bab ii tinjauan pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15866/11/t2_942013194_bab... ·...
TRANSCRIPT
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Kinerja Mengajar Guru
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi (UU No.20/2003 tentang Sisdiknas).Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen).
Sementara itu Purwanto (2010:32) menyatakan bahwa guru
memiliki fungsi khusus mengelola pembelajaran di kelas.
Dalamhal ini guru tidak hanya berfungsi sebagai pembelajar
di kelas namun juga sebagai pendidik di masyarakat. Dari
berbagai konsep dapat disimpulkan guru adalah pendidik
profesional yang mengajar pada pendidikan formal bertugas
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi peserta
didiknya.
Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk
melakukan fungsi dan tanggung jawabnyamelakukan
8
tugasnya sesuai PermendiknasRepublik Indonesia Nomor 10
Tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru dan Jabatan dan
UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen bahwa
profesionalitas berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b)
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c) memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas; d) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e) memiliki
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja; g) memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat; h) memiliki jaminan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan i) memiliki organisasi profesi yang
mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang
atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ability, capacity,
held, incentive, environment dan validity (Notoatmodjo,
2007:61).
9
Adapun ukuran kinerja menurut Mitchel and Larson
(2008:343) dapat dilihat dari lima hal, yaitu:
a. Quality of work - kualitas hasil kerja. b. Promptness - ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan c. Initiative - prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan. d. Capability - kemampuan menyelesaikan pekerjaan. e. Communication - kemampuan membina kerjasama
dengan pihak lain.
Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan
acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan
apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan. Standar
kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan
pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan.
Menurut Ivancevich (2007:118), patokan tersebut
meliputi: (1) hasil, mengacu pada ukuran output utama
organisasi; (2) efisiensi, mengacu pada penggunaan sumber
daya langka oleh organisasi; (3) kepuasan, mengacu pada
keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan
karyawan atau anggotanya; dan (4) keadaptasian, mengacu
pada ukuran tanggapan organisasi terhadap perubahan.
Berkenaan dengan standar kinerja mengajar guru,
Sahertian (2008:49) bahwa, standar kinerja mengajar guru
itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan
tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual,
(2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3)
pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa
dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan
yang aktif dari guru.
10
Kinerja mengajar guru mempunyai spesifikasi
tertentu. Kinerja mengajar guru dapat dilihat dan diukur
berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja mengajar
guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru
dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
Menurut Isjoni (2011:23) bahwa ukuran kinerja
mengajar guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya
menjalankan amanah, profesi yang diembannya dan rasa
tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan
terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam
menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas
kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula
dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala
perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah
mempertimbangkan metode yang akan digunakan,
termasuk alat/media pembelajaran yang akan dipakai, serta
alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan
evaluasi.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa kinerja mengajar guru
menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen
persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan
maupun anak didik.
11
Danim (2004:76) mengungkapkan bahwa salah satu
ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum
mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang
memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja mengajar
guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan
kompetensi yang memadai, karena itu perlu adanya upaya
yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.
2.1.2. Supervisi Kepala Sekolah a. Pengertian Supervisi
Menurut Rochman (2011: 193-194), yang disadur oleh
Maryono, (2011:17), Supervisi berasal dari bahasa Inggris
supervision yang berarti pengawas atau kepengawasan.
Orang yang melaksanakan pekerjaan supervisi disebut
supervisor. Dalam arti marfologis, super = atas, lebih dan
visi = lihat/ penglihatan, pandangan. Seorang supervisor
memiliki kelebihan dalam banyak hal, seperti penglihatan,
pandangan, pendidikan, pengalaman, kedudukan/
pangkat/ jabatan posisi dan sebagainya. Contohnya kepala
sekolah dan pengawas sekolah melihat dan mengamati
perilaku guru di sekolah, hal ini dilakukan agar kepala
sekolah atau pengawas sekolah dapat memberikan
bimbingan kepada guru untuk melaksanakan tugasnya
lebih optimal.
Pendapat diatas hanya menekankan pada makna
perkata dimana supervisor itu harus orang yang memiliki
12
kelebihan dibanding dengan orang yang disupervisi, karena
supervisor tentunya akan melihat dengan jeli kesalahan dan
kekurangan terhadap apa yang dilakukan dan memberikan
bimbingan agar yang disupervisi menunjukkan adanya
peningkatan yang lebih baik.
Para ahli memberikan pengertian supervisi memiliki
titik fokus yang berbeda, namun esensinya sama yaitu
menuju pada perubahan yang lebih baik. Untuk
memperluas pemahaman tentang supervisi penulis
cantumkan beberapa definisi supervisi. Menurut Boardman
(1953: 5), yang disadur oleh Sahertian (2008:17), Supervisi
adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan
membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di
sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar
lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat
menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid
secara kontinu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi
dalam masyarakat demokrasi modern.
Orientasi definisi supervisi menurut Boardman lebih
ditujukan kepada guru untuk diberikan stimulasi atau
binaan secara berkelanjutan agar guru tersebut dapat
memperbaiki kekurangannya baik dalam penyusunan
perencanaan pembelajaran dan proses pembelajaran agar
terjadi pertumbuhan peserta didik yang lebih baik sehingga
tujuan dalam pembelajaran tercapai. Dalam buku Kimball
13
Wiles yang direvisi oleh John T. Lovel, yang disadur oleh.
Sahertian (2008: 18) dijelaskan bahwa supervisi pengajaran
dianggap sebagai sistem tingkah laku formal, yang
dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi
dengan sistem perilaku mengajar dengan cara memelihara,
mengubah dan memperbaiki rencana serta aktualisasi
kesempatan belajar siswa. Uraian tentang supervisi
pengajaran yang disebutkan di atas berfokus pada, perilaku
supervisor dalam membantu guru-guru dengan tujuan akhir
untuk mengangkat harapan belajar siswa.
Supervisi adalah prosedur memberi arah serta
mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses
pengajaran. Tujuan akhir dari supervisi harus memberi
pelayanan yang lebih baik kepada semua murid Supervisi
menurut Taymaz (1982) yang dikutip oleh Yavuz (2010:695),
“Supervision can be defined as the process of supervising carried out by authorities to see whether the work conducted in the public sector or in institutions having a legal entity is performed in line with the existing laws or not”.
Definisi tersebut diatas memiliki makna penting yang
terkandung didalam pengawasan yaitu: pengawasan adalah
sebuah proses, pengawasan itu hanya dilakukan oleh orang
yang memiliki kewenangan, yaitu dapat dilakukan oleh
pengawas sekolah dapat pula dilakukan oleh kepala
sekolah, dan pengawasan itu
14
b. Pengertian Kepala Sekolah Kepala Sekolah adalah merupakan pemimpin
pendidikan di tingkat satuan pendidikan yang harus
memiliki dasar kepemimpinan yang kuat sehingga mampu
membawa peserta didik sukses dalam mencapai cita-cita di
sekolah. Kepala Sekolah menurut Depdiknas (2006:1)
dijelaskan bahwa Kepala Sekolah adalah Guru yang
diangkat oleh Pemerintah atau Yayasan yang memenuhi
persyaratan tertentu dapat diberi tugas tambahan sebagai
kepala sekolah untuk memimpin penyelenggaraan
pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan di
sekolah dengan senantiasa meningkatkan kemampuan,
pengabdian dan kreatifitasnya, agar dapat melaksanakan
tugas secara profesional. Sedangkan Menurut Wahyudi,
(2009: 63), Kepala Sekolah merupakan jabatan karier yang
diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai
guru.
Seseorang diangkat dan dipercaya menduduki jabatan
kepala sekolah harus memenuhi kriteria-kriteria yang
disyaratkan untuk jabatan dimaksud. Sedangkan menurut
Rebore (1985) yang dikutip oleh Muslim (2010: 176), Kepala
sekolah tidak hanya sekedar posisi jabatan tetapi suatu
karier profesi. Karier profesi yang dimaksud adalah suatu
posisi jabatan yang menuntut keahlian untuk
melaksanakan kewajiban dan tugas-tugasnya secara efektif.
15
Dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah bisa
berperan sebagai administrator dan sebagai supervisor.
Hal ini seirama dengan pendapat Futunwa, (1980)
yang dikutip oleh Malik, 2011(Vol 3, No,2)
“was of the opinion that the principal is an administrative head, a manager, a supervisor, an instructional leader, and a curriculum innovator”.
Pendapat tersebut diatas telah menempatkan posisi
kepala sekolah adalah sebagai kepala administrasi, seorang
manajer, supervisor, pemimpin instruksional dan inovator
kurikulum.
Berdasarkan kajian diatas, jabatan kepala sekolah
memerlukan orang-orang yang mampu memimpin sekolah
dan profesional dalam bidang pendidikan, sehingga tujuan
lembaga pendidikan dapat tercapai.
c. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Kepala sekolah sebagai supervisor memiliki tugas
mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh guru dan staf.
Salah satu bagian pokok dalam supervisi tersebut adalah
mensupervisi guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, karena pembelajaran adalah kegiatan inti
dari pendidikan di sekolah. Sergiovani dan Sttrrat (1993)
yang dikutip oleh Mulyasa (2011: 252) menyatakan bahwa:
“Supervision ia a process designed to help teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use their knowledge any skills to better serve parents and
16
schools; and to make the school a more effective learning community”.
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervisi
merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus
untuk membantu para guru dan supervisor dalam
mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta
didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah
sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Supervisi Akademik yang berfokus pada pembelajaran
dapat dilakukan oleh pengawas sekolah, akan tetapi dapat
juga dilakukan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai
supervisor. Jika supervisi dilakukan oleh kepala sekolah,
maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan
dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
pendidik dan kependidikan. Pengawasan dan pengendalian
ini merupakan control agar kegiatan pendidikan di sekolah
terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan
pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk
mencegah agar tenaga pendidik dan kependidikan tidak
melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam
melaksanakan pekerjaan. Oleh karena itu menurut
Purwanto, (2010: 94), mengatakan bahwa kepala sekolah
mempunyai dua fungsi kepengawasan sekaligus, yaitu
pengawasan melekat dan pengawasan fungsional. Kepala
17
sekolah harus menjalankan kepengawasan melekat karena
ia adalah pemimpin lembaga yang paling bawah dalam
lingkungan Dinas Pendidikan. Dan ia pun harus
menjalankan tugas dan berfungsi sebagai pengawasan
fungsional, karena kepala sekolah juga sebagai pengawas
atau supervisor yang membantu tugas pengawas sekolah,
khususnya dalam bidang supervisi akademik.
Sudjana (2008:1) menjelaskan bahwa supervisi
akademik adalah menilai dan membina guru dalam rangka
meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar diperoleh
hasil belajar peserta didik yang lebih optimal. Oleh karena
itu Kepala Sekolah hendaknya memiliki kompetensi dalam
melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan
membina dalam rangka mempertinggi kualitas proses
pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak
terhadap kualitas hasil belajar siswa. Lebih lanjut dijelaskan
oleh Sudjana (2010:13), bahwa dimensi kompetensi
supervisi akademik meliputi: 1) membimbing guru dalam
menyusun silabus mata pelajaran berdasarkan standar isi,
standar kompetensi dan kompetensi dasar serta prinsip-
prinsip pengembangan KTSP. 2), membimbing guru dalam
memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik
pembelajaran/bimbingan setiap mata pelajaran. 3),
membimbing guru dan menyusun rencana pelaksanaan
pelajaran tiap mata pelajaran. 4), membimbing guru dalam
mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
18
media serta fasilitas pembelajaran/bimbingan. Dalam
pelaksanaan supervisi/pengawasan akademik oleh
pengawas sekolah dijelaskan oleh Sudjana (2008:108)
bahwa kegiatan supervisi akademik dilakukan melalui
pemantauan, penilaian dan pembimbingan terhadap tugas
pokok guru yakni merencanakan, melaksanakan dan
menilai kemajuan belajar peserta didik. Kegiatan
pemantauan, penilaian dan pembimbingan tersebut juga
dilakukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah
adalah sebagai supervisor dalam peningkatan mutu
pembelajaran.
Moekijat (2010:132), lebih melihat pada keefektifan
cara kepengawasan yaitu; pengawas yang efektif akan
memperhatikan dan memelihara, baik moril kerja yang
tinggi/semangat kerja maupun disiplin yang baik.
Dikatakan lebih lanjut oleh Milton Mandell dan Sally H.
Greenberg, (Moekijat, 2010: 121), semua pekerjaan yang
bersifat mengawasi pada umumnya mempunyai tugas-tugas
tertentu, meskipun tugas-tugas ini secara kualitatif dan
kuantitatif berbeda yang satu dengan yang lain”. Yang
paling penting dari tugas-tugas yang dimaksud adalah; 1)
bergaul dengan bawahan. 2) memimpin soal-soal teknis. 3)
mengadakan koordinasi dengan pekerjaan unit-unit
organisasi lainnya. 4) melatih pegawai. 5) merencanakan
perbaikan-perbaikan dan metode-metode kerja. 6)
membangun semangat kerja.
19
Lebih lanjut dijelaskan oleh Hadist (2010: 62) bahwa
layanan supervisi oleh kepala sekolah memiliki kontribusi
yang signifikan terhadap profesionalisme dan kepuasan
kerja guru. Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan
profesionalisme guru, menurut Jabar (1992) dalam Hadist
(2010: 62) mengemukakan ada lima pola pendekatan, yaitu:
(1) peningkatan disiplin kerja; (2) peningkatan kualitas
kerja; (3) peningkatan disiplin belajar; (4) peningkatan mutu
proses belajar mengajar; dan (5) peningkatan supervisi.
d. Tujuan Supervisi Setiap kegiatan, apapun bentuk dan jenisnya, pasti
memiliki tujuan. Untuk itu tujuan supervisi menurut
Sahertian (2008: 19), adalah memberikan layanan dan
bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di
kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas
belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan
mengajar tapi juga untuk pengembangan potensi kualitas
guru. Tujuan supervisi pendidikan lebih rinci lagi dikatakan
oleh Gunawan (2011: 98) yang disadur oleh Maryono (2011:
20) bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah: 1) membina
guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum
pendidikan. 2) membina guru-guru guna mengatasi
problem-problem siswa demi kemajuan prestasi belajarnya.
3) membina guru-guru dalam mempersiapkan peserta
didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif,
kreatif, etis, dan religius. 4) membina guru-guru dalam
20
meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mendiagnosis
kesulitan belajar, dan seterusnya. 5) membina guru-guru
dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang
demokratis, kooperatif, dan kegotong-royongan. 6)
memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan dalam
meningkatkan mutu profesinya. 7) membina guru-guru dan
karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik
tak wajar dari masyarakat. 8) mengembangkan sikap
kesetiakawanan dan ketemansejawatan dan seluruh tenaga
pendidikan.
Tujuan supervisi tersebut diatas sesuai dengan fungsi
utama kepala sekolah yang dikemukakan oleh Oredein
(2004) yang dikutip oleh Malik, (2011 Vol 3, No 2)
“submitted that the major function of a principal in a system is to stimulate teachers and to provide consultation and administrative services to the teachers needed”.
Dimana bahwa fungsi utama kepala sekolah adalah
untuk merangsang guru dan untuk memberikan layanan
konsultasi dan administrasi kepada guru.
Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis
simpulkan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah
memberikan layanan dan bantuan berupa pembinaan
kepada guru- guru dan karyawan untuk meningkatkan
profesinya, bagi guru tentunya untuk meningkatkan
kualitas mengajar di kelas dan pada gilirannya
meningkatnya prestasi siswa.
21
e. Sasaran Supervisi Supervisi sebagai pemberdayaan berusaha
membangkitkan kesadaran guru menjadi seorang pembuat
keputusan profesional penting ketika menjalankan
tugasnya. Ia seorang pengajar yang profesional yang
mengharuskan dirinya bertindak membuat keputusan
berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah atas pertimbangan
rasional demi kebaikan peserta didiknya.
Suhardan (2010: 47), sasaran supervisi ada tiga
macam, yaitu, 1) Supervisi akademik yang menitikberatkan
pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik,
yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan
kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam
proses mempelajari sesuatu, 2) supervisi Administratif yang
menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek
administratif yang berfungsi sebagai pendukung dan
pelancar terlaksananya pembelajaran, 3) supervisi Lembaga
yang menebarkan atau menyebarkan objek pengamatan
supervisor pada aspek-aspek yang berada di seantero
sekolah. Tiga sasaran ini sangat penting untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dalam pelaksanaannya
tidak dapat hanya dipentingkan satu atau dua sasaran yang
harus disupervisi, akan tetapi tiga sasaran ini merupakan
satu kesatuan yang saling terkait antara satu dengan
lainnya. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan pendidikan,
bidang akademik harus dapat terlaksana dengan baik,
22
bidang administrasi dapat terkelola dengan baik, dan
lembaga pendidikan tersebut terpelihara dan dirancang
dengan baik. Jika ada salah satu yang lemah maka
penyelenggaraan pendidikan akan pincang dan sulit untuk
mencapai tujuan yang telah dicanangkan.
f. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah merupakan aktivitas yang
sangat penting yang harus dilakukan oleh kepala sekolah,
oleh karena itu bahwa kepala sekolah adalah sebagai
supervisor akan melakukan supervisi kepada bawahannya
untuk melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan
disiplin kerja guru.
Menurut Prasojo dan Sudiyono, (2011: 87), ada
beberapa prinsip supervisi akademik yang harus
diperhatikan oleh supervisor yaitu:1) praktis, artinya mudah
dikerjakan sesuai dengan kondisi sekolah, 2) sistematik,
artinya dikembangkan sesuai dengan perencanaan program
supervisi yang matang dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran, 3) objektif, artinya masukan sesuai dengan
aspek-aspek instrument, 4 realistis, artinya berdasarkan
kenyataan sebenarnya, 5 antisipatif, artinya mampu
menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi,
6) konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan
inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran,
7) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara
supervisor dan guru dalam mengembangkan
23
pembelajaran,8) kekeluargaan, artinya mempertimbangkan
saling asah, asih dan asuh dalam mengembangkan
pembelajaran, 9) demokratis, artinya supervisor tidak boleh
mendominasi pelaksanaan supervisi akademik,10, aktif,
artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi, 11)
Humoris, artinya mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar,
antusias, dan penuh humor.
g. Fungsi Supervisor Supervisor adalah orang yang melakukan kegiatan
supervisi. Supervisor dapat dilakukan oleh pengawas
sekolah, kepala sekolah, karena ia memiliki tanggung jawab
tentang mutu program pendidikan di sekolahnya. Seorang
supervisor mempunyai fungsi dan peran yang strategis
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Modrcin (2004: 2) yang disadur oleh
Suhardan (2010: 55), Supervisor memiliki empat fungsi
penting yang harus diperankan dalam setiap tugasnya,
yaitu: 1) The Administratif function. Ini merupakan fungsi
pengawasan umum terhadap kualitas kinerja mengajar guru
dalam membelajarkan peserta didiknya. Supervisor member
masukan yang berupa saran terhadap guru-guru bagaimana
semestinya tugas peserta didik dalam melaksanakan tugas
belajarnya. Supervisor hendaknya dapat mendesiminasikan
keterampilan guru yang terbaik kepada guru-guru lainnya,
sehingga pengalaman guru yang terbaik dapat dimiliki dan
24
dikembangkan oleh guru yang lain. 2) The Evaluation Proses,
yaitu membantu guru untuk dapat memahami peserta didik
bermasalah yang perlu mendapat bantuan dalam
memecahkan masalah belajarnya. Membantu guru dapat
memahami kekuatan dan kelemahan peserta didiknya
dalam mengikuti pembelajaran dari gurunya. Fungsi kedua
ini merupakan kunci dalam memahami kelebihan setiap
guru. 3) The Teaching function, yaitu menyediakan informasi
baru yang relevan dengan tugas dan kebutuhan baru yang
harus dilaksanakan guru kemudian menyampaikan dalam
pembinaan. Hal ini sangat penting, supaya guru mengetahui
apa yang terjadi dengan dunia pendidikan di masa kini yang
berpengaruh terhadap pembelajaran. Dengan informasi baru
guru akan dapat menyikapi bagaimana semestinya dia
melaksanakan tugasnya.
Wawasan guru akan luas dan up to date yang akan
membantu guru dalam melaksanakan tugasnya untuk
mengikuti perkembangan zaman. 4) The Role of Consultant,
yaitu merupakan bagian terpenting dari fungsi seorang
supervisor. Sebagai konsultan ia harus terampil dalam
membantu memecahkan berbagai macam kesulitan yang
dihadapi oleh guru dalam menjalankan tugas utamanya.
Oleh karena itu supervisor sebagai konsultan harus banyak
memiliki ide dalam memberikan bantuan guru untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran.
25
Berdasarkan uraian tersebut diatas dengan
memahami berbagai pendapat tentang definisi supervisi ,
maka penulis simpulkan bahwa Supervisi Akademik Kepala
Sekolah adalah usaha dengan sengaja dan direncanakan
oleh kepala sekolah untuk memantau, menilai dan
membimbing guru dalam melaksanakan tugas pokoknya
yaitu: menyusun silabus, memilih dan menggunakan
metode pembelajaran, menyusun RPP, menggunakan media
dan fasilitas pembelajaran, untuk mencapai tujuan.
h. Karakteristik Supervisi Menurut Mulyasa (2011:112) Salah satu supervisi
akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang
memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Supervisi
diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga
inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan. 2.
Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji
bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan
kesepakatan. 3. Instrumen dan metode observasi
dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah. 4.
Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan
mendahulukan interpretasi guru. 5. Supervisi dilakukan
dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor
lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan
guru daripada memberi saran dan pengarahan. 6. Supervisi
klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik. 7. Adanya penguatan dan
26
umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor
terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil
pembinaan. 8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan
untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan
suatu masalah.
i. Faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi
Menurut Purwanto (2010:118) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-
lambatnya hasil supervisi antara lain: 1. Lingkungan
masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu
di kota besar, di kota kecil, atau pelosok. Dilingkungan
masyarakat orang-orang kaya atau dilingkungan orang-
orang yang pada umumnya kurang mampu. Dilingkungan
masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain. 2.
Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala
sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah
yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki
halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya. 3. Tingkatan
dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD
atau sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan
sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi
tertentu. 4. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.
Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah
berwenang, bagaimana kehidupan sosial-ekonomi, hasrat
kemampuannya, dan sebagainya. 5. Kecakapan dan
27
keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor
yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting.
Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia,
jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan
dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada
artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang
dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada
akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu
berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.
j. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan
oleh kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai
supervisor antara lain: 1. Membangkitkan dan merangsang
guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan
tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. 2.
Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat
perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang
diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-
mengajar. 3. Bersama guru-guru berusaha
mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-
metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang sedang berlaku. 4. Membina kerja sama
yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai
sekolah lainnya. 5. Berusaha mempertinggi mutu dan
pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain
dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
28
menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim
mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar,
sesuai dengan bidangnya masing-masing. 6. Membina
hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau
komite sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
para siswa.
k. Teknik-teknik Supervisi Menurut Purwanto (2010:120-122), secara garis besar
cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu tehnik perseorangan dan teknik kelompok.
1) Teknik perseorangan yang dimaksud dengan teknik
perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara
perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain:
a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah
kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh
seorang supervisor (kepala sekolah) untuk melihat
atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar.
Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru
mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat
didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain,
untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang
sekiranya masih perlu diperbaiki.
b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan
29
untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata
pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat
atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara
mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya
sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl,
metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara
mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi
problema yang dialami siswa Banyak masalah yang
dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam
belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa
yang nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah
diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-
temannya. Masalah-masalah yang sering timbul di
dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri
lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu
sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan
atau konselor yang mungkin akan memakan waktu
yang lebih lama untuk mengatasinya.
d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum
sekolah. Antara lain: 1) Menyusun program catur
wulan atau program semester 2) Menyusun atau
membuat program satuan pelajaran 3)
30
Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan
kelas 4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi
pengajaran 5) Menggunakan media dan sumber dalam
proses belajar-mengajar 6) Mengorganisasikan
kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.
2) Teknik kelompok adalah supervisi yang dilakukan secara
kelompok. beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain:
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings) Seorang
kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan
tugasnya berdasarkan rencana yang telah
disusunnya. Termasuk didalam perencanaan itu
antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik
dengan guru-guru.
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk
kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis.
Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu
diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi
guna membicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan usaha pengembangan dan peranan proses
belajar-mengajar.
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui
penataran-penataran sudah banyak dilakukan.
31
Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi
tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran,
dan penataran tentang administrasi pendidikan.
Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada
umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah,
maka tugas kepala sekolah terutama adalah
mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak
lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat
dipraktikkan oleh guru-guru.
Menurut Bafadal (2009:49), teknik supervisi
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan
dan teknik kelompok. Teknik supervisi individual meliputi:
1) kunjungan kelas, 2) percakapan pribadi, 3) kunjungan
antarkelas, 4) penilaian sendiri. Sedang teknik supervisi
kelompok meliputi: 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3)
laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi
pembelajaran, 6) perjalanan staf, 7) diskusi panel, 8)
perpustakaan profesional, 9) organisasi profesional, 10)
bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13)
pertemuan guru.
Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian tersebut
diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa supervisi
kunjungan kepala sekolah adalah proses pertemuan baik
formal maupun informal serta melibatkan guru lain yang
dianggap berhasil dalam proses belajar mengajar. Ada
beberapa teknik yang biasa digunakan kepala sekolah
32
dalam mensupervisi gurunya, namun dalam penelitian ini
hanya indikator: kunjungan kelas, semangat kerja guru,
pemahaman tentang kurikulum, pengembangan metode dan
evaluasi, rapat-rapat pembinaan, dan kegiatan rutin di luar
mengajar yang kami teliti sedangkan indikator lain tidak
kami teliti karena kurang mengungkap masalah yang kami
teliti.
2.2. Penelitian yang Terkait Acuan berupa teori penelitian terdahulu yang melalui
hasil berbagai penelitian diperlukan sebagai langkah awal
dalam sebuah langkah penelitian, sehingga dapat dijadikan
sebagai data pendukung. Menurut peneliti salah satu data
pendukung yang perlu dijadikan bagian tersendiri adalah
penelitian terdahulu yang relevan dengan kejadian yang
sedang diteliti, dalam hal ini berkaitan dengan peningkatan
kinerja mengajar guru kerja melalui supervisi akademik
kepala sekolah. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut,
sebagian besar menyatakan bahwa variabel terikat yaitu
disiplin dapat dipengaruhi oleh berbagai komponen atau
variabel yang lain. Untuk lebih mudah dipahami hasil kajian
penelitian terdahulu penulis sajikan sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dan Sholen
(2014) dengan judul Pelaksanaan Supervisi Observasi
Kelas Kepala Sekolah Untuk Peningkatan Kinerja Guru di
SMK Negeri 2 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan
33
(1) Pelaksanaan supervisi dilakukan secara terjadwal
sebanyak dua kali selama satu semester melalui teknik
observasi kelas dengan mempersiapkan lembar observasi
penilaian serta menghimbau guru untuk mempersiapkan
perangkat mengajar; (2) Persepsi guru terhadap
pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah mendapat
tanggapan yang positif. Dengan persepsi dari berbagai
faktor yang diterima guru, mempengaruhi kinerja pada
proses pembelajaran; (3) Hambatan yang dialami kepala
sekolah ini diperoleh dari guru dan dari kepala sekolah
sendiri yaitu guru masih belum siap untuk disupervisi
dan jadwal kepala sekolah yang padat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmayanti, Khairuddin
& Nasir Usman (2014) dengan judul Kemampuan Kepala
Sekolah dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran di SD
Negeri 24 Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) Program supervisi pengajaran yang disusun
oleh kepala sekolah mencakup perencanaan, penentuan
jadwal, model supervisi, kisi-kisi supervisi, pelaksanaan
(instrumen) umpan balik dan tindak lanjut. Dalam
pelaksanaannya kepala sekolah memeriksa administrasi
pengajaran seperti silabus, RPP, PBM, program tahunan,
program semester, minggu efektif, analisis butir soal. (2)
Teknik-teknik supervisi pengajaran dilakukan dengan
kunjungan kelas, observasi kelas, pembicaraan
individual, pertemuan/ rapat guru serta
34
mengikutsertakan guru dalam pelatihan, penataran dan
seminar pendidikan. (3) Faktor pendukung pelaksanaan
supervisi pengajaran adalah kepala sekolah dapat
mengetahui perkembangan guru serta keberhasilan
mengajarnya, dari hal tersebut akan terlihat guru yang
berprestasi dan harus dilakukan pembinaan bagi guru
yang belum maksimal dalam mengajar. Sedangkan faktor
penghambat dalam pelaksanaan supervisi pengajaran
adalah sangat terkendala pada waktu karena banyaknya
kesibukan kepala sekolah baik di dalam sekolah maupun
di luar sekolah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lili Ng Chui Mi dengan
judul Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala Sekolah untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dalam Mengelola
Pembelajaran pada SMA Negeri 2 Sambas. Hasil
penelitian ditemukan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran belum maksimal, tahap-tahap pelaksanaan
supervisi klinis meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
dan (3) evaluasi. Persepsi guru terhadap pelaksanaan
supervisi klinis Kepala sekolah mendapat tanggapan
positif dari semua guru. Upaya yang dilakukan kepala
sekolah dalam mengatasi supervisi klinis meliputi (1)
melaksanakan IHT, (2) memberikan pengarahan dan
motivasi pada guru, (3) melakukan tugas menukar
informasi, (4) memberdayakan guru senior dalam
membimbing penyusunan RPP. Hambatan dalam
35
pelaksanaan supervisi klinis yaitu berasal dari guru dan
kepala sekolah. Faktor-faktor yang mendukung
kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan
supervisi klinis meliputi (1) pendidikan dan pelatihan, (2)
seminar, diskusi maupun lokakarya tentang supervisi
klinis, (3) pertemuan-pertemuan rutin dalam MKKS, (4)
studi banding ke daerah yang sudah melaksanakan
supervisi klinis.
4. Penelitian oleh Regina (2013) dengan judul Supervisory
Functions of Secondary School Principals and Factors
Competing With These Functions. hasil penelitian
menunjukkan bahwa inti dari kegiatan pengawasan
adalah untuk mempertahankan standar yang diperlukan
pendidikan dan meningkatkan pertumbuhan profesional
guru. Penelitian ini ditujukan untuk membantu kepala
sekolah untuk memandu terhadap faktor-faktor yang
bersaing dengan fungsi pengawasan mereka. Meskipun
masalah politik, ekonomi dan sosial dapat mempengaruhi
pengawasan yang efektif oleh kepala sekolah, namun
banyak upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan
pengawasan perhatian khusus.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Obiweluozor dkk (2013)
dengan judul: Supervision and Inspection for Effective
Primary Education in Nigeria: Strategies for Improvement.
Hasil penelitian menujukkan bahwa Pendidikan Dasar
sangat penting untuk pencapaian pembangunan
36
nasional. Pendapat ini mengharuskan berkenaan dengan
konsep pengawasan dan inspeksi, tantangan inspeksi
sekolah dan pengawasan dan strategi disodorkan untuk
meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan agar
menjadi pendidikan dasar yang efektif di Nigeria.
Disimpulkan bahwa pengawasan/pemeriksaan harus
diambil mempertimbangkan untuk mengajar dan belajar
yang efektif. Rekomendasi dibuat untuk memastikan
pengawasan dan pemeriksaan yang efektif di tingkat
pendidikan dasar di Nigeria.
Berdasarkan beberapa contoh hasil penelitian
terdahulu, maka dapat digambarkan beberapa persamaan
dan perbedaan antara penelitian yang sedang dilakukan
oleh penulis. Persamaan dengan penelitian penulis adalah
adanya variabel yang sama dalam penelitian tersebut yang
mempengaruhi variabel lainnya.
Sementara itu, dilihat dari metode penelitian yang
digunakan pada penelitian terdahulu memiliki kesamaan,
yaitu metode penelitian kualitatif dengan menggunakan
teknik penelitian tindakan sekolah.
Sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu
adalah pada variasi variabel yang digunakan, baik pada
variabel bebas maupun variabel terikat. Variabel pada
penelitian ini sebagai penggunaan supervisi kunjungan
kelas kepala sekolah dan kinerja guru dalam proses
pembelajaran. Adanya perbedaan dan persamaan yang
37
terdapat dalam tesis ini dengan penelitian terdahulu akan
dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan sehingga
dapat memberikan manfaat kepada lembaga untuk
peningkatan sesuai dengan pokok masalahnya.
Sebagai upaya untuk memberikan suatu justifikasi
yang berkaitan dengan tujuan penelitian, maka diperlukan
suatu teori yang berhubungan dengan masalah yang sedang
diteliti. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk
memecahkan masalah dalam penelitian dan untuk
merumuskan hipotesis. Oleh karena itu penulis akan
mengungkapkan teori-teori yang berhubungan dengan
supervisi kunjungan kelas kepala sekolah dan kinerja
mengajar guru.
2.3. Kerangka Pemikiran Hubungan supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru dalam proses pembelajaran
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Supervisi
merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus
untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari
tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan
pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan
layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan
sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai
komunitas belajar yang lebih efektif.
38
Kepala sekolah sebagai supervisor akademik, harus
mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian
untuk meningkatkan kinerja mengajar guru. Pengawasan
dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah
ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan
tindakan preventif agar para guru tidak melakukan
penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik
kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja
dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok
kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada
personel yang memangku jabatan fungsional maupun
struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel
di dalam organisasi.
Guru benar-benar dituntut untuk memiliki kinerja
yang tinggi. Dengan kinerja yang tinggi maka sumber daya
manusia di Indonesia akan mulai sedikit demi sedikit
meningkat, terutama para generasi muda, dengan demikian
bangsa yang cerdas dan mampu menghadapi tantangan-
tantangan masa depan akan sangat mudah tercipta.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi
akademik kepala sekolah akan mempengaruhi bagaimana
kepala sekolah melakukan supervisi terhadap para guru.
baik tidaknya kegiatan supervisi yang dilakukan sangat
39
bergantung pada kemampuan supervisi kepala sekolah.
Selanjutnya kegiatan supervisi yang baik diharapkan dapat
membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya terutama
dalam proses pembelajaran yang efektif dengan perbaikan-
perbaikan atas masalah yang ditemukan dalam kegiatan
supervisi.
2.4. Hipotesis Berdasarkan kerangka yang dikemukakan
sebelumnya maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Pendampingan supervisi kunjungan kelas kepala
sekolah mampu meningkatkan kinerja mengajar guru
dalam proses pembelajaran di SD Negeri Kemirirejo 1
Kota Magelang”.
40