bab ii tinjauan pustaka 2.1 jaringan komunikasi 2.1.1
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jaringan Komunikasi
2.1.1 Pengertian Jaringan Komunikasi
Jaringan atau network didefinisikan sebagai “social structures
created by communication among individuals and groups” (struktur
sosial yang diciptakan melalui komunikasi diantara sejumlah individu
dan kelompok). Ketika orang berkomunikasi dengan orang lain maka
terciptalah hubungan (link) yang merupakan garis-garis komunikasi
dalam organisasi (Morissan, 2013:411).
Menurut Arni (dalam Masmuh, 2013:57), pengertian jaringan di
sini merupakan jalur yang digunakan sebagai penerus informasi dari
individu ke individu lainnya. Terdapat dua perspektif dalam melihat
jaringan ini yaitu pertama, jaringan komunikasi yang merupakan sistem
komunikasi umum digunakan dalam menyampaikan informasi dari
individu ke individu lainnya oleh sebuah kelompok. Maksud dari
kelompok disini yakni kelompok kecil yang menyesuaikan dengan
sumber daya yang dipunyai, dimana kelompok tersebut akan
mengembangkan pola komunikasi dengan cara menggabungkan
beberapa stuktur jaringan komunikasi. Selanjutnya yang kedua,
jaringan komunikasi ini dapat dilihat sebagai struktur yang dibentuk
secara formal oleh sebuah organisasi sebagai sarana komunikasi
organisasi tersebut.
10
Mata rantai tercipta ketika manusia melakukan komunikasi.
Mata rantai disini diartikan sebagai saluran komunikasi dalam
lingkungan sosial atau sebuah organisasi. Dalam suatu organisasi, mata
rantai ditentukan oleh aturan-aturan organisasi itu sendiri. Berbeda
dengan mata rantai yang ada pada lingkungan sosial yaitu ditentukan
oleh hubungan interaksi antar anggota lingkungan sosial tersebut.
Jaringan komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai saluran atau
jalan tertentu yang digunakan untuk pertukaran informasi antar individu
dan kelompok. Sebuah jaringan komunikasi identik dengan hubungan
antara dua aktor atau lebih. Studi mengenai jaringan komunikasi
memberi penekanan pada hubungan antara satu aktor dengan aktor yang
lain dalam struktur sosial tertentu. Dalam jaringan komunikasi terdiri
dari seperangkat aktor (node) yang dapat berupa individu, kelompok,
perusahaan, organisasi atau masyarakat dan hubungan (link) diantara
aktor mungkin terjadi diantara individu dengan individu atau terjadi
diantara individu dengan kelompok tertentu dan seterusnya.
Leavitt (1992) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah
aspek struktural dari sebuah kelompok, jaringan tersebut menjelaskan
kepada kita bagaimana kelompok tetap bersatu atau terikat satu sama
lain (dalam skripsi milik Cindoswari, 2016)
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi
jaringan komunikasi yang terkait dengan penelitian ini adalah susunan
atau rangkaian hubungan diantara sejumlah individu yang muncul
11
dikarenakan adanya pertukaran pesan atau informasi diantara individu
tersebut sehingga terbentuklah jaringan komunikasi tertentu.
2.1.2 Karakteristik Jaringan Komunikasi
Menurut Marin and Wellman (dalam Eriyanto, 2014:10)
terdapat karakteriksik penting dari penelitian jaringan, sebagai berikut:
1. Relasi, bukan Atribut
Penelitian jaringan memusatkan perhatian pada relasi, bukan
atribut. Metode ini bisa digunakan untuk meneliti bentuk aktor
seperti individu, negara, lembaga, dan sebagainya. Namun yang
diteliti bukan atribut dari aktor.
2. Jaringan, bukan Kelompok
Penelitian jaringan ini berangkat dari asumsi bahwa aktor
adalah anggota dari suatu jaringan, bukan kelompok. Seorang aktor
bisa saja berupa anggota kelompok, tetapi mempunyai jaringan
yang lebih luas dari kelompok.
3. Relasi dalam konteks relational tertentu
Relasi antar aktor dalam penelitian jaringan dipahami dalam
konteks relational tertentu. Relasi antar aktor A dan aktor B,
misalnya dapat dipahami jika dikaitkan dengan relasi dengan aktor
C.
12
2.1.3 Istilah dalam Jaringan Komunikasi
Dalam analisis jaringan komunikasi terdapat istilah-istilah dasar
yang dapat digunakan sebagai landasan peneliti untuk menganalisis
data yang diperoleh pada saat penelitian, yakni sebagai berikut :
1. Node
Node atau aktor bukan berarti harus berupa perorangan.
Aktor juga dapat berupa perusahaan, negara, suatu organisasi, dan
lain-lain. Sebagai contoh misalkan, ketika melakukan penelitian
tentang jaringan UKM Komunitas Teater di UMM, maka node
(aktor) bukan individu (orang) melainkan UKM Komunitas Teater.
2. Link (edge)
Link atau edge, merupakan hubungan diantara aktor (node).
Link (edge) dilambangkan dengan sebuah garis yang
menghubungkan antara aktor satu dengan aktor lainnya. Jika
terdapat garis diantara aktor, maka menandakan adanya hubungan.
Namun jika diantara aktor tidak terdapat garis, maka menunjukkan
tidak ada hubungan (Eriyanto, 2014:37).
2.1.4 Struktur Jaringan Komunikasi
B. Aubrey Fisher dalam bukunya Teori-teori Komunikasi
(1990:183), menjelaskan bahwa suatu jaringan secara jelas mempunyai
fokus pada saluran yang memungkinkan komunikasi mengalir di antara
individu. Karena itu, kombinasi tertentu dari penghubung saluran
diantara para komunikator merupakan struktur jaringan komunikasi.
13
Struktur jaringan komunikasi adalah susunan atau rangkaian
yang menunjukkan hubungan diantara individu dengan individu
lainnya didalam suatu kelompok. Dalam penelitian ini, struktur jaringan
komunikasi yakni menggambarkan dalam bentuk sosiogram mengenai
hubungan antar individu dalam mempertahankan seni tradisi Damar
Kurung di Desa Tlogopojok, Kabupaten Gresik. Contoh proses
bekerjanya sosiogram seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 2.1 Sosiogram
Sumber: Koentjaraningrat (dalam Suparman, 1987:4.3).
Untuk membuat sosiogram tersebut, peneliti mengumpulkan
terlebih dahulu keterangan-keterangan dari masyarakat yang sudah
menjadi sasaran peneliti sebelumnya mengenai hubungan sosial mereka
satu sama lain. Hal ini merupakan sebuah metode yang dinamakan
sosiometri. Menurut Vredenbregt (dalam Suparman, 1987:1.16),
menjelaskan bahwa sosiometri merupakan suatu metode yang bertujuan
untuk meneliti interaksi-interaksi sosial dari anggota suatu kelompok.
14
Dalam buku Suparman yang berjudul Pengantar Sosiometri
(1987:1.5), tahapan yang harus dilakukan dalam sosiometri adalah
sebagai berikut :
1. Penentuan permasalahan yang akan diukur khususnya dibidang
sosial
2. Menentukan unit statistik yang akan diukur apakah individu,
rumah tangga, organisasi, atau kelompok masyarakat, dan lainnya.
3. Memilih faktor-faktor atau komponen-komponen dari masalah
yang akan diukurnya.
4. Menentukan timbangan dari masing-masing faktor untuk membuat
indeks dari skala sosiometri tersebut.
2.1.5 Model Struktur Jaringan Komunikasi
Rogers dan Kincaid (1981) menyebutkan terdapat dua model
dari struktur jaringan komunikasi, diantaranya adalah jaringan personal
memusat (interlocking personal network) dan jaringan personal radial
(radial personal network). Dalam jaringan komunikasi memusat terdiri
dari individu yang homofili, namun kurang terbuka dengan
lingkungannya. Arus komunikasi dalam jaringan ini terjadi hanya pada
lingkup individu-individu dalam jaringan itu saja. Jaringan personal
memusat memiliki derajat integrasi yang tinggi dan memiliki kepadatan
yang kurang dari kepadatan yang dimiliki oleh jaringan personal radial.
Jaringan personal radial (radial personal network) memiliki
derajat integrasi yang rendah, namun memiliki sifat keterbukaan
15
dengan lingkungannya. Model jaringan komunikasi ini, mempunyai
kepadatan yang sedikit dan memungkinkan individu lebih terbuka
untuk bertukar informasi dengan lingkungan yang luas. Jaringan
personal radial terdiri dari individu-individu yang mempunyai kenalan
jarak jauh (ikatan lemah) yang berfungsi sebagai jalur untuk
mendapatkan suatu informasi. Maka ikatan yang lemah tersebut secara
otomatis akan mempunyai banyak jembatan (bridge) yang berguna
untuk menghubungkan dua atau lebih sebuah klik. Peran penting yang
dimiliki oleh ikatan lemah disini adalah untuk membawa informasi-
informasi yang terbaru.
Model jaringan personal radial sangat penting dalam difusi-
inovasi, sebab link-link yang ada mecapai segala sistem. Sedangkan
model jaringan personal memusat muncul secara alamiah, karena
jaringan ini sangat miskin untuk menerima informasi-informasi baru
dari suatu lingkungan (Rogers dalam skripsi milik Cindoswari, 2016).
2.2 Analisis Jaringan Komunikasi
Menurut Rogers dan Kincaid (dalam Kriyantono, 2009:317)
mengatakan bahwa analisis jaringan komunikasi adalah sebuah metode
penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam sebuah sistem,
dimana data yang berhubungan dengan arus komunikasi yang dianalisis
dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit
analisisnya. Tujuan penelitian komunikasi menggunakan analisis jaringan
16
komunikasi adalah untuk memahami bagaimana pola arus informasi pada
individu-individu dalam suatu sistem.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam penelitian dengan
menggunakan analisis jaringan komunikasi :
1. Mengidentifikasi klik dalam suatu sistem,
2. Mengidentifikasi peranan khusus seseorang dalam jaringan
komunikasi, misalnya sebagai liaisons, bridges, dan isolated
3. Mengukur berbagai indikator (indeks) struktur komunikasi, seperti
keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik, dan
sebagainya.
2.2.1 Klik dalam Jaringan Komunikasi
Menurut Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan bahwa klik
dalam jaringan komunikasi merupakan bagian dari suatu sistem
jaringan komunikasi, dimana anggotanya cenderung lebih sering
berinteraksi jika dibandingkan dengan anggota yang lain. Menurut
Rachmat Kriyantono didalam bukunya yang berjudul Teknik Praktis
Riset Komunikasi (2009:323), syarat klik diantaranya adalah :
1. Pada setiap klik minimal mempunyai tiga anggota,
2. Paling tidak mempunyai 50% hubungan pada setiap anggota klik,
3. Seluruh anggota klik harus berhubungan satu dengan yang lainnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini tidak
terpacu pada arah hubungan.
17
Scoot (2009) mengidentifikasi klik dengan membagikannya
kedalam 3 lapisan, yaitu :
a. Core atau inti, merupakan anggota yang paling sering terlibat
dalam suatu jaringan,
b. Lingkaran utama (primary circle), merupakan anggota yang
terlibat dengan anggota inti (core) pada beberapa kali kesempatan,
c. Lingkaran sekunder atau secondary circle, merupakan anggota
yang jarang atau bahkan hampir tidak pernah terlibat dalam suatu
jaringan.
2.2.2 Peranan Anggota dalam Jaringan Komunikasi
Dalam proses interaksi, jaringan komunikasi memiliki arti
penting karena jaringan-jaringan komunikasi terdiri dari pihak-pihak
yang saling berhubungan melalui pola-pola informasi. Analisis jaringan
komunikasi juga dapat memperlihatkan peranan-peranan anggota
dalam berinteraksi dengan sesamanya melalui jaringan komunikasi.
Adapun peranan-peranan anggota didalam jaringan komunikasi, antara
lain adalah :
1. Pemimpin pendapat atau Opinion Leader, yaitu orang tanpa
jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing
pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan
mereka.
2. Gate Keeper (penjaga gawang), adalah individu yang mengontrol
arus informasi diantara anggota kelompok. Peranan ini sangat
18
penting dalam jaringan komunikasi karena ia mempunyai
kekuasaan atau wewenang dalam memutuskan apakah informasi
yang masuk penting atau tidak.
3. Cosmopolites atau pihak luar, yaitu individu yang berperan
sebagai penghubung antara kelompok dengan lingkungannya.
Peranan ini, bertugas untuk mengumpukan informasi dari
berbagai sumber yang ada didalam suatu kelompok kemudian
memberikan informasi tersebut kepada individu tertentu dalam
lingkungannya.
4. Bridge (jembatan), yaitu anggota kelompok yang
menghubungkan kelompoknya dengan kelompok yang lain.
5. Liaison (penghubung), yaitu orang yang menghubungkan dua
kelompok atau lebih dalam suatu sistem jaringan komunikasi,
namun ia sendiri bukan termasuk anggota dari salah satu
kelompok tersebut.
6. Isolate (penyendiri), yaitu orang yang tersisih dalam suatu
kelompok atau orang yang berada dalam satu lingkungan tetapi
tidak menjadi anggota kelompok.
2.3 Interaksi Sosial dalam Sosiologi Komunikasi
Dalam proses komunikasi tentu akan melibatkan satu individu dengan
individu lainnya, maka dari komunikasi kedua individu tersebut timbul suatu
keterhubungan yang disebut dengan interaksi, dan jika dilakukan didalam
kehidupan bermasyarakat maka disebut dengan interaksi sosial.
19
Soeryono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar
(2002:62), menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar
kelompok-kelompok manusia, dan antara orang dengan kelompok-kelompok
masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu
dan pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunikasi terjadi
diantara dua belah pihak. Adapun syarat terjadinya interaksi sosial adalah :
1. Kontak Sosial
Menurut Soekanto (2002:65), kontak sosial berasal dari bahasa
latin con dan cum yang artinya bersama-sama dan tango yang berarti
menyentuh, jadi jika diartikan secara harfiah adalah bersama-sama
menyentuh. Kontak sosial terjadi tidak hanya menyentuh orang, namun
orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya.
Secara konseptual kontak sosial dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu kontak sosial primer dan kontak sosial sekunder. Kontak sosial
primer adalah kontak sosial yang terjadi melalui tatap muka atau secara
langsung diantara orang satu dengan orang lainnya atau dengan
kelompok yang lain. Sedangkan kontak sosial sekunder yaitu kontak
sosial yang terjadi melalui perantara, baik yang bersifat manusiawi
maupun dengan teknologi seperti melalui telepon, radio, surat, televisi,
internet, dan lain sebagainya (Bungin, 2009:56-57).
2. Komunikasi
Dalam bidang sosiologi menyebutkan bahwa komunikasi
merupakan proses memaknai oleh seseorang terhadap sebuah
20
informasi, perilaku orang lain, dan sikap yang berbentuk gerak-gerik,
pembicaraan, pengetahuan, dan perasaan-perasaan. Sehingga seseorang
itu kemudian membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, perilaku, dan
sikap tersebut sesuai dengan pengalaman yang pernah dialami
sebelumnya. Komunikasi juga dapat dipengaruhi oleh media yang
digunakan, sehingga terkadang isi informasi seseorang dan penafsiran
orang lain ikut terpengaruh oleh media tersebut.
Interaksi sosial tidak terjadi begitu saja, akan tetapi interaksi sosial
terjadi karena ada proses didalamnya. Gillin dan Gillin (dalam Soekanto,
2002:71-104) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis dari proses sosial
sebagai akibat dari interaksi sosial, yakni sebagai berikut :
1. Proses Asosiatif
Merupakan proses sosial yang terjadi berupa saling memahami dan
kerja sama timbal balik diantara orang perorang atau kelompok satu
dengan kelompok lainnya, yang menghasilkan tercapainya tujuan-tujuan
bersama.
a. Ccoorperation atau kerja sama merupakan sebuah usaha yang
dilakukan secara bersamaan antar individu atau kelompok, yang
bertujuan untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Kerja sama terjadi jika diantara individu atau kelompok tertentu
memiliki kepentingan dan ancaman yang sama.
b. Accomodation adalah proses sosial dengan dua makna yakni
pertama, proses sosial yang menunjukkan pada suatu keadaan yang
seimbang dalam interaksi sosial antara individu dan antarkelompok
21
didalam masyarakat terutama yang ada hubungannya dengan
norma dan nilai sosial yang ada di masyarakat itu. Kedua, menuju
pada suatu proses yang sedang berlangsung dimana accomodation
menampakkan suatu proses untuk merendakan suatu pertentangan
yang terjadi di masyarakat baik diantara individu, kelompok dan
masyarakat, maupun dengan norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
c. Asimilasi yaitu sebuah proses percampuran dua atau bahkan lebih
budaya yang berbeda, kemudian menghasilkan budaya baru yang
berbeda dengan budaya asalnya. Dalam kehidupan masyarakat
dimana anggotanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda,
maka proses asimilasi ini menjadi sangat penting karena proses ini
akan melahirkan budaya-budaya baru yang dapat diterima oleh
seluruh anggota masyarakat.
2. Proses Disasosiatif
Adalah proses sosial yang terjadi berupa perlawanan yang
dilakukan oleh beberapa individu atau kelompok. Bentuk-bentuk proses
disasosiatif meliputi persaingan, kompetisi, dan konflik.
2.4 Komunikasi Interpersonal
Arni Muhammad dalam bukunya Komunikasi Organisasi (2014:158),
mengemukakan bahwa Komunikasi Interpersonal adalah proses pertukaran
informasi diantara seseoarang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
22
Komunikasi interpersonal dapat diartikan juga sebagai komunikasi yang
terjadi antara dua orang atau lebih. Komunikasi dapat mengekspresikan ide,
perasaan, kesan, dan harapan terhadap sesama, serta memahami ide, kesan,
dan perasaan dari orang yang lain. Adanya komunikasi memungkinkan
terjadinya pembentukan kesepakatan penting, kerja sama sosial, dan lain-lain.
Burgon & Huffiner (2002), komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan
balik, baik secara lagsung (face to face) maupun dengan media. Berdasarkan
definisi ini maka dapat kelompok maya atau factual. Kesimpulannya bahwa
komunikasi interpersnal adalah proses penukaran informasi atau komunikasi
yang dilakukan oleh dua orang secara langsung sehingga komunikan dapat
melihat dampak maupun reaksi yang diberikan oleh lawan bicaranya secara
verbal maupun nonverbal.
Menurut Arni Muhammad, komunikasi interpersonal mempunyai
beberapa tujuan, sebagai berikut :
a. Menemukan diri sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk bicara tentang apa yang kita sukai, atau
mengenai diri kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan
orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada
pikiran, perasaan, dan tingkah laku kita.
23
b. Menemukan dunia luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat
memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang
berkomunikasi dengan kita. Banyak kounikasi yang kita ketahui
datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah
infromasi yang datang kepada kita dari media massa. Hal itu
seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui
interaksi interpersonal.
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar dalam
menggunakan komunikasi interpersonal adala membentuk dan
memelihara hubungan sosial dengan orang lain
d. Berubah sikap dan tingkah laku
Banyak waktu yang digunakan untuk mengubah sikap dan
tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal, misalnya
dengan cara menonton film, membaca buku, dan lain-lain sehingga
akan mengarahkan atas apa yang akan atau telah dilakukan.
e. Untuk bermain dan kesenangan
Komunikasi interpersonal mencakup semua aktivitas yang
mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara
dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu liburan, berdiskusi
mengenai kuliah, menceritakan cerita lucu dan lain sebagainya
merupakan pembicaraan untuk mengahabiskan waktu. Dengan
melakukan komunikasi interpersonal semacam ini, dapat memberikan
24
keseimbangan yang penting dalam pikiran dan timbulna rileksasi dari
suatu keseriusan atau ketegangan yang pernah dialami.
Menurut Devito (dalam Effendy, 2003:30), komunikasi interpersonal
merupakan penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh
orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera. Setiap pelaku komunikasi interpersonal
sangat diharapkan dapat berinteraksi secara efektif dan saling mengerti satu
dengan yang lain. Adapun faktor yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal diantaranya adalah :
1. Homofili
Homofili merupakan derajat persamaan dalam beberapa hal
tertentu seperti pendidikan, status sosial, keyakinan, dan lain
sebagainya diantara pasangan-pasangan individu yang saling
berhubungan. Hal ini mengakibatkan interaksi yang dilakukan oleh
seseorang menjadi lebih akrab dan komunikasi yang terjalin lebih
terbuka, serta memungkinkan terjadinya pencapaian presepsi dan
makna yang selaras pada sebuah peristiwa atau objek.
Scott L.Feld (dalam jurnal komunikasi indonesia, 2017)
menguraikan penjelasan yang berbeda mengenai terbentuknya
homofili. Feld memberi nama penjelasan homofili sebagai foci (fokus)
adalah suatu relasi dimana aktor saling berinteraksi dalam aktivitas
yang sama dan terorganisasi, bisa berupa tempat pekerja, organsasi,
keluarga, dan seterusnya. Foci atau fokus merujuk kepada relasi antara
aktor yang didasarkan pada aktivitas atau tujuan yang sama yang
25
terorganisasi. Relasi ini tidak harus serta dan timbal balik, tetapi
mempunyai tujuan dan aktivitas yang sama.
2. Heterofili
Rogers dan Kincaid menjelaskan bahwa heterofili merupakan
derajat perbedaan dalam beberapa hal tertentu antar individu yang
saling berhubungan atau berinteraksi. Heterofili sering kali terjadi
tidak efektif antara komunikator dengan komunikan. Terjadinya
heterofili disebabkan oleh adanya perubahan dan perkembangan
masyarakat yang mengakibatkan beberapa nilai-nilai berubah namun
ada beberapa yang tetap mempertahankan nilai-nilai lama. Dalam
perkembangannya, anggota masyarakat tidak diberikan kesempatan
yang merata dalam hal pendidikan maupun peningkatan penghasilan,
hanya bagi orang-orang yang memiliki potensi dan pandai
memanfaatkan kesempatan dan peluang saja yang dapat
memperolehnya.
3. Empati
Evert M. Rogers dan Dilip K. Bhowmik mendefinisikan empati
sebagai kemampuan seseorang untuk memperoyeksikan diri terhadap
kodisi dan perasaan orang lain. Empati sebagai salah satu usaha untuk
mengatasi persoalan perbedaan komunikasi dalam heterofili.
2.5 Komunikasi Kelompok
Bungin (2019), kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang
terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Komunikasi kelompok sebagai
26
salah satu kegiatan yang kita tidak jarang kita lakukan didalam kehidupan
sehari-hari. Komunkasi kelompok merupakan kegiatan komunikasi yang
terjadi diantara kelompok. Maksudnya disini, setiap anggota kelompok yang
terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan kedudukan dan
perannya dalam kelompok tersebut. Pesan yang disampaikan juga bukan
bersifat pribadi, melainkan berkaitan dengan semua anggota kelompok.
Adler dan Rodman mennyebutkan bahwa ada empat elemen
kelompok diantaranya adalah ukuran, waktu, tujuan, dan interaksi. Pertama,
ukuran yaitu jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok tidak selalu
pasti. Kedua, komunikasi kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka
waktu yang panjang karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik
atau ciri yang tidak dimiliki oleh kumpulan yang bersifat sementara. Maka
jika ada sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang
singkat, tidak dapat digolongkan sebagai anggota kelompok. Ketiga, tujuan
yang dimaksud disini adalah keanggotaan dalam kelompok akan membantu
orang yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mencapai satu atau
bahkan lebih tujuannya. Keempat, interaksi sebagai faktor yang paling
penting dalam komunikasi kelompok, karena melalui interaksi inilah dapat
terlihat perbedaan antar kelompok dengan coact. Coact merupakan
sekelompok orang yang secara serentak terikat dalam kegiatan yang sama tapi
tidak ada komunikasi satu dengan yang lain (Bungin, 2009:272-273).
Komunikasi kelompok adalah kegiatan berkomunikasi yang
dilakukan oleh beberapa orang atau sekumpulan orang, guna memperoleh
maksud dan tujuan yang dikehendaki. Michael Burgoon (dalam Wiryanto,
27
2005:52) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap
muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti
berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
secara tepat. Kelompok ini misalnya adalah kelompok diskusi, kelompok
pemecah masalah, dan lain-lain. Komunikasi merupakan hal yang penting
bagi kegiatan kelompok, apakah itu suatu kegiatan perkuliahan, suatu
pembicaraan dalam rapat panitia, percakapan akrab antara dua orang teman,
atau pertemuan keluarga untuk merencanakan liburan akhir pekan.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut :
a. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
b. Kelompok memiliki sedikit pastisipan;
c. Kelompok bekerja dibawah arahan seorang pemimpin;
d. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
e. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
2.5.1 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok
a. Komunikasi Kelompok kecil
Didalam sebuah organisai tidak jarang ditemui adanya
komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil seperti dalam
konferensi, rapat, dan komunikasi dalam kelompok kerja. Shaw
(1976) menyebutkan ada beberapa cara untuk mengidentifikasi suatu
komunikasi kelompok kecil, diantaranya adalah terikat satu sama
lain, berkomunikasi melalui tatap muka, berkomunikasi untuk
28
beberapa tujuan, dapat memperngaruhi satu dengan yang lain, dan
memperoleh beberapa kepuasan satu sam lain. Jika salah satu dari
komponen tersebut hilang, individu yang terlibat tidaklah
berkomunikasi dalam kelompok kecil (Muhammad, 2014:182).
Arni (2014), tujuan komunikasi kelompok kecil mungkin
dapat digunakan untuk menyelesaikan bermacam-macam tugas atau
untuk memecahkan suatu masalah.
b. Komunikasi Kelompok besar
Merupakan komunikasi yang proses berlangsungnya secara
linear, yang ditujukan kepada perasaan (afeksi). Informasi yang
disampaikan oleh komunkator dalam suasan komunikan kelompok
besar ditujukan kepada perasaan komunikan, contohnya kongres
dari sebuah organisasi (sifatnya formal).
Komunikasi kelompok besar pada umumnya bersifat
heterogen yakni berupa individu-individu yang beraneka macam
dalam usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, agama, dan
lain-lain.
2.5.2 Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya
Para ilmuwan sosiologi melahirkan banyak klasifikasi kelompok.
Adapun tiga definisi menurut para ahli, diantaranya :
1. Kelompok primer dan Sekunder
Charles H. Cooley pada tahun 1909 (dalam Rakhmat,
2005:142) menjelaskan bahwa kelompok primer merupakan
29
suatu kelompok yang anggotanya memiliki hubungan yang akrab,
personal, dan menyentuh hati dalam kerja saa dan asosiasi.
Sedangkan kelompok sekunder memiliki pengertian sebaliknya.
Berdasarkan karakteristik komunikasinya dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam
dan meluas. Sedangkan sifat komunikasi kelompok
sekunder dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal,
sedangkan komunikasi pada kelompok sekunder bersifat
nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer bersifat informal, sedangkan
kelompok sekunder cenderung formal
d. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan pada
aspek isi. Sedangkan isi dianggap tidak penting bagi
kelompok sekunder.
e. Komunikasi kelompok primer bersifat eksprsif, sedangkan
kelompok sekunder cenderung instrumental.
2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Theodore Newcomb (1930) menjelaskan mengenai
pengertian dari kelompok keanggotaan (membership group)
adalah kelompok yang masing-masing anggotanya secara
administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu, dan
kelompok rujukan (reference group) yakni kelompok yang
30
digunakan sebagai alat ukur untuk menilai diri sendiri atau
membentuk sikap.
3. Kelompok deskriptif dan kelompok prespektif
Kelompok deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok
dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Maherni
Fajar dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek edisi
pertama (2009 : 69), menjelaskan bahwa berdasarkan tujuan,
ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan
menjadi tiga. Pertama, kelompok tugas bertujuan untuk
memecahkan masalah misalnya merancang kampanye politik.
Kedua, kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang
menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Ketiga, kelompok
penyadar mempunyai tugas utama yakni menciptakan identitas
sosial politik yang baru.
Kelompok prespektif, mengacu pada langkah-langkah yang
harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan
kelompok.
2.6 Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala bentuk gangguan (noise) yang
terjadi didalam proses penyampaian dan penerimaan suatu pesan dari
individu kepada individu yang lain. Adanya hambatan komunkasi dapat
menghalangi terciptanya komunikasi yang efektif. Adapun 7 jenis gangguan
31
komunikasi menurut Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi, sebagai berikut :
1. Gangguan Teknis
Gangguan ini bisa terjadi apabila alat yang digunakan saat
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga yang disampaikan
melalui alat tersebut menjadi tidak sempurna misalnya gangguan pada
televisi atau radio, gangguan pada jaringan telepon sehingga terjadi suara
bising dan semacamnya.
2. Gangguan Semantik
Gangguan semantik adalah gangguan komunikasi yang dikarenakan
kesalahan pada bahasa yang digunakan baik oleh komunikator atau
komunikan. Gangguan ini sering terjadi karena beberapa hal, yakni :
a. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa
asing sehingga sulit untuk dipahami oleh orang-orang tertentu,
b. Bahasa yang digunakan komunikator berbeda dengan bahasa yang
digunakan oleh komunikan,
c. Struktur bahasa yang digunakan tidak teratur sehingga komunikan
menjadi bingung,
d. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah presepsi terhadap
simbol-simbol bahasa yang digunakan.
3. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis terjadi dikarenakan adanya gangguan yang
disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu misalnya rasa
curiga komunikan kepada komunikator, situasi berduka atau karena
32
gangguan kejiwaan sehingga dalam penyampaian dan penerimaan
informasi tidak utuh.
4. Gangguan Fisik
Merupakan gangguan yang disebabkan oleh kondisi geografis, misalnya
jarak yang jauh antar individu sehingga perlu waktu untuk bertemu, tidak
adanya sarana kantor pos, tidak adanya jalur transportasi dan
semacamnya. Gangguan fisik juga bisa diartikan karena adanya
gangguan organik yaitu tidak berfungsinya salah satu panca indera pada
komunikan
5. Gangguan Status
Gangguang status adalah gangguan yang disebabkan karena jarak sosial
diantara komunikator dan komunikan, misalnya perbedaan status antara
atasan dengan bawahan.
6. Gangguan Kerangka Berpikir
Gangguan keranngka berpikir yaitu gangguan yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
7. Gangguan Budaya
Gangguan ini terjadi karena adanya perbedaan norma, kebiasaan, nilai-
nilai yang dianut. Biasanya di negara-negara berkembang masyarakatnya
cederung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki
kesamaan dengan dirinya seperti bahasa, agama, dan kebiasan lainnya.
33
2.7 Damar Kurung
Gambar 2.2 Damar Kurung
Foto oleh : Gunarta
Damar Kurung merupakan produk budaya dari Gresik, salah satu
tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang yang berupa karya seni berbentuk
lampion. ‘Damar’ dalam pengertian segi bahasa diartikan sebagai lilin atau
pelita, sedangkan ‘kurung’ diartikan sebagai kurung atau tutup. Maka dari itu,
Damar Kurung mempunyai arti sebagai pelita atau lilin yang dikurung.
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “Damar
Kurung” memiliki arti mendamari atau menerangi. Sedangkan dalam Kamus
Bahasa Jawa Kuna oleh Zoetmulder mengatakan Damar Kurung berarti
lampu yang digantung. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pengertian
Damar Kurung yaitu kesenian yang berupa lampion dengan bentuk khas yang
penggunaanya dengan cara digantung.
Kesenian ini, memiliki karakteristik yang unik yaitu dibentuk dalam
bangun persegi yang memiliki empat sisi. Pada ujung bagian atas berbentuk
segitiga keatas, memiliki peyangga pada bagian bawah lampion, dan setiap
sisi bangun persegi empat tersebut dilapisi kertas dan rangkanya terbuat dari
34
bambu. Namun seiring berubahnya zaman, saat ini ada yang mengembangkan
yakni disetiap sisinya dilapisi dengan menggunakan kaca. Tiap sisi kerangka
Damar Kurung terdapat lukisan gambar dua dimensi yang memiliki sebuah
cerita. Menurut Ika Ismoerdijahwati (2009:114), untuk menceritakan kisah-
kisah yang ada didalam lukisan gambar Damar Kurung tersebut, khusus
gambar yang dianggap sakral atau mengandung unsur religi maka cara
memutarnya dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri. Sedangkan untuk gambar-
gambar yang dianggap profan atau kehidupan sehari-hari, maka cara
berceritanya dengan memutar lampion dari kanan ke kiri agar cerita yang
disampaikan bisa berjalan. Hal inilah yang membuat Damar Kurung menjadi
karya seni yang unik dari yang lain
Cerita yang ada didalam Damar Kurung tersebut, diantaranya
teerdapat lukisan gambar yang dianggap sakral yaitu mengenai aktivitas
masyarakat khususnya yang bernuansa religi pada Bulan Ramadhan; dimulai
dari persiapan puasa, makan sahur, berbuka puasa, tarawih, tadarus, suasana
lebaran, dan lain sebagainya. Selain nuansa religi, juga terdapat lukisan
gambar profan yaitu mengenai aktivitas masyarakat sehari-hari seperti pasar
dengan keramainnya, kesibukan di pesisir, dan lain-lain. Warna yang
digunakan dalam melukis gambar pun biasanya cenderung cerah dan
mencolok seperti warna pelangi agar menarik perhatian.
Menurut penelitian yang berjudul “Islam dalam Seni Damar Kurung
Menurut Ika Ismoerdijahwati dan Dwi Indrawati di Kabupaten Gresik” milik
Susi Setyorini (2014), konon Damar Kurung ini digunakan sebagai penghibur
bagi anak-anak yang sedang menunggu waktu sholat tarawih pada bulan
35
Ramadhan datang, sembari memeriahkan suasana bulan Ramadan itu sendiri.
Selain itu, Damar Kurung juga digunakan sebagai tempat mengurung lampu
rumah mereka atau penerang menjelang sholat maghrib saat matahari
terbenam dan langit mulai terlihat gelap. Fungsinya sebagai lampu
penerangan, karena dulu saat masa kemerdekaan penerangan lampu listrik
belum sebanyak sekarang. Namun seiring berjalannya waktu, Damar Kurung
saat ini digunakan sebagai tradisi bagi masyarakat Islam dalam penyambutan
malam lailatul qodar saat Ramadhan, dengan cara menggantungkannya di
depan rumah mereka masing-masing. Selain itu, Damar Kurung sudah
digunakan sebagai penerang jalan raya nasional, taman kota, dan penghias
ruangan-ruangan instansi pemerintah.
Salah satu seniman wanita yang melukis serta berhasil
mempopulerkan tradisi Damar Kurung sejak jaman dahulu yang hingga saat
ini Damar Kurung telah ditetapkan sebagai ikon daerah tersebut, bernama
Sriwati Masmundari (alm) atau biasa dipanggil Mbah Masmundari, yang
merupakan warga Desa Tlogopojok Kabupaten Gresik. Pada awalnya
memang hanya Mbah Masmundari dan keturunanya yang membuat Damar
Kurung, tapi sejak Damar Kurung sering mengikuti berbagai festival, maka
pembuat lampion ini pun makin banyak bermunculan. Namun seiring
berjalannya waktu Damar Kurung kian meredup setelah sepeninggal beliau,
selain itu kondisi semakin memprihatinkan manakala Damar Kurung hanya
sekedar menjadi hiasan dan barang langka yang sulit dicari keberadaanya.
Meskipun demikian, masyarakat Kota Gresik tetap melakukan
berbagai upaya untuk memantik dan merajut antusiasme masyarakat guna
36
melestarikan ataupun mempertahankan seni tradisi Damar Kurung, dengan
cara mengadakan festival-festival bertemakan Damar Kurung yang sudah
dimulai sejak tahun 2012 silam hingga sekarang, kegiatan tersebut dipelopori
oleh Novan Effendy. Festival ini selalu diadakan setiap tahun, dengan
dinyalakannya ribuan Damar Kurung khas Gresik dalam beberapa hari, serta
memberikan edukasi kepada generasi muda. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengembalikan fungsi dari Damar Kurung yang sesungguhnya.
2.8 Fokus Penelitian
Fokus penelitian digunakan untuk membatasi ruang lingkup sebuah
penelitian agar tidak melebar pembahasannya dan lebih terfokus pada apa
yang dimaksud peneliti, yaitu mengenai jaringan komunikasi yang terbentuk
pada masyarakat Desa Tlogopojok Kabupaten Gresik dalam
mempertahankan seni tradisi Damar Kurung. Jaringan komunikasi tersebut
meliputi struktur jaringan komunikasi, klik, dan peranan masing-masing
aktor didalamnya.
Struktur jaringan komunikasi dalam penelitian ini digambarkan dalam
bentuk sosiogram. Sosiogram yang dimaksud disini adalah suatu rangkaian
yang menunjukkan hubungan antar individu di Desa Tlogopojok, Kabupaten
Gresik dalam mempertahankan seni tradisi Damar Kurung. Selanjutnya klik
dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai anggota-anggota didalam struktur
jaringan komunikasi yang cenderung lebih sering berinteraksi jika
dibandingkan dengan anggota yang lain. Dan peranan aktor yang dimaksud
disini adalah peranan dari anggota yang terlibat dalam struktur jaringan
37
komunikasi dalam mempertahankan seni tradiri Damar Kurung. Peranan-
peranan tersebut yakni meliputi siapa yang menjadi opinion leader, gate
keeper, bridge, cosmopolites, liaison, dan isolate dalam mempertahankan
seni tradisi Damar Kurung di desa Tlogopojok, Kabupaten Gresik. Selain itu
peneliti juga ingin mengetahui mengenai hal-hal apa saja yang menjadi
hambatan komunikasi dalam jaringan tersebut.
2.9 Penelitian Terdahulu
Belum banyak studi yang mengangkat tentang jaringan komunikasi
sesuai dengan konteks yang dipilih seperti dalam penelitian ini. Meskipun
demikian ditemukan beberapa penelitian terdahulu yang dirasa memiliki
persamaan dengan apa yang diteliti oleh peneliti yakni topik mengenai
jaringan komunikasi. Untuk menghindari adanya persamaan dengan
penelitian terdahulu, maka peneliti mengkaji beberapa penelitian terdahulu
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Ageng Rara Cindoswari
(2016)
Nita Wahyuningtyas
(2019)
Judul
Analisis Struktur Jaringan
Komunikasi dalam Adaptasi
Ekonomi, Sosial, dan Budaya
pada Paguyuban Babul Akhirat di
Kota Batam
Jaringan Komunikasi Sosial dalam
Melestarikan Tradisi Bersih Desa
(Studi pada masyarakat Dusun
Sumber Mlaten, Kelurahan Kalirejo,
Kecamatan Lawang, Kabupaten
Malang).
38
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui struktur
jaringan komunikasi dan peran-
peran individu didalam jaringan
komunikasi paguyuban babul
akhirat dalam adaptasi ekonomi,
sosial, dan budaya, serta untuk
mendeskripsikan sentralitas
jaringan komunikasi pada
paguyuban babul akhirat dalam
adaptasi ekonomi, sosial, dan
budaya.
4.
Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan struktur jaringan
komunikasi sosial yang ada di
masyarakat Dusun Sumber Mlaten
dalam melestarikan tradisi bersih
desa, dan juga untuk
mendeskripsikan siapa saja yang
berperan apa pada jaringan
komunikasi tersebut.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
paradigma kuantitatif yang
bersifat deskriptif.
Deskriptif – kualitatif
Hasil
Penelitian
Penelitian ini menyimpulkan
bahwa jaringan komunikasi
ekonomi dan sosial memiliki
struktur radial network
sedangkan jaringan komunikasi
budaya memiliki struktur
interlocking network.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan
bahwa struktur jaringan komunikasi
dalam melestarikan tradisi bersih desa
bermodel struktur jaringan personel
memusat (interlocking personal
network). Anggota yang terlibat
dalam jaringan komunikasi memusat
39
Peran individu pada jaringan
komunikasi didalamnya meliputi
Opinion Leader, Cosmopolite,
dan Bridge.
terdiri dari anggota yang homofili,
yaitu memiliki derajat kesamaan.
Terdapat satu Opinion Leader, tiga
Bridge, satu Comopolite, satu
Isolate, dan satu Gate Keepers.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ageng Rara Cindoswari (2016) sebelumnya terletak pada metode penelitian
yang digunakan, yakni pada penelitian sebelumnya menggunakan deskritif-
kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan tipe penelitian deskriptif.
Pada penelitian kedua yang dilakukan oleh Nita Wahyuningtyas
(2019) memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti pada tujuan penelitian yaitu untuk menjelaskan mengenai struktur
jaringan komunikasi. Perbedaanya terletak pada subjek penelitian yang
diambil.
Dari kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan pada teori yang
digunakan yaitu Analisis Jaringan Komunikasi. Selain itu kesamaan juga
terletak pada teknik analisis data menggunakan sosiometri yang nantinya
dapat disajikan dalam bentuk sosiogram, dimana sosiogram tersebut akan
menjadi data dalam penelitian ini untuk mejelaskan mengenai struktur
jaringan komunikasi. Kemudian untuk perbedaanya masing-masing terletak
pada subjek penelitian