bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulu 1.eprints.perbanas.ac.id/4833/6/bab ii.pdfnpf, pdn,...
TRANSCRIPT
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini yang menjadikan tiga penelitian sebelumnya dalam rujukan yaitu :
1. Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu (2011)
Pada penelitian terdahulu yang pertama yang dijadikan sebagai bahan pembanding
yaitu yang dilakukan oleh Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu dengan
topik “Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah”. Permasalahan yang diangkat pada penelitian
pertama adalah apakah risiko usaha bank yang diukur dengan CAR, NPF, BOPO,
Inflasi, Suku Bunga, secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Return On Asset (ROA). Hasil dari kesimpulan ini adalah Berdasar hasil
analisis data yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa BOPO
berpengaruh signifikan negative terhadap ROA sedangkan variable CAR, NPF,
Inflasi danSuku Bunga tidak berpengaruh.Penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan. Pertama, kemampuan model dalam menerangkan variabel
independen hanya sebesar 41,5 % artinya ROA dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
lain diluar variabel yang telah diteliti tersebut. Sehingga penelitian yang telah
dilakukan kurang mampu mencermikan kinerja keuangan bank syariah. Kedua,
pendeknya periode pengamatan sehingga hasilnya tidak mewakili profitabilatas
bank syariah. Atas dasar hasil analisis yang didapat, maka disarankan bagi pihak
manajemen agar dapat meningkatkan ROA maka harus bank lebih selektif dalam
17
mengeluarkan biaya operasional BOPO agar ROA meningkat. Pihak Bank
sebaiknya mempertahankan modalnya (CAR) agar tetap di 8% sesuai peraturan
BI. Selain menjaga kepercayaan masyarakat juga akan menjaga kesehatan bank.
Pihak bank juga tetap mempertahankan prinsip syariah yang jauh dengan prinsip
riba (bunga). Sehingga perubahan suku bunga hanya berpengaruh kecil terhadap
profitabilitas bank syariah. Selain itu pihak bank sebaiknya selektif dalam
menyalurkan pembiayaan ke masayarakat. Sehingga besarnya NPF dapat ditekan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas bank
2. Marini Desi Dwi Astariani (2014)
Pada penelitian terdahulu yang kelima yang dijadikan sebagai pembanding
yaitu yang dilakukan oleh Marini Desi Dwi Astarianidi tahun 2014 dengan topik
“Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank
Umum Syariah Nasional Devisa”. Permasalahan yang diangkat pada penelitian
kelima adalah apakah FDR, IPR, NPF, PDN, REO, FBIR secara bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu analisis regresi linier
berganda. Pada penelitian terdahulu tersebut diperoleh kesimpulan sebagai bahwa
Rasio FDR, IPR, NPF, PDN, REO, FBIR secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA). FDR dan IPR secara
parsial mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA. NPF dan
PDN berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. REO memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan FBIR memiliki pengaruh positif
tidak signifikan terhadap ROA. Diantara keenam variabel bebas yaitu FDR, IPR,
18
NPF, PDN, REO, FBIR yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
ROA adalah REO. dibandingkan dengan koefisien determinasi parsial variabel
bebas lainnya.
3. Dwi Agung Prasetyo dan Ni Putu Ayu Darmayanti (2013)
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Risiko Kredit, Likuiditas, Kecukupan
Modal, Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada bank BPD
Bali”.Rumusan masalah pada penelitian tersebut adalah apakah variabel bebas
yang terdiri dari NPL, LDR, CAR dan BOPO secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank BPD Bali dalam periode 2009
- 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder, metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan data observasi
nonparticipant dan teknik pengambilan sampel menggunakan non purposive
sampling yaitu sampel jenuh. Metode pengumpulan data menggunakan
dokumentasi. Teknik analisis dalam penelitan tersebut adalah regrensi linier
berganda, dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan:
a. Variabel NPL, BOPO secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah Bali Periode 2009-2013.
b. Variabel LDR, secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
pada Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013.
c. Variabel CAR, secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
ROA pada Bank Pembangunan Daerah Bali Periode 2009-2013.
19
4. Retnaning Dhyah Pramesthi (2015)
Pada penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pembanding yaitu yang
dilakukan oleh Retnaning Dhyah Pramesthi (2015) dengan topik “Pengaruh
Risiko Usaha Terhadap ROA Pada Bank Umum Syariah Non Devisa”.
Permasalahan yang diangkat pada penelitian kelima adalah apakah NPF, FDR,
IPR, APB, FTA REO dan FBIR secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian tersebut yaitu analisis regresi linier berganda. Pada penelitian
terdahulu tersebut diperoleh kesimpulan sebagai bahwa Rasio NPF, FDR, IPR,
APB, FTA REO dan FBIR secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Return On Asset (ROA). NPF secara parsial mempunyai
pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA. IPR dan FBIR berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap ROA. APB dan REO memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap ROA. NPF dan FTA memiliki pengaruh positif tidak
signifikan terhadap ROA.
Diantara keenam variabel bebas yaitu NPF, FDR, IPR, APB, FTA, REO,
FBIR yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap ROA adalah REO.
dibandingkan dengan koefisien determinasi parsial variabel bebas lainnya.
20
Tabel 2.1
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENELITIAN TERDAHULU DENGAN
PENELITIAN SEKARANG
Keterangan
Edhi Satriyo
Wibowo,
Muhammad
Syaichu
(2011)
Marini Desi
Dwi
Astariani
(2013)
Dwi Agung
Prasetyo
dan Ni Putu
Darmayanti
(2013)
Retnaning
Dhyah
Pramesthi
(2015)
Indri
larasati
(Peneliti)
Variabel
Terikat
ROA ROA ROA ROA ROA
Variabel
Bebas
CAR, NPF,
BOPO
FDR, IPR,
NPF, PDN,
REO, FBIR
NPL, LDR,
CAR, BOPO
NPF, FDR,
IPR, FTA
APB, REO,
FBIR
FDR, IPR,
NPF, APB,
DP dan REO
Periode
Penelitian
Tahu 2008-
Tahun 2011
Tahun 2009 -
TW II Tahun
2013
Tahun 2009-
Tahun 2013
Tahun 2013-
Tahun 2015
TW I Tahun
2013 – TW II
Tahun 2018
Pengumpulan
Data
Data
Sekunder
Data
Sekunder
Data Sekunder Data
Sekunder
Data
Sekunder
Subjek
Penelitian
Bank Umum
Syariah
Bank Umum
Syariah
Devisa
Bank
Pembangunan
Daerah Bali
Bank Umum
Syariah Non
Devisa
Bank Umum
Syariah Non
Devisa
Teknik
Sampel
Purpose
Sampling
Purpose
Sampling
Non Purpose
Sampling
Sensus Purpose
Sampling
Teknik
Analisis Data
Regresi
Linier
Berganda
Regresi
Linier
Berganda
Regresi Linier
Berganda
Regresi
Linier
Berganda
Regresi
Linier
Berganda
Metode
Penelitian
Dokumentasi Dokumentasi Observasi
nonparticipant
Dokumentasi Dokumentasi
Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu (2011), Marini Desi Dwi Astariani (2013), Dwi
Agung Prasetyo dan Ni Putu Darmayanti (2013), Retnaning Dhyah (2015)
21
2.2 Landasan Teori
Pada landasan teori akan dijelaskan beberapa teori yang berhubungan dengan
rumusan masalah yang akan diteliti dan dipergunakan sebagai landasan
penyusunan hipotesis beserta analisisnya.
2.2.1 Profitabilitas Bank
Profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai
melalui usaha operasional bank. Rasio yang di gunakan untuk mengukur
profitabilitas bank pada Bank Umum Syariah Non Devisa menurut (Lampiran 1
SEOJK No. 10/SEOJK.03/2016) adalah sebagai berikut:
1. Return On Asset (ROA)
Rasio ROA adalah gambaran produktivitas bank dalam mengelola dana
sehingga menghasilkan keuntungan. Semakin besar ROA, maka tingkat laba yang
bisa dicapai bank akan semakin besar pula dan semakin baik posisi bank dari segi
penggunaan asset. Rasio tersebut dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Laba Sebelum Pajak
Total Aktiva x 100%..................................................(1)
Keterangan:
1. Laba sebelum pajak terdiri dari laba sebelum disetahunkan
2. Rata- rata total asset terdiri dari total asset sebelum periode ini dibagi dua
2. Return On Equity (ROE)
ROE digunakan dalam mengukur tingkat efektivitas memperoleh keuntungan atau
laba dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki pada bank tersebut. Peningkatan
22
ROE mengakibatkan kenaikan laba bersih dan harga saham bank tersebut juga
naik. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak
Rata−Rata Modal Disetor x 100%.......................................................... (2)
Keterangan :
a. Laba bersih setelah pajak diperoleh dari laba (rugi) setelah pajak
disetahunkan.
b. Rata-rata modal inti diperoleh dari total modal inti periode sebelumnya
ditambah total modal inti periode sekarang dibagi dua.
3. Net Operating Margin (NOM)
Rasio NOM yaitu rasio pendapatan operasional bersih yang digunakan untuk
menghitung besarnya aktiva produktif dalam menghasilkan keuntungan atau laba.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
NOM =
Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi
Hasil−Beban Operasional
Rata−Rata Aktiva Produktif x 100%.............................(3)
Keterangan :
a. Pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil adalah pendapatan penyaluran
dana setelah dikurangi beban bagi hasil dan beban operasional.
b. Beban operasional adalah beban operasional termasuk beban bagi hasil dan
bonus.
Dalam penelitian ini bisa mengukur rasio profitabilitas, maka rasio yang akan
digunakan yaitu ROA sebagai variabel tergantung dalam penelitian ini.
23
2.2.2 Pengertian Risiko Usaha Bank
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak megandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa
disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadis Nabi SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat islam (Muhammad, 2014:2). Menurut Undang-Undang No.
21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatannya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdapat bank umum syariah
dan bank pembiayaan rakyat syariah.
Adapun tujuan didirikannya Bank syariah yaitu menunjang terlaksananya
pembangunan nasional untuk meningkatkan keadilan, kebersamaan dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat. Risiko merupakan potensi kerugian akibat
terjadinya suatu peristiwa tertentu. Untuk dapat menghadapi berbagai risiko yang
timbul tentunya harus ada manajemen risiko untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha
bank.
Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu suatu kejadian potensial
yang dapat diperkirakan maupun tidak dapat diperkirakan yang berdampak negatif
pada pendapatan maupun permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat
dihindari namun dapat dikelola dan dikendailkan. Risiko ini haruslah diatur
24
sedemikian rupa untuk diminimalisir potensi terjadinya kerugian. Risiko yang
berkaitan dengan usaha bank pada dasarnya berasal dari sisi aktiva dan sisi pasiva.
Terdapat sepuluh risiko usaha yang dialami Bank Umum Syariah Non Devisa
yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko
Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, Risiko Imbal Hasil
(Rate of Return Risk), dan Risiko Investasi (Equity Investment Risk)
(65/POJK/03/2016). Namun, pada penelitian ini hanya akan meneliti tiga risiko
yaitu Risiko Likuiditas, Risiko Kredit (Pembiayaan), dan Risiko Operasional
adalah sebagai berikut :
2.2.2.1 Risko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan bank (POJK Nomor 18/POJK.03/2016). Adapun jenis-jenis rasio
likuiditas pada bank syariah sebagai berikut menurut (Muhammad, 2014: 252-
253) adalah rasio FDR dan QR dengan didukung menurut (Veithzal Rivai, 2013:
482-484) adalah rasio CR dan IPR. Sebagai berikut uraian dan penjelasan rasio
likuiditas :
1. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antar seluruh jumlah pembiayaan
yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. Rasio ini
menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
25
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
FDR =Total pembiayaan
Total dana pihak ketiga x 100% ......................................................... (4)
Keterangan :
a. Pembiayaan yang diberikan (Total Pembiayaan) diperoleh dari penjumlahan
piutang dan pembiayaan.
b. Total Dana Pihak Ketiga yakni penjumlahan dana simpanan wadiah dan dana
investasi tidak terikat.
2. Quick Ratio (QR)
QR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar utang
jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Rumus yang digunakan
sebagai berikut :
QR =Kas
Hutang LAncar x 100% ......................................................................... (5)
Keterangan :
a. Kas adalah uang tunai
b. Hutang Lancar adalah kewajiban yang harus dibayar dalam rupiah dan
valas.
3. Cash Ratio (CR)
CR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank melunasi kewajiban yang
harus dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank tersebut. Rumus Yang
digunakan sebagai berikut :
26
CR =Aktiva Likuid
Pasiva Likuidx 100% ........................................................................... (6)
4. Investing Policy Ratio ( IPR )
Menurut Kasmir (2012:316), Investing Policy Ratio merupakan kemampuan bank
dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi
surat-surat berharga yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
IPR = Surat Berharga Milik Bank
Dana pihak ketigax 100% ........................................................ (7)
Dimana:
1. Surat-surat Berharga : Surat berharga yang dimiliki, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Surat berharga yang dijual dengan janji dijual kembali
(Reserve Repo), dan tagihan ekseptasi.
2. Dana pihak ketiga: Penjumlahan dana simpanan wadiah dan investasi tidak
terkait.
Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengkur risiko likuiditas adalah
FDR dan IPR.
2.2.2.2 Risiko Kredit (Pembiayaan)
Risiko Kredit (Pembiayaan) merupakan risiko akibat kegagalan nasabah atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian
yang disepakati. Risiko ini harus diantisipasi oleh bank melalui suatu proses
penilaian, analisis pembiayaan yang benar dan tepat.
Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah menurut (Darsono, 2017:66)
adalah sebagai berikut:
27
1. Pembiayaan Atas Dasar Akad Mudharabah
Mudharabah merupakan akad perkongsian, akad ini berdasarkan prinsip kongsi
untung apabila pemilik modal (shahibul maal) memberikan modalnya kepada
pengelola modal (Mudharib) untuk digunakan dalam perniagaan dan sebagai
balasannya pemilik modal mendapatkan bagian tertentu terhadap suatu
keuntungan. Akan tetapi, apabila terjadi kerugian maka pemilik modal yang
menanggung sepenuhnya. Akad kerjasama antara bank sebagai pemilik dana
(shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola (mudharib) , kedua pihak sepakat
membagi keuntungan dan risiko sesuai dengan kontribusinya.
2. Pembiayaan Atas Dasar Akad Musyarakah
Musyarakah merupakan akad kongsi atau syarikah bentuk umum dari bagi hasil
dimana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha,
dengan proposrsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan sesuai proporsi modal. Investasi
yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki dana dan keahlian, pihak yang
berkongsi sepakat untuk membagi keuntungan dan risiko sesuai dengan
kontribusinya.
3. Pembiayaan Atas Dasar Akad Murabahah
Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan harga sesuai
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad
Murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang
ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, di mana penjual
menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli.
28
4. Pembiayaan Atas Dasar Akad Istishna’
Kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini
pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu
membuat/membeli barang menurut spesifiksi yang telah disepakati dan
menyerahkannya kepada pembeli. Kedua belah pihak sepakat atas harga dan
sistem pembayaran.
5. Pembiayaan Atas Dasar Akad Ijarah Akad ijarah dapat dilakukan dengan dua
pola:
a. Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara
pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan
penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
b. Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang
disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa.
6. Pembiayaan Atas Dasar Akad Qardh
Akad Qardh adalah transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu. Ada beberapa rasio yang dapat digunakan
untuk menghitung risiko pembiayaan diantaranya menurut (Lampiran 1 No.
10/SEOJK.03/2014) adalah sebagai berikut :
1. Non Performing Financing (NPF)
NPF adalah jumlah pembiayaan yang bermasalah yang dihadapi bank
dibandingkan dengan total pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada para
29
debiturnya. NPF lebih besar dari 5% maka bak tersebut memiliki masalah kredit
yang harus segera diatasi. Rumus yang digunakan yaitu:
NPF =Total pembiayaan bermasalah
Total pembiayaanx 100% .................................................. (8)
Keterangan :
1. Total pembiayaan bermasalah yang terdiri dari kredit kurang lancar +
diragukan + macet yang ada pada laporan kualitas aktiva bank
2. Pembiayaan merupakan penjumlahan piutang dan pembiayaan.
2. Aktiva Produktif Bermasalah (APB)
Rasio APB adalah aktiva produktif dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki
bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.
Rumus yang digunakan rasio ini adalah:
APB = Aktiva Produktif Bermasalah
Total Aktiva Produktif x 100%...............................…….......…..(9)
Keterangan :
a. Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dalam likuiditas kurang
lancar, diragukan, macet.
b. Total Aktiva produktif keseluruhan yang dimiliki oleh bank.
3. Non Kualitas Rasio Debitur Inti (KRDI)
Rasio ini merupakan konsentrasi tingkat risiko penyaluran dana kepada debitur
inti. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
KRDI =Pembiayaan Kepada Debitur Inti
Total Pembiayaan x 100%............................................(10)
30
Pada penelitian ini rasio yang dipakai untuk mengukur risiko kredit yakni NPF
dan APB.
2.2.2.3 Risko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank. Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko
operasional yaitu DP dan REO menurut (Lampiran 1 SEOJK
No.10/SEOJK.03/2014) adalah sebagai berikut :
1. Diversifikasi Pendapatan (DP)
DP adalah rasio untuk mengukur jumlah pendapatan Operasional selain bagi hasil
yang dihasilkan (pendapatan berbasis fee) dibandingkan dengan total pendapatan
operasional (pendapatan penyaluran dana). Semakin tinggi pendapatan berbasis
fee maka semakin baik, karena semakin berkurangnya ketergantungan bank
terhadap pendapatan dari penyaluran dana. Produk jasa bisnis syariah yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah menurut (Muhammad Yusuf, 2011:131-135)
adalah sebagai berikut :
a. Wakalah
Wakalah adalah pelantikan seorang untuk mengambil tempat orang yang
melantiknya untuk mengerjakan suatu tugas bagi pihaknya. Wakalah dalam
aplikasi perbankan seperti pembukaan letter of credit, inkaso dan transfer uang.
Atas pelaksanaan tugasnya tersebut bank akan mendapatkan imbalan atau fee
berdasarkan kesepakatan bersama.
31
b. Kafalah
Kafalah adalah mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Bank syariah dalam
melayani nasabah akan terlibat dengan prinsip kafalah saat mengeluarkan surat
jaminan (letter of guarantee), dimana pihak bank sendiri boleh mengambil komisi
atas pengeluaran surat tersebut.
c. Hiwalah
Hiwalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. Akad hiwalah pada bank syariah dipraktikan dalam
beberapa produk yaitu, anjak piutang, post-date check dan bill discounting. Bank
dapat meminta imbalan atau fee dalam batas kewajaran kepada nasabah.
d. Gadai (Rahn)
Gadai (Rahn) menurut syariah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan
yang memungkinkan ditarik kembali. Dalam teknis perbankan akad ini dapat
digunakan sebagai agunan tambahanpada pembiayaan yang berisiko tinggi. Akad
ini juga dapat menjadi produk jasa tersendiri untuk melayani kebutuhan nasabah
guna keperluan yang bersifat jasa dan konsumtif. Bank dapat menarik biaya
pemeliharaan atau keamanan barang yang digadaikan tersebut.
e. Sharf
Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual
beli valas ini dapat dilakukan dengan mata uang jenisnya maupun tidak sejenis.
Pihak bank akan mendapatkan imbalan atau fee berupa selisih antara kurs jual dan
32
kurs beli yang ada, ditambah biaya administrasi yang besarnya ditentukan sesuai
dengan kebijakan bank yang bersangkutan.
f. Al-Qardh
Al-Qardh adalah suatu akad pinjaman kepada nasabah tertentu dengan ketentuan
nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati. Atas pinjaman qardh bank hanya
boleh membebankan biaya administrasi dan apabila ada penerimaan imbalan (fee)
maka akan dimasukan dalam pendapatan berbasis fee. Dalam bank konvensional
FBIR sama dengan DP pada bank syariah. Rumus yang digunakan DP sebagai
berikut:
DP =Pendapatan Berbasis Fee
Pendapatan Penyaluran Danax 100% ......................................................(11)
Keterangan :
a. Pendapatan berbasis fee : pendapatan operasional lainnya dilaba rugi.
b. Pendapatan dari penyaluran dana pada pendapatan operasional dilaba rugi.
2. Return On Equity (REO)
Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (REO) adalah merupakan rasio untuk
mengukur jumlah biaya operasional dibandingkan dengan total pendapatan
operasional. Semakin tinggi REO maka semakin buruk kondisi bank, karena bank
tersebut tidak dapat menutup beban operasional dengan pendapatan operasional
nya. Dalam bank konvensional BOPO sama dengan REO pada bank syariah.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
REO= Biaya Operasional
Pendapatan Operasional𝑥 100% ........................................................(12)
33
Keterangan :
a. Biaya Operasional adalah penjumlahan bagi hasil untuk dana investasi dan
beban operasional lainnya.
b. Pendapatan Operasional adalah penjumlahan Pendapatan penyaluran dana dan
pendapatan operasional lainnya.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur risiko operasional
yaitu DP dan REO.
2.2.2.4 Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko pada posisi neraca dan rekening administratif,
akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari asset
yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
2.2.2.5 Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan / atau kelemahan aspek
yuridis. Kelemahan ini diakibatkan antara lain oleh ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak
terpenuhinya syarat-syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak
sempurna.
2.2.2.6 Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku
kepentingan (stakeholder) yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
Hal-hal yang sangat berpengaruh pada reputasi bank antara lain adalah ;
manajemen, pelayanan, ketaatan pada aturan, kompetensi, dll.
2.2.2.7 Risiko Stratejik
34
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan / atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
2.2.2.8 Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta
Prinsip Syariah.
2.2.2.9 Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk)
Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat
imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan
tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat
mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.
2.2.2.10 Risiko Investasi (Equity Investment Risk)
Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut
menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis
bagi hasil baik yang menggunakan metode net revenue sharing maupun yang
menggunakan metode profit and loss sharing.
2.3 Pengaruh Variabel Bebas terhadap ROA
Bank merupakan lembaga penghimpun dana atau lembaga yang akan
memfasilitasi antara pemilik dana dan yang membutuhkan dana, sehingga bank
sebagai mediasi untuk menghadapi risiko yaitu antara pemilik dana atau pihak
yang membutuhkan dana dalam hal memperoleh pendapatan. Jika semakin tinggi
pendapatan yang di inginkan maka semakin tinggi pula risiko yang akan dihadapi.
35
Begitu pula sebaliknya jika semakin rendah pendapatan yang akan di inginkan
maka semakin rendah pula risiko yang akan dihadapi.
Pada penelitian kali ini menggunakan rasio ROA kenapa, karena penelitian ini
membahas tentang tingkat pengembalian asset pada bank. Rasio ROA mampu
menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset yang
dimiliki oleh bank tersebut, sehingga semakin tinggi return maka akan semakin
baik karena deviden yang dibagikan besar dan sesuai dengan yang dijelsakan
bahwa ada keterkaitan antara risiko dan keuntungan sama-sama berkaitan atau
berhubungan
a. Pengaruh FDR Terhadap ROA
Pengaruh FDR terhadap risiko likuiditas adalah negatif atau berlawanan arah.
Semakin rendah FDR berarti tingkat kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya akan rendah, dan ini menunjukkan risiko likuiditas semakin
tinggi. Pada sisi lain pengaruh FDR terhadap ROA adalah positif, sehingga
apabila FDR mengalami peningkatan ROA juga akan mengalami peningkatan.
Hal ini terjadi karena peningkatan FDR terjadi pula kenaikan persentase total
pembiayaan yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan persentase total
dana pihak ketiga. Ini juga berati risiko likuiditas bank semakin rendah.
Dengan meningkatnya FDR dapat menyebabkan menurunnya risiko likuiditas
dan kenaikan pendapatan dan laba bank yang membuat ROA pun akan
mengalami peningkatan, maka risiko likuiditas terhadap ROA adalah negatif.
b. Pengaruh IPR Terhadap ROA
36
IPR merupakan rasio antara surat berharga yang dimiliki bank dengan dana
pihak ketiga. Pengaruh IPR terhadap risiko likuiditas sendiri yaitu negatif.
Apabila IPR meningkat berarti telah terjadi persentase peningkatan surat-surat
berharga yang dimiliki oleh bank lebih besar daripada persentase peningkatan
total PDK. Akibatnya terjadi peningkatan kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban pada pihak ketiga dengan mengandalkan surat berharga yang
dimiliki, sehingga terjadi penurunan risiko likuiditas. Pada sisi lain pengaruh
IPR terhadap ROA adalah posistif, sehingga apabila IPR mengalami
peningkatan ROA juga akan mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena
kenaikan IPR berarti terjadi kenaikan investasi surat berharga yang lebih besar
dari kenaikan dana pihak ketiga dan berakibat pada kenaikan pendapatan yang
lebih besar daripada kenaikan biaya, sehingga laba akan meningkat dan ROA
pun juga akan meningkat. Dengan meningkatnya IPR, dapat menyebabkan
risiko likuiditas mengalami penuruan, dan ROA meningkat, maka pengaruh
risiko likuiditas terhadap ROA adalah negatif.
c. Pengaruh NPF Terhadap ROA
NPF merupakan jumlah pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh bank
dibandingkan dengan total pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada para
debiturnya. Pengaruh NPF terhadap risiko adalah positif, artinya apabiila
pembiayaan yang bermasalah mengalami kenaikan dengan persentase lebih
besar dibandingkan persentase kenaikan total pembiayaan yang dimiliki oleh
bank maka akan menimbulkan risiko kegagalan pengembalian pinjaman
semakin tinggi. Pada sisi lain pengaruh NPF terhadap ROA adalah negatif.
37
Hal ini terjadi karena saat NPF mengalami kenaikan dengan prsentase lebih
besar dibandingkan persentase kenaikan total pembiayaan yang dimiliki oleh
bank akibatnya kenaikan biaya pencadangan lebih besar dari kenaikan
pendapatan bank. Oleh karena itu, risiko pembiayaan akan meningkat dan laba
akan menurun serta ROA juga ikut menurun. Dengan demikian, pengaruh
risiko terhadap ROA adalah negatif.
d. Pengaruh APB Terhadap ROA
APB merupakan aktiva produktif bermasalah dibandingkan dengan totl aktiva
produktif dan pengaruhnya terhadap risiko pembiayaan adalah positif. Hal ini
terjadi karena Hal ini terjadi karena semakin tinggi APB berarti pembiayaan
bermasalah bank meningkat dengan presentase yang lebih besar dibanding
persentase peningkatan pembiayaan yang diberikan. Akibatnya peluang
terjadinya permbiayaan yang macet akan menjadi semakin besar, sehingga
risiko pembiayaan yang dialami bank akan meningkat. Pada sisi lain pengaruh
APB terhadap ROA adalah negatif. Artinya jika semakin tinggi rasio ini maka
kenaikan total APB akan meningkat dengan persentase lebih besar dibanding
persentase peningkatan total aktiva produktif sehingga peningkatan biaya
pencadangan untuk APB ini lebih besar yang akan menyebabkan pendapatan
dan laba bank menurun. Dengan demikian karena meningkatnya APB dapat
menyebabkan laba bank menurun dan ROA pun menurun yang menunjukkan
pengaruh risiko kredit terhadap ROA adalah negatif
e. Pengaruh DP Terhadap ROA
38
Diversifikasi Pendapatan DP berpengaruh negatif terhadap risiko operasional.
Hal ini bisa terjadi jika DP meningkat berarti telah terjadi peningkatan
pendapatan operasional diluar pendapatan bagi hasil (pendapatan berbasis fee)
dengan persentase peningkatan lebih besar dibanding persentase peningkatan
pendapatan operasional (pendapatan penyaluran dana). Akibatnya tingkat
efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan operasional selain bagi hasil
meningkat, sehingga risiko operasionalnya turun. Selain itu DP berpengaruh
positif atau searah terhadap ROA, hal tersebut bisa terjadi jika DP meningkat
berarti telah terjadi peningkatan pendapatan operasional diluar pendapatan
bagi hasil dengan persentase peningkatan lebih besar dibanding peningkatan
pendapatan operasional (pendapatan penyaluran dana). Akibatnya tingkat
efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan operasional selain bagi hasil
meningkat, sehingga laba dan ROA bank meningkat. Pengaruh risiko
operasional terhadap ROA yaitu negatif atau berlawanan arah, karena jika DP
meningkat maka risiko operasional menurun dan ROA mengalami
peningkatan.
f. Pengaruh REO Terhadap ROA
Pengaruh REO terhadap risiko operasional adalah positif. Dengan
meningkatnya REO berarti terjadi peningkatan biaya operasional dengan
persentase lebih besar daripada persentase peningkatan pendapatan
operasional. Akibatnya efisiensi bank dalam hal menekan biaya operasional
untuk mendapatkan pendapatan operasioanal menurun sehingga risiko
operasional meningkat. Di sisi lain, pengaruh REO terhadap ROA adalah
39
negatif, karena dengan meningkatnya REO berarti persentase peningkatan
biaya operasional lebih besar daripada persentase peningkatan pendapatan
operasional. Akibatnya laba bank akan menurundan akhirnya ROA pun akan
menurun juga. Dengan demikian pengaruh risiko operasional terhadap ROA
adalah negatif.
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan dalam penelitian ini maka
kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 1
KERANGKA PEMIKIRAN
BANK UMUM SYARIAH
Risiko
Likuiditas
Risiko Usaha
Bank
NPF
FDR
IPR
REO
ROA
Risiko
Operasional
Risiko Kredit
(Pembiayaan)
DP
APB
40
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. FDR, IPR, NPF, APB, DP dan REO secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Syariah Non Devisa
2. FDR memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah Non Devisa.
3. IPR memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah Non Devisa.
4. NPF memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah Non Devisa.
5. APB memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah Non Devisa.
6. DP memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah Non Devisa.
7. REO memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah Non Devisa.