bab ii tinjauan pustaka 2.1 menarche

31
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche 2.1.1 Pengertian Menarche adalah haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Biasanya menarche rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda (Wiknjosastro, 2012). 2.1.2 Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2012). Sedangkan menurut Sanjatmiko (2014) tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga, lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi. Dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal. Sedangkan dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menarche

2.1.1 Pengertian

Menarche adalah haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas

kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Biasanya menarche

rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun. Namun dalam dasawarsa terakhir ini,

usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda (Wiknjosastro, 2012).

2.1.2 Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia

menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan

faktor eksogen, yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan

keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa

orang dewasa (Ginarhayu, 2012). Sedangkan menurut Sanjatmiko (2014) tiga

lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung

percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga, lingkungan

pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga,

faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media

komunikasi dan proses sosialisasi. Dalam lingkungan pendidikan formal yaitu

proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal. Sedangkan dalam

lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

11

dalam lingkungan peer group merupakan faktor-faktor yang mendukung ke arah

percepatan usia menarche pada remaja.

2.1.3 Reaksi Remaja Wanita terhadap Menarche

Menurut Dariyo (2014), tidak semua individu mampu menerima

perubahan fisiologis semasa remaja. Para ahli psikologi perkembangan secara

umum mengungkapkan dua jenis reaksi remaja wanita terhadap datangnya haid

pertama (menarche), yaitu sebagai berikut:

1. Reaksi negatif, yaitu suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja

wanita ketika dirinya memandang terhadap munculnya menstruasi. Ketika

muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasakan adanya

keluhan-keluhan fisiologis (sakit kepala, sakit pinggang, mual-mual, muntah)

maupun kondisi psikologis yang tidak stabil (bingung, sedih, stres, cemas,

mudah tersinggung, marah dan emosional). Hal ini kemungkinan karena

ketidaktahuan remaja tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi

pada awal kehidupan seorang remaja wanita, maka menstruasi dianggap

sebagai sesuatu hal yang tidak baik. Oleh karena itu, peran orang tua

maupun guru di sekolah agar bersedia memberi informasi yang benar

tentang kondisi perubahan masa-masa remaja agar dapat mengurangi sikap

yang membingungkan bagi remaja.

2. Reaksi positif, ialah individu yang mampu memahami, menghargai dan

menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda kedewasaan seorang

wanita. Sikap yang positif akan menjadi salah satu tolok ukur kedewasaan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

12

seseorang (the maturity of personality). Umumnya mereka yang dewasa

ditanda dengan konsep diri (self- concept) yang positif, yakni memiliki

kemampuan untuk melihat gambaran diri mengenai kelebihan dan

kekurangan diri sendiri, artinya mereka mampu untuk mengevaluasi diri (self-

awareness). Dari kemampuan tersebut akan menumbuhkan perasaan untuk

dapat menghargai diri sendiri (self-esteem), yang akhirnya akan membentuk

rasa percaya diri (self-confidence). Orang yang percaya diri akan memiliki rasa

optimis dan penuh harapan terhadap masa depannya.

2.1.4 Resiko Menarche Dini

Beberapa laporan penelitian menunjukkan, menarche dini memiliki resiko

lebih besar terhadap munculnya kanker pada wanita. Direktur Breast Cancer

Research Program di Amerika yang mengatakan bila terjadi haid pertama

sebelum usia 12 tahun, risiko kanker payudara meningkat 50% dibanding dengan

usia 16 tahun. Selain itu, karena hormon seksualnya lebih cepat berkembang,

secara fisik mereka juga menjadi lebih cepat dewasa. Sayangnya, perkembangan

tersebut tidak diiringi oleh perkembangan mental. Akibatnya anak-anak yang

mengalami menarche dini juga lebih berisiko mengalami gangguan psikologis dan

perilaku. Menurut Dr. Amarullah Siregar, ahli naturopati dari Klinik Bio-RX,

Jakarta, menarche dini juga menyebabkan produksi hormon kortisol meningkat

secara tajam. Padahal, kortisol merupakan ‘hormon kematian’. Jika kadarnya

terlalu tinggi, sel-sel di dalam tubuh akan lebih cepat dan terjadilah proses

penuaan dini (aging). Hormon dehidroepiandrosterone (DHEA) yang bertugas

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

13

mengatur sistem metabolisme dan fungsi kerja hormon seperti estrogen,

progesteron, testosteron, serta kortisol, juga menjadi lebih cepat ‘lelah’.

Kelelahan ini membuat proses metabolisme di dalam tubuh jadi terganggu.

Akibatnya, anak-anak yang mengalami menarche dini juga lebih berisiko

mengalami metabolic syndrome (Pratitasari, 2013).

2.1.5 Patofisiologi

Secara sederhana, diawali dari produksi GnRH yang berlebihan yang

menyebabkan kelenjar pituitary meningkatkan produksi luteinizing hormone (LH)

dan follicle stimulating hormone (FSH). Peningkatan jumlah LH menstimulasi

produksi hormon seks steroid oleh sel granul pada ovarium. Peningkatan kadar

esterogen menyebabkan fisik berubah dan mengalami perkembangan dini

meliputi pembesaran payudara serta mendorong pertumbuhan badan.

Peningkatan kadar FSH mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya

membantu pematangan folikel pada ovarium (Kumalasari dan Andyantoro,

2012).

2.2 Usia Menarche Normal

Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi

(menarche). Dalam 100 tahun terakhir ini usia menarche telah bergeser ke usia

yang lebih muda, dikarenakan meningkatnya kesehatan umum dan gizi. Saat ini

usia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi lebar, yaitu antara 10-16

tahun dengan rata-rata 12,5 tahun (Nugroho, 2014).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

14

Usia menarche dini atau biasanya <12 tahun menyebabkan masalah pada

remaja dan ketidaksiapan karena pematangan organ reproduksi yang kemudian

mengakibatkan dismenore. Kejadian dismenore dikarenakan belum mencapai

kematangan biologis (Wulandari & Ungsianik, 2013). Usia menarche <12 tahun

mempunyai efek jangka pendek terjadinya dismenore dan perlu diperhatikan

masalah kesehatannya yaitu kejadian dismenore (Proverawati & Misaroh, 2012).

2.3 Menstruasi

2.3.1 Pengertian

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Menstruasi atau haid

adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

endometrium. Terjadi saat lapisan dalam rahim luruh dan keluar (Proverawati &

Misaroh, 2012).

2.3.2 Siklus Menstruasi

Secara sederhana Sanjatmiko (2014) menjelaskan mekanisme terjadinya

haid, dimana menurutnya haid merupakan bagian dari proses regular yang

mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini

melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang

dikeluarkan oleh hipotalamus yaitu FSH (Folikel Stimulating Hormons) dan LH

(Luteinesing Hormons), kelenjar di bawah otak depan, dan indung telur. Pada

permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini

berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh jika perempuan itu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

15

hamil. Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormons) dan LH (Luteinesing Hormons)

memberi sinyal pada telur di dalam indungnya untuk mulai berkembang. Tak

lama kemudian, sebuah telur di lepaskan dari indungnya dan mulai bergerak

menuju tuba fallopi, terus ke rahim. Jika telur tidak dibuahi oleh sperma, lapisan

rahim dalam akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan

dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah dikenal sebagai periode

haid, berlangsung selama ± 3-7 hari.

Menurut Winkjosastro (2012) menerangkan bahwa pada tiap siklus haid

dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut:

1. Masa haid: selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan

pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah atau minimum.

2. Masa proliferasi: terjadi sampai hari ke-14. Pada waktu itu endometrium

tumbuh kembali, disebut dengan endometrium mengadakan proliferasi.

Antara hari ke 12-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut

ovulasi.

3. Sesudahnya dinamakan masa sekresi. Pada akhir masa ini endometrium

berubah kearah sel-sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh-

pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.

Siklus menstruasi pada wanita tidak sama, dengan varians normal antara

26-32 hari atau 28-35 hari. Oleh karena korpus luteum mempunyai umur sekitar

8-10 hari, dapat diperhitungkan terdapat pergeseran dari ovulasi (pelepasan

telur) yang mempengaruhi perhitungan masa subur. Mengetahui minggu subur

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

16

sangat penting berkaitan dengan upaya dapat hamil bagi yang menginginkan

atau menghindari hubungan seksual bagi yang ber-KB dengan sistem “pantang

berkala” (Winkjosastro, 2012).

Gambar 2.1 Siklus Menstruasi

2.4 Prementruasi (PMS).

2.4.1 Pengertian Premestruasi Syndrome (PMS)

Menstruasi adalah peristiwa paling penting pada masa pubertas remaja

putri dan merupakan penanda biologis terjadi kematangan seksual (Almatsier

dkk, 2011). Pada beberapa wanita, sebelum siklus menstruasi berlangsung akan

mengalami beberapa perubahan hormonal dan fisiologi menstruasi seperti, nyeri

payudara, kembung, dan perubahan psikologis yang biasa di sebut dengan

syndrome premenstruasi (Nelson, 2012).

Premestruasi syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis

dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80-95% wanita

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

17

mengalami gejala-gejala premenstruasi yang dapat menganggu beberapa aspek

dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi

secara regular pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang

begitu dimulainya mestruasi, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Syndrome

premenstruasi ini dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan

mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya (Sukarni & Wahyu, 2013).

Premenstrusi syndrome merupakan suatu keadaan yang menerangkan

bahwa sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus

menstruasi. Biasanya, gejala tersebut muncul pada 7-10 hari sebelum menstruasi

dimulai (Manan, 2011).

Syndrome premenstruasi adalah sakit, cepat tersinggung dan marah

tanpa alasan yang jelas sering dirasakan oleh beberapa perempuan pada hari-

hari menjelang menstruasi. Hal ini sering dianggap biasa oleh masyarakat.

Namun, jika ini dibiarkan dampaknya akan menganggu aktiviras sehari-hari,

menganggu hubungan dengan orang-orang terdekat, baahkan ada yang sampai

ingin bunuh diri, bila komdisi ini berlangsung selama tiga kali siklus menstruasi

berturut-turut. Jika ini dibiarkan maka akan menimbulkan gangguan yangt lebih

parah yang di sebut dengan disforia pramenstruasi PMDD (Laila, 2011).

Premenstruasi syndrome (PMS) merupakan kondisi kompleks dan tidak

begitu di mengerti yang terdiri atas satu atau lebih dari sejumlah gejala fisik dan

psikologis yang dimulai pada fase luteal dari siklus menstruasi yang terjadi hingga

pada derajat tertentu dapat mempengaruhi gaya hidup, pekerjaan dan aktivitas

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

18

lainnya. Sekitar 30-80% wanita mengalami gangguan suasana hati (mood) atau

somatis yang terjadi selama siklus menstruasi. Gejala yang sering timbul pada

PMS diantaranya pembengkakan perut, rasa penuh dalam panggul, edema pada

ekstermitas bawah, nyeri payudara dan penambahan berat badan. Perubahan

tingkah laku atau emosi, sakit kepala, kelelahan dan sakit pinggang (Lowdermilk,

2013).

Pada hakikatnya factor yang paling berpengaruh pada siklus menstruasi

salah satunya adalah ketidakseimbangan hormone dan salah satunya faktornya

adalah hormone terganggu diantaranya stress, penyakit, perubahan berat badan

dan gaya hidup (Ismail, 2015)

2.4.2 Penyebab Premenstruasi syndrome (PMS)

Sampai saat ini penyebab premenstruasi syndrome (PMS) belum bisa di

jelaskan secara ilmiah. Beberapa teori menyebutkan premenstruasi syndrome

(PMS) terjadi karena tidak keseimbangan hormone estrogen. Walaupun

demikian, premenstruasi syndrome baiasanya lebih muda terjadi pada wanita

yang lebih peka terhadap perubahan hormonal siklus haid (Nugroho & Utama,

2014).

Menurut Saryono dan Sejati (2010) penyebab dari premenstruasi

syndrome (PMS) adalah :

1. Faktor Hormonal

Premenstruasi syndrome (PMS) terjadi pada sekitar 70-90% wanita usia subur

dan lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun. Peran hormone

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

19

ovarium tidak begitu jelas, tetapi gejala premenstruasi syndrome (PMS)

sering berkembang ketika ovarium tertekan. Faktor hormonal yaitu terjadi

ketidakseimbangan antara hormone estrogen dan progesterone. Kadar

hormone estrogen sangat berlebihan dan melampaui batas normal

sedangkan kadar progesterone menurun. Hal ini dapat menyebabkan

perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan system pembawa pesan

yang menyampaikan pengeluaran hormone seks dalam sel.

2. Faktor Kimiawi

Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya premenstruasi syndrome

(PMS). Bahan-bahan kimia tertentu didalam otak seperti serotonin, berubah-

ubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat mempengaruhi suasana hati

yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan, ketertarikan,

kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur, agresif dan

peningkatan selera.

3. Faktor genetik

Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang sangat penting yaitu

insidensi prementruasi syndrome (PMS) dua kali lebih tinggi pada kembar

satu telur (monozigot) dibandingkan kemabar dua telur. Faktor genetic dapat

dilihat dari riwayat keluarga, sebuah penelitian menemukan bahwa ada

hubungan signifikan antara riwayat keluarga dengan PMS (Abdillah, 2010)

dan dari hasil penelitian Amjad, dkk (2014) terdapat hubungan antara riwayat

ibu dan saudara kandung perempuan dengan kejadian PMS. Dimana

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

20

seseorang yang memliki ibu atau saudra kandung perempuan yang

mengalami PMS lebih banyak yang menderita PMS dari pada yang tidak

memiliki saudara kandung.

4. Faktor psikologis

Faktor psikis yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap keadaan hormon

seseorang sehingga dapat mempengaruhi terjadinya premenstruasi syndrome

(PMS). Gejala-gelaja premenstruasi akan semakin meningkat jika di dalam diri

seorang wanita mengalami tertekan.

5. Faktor gaya hidup

Faktor gaya hidup didalam diri seseorang terhadap pengaturan pola makan

juga memengang peran yang tidak kalah penting. Makan terlalu banyak atau

terlau sedikit sangat berperan terhadap gejala-gejala premenstruasi

syndrome (PMS).

Faktor gaya hidup yang berhubungan dengan PMS terdiri atas aktivitas fisik,

pola tidur, asupan zat gizi mikro dan status gizi (Masho dkk, 2005).

2.4.3 Gejala Premenstruasi syndrome (PMS)

Gejala PMS biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari sebelum

menstruasi, meskipun beberapa perempuan terkadang mengalami gejala-gejala

tersebut sampai siklus menstruasi berakhir. Meskipun tidak ada ada tes untuk

membuktikan keberadaan PMS, namun bagi perempuan yang pernah

mengalaminya tahu bahwa PMS itu nyata. Gejala-gejala PMS ini diperkirakan

disebabkan oleh fluktuasi kadar hormone menjelang menstruasi (Riyanto, 2011).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

21

Menurut Ernawati (2017) menyatakan bahwa gejala premenstruasi

syndrome merupakan sekumpulan gejala yang meliputi gejala fisik, mental dan

perilaku. Secara definisi gejala ini terjadi beberapa hari terjadi sebelum

menstruasi serta akan menghilang pada hari pertama atau kedua haid. Menurut

penelitian 3-8% mungkin mengalami gangguan yang lebih berat yang di sebut

PMDD (Premenstruasi Dysphoric Disorder). PMS dan PMDD tidak sama, wanita

dengan PMDD dapat mengalami depresi sampai seminggu atau lebih sebelum

dapat haid, sedangkan premenstruasi syndrome lebih pendek durasinya, lebih

ringan, dan gejalanya lebih ke arah fisik.

Gejala yang sering terjadi menurut Departement of Health and Human

Services di USA (2009), berdasarkan chart PMS Symptoms Tracker yaitu

berjerawat, payudara bengkak dan nyeri tekan, merasa lelah tanpa sebab,

mempunyai masalah tidur, kelainan perut (kram, nyeri, merasa penuh dan

kembung), badan dan ekstermitas membengkak, konstipasi atau diare, nyeri

kepala atau punggung, perubahan selera makan atau selera makan tinggi, nyeri

pada sendi atau otot, susah konsentrasi atau susah mengingat, ketengangan

mudah marah, perubahan mood atau ingin menangis, cemas, gelisah, panic atau

depresi.

Menurut Pawesti & Untari (2015), Gejala premenstruasi syndrome (PMS)

bermacam macam pada setiap wanita, dan terjadi hampir mempengaruhi

seluruh tubuh manusia.

1. Behavior Symptoms

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

22

Perubahan tingkah laku ini biasanya meliputi: Lelah, Insomnia (Susah

Tidur), Makan Berlebihan, Perubahan Gairah (Libido).

2. Psychologic Symptoms

Perubahan ini biasanya cenderung mengalami seperti: Mudah

tersinggung, Mudah marah, Depresi, Mudah sedih, Cenggeng, Cemas, Susah

konsentrasi, Binggung, Sulit istirahat, Merasa kesepian, agresif dan tertekan.

3. Physical Symptoms

Gejala fisik ini di rasakan seperti :

a. Gastrointestinal: sakit kepala, perut kembung, perubahan nafsu makan,

daerah panggul terasa berat tertekan, mual, muntah, perubahan berat

badan dank ram abdominal.

b. Payudara: payudara terasa penuh, bengkak, mengeras dan nyeri.

c. Permasalah pada kulit: kulit wajah, leher tampak merah dan terasa

terbakar dan tumbuh jerawat.

d. Vaskuler dan neurologi: pusing, pingsan, tidak bertenaga, sakit kepala,

lelah, nyeri sendi.

2.4.4 Jenis-Jenis Premenstruasi syndrome (PMS)

Menurut Abraham dalam Saryono dan Sejati (2010), jenis premenstruasi

syndrome antara lain :

a. Pre-menstruasi syndrome (PMS) tipe A (Anxiety)

Pre-menstruasi syndrome (PMS) tipe A ditandai dengan gejala seperti rasa

cemas, sensitive, saraf tegang, perasaan labil, gejala ini timbul akibat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

23

ketidak seimbangan hormone estrogen dan progesterone. Pada penderita

ini sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi

atau membatasi minum kopi.

b. Pre-menstruasi syndrome (PMS) tipe H (Hyperhydration)

Pre-menstruasi syndrome (PMS) tipe H ditandai dengan gejala edema

(pembengkakan) perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan

pada tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid.

Pembengkakan haid itu terjadi akibat berkumpulnya air dalam dan

jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan gula dan garam

pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

c. Pre-menstruasi syndrome (PMS) tipe C (Craving)

Pre-menstruasi syndrome (PMS) tipe C ditandai dengan rasa lapar Ingin

mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan

karbohidrat sederhana (biasanya gula). Rasa ingin menyantap makanan

manis dapat di sebabkan oleh stress, tinggi garam dalam diet makan tidak

terpengaruhinya asam lemak esensional (omega 6), kurangnya

magnesium.

d. Pre-menstruasi syndrome (PMS) tipe D (Depression)

Pre-menstruasi syndrome (PMS) tipe D ditandai dengan gejala rasa

depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit

dalam mengucapkan kata-kata, kadang-kadang mubcul rasa ingin bunuh

diri atau mencoba bunuh diri.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

24

2.4.5 Faktor Resiko Premenstruasi syndrome (PMS)

Premenstruasi syndrome (PMS) biasanya terjadi pada wanita yang lebih

peka terhadap perubahan hormonal dan siklus menstruasi (Saryono dan Sejati,

2010) beberapa faktor yang meningkatkan terjadi premenstruasi syndrome

adalah :

1. Wanita yang pernah melahirkan, premenstruasi syndrome akan lebih berat

jika setelah melahirkan beberapa anak, terutama kehamilan dengan

komplikasi toksemia.

2. Status perkawinan, wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami

premenstruasi syndrome di banding dengan wanita yang belum menikah.

3. Usia, semakin bertambahnya usia, terutama antar 30-45 tahun.

4. Faktor stress akan memperberat gangguan premenstruasi syndrome hal ini

akan mempengaruhi kejiwaan dan koping dalam menyelesaikan masalah.

5. Diet, kebiasaan makan tinggi gula juga akan memperparah premenstruasi

syndrome.

6. Kekurangan zat-zat gizi, seperti kurang vitamin c, magnesium, dan zat besi.

Kebiasaan merokok dan minuman beralkohol juga dapat memperparah

premenstruasi syndrome.

2.4.6 Penanganan Premenstruasi syndrome (PMS)

Menurut Sylvia (2010), terapi premenstruasi syndrome dibagi menjadi

tiga kategori, yaitu :

1. Terapi Obat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

25

Menggunakan analgesic (yang dapat di beli bebas). Pengobatan

premenstruasi syndrome dapat menggunakan analgesic (obat penghilanag

rasa sakit) dan bersifat simptomatis, hanya membantu mengatasi rasa nyeri

dan gejala sedang lainnya serta bersifat sementara. Analgesic yang di jual

bebas seperti parasetamol, asetaminofen dapat digunakan untuk mengatasi

nyeri. Namun analgesic yang di jual bebas tidak efektif terhadap beberapa

gejala fisik atau emosional yang lebih parah.

2. Menggunakan anti depresi

Obat anti depresi seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs)

dapat digunakan setiap hari sebelum menstruasi. SSRIs membantu

mengurangi dampak perubahan hormone pada zat kimiawi otak

(neurotransmitter), misalnya serotonin. Selain itu, anti depresi non SSRIs juga

dapat di gunakan untuk pengobatan premenstruasi syndrome. Penggunaan

kedua obat jenis ini harus dengan pengawasan dan resep dokter.

3. Vitamin B6

Vitamin B6 berperan sebagai kofaktor dalam proses akhir

pembentukan neurotransmitter, yang akan mempengaruhi system endokrin

otak agar menjadi lebih baik.

4. Mengunakan kontrasepsi oral

Pil kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi progestin-

drospirenon dapat membantu mengatasi berbagai gejala premenstruasi

syndrome yang parah atau berat.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

26

5. Psikoterapi

Psikoterapi, merupakan suatu pengobatan yang di berikan dengan

cara-cara psikologik. Untuk premenstruasi syndrome dapat di berikan berupa:

a. Terapi relaksasi

b. Kognitif perilaku

c. Psikoterapi dinamik

Terapi relaksasi bermanfaat meredakan secara relatif cepat

ketegangan yang dialami seorang perempuan saat mengalami PMS, namun

hal itu dapat dicapai bagi yang telat berlatih setiap hari. Prinsipnya adalah

melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat lalu mengeluarkannya

secara perlahan-lahan), mengendurkan seluruh otot tubuh dan mensugesti

pikiran kearah konstruktif atau yang di inginkan akan di capai. Dalam proses

terapi, dokter akan membimbing seorang perempuan melakukan ini secara

perlahan-lahan, biasanya 20-30 menit atau lebih lama lagi. Setelah iu,

perempuan tersebut diminta untuk melakukannya sendiri dirumah setiap

hari,sehingga bila PMS muncul tubuh sudah siap bila di ajak untuk rileks dan

santai (Sylvia, 2010).

Selain itu di berikan pula salah satu dari terapi kognitif perilaku dan

psikoterapi dinamik. Pemilihan ini berdasarkan kondisi saat itu, motivasi

individu dan kepribadiaanya, serta tentunya pertimbangan dokter yang akan

melakukannya. Kedua jenis terapi ini akan berhasil bila motivasi individu yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

27

akan dibantu itu tinggi serta bersedia bekerja sama dengan terapis atau

dokternya (Sylvia, 2010).

Pada kognitif perilaku, individu diajak untuk besama-sama melakukan

restrukturisasi kognitif, yaitu membentuk kembali pola perilaku dan pikiran

yang irasional dan menggatinya dengan yang lebih rasional. Terapi biasanya

berlangsung 30-45 menit. Individu kemudian diberi pekerjaan rumah yang

harus dibuat setiap hari. Pekerjaan rumah ini akan dibahas pada kunjungan

berikutnya. Biasanya terapi ini memerlukan 10-15 kali pertemuan, bisa kurang

dari itu namun dapat pula lebih, tergantung pada kondisi individu yang

mengalaminya (Andrews, 2011).

Pada psikoterapi dinamik, individu diajak untuk lebih memahami diri

dan kepribadiannya, bukan sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada

biasanya individu lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak

mendengar, kecuali pada individu yang benar-benar pendiam, maka dokter

yang lebih aktif. Hal ini tentu memerlukan kerjasama yang baik antara individu

dengan dokternya, serta kesabaran kedua belah pihak.

2.4.7 Pencengahan Prementruasi Syndrome (PMS)

Menurut Andrews (2011), terdapat 4 cara pencegahan PMS, yaitu:

1. Edukasi dan konseling

Tatalaksana pertama kali adalah menyainkan seorang wanita bahwa

wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi.

Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

28

memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya

premenstruasi syndrome untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga

dapat mengantispasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi

sedang terjadi.

2. Modifikasi gaya hidup

Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendisdikusikan

masalahnyadengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun

keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat di hindari apabila

pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi

tidak stabil wanita tersebut.

3. Diet

Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat

mencegah edema pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi)

juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur).

Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena

berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan

pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat badan, karena berat badan

yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita premenstruasi

syndrome (PMS).

4. Obat-obatan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

29

a. Apabila gejala premenstruasi syndrome begitu hebatnya sampai

menganggu aktifitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil

dan perlu di bantu dengan obat-obatan.

b. Asam mefenamat (500mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat

mengurangi gejala premenstruasi syndromeseperti dismenorhea dan

menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam

mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitive dengan aspirin

atau memiliki resiki ulkus peptikum.

c. Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada

wanita yang merasakan kecemasan, ketengangan berlebihan, maupun sulit

tidur.

Menurut Barizad (2015) dampak gejala PMS, yang tidak di tangani dengan

baik antara lain :

1. Mengakibatkan stress fisik dan psikis. Jika dilakukan penangganan terhadap

stres tersebut maka dapat mengakibatkan deplesimagnesium. Deplesi itu

dapat mengakibatkan kerapuhan tulang dan meningkatnya resiko patah

tulang akibat tulang yang kropos menjadi lebih besar.

2. PMS yang sudah parah tidak di tangani dengan baik dapat berlanjut menjadi

PMS Dysphoric Disorder (PMDD) menyatakan bahwa wanita yang

mengalami PMDD mengalami kegagalan penyesesuaian sosial dan

pengurangan kualitas kehidupan. Kegagalan ini berupa gangguan pada diri

kita sendiri berupa emosi yang tidak stabil dan rasa cepat marah. Kondisi ini

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

30

menyebabkan wanita tersebut menjadi lebih sering marah ketika mengalami

menstruasi sehingga membuat orang lain tidak nyaman untuk berinteraksi.

2.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Premenstruasi Syndrome

Adapun faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya PMS, antara lain :

2.5.1 Hubungan Usia Menarce Dengan Kejadian Premenstruasi syndrome

(PMS).

Menurut (Trihono, 2013) menarche merupakan hal wajar untuk

perempuan, di Indonesia usia menarche rata-rata terjadi pada usia 13 tahun,

kemudian menstruasi yang lebih awal terjadi pada saat umur kurang dari 9 tahun

dan kejadian lebih lambat terjadi sampai umur 20 tahun. Wanita yang

mengalami menstruasi pertama sering dibuat gelisah karena mental yang kurang

siap dan perubahan hormonal. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi usia.

Menarche dapat menimbulkan berbagai masalah salah satunya yaitu

keluhan nyeri saat menstruasi atau yang biasa disebut dismenore. Dismenore

yaitu suatu kondisi yang dirasakan saat sebelum atau pada saat menstruasi yang

ditandai dengan rasa nyeri atau kram pada perut bagian bawah yang timbul

karena kontraksi pada distrimik miometrium yang berupa nyeri dan bukan

karena suatu penyakit tertentu (Trimayasari & Kuswandi, 2014).

Usia menarche dini atau biasanya <12 tahun menyebabkan masalah pada

remaja dan ketidaksiapan karena pematangan organ reproduksi yang kemudian

mengakibatkan dismenore. Kejadian dismenore dikarenakan belum mencapai

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

31

kematangan biologis (Wulandari & Ungsianik, 2013). Usia menarche <12 tahun

mempunyai efek jangka pendek terjadinya dismenore dan perlu diperhatikan

masalah kesehatannya yaitu kejadian dismenore (Proverwati & Misaroh, 2012).

Dismenore primer dipengaruhi oleh usia wanita itu sendiri. Pada usia 20-

22 tahun, usia ini kemungkinan banyak terjadinya dismenore primer karena

statusnya yang belum menikah dan juga belum melakukan hubungan seksual.

Semakin bertambahnya usia maka semakin melebar leher rahim sehingga sekresi

hormon prostaglandin akan berkurang. Menurunnya fungsi saraf rahim karena

penuaan akan menghilangkan dismenore primer nantinya (Novia & Puspitasari,

2012).

2.5.2 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Premenstruasi syndrome (PMS).

Status gizi merupakan keadaan keseimbangan dalam tubuh yang

merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi merupakan hal yang penting

dari kesehatan manusia. Status gizi manusia dapat mempengaruhi fungsi organ

tubuh salah satunya adalah fungsi reproduksi (Waryana, 2010).

Remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik dengan cara

mengkonsumsi makanan seimbang. Asupan gizi yang baik akan mempengaruhi

pembentukan hormon-hormon yang terlibat dalam menstruasi yaitu hormon FSH

(Follicle-Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), estrogen dan juga

progesteron. Hormon FSH, LH dan estrogen bersama-sama akan terlibat dalam

siklus menstruasi, sedangkan hormon progesteron mempengaruhi uterus yaitu

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

32

dapat mengurangi kontraksi selama siklus haid (Trimayasari dan Kuswandi,

2013).

Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan

ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein.

Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro

(Notoatmodjo, 2012). Kekurangan zat gizi tersebut akan mempengaruhi status

kesehatan seseorang yang mempengaruhi fungsi organ tubuh. Salah satu

dampak akibat kekurangan zat gizi tersebut akan menyebabkan gangguan organ

reproduksi pada wanita. Gangguan perkembangan organ reproduksi ini dapat

berupa gangguan saat menstruasi yang disebut sindrom pra menstruasi

(Dharmady 2010).

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam

satuan kilogram dengan tinggi badan satuan meter kuadrat (Supariasa, 2012).

��� = ������(��)

���������(�)����������(�)

Saat ini untuk mengetahui status gizi remaja dalam dalam masa

pertumbuhan dapat menggunakan IMT berdasarkan umur. IMT/U merupakan

cara atau alat untuk memantau status gizi anak yang berusia 5 hingga 19 tahun.

Nilai IMT normal untuk kelompok umur yang berbeda tergantung nilai dari Z

score IMT nya. Untuk mengetahui nilai IMT/U langkah pertama hitung terlebih

dahulu IMT nya kemudian hasil perhitungannya diklasifikasikan menurut tabel

IMT/U menurut Z-score (Dwi, 2011).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

33

Menurut WHO (2012), klasifikasi IMT anak dan remaja dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT/Umur

Kategori Z Score

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus ≥ -3 SD sampai ≤ -2 SD

Normal -2 SD sampai +2 SD

Overweight ≥ +2 SD sampai ≤ +3 SD

Obesitas >+3 SD

Sumber: WHO (2012)

2.5.3 Hubungan Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Premenstruasi syndrome

(PMS).

Genetik merupakan faktor yang memainkan peran penting pada kejadian

PMS. Dimana, gen sangat erat kaitannya dengan insidens PMS, yang biasanya

terjadi dua kali lebih tinggi (93%) pada kembar satu telur disbanding kembar dua

telur (44%) (Mahmood, 2012). Hal ini dikarenakan faktor genetic ini memiliki

kaitannya yang sangat erat dengan perubahan hormone dan serotonin di dalam

tubuh. Penelitian terbaru pada prilaku manusia, telah meneliti peran genetic

dalam etiologi dari PMS, dimana terdapat varian pada gen reseptor alpha yang

dapat mnyebabkan resiko kejadian PMS.

2.5.4 Hubungan Pola Olah Raga (Aktifitas Fisik) Dengan Kejadian Premenstruasi

syndrome (PMS).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

34

Olah raga berupa lari dikatakan dapat mengurangi keluhan. Berolahraga

dapat mengurangi stress dengan cara memilih waktu untuk keluar dari rumah

dan pelampiasan untuk melepas marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa

wanita mengatakan pada saat dia mengenal PMS dapat membuat relaksasi dan

tidur di malam hari.

Aktifitas fisik merupakan faktor yang dapat mengurangi rasa sakit akibat

PMS, sehingga apabila aktifitas fisik rendah dapat meningkatkan keparahan dari

PMS, seperti rasa tegang, emosi, dan depresi. Sebuah teori menyebutkan dengan

adanya aktifitas fisik akan meningkatkan produksi endorphin sehingga

menurunkan kadar estrogen dan hormone steroid lainnya. Memperlancar

transpor oksigen di otot, menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan prilaku

psikologis (Young, 2014).

Menjaga berat badan merupakan salah satu penangganan PMS, karena

berat badan yang berlebihan dapat meaningkatkan resiko menderita PMS

(Widayati, 2014). Hasil penelitian menunjukan peluang terjadinya PMS lebih

besar pada wanita yang tidak melakukan olah raga rutin dari pada wanita yang

sering melakukan olah raga. Karena olah raga sangat berpengaruh terhadap

terjadinya PMS. Menyatakan bahwa aktifitas olahraga yang teratur dan

berkelanjutan berkontribusi untuk meningkatkan produksi dan pelepasan

endorphin. Endorphin memerankan peran dalam pengaturan estrogen. Wamita

yang mengalami PMS, terjadi karena kelebihan estrogen, kelebihan estrogen

dapat di cegah dengan meningkatnya endorphin. Hal ini membuktikan olah raga

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

35

yang teratur dapat mencegah atau mengurangi PMS, pada wanita yang

melakukan olahraga secara rutin hormone estrogen akan lebih tinggi sehingga

kemungkinan akan terjadi PMS lebih besar.

Berdasarkan takaran yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia frekuensi olah raga yang dapat dilakukan 3-5 kali dalam

seminggu, dalam waktu 20-30 menit sedangkan Nurlela at al (2013) melakukan

pengukuran terhadap aktivitas olah raga pada masyarakat umum, rutinitas di

ukur berdasarkan aktivitas rutin minimal 1 kali setiap minggu dengan waktu 15-

60 menit.

2.6 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan kepustakaan maka kerangka pemikiran didasarkan :

Premenstruasi syndrome

(PMS)

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis berdasarkan Masho et

all (2005) dan Saryono dan Sejati (2010)

Masho et al., (2015)

Faktor Biologi :

1. Umur

2. Ras

3. Umur

menarche

4. Lama

menstruasi

5. Status Gizi

6. Riwayat

Keluarga

Faktor Prilaku :

1. Stress

2. Perilaku makan

3. Aktifitas fisik

Faktor Sosial :

1. Pendidikan

2. Sosial ekonomi

Saryono dkk, (2010)

Penyebab PMS :

1. Faktor Hormonal

2. Faktor Kimiawi

3. Faktor Genetik

4. Faktor Psikologis

5. Faktor gaya hidup

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

36

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan analisis kejadian premenstruasi syndrome (PMS) Pada Siswi

SMPN 1 Jeumpa Kabupaten Aceh Barat Daya faktor yang mempengaruhi masalah

premenstruasi syndrome pada usia reproduksi menurut para ahli, maka peneliti

dapat menggambarkan kerangka penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangkap Konsep

3.2 Variabel Penelitian

1. Variabel independen meliputi usia menarce, status gizi, riwayat

keluargaa dan aktifitas fisik.

2. Variabel dependen meliputi premenstruasi syndrome (PMS).

Premenstruasi Syndrome

(PMS)

Usia Menarce

Status Gizi

Riwayat keluarga

Aktifitas Fisik

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

37

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasinal

N

O

Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

Variabel Dependen

1. Premenstruasi

syndrome

Kumpulan keluhan dan

gejala fisik, emosional dan

perilaku yang terjadi pada

wanita reproduksi, yang

muncul secara siklik dalam

rentang waktu 7-10 hari

sebelum menstruasi dan

hilang setelah darah keluar

pada tingkatan yang

mampu mempengaruhi

gaya hidup dan aktivitas

siswi.

Menyebark

an angket

yang

berisikan 10

pertanyaan

Angket - Ada jika

� ≥ 12,8

- Tidak Ada

jika

� < 12,8

Ordinal

Variabel Independen

1. Usia Menarce Usia pertama kali remaja

mendapatkan menstruasi

Menyebark

an angket

yang

berisikan 1

pertanyaan

Angket - Dini jika

usia <12

tahun

- Normal

jika usia

12 – 20

tahun

Ordinal

2. Status Gizi Suatu ukuran mengenai

kondisi tubuh seseorang

yang dapat dilihat melalui

pengukuran antropometri

Melakukan

Pengukuran

- Pengukur

Tinggi

Badan

-Timbangan

merk GEA

Normal jika

-2SD s.d

+2SD

Tidak

Normal jika

IMT <-2SD

atau >+2SD

Ordinal

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

38

3.

Riwayat

keluarga

Ada atau tidaknya anggota

keluarga (ibu/atau saudara

kandung perempuan) yang

memiliki riwayat

mengalami PMS yang

sampai menganngu

aktifitas harian, yang di

ketahui berdasarkan

pengakuan ibu atau

saudara kandung

perempuan.

Menyebarka

n angket

yang

berisikan 1

pertanyaan

Angket - Ada

- Tidak Ada

Ordinal

4. Aktifitas fisik Kegiatan atau aktifitas

yang dilakukan sehari-hari

untuk pembakaran kalori

Menyebarka

n angket

yang

berisikan 16

pertanyaan

Angket - Ringan

- Sedang

- Berat

Ordinal

3.4 Pengukuran Variabel Penelitian

Untuk memperoleh hasil ukur penelitian dilakukam dengan cara sebagai

berikut:

1. Pre menstruasi syndrome

a. Ada : jika hasil jawaban responden ≥ 12,8

b. Tidak Ada : jika hasil jawaban responden < 12,8

2. Usia Menarche

a. Dini : jika hasil jawaban usiaMenarce < 12 tahun

b. Normal : jika hasil jawaban usia menarche ≥ 12 tahun

3. Status Gizi

a. Normal : jika hasil IMT jika -2SD s.d +2SD

b. Tidak Normal : jika hasil IMT responden <-2SD atau >+2SD

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

39

4. Riwayat keluarga

1. Ada : jika terdapat anggota keluarga memiliki riwayat

gejala PMS

2. Tidak Ada : jika terdapat anggota keluarga yang tidak memiliki

riwayat gejala PMS

5. Aktifitas fisik

a. Ringan (rerata < 600 METs-menit);

b. Sedang (rera ta 600 - <1500 METs-menit);

c. Berat (rerata ≥ 1500 METs-menit

3.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ha : Ada hubungan antara usia menarche dengan analisis premenstruasi

syndrome pada siswi kelas 3 SMPN 1 jeumpa tahun 2019

Ho: Tidak ada hubungan antara usia menarche dengan analisis pre

menstruasi syndrome pada siswi kelas 3 SMPN 1 jeumpa tahun 2019

2. Ha : Ada hubungan antara status gizi dengan analisis pre menstruasi

syndrome pada siswi kelas 3 SMPN 1 jeumpa tahun 2019

Ho : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan analisis pre menstruasi

syndrome pada siswi kelas 3 SMPN 1 jeumpa tahun 2019

3. Ha : Ada hubungan riwayat keluarga dengan analisis pre menstruasi

syndrome pada siswi kelas 3 SMPN 1 jeumpa tahun 2019

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menarche

40

Ho : Tidak ada hubungan riwayat keluarga dengan analisis pre menstruasi

syndrome pada siswi kelas 3 SMPN 1 jeumpa tahun 2019

4. Ha : Ada hubungan aktifitas fisik dengan analisis pre menstruasi syndrome

pada siswi kelas 3 SMPN 1 jeumpa tahun 2019

Ho : Tidak ada hubungan aktifitas fisik dengan analisis pre menstruasi syndrome

pada siswi kelas 3 SMPN 1 jeumpa tahun 2019