal :

LF =

x 100 %

Dimana :

LF = Load Factor (Faktor Muat)

2. Penentuan Jumlah Armada

Menurut modul manajemen operasional ASDP (2008) untuk menetukan

jumlah armada yang ideal dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan atau

rumus rumus sebagai berikut :

Kemampuan Trip Kapal

KT =

Dimana :

KT = Jumlah frekuensi keberangkatan (trip) yang mampu dilakukan

oleh kapal dalam satuan trip/kapal

PT = Port Time adalah jumlah jam operasi pelabuhan dalam satuan

jam.

TT = Trip Time atau waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk

melakukan 1 (satu) kali perjalanan dalam satu jam/(trip kapal).

2.6. Peramalan (Forecasting)

Peramalan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan

keputusan. Sebelum melakukan peramalaan harus diketahui terlebih dahulu apa

sebenarnya persoalan di dalam pengambilan keputusan tersebut. Peramalan

(Gitosudarmo, 1998) adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk dapat

25

meramalkan, memprediksi keadaan masa datangnya dengan menggunakan data

historis (data masa lalu) yang telah dimiliki untuk diproyeksikan kedalam sebuah

model dan menggunakan model ini untuk memperkirakan keadaan di masa

mendatang.

2.6.1. Analisis Metode Regresi Linier

Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang

memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau

lebih. Dalam analisis regresi dikenal 2 jenis variabel yaitu:

1. Variabel Respon disebut juga variabel dependen yaitu variabel yang

keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan

variable Y.

2. Variabel Prediktor disebut juga dengan variabel independen yaitu variabel

yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan

dengan X.

Untuk mempelajari hubugan-hubungan antara variabel bebas maka regresi

linier terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1. Analisis regresi sederhana (simple analysis regresi)

2. Analisis regresi berganda (Multiple analysis regresi).

Analisis regresi sederhana merupakan hubungan antara dua variabel yaitu

variabel bebas (variable independen) dan variabel tak bebas (variabel dependen).

Sedangkan analisis regresi berganda merupakan hubungan antara 3 variabel atau

lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua variabel bebas dengan satu variabel tak

bebas.

Tujuan utama regresi adalah untuk membuat perkiraan nilai suatu variabel

(variabel dependen) jika nilai variabel yang lain yang berhubungan dengannya

(variabel lainnya) sudah ditentukan.

26

2.6.2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana digunakan untuk mendapatkan hubungan

matematis dalam bentuk suatu persamaan antara variabel tak bebas tunggal

dengan variabel bebas tunggal. Regresi linier sederhana hanya memiliki satu

peubah X yang dihubungkan dengan satu peubah tidak bebas Y. Bentuk umum

dari persamaan regresi linier untuk populasi adalah :

Y = a + b.x

Dimana :

Y = Subjek dalam variable independen yang diprediksi

a = Harga y bila x = 0 (konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi

x = Subjek pada variable independen

Menentukan koefisien persamaan a dan b dapat dengan menggunakan

metode kuadrat terkecil, yaitu cara yang dipakai untuk menentukan koefisien

persamaan dan dari jumlah pangkat dua (kuadrat) antara titik-titik dengan garis

regresi yang dicari ysng terkecil . Dengan demikian , dapat ditentukan: