bab ii tinjauan pustaka 2.1. komunikasi interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/bab ii.pdf · 2.1.2...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Interpersonal
2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi berasal dari kata Communicare yang mempunyai arti
berpartisipasi, atau kata communnes yang berarti sama. Sehingga komunikasi
berlangsung apabila antara orang-orang yang memiliki kesamaan makna
mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Dengan kata lain komunikasi
tersebut akan berhasil apabila seseorang atau komunikan mengerti tentang
sesuatu yang diungkapkan komunikator. (Effendy, 2015:4).
Everett M. Roger seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika
mendefinisikan komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari sumber
kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah persepsi atau tingkah laku
mereka. Kemudian definisi ini dikembangkan oleh Rogers dan D. Lawrance
Kincaid (1981) yang menyaatakan komunikasi ialah suatu proses di mana dua
orang atau lebih berkumpul dalam satu tempat melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang akan menimbulkan saling
pengertian yang mendalam. (Cangara. 2006:19)
Tubbs dab Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses
penciptaan makna antara dua orang yaitu komunikator dan komunikan,
menurut mereka terdapat dua bentuk umum yang terjadi dalam tindakan
komunikasi yaitu penciptaan pesan dan penafisran pesan. (Mulyana,
2007:65).
9
Jadi komunikasi merupakan proses interaksi satu dengan yang lain,
komunikator dengan komunikan (audiens) yang memiliki kesamaan dan
tujuan yang sama sehingga menimbulkan efek atau timbal balik entah itu
secara langsung atau tidak yang terjadi di berbagai situasi. Komunikasi
interpersonal bertujuan untuk membangun atau membentuk hubungan yang
saling berlanjut dan interaktif, membentuk dan mengubah pola pikir, serta
merefleksikan identitas komunikator.
2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal
Dalam komunikasi terdapat beberapa tipe atau konteks komunikasi
yang menjadi bagian yang sangat penting dalam komunikasi, karena
komunikasi merupakan aktivitas yang sangat luas, melibatkan elemen-elemen
yang penting seperti ruang, waktu, iklim, fisik, emosi jiwa, prasangka, sosial
budaya, jumlah peserta dan sebagainya. Indikator yang paling umum dalam
mengklasifikasikan konteks komunikasi adalah jumlah peserta yang terlibat
di dalam proses komunikasi, sehingga dikenal beberapa konteks komunikasi
antara lain yaitu:
a. Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
merupakan komunikasi dengan diri sendiri. Sebelum kita berbicara dengan
orang lain biasanya kita sering berbicara dengan diri sendiri (di dalam hati),
baik itu bertanya pada diri sendiri, kesal terhadap seseorang yang tidak bisa
dilimpahkan atau dibalas secara langsung, suka atau senang terhadap
seseorang yang malu untuk diungkapkan secara langsung yang kemudian kita
limpahkan semuanya atau berbicara di dalam hati kita masing – masing.
10
Keberhasilan komunikasi komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada
keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri.
b. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication) yaitu
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung. Di lihat
dari sifatnya komunikasi antarpribadi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi
diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik adalah
komunikasi yang hanya melibatkan dua orang dalam situasi tatap muka
seperti suami istri, guru – murid, dua sahabat dekat dan sebagainya. Ciri – ciri
dari komunikasi diadik ini adalah pihak – pihak yang berkomunikasi
mengirim dan menerima pesan secara spontan dan simultan baik secara
verbal dan non verbal. Sedangkan komunikasi kelompok kecil adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya
saling bergantungan), mengenal satu sama lainnya dan menggaanggap
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2012: 81-82).
c. Komunikasi Publik
Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi
anatra pembicara dengan sejumlah besar orang yang biasa disebut dengan
komunikasi pidato, ceramah atau kuliah umum. Komunikasi publik ini
biasanya berlangsung lebih formal dibandingkan dengan komunikasi
intrapribadi dan komunikasi antapribadi, karena komunikasi publik ini
melibatkan sejumlah pihak-pihak yang penting atau berpengaruh di kalangan
11
masyarakat luas sehingga komunikasi publik ini dituntut untuk menampilkan
komunikasi secara sempurna (perfect) dengan persiapan yang sempurna tak
lupa juga daya tarik dari pembicara merupakan faktor yang penting dalam
menyampaikan pesan – pesan (Mulyana, 2012:82).
d. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi merupakan komunikasi yang terjadi di
dalam organisasi yang bisa bersifat formal dan informal, yang berlangsung
dalam skala yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Komunikasi
organisasi ini juga melibatkan komunikasi diadik, antarpribadi dan
komunikasi publik. Dalam organisasi komunikasi formal adalah komunikasi
yang menggunakan struktur organisasi yakni komunikasi ke bawah,
komunikasi ke atas, komunikasi horizontal sedangkan komunikasi infromal
adalah komunikasi yang tidak bergantung dengan struktur organisasi seperti
komunikasi yang terjadi antar teman di dalam organisasi (Mulyana, 2012:
83).
e. Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, seperti cetak (surat kabar, majalah), elektronik
(radio, televisi) dan online yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang
sangat banyak yang tersebar di belahan bumi ini. Menurut Black dan Witney
(1988) dalam (Nurudin, 2017: 93) mengatakan komunikasi adalah sebuah
proses di mana pesan – pesan yang diperoduksi secara massal (banyak)
disebarkan kepada massa yang luas, anonim dan heterogen. Berikut ini adalah
ciri-ciri dari komunikasi massa, yaitu:
12
1. Komunikator dalam komunikasi berlembaga
2. Komunikan dalam komunikasi massa heterogen
3. Pesannya bersifat umum
4. Komunikasi brlangsung satu arah
5. Pesannya disebarkan secara serentak
6. Mengandalkan peralatan teknis
7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper
Dalam penelitian ini mengacu kepada komunikasi antarpribadi atau
komunikasi interpersonal, karena penelitian yang berjudul kredibilitas
konselor sebagai komunikator dalam proses komunikasi konseling
rehabilitasi pengguna narkoba ini meneliti atau mendeskripsikan kredibilitasi
konselor dari sudut pandang KPN atau pengguna narkoba.
Menurut (Wood, 2013: 205), komunikasi interpersonal adalah pusat
atau jantung dari hubungan personal. Keberlangsungan dan keberhasilan
suatu hubungan personal tergantung dari kemampuan kita dalam melakukan
komunikasi secara efektif.
Komunikasi interpersonal melibatkan semua aktivitas timbal balik
(mutual activity), interaksi (interaction) atau pertukaran (exchange). Bagi
Beebe et al (2002), Komunikasi interpersonal dilakukan atau terjadi dalam
hubungan yang akrab (close relationship); menurut Trenholm dan jensen
(2008), komunikasi interpersonal diantara sistem dua orang kemudian definisi
Guerrero et al (2007) lebih simpel yaitu komunikasi interpersonal adalah
13
pertukaran pesan diantara orang dengan “pesan” menjadi feature dapat
diterima atau interpretasikan oleh penerima (Berger, et.al, 2014: 207)
Ada tiga perspektif definisi umum komunikasi interpersonal menurut
Berger dan kawan-kawannya dalam bukunya yaitu perspektif situasional,
perspektif perkembangan dan perspektif interaksional.
a. Perspektif Situasional
Miller (1990) menyatakan perspektif situasional adalah
perspekif subtantif pertama dalam komunikasi interpersonal.
Perspektif sotuasional ini membedakan tipe-tipe komunikasi
berdasarkan aspek-aspeknya seperti jumlah komunikator,
kedekatan fisik diantara komunikator, ketersediaan saluran
indrawi atau saluran komunikasi dan ketangkasan umpan balik
yang diterima oleh komunikator (Berger, et.al,, 2014: 208).
b. Perspektif perkembangan
Stewart (1973) dalam Handbook Ilmu Komunikasi,
perspektif komunikasi impersonal dan interpersonal merupakan
sebuah kontinum; saat pertama bertemu orang hanya melakukan
komunikasi impersonal, tetapi jika interaksi berlanjut dan saling
mengungkapkan bertukar informasi yang lebih mendalam akan
menjadikan interaksi ini semakin akrab dan hubungan mereka
menjadi lebih interpersonal secara progresif.
c. Perspektif Interaksional
Lain halnya dengan perspektif situasional dan perspektif
perkembangan, perspektif interksional lebih berfokus pada
14
pengungkapan bentuk dan implikasi-implikasi interaksi sosial,
bukan berupaya mengidentifikasi hakikat yang membedakan
komunikasi interpersonal. Menurut Watzlawick, Beavin, dan
Jackson (1967) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai
saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan.
Komunikasi interpersonal dianggap komunikasi yang paling efektif
dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau prilaku seseorang. Dianggap
paling efektif karena bersifat dialogis yaitu berupa percakapan. Komunikasi
interpersonal ini adalah komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan
komunkannya. Pada saat komunikasi berlangsung komunikator mengetahui
tanggapan atau reaksi dari komunikan pada saat itu juga. Komunikasi
interpersonal bagi komunikator juga dapat mengetahui identitas komunikan,
mengetahui apakah komunikannya memiliki energi positif atau negatif serta
komunikator dapat mengarahkan komunikasi sesuai yang diinginkannya
(Effendy,2015:8)
Aplplegate dan Delia (1980) dalam Handbook Ilmu Komunikasi
mengusulkan lima konteks komunikasi: latar fisik (ruang, lingkungan, dan
saluran yang digunakan, latar sosial (seperti teman, pasangan hidup, tetangga
dan rekan kerja), latar institusional (rumah, pekerjaan, sekolah dan tempat
beribadah), latar fungsional (tujuan utama yang dikerjar, misalnya
menyediakan informasi, membujuk dan mendukung) dan latar budaya (suku,
kebangsa, ras, golongan dan lainnya) (Berger, et.al, 2014:222)
Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur. Setiap
komunikator melakukan komunikasi, bukan hanya menyampaikan isi pesan
15
komunikator juga menentukan bagaimana kadar hubungan interpersonalnya
(relatioship) dengan komunikannya. Dalam hal ini komunikasi yang
dilakukan oleh konselor dapat menjadikan kelima konteks komunikasi
interpersonal ini sebagai acuan untuk proses rehabilitasi KPN agar berjalan
lancar (Rakhmat, 2002:119).
2.2. Fungsi Komunikasi Interpersonal
Fungsi atau kegunaan untuk memenuhi setiap kebutuhan. Dalam hal
ini fungsi komunikasi adalah kebutuhan yang kita butuhkan dalam proses
komunikasi. Fungsi komunikasi secara umum yaitu to inform, to educate, to
entertain dan to influence. Dalam komunikasi penyuluhan rehabilitasi
khususnya rehabilitasi pengguna narkoba, fungsi komunikasi sangat penting
untuk mengubah persepsi atau keyakinan korban (KPN) untuk merubah pola
pikir mereka menjadi lebih terbuka dan percaya diri, dalam arti mereka untuk
menjahui dan berhenti untuk mengkonsumsi narkoba, sehingga mereka
(KPN) bisa lebih percaya diri dan mengubah pola mereka tentang hidup dan
kesehatan mereka selanjutnya. Berikut ini adalah fungsi komunikasi:
a. Fungsi pengelolaan interaksi, yaitu fungsi yang diasosiakan dengan
membangun dan mempertahankan interaksi secara koheren (keserasian
atau ketetapan) yang meliputi:
1. Memulai dan mengakhiri interaksi percakapan dengan memfokuskan
pada topik percakapan dan membagi dengan sesi tanya jawab.
2. Memproduksi pesan-pesan yang dapat dipahami, terdapat informasi
yang memadai dan relavan yang sesuai dengan struktuk percakapan
secara bergiliran.
16
3. Mendefinisikan diri dan kondisi sosial.
4. Mengelola kesan wajah yang baik
5. Memantau dan mengelola afeksi
b. Fungsi pengelolaan hubungan yaitu hubungan dengan memulai,
memelihara dan memperbaiki hubungan. Tujuan ini berfokus pada
membangun hubungan, mencapai tingkat keintiman yang diinginkan,
mengelola ketegangan atau ketakutan hubungan.
c. Fungsi instrumental adalah fungsi yang mendefinisikan fokus pada sebuah
interaksi dan membantu membedakan setiap moemen intraksi satu dengan
yang lain. Tujuan instrumental ini meliputi memperoleh kepatuhan atau
menolaknya, memberikan informasi meminta atay memberi dukungan dan
mencari atau memberi hiburan (Berger, et.al, 2014: 220-221).
2.3. Proses Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan, ini berarti
komunikasi akan terus berkembang dan menjadi lebih kompleks dengan
perkembangan zaman. Hubungan interpersonal bukan suatu yang statis
melainkan selalu berkembang dan berubah-ubah sesuai dengan apa yang kita
pikirkan dan yang kita lakukan. Seperti hubungan dalam pertemanan yang
akan berkembang dari masa ke masa. Ketika kita baru berkenalan dengan
seseorang lambat laun dengan serinya berinteraksi akan semakin dekan dan
menajadi seorang teman dekat atau sahabat. Proses yang berkelanjutan tidak
memiliki awal dan akhir yang pasti. Pola komunikasi yang berkelanjutan
membuat kita tidak dapat menghentikan prosesnya atau menarik perkataan
yang sudah terlanjur kita ucapkan (Wood, 2013: 25-26).
17
Proses mendasar dalam komunikasi adalah penyampaian dan
penggunaan bersama infromasi. Penggunaan disini tidak mesti secara
langsung tetapi dapat melalui berbagai macam perantara atau media seperti
tulisan, isyarat maupun kode-kode yang berlaku dalam setiap kelompok
masyarakat. Biasanya proses komunikasi hanya melibatkan satu komunikator
dan komunikan sebagai pendengar namun di era saat ini timbul bebrbagai
macam inovasi dalam melakukan proses komunikasi maupun menjadi pelaku
komunikasi seperti yang telah dijelaskan (Ilahi, 2010: 121-122).
Ditinjau dari sudut tahapannya, proses terbagi menjadi dua tahapannya,
yaitu proses komunikasi secara primer dan proseses komunikasi secara
sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pemikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggambarkan lambang sebagai medianya, seperti bahasa, isyarat, gambar,
warna dan lain sebagainya. Dari semua lambang tersebut mampu
menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan.Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian komunikasi oleh seseorang kepada orang lain menggunakan
alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama (Ilahi, 2010:123).
Komunikasi interpersonal tersusun dari berbagai macam proses yang
saling terkait. Komunikasi interpersonal juga berpusat pada pesan yang
dikembangkan, yaitu memproduksi dan menginterpretasi pesan. Komunikasi
interpersonal dibentuk dalam hubungan komunikatif di antara komunikator
dan komunikan yang selanjutnya terbentuk struktur-struktur maksud
18
interpretif dan maksud ekspresif yang saling berbalas-balasan satu sama
lainnya. Maksud ekspresif (expressive intention) adalah tujuan dari satu pihak
(sumber) untuk menyampaikan ide, pikiran, perasaan, keadaan dan lainnya
kepada pihak kedua (penerima), sedangkan maksud interpretif adalah tujuan
dari penerima untuk memahami segala bentuk ide, pikiran, perasaan dan
keadaan yang disampaikan oleh pihak sumber (Berger,et.al, 2014:213-217).
Komunikasi interpersonal memiliki unsur – unsur atau kompenen dan
model komunikasi yang merupakan bagian terpenting dalam proses
komunikasi. Keduanya menjadi bagian yang berfungsi sebagai penyambung
konsep dan teori dalam penelitian ini. Unsur atau komponen dalam proses
komunikasi adalah komunikator – komunikan, komunikator – media –
komunikan, komunikator – media – komunikan – umpan balik dan
sebagainya (Nurudin, 2017: 42-43).
(Wood, 2013: -21) Model komunikasi secara umum yaitu model linear,
model interaksional dan model transaksional. Ketiga model ini menjelaskan
proses – proses komunikasi dan penelitian ini lebih tepat model komunikasi
yang bagaimana. Selain menjelaskan proses komunikasi, model komunikasi
juga menjelaskan contoh – contoh proses komunikasi itu seperti apa. Model
komunikasi linear adalah proses komunikasi yang searah, yaitu komunikasi
yang hanya berasal dari komunikator seperti ketika seorang ayah memberikan
nasihat kepada anaknya dan ankanya tersebut hanya mengangguk dan
menerima nasihat dari ayahnya. Model komunikasi interaksinal adalah
komunikasi yang terjadi antara komunikator dan komunikan yang saling
memberikan umpan balik (Feedback) seperti contohnya seorang guru yang
19
menjelaskan materi kepada muridnya kemudian muridnya bertanya kepada
gurunya, bertanya tentang materi tersebut baik berupa kritikan, saran atau
bahkan pertanyaan.
Model yang ketiga adalah model transaksional, model ini ada pola
komunikasi yang dinamis yang melihat komunikator dan komunikannya
berada dalam posisi yang setara, contohnya kita berkenalan dengan seseorang
di dunia maya yang dalam waktu lama melakukan interaksi yang sering
sehingga akan membuat hubungan kita menjadi lebih akrab. Dari semua
unsur – unsur dan model komunikasi di atas, berikut ini akan dijabarkan
mengenai unsur – unsur dan model komunikasi yang lebih mendalam.
2.3.1 Unsur – unsur Komunikasi Interpersonal
Untuk lebih jauhnya, proses komunikasi interpersonal memiliki unsur-
unsur atau komponen - komponen yang di mana pesan merupakan salah satu
diantaranya. Komunikasi dapat berlangsung dengan didukung oleh beberapa
unsur atau komponen seperti sumber atau komunikator, pesan, saluran,
komunikan dan efek. Banyak pandangan yang menyebutkan hanya
membutuhkan tiga unsur atau elemen yang mendukung terjadinya
komunikasi seperti Aristoteles menyebutkan ada tiga unsur yaitu siapa yang
berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang mendengarkan.
a. Komunikator
Komunikator adalah sumber komunikasi yang akan menyampaikan
atau mengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia sumber atau
komunikator bisa terdiri dari satu orang atau lebih yang membentuk
kelompok seperti dalam sebuah organisasi atau lembaga. Sumber disebut
20
dengan pengirim dan komunikator biasanya disebut source, sender, atau
encoder.
b. Pesan
Pesan adalah sesuatu atau isi yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikannya yang berupa ilmu pengetahuan, informasi, nasihat,
hiburan, propaga3da dan sebagainya. Pesan disampaikan dengan secara tatap
muka atau memlalui media komunikasi.
c. Saluran
Saluran atau media adalah alat yang digunakan untuk meindahkan
pesan atau informasi dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi
antarpribadi pancaindra dianggap sebagai alat atau media komunikasi selain
pancaindra, telpon, surat, radio, televisi dan sebagainya merupakan saluran
atau media komunikasi.
d. Komunikan
Komunikan atau disebut juga penerima pesan atau sasaran dari
sumber atau komunikator. Sama halnya dengan komunikator, penerima juga
bisa terdiri dari satu orang lebih. Dalam proses komunikasi keberadaan
penerima adalah akibat karena adanya sumber, tidak ada penerima jika tidak
ada sumber.
Komunikan atau penerima adalah elemen penting dalam proses
komunikasi, jika suatu pesan tidak diterima oleh komunikan akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang akan menghambat proses
komunikasi, maka dari itu komunikator atau sumber sangat perlu untuk
21
mengetahui karakter dari komunikannya seperti apa agar mencapai
keberhasilan komunikasi.
e. Efek
Efek atau pengaruh adalah reaksi yang terjadi kepada komunikan dan
komunikator setelah pesan disampaikan dan diterima. Reaksi komunikator
dan komunikan bisa saja sama atau berbeda, reaksi komunikator akan sangat
puas apabila komunikan mampu menerima dengan baik pesan yang
disampaikannya begitu pula sebaliknya komunikan akan sangat puas dengan
pesan yang diterimanya.
f. Noise (Gangguan)
Gangguan atau halangan adalah suatu hal yang dapat menghambat
atau memperlambat proses interaksi komunikasi, sehingga pesan atau
informasi yang diterima tidak jelas. Gangguan dalam proses komunikasi ada
yang bersifat internal maupun eksternal. Gangguan internal adalah gangguan
yang bersifat semantic yang berasal dari persepsi atau pengalaman partisipan
yang berbeda-beda. Sedangkan gangguan eksternal adalah gangguang yang
datang dari luar. Seperti suara atau bunyi yang “menutup” atau menghalangi
pesan atau informasi yang sedang disampaikan, sehingga pesan atau
informasi tersebut tidak terdengar atau terlihat.
g. Encoding
Encoding adalah proses mengubah ide-ide atau perasaan menjadi
sebuah simbol atau kode untuk disalurkan kepada orang lain (komunikan).
22
h. Decoding
Proses mengubah simbol atau kode yang diterima menjadi makna
melalui penafsiran.
i. Field of exprience
Komunikan mempunyai pengalaman, pengetahuan, ide, nilai,
perasaan, ideologi, dan lainnya yang selalu terlibat atau berkaitan dengan
pesan-pesan yang disampaikan komunikator, sehingga terdapat pengaruh bagi
komunikan tersebut.
j. Fram of Reference
Seseorang yang dijadikan contoh atau rujukan yang dianggap
penting atau berjasa seperti misalnya tokoh agama, tokoh masyarakat dan
orang yang memiliki pengaruh besar yang dihormati, yang bisa menjadi dasar
persepsi makna pada komunikan untuk menerima pesan (Hamidi, 2010:3-6).
(Mulyana, 2012: 143), Dalam proses komunikasi interpersonal akan
dijumpai model. Model komunikasi mengidentifikasi proses dan unsur-unsur
komunikasi secara ideal yang dibutuhkan dalam komunikasi dan terus
berhubungan. Berikut ini ada tiga model dalam komunikasi interpersonal
yaitu:
a. Model Linear
Model linear atau model komunikasi satu arah. Kekurangan dari
model ini adalah komunikasi satu arah dari pengirim ke penerima pasif.
Pendengar hanya menerima dan menyerapnya secara pasif pesan dari
pembicara. Pendengar biasanya hanya menggangguk, tersenyum,
mengerutkan dahi, terlihat bosan atau tertarik dengan pesan tersebut.
23
Model ini hanya menampilkan pengirim yang lebih aktif dari pada
penerima sehingga Shannon dan Weaver dalam (Mulyana, 2012: 149-
150) menyoroti adanya gangguan dalam penyampain pesan.
2.1 Bagan Model Shannon dan Weaver
Pengirim menyampaikan pesan untuk dikomunikasikan, pemancar
(Transmitter) mengubah mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai
dengan saluran yang digunakan. Saluran adalah alat yang digunakan
untuk mengirim sinyal. Dalam percakapan pengirim atau sumber adalah
otak, Pemancar adalah mekanisme yang menghasilkan sinyal melalui
udara, penerima (receiver) yaitu penerima melakukan operasi sebaliknya
yang dilakukan pemancar dengan mengontruksikan pesan dari sinyal.
Sasaran adalah yang menjadi tujuan dari pesan. Gangguan sendiri adalah
rangsangan tambahan yang tidak dikehendakiyang dapat mengganggu
keefektifan pesan.
b. Model interaksional
Model interaksional ini merujuk kepada komunikasi sebagai proses
di mana pendengar atau peserta memberikan umpan balik yang terjadi
24
atau berlangsung secara dua arah. Model interaksional ini pengembangan
dari model linear. Dalam model ini pendengar atau peserta berhak
mengirim dan menerima pesan (Wood, 2013: 20). Model interaksional ini
adalah individu atau orang-orang yang mengembangkan potensi
berfikirnya dan manusiawinya melalui interaksi sosialnya, yaitu dengan
pengambilan peran orang lain (role-taking). Diri (self) berkembang
melalui interaksi dengan orang lain.
.
1.2 Bagan Model Interaksional
c. Model transaksional
Model ini menerapkan pola komunikasi yang dinamis. Salah satu
ciri dari model ini adalah penjelasan tentang pesan, pengetahuan,
pengalaman dan gangguan dalam sewaktu-waktu. Model transaksional ini
menganggap gangguan muncul di seluruh proses komunikasi
interpersonal, model ini juga menjelaskan bahwa komunikasi terjadi
dalam system yang memperngaruhi apa dan bagaimana seseorang dapat
25
berkomunikasi serta apa makna yang terdapat atau tercipta dari proses
tersebut. Sistem ini termasuk dalam lingkaran atau lingkungan bersama
(shared system) antara komunikator dengan lingkungannya.
Model komunikasi transaksional ini melihat kedua pihak dalam
posisi yang setara, yang memiliki peran sama yang artinya komunikator
dan komunikan bisa menajadi pihak yang mengirimkan pesan, menerima
pesan atau keduanya dalam waktu yang bersamaan.
2.3 Bagan Model Transaksional
Dari tiga model komunikasi di atas, konsep penelitian peneliti
lebih tepat kepada model komunikasi interaksional. Pada penelitian
kedibilitas komunikator dalam proses rehabilitasi pengguna narkoba ini,
proses komunikasi lebih dominan ke komunikator dan komunikan
26
memberikan feedback dari pesan-pesan yang telah disampaikan oleh
komunikator.
2.4 Komunikasi dalam Proses Konseling
2.4.1 Pengertian Konseling
Konseling adalah proses atau usaha memberikan bantuan atau penyuluhan
kepada seseorang atau klien yang memiliki masalah dengan interaksi yang bersifat
privasi antara konselor dengan seseorang atau klien dalam rangka membantu
memperbaiki atau menyelesaikan masalah dari klien.
Komunikasi dalam proses konseling adalah komunikasi penyampaian
pesan, ide dan informasi yang dilakukan oleh seorang ahli di dalam bidangnya
seperti seorang yang ahli dalam memberikan konsultasi kepada kliennya seperti
konselor. Konselor atau pembimbing adalah seorang yang ahli dalam memberikan
penyuluhan atau memantau kliennya yang dalam keadaan atau mempunyai
masalah. Dalam melakukan komunikasi konsuling, konselor berhadapan atau
bertatap muka secara langsung dengan klien dalam hal ini konselor memberikan
penyuluhan kepada pecandu atau KPN yang sedang rehabilitasi dengan
memberikan penyuluhan – penyuluhan mengenai obat – obatan terlarang atau
anrkoba.
Dalam proses komunikasi konsuling klien mengharapkan adanya respon
dari konselor dalam memberikannya suatu solusi dari masalah yang dihadapinya
begitupun dengan konselor juga mengharapkan umpan balik dari klien yaitu dari
masalah yang diceritakan atau diungkapkan setelah menerima solusi yang
selanjutnya memberikan perubahan yang lebih baik bagi klien untuk kedepannya.
27
2.5 Kredibilitas Komunikator
2.5.1 Pengertian Kredibilitas
Kredibiltas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat
komunikator. Dalam definisi tersebut terkandung dua hal, yaitu: (1)
kredibilitas adalah persepsi komunikan, (2) kredibilitas berkenaan dengan
sifat-sifat komunikator yang selanjutnya disebut sebagai komponen-
komponen kredibilitas. (Rakhmat, 2000:257).
(Cangara, 2006:87) menyebutkan kredibilitas merupakan seperangkat
persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh komunikator yang
selanjutnya dapat diterima dan diikuti oleh khalayak. Kredibilitas yang paling
pokok (utama) dilihat seseorang yaitu dari dua segi yaitu kepercayaan:
kejujuran dan keahlian (kemampuannya) dalam bidang tertentu, seperti guru
dalam keahliannya mengajar, dokter dalam mengobati pasiennya dan
sebagainya.
Kredibilitas komunikator dalam penelitian ini dinilai dari sisi
komunikan kepada komunikator, seberapa tinggi tingkat kredibilitas yang
dimiliki oleh komunikator melalui materi – materi penyuluhan rehabilitasi
yang disampaikan oleh komunikator yang bisa dinilai oleh komunikator dari
dua aspek unsur yang paling umum yaitu kejujuran dan keahlian
komunikator. Kejujuran yaitu seberapa jujur, lengkap dan tanpa ada rakayasa
dari komunikator dalam menyampaikan materi begitupun dengan keahlian,
komunikator benar – benar ahli atau kompeten dalam bidangnya. Menguasai
dan berwawasan luas dalam menyampaikan materi. Seberapa tinggi tingkat
28
kejujuran yang di miliki komunikator dalam menyampaikan materi dan
seberapa tinggi tingkat kealiannya dalam menyampaikan materi.
Pentingnya kredibilitas bagi seorang komunikator adalah sebagai citra
baik kepada khalayaknya. Seorang komunikator yang memiliki kredibilitas
yang tinggi dan jejak rekam yang baik di mata khalayaknya dengan keahlian
– keahlian yang dimilikinya, akan lebih mudah dalam mempersuasi pesan –
pesan yang ingin disampaikan atau berikan kepada khalayaknya. Dengan
kredibilitas seorang komunikator juga akan lebih percaya diri dalam
melakukan komunikasi dengan khalayaknya dan membuat proses komunikasi
semakin mudah.
2.5.2 Teori Kredibilitas
Hovlan dan Weiss dalam (Rakmat, 2000:256) menyebut kredibilitas
komunikator harus memiliki dua unsur yaitu Expertise (keahlian) dan
trustworthiness (dapat dipercaya). Seorang komunikator dapat dipercaya
apabila komunikator tersebut memiliki keahlian dibidangnya. Contoh
sederhana dari kredibilitas komunikator dari aspek kepercayaan dan keahlian
yaitu dalam lingkungan terdekat kita yaitu seorang guru yang mengajar
memberikan materi di kelas, murid – murid pasti sangat percaya dengan
kemampuan gurunya dalam memberikan materi. Mereka para murid akan
yakin dengan apa yang disampaikan oleh gurunya benar adanya. Unsur –
unsur dan model komunikasi lainnya akan di bahas selanjutnya. Komunikan
atau khalayak juga dapat menilai kredibilitas komuniaktor dari pakaian yang
dipakai, kedekatan khalayak dengan komunikator dan pengalaman.
Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
29
a. Initial Credibility
Yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses
komunikasi berlangsung. Misalnya seorang komunikator yang
sudah terkenal atau memiliki nama seperti mentri, publik figur
atau sebagainya akan mudah mendapatkan khalayak dan
bahkan dimuat di surat kabar.
b. Derived Credibility
Kredibilitas yang diperoleh komunikator pada saat komunikasi
berlangsung, misalnya pembicara yang sedang memberikan
pidatonya mendapatkan respon berupa tepuk tangan dari
khalayaknya karena pidatonya sangat menarik dan masuk
diakalnya atau bahkan memberikan semangat baru dalam
hidupnya.
c. Terminal Credibility
Kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah
khlayak atau pendengar mengikuti pidato atau ulasannya.
Seorang komunikator yang ingin memperoleh kredibilitas dari
khalayak atau pendengarnya harus memiliki pengalaman yang
luas, pengetahuan yang dalam dan status sosial yang dihargai.
Gobbel, Mentri propaganda Jerman (dalam Cangara, 2006:87) juga
mengatakan seorang komunikator yang efektif adalah harus memiliki
kredibilitas yang sangat tinggi. Menurut Aristoteles, kredibilitas diperoleh
jika komunikator tersebut memiliki sifat ethos, pathos dan logos, yaitu:
30
a. Ethos (Source Credibility) menunjukkan bahwa seorang komunikator
tersebut ahli di dalam bidangnya, menguasai segala isi pesan yang
akan disampaikan, sehingga ia benar-benar menjadi sumber
kepercayaan.
b. Pathos (emotional appeals) menunjukkan imbauan emosional yang
berarti bahwa seorang komunikator harus membangun semangat dan
menggerakkan emosi-emosi komunikator sehingga komunikator
termotivasi.
c. Logos (logical appeals) seorang komunikator menjelaskan pidatonya
sesuai dengan fakta dan hasil pemikiran yang mantap. (Efendy,
Onong, 1990: 59).
Faktor-faktor pendukung etos komunikator antara lain yaitu:
a. Kesiapan (preparedness)
Seorang komunikator yang akan muncul di depan khalayak akan
menunjukkan kesiapannya yang benar-benar matang, begitupula dalam
hal ini, komunikator dalam rehabilitasi Korban Pengguna Narkoba
baik itu dokter, psikiater, pembimbing, pihak BNN dan sebagainya
harus menunjukkan kesiapan yang matang agar KPN percaya dan
terdorong untuk sering mengikuti rehabilitasi.
b. Kesungguhan (Seriousness)
Komunikan akan percaya dengan sungguh-sungguh apabila seorang
komunikator menunjukkan kesugguhannya dalam memberikan pesan
atau materi.
31
c. Ketulusan (sincerity)
Seorang komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan
harus dengan hati yang tulus dan niat yang baik
d. Kepercayaan (confidence)
Seorang komunikator harus menunjukkan kepastian baik dalam segi
materi pesan maupun segala mimik wajah yang pasti
e. Ketenangan (poise)
Komunikan senantiasa akan percaya kepada komunikator yang mampu
menyampaikan pesan dengan penampilan yang tenang dan kata-kata
yang tepat.
f. Keramahan (Frienship)
Komunikator yang memiliki sifat ramah akan menimbulkan simpati
yang lebih terhadap komunikan, seperti sering tersenyum, mau
berjabat tangan dengan audiens dan sebagainya.
g. Kesederhanaan (moderation)
Tak hanya keramahan, kesederhaan juga harus dimiliki komunikator
agar mampu dianggap kredibiltas oleh komunikan dengan dari segi
penampilan, prilaku, gesture tubuh semuanya menunjukkan
kesederhanaan. Onong Uchjana (2015: 17-19).
Selain faktor-faktor pendukung ethos, penentuan komunikan dalam
menilai komunikatornya layak, mempunyai integritas dan dapat dipercaya
didukung dengan beberapa komponen, yaitu:
a. Kompeten (kemampuan/kewenangan)
b. Integritas (kejujuran)
32
c. Good will (tenggang rasa) (Effendy, Uchjana, 2003:353)
Kredibilitas komunikator juga dilihat dari bagaimana dan seberapa
besar komunikan mampu membuka dirinya di depan komunikator.
Membuka diri dalam penelitian ini adalah KPN mampu atau mau
mengungkapkan dan menceritakan segala masalah baik tentang penyebab
mereka mengkonsumsi obat – obatan terlrang maupun masalah
pribadinya. Joseph Luft dan Harry Ingham dalam bukunya Komunikasi
Interpersonal dari Wood mengklasifikasikan informasi yang
memperngaruhi perkembangan konsep diri dalam model yang diberi
nama Johari Window yang terdapat empat area informasi sebagai berikut
Diketahui Tidak Diketahui
Diri Sendiri Diri Sendiri
Diketahui
Orang Lain
Tidak Diketahui
Orang Lain
Gambar 2.4 Jauhari Window
Teori Johari Window ini membantu sesorang dalam memahami
hubungan, perasaan, kesadaran maupun tingkah laku antara dirinya
Area
Terbuka
Area
Buta
Area
Tersembunyi
Area
Gelap
33
sendiri dengan orang lain juga. Teori ini juga disebut sebagai teori tentang
kesadaran diri mengenai pikiran dan prilaku seseorang yang ada di dalam
dirinya maupun pikiran atau prilaku orang lain.
1. Area Terbuka
Area terbuka ini merupakan area atau wilayah di mana
seseorang mampu saling memahami atau terbuka dengan
dirinya maupun dengan orang lain. Terbuka mengenai
perasaan, sifat, prilaku, kesadaran. Dalam area ini seseorang
lebih mudah dalam terbuka dan memahami atau menerima
bahkan berkomunikasi dengan orang lain, seperti contohnya
seseorang yang baru pertama kali bertemu atau berkenalan
akan mudah memberikan reaksi seperti tersenyum,
melambaikan tangan atau bahkan berjabat tangan. Dalam area
ini juga dapat terciptanya komunikasi yang lebih efektif baik
individu maupun kelompok karena lebih mudah memahami
satu sama lain.
2. Area Buta
Area Buta atau Blind area merupakan wilayah di mana
seseorang tidak dapat mengerti atau memahami sifat, perasan
dan prilaku dirinya sendiri tapi mampu memehami dan
mengerti orang lain. Area ini sering menimbulkan
kesalahpaham dalam interaksi komunikasi, area ini juga tidak
dapat mencipatkan komunikasi yang efektif seperti contohnya
seperti yang sudah dijelaskan seseorang yang tidak dapat
34
memahami sifat dirinya sendiri cenderung tidak bisa menilai
dirinya sendiri tetapi orang lain bisa memahaminya.
3. Area Tersembunyi
Hidden Area ini adalah wilayah atau kemampuan yang dimiliki
seseorang tetapi disembunyikan atau dirahasiakan dari
seseorang seperti perasaan, sifat dan prilaku. Seseorang
tersebut mempunya alasan tersendiri mengapa ia
menyembunyikan atau tidak mempublikasikannya kepada
orang lain. Seperti contohnya seseorang yang sudah saling
mengenal lama atau menjalin persahabatan yang lama belum
tentu dapat menceritakan atau terbuka dalam semua hal tentang
cerita kehidupannya masing – masing seperti masalah privasi
berupa masalah keluarga dan sebagainya.
4. Area Gelap
Area gelap merupakan area atau wilayah yang seseorang tidak
dapat mengerti dan memahami perasaan, sifat dan prilaku
dirinya sendiri bahkan orang lain tidak bisa memahaminya.
Area ini tidak dapat menciptakan komunikasi yang efektif
karena kedua belah pihak merasa sama – sama saling tidak ada
kecocokan dan pemahaman. Area gelap ini juga disebut konsep
diri yang tertutup atau introvert. Contohnya adalah seseorang
tidak mau menerima atau mendengar saran dan kritik dari
orang lain tentang dirinya.
35
Untuk mendapatkan atau menggali informasi, prilaku ataupun persaan diri
kita maupun orang lain, kita harus mencoba hal – hal yang baru dalam
berkomunikasi, lebih mendekatkan diri, lebih membuka diri satu sama lain.
Dengan melakukan hal – hal yang baru bersama orang lain seperti teman kita
dapat mengetahui persepsi seseorang terhadap diri kita dan begitupun kita dapat
mengetahui wawasan tentang diri kita (Wood, 2010: 60-61).
2.5.3 Unsur-unsur Kredibilitas Komunikator
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1992:129) kredibilitas komunikator
mencakup tiga unsur, yaitu:
1. Percaya (trust)
Dalam komunikasi interpersonal unsur faktor sangat penting.
Faktor percaya sangat menetukan elektabilitas dan efektifitas komunikasi
seorang komunikator di mata audiens atau komunikan. Menurut Griffin
(dalam Jalaluddin Rakhmat, 1992:130) percaya didefinisikan sebagai
mengandalkan prilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh
dengan resiko. Griffin juga menyebutkan ada tiga unsur dalam definisi ini
yaitu; (1) situasi yang menimbulkan resiko, bila seorang percaya kepada
seseorang, ia akan menghadapi segala resiko. Resiko itu dapat berupa
keuntungan atau kerugian; (2) orang yang menaruh kepercayaan kepada
orang lain menyadari segala akibatnya bergantung pada prilaku orang lain;
(3) orang yang yakin bahwa prilaku orang lain akan berakibat baik
baginya.
36
Dengan adanya sikap percaya yang dimiliki masing-masing
komunikator dan komunikator dapat meningkatkan saluran komunikasi,
memperjelas dan mempermudah pengiriman dan peneriman segala
informasi yang disampaikan, komunikor lebih mudah mengerti,
meningkatkan feedback yang baik antara komunikator dan komunikan.
Sehingga apabila hilangnya kepecayaan terhadap orang lain akan
menghambat proses komunikasi.
Menurut Deutsh dalam (Rakhmat, 1992:130) menyatakan faktor
personal dan situasional mempengaruhi sejauh mana kita percaya kepada
orang lain, harga diri dan otoritarisme juga mempengaruhi percaya, orang
yang harga dirinya positif cenderung akan mudah mempercayai orang lain,
sebaliknya orang yang mempunyai kepribadian otoriter cenderung sulit
mempercayai orang lain.
2. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive
dalam komunikasi. Sikap defensif adalah sikap yang bertahan dengan
pendapatnya sendiri, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.
Komunikasi defensive terjadi karena faktor-faktor personal seperti
ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensive dan
sebagainya atau faktor situasional. Dengan sikap defensive dapat
menyebabkan kegagalan dalam komunikasi interpersonal.
Jack R. Gibb dalam Jalaluddin Rakhman (1992:134) menyebutkan
perbedaan antara prilaku defensive dan suportif seperti tabel di bawah ini:
37
Iklim Defensif Iklim Suportif
1. Evaluasi
Artinya penilaian terhadap orang
lain; memuji atau mengecam
1. Deskripsi
Rtinya penyampaian perasaan dan
persepsi tanpa adanya penilaian.
2. Kontrol
Artinya berusaha untuk
mengendalikan prilakunya,
berusaha untuk mengubah orang
lain, mengendalikan prilaku,
mengubah sikap, pendapat dan
tindakannya.
2. Orientasi Masalah
Artinya sebaliknya dengan control
yaitu berusaha mengkomunikasikan
keinginannya untuk bekerjasama
mencari jalan keluar dalam
masalanya.
3. Strategi
Strategi adalah memanipulasi
untuk mempengaruhi lawan
dengan menggunak berbagai
macam cara atau trik.
3. Spontanitas
Spontanitas artinya bersikap jujur
apa adanya dan tidak menyelimuti
motif terpendam.
4. Netralitas
Sikap netralitas berarti tidak
membanding-banding orang lain,
tidak, menunjukkan sikap tak acuh
dan tidak menghiraukan perasaan
orang lain.
4. Empati
Lawan dari netralitas yaitu empati.
Sikap empati yaitu mudah perhatian
dan tersentuh hatinya melihat
sesuatu atau seseorang yang menurut
ia patut di kasihi. Tanpa empati
orang seakan-akan “mesin” yang
hampa perasaan dan tanpa perhatian.
38
5. Superioritas
Artinya sikap yang menunjukkan
anda lebih tinggi dan lebih baik
daripada orang lain karena status,
kekuasaan, kemapuan intelektual,
kecantikan, kekayaan atau biasa
disebut takabur.
5. Parsamaan
Persamaan artinya memperlakukan
orang lain secara horizontal dan
dekmokratis. Sikap persamaan tidak
mempermasalahkan status,
persamaan, keyakinan dan tidak
menggurui.
6. Kepastian
Orang yang memiliki sifat
kepastian adalah orang yang ingin
menang sendiri, dogmatis dan
menganggap mendapatnya adalah
mutlak tidak dapat diganggu gugat.
6. Provisionalisme
Provisionalisme adalah sebaliknya
dari kepastian yaitu meninjau
kembali mendapat kita, mengakui
pendapat manusia ada yang salah
atau benar.
Tabel 2.5 Prilaku Defensif dan Suportif dari Jack Gibb
3. Sikap Terbuka
Sikap terbuka (open mindedsess) sangat besar pengaruhnya
menumbukan komunikasi interpersonal secara efektif. Lawan dari sikap
terbuka adalah dogmatisme, untuk memahami sikap terbuka kita harus
memahami dulu dogmatisme. Milton Roeach dalam (Jalaluddin Rakhmat,
1992:136) mendefiniskan dogmatisme sebagai (a) a relatively closed
cognitive organization of beliefs and disbeliefs bout reality, (b) organized
around a central set of beliefs about absolute authority which, in turn, (c)
provides a frame-work for patterns of intolerance toward others. Rokeach
kemudian memperjelas pemikirannya dalam buku The Open and Closed
39
Mind (1960) menegaskan pengaruh dogmatisme terhadap proses
penerimaan dan pengolahan informasi. Dengan menggunakan Books dan
Emmert (1977) karakteristis orang yang bersikap terbuka sikap tertutup
dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Sikap Terbuka Sikap Tertutup
1. Menilai pesan secara objektif,
dengan menggunakan data dan
logika
2. Menilai pesan berdasarkan motif-
motif tersendiri.
2. Membedakan dengan mudah,
melihat nuansa dan sebgainya.
2. Berpikir simplistic, artinya
berpikir hitam-putih (tanpa nuansa)
3. Berorientasi pada isi 3. Bersandar lebih banyak pada
sumber pesan daripada isi pesan
4. Mencari informasi dari berbagai
sumber
4. Mencari informasi tentang
kepercayaan orang lain dari sumber
kepercayaan orang lain.
5. Lebih bersifat provisional dan
bersedia mengubah
kepercayaannya.
5. Mempertahankan dan
memengang teguh system
kepercayaannya.
6. Mencari pengertian pesan yang
tidak sesuai dengan
kepercayaannya.
6. Mengabaikan, mendistorsi dan
menolak isi pesan yang tidak sesuai
dengan system kepercayaannya.
Tabel 2.6 Sifat Terbuka dan Sifat Tertutup
40
2.6 Obat-obatan Terlarang
2.6.1 Pengertian Obat-obatan terlarang
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, narkoba atau narkotika adalah obat
yang dapat menghilangkan rasa sakit, menenangkan syaraf, menimbulkan rasa
mengantuk, merangsang dan menimbulkan rasa ketergantungan yang sangat
tinggi.
Menurut Hukum Pidana Nasional, secara etimologis narkoba atau
narkotika berasal dari bahasa inggris atau narcosis yang berarti menidurkan dan
pembiusan. Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke atau narkam yang
berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa, Narkotika juga berasal dari
perkataan narcotic yang artinya dapat menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
rasa atau efek stupor (bengong), bingung dan seperti tidak terkendali (Mardani,
2008:78).
Pada umumnya narkoba adalah adalah zat yang baik, dapat digunakan
sebagai obat dan memiliki banyak manfaat untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Narkoba mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi
kehidupan di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Seperti contohnya
dalam operasi (pembedahan), seorang dokter harus menyuntikkan oabat bius
terlebih dahulu yang di mana obat bius tersebut tergolong narkotika. Namun
kebanyakan dari kita telah salah kaprah dalam menilai narkoba, kebanyakan dari
kita menganggap narkoba sebagai sesuatu yang sangat membahayakan dan
terlarang, padahal narkoba adalah zat yang sangat banyak manfaatnya jika
dimanfaatkan dengan tepat dan sesuai dosisnya (Partodiharjo, Subagyo, 2007:10).
41
2.7 Korban Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba merupakah masalah internasional yang
sudah lama terjadi yang berlangsung hingga saat ini. Pada masa kolonialisme
Belanda jumlah pengguna narkoba mencapai 3000 sampai 10.000. Hal ini
dikarenakan letak Indonesia berdekeatan dengan wilayah yang penghasil
narkoba yaitu daerah Segitiga Emas dan Indonesia merupakan Negara yang
luas berdekatan dengan benua Australia dan benua Eropa. Dengan begitu
Indonesia menjadi lalu lintas perdagangan gelap dan pemakai narkoba
(Mardani, 2008:95-96)
Korban Penyalahgunaan Narkoba (KPN) menurut pasal 1 angka 15
UU nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah orang yang menggunakan
narkoba tanpa hak atau melawan hukum (www.kompasiana.com, diakses
pada tanggal 21 Agustus 2018).
2.8 Pengertian Rehabilitasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) rehabilitasi merupakan
pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu, perbaikan
anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu menjadi manusia yang
berguna dan memiliki tempat dalam masyarakat.
Rehabilitasi merupakan usaha pemulihan terhadap korban pengguna
narkotika untuk mengembalikan fungsi sosial dan kehidupannya secara
normal dan wajar. Program rehabilitasi terdiri dari serangkaian upaya yang
terkoordinasi dan terpadu, upaya-upaya medis, bimbingan mental,
psikososial, keagamaan dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
penyesuain diri serta mencapai kemampuan fungsional sesuai dengan potensi
42
ynag dimiliki korban. Pelaksanaan rehabilitasi telah berlandaskan beberapa
peraturan oleh Departemen Sosial, yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 Pasal 45,
Pasal 46 ayat (1), (2), (3), Pasal 47 ayat (1) dan (2), Pasal 48 ayat (1)
dan (2) dan Pasal 49 ayati (1), (2), (3) serta Pasal 50.
b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2002
Tentang Badan Narkotika Nasional.
2.8.1 Metode Rehabilitasi Pemakai Narkotika
Rehabilitasi Korban Pengguna Narkoba (KPN) memerlukan waktu yang
panjang, fasilitas, obat yang memadai serta tenaga yang profesional, karena KPN
tersebut memiliki empat tingkat intensitas pengguna, yaitu:
a. coba pakai, coba pakai ini pemakai hanya memakai narkoba kurang
dari lima kali dalam setahun,
b. teratur pakai, tingkat ini memakai narkoba 5-50 kali dalam setahun,
c. kecanduan, pemakai mengkomsumsi narkoba lebih dari 50 kali
dalam setahun
d. jarum suntik, jarum suntik sama dosisnya dengan kecanduan. Satu
jarum suntik sama dengan 50 kali jarum suntik. Rehabilitasi ini
melibatkan berbagai macam profesi seperti: dokter, perawat,
psikologi, pebimbing keagamaan, psikiater dan pembina panti
rehabilitasi sosial. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang
Narkotika mewajibkan KPN narkotika untuk mengikuti program
rehabilitasi.
43
Proses rehabilitasi khususnya dalam pengguna narkoba, adanya ahli
dibidangnya masing – masing yang saling membutuhkan satu sama lain seperti
dokter, psikiater, konselor dan lainnya. Proses atau tahapan rehabilitasi pengguna
narkoba dibagi dalam tiga tahap yaitu:
1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi)
Adalah tahap di mana dokter memeriksa kesehatan fisik dan
mental dari pecandu atau pengguna narkoba untuk memutus gejala
kekambuhan dan sakau. Dokter akan menentukan apakah pengguna harus
diberikan obat atau tidak, tergantung dari tingkat penggunaan pecandu.
Dalam tahap ini memiliki beberapa variasi atau tindakan seperti:
a. Rawat inap dan rawat jalan
b. Cold Turkey, yaitu untuk menghentikan pecandu dari kecanduan
penggunaan obat terlarang dilakukan dengan lansung mengurung
pecandu di dalam ruangan tertentu atau ruangan kosong sampai tingkat
kecanduanya berhasil dihilangkan dan kemudian dilakukan konseling
agar tingkat kecanduan pecandu benar benar hilang
2. Tahap rehabilitasi nonmedis
Tahap rehabilitasi pada tahap ini dilakukan di tempat rehabilitasi
yang telah disediakan oleh BNN dan lembaga – lembaga yang lainnya
yang bekerjasama dengan BNN yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada
tahap ini pecandu atau pengguna akan diberikan berbagai program
Therapeutic Communities (TC) yaitu metode untuk mengembalikan
pengguna ke dalam lingkungan masyarakat sekitarnya, dapat diterima dan
44
pengguna dapat berbaur kembali dengan masyarakat sekitar dan juga 12
langkah pendekatan keagamaan.
3. Tahap Lanjutan
Merupakan layanan pascarehabilitasi yang bersifat regular (rawat
jalan), di mana pecandu atau pengguna yang telah selesai mengikuti semua
tahapan rehabilitasi dapat kembali ke lingkungannya dengan tetap berada
bawah pengawasan pihak BNN dan melanjutkan program TC dan kegiatan
– kegiatan yang lain seperti minat bakat yang dimiliki pengguna.
(Sumber: www.bnn.go.id)
BNN kabupaten Lumajang hanya ada program rehabilitasi rawat jalan
dengan konseling. Rehabilitasi dengan konseling selama delapan kali pertemuan
dalam seminggu sekali selama dua bulan. Rehabilitasi dengan metode konseling
dilakukan tahap pertama yaitu asesmen guna untuk mendalami status pasien
seperti riwayat penggunaan narkoba yang selanjutnya konseling dengan
pendekatan analisa sebab masalah, wawancara motivasi dan terapi prilaku
kognitif.
Konteks dalam proses rehabilitasi pengguna narkoba ini melibatkan
komunikasi yang bersifat persuasi, memberikan informasi dan mengubah pola
pikir korban dalam memandang narkoba. Koselor menggunakan komunikasi yang
tepat agar sasarannya juga tepat yaitu proses rehabilitasi berjalan lancar.
Lancarnya proses rehabilitasi akan membuat pecandu, pengguna atau KPN merasa
sangat terbantu atau komunikan bisa menilai bahwa komunikator tersebut
memiliki kredibilitas (percaya atau keahlian) paling mendasar dalam diri
komunikator atau bahkan dalam segi aspkek atau unsur yang lainnya.
45
2.10 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan bahan pertimbangan peneliti dalam
melakukan penelitian. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai referensi dan
pendukung peneliti dalam mengkaji lebih dalam penelitian, sehingga peneliti
dapat memperkaya atau memperluas teori – teori yang akan digunakan di dalam
penelitian. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian
yang dilakukan peneliti.
No Judul Peneliti Relevansi
1. Kredibilitas
komunikator dalam
komunikasi pemasaran
jasa asuransi jiwa (studi
pada nasabah AJB
Bumiputera 1912
cabang Kepanjen
Malang).
Ayu Seto Julaika (Skripsi
2010)
Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas
Muhammadiyah Malang.
Hubungan dari
penelitian ini sama –
sama meneliti
kredibilitas
komunikator sebagai
keberhasilan
komunikasi menurut
pandangan komunikan
dalam proses
komunikasi dalam
perusahaan, isntansi,
lembaga dan organisasi.
2. Kredibilitas
komunikator dakwah
menurut mahasiswa non
muslim (studi pada
dosen Al islma
kemuhammadiyahan di
mata mahasiswa non
muslim Universitas
Muhammadiyah
Malang).
Nurhadi (Skripsi 2015)
Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas
Muhammadiyah Malang.
Hubungan dari
penelitian ini sama –
sama meneliti
kredibilitas
komunikator sebagai
keberhasilan
komunikasi menurut
pandangan komunikan
dalam proses
komunikasi dalam
46
perusahaan, isntansi,
lembaga dan organisasi
Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu