bab ii tinjauan pustaka 2.1 investasi 2.1.1 pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/bab...

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang dana tersebut (Ahmad, 2004). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah penyaluran sumber dana yang ada sekarang dengan mengharapkan keuntungan dimasa mendatang dengan cara menempatkan uang atau dana dalam pembelian efek berupa saham dengan harapan mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan dalam perdagangan saham tersebut di bursa efek. 2.1.2 Tipe-Tipe Investasi Menurut Jogiyanto (2003), investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang membeli portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.

Upload: lytuong

Post on 31-Jan-2018

231 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk

memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang dana tersebut (Ahmad,

2004). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah

penyaluran sumber dana yang ada sekarang dengan mengharapkan keuntungan

dimasa mendatang dengan cara menempatkan uang atau dana dalam pembelian

efek berupa saham dengan harapan mendapatkan keuntungan atas dana yang

diinvestasikan dalam perdagangan saham tersebut di bursa efek.

2.1.2 Tipe-Tipe Investasi

Menurut Jogiyanto (2003), investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa

investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan

dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui

perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung

dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang membeli

portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

11

a. Investasi Langsung

Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat

diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market),

atau pasar turunan (derivative market). Pasar uang bersifat untuk jangka pendek

karena aktiva yang dapat diperjual-belikan di pasar uang berupa aktiva yang

mempunyai risiko gagal kecil. Salah satu contohnya adalah sertifikat deposito

yang dapat dinegosiasi (dapat dijual kembali). Berbeda dengan pasar uang, pasar

modal lebih bersifat untuk investasi jangka panjang. Yang diperjual-belikan di

pasar modal adalah aktiva keuangan berupa surat-surat berharga pendapatan tetap

(fixed-income securities) dan saham-saham (securities). Surat-surat berharga

yang dapat diperdagangkan di pasar turunan (derivative market) adalah opsi

(option) dan future contract. Disebut dengan surat-surat berharga turunan karena

nilainya merupakan jabaran dari surat berharga lain yang terkait. Contoh dari opsi

(option) misalnya adalah waran (warrant).

b. Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari

perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan

jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana

yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.

2.1.3 Tujuan Investasi

Menurut Tandelilin (2010) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan

investasi, antara lain sebagai berikut:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

12

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang

yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari

waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan

tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa

yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan

perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko

penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak

melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di

masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang

melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.1.4 Proses Investasi

Menurut Tandelilin (2010) proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar

keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam

proses keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi

adalah pemahaman hubungan antara return harapan dan risiko suatu investasi.

Hubungan risiko dan return harapan dari suatu investasi merupakan hubungan

yang searah dan linier. Artinya, semakin besar return harapan, semakin besar

pula tingkat risiko yang harus di pertimbangkan. Ada beberapa proses investasi

yaitu (Tandelilin, 2010):

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

13

a. Dasar Keputusan Investasi

Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return harapan, tingkat risiko serta

hubungan antara return dan risiko. Berikut ini akan dibahas masing-masing dasar

keputusan investasi:

1. Return

Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan.

Pada konteks manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi disebut

sebagai return. Pada konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara

return harapan (expected return) dan return aktual atau yang terjadi

(realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang

diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau

return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada

masa lalu.

2. Risiko

Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-

tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, ada hal penting yang

harus selalu dipertimbangkan yaitu berapa besar risiko yang harus

ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar risiko, maka

semakin besar pula tingkat return harapan.

3. Hubungan Tingkat Risiko dan Return Harapan

Hubungan tingkat risiko dan return harapan merupakan hubungan yang

bersifat searah dan linier. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, semakin

besar pula return harapan atas aset tersebut, demikian sebaliknya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

14

b. Proses Keputusan Investasi

Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan

(going process). Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan

yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik.

Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu:

1. Penentuan Tujuan Investasi

Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung

pada investor yang membuat keputusan tersebut. Investor biasanya lebih

menyukai investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan ataupun

pada penyaluran kredit yang lebih berisiko tetapi memberikan harapan

return yang tinggi.

2. Penentuan Kebijakan Investasi

Tahapan ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset (asset

allocation decision). Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang

dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi sekuritas

luar negeri).

3. Pemilihan Strategi Portofolio

Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap

sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi

portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif

meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik

peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

15

Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas informasi pada portofolio yang

seiring dengan kinerja indeks pasar.

4. Pemilihan Aset

Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah pemilikan

aset-aset yang akan dimasukkan dalam portofolio. Tahap ini memerlukan

pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio.

Tujuan tahap ini adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efisien,

yaitu portofolio yang menawarkan returndiharapkan tertinggi dengan

tingkat risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan return diharapkan

tertentu dengan tingkat risiko terendah.

5. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Portofolio

Jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata

hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi

dari tahap pertama, demikian seterusnya sampai dicapai keputusan investasi

yang paling optimal.

2.2 Pasar Modal dan Saham

2.2.1 Pengertian Pasar Modal

Menurut Ahmad (2004), pasar modal merupakan sarana pembentuk modal

akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pengerahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Pasar modal adalah sarana mempertemukan antara pihak memiliki dana (surplus

fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund), dimana dana yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

16

diperdagangkan merupakan dana jangka panjang (P3E Semarang dalam Anogara,

et al, 2001).

Menurut Jogiyanto (2003), pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk

meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau

mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti pemilikan sebagian dari

perusahaan. Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan

peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga

dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati. Untuk menarik pembeli dan

penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu

pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat

membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika

harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.

2.2.2 Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga (securities) yang

diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka

panjang. Instrumen yang sudah ada di pasar modal terdiri dari saham, obligasi,

dan sertifikat. Sekuritas yang diperdagangkan di bursa efek adalah saham,

obligasi, sedangkan sertifikat diperdagangkan di luar bursa melalui bank

pemerintah (Anogara, 2001).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal

Menurut Rijayanto (1990) dalam Anoraga (2006) Perkembangan suatu pasar

modal dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif, baik dari perusahaan yang akan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

17

menjual sahamnya (go public) maupun investor serta pihak-pihak lain yang

terlibat dalam kegiatan pasar modal. Dengan ini dapat diartikan bahwa ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan atau transaksi dalam pasar

modal seperti partisipasi aktif dari perusahaan yang potensial untuk go public,

peran aktif para investor untuk menanamkan dananya dengan membeli surat

berharga, dan adanya lembaga-lembaga pasar modal. Dengan adanya faktor

tersebut ditambah dengan kualitas yang memadai dan perilaku baik dan rasa

tanggung jawab sosial yang besar dapat meningkatkan perkembangan bagi pasar

modal. Selain itu, peraturan dan pengawasan terhadap pasar modal juga ikut

mempengaruhi perkembangan pasar modal. Dengan adanya peraturan dan

pengawasan yang memadai dan efektif maka akan mendorong investor untuk

terjun ke dalam pasar modal.

2.2.4 Pengertian Saham

Jogiyanto (2007) mendefinisikan saham sebagai bukti kepemilikan suatu

perusahaan atau bukti penanaman modal yang dilakukan oleh investor pada

perusahaan yang membutuhkan tambahan modal. Pada umumnya saham dapat

diklasifikasikan berdasarkan hak atas kepemilikannya berupa saham preferen dan

saham biasa, yaitu:

a. Saham Preferen

Saham preferen merupakan jenis saham yang bersifat gabungan antara surat

obligasi dan saham biasa. Investor yang memiliki saham preferen memiliki hak

atas pembagian dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu apabila terjadi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

18

likuidasi. Oleh karena itu saham preferen dianggap mempunyai risko yang lebih

kecil dibandingkan dengan saham biasa.

b. Saham Biasa

Saham biasa adalah jenis saham yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai bukti

kepemilikan suatu perusahaan yang menempatkan pemegang saham biasa

memiliki hak pembagian dividen dan hak atas harta perusahaan setelah pemegang

saham preferen. Dalam setiap kegiatan investasi tentunya para investor

mengharapkan suatu keuntungan dari setiap kegiatan investasi yang dilakukan.

Secara umum, terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh investor dalam

membeli atau memiliki saham suatu perusahaan, yaitu:

1) Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan oleh perusahaan

berdasarkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dinamakan dividen.

Dividen diberikan kepada pemegang saham setelah mendapat persetujuan dari

pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen yang

dibagikan oleh perusahaan dapat berupa dividen tunai yaitu dividen berupa uang

tunai untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Selain dividen tunai, pemegang

saham dapat menerima dividen dalam bentuk saham yaitu para pemegang saham

diberikan dividen dalam bentuk saham, sehingga jumlah saham yang dimiliki

investor akan bertambah.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

19

2) Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli saham saat ini dan harga jual

saham di masa yang akan datang. Capital gain terbentuk berdasarkan harga

saham yang meningkat dari waktu ke waktu. Investor yang melakukan kegiatan

investasi jangka pendek atau jual beli saham (trader) sangat antusias terhadap

capital gain, karena capital gain merupakan salah satu bentuk return saham yang

sangat cepat berfluktuasi setiap waktunya.

2.3 Efisiensi Pasar

2.3.1 Definisi Efisiensi Pasar Modal

Secara umum, efisiensi pasar (market efficiency) didefinisikan oleh Beaver

(1989) dalam Jogiyanto (2003) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas

dengan informasi. Pasar modal dikatakan efisien bila informasi dapat diperoleh

dengan mudah dan murah oleh pemakai modal, sehingga semua informasi yang

relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga-harga saham (Brealey/Myers

dalam Anoraga, 2001).

Ciri penting dari efisiensi pasar adalah gerakan acak (random walk) dari harga

pasar saham. Samuelson (1986) dalam Anogara (2001), menjelaskan bahwa

karena pasar modal efisien, maka harga saham secara cepat bereaksi terhadap

berita-berita baru yang tidak terduga, sehingga arah gerakannya pun tidak bisa

diduga. Sepanjang sesuatu kejadian bisa diduga, kejadian itu sudah tercermin

pada harga pasar.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

20

2.3.2 Pengertian Informasi

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena

informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik

untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa yang akan datang bagi

kelangsungan suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi

merupakan faktor yang memberikan arti penting bagi si penerima, khususnya

dalam hal untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, informasi yang lengkap,

relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor.

Menurut Ang (1997) dalam Anogara (2001), informasi merupakan kunci sukses

berinvestasi di pasar modal. Semakin cepat dan semakin banyak informasi yang

penting yang anda serap maka anda akan semakin mempunyai kesempatan untuk

meraih keuntungan yang besar dan tidak normal yang terjadi di lantai bursa efek.

Jadi, informasi mempunyai peranan yang sangat penting yang harus didapatkan

oleh setiap pemodal dalam berbagai hal. Beberapa pertimbangan penting

mengenai informasi di pasar modal meliputi faktor-faktor, yaitu kualitas

informasi, jenis informasi, kecepatan informasi, volume informasi.

2.3.3 Informasi Dalam Keputusan Investasi

Keputusan dalam investasi berkaitan dengan informasi. Hasil keputusan ini

sangat ditentukan oleh informasi yang memiliki decision maker. Informasi

merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan

bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau masa yang akan datang

Wijanto (1991) dalam Anogara (2001). Sifat yang harus dimiliki oleh informasi

tersebut menurut Anogara (2001) adalah:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

21

a) Relevan,

b) Akurat,

c) Konsisten/komparabilitas,

d) Obyektivitas,

e) Ketepatan waktu,

f) Dapat dimengerti

Secara umum dapat dikatakan bahwa informasi berguna jika dapat membantu

penilaian dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan investasi. Dengan

kata lain, seorang pengambil keputusan (investor) akan membuat keputusan yang

lebih baik jika menggunakan informasi yang tepat.

Menurut Jogiyanto (2003) secara detail, efisiensi pasar dapat didefinisikan dalam

beberapa macam definisi, yaitu:

1. Definisi Efisiensi Pasar Berdasarkan Nilai Intrinsik Sekuratis

Konsep awal dari efisiensi pasar yang berhubungan dengan informasi

laporan keuangan berasal dari praktek analis sekuritas yang mencoba

menemukan sekuritas-sekuritas dengan harga yang kurang benar

(mispriced). Sekuritas-sekuritas yang dihargai kurang benar (mispriced)

merupakan sekuritas-sekuritas yang harganya menyimpang dari nilai

intrinsiknya atau nilai fundamentalnya.Untuk konteks seperti ini, maka

efisiensi pasar (market efficiency) diukur dari seberapa jauh harga-harga

sekuritas menyimpang dari nilai intrinsiknya.

2. Definisi Efisiensi Pasar Berdasarkan Akurasi dari Ekspektasi Harga

Menurut Fama (1970) dalam Jogiyanto (2003) suatu pasar sekuritas

dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas “mencerminkan secara penuh”

informasi yang tersedia.Definisi dari Fama menekankan pada dua aspek,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

22

yaitu “fully reflect” dan “information available”. Pengertian dari “fully

reflect” menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara akurat

mencerminkan informasi yang ada. Pasar dikatakan efisien menurut Fama

ini jika dengan menggunakan informasi yang tersedia (information

available), investor-investor secara akurat dapat mengekspektasi harga dari

sekuritas bersangkutan.

3. Definisi Efisiensi Pasar Berdasarkan Distribusi Informasi

Definisi efisiensi pasar sebelumnya yang hanya menekankan pada akurasi

harga akibat informasi yang tersedia mengabaikan distribusi dari

informasinya.Beaver (1989) dalam Jogiyanto (2003) memberikan definisi

efisiensi pasar yang didasarkan pada distribusi informasi yaitu pasar

dikatakan efisien terhadap suatu informasi, jika harga-harga sekuritas

bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut.

Definisi ini secara implisit mengatakan bahwa jika setiap orang mengamati

suatu sistem informasi yang menghasilkan informasi, maka setiap orang

dianggap mendapatkan informasi yang sama. Definisi Beaver ini

mempunyai arti bahwa pasar dikatakan efisien terhadap satu set informasi

yang spesifik (dihasilkan dari suatu sistem informasi) jika harga yang

terjadi setelah informasi diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga

yang akan terjadi jika setiap orang mendapatkan set informasi tersebut atau

disebut dengan full-information price.

4. Definisi Efisiensi Pasar Didasarkan pada Proses Dinamik

Awal dari literatur efisiensi pasar mengasumsikan bahwa kecepatan

penyesuaian (speed of adjustment) dari harga sekuritas karena penyebaran

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

23

informasi yang ada terjadi dengan seketika.Konsep terbaru dari efisiensi

pasar tidak mengharuskan kecepatan penyesuaian harus terjadi dengan

seketika, tetapi terjadi dengan cepat (quickly) setelah informasi disebarkan

untuk tersedia bagi semua orang.Jones (1995) dalam Jogiyanto (2003)

memberikan definisi pasar efisien yang memasukkan unsur dari kecepatan

penyesuaian yaitu suatu pasar yang efisien adalah pasar yang harga-harga

sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang

tersedia terhadap aktiva tersebut.

2.3.4 Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar

Fama (1970) dalam Jogiyanto (2003), menyajikan tiga macam bentuk utama dari

efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi

masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat

sebagai berikut:

a) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), pasar yang harga-harga

sekutritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) informasi masa

lalu. Informasi ini merupakan informasi yang sudah terjadi, dimana data

masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Fama (1970) dalam

Anoraga (2001), efisiensi pasar bentuk lemah, mengandung arti bahwa

kelebihan pendapatan atas dasar informasi historis mengenai harga dan

pendapatan. Ini berarti historis dari harta atau pendapatan atas saham tidak

akan memberikan dasar bagi peramalan yang paling baik tentang harga atau

pendapatan yang akan datang. Ramalan dari efisiensi bentuk lemah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

24

bertentangan langsung dengan kegiatan para peramal saham atau analisis

teknis.

b) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form), pasar yang harga-

harga dari sekuritasnya secara penuh mencerminkan semua informasi yang

dipublikasikan. Informasi tersebut termasuk informasi yang berada di

laporan-laporan keuangan perusahaan emiten.

c) Efisiensi pasar bentuk kuat, pasar yang harga-harga dari sekuritasnya secara

penuh mencerminkan semua informasi termasuk informasi privat. Jika

pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada investor atau grup dari

investor yang dapat memperoleh abnormal return karena mempunyai

informasi privat.

Salah satu jenis informasi privat adalah jenis informasi yang berasal dari orang

dalam (insider information) yang mempunyai akses atas informasi berharga

mengenai keputusan penting yang telah direncanakan oleh perusahaan. Sehingga

dengan modal informasi tersebut mereka melakukan analisa dan mengambil

posisi transaksi yang sesuai. Pada saat mengumumkan perseroan tersebut

dikeluarkan, maka informasi tersebut menjadi tersedia bagi masyarakat dan akan

meningkatkan harga saham tersebut. Informasi privat yang demikian mampu

memberikan keuntungan abnormal yang konsisten bagi para pemodal yang

memiliki informasi tersebut.

Setiap investor menginginkan kondisi yang memberi berbagai kemudahan baik

dalam informasi yang tersedia secara akurat dan pelayanan yang cepat. Dengan

kondisi seperti itu maka keputusan informasi yang dibuat bisa menjadi lebih

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

25

cepat dan mampu dipertanggungjawabkan secara baik. Sebab dalam kondisi

pasar yang jauh dari keakuratan informasi menyebabkan timbulnya spekulasi

adalah jauh lebih tinggi dalam setiap analisa, dan jika ini berlanjut maka akan

menyebabkan informasi itu menjadi mahal yang berujung menimbulkan kondisi

pasar yang tidak sehat.

Kondisi pasar yang efisien memberikan kondisi harga yang tidak bias, dan

kondisi pasar yang tidak efisien memungkinkan timbulnya harga yang bias.

Investor menginginkan berbagai informasi berlangsung secara baik dan terbuka

tanpa ada yang ditutupi, dengan kondisi begitu reaksi investor adalah jelas dalam

mengambil berbagai keputusan. Namun itu bisa terjadi sebaliknya pada saat

informasi berlangsung secara tidak terbuka, investor mencoba untuk

mengestimasi atau memperkirakan berbagai kondisi pasar yang akan terjadi di

masa depan.

2.4 Teori Asimetri Informasi

2.4.1 Definisi Teori Asimetri Informasi

Istilah informasi asimetris pertama kali diperkenalkan oleh George Akerlof pada

tahun 1970. Informasi asimetris merupakan perbedaan informasi yang didapat

antara salah satu pihak dengan pihak lainnya dalam kegiatan ekonomi (Akerlof,

1970 dalam Prasetya, 2012). Menurut Brigham (2010) ketidaksamaan informasi

(information asymmetry) adalah asumsi dimana investor dan manajer memiliki

informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada

yang dimiliki oleh investor. Telah diketahui bahwa manajer perusahaan pasti

lebih mengetahui tentang informasi berkaitan dengan kondisi dan prospek

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

26

perusahaan dibandingkan dengan investor atau analis, dampak yang mungkin

muncul dengan adanya information asymmetry adalah timbulnya kegagalan

pasar.

Menurut Jogiyanto (2003), information asymmetry adalah kondisi yang

menunjukkan sebagian investor mempunyai informasi dan yang lainnya tidak

memilikinya. Atau informasi yang tidak simetris (information asymmetry) adalah

informasi privat yang hanya dimiliki oleh investor-investor yang mendapat

informasi saja (informed investor).

Menurut Rock dalam Martani (2003) kesenjangan informasi (asymmetric

information) terjadi antar investor yaitu investor yang memiliki informasi

(informed investor) dan investor yang tidak memiliki informasi (uninformed

investor). Investor yang memiliki informasi hanya akan membeli saham yang

akan memberikan return tinggi dimasa mendatang, sedangkan investor yang

tidak memiliki informasi akan membeli saham yang return-nya tinggi atau tidak.

Informasi asimetris ini misalnya saja terjadi antara investor yang akan melakukan

investasi di dalam pasar modal. Investor harus mengetahui saham dengan baik

sebelum investor tersebut melakukan investasi. Hal ini membuat investor akan

mencari tahu saham dengan lengkap serta tepat untuk perusahaan agar

mendapatkan capital gain di masa mendatang. Namun, dalam pencarian

informasi tidaklah mudah. Beberapa investor justru mendapatkan informasi yang

sangat minim mengenai saham di pasar modal. Hal ini dikarenakan agen

perusahaan tidak mungkin memberikan kondisi perusahaan secara lengkap

kepada publik. Informasi tersebut merupakan rahasia perusahaan yang diberikan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

27

kepada pihak terpercaya dan pada waktu yang tepat. Dalam menyikapi hal ini,

investor yang cerdas akan mencari informasi kemudian melakukan analisis untuk

mendapatkan gambaran yang tepat. Informasi yang didapat akan mengalami

perbedaan antara investor dengan agen perusahaan, perbedaan inilah dinamakan

information asymmetry (Prasetya, 2012).

2.4.2 Tipe Information Asymmetry

Menurut Scott (2003), ada dua tipe asimetri informasi yaitu:

1. Adverse selection

Adverse selection is a type of information asymmetry whereby one or more

parties to a bussines transaction, or potential transaction, have an infromation

advantage over other parties.

Adverse selection adalah jenis asimetri informasi yang mana satu pihak atau lebih

yang melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial

memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena

beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih

mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan, sehingga

mengakibatkan pihak investor luar dirugikan.

2. Moral Hazard

Moral Hazard is a type of information asymmetry whereby one or more parties to

a bussines transaction, or potential transaction, can observe their action in

fullfillment of the transaction but other parties cannot.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

28

Moral hazard adalah jenis asimetri informasi yang mana pihak pemegang saham

atau pemberi pinjaman tidak dapat sepenuhnya mengamati kegiatan yang

dilakukan oleh seorang manajer. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan

yang dapat berdampak tidak baik bagi perusahaan dan pemegang saham.

Ketidakseimbangan informasi pada umumnya dapat terjadi karena adanya

transaksi jual beli antara para broker dan investor, dimana broker mengalami

kekurangan informasi dan dilain pihak investor memiliki banyak informasi.

Disamping itu, ketidakseimbangan informasi juga dapat terjadi apabila saham

perusahaan dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai pasarnya. Untuk

meminimalisasi risiko tersebut para investor harus melakukan penelitian saham

secara akurat agar bisa mendapatkan keuntungan.

2.4.3 Pengukuran Information Asymmetry

Pengukuran information asymmetry dalam penelitian ini, penulis menggunakan

pengukuran pendekatan proksi bid-ask spread. Bagehot (1971) dalam Yassin

(2015), kegiatan perdagangan yang mana didasarkan oleh informasi dapat

diketahui dari perbedaan harga beli tertinggi dan harga jual terendah. Semakin

besar informasi privat, semakin besar perbedaan harga jual tertinggi dengan harga

beli terendah (bid-ask spread). Dengan kata lain semakin besar information

asymmetry maka bid-ask spread pun akan meningkat.

Kegiatan jual beli saham atau sekuritas lain di pasar modal, seorang investor

biasanya menggunakan jasa dealer atau broker. Dealer atau broker inilah yang

siap untuk menjual saham pada investor pada harga ask. Jika investor yang sudah

memiliki saham ingin menjualnya maka dealer atau broker akan membeli saham

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

29

tersebut dengan harga bid. Perbedaan harga antara bid dan ask inilah yang

dinamakan spread. Jadi bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi saat

dealer bersedia membeli suatu saham dan harga jual terendah dimana dealer

bersedia untuk menjual saham tersebut (Diantimala dan Hartono, 2002) dalam

Faramita (2011).

Menurut Komalasari,dkk (2001) penggunaan bid-ask spread sebagai proksi dari

asimetri informasi dikarenakan dalam mekanisme pasar modal, pelaku pasar juga

menghadapi masalah keagenan. Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar

modal guna mewujudkan tujuannya yaitu membeli atau menjual sekuritas,

sehingga aktivitas yang mereka lakukan utamanya dipengaruhi oleh informasi

yang diterima baik secara langsung (laporan publik) maupun tidak langsung

(insider trading). Dealers memiliki daya pikir yang terbatas terhadap persepsi

masa depan dan dapat menghadapi potensi kerugian ketika berhadapan dengan

informed traders. Hal ini dapat menimbulkan adverse selection yang mendorong

dealer untuk menutupi kerugian dari pedagang terinformasi dengan

meningkatkan spread-nya terhadap pedagang likuid. Jadi dapat dikatakan bahwa

asimetri informasi yang terjadi antara dealer dan pedagang terinformasi tercermin

pada spread yang ditentukannya.

Menurut Stoll (1989) & Mardiyah (2001) dalam jurnal Muliati (2011)

menyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya

yang berasal dari:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

30

a) Pemilikan saham (inventory holding), biaya pemilikan saham trade off

antara memiliki terlalu banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham,

atas biaya pemilikan saham tersebut akan menimbulkan oportunity cost;

b) Pemrosesan pesanan (order processing), biaya pemrosesan pesanan terdiri

dari biaya administrasi, pelaporan proses komputer, telepon, dan lain-lain;

c) Informasi asimetri. Biaya pemilikan menunjukkan trade off antara memiliki

terlalu banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham. Atas biaya

pemilikan saham tersebut akan menimbulkan opportunity cost. Biaya

pemrosesan pesanan meliputi biaya administrasi, pelaporan, proses

komputer, telepon, dan lainnya. Sedangkan biaya informasi asimetri lahir

karena adanya dua pihak trader yang tidak sama dalam memiliki dan

mengakses informasi. Pihak pertama adalah informed trader yang memiliki

informasi superior dan pihak lainnya yaitu uninformed trader yang tidak

memiliki informasi. Ketidakseimbangan informasi tersebut menyebabkan

munculnya perilaku adverse selection dan moral hazard dalam

perdagangan saham antar trader. Jika kedua belah pihak bertransaksi, maka

uninformed trader menghadapi risiko rugi jika bertransaksi dengan

informed trader. Upaya mengurangi risiko rugi tersebut tercermin dalam

bid ask spread.

Menurut Cohen (1986) dalam jurnal Rahmawati et al. (2006) menjelaskan bahwa

spread dealer untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid dan ask yang

ditentukan oleh dealer secara individual, ketika ia hendak memperdagangkan

saham tersebut. Sedangkan spread pasar untuk suatu saham merupakan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

31

perbedaan harga bid tertinggi dan ask terendah diantara beberapa dealer atau

pedagang saham. Di Bursa Efek Indonesia, spread dealer adalah spread yang

tidak dapat diobservasi karena dealer juga beroperasi ganda sebagai pialang

(broker). Maka sebaiknya penelitian yang berkaitan dengan bid-ask spread

menggunakan spread pasar market (market spread).

Lev (1998) dalam Rahmawati (2006) menyatakan bahwa bid-ask spread

merupakan salah satu ukuran dalam likuiditas pasar yang digunakan sebagai

pengukur asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham

perusahaan. Sedangkan Richardson (1998) menyatakan bahwa bid ask-spread

merupakan proksi asimetri informasi karena mampu menilai tingkat likuiditas

pasar maupun masalah adverse selection yang dihadapai oleh para pemain di

pasar modal. Lebih lanjut lagi, bid-ask spread dapat dijadikan sebagai proksi

yang baik untuk melihat adanya asimetri informasi diantara pihak-pihak yang

bertransaksi di pasar modal.

2.5 Tingkat Pengembalian Saham (Return Saham)

Return saham menurut Bodie (1998) dalam Saputra et al (2002) pengertian

tingkat pengembalian investasi adalah penghasilan yang diperoleh selama periode

investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan. Secara praktis, tingkat

pengembalian suatu investasi adalah persentase penghasilan total selama periode

inventasi dibandingkan harga beli investasi tersebut. Apabila harga jual suatu

sekuritas melebihi harga belinya maka terjadilah capital gain. Demikian

sebaliknya, apabila harga jual lebih kecil daripada harga beli maka terjadilah

capital loss. Dapat dikatakan bahwa pendapatan yang diperoleh investor dari

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

32

saham merupakan pendapatan yang tidak tetap baik itu pendapatan yang berasal

dari capital gain maupun dividen. Dikatakan tidak tetap karena jumlah capital

gain yang diperoleh bergantung pada transaksi jual beli yang terjadi di pasar,

sedangkan besarnya dividen yang dibagikan dipengaruhi oleh laba dan kebijakan

badan usaha.

Menurut Tandelilin (2001), return merupakan salah satu faktor yang memotivasi

investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor

menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Tujuan investor dalam

berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor resiko

investasi yang harus dihadapinya. Sedangkan menurut Sulaiman dan Handi

(2008), return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham

investor atas investasi yang dilakukannya yang terdiri atas dividen dan capital

gain/loss. Jadi dapat disimpulkan bahwa return saham adalah tingkat

pengembalian yang diperoleh dari investasi saham yang ditanam oleh pemegang

saham (investor).

Menurut Jogiyanto (2003), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspetasi yang

belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return

realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi

dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan

sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return histori ini juga berguna

sebagai dasar penentuan return ekspetasi (expected return) dan risiko di masa

datang. Return ekspetasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

33

diperoleh oleh investor di masa datang. Berbeda dengan return realisasi yang

sifatnya sudah terjadi, return ekspetasi sifatnya belum terjadi. Pada umumnya

nilai return yang sering digunakan adalah return total.

Return pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu capital gain/loss dan yield.

Capital gain merupakan selisih dari harga investasi saat ini dengan harga periode

yang lalu. Jika harga investasi sekarang lebih tinggi dari harga investasi periode

lalu berarti terjadi keuntungan modal (capital gain) dan sebaliknya apabila harga

investasi saat ini lebih rendah dari harga investasi pada periode sebelumnya maka

terjadi capital loss. Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik

terhadap harga investasi. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas

atau setara dengan kas sehingga dapat diuangkan dengan cepat. Salah satu contoh

yield adalah deviden.

Tidak semua saham memberikan return dalam bentuk capital gain. Dalam bursa

saham pergerakan harga saham perusahaan sangatlah cepat dan nilai capital gain

bersifat relatif dan sangat bergantung pada harga pasar dalam instrumen investasi

yang bersangkutan. Karena dengan adanya pergerakan harga yang terjadi di bursa

saham maka akan timbul perubahan nilai suatu instrumen investasi. Investasi

yang dapat memberikan capital gain adalah seperti obligasi dan saham,

sedangkan yang tidak memberikan komponen return capital gain adalah seperti

sertifikat deposito, tabungan dan sebagainya. Return saham sesungguhnya

diperoleh dari capital gain/loss hal ini dikarenakan capital gain/loss adalah suatu

hasil yang sudah pasti didapat oleh investor.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

34

2.6 Ukuran Perusahaan (SIZE)

Ukuran perusahaan (SIZE) sebagai alasan bahwa investor menanamkan modalnya

dengan mempertimbangkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar atau kecilnya

suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko

yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan

dengan operasinya (Ismail, 2004 dalam Triwulandari, 2013).

Ukuran perusahaan menurut Ibrahim (2008), merupakan suatu skala

pengklasifikasian besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain

dengan total aktiva, total penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain. Adapun

menurut Hartono (2000) dalam Ulfa (2011), besar kecilnya perusahaan dapat

diukur dengan total aktiva/besar harta perusahaan dengan menggunakan

perhitungan logaritma total aktiva. Jadi berdasarkan beberapa penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya

perusahaan yang dapat diukur melalui total asset, total penjualan, dan kapitalisasi

pasar.

Ukuran perusahaan pada dasarnya terbagi menjadi tiga yaitu, perusahaan besar,

perusahaan sedang, dan perusahaan kecil. Pengukuran ini didasarkan pada total

asset perusahaan. Karena biasanya perusahaan yang besar memiliki aktiva yang

besar juga dan ini akan mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mampu

menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Selain itu

juga dapat memberikan kepastian untuk prospek masa depan perusahaan bagi

investor dalam memprediksi risiko yang akan terjadi jika berinvestasi.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

35

Umumnya perusahaan yang berukuran besar tentunya dapat menarik investor

untuk menanamkan investasi karena dianggap dapat mengelola saham dengan

baik sehingga mampu memberikan return yang diharapkan oleh investor.

Sebagaimana dikemukakan oleh Lauterbach dan Vaninsky (1999) dalam Ulfa

(2011), bahwa perusahaan yang mempunyai ukuran besar (SIZE) secara khas

mempunyai net income yang lebih besar daripada perusahaan dengan ukuran

kecil. Kemampuan net income yang lebih besar diharapkan memberikan laba

yang superior bagi pemilik perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa ukuran

perusahaan yang besar akan dapat memberikan return yang lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.

2.7 Return on Asset (ROA)

Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek

perusahaan di masa mendatang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan

profitabilitas perusahaan, salah satunya adalah Return On Asset (ROA). Indikator

ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana aktiva yang

dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba yang nantinya akan mempengaruhi

peningkatan harga saham.

Menurut Kasmir (2014), return on investment merupakan rasio yang

menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. Return on investment juga merupakan suatu ukuran tentang

efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu, return on

investment menujukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal

pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini berarti semakin kurang

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

36

baik dalam pengelolaan seluruh kegiatan operasi perusahaan, demikian pula

sebaliknya.

2.8 Earning per Share (EPS)

Salah satu ukuran profitabilitas yang sering dikutip dari laporan keuangan adalah

laba per lembar saham (earning per share). Menurut Indra (2006), Earning per

Share (EPS) menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan

bagi semua pemegang saham perusahaan. EPS adalah rasio profitabilitas dari laba

bersih yang tersedia bagi pemegang saham terhadap jumlah saham yang beredar.

Earning per Share (EPS) menurut Weygant, et al (2010) dalam Ulfa (2011)

berguna untuk menunjukkan laba bersih yang dihasilkan oleh setiap lembar biasa

yang beredar di pasar. Sedangkan menurut Suardana (2009), Earning per Share

(EPS) adalah perbandingan antara laba setelah pajak dan saham yang beredar.

Jadi dapat disimpulkan Earning per Share (EPS) adalah laba bersih yang akan

diterima oleh pemegang saham dari setiap jumlah saham yang beredar.

Earning per Share (EPS) merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima

oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas

keikutsertaannya dalam perusahaan. Laba per lembar saham biasanya merupakan

indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap

korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham.

Laba merupakan alat ukur utama kinerja keuangan suatu perusahaan, karena itu

para pemodal seringkali memusatkan perhatian pada besarnya Earning per Share

(EPS) dalam melakukan analisis saham. Semakin tinggi nilai Earning per Share

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

37

(EPS) tentu saja akan menyejahterahkan pemegang saham karena semakin besar

laba yang disediakan untuk pemegang saham.

Semakin meningkatnya jumlah Earning per Share (EPS) akan meningkatkan

daya tarik investor dalam menanamkan dana ke dalam perusahaan, sehingga

harga saham akan meningkat. Meningkatnya harga saham akan berpengaruh

terhadap meningkatnya total return yang diperoleh investor. Earning per Share

(EPS) yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam

menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan Earning

per Share (EPS) menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan

kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk

menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan jika laba yang

diperoleh meningkat, kemungkinan dividen yang dibagikan akan meningkat,

sehingga permintaan akan saham pun naik. Hal ini yang menimbulkan

peningkatan harga saham yang selanjutnya akan meningkatkan return saham

(Suardana, 2009).

2.9 Penelitian Terdahulu

1. Yassin, et al (2015) dalam penelitian yang berjudul “The Relationship

between Information Asymmetry and Stock Return in the Presence of

Accounting Conservatism”. Pengujian ini dilakukan terhadap 26

perusahaan yang terdaftar di Amman Stock Exchange (ASE) untuk periode

2006-2012 menggunakan analisis Seemingly Unrelated Regression (SUR).

Variabel dependen penelitian ini adalah return saham, sedangkan variabel

independennya adalah information asymmetry, trading volume, risk,

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

38

previous day’s stock return dan variabel kontrol yang digunakan yaitu

accounting conservatism. Yassin, et al menemukan information asymmetry,

trading volume, risk, previous day’s stock return berpengaruh signifikan

positif terhadap return saham. Dan accounting conservatism tidak memiliki

dampak yang signifikan terhadap return saham.

2. Penelitian yang dilakukan Pujianto (2013) dengan judul “Pengaruh

Asimetri Informasi Terhadap Return Saham”. Populasi dalam penelitian ini

adalah perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2006-2010. Sampel penelitian berjumlah 20

perusahaan dengan teknik purposive sampling dan metode penelitian

menggunakan metode analisis deskriptif asosiatif. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa asimetri informasi memiliki pengaruh yang cukup

signifikan terhadap return saham, terjadinya peningkatan informasi akan

menurunkan return saham dalam perusahaan manufaktur.

3. Penelitian Permana (2010) dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Perbankan yang Terdaftar di

BEI tahun 2004-2008”. Penelitian dilakukan atas 20 perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004-2008. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah return saham, sedangkan EPS, ROA,

LEV, PER dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Hasil

penelitian ini berdasarkan metode regresi berganda menyatakan bahwa

EPS, ROA, LEV, PER, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif secara

simultan terhadap return saham, hal ini terlihat dari F hitung = 2,404 lebih

besar dari F tabel = 2,35. Secara parsial ROA dan PER berpengaruh positif

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

39

terhadap return saham, dimana ROA memiliki pengaruh paling dominan

dengan nilai koefisien beta lebih besar dibandingkan dengan variabel-

variabel lainnya yaitu sebesar 0,461.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

1 Yassin, M

Mohammed,

et al (2015)

The

Relationship

between

Information

Asymmetry and

Stock Return in

the Presence of

Accounting

Conservatism

Independen:

Information

Asymmetry,

Trading

Volume, Risk,

Previous

day’s stock

return

Dependen:

Stock Return

Kontrol:

Accounting

Conservatism

Information

Asymmetry

berpengaruh secara

positif terhadap Stock

Return. Hasil

penelitian

menyimpulkan bahwa

peningkatan

information

asymmetry antara

investor menyebabkan

adanya peningkatan

return saham

2 Pujianto,

Agustinus

Resa Dwi

(2013)

Pengaruh

Asimetri

Informasi

Terhadap Return

Saham

Independen:

Asimetri

Informasi

Dependen:

Return

Saham

Penelitian ini

menggunakan metode

analisis deskriptif

asosiatif. Dan hasil

yang diperoleh dari

penelitian ini

menyimpulkan bahwa

asimetri informasi

memiliki pengaruh

yang cukup signifikan

terhadap return

saham, terjadinya

peningkatan informasi

akan menurunkan

return saham dalam

perusahaan

manufaktur.

3 Permana,

Fajar Galih

(2010)

Pengaruh

Kinerja

Keuangan dan

Ukuran

Perusahaan

Independen:

EPS, ROA,

LEV, PER

dan Ukuran

Perusahaan

Hasil penelitian ini

berdasarkan metode

regresi berganda

menyatakan bahwa

EPS, ROA, LEV,

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

40

Terhadap Return

Saham

Perbankan yang

Terdaftar di BEI

tahun 2004-

2008

(SIZE)

Dependen:

Return

Saham

PER, dan ukuran

perusahaan

berpengaruh positif

secara simultan

terhadap return

saham. Secara parsial

ROA dan PER

berpengaruh positif

terhadap return

saham, dimana ROA

memiliki pengaruh

paling dominan.

Sumber: Jurnal dan skripsi, data diolah 2015

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sampel yang

digunakan pada penelitian ini sebanyak 10 perusahaan yang terdaftar di indeks

SRI-KEHATI periode 2010-2014 dan penelitian ini menggunakan variabel SIZE,

ROA, dan EPS sebagai variabel kontrol dimana variabel tersebut diidentifikasi

dapat berpengaruh pada tingkat pengembalian saham.

2.10 Kerangka Pemikiran

Investor dalam berinvestasi pasti mengharapkan return yang maksimal. Tak

hanya mempertimbangkan keuntungan dari perubahan harga saham namun juga

investor harus mempertimbangkan risiko dari perubahan harga saham. Untuk itu

investor dalam melakukan investasinya memerlukan informasi yang berkaitan

dengan pergerakan harga saham agar dapat memilih harga saham yang layak

untuk dipilih. Bagi para investor, informasi dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Salah satu cara untuk

mengetahui reaksi investor terhadap informasi tersebut adalah dengan adanya

perubahan harga saham. Harga saham akan berfluktuasi dan fluktuasi harga

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

41

saham tersebut bergantung pada informasi baru yang akan diperoleh. Di pasar

modal, investor menghadapi kondisi information asymmetry dimana sebagian

para pelaku pasar memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pelaku

pasar lainnya dan hal itu akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian yang

akan diterima.

Asymmetric information theory yang digagas oleh Arkelof (1970) dalam Prasetya

(2012) yang menyatakan bahwa asimetris informasi merupakan perbedaan

informasi yang didapat antara salah satu pihak dengan pihak lainnya dalam

kegiatan ekonomi. Ketidakseimbangan informasi ini dapat terjadi karena

beberapa hal seperti adanya asumsi dimana investor dan manajer memiliki

informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan dari pada

yang dimiliki oleh investor. information asymmetry juga dapat terjadi jika

sebagian investor mempunyai informasi lebih banyak dan yang lainnya tidak

memilikinya atau informasi privat yang hanya dimiliki oleh investor-investor

yang mendapat informasi saja (informed investor). Selain itu, information

asymmetry juga dapat terjadi apabila saham perusahaan dinilai terlalu tinggi atau

terlalu rendah dari nilai pasarnya.

Berdasarkan asymmetric information theory, informasi yang dimiliki oleh

investor akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham yang akan

diterima oleh investor tersebut. Apabila information asymmetry meningkat maka

bid-ask spread pun akan naik sehingga akan meningkatkan retrun saham, karena

kegiatan perdagangan yang berdasarkan informasi dapat mempengaruhi

perbedaan antara bid dan ask, sehingga semakin tinggi atau besar informasi privat

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

42

yang dimiliki maka semakin besar bid-ask spread dan akan meningkatkan return

saham yang akan diterima investor. Karena pihak yang memiliki informasi dapat

lebih baik mengetahui kinerja perusahaan dan dapat lebih tepat dalam membuat

keputusan berinvestasi dengan mamanfaatkan informasi yang ia miliki. Sehingga

semakin banyak informasi yang diketahui oleh informed trader maka akan

semakin menguntungkan bila uninformed trader tidak mengetahui informasi

sebanyak yang dimiliki oleh informed trader. Dengan kata lain information

asymmetry memiliki arah pengaruh positif terhadap return saham.

Ukuran (SIZE) perusahaan bisa diukur menggunakan total aktiva, penjualan atau

modal perusahaan. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya

perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan. Semakin besar total aktiva

semakin mampu perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin besar perusahaan

menghasilkan laba, maka akan besar membagikan deviden. Selain itu, jika

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham

akan meningkat dan tentu return juga akan meningkat Husnan (1993) dalam

Adiwiratama (2012). Hal ini berarti SIZE perusahaan mempunyai hubungan

positif dengan return saham.

Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan

untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan total aset yang dimilikinya atas investasi yang dilakukan. Return

on Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total

investasi asset. Semakin besar Return on Asset (ROA) maka menunjukkan

semakin besar perusahaan mampu memberikan return saham atas investasi

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

43

berupa aset yang dimiliki. Ketika mengetahui besarnya Return on Asset (ROA),

investor dapat menilai seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dengan aset

yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan Return on Asset (ROA) yang

tinggi, menyebabkan permintaan terhadap saham perusahaan tersebut meningkat.

Sesuai dengan hukum permintaan, maka semakin tinggi permintaan saham,

semakin tinggi juga harga saham tersebut. Dan kenaikan harga saham itu

menyebabkan kenaikan return saham juga. Dengan kata lain Return on Asset

(ROA) memiliki arah pengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham.

Earning per Share (EPS) merupakan rasio keuangan yang digunakan investor

untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

berdasarkan saham yang dimiliki. Earning per Share (EPS) ini menunjukkan

laba bersih perusahaan yang akan dibagikan kepada semua pemegang saham.

Perkembangan Earning per Share (EPS) perusahaan yang tinggi akan

mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengatur pengalokasian dana yang

diperoleh secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut, maka para investor dapat dengan mantap dan yakin

bahwa perusahaan sangat potensial dan mempunyai prospek investasi yang

sangat bagus dimasa yang akan datang. Maka dari itu tujuan investor untuk

mendapatkan return yang tinggi dapat tercapai.

Semakin tinggi perubahan Earning per Share (EPS) akan menarik minat investor

berinvestasi di perusahaan tersebut. Akibatnya permintaan akan saham tersebut

akan meningkat dan harga saham juga ikut meningkat. Harga saham yang tinggi

akan mendorong investor untuk menjual saham tersebut. Dan jika saham tersebut

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

44

terjual dengan harga yang tinggi maka investor akan mendapatkan return yang

tinggi. Maka hubungan antara Earning per Share (EPS) dengan tingkat

pengembalian saham memiliki arah pengaruh yang positif. Berdasarkan

penjelasan kerangka pikir diatas maka dapat digambarkan kedalam model

penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian

2.11 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan pada bagian di atas maka

hipotesis penelitian ini adalah:

Ho₁ : Information Asymmetry berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat

pengembalian saham.

Ha₁ : Information Asymmetry berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengembalian saham.

Information Asymmetry

(X1)

Tingkat Pengembalian

Saham

(Y)

SIZE (Ukuran Perusahaan)

(X2)

ROA (Return on Asset)

(X3)

EPS (Earnings per Share)

(X4)

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian ...digilib.unila.ac.id/16191/18/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi ... dilakukan

45

Ho₂ : SIZE berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Ha₂ : SIZE berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Ho₃ : Return on Asset (ROA) berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat

pengembalian saham.

Ha₃ : Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengembalian saham.

Ho₄ : Earning per Share (EPS) berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat

pengembalian saham.

Ha₄ : Earning per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengembalian saham.

Ho₅ : Information Asymmetry, SIZE, ROA, EPS secara simultan berpengaruh

tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Ha₅ : Information Asymmetry, SIZE, ROA, EPS secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.