bab ii tinjauan pustaka 2.1. landasan teori 2.1.1. bank

41
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank 2.1.1.1. Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2012: 68) Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Bank memiliki fungsi sebagai penghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan yang dapat digunakan sebagai penjamin ketersediaan dana bagi pembangunan ekonomi suatu negara (Kasmir, 2012: 9). Kepercayaan dari masyarakat menjadi faktor utama dalam menjalankan bisnis perbankan terutama lembaga bank umum hal itu dikarenakan bank juga sebagai industri yang dalam kegiatannya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank juga perlu diperhatikan (Merkusiwati, 2007). Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dan bank itu sendiri dianggap sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Bank

2.1.1.1. Pengertian Bank

Menurut Kuncoro (2012: 68) Bank merupakan

lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun

dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat

dalam bentuk kredit serta jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang. Bank memiliki fungsi sebagai penghimpun dana

masyarakat dalam bentuk simpanan yang dapat digunakan

sebagai penjamin ketersediaan dana bagi pembangunan ekonomi

suatu negara (Kasmir, 2012: 9). Kepercayaan dari masyarakat

menjadi faktor utama dalam menjalankan bisnis perbankan

terutama lembaga bank umum hal itu dikarenakan bank juga

sebagai industri yang dalam kegiatannya mengandalkan

kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank juga

perlu diperhatikan (Merkusiwati, 2007).

Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai

perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak

yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang

membutuhkan dana (deficit unit) dan bank itu sendiri dianggap

sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

pembayaran. Sebagai industri yang dalam kegiatan usahanya

mengandalkan kepercayaan masyarakat, memelihara tingkat

kesehatan dan kinerja bank menjadi penting untuk dilakukan

(Merkusiwi, 2007).

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bank

adalah suatu lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan

dana dengan pihak yang kekurangan dana, dimana tugas

pokoknya adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Bank juga

merupakan lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan

dan peredaran uang.

2.1.1.2. Jenis-jenis Bank

Jenis-jenis bank menurut Kasmir (2012:31) dapat

ditinjau dari berbagai segi, antara lain :

a. Dilihat dari Segi Fungsinya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

Berdasarkan (Undang-undang Republik Indonesia

No.10 Tahun 1998) jenis perbankan terdiri dari dua jenis

yaitu :

1. Bank Umum

Pengertian bank umum sesuai dengan UU No. 10

Tahun 1998 tentang Perbankan adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa

yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat

memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum

sering disebut dengan bank komersil (commercial bank).

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu

jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha

mikro, kecil dan menengah dengan lokasi yang pada

umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang

membutuhkan.

b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Menurut Kasmir (2012:31) jenis bank yang ditinjau

dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang

memiliki bank tersebut. Adapun kepemilikan ini dapat dilihat

dari akta pendirian penguasa saham yang dimiliki bank

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

bersangkutan. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah

sebagai berikut :

No Pemilik Bank Penjelasan Kepemilikan

1 Pemerintah suatu bank yang akte pendirian

maupun modalnya dimiliki oleh

pemerintah sehingga seluruh

keuntungan bank ini dimiliki oleh

pemerintah pula.

2 Swasta

Nasional

Seluruh atau sebagian besar saham

dari bank jenis ini dimiliki oleh

swasta nasional serta akte

pendiriannya pun didirikan oleh

swasta, begitu pula pembagian

keuntungan untuk keuntungan swasta

pula.

3 Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari

bank yang ada di luar negeri baik

milik swasta asing atau pemerintah

asing.

4 Campuran Saham bank campuran dimiliki oleh

pihak asing dan pihak swasta nasional

yang secara mayoritas kepemilikan

sahamnya dipegang oleh warga

negara Indonesia.

5 Koperasi bank yang kepemilikan saham-

sahamnya dimiliki oleh perusahaan

yang berbadan hukum koperasi.

c. Dilihat dari Segi Status (Area Operasionalnya)

Dilihat dari segi kedudukan atau status

menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani

masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun

kualitas pelayanannya untuk memperoleh status tertentu

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Jenis

bank dilihat dari segi status operasional adalah sebagai

berikut (menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998) :

1. Bank Devisa

Merupakan bank yang melaksanakan transaksi ke luar

negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing

secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri,

inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan

pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya.

2. Bank non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin

melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga

tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank

devisa.

d. Dilihat dari segi Penciptaan Uang

Berdasarkan dari segi penciptaan uang, menurut

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 bank dibedakan menjadi

2 jenis yaitu :

1. Bank Primer

Bank primer ialah bank yang dapat menciptakan uang

kartal (logam maupun kertas) dan uang giral (cek maupun

bilyet giro). Pencipta uang kartal hanya hak murtal Bank

Indonesia, sedangkan penciptaan uang giral dilakukan

oleh bank primer lainnya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

2. Bank Skunder

Bank Skunder ialah bank yang tidak menciptakan uang

kartal, bank ini hanya berperan atau bertugas sebagai

perantara kredit dan simpan pinjam saja

e. Dilihat dari segi cara Menentukan Harga

Berdasarkan cara menentukan harga, menurut

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 bank dapat dibedakan

dalam dua jenis, yaitu :

1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Bank jenis ini menggunakan sistem bunga dalam

menentukan harga jual, misalnya untuk produk simpanan.

2. Bank yang berasarkan prinsip syariah

Dalam menentukan harganya, bank jenis ini

menggunakan sistem bagi hasil. Misalnya dalam

penetapan pembagian keuntungan hasil tabungan

mudarobah pada nasabah.

Dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis bank sangat

beragam jika dilihat dari segi fungsinya bank terbagi menjadi

dua yaitu bank Umum dan bank Perkreditan Rakyat (BPR)

sedangkan dilihat dari segi kepemilikannya bank bank dibagi

menjadi lima, yakni bank milik pemerintah, bank milik swasta

nasional, bank milik asing, bank milik campuran dan bank milik

koperasi. Dilihat dari segi area operasionalnya bank dibagi

menjadi dua yaitu bank devisa dan bank non devisa. Dilihat dari

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

segi pencipta uang bank dibagi menjadi dua yaitu bank primer

dan bank sekunder. Dilihat dari segi menentukan harga bank

dibagi menjadi dua yaitu bank konvensional dan bank syariah.

2.1.1.3. Kegiatan Bank

Kegiatan bank menurut Kasmir (2014:36) adalah

sebagai berikut :

a. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk :

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Merupakan simpanan pada bank dimana penarikannya

dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau

bilyet giro.

2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Yaitu simpanan pada bank yang penarikannya dapat

dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah

dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan,

buku tabungan, kartu ATM atau sarana penarikan lainnya.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya

sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik

dengan bilyet deposit atau sertifikat deposito.

b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk

kredit seperti :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

1. Kredit Investasi adalah kredit yang diberikan kepada para

investor untuk investasi yang penggunaannya jangka

panjang

2. Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang diberikan

untuk membiayai kegiatan suatu usaha dan biasanya

bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi

perdagangan.

3. Kredit Perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada

para pedagang, baik agen-agen maupun pengecer

4. Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan

untuk dikonsumsikan atau dipakai untuk keperluan

pribadi.

5. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk

menghasilkan barang atau jasa

c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang

(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari

dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang

berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit,

safe deposit box, bank garansi dan jasa-jasa bank lainnya

yang merupakan jasa pendukung dari kegiatan-kegiatan

pokok bank yaitu menghimpun menyalurkan dana.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

Menurut Budisantoso (2013:111) kegiatan-kegiatan

usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) adalah :

a. Menghimpun dana yang bersumber dari masyarakat dalam

bentuk tabungan, simpanan berupa deposito berjangka atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Membeli kredit

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan

prinsip syariat sesuai peraturan yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), tabungan atau deposito berjangka pada bank

lain

Dapat disimpulkan bahwa selain menghimpun dan

menyalurkan dana ke masyarakat bank juga memberikan

berbagai macam jasa seperti pengiriman uang (transfer),

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota

(clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar

kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit, safe deposit box,

dan lain-lain.

2.1.1.4. Sumber Dana Bank

Menurut Kasmir (2008:61) “sumber-sumber dana bank

adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

membiayai kegiatan operasinya”. Dapat dibedakan menjadi 3

sumber yaitu :

a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Sumber dana ini berasal dari dalam bank, baik pemegang

saham maupun sumber lain. Sumber dana dari bank itu

sendiri terdiri dari :

b. Setoran modal dari pemegang saham

Dalam hal ini pemilik saham dapat menyetor dana atau

membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.

c. Cadangan-cadangan bank

Yaitu cadangan-cadangan laba tahun lalu yang tidak dibagi

kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini digunakan

untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

d. Laba bank yang belum dibagi

Merupakan laba yang belum dibagikan pada tahun yang

bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal

untuk sementara waktu.

e. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk

membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.

Sumber dana ini diperoleh dari pinjaman bank lain maupun

lembaga keuangan lain kepada bank.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

f. Dana yang berasal dari masyarakat luas

Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga

yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai

nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.

Sedangkan menurut Hasibuan (2009:100)

mengemukakan bahwa sumber pendapatan bank berasal dari :

a. Pendapatan bunga (Interest Income)

b. Pendapatan non bunga (Fee Based Income)

c. Bunga kredit yang disalurkan oleh bank yang bersangkutan

d. Ongkos-ongkos lalu lintas pembayaran

e. Penjualan buku cek, bilyet giro, setoran dan bilyet deposito

f. Sewa safe deposito box

g. Komisi dan provisi

h. Jual beli valas

i. Penjualan inventaris yang telah disusut habis

j. Call money market

k. Agio saham

l. Dan lain-lain

Dapat disimpulkan bahwa sumberdana bank tidak

hanya berasal dari bank itu sendiri melainkan juga dari setoran

modal pemegang saham, cadangan-cadangan bank, laba bank

yang belum dibagi dan lain-lain.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

2.1.2. Fee Based Income

2.1.2.1. Pengertian Fee Based Income

Fee Based Income menurut Lapoliwa (2000:195)

dalam buku “Akuntansi Perbankan” adalah tujuan dari

pemberian jasa-jasa ini selain untuk mengembangkan pangsa

pasar bank juga untuk meningkatkan pendapatan bank dalam

bentuk komisi. Sedangkan menurut Kasmir (2012:129) Fee Base

Income adalah keuntungan yang di dapat dari transaksi yang

diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan Triandaru

dan Budisantoso (2006:86) mengemukakan mengenai Fee Based

Income yaitu : “dalam rangka menambah sumber-sumber

penerimaan bagi bank serta untuk memberikan pelayanan

kepada nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa-

jasa. Semakin pesatnya persaingan antar bank mendorong tidak

hanya mengandalkan pada sumber penerimaannya yang utama

dari penyaluran kredit melainkan juga dari jasa-jasa yang

diberikan, penerimaan atau income yang berasal dari pemberian

jasa-jasa disebut Fee Based Income.

Dari pengertian Fee Based Income diatas dapat

disimpulkan bahwa Fee Based Income adalah keuntungan dari

transaksi dalam jasa-jasa bank diluar dari pendapatan bunga

kredit.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

2.1.2.2. Sumber-sumber yang menghasilkan Fee Based Income

Menurut Dendawijaya (2009) macam-macam jasa

perbankan mencakup :

1. Jasa perbankan dalam negeri, yaitu :

a. Transfer (kiriman uang dalam negeri)

Jasa yang diberikan bank dalam pengiriman uang antar

bank atas permintaan pihak ketiga yang ditujukan kepada

penerima di tempat lain.

b. Delegasi kredit

Perintah tertulis kepada bank untuk membayarkan

sejumlah uang secara berkala kepada seseorang atau suatu

bahan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.

c. Inkaso

Jasa yang diberikan bank atas permintaan nasabah untuk

menagihkan pembayaran suatu atau dokumen berharga

kepada pihak ketiga di tempat lain dimana bank yang

bersangkutan mempunyai cabang atau pada bank yang

lain.

d. Bank guarantee

Pernyataan tertulis dari bank yang menyatakan

kesanggupan pihak bank untuk membayar kepada pihak

ketiga demi kepentingan nasabahnya apabila nasabah

bank tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban atau

pembayaran sesuai dengan perjanjian.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

e. Surat keterangan bank

Surat keterangan bank adalah keterangan tertulis dari

bank untuk pihak lain mengenai seorang nasabah/badan

hukum dalam hubungannya dengan bank.

f. Safe deposit box (SDB)

Suatu jasa yang diberikan bank dalam penyimpanan

barang-barang berharga dan surat-surat berharga.

g. Latter or credi dalam negeri

Suatu jaminan bersyarat dari bank pembuka L/C untuk

membayarkan wesel-wesel yang ditarik oleh beneficiary

sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan di

dalam L/C.

h. ATM (Automated Teller Machine)

Suatu sistem pelayanan yang diberikan bank kepada

nasabahnya secara elektronik dengan menggunakan

komputer untuk mengupayakan penyelesaian-

penyelesaian secara otomatis dari sebagian fungsi yang

biasanya dilakukan oleh teller.

i. Kartu bank

Kartu plastik yang dikeluarkan bank yang diberikan

kepada nasabah pemegang rekening giro dan tabungan

bank untuk kemudahan nasabah dalam melakukan

transaksi keuangan yang diperkenankan oleh bank.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

j. Fasilitas on line

Sistem pengiriman uang (rupiah) secara elektronik dari

salah satu cabang otomatis ke cabang otomatis lainnya

dengan menggunakan jaringan on line komputer,

sehingga kiriman uang dapat diterima oleh penerima uang

dalam waktu beberapa detik.

2. Jasa perbakan luar negeri, yaitu :

a. Transfer luar negeri

Kiriman uang dari atau keluar negeri yang dilakukan bank

atas permintaan nasabah dengan menggunakan telex,

mall, dan draft.

b. Draft

Surat perintah bayar tidak bersyarat yang diterbitkan oleh

bank kepada korespondennya untuk dibayarkan kepada

seseorang atau perusahaan.

c. Collection

Tagihan untuk membayar dari seseorang atau perusahaan

di luar negeri kepada seseorang atau perusahaan diluar

negeri (atau sebaliknya) atas suatu surat atau dokumen

berharga melalui bank.

d. Garansi bank

Suatu jaminan yang diberikan bank yang menyatakan

bahwa pihak bank memberikan jaminan untuk memenuhi

kewajiban apabila yang dijamin dikemudian hari ternyata

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

gagal atau tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada

pihak lain sesuai dengan perjanjian.

e. Traveler Cheks (TC)

Check untuk berpergian yang dapat ditukarkan dengan

uang tunai ditempat cabang yang ditunjuk sehingga

nasabah akan lebih aman jika berpergian.

f. Transaksi ekspor/impor

Perdagangan dari dalam ke luar negeri, sedangkan

transaksi impor adalah perdagangan dari luar negeri ke

dalam negeri.

3. Kegiatan dan jasa perbankan lainnya, yaitu :

a. Kegiatan money market (pasar uang)

Kegiatan yang bersifat abstrak (tidak ada transaksi secara

tunai ataupun derivatif di bursa efek melalui perantara

broker/pialang). Bursa efek adalah sarana atau tempat

untuk mempertemukan permintaan dana (emiten) dan

penawar dana (investor) terhadap dana jangka panjang

dalam bentuk efek.

b. Kegiatan foreign exchange (forex)

Kegiatan bank dalam melakukan pertukaran atau jual beli

mata uang asing atau valuta asing (valas).

c. Kegiatan pasar modal (capital market)

Kegiatan bank dalam melakukan jual beli saham, obligasi,

ataupun derivatif di bursa efek melalui perantara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

(broker/pialang). Bursa efek adalah sarana atau tempat

untuk mempertemukan permintaan dana (emiten) dan

penawar dana (investor) terhadap dana jangka panjang

dalam bentuk efek.

d. Layanan custody (custodian service)

Layanan terpadu atas kegiatan transaksi efek yang

dilakukan nasabah yang meliputi : layanan penyimpanan

(safe keeping service), layanan transaksi (trade dearing

service), dan layanan informasi (information service).

e. Layanan broker (brokerage service)

Layanan jasa bank yang diberikan kepada nasabah untuk

melakukan jual beli saham, obligasi, sertifikat danareksa,

dan surat berharga lainnya di bursa efek.

f. Gold card

Kredit yang dikeluarkan bank dengan bekerja sama

dengan penerbit kartu kredit diluar negeri untuk

mengkombinasikan fasilitas gold card dari penerbit itu

(termasuk transaksi dalam valas) dengan jasa-jasa yang

diberikan oleh bank.

Menurut Kasmir (2012) beberapa keuntungan yang

didapat dari beberapa sumber Fee Based Income bank seperti :

a. Perolehan yang didapat mengandung kepastian karena

berasal dari jasa-jasa yang telah diberikan seperti transfer,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

delegasi kredit, inkaso, safe deposit box (SDB), fasilitas

online dan lain-lain.

b. Memperlancar transaksi simpanan yang ada di dunia

perbankan karena penghasilan yang diperoleh dari Fee

Based Income lebih banyak.

c. Ragam penghasilan lebih banyak karena komisi tidak hanya

berasal dari jasa perbankan dalam negeri tetapi juga berasal

dari jasa perbankan luar negeri.

Dapat disimpulkan bahwa banyak sekali sumber-

sumber yang menghasilkan Fee Based Income bukan hanya dari

jasa perbankan dalam dan luar negeri saja tetapi juga dari

kegiatan dan jasa perbankan lainnya seperti kegiatan pasar uang,

pasar modal, layanan broker, layanan custody dan lain-lain.

2.1.2.3. Unsur-unsur Fee Based Income

Menurut Widjarnarto (2004:23.1) Fee Based Income

merupakan pendapatan operasional non bunga, maka unsur-

unsur pendapatan operasional yang masuk kedalamnya adalah :

a. Pendapatan atas provisi dan komisi

Yang dimasukkan ke pos ini adalah provisi dan komisi yang

dipungut atau diterima oleh bank dari berbagai jasa keuangan

yang dilakukan, seperti provisi kredit, provisi transfer, komisi

pembelian/penjualan efek-efek dan lain-lain.

b. Pendapatan dari hasil transaksi valuta asing

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah keuntungan yang

diperoleh bank dari berbagai transaksi devisa, misalnya

selisih kurs pembelian/penjualan valuta asing, selisih kurs

karena konversi provisi, komisi, dan bunga yang diterima dari

bank-bank di luar negeri.

c. Pendapatan operasional lainnya

Yang dimasukkan ke pos ini adalah pendapatan lain yang

merupakan hasil langsung dari kegiatan lainnya yang

merupakan kegiatan operasional bank yang tidak termasuk

kedalam rekening pendapatan diatas, misalnya dividen yang

diterima dari saham yang dimiliki.

Menurut IAI dalam PSAK No. 31 (2004:31.7) yang

menyatakan bahwa Fee Based Income disusun sebagai bagian

dari “pendapatan dan beban lainnya” dengan pos-pos :

a. Provisi dan komisi yang diterima selain dari pemberian

kredit, diantaranya yaitu provisi transfer, provisi dari Safe

deposit box (SDB), komisi pembelian atau penjualan, dan

lain-lain.

b. Pendapatan lain, diantaranya yaitu transaksi ekspor/impor,

traveler checks (TC), inkaso dan lain-lain

Dapat disimpulkan bahwa pendapatan yang termasuk

kedalam Fee Based Income diantaranya pendapatan atas provisi

dan komisi, pendapatan dari hasil transaksi valuta asing, dan

pendapatan operasional lainnya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

2.1.2.4. Perhitungan Fee Based Income

Menurut Djuarni dan Awaludin (2013) sebagai

indikator yang digunakan untuk menghitung Fee Based Income

(FBI) dapat dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat Fee Based Income (FBI) merupakan indikator

yang digunakan untuk mengukur jumlah dari Fee Based Income

(FBI), sedangkan Fee Based Income (FBI) periode X merupakan

jumlah Fee Based Income (FBI) pada bulan laporan, yaitu

keseluruhan jasa perbankan yang didapat pada bulan laporan.

Sedangkan jumlah Fee Based Income (FBI) selama 4 periode

adalah keseluruhan jumlah Fee Based Income (FBI) selama 4

periode laporan (4 tahun).

2.1.3. Loan to Deposit Ratio

2.1.3.1. Pengertian Loan to Deposit Ratio

Menurut Dendawijaya, Lukman (2001) Loan to

Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan

bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh

pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi

kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan

FBI Periode X

Tingkat FBI = x 100%

Jumlah FBI Selama 4 Periode

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh

bank untuk memberikan kredit. Menurut Mulyono (2001:101)

Loan to Deposit Ratio merupakan rasio perbandingan antara

jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan

jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.

Sedangkan menurut Martono (2002:82) menyatakan bahwa

Loan to Deposit Ratio adalah rasio untuk mengetahui

kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada

nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit

yang telah diberikan kepada para debiturnya.

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan

kemampuan dari suatu bank. Menurut Kasmir (2014:225), batas

aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80%.

Namun batas maksimal adalh 110%.. Batas maksimum rasio ini

ditetapkan oleh Bank Indonesia. Informasi yang disampaikan

kepada direksi dalam laporan ekspansi kredit adalah realisasi

LDR dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan apakah

terdapat pelampauan. Semakin besar rasio antara kredit terhadap

dana pihak ketiga, akan berpengaruh negatif terhadap penilaian

kesehatan bank oleh Bank Indonesia.

Dari pengertian LDR menurut para ahli diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa LDR adalah rasio yang mengukur

sejauh mana kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin

tinggi rasio ini maka semakin rendahnya likuiditas bank yang

bersangkutan. Namun sebaliknya, jika semakin rendah rasio

LDR maka semakin tinggi likuiditas bank yang bersangkutan.

2.1.3.2. Fungsi Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio pada saat ini berfungsi sebagai

indikator intermediasi perbakan. Begitu pentingnya arti Loan to

Deposit Ratio bagi perbakan maka angka Loan to Deposit Ratio

pada saat ini telah dijadikan persyaratan menurut (Dendawijaya

dan Lukman, 2003) antara lain :

1) Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan

bank.

2) Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar

(LDR minimum 50%).

3) Sebagai faktor penentu besar kecilnya Giro Wajib Minimum

(GWM) sebuah bank.

4) Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak

bagi bank yang akan merger.

5) Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi mengenai

jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk

kredit.

Menurut Dendawijaya dan Lukman (2003), Loan to

Deposit Ratio menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya. Sebagian praktisi perbakan menyepakati

bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%.

Menurut ketentuan bank sentral batas aman Loan to Deposit

Ratio adalah 110% (Simorangkir, 2000:147). Sedangkan

menurut Kasmir (2003) batas toleransi berkisar antara 85-100%.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi Loan to Deposit ratio

adalah sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat

kesehatan bank, sebagai salah satu indikator yang digunakan

sebagai kriteria penilaian bank Jangkar, sebagai faktor penentu

jumlah Giro Wajib Minimum dan lain-lain.

2.1.3.3. Perhitungan Loan to Deposit Ratio

Perhitungan Loan to Deposit Ratio dalam penelitian ini

menggunakan rumus Dendawijaya (2003), besarnya LDR dapat

dihitung sebagai berikut :

Kredit adalah kredit yang diberikan kepada pihak

ketiga, sedangkan dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan,

deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank). Semakin

besar rasio ini mengindikasikan semakin agresif likuiditasnya,

sebaliknya semakin kecil rasio ini juga semakin besar dana dari

Jumlah Kredit yang Diberikan

LDR = x 100%

Total Dana Pihak Ketiga

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan kredit

(banyak dana menganggur).

2.1.4. Capital Adequacy Ratio

2.1.4.1. Pengertian Capital Adequacy Ratio

Menurut Hasibuan (2009:58) Capital Adequacy Ratio

adalah salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada

pada suatu bank telah memadai atau belum. Menurut Kasmir

(2014:46) Capital Adequacy Ratio adalah perbandingan rasio

antara modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dan

sesuai ketentuan pemerintah. Sedangkan menurut Darmawi

(2011:91) salah satu komponen faktor permodalan adalah

kecukupan modal, rasio untuk menguji kecukupan modal bank

yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan Capital

Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap

penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah

modal sebesar presentase tertentu terhadap jumlah

penanamannya. Bank yang termasuk bank sehat, apabila

memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan standar

Bank for International Settlements (BIS).

Dari pengertian CAR diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva

yang mengandung atau menghasilkan risiko, Semakin besar

Capital adequacy rasio (CAR) maka keuntungan bank juga

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil rasio suatu bank

maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.

2.1.4.2. Pengukuran Capital Adequacy Ratio

Manullang (2002) menyatakan bahwa rasio

permodalan yang lazim digunakan untuk mengukur kesehatan

bank adalah Capital Adequacy Ratio, besarnya Capital

Adequacy Ratio diukur dari rasio antar modal sendiri terhadap

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Rasio kecukupan

modal yang disebut juga dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)

mencerminkan kecukupan modal yang dimiliki bank untuk

menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.

Tingkat Capital Adequacy Ratio akan sangat mempengaruhi

kepercayaan masyarakat terhadap bank, tingkat Capital

Adequacy Ratio yang ideal akan meningkatkan minat

masyarakat untuk menyimpan dananya di bank sehingga bank

bisa memenuhi kecukupan dana untuk melakukan kegiatan

operasionalnya.

Standar ukur Capital Adequacy Ratio Sesuai dengan

SE BI No. 26/5BPPP tanggal 29 Mei 1993 :

a. Besarnya Capital Adequacy Ratio yang harus dicapai oleh

suatu bank minimal 8%.

b. Bank sehat dengan klasifikasi A jika memiliki CAR lebih

dari 4%

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

c. Bank take over atau dalam penyehatan oleh BPPN (Badan

Penyehatan Perbakan Nasional) dengan klarifikasi B jika

bank tersebut memiliki CAR antara -25% sampai dengan <

dari 4%

d. Bank beku operasi (BBO) dengan klasifikasi C jika memiliki

CAR kurang dari -25%. Bank dengan klasifikasi C inilah

yang dilikuidasi (Faisal,2003).

Dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio

memiliki standar pengukuran atau target minimal Capital

Adequacy Ratio sebesar 8%.

2.1.4.3. Perhitungan Capital Adequacy Ratio

Perhitungan Capital Adequacy Ratio dalam penelitian

ini berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No. 30/12/KEP/DIR

tanggal 30 April 1997 CAR minimal 8% perhitungan rasio CAR

(Rifai, 2007) adalah sebagai berikut :

Modal adalah jumlah modal inti dari modal pelengkap

sedangkan ATMR adalah aktiva tertimbang menurut resiko.

2.1.5. Profitabilitas

2.1.5.1. Pengertian Profitabilitas

Menurut Sartono (2010:122) definisi rasio

profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

Modal

Capital Adequacy Ratio (CAR) = x 100%

ATMR

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

dalam hubungannya dengan penjualan,total aktiva, maupun

modal sendiri. Bagi investor jangka panjang akan sangat

berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini. Menurut

Kasmir (2014 : 115) definisi rasio profitabilitas merupakan rasio

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat

efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan

oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:35)

mendefinisikan profitabilitas merupakan kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu periode

tertentu.

Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan dan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh

laba yang hubungannya dengan penjualan, aktiva maupun

investasi.

2.1.5.2. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas menurut Kasmir

(2014:197), adalah:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh

perusahaan dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya

dengan tahun sekarang.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan

modal sendiri.

5. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan

modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan

yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Manfaat yang diperoleh rasio profitabilitas menurut

Kasmir (2014:198), yaitu:

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode.

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya

dengan tahun sekarang.

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengtahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa Profitabitas merupakan rasio

yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari laba atau keuntungan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

2.1.5.3. Perhitungan Profitabilitas

Dendawijaya (2009:118) berpendapat bahwa analisis

ratio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau

mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai

oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam

kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat

kesehatan bank. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut

Fahmi (2013:135) yaitu :

a. Net Profit Margin (NPM)

Rasio yang digunakan untuk menilai dan mengukur

kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan laba

bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Adapun

rumus untuk menghitung NPM menurut Fahmi (2013:135)

yaitu :

b. Return on Asset (ROA)

Rasio yang digunakan untuk menilai presentase keuntungan

(laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau

total aset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam

mengelola asetnya bisa terlihat dari presentase rasio ini.

Laba bersih

NPM = x 100%

Total Pendapatan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

Adapun rumus untuk menghitung ROA menurut Fahmi

(2013:135) yaitu :

c. Return on Equity (ROE)

Rasio yang memperlihatkan kemampuan dari perusahaan

untuk mendapatkan laba setelah bunga dan pajak dengan

memakai modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan.

Adapun rumus untuk menghitung ROE menurut Fahmi

(2013:135) yaitu :

d. Gross Profit Margin (GPM)

Rasio untuk menilai presentase laba kotor terhadap

pendapatan yang dihasikan dari penjualan. Adapun rumus

untuk menghitung GPM menurut Fahmi (2013:135) yaitu :

e. Return on Sales Ratio (ROSR)

Rasio yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan

setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti

Laba bersih setelah pajak

ROA = x 100%

Total Asset

Laba bersih setelah pajak

ROE = x 100%

Ekuitas

Total Penjualan – Harga Pokok Penjualan

GPM = x 100%

Total Penjualan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum dikurangi

pajak dan bunga. Adapun rumus untuk menghitung ROSR

menurut Fahmi (2013:135) yaitu :

f. Return on Investment (ROI)

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva yang

tersedia di perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung

ROI menurut Fahmi (2013:135) yaitu :

g. Earning Per Share (EPS)

Rasio yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham

dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Adapun rumus

untuk menghitung EPS menurut Fahmi (2013:135) yaitu :

Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang

digunakan adalah return on asset (ROA) karena ROA

merupakan rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan

Laba Sebelum pajak dan Bunga

ROSR = x 100%

Penjualan

Laba Atas Investasi

ROI = x 100%

Investasi Awal

Laba Bersih Setelah Pajak – Deviden Saham Preferen

EPS = x 100%

Jumlah Saham Biasa yang Beredar

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

perusahaan menghasilkan laba dari penggunaan seluruh sumber

daya atau asetnya. Rasio ini juga digunakan untuk menilai

kualitas dan kinerja perusahaan oleh karena itu rasio ini

dianggap lebih baik dari rasio lainnya dalam mengukur tingkat

kesehatan bank dalam mewujudkan profitabilitas.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan, referensi

juga perbandingan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Hasil pembahasan

1 Anggadini

(2010)

Analisis Fee Based

Income dampaknya

terhadap Profitabilitas

Hasil penelitian, Fee

Based Income

berpengaruh terhadap

profitabilitas.

2 Pasabiru dan

Sari (2011)

Analisis tingkat

kecukupan modal dan

Loan to Deposit Ratio

terhadap Profitabilitas

Dari uji t statistik

diperoleh Ha diterima,

yang artinya ada pengaruh

antara LDR dengan

Profitabilitas (ROA).

3 Nu’man (2009) Analisis pengaruh

CAR, NIM, LDR,

NPL, BOPO dan

EAQ terhadap

perubahan laba (studi

empiris pada bank

umum di indonesia

periode laporan

keuangan 2004-2007)

Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa

hanya LDR dan NPL saja

yang mempunyai

pengaruh yang signifikan

terhadap perubahan laba.

CAR, NIM, BOPO, dan

EAQ tidak berpengaruh

signifikan terhadap

perubahan laba.

4 Susianis (2012) Pengaruh Loan to

Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio

(LDR) mempunyai

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

terhadap Profitabilitas

BRI unit di kantor

cabang Tulung agung

hubungan yang sangat

kuat terhadap profitabilitas

bank, nilai koefisien

korelasi positif berarti

bahwa apabila Loan to

Deposit Ratio (LDR) bank

meningkat, maka

profitabilitas bank juga

ikut meningkat

5 Suhardito, el al

(1999)

Analisis kegunaan

ratio-ratio keuangan

dalam memprediksi

perubahan laba emiten

dan industri

perbankan di BES

Hanya ROA yang

mempengaruhi perubahan

laba, sementara CAR,

CRR dan ROE tidak

berpengaruh terhadap

perubahan laba

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran adalah kontruksi berfikir yang bersifat logis

dengan argumen yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah

berhasil disusun (Santoso,2015). Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka

variabel dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka

pemikiran sebagai berikut :

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka penelitian diatas, penelitian ini memiliki 3

variabel independen yakni Fee Based Income (X1), Loan to Deposit Ratio

(X2), Capital Adequency Ratio (X3). Sedangkan variabel dependen yang

terpengaruhi dalam penelitian ini ialah Profitabilitas (Y).

Fee Based Income memiliki hubungan terhadap Loan to Deposit Ratio

dan Capital Adequacy Ratio. Fee Based Income adalah keuntungan yang di

dapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya. Sehingga

dengan adanya pendapatan tersebut maka akan mempermudah bank dalam

memenuhi kewajiban atau disebut dengan likuiditas, untuk mengukur tingkat

likuiditas tersebut dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio. Selain itu

untuk menjaga tingkat profitabilitas yang tinggi juga diperlukan kecukupan

modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal

Fee Based Income

(X1)

Loan to Deposit Ratio

(X2)

Capital Adequency Ratio

(X3)

Profitabilitas

(Y)

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,

mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul sehingga

dapat bepengaruh terhadap besarnya modal atau disebut dengan Capital

Adequacy Ratio.

2.4. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017), hipotesis ialah segala jawaban sementara

atas masalah penelitian, dimana setiap perumusan masalah sudah dinyatakan

dengan bentuk kalimat tanya. Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan

teori, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah :

2.4.1. Pengaruh Fee Based Income terhadap Profitabilitas pada PT. Bank

Central Asia Tbk (BCA)

Menurut Kamsir (2012:129). Fee Base Income adalah

keuntungan yang di dapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa

bank lainnya . Sedangkan Triandaru dan Budisantoso (2006:86) Fee

Based Income yaitu : “dalam rangka menambah sumber-sumber

penerimaan bagi bank serta untuk memberikan pelayanan kepada

nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa-jasa. Semakin

pesatnya persaingan antar bank mendorong tidak hanya mengandalkan

pada sumber penerimaannya yang utama dari penyaluran kredit

melainkan juga dari jasa-jasa yang diberikan, penerimaan atau income

yang berasal dari pemberian jasa-jasa disebut Fee Based Income.

Hubungan Fee Based Income dengan profitabilitas yaitu

dengan adanya meningkatnya Fee Based Income maka dapat

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

meningkatkan pendapatan bank dengan cara menjual jasa-jasa bank

seperti kiriman uang, kliring, inkaso dan lain sebagainya sehingga

profitabilitas bank juga akan ikut meningkat.

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Anggadini,

2010) menguji pengaruh Fee Based Income dampaknya terhadap

Profitabilitas (Studi kasus pada PT. Bank Negara Indonesia. Tbk) dari

hasil penelitiannya menyatakan bahwa Fee Based Income berpengaruh

terhadap profitabilitas. Sedangkan hasil penelitian Abraham (2019)

menyatakan bahwa variabel Fee Based Income tidak berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

Melihat dari beberapa hasil penelitian dan uraian diatas, maka

hipotesis pertama yang diajukan adalah sebagai berikut :

H01 : Fee Based Income tidak berpengaruh terhadap profitabilitas

pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)

Hₐ1 : Fee Based Income berpengaruh terhadap profitabilitas pada

PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)

2.4.2. Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas pada PT.

Bank Central Asia Tbk (BCA)

Menurut Dendawijaya, Lukman (2001) Loan to Deposit Ratio

(LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar

kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan

kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain,

seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat

mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh

bank untuk memberikan kredit. Rasio ini juga merupakan indikator

kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.

Jumlah Loan to Deposit Ratio dapat mempengaruhi kenaikan

ataupun penurunan profitabilitas. Dengan mengetahui jumlah Loan to

Deposit Ratio maka, akan dapat mengetahui tinggi atau rendahnya

likuiditas sautu bank. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio maka

semakin rendahnya likuiditas bank. Namun sebaliknya, semakin rendah

Loan to Deposit Ratio maka semakin tinggi likuiditas suatu bank.

Meskipun bukan tolak ukur yang utama, namun Loan to Deposit Ratio

tetap dijadikan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai

profitabilias suatu bank.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Pasabiru dan Sari,

2011) menguji tingkat kecukupan modal dan Loan to Deposit Ratio

terhadap Profitabilitas. hasil penelitiannya menyatakan dari uji t statistik

diperoleh Ha diterima, yang artinya ada pengaruh antara LDR dengan

Profitabilitas (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi,

et al (2015) dimana menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk variabel

Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 0,305 dengan nilai signifikan

sebesar 0,761 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka Loan to

Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh secara parsial terhadap

Profitabilitas.

Dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis kedua yang

diajukan ialah sebagai berikut

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

H02 : Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh terhadap

profitabilitas pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)

Hₐ2 : Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas

pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)

2.4.3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Profitabilitas pada PT.

Bank Central Asia Tbk (BCA)

Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang

menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang

mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,

mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang

dapat berpengaruh terhadap besarnya modal. Perhitungan Capital

Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang

mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar presentase

tertentu terhadap jumlah penanamannya. Bank yang termasuk bank

sehat, apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan

standar Bank for International Settlements (BIS).

Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka profitabilitas

suatu bank akan tinggi pula. Adanya Capital Adequacy Ratio juga dapat

memantau manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,

mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat

berpengaruh terhadap besarnya modal.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Gustiayu dan

Nyoman, 2018) menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non

Performin Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return On Aset.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

Hasilnya Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return on aset (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Haryanto (2016) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara CAR terhadap profitabilitas (ROA). Berdasarkan

uraian tersebut diatas, maka hipotesis ketiga yang diajukan adalah

sebagai berikut

H03 : Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh terhadap

profitabilitas pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)

Hₐ3 : Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas

pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)

2.4.4. Pengaruh Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio, dan Capital

Adequacy Ratio terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Central Asia

Tbk (BCA)

Adanya Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio dan Capital

Adeacy Ratio maka akan mempermudah bank dalam mendeteksi

kesehatan dari bank tersebut. Seletah mengetahui hubungan masing-

masing variabel independen dengan variabel dependen diatas maka,

dapat disimpulkan bahwa Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio dan

Capital Adequacy Ratio memiliki hubungan yang searah terhadap

Profitabilitas. Maknanya ketiga variabel tersebut sangat mempengaruhi

tingkat kesehatan bank tentunya juga mempengaruhi tingkat

profitabilitas suatu bank.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

H04 : Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy

Ratio tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. Bank

Central Asia Tbk (BCA)

Hₐ4 : Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy

Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. Bank

Central Asia Tbk (BCA)

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank

102