bab ii tinjauan dan landasan teori ii.1. tinjauan umum ii...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN dan LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Umum
II.1.1. Pengertian Perpustakaan
Kata ”perpustakaan” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata ”pustaka”, yang
berarti kitab/buku. Dalam bahasa Inggris dikenal istilah ”library” yang merupakan adaptasi
dari bahasa Latin ”liber” yang juga berarti buku. (Sumintardja, 1986)
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1997, perpustakaan adalah kumpulan
buku-buku. Setiap orang bisa memiliki perpustakaan sendiri, jika ia mempunyai sejumlah
buku. Namun pada umumnya yang dimaksud dengan perpustakaan adalah kumpulan buku
yang tersimpan di suatu tempat tertentu milik suatu institusi tertentu.
“Perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan – bahan tertulis,
tercetak ataupun grafis lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape, dalam
ruangan ataupun gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan sistem
tertentu agar dapat digunakan untuk kepentingan studi, penelitian, pembacaan
dan lain sebagainya “ (Sumardji,1998)
“The standard dictionary definition of a library distinguishes between
the library as space, the library as collection, and library as institution. A library
is either:
• A room or set of rooms where books and other literatery materials are
kept.
• A collection of litaratery materials, films, tapes, etc. or
• The building or institution that houses such a collection.”
(Brian with Biddy, 2002, page. 21)
9
“ Pihak – pihak dengan faham lebih maju mengatakan bahwa
perpustakaan adalah tempat yang memfasilitasi terjadinya interaksi
pengetahuan ... Para petinggi perguruan tinggi sering mengatakan bahwa
perpustakaan ibarat “jantungnya perguruan tinggi” yang memompakan
kekuatan dan kehidupan bagi seluruh organ dalam lembaga pendidikan tinggi
tersebut. Tidak jarang para politisi mengatakan bahwa keberadaan
perpustakaan mencerminkan tinggi rendahnya budaya suatu bangsa. “ (
www.pnri.co.id )
“Finally it was deemed important to convey the notion of libraries as
places of opportunity, as the nexus for a meeting of minds and the widening of
horizons “(seet,2000)
Perkembangan teknologi yang pesat menuntut perpustakaan bergerak
mengikutinya. Pada abad ke-6, perpustakaan hanya berisi rak-rak buku dan literatur, tetapi
pada beberapa perpustakaan modern saat ini, pemandangan yang terlihat adalah unit-unit
komputer dan koleksi audio serta microfilm. Beberapa koleksi tua yang tidak
memungkinkan untuk dibaca disalin ke dalam format digital sehingga generasi muda tetap
dapat menikmatinya. Semua itu terjadi karena penyesuaian akan kebutuhan manusia saat
ini dimana teknologi informasi menjadi salah satu kebutuhan dan gaya hidup masyarakat
di abad ke-21. Akses informasi yang cepat dan akurat mengakibatkan perpustakaan
sebagai penyedia informasi harus tanggap akan hal itu. Beberapa dokumen dan jurnal-
jurnal penting saat ini dapat ditemui dalam format lain, yaitu digital. Digitalisasi
memungkinkan masyarakat dapat mengaksesnya dari jarak terjauh sekalipun dengan
adanya fasilitas internet.
Perpustakaan akan mengalami perubahan besar di masa mendatang, dimana nama
”library” akan berubah menjadi ”learning resource centre” (Edwards & Fisher, 2002). Hal
10
tersebut tidaklah mengejutkan, mengingat perpustakaan modern yang ada saat ini
berfungsi lebih dari sekedar tempat membaca dan meminjam buku. Perpustakaan di
negara-negara maju memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat melakukan berbagai
pembelajaran dan penelitian untuk mengikuti perkembangan teknologi terkini.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah sebuah
tempat dimana buku dan literatur lain seperti majalah, koran, peta, CD, microfilm, dan
bahan pustaka lainnya disimpan untuk dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi
pemakai.
II.1.2. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan
“Perpustakaan berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan
kecerdasan dan pemberdayaan bangsa melalui transformasi informasi,
penelitian, pelestarian budaya bangsa, dan rekreasi ilmiah.” (Rancangan UU
Perpus RI, Pasal 3, revisi 25 Januari 2007)
Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka,
meningkatkan kegemaran membaca, memperluas wawasan dan pengetahuan
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.” (Rancangan UU Perpus RI, Pasal
4, revisi 25 Januari 2007)
terdapat lima fungsi perpustakaan yaitu: fungsi pelestarian, fungsi informasi, fungsi
pendidikan, fungsi rekreasi dan fungsi budaya (Basuki, 1989).
Maka berdasarkan uraian diatas, fungsi perpustakaan adalah sebagai sarana
pendukung pendidikan dan tempat menyimpan informasi yang bertujuan meningkatkan
pendidikan dan pengetahuan masyarakat.
11
II.1.3. Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan
A) Sejarah
Para arkeolog menemukan sebuah kota kuno dengan kuil-kuil peninggalan yang
didalamnya terdapat banyak catatan-catatan di atas tanah liat yang merupakan suatu
peninggalan bersejarah. Catatan-catatan tersebut tersusun rapih di dalam kuil layaknya
arsip-arsip penting yang diduga berisi tentang catatan aktifitas komersil, agama, sejarah
dan legenda. Isi dari kuil penemuan tersebut tidak jauh berbeda dengan Courtesy
Bibliotheca Alexandrian yang disebut sebagai perpustakaan tertua di dunia. Dari uraian di
atas menunjukkan bahwa sejak jaman dahulu, manusia sudah memiliki suatu kebutuhan
akan suatu ruang untuk menyimpan memori yang tertuang dalam bentuk tulisan, yang
sekarang kita sebut sebagai perpustakaan. Perpustakaan menjadi sebuah pranata sosial
yang sudah ada sejak zaman purba.
B) Proses Perkembangan Perpustakaan
Gereja dan Istana.
Sejarah mencatat bahwa pada masa purba, perpustakaan hanya ditemukan di istana
dan kuil-kuil. Hal ini menunjukkan suatu proses perkembangan perpustakaan dari
perpustakaan untuk satu individu menjadi perpustakaan untuk beberapa individu. Beberapa
individu yang dimaksud adalah individu sejenis, yaitu sejenis dari segi pemakainya
maupun jenis bukunya. Seperti golongan biara yang hanya membaca buku-buku
keagamaan dan golongan keluarga yang membaca buku berkaitan dengan keluarga atau
kerajaan. Saat itu keberadaan perpustakaan masih sekedar pendukung yang merupakan
bagian dari istana atau biara, bukanlah sebuah bangunan tunggal yang berdiri sendiri.
12
Kristen.
Agama Kristen banyak mempengaruhi sejarah manusia, begitu juga dengan
perkembangan perpustakaan pada masa itu, yaitu pada abad pertengahan. Perpustakaan
yang semula hanya berada di istana dan biara, kemudian merambah hingga ke gereja.
Dengan bertambahnya tempat, itu berarti jenis pembaca dan jumlah buku pun ikut
bertambah. Tetapi sebuah perubahan besar terasa ketika perpustakaan masuk ke dalam
sebuah institusi bernama sekolah. Dimana sekolah sebagai sebuah tempat menimba ilmu
pengetahuan menjadikan isi dari perpustakaan semakin kompleks dan jumlah serta jenis
pembacanya pun tidak lagi sama. Saat itu perpustakaan tetap sebagai pendukung dan
belum berdiri sendiri.
Renaissance
Baru kemudian perubahan yang terjadi pada institusi pendidikan tersebut
mendasari munculnya perpustakaan di akademi (academic library) pada masa
Renaissance. Dari situ terlihat suatu proses perkembangan perpustakaan dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan yang sedemikian besar
sehingga baik dari segi pemakain, jumlah buku dan jenis koleksinya, ruang untuk
membaca dan menyusun buku selalu mengalami perubahan dan penyesuaian secara terus
menerus.
Puncak dari perkembangan kebutuhan manusia ini adalah suatu konsep keberadaan
perpustakaan untuk semua orang (for the common use of everyone) atau dengan kata lain
ketika perpustakaan dibuka untuk umum. Ini merupakan konsep awal dari perpustakaan
umum (public library). Suatu tingkat perkembangan perpustakaan dengan pemakai yang
sudah tidak sejenis lagi bahkan sudah luas sekali karena terbuka bagi siapa saja dan jenis
koleksi yang demikian luasnya karena tidak terbatas oleh hal-hal tertentu saja. Keberadaan
13
perpustakaan umum ini menjawab tuntutan kebutuhan manusia yang lebih besar, tuntutan
pemakai yang lebih luas dan tuntutan penyediaan buku-buku yang lebih beragam.
C) Proses Perkembangan Ruang pada Perpustakaan
Pada awal mula perpustakaan sekitar abad ke-6, yang disebut dengan ”ruang”
dalam perpustakaan adalah sebuah ruang yang hanya berisi satu bangku, meja dan rak
buku dengan komposisi sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kebutuhan satu individu
saja karena pada saat itu perpustakaan masih bersifat individual.
Kebutuhan ruang mengalami perubahan ketika perpustakaan berkembang lebih
luas lagi dan yang berada di istana dan biara, jumlah pemakai bertambah sehingga bangku,
meja dan rak buku yang semula berjumlah hanya satu ketika itu bertambah menjadi lebih
banyak dari satu meja dan kursi yang tadinya hanya untuk satu individu menjadi lebih
besar karena mendukung lebih dari satu individu.
Ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1. Masing-masing individu menggunakan satu meja dan satu kursi, ini berarti terdiri dari
beberapa kelompok bangku dan meja yang diselesaikan dengan jumlah pemakai. Jenis
ini mementingkan kualitas bukan kuantitas karena tetap memisahkan masing-masing
individu.
2. Satu meja dapat mendukung kebutuhan lebih dari satu orang, atau satu meja dengan
beberapa kursi. Jenis ini mementingkan kuantitas bukan kualitas.
Kemungkinan nomor satu lebih banyak digunakan, karena kecenderungan manusia
untuk menyempurnakan apa yang sudah ada, maka dari bentuk ruang yang semula hanya
berisi satu kelompok media yang terdiri dari satu bangku, meja dan rak buku tadi
14
dikembangkan menjadi beberapa kelompok meja dan kursi. Rak buku pun disesuaikan
dengan jumlah kelompok meja dan kursi serta jumlah koleksi yang ada.
Semakin lama jumlah buku bertambah lagi, sehingga manusia mulai memikirkan
lagi sebuah bentuk yang dapat menjawab tuntutan tersebut. Akhirnya suatu pemecahan
radikal diambil, yaitu menyusun buku di sepanjang dinding yang menunjukkan pemisahan
ruang baca dan ruang buku. Bentuk tersebut kemudian disebut dengan istilah wall system.
Disebut juga sebagai sebuah pemecahan radikal karena dampak dari susunan buku yang
diletakkan secara horizontal dan vertikal mengikuti ukuran dinding ruangan tanpa
memikirkan skala manusia dalam proses pengambilan dan peletakan kembali, sistem
sempat ini memakan korban jiwa seorang pustakawan pada masa itu, sehingga kemudian
harus dipikirkan kembali sebuah sistem yang benar-benar tepat.
Wall system mengilhami manusia untuk menciptakan satu sistem lain yang lebih
baik yaitu sebuah rak buku dengan ukuran yang sesuai dengan skala dan ruang gerak
manusia. Bentuk dari rak buku pada saat itu kurang lebih sama seperti yang kita lihat saat
ini. Perbedaan yang terlihat hanya dari pola penyusunan dan tata letak rak-rak tersebut
sesuai dengan luasan dan bentuk dari ruangan yang ada. Sebut saja istilah close stack atau
open stack yang biasa digunakan saat ini, serta pola penyusunan buku secara satu lapis
atau dua rak buku yang disusun secara bertolak belakang. Bagaimanapun bentuk
penyususnannya, sistem rak buku yang ada saat ini didasarkan pada konsep pemikiran
pada masa lampau yang sempat mengalami try and error hingga akhirnya mendapatkan
sebuah sistem yang benar-benar tepat.
Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan ruang
perpustakaan mengikuti perkembangan media informasi yang disimpan dan bagaimana
15
media tersebut diakses oleh manusia. Perpustakaan mendatang kiranya diharapkan dapat
memenuhi jumlah media informasi yang dapat disimpan sekarang dan mendatang.
Kemungkinan-kemungkinan perubahan bentuk media informasi juga nantinya dapat
mempengaruhi bentuk media penyimpanan media informasi, sehingga perlu dikaji dan
direncanakan perkiraan perkembangan media informasi tersebut.
Perubahan-perubahan ruang perpustakaan juga semakin maju seiring dengan
perkembangan teknologi. Dengan teknologi yang semakin canggih, perpustakaan yang
pada dasarnya adalah tempat masyarakat mencari dan menyerap informasi menjadikan
perpustakaan pada masa mendatang diharapkan dapat meminimalisasi waktu pencarian
informasi dan memaksimalisasi waktu dalam penyerapan informasi, sehingga proses
penyerapan informasi dapat lebih maksimal. Ruang-ruang baca yang sebelumnya terasa
sangat formal dapat bergeser pada ruang-ruang yang bisa digunakan aktifitas lain,
sehingga kegiatan penyerapan informasi dapat lebih menyenangkan.
D) Perubahan Perpustakan seiring Perubahan Zaman
Perkembangan perpustakaan sengat menarik untuk diamati, karena seiring
perubahan zaman, wajah dan karakter perpustakaan pun berubah sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan pemakai pada saat itu. Pada awal abad ke-6 perpustakaan hanya berisi
koleksi-koleksi kuno dan dengan posisi membaca berdiri, seiring perubahan zaman
kebutuhan manusia berubah dan hal tersebut mempengaruhi jenis koleksi serta ekspresi
dari ruang baca sebuah perpustakaan. Berikut ini adalah tabel perkembangan perpustakaan
dari abad ke-6 hingga abad ke-21:
16
No Waktu Jenis
Perpustakaan
Materi Posisi
Membaca
Jenis Ruang Contoh
Bangunan
1 < Abad ke-6 Kombinasi
antara
perpustakaan
dan museum
Gulungan Berdiri Terbuka
dengan
terdapat
gudang bawah
tanah
Courtesy
Bibliotheca
Alexandria,
Egypt
2 Abad 6 – 13 Sistem cloister
dengan lemari
buku
Ilustrasi buku-
buku
keagamaan
Duduk Cloister
terbuka
Tintern
Abbey,
Monmouthsir
e
3 Abad 13 – 16 Sistem podium
dengan rak buku
terbuka
Buku tulisan
tangan dan
cetak
Berdiri dengan
terdapat tempat
istirahat
Linier dan
dibatasi
University of
Leyden, The
Neitherlands
4 Abad 16 – 17 Sistem tertutup
dengan partisi
susunan rak dan
disertai kursi
Buku cetak Duduk Linear Bibliotica
Laurenziana
5 Abad 17 – 18 Sistem dinding
dengan dibatasi
lemari buku
Buku cetak Duduk Lingkaran dan
persegi
Bodleian
Library,
Oxford
6 Abad 18 – 20 Sistem ruang
baca dengan
disertai galeri
buku
Buku cetak,
peta dan
jurnal
Duduk Lantai terbuka
sebagai pusat,
ruang-ruang
sebagai garis
keliling
Bibliotheque
Nationale,
Paris
17
7 Abad 20 –
sekarang
Sistem ruang
terbuka dengan
disertai rak-rak
terbuka dan unit
komputer
Buku cetak
dan
sejenisnya,
CD-ROM dan
sistem
informasi
digital lainnya
Duduk Luas dan
terbuka
Seattle Public
Library,
Seattle
Tabel 1: Perubahan peletakan dan pengguna perpustakaan
No Waktu Bangunan Eksterior Interior
1 < Abad ke – 6 Courtesy
Bibliotheca
Alexandria
2 Abad ke
6 – 13
Tintern Abbey
3 Abad ke
13 – 16
University of
Leyden
18
4 Abad ke
16 – 17
Bibliotica
Laurenziana
5 Abad ke
17 – 18
Bodleian Library
6 Abad ke
18 – 20
Bibliotheque
Nationale
7 Abad 20 –
sekarang
Seattle Public
Library
Tabel 2: Contoh bangunan sejarah perpustakaan
Sumber: (Edwards Brian with Fisher Biddy, Libraries and Learning Resource Centres, Architectural Press,
New York, 2002)
Dari pemaparan sejarah perpustakaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa,
bangunan perpustakaan berkembang berdasarkan bagaimana manusia dapat menyerap dan
mengambil sebuah media informasi terhadap perkembangan teknologi yang ada pada saat
itu. Sebaiknya perpustakaan dapat terencana pada perkembangan jumlah dan bentuk
media informasi mendatang, yang menentukan bagaimana interaksi manusia terhadap
media informasi, sekurang kurangnya 20 tahun mendatang.
19
II.1.4. Jenis-jenis Perpustakaan
Perpustakaan terbagi menjadi beberapa jenis, dibedakaan berdasarkan jenis koleksi
dan sasaran pengunjungnya. Berikut ini adalah klasifikasi jenis-jenis perpustakaan dari
beberapa sumber:
No Sumber Jenis Perpustakaan
1 Edwards Brian with Fisher Biddy, Libraries and Learning
Resource Centres, Architectural Press, New York, 2002
- Perpustakaan Nasional
- Perpustakaan Umum
- Perpustakaan Akademis
- Perpustakaan Virtual
- Perpustakaan Khusus
- Perpustakaan Profesional
2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Ke 3, Balai Pustaka, Jakarta Barat
2002
- Perpustakaan Nasional
- Perpustakaan Umum
- Perpustakaan Khusus
- Perpustakaan Akademik
- Perpustakaan Rujukan
- Perpustakaan Keliling
- Perpustakaan Filial
3 Ensiklopedi Nasional Indonesia, PT. Delta Pamungkas,
Jakarta Barat 1997
- Perpustakaan Khusus
- Perpustakaan Museum
- Perpustakaan Negara
- Perpustakaan Perguruan Tinggi
- Perpustakaan Rakyat
- Perpustakaan Sekolah
- Perpustakaan Umum
Tabel 3: Jenis-jenis Perpustakaan
20
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, perpustakaan diklasifikasikan lebih
spesifik lagi, yaitu:
1. Perpustakaan Nasional
Perpustakaan yang dibiayai oleh Negara untuk mengumpulkan,
menyimpan, melestarikan buku, majalah, surat kabar, naskah kuno, microfilm, dan
laain-lain.
2. Perpustakaan Umum
Perpustakaan yang seluruhnya atau sebagian dari dananya disediakan oleh
masyarakat dan penggunaannya tidak terbatas pada kelompok tertentu serta bebas
digunakan oleh siapapun.
3. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan atau pusat informasi yang dibiayai oleh perseorangan, badan
korporasi, perhimpunan., badan pemerintah, kelompok dan lain-lain. Biasa juga
disebut sebagai koleksi khusus atau terpisah dari suatu perpustakaan.
4. Perpustakaan Akademik
Perpustakaan yang merupakan bagian dari universitas, akademi dan
lembaga pendidikan tinggi.
5. Perpustakaan Rujukan
Perpustakaan yang memiliki buku yang biasanya tidak boleh digunakan di
luarnya.
6. Perpustakaan Keliling
Perpustakaan yang didatangkan dengan modil pada tempat-tempat tertentu,
sehingga pada kesempatan itu para peminat dapat meminjam dan mengembalikan
buku.
21
7. Perpustakaan Filial
Perpustakaan yang merupakan bagian dari sebuah sistem perpustakaan,
tetapi mempunyai dewan manajemen sendiri dan tidak dikelola sebagai sistem
tersebut.
Menurut Edwards dan Fisher (2002), perpustakaan diklasifikasi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1. Perpustakaan Nasional (A National Library)
Perpustakaan Nasional adalah sebuah tempat dimana buku dan material
Nasional penting lainnya disimpan. Pada beberapa perpustakaan, lebih ditekankan
pada kelengkapan koleksi sekaligus sebagai tempat perlindungan dan konserfasi
koleksi penting milik negara.
2. Perpustakaan Umum (A Public Library)
Perpustakaan Umum adalah sebuah tempat dimana buku dan material
lainnya disimpan untuk dapat dipinjamkan. Perpustakaan seperti ini pada umumnya
menyediakan materi-materi pendidikan yang dapat digunakan oleh suatu komunitas
untuk kemajuan daerah setempat.
3. Perpustakaan Akademis (An Academic Library)
Perpustakaan Akademis adalah tempat dimana buku, jurnal dan material
lain terutama sistem informasi elektronik disimpan untuk mendukung pembelajaran
dan penelitian.
4. Perpustakaan Virtual (A Virtual Library)
Perpustakaan Virtual adalah koleksi dari material perpustakaan terutama
dalam format elektronik dan akses dengan jaringan komputer. Beberapa
22
perpustakaan seperti ini baik sebagian atau secara keseluruhan tidak terikat pada
tampilan fisik.
5. Perpustakaan Khusus (A Special Library)
Perpustakaan Khusus adalah kumpulan koleksi di dalam sebuah ruang
maupun bangunan yang didedikasikan sepenuhnya untuk suatu subjek khusus.
Biasanya merupakan koleksi khusus berdasarkan jenis, topik atau tempat.
6. Perpustakaan Profesional (A Profesional Library)
Perpustakaan Profesional adalah sebuah koleksi yang dikembangkan oleh
suatu institusi khusus yang secara profesional melayani anggota-anggotanya.
Koleksi yang ada di sini pada umumnya dalam jangkauan yang lebih luas dan tidak
dapat dipinjam.
Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia, perpustakaan dapat dikategorikan
menjadi beberapa jenis yang lain, yaitu:
1. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus merupakan sebuah perpustakaan yang menekankan
koleksinya pada suatu bidang khusus seperti koleksi di bidang geologi, lingkungan
hidup, sejarah purbakala, kebudayaan dan lain-lain. Selain itu dapat juga
dikategorikan khusus karena bentuk koleksi yang disimpannya seperti peta,
guntingan surat kabar, pita rekaman, lontar, dan lain-lain. Perpustakaan khusus
pada umumnya merupakan bagian dari suatu lembaga penelitian dan badan-badan
seperti bank, asuransi, asosiasi profesi, perusahaan, museum dan lain sebagainya.
Beberapa contoh perpustakaan khusus yang telah berkembang dan
memperoleh tugas-tugas nasional adalah Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional-LIPI,
Lembaga Perpustakaan Biologi dan Pertanian (Bilibiotheca Bogoriensis –
23
Departemen Pertanian), Bagian Dokumentasi Ilmiah dan Pengolaan Data (Badan
Penelitian dan Pengembanga Kesehatan – Departemen Kesehatan).
2. Perpustakaan Museum
Perpustakaan Museum di Jakarta Barat lebih dikenal dengan sebutan
Lembaga Kebudayaan Indonesia yang berdiri pada tahun 1778. Hingga saat ini
koleksi buku yang ada di dalamnya diperkirakan sekitar 300.000 jilid, sesuai
dengan urutan dan program lembaga tersebut. Di antaranya terdapat semua koleksi
surat kabat dan majalah ilmiah yang pernah ada dan terbit di Indonesia, juga
koleksi buku-buku yang pernah diterbitkan di Indonesia. Selain itu terdapat pula
koleksi naskah yang terdiri dari sekitar 5.000 buku asli Indonesia dari berbagai
daerah yang tertulis di atas berbagai macam bahan seperti lontar, kulit kayu,
bambu, kertas dalam huruf Jawa, Bali, Makasar, Bugis, Batak, Rejang, Arab dan
lain-lain.
3. Perpustakaan Negara
Perpustakaan Negara merupakan perpustakaan umum yang didirikan di
setiap Ibukota Daerah Tingkat I di Indonesia yang diselenggarakan oleh Biro
Perpustakaan Departemen Pendidikan. Perpustakaan ini tergolong perpustakaan
umum yang dapat dinikmati oleh setiap warga untuk mendapatkan sejumlah
informasi maupun hiburan. Selain Perpustakaan Nasional yang ada di Ibukota
Jakarta Barat, terdapat pula di Yogyakarta yang merupakan perpustakaan terbesar
yang didirikan pada masa revolusi kemerdekaan dengan sekitar 70.000 koleksi
buku.
24
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Sebagai warisan waktu yang lalu, jasa informasi di kalangan masyarakat
perguruan tinggi di lakukan oleh masing-masing fakultas atau jurusan. Program-
program pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi dikelola oleh Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan. Hal-hal seperti pembinaan
koleksi, sumber tenaga, standarisasi, pembiayaan, dan sebagainya memperoleh
perhatian penuh dari Satuan Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Perpustakaan Pusat Satya Wacana yang terletak di Salatiga merupakan
salah satu contoh perpustakaan yang sejak pendiriannya pada tahun 1956
memusatkan administrasi dan pengelolaan perpustakaannya untuk melayani
seluruh kampus di Indonesia.
5. Perpustakaan Rakyat
Perpustakaan Rakyat merupakan sistem pelayanan umum di Indonesia yang
diselenggarakan oleh Direktorat pendidikan masyarakat, bagian Urusan Pendidikan
Rakyat dalam Departemen Pendidikan. Tugas bagian ini adalah menyediakan
bacaan umum dari tingkat lulusan pemberantasan buta huruf sampai kepada tingkat
pengetahuan sekolah menengah. Tujuannya adalah menghidupkan dan memelihara
hasrat masyarakat untuk belajar sendiri dengan jalan membaca, serta meluluskan
pengetahuan, kecerdasan dan kesadaran masyarakat.
6. Perpustakaan Sekolah
Seperti namanya, ini merupakan perpustakaan yang berada di sekolah-
sekolah. Walau demikian, belum semua sekolah di Indonesia dilengkapi dengan
perpustakaan. Sensus tahun 1997 menunjukkan bahwa saat ini tercatat sekitar
84.000 Sekolah Dasar dan 13.000 Sekolah Lanjutan. Pengembangan Perpustakaan
25
Sekolah mendapat bimbingan dan pengarahan dari Pusat Pengembangan
Perpustakaan, Departemen Pendidikan.
7. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang dikelola oleh
Departemen Pendidikan bersama dengan Pemerintah Daerah.Usaha kedua badan
tersebut masih terus berjalan untuk mengembangkan sistem perpustakaan umum,
ditunjang pula dengan adanya sarana perpustakaan keliling dengan mobil. Selain
itu tercatat juga tumbuhnya taman bacaan yang didirikan oleh usaha-usaha pribadi
atau rukun kampung. Walaupun dalam bentuk sederhana, tetapi usaha-usaha
tersebut sangat membantu kekurangan dari perpustakaan umum yang ada.
Dari data diatas, maka perpustakaan umum adalah perpustakaan yang dikelola oleh
Pemerintah yang menyediakan informasi untuk digunakan oleh komunitas atau masyarakat
sekitar sesuai dengan daerah cangkupannya.
II.1.5. Klasifikasi Pustaka
Penomoran buku dalam perpustakaan bertujuan untuk mempermudah penyususnan
buku dan mempermudah pengunjung dalam mencari buku yang mereka butuhkan. Hingga
saat ini terdapat lebih dari lima cara pengklasifikasian atau penomoran buku pada
perpustakaan. Jenis-jenis klasifikasi tersebut adalah:
A) Dewey Decimal Classification (DDC)
Salah satu metode klasifikasi yang lazim digunakan oleh perpustakaan saat ini
adalah Dewey Decimal Classification (DDC). DDC adalah sebuah sistem klasifikasi
perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851–1931) pada tahun 1876, dan sejak
26
saat itu telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam 22 kali revisi yang telah
terjadi hingga tahun 2004.
Klasifikasi Dewey muncul pada sisi buku-buku koleksi perpustakaan. Klasifikasi
dilakukan berdasarkan subjek, kecuali untuk karya umum dan fiksi. Kodenya ditulis atau
dicetakkan ke sebuah stiker yang dilekatkan ke sisi buku atau koleksi perpustakaan
tersebut. Bentuk kodenya harus lebih dari tiga digit, setelah digit ketiga akan ada sebuah
tanda titik sebelum diteruskan angka berikutnya.
Terdapat 10 kategori bidang ilmu dalam Dewey Decimal Classification (DDC),
mulai dari ilmu komputer, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, matematika, teknologi,
kesenian, sastra hingga sejarah.
Sepuluh kelas utama dan penomorannya dalam klasifikasi Dewey adalah:
No. Klasifikasi Kategori Buku
000 Komputer, Informasi dan Referensi Umum
100 Filsafat dan Psikologi
200 Agama
300 Ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Sains dan Matematika
600 Teknologi
700 Kesenian dan Rekreasi
800 Sastra
900 Sejarah dan Geografi
Tabel 4: Dewey Decimal Classification
Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Dewey_Desimal_Classification
27
B) Universal Decimal Classification (UDC)
Metode klasifikasi ini pertama kali diciptakan oleh pustakawan asal Belgia, Paul
Otlet dan Henri la Fontaine pada akhir abad ke 19. metode ini didasari oleh metode yang
lebih dulu ada yaitu DDC, tetapi metode ini dianggap lebih kuat dan spesifik. Metode ini
tidak hanya bisa digunakan dalam klasifikasi literature, tetapi juga pada koleksi lain seperti
film, video, rekaman, ilustrasi, peta, dan pada fungsi lain seperti museum.
Kategori bidang ilmu dalam Universal Decimal Classification tidak jauh berbeda
dengan Dewey Decimal Classification, hanya terdapat beberapa penambahan seperti
biografi dan arkeologi.
Berikut ini adalah kategori dari Universal Decimal Classification:
No Klasifikasi Kategori Buku
0 Komputer, Informasi dan Referensi Umum
1 Filsafat dan Psikologi
2 Agama
3 Ilmu Sosial
4 Bahasa
5 Sains dan Matematika
6 Teknologi
7 Kesenian dan Rekreasi
8 Sastra
91 Geografi
92 Biografi
93/99 Sejarah dan Arkeologi
Tabel 5: Universal Decimal Classification
Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_Decimal_Classification)
28
Selain dua metode di atas, masih terdapat beberapa metode klasifikasi yang pada
dasarnya merupakan pengembangan dari DDC dan UDC. Metode lain tersebut diantaranya
adalah Bliss Bibliographic Classification (BBC), Collon Classification, Library of
Congress Classification, Chinese Library Classification, Harvard-Yenching Classification.
(http://en.wikipedia.org)
Menurut data diatas, maka penggunaan klasifikasi data DDC masih bisa digunakan,
terlebih karena range angka yang digunakan lebih luas dan bisa dikembangkan lebih lanjut,
juga kelebihannya adalah karena sistem klasifikasi DDC sudah digunakan secara
internasional. Pembagian ini perlu ditambahkan pembagian anak anak, remaja, dan
referensi dengan perkembangan yang terbanyak.
II.1.6. Jenis Pelayanan Perpustakaan
Terdapat dua jenis sistem pelayanan yang biasa diterapkan dalam perpustakaan,
yaitu:
1. Closed Access Servis
Sebuah sistem pelayanan dimana pengunjung tidak diperkenankan untuk
mencari dan mengambil sendiri buku yang mereka butuhkan, tetapi dibantu oleh
pustakawan yang sedang bertugas. Keunggulan dari sistem ini adalah, keamanan
buku lebih terjamin karena setiap buku yang diambil dapat terkontrol, selain itu
posisi buku lebih teratur karena selalu dibantu oleh pustakawan sebagai
penanggungjawab. Sistem ini juga memiliki kekurangan, dan hal itu lebih
dirasakan oleh pengunjung, karena mereka tidak dapat mencari dan memilih sendiri
buku yang mereka perlukan.
29
2. Open Access Servis
Sebuah sistem pelayanan dimana pengunjung diperkenankan untuk
mendapatkan dan menggunakan sendiri buku yang mereka butuhkan tanpa adanya
pengawasan dari pustakawan secara langsung. Kelebihan dari sistem ini adalah
pengunjung dapat dengan leluasa mencari apa yang mereka butuhkan sehingga
secara psikologis tidak memberikan tekanan dan dapat meningkatkan minat orang
untuk datang ke perpustakaan karena terasa lebih bersahabat. Sedangkan
kekurangan dari sistem ini adalah kemanan buku yang kurang terjamin,
pengambilan dan pengembalian buku yang kurang teratur karena kurangnya
pengawasan dari pustakawan.
Dari pemaparan jenis layanan perpustakaan diatas, maka open access servis
menjadi pilihan yang baik dalam perpustakaan umum, karena sifat perpustakaan umum
yang terbuka bagi siapa saja, sehingga masyarakat bisa bebas mengakses informasi dengan
mudah.
II.1.7. Perpustakaan Umum
A) Definisi Perpustakaan Umum
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (2002), perpustakaan adalah kumpulan
buku-buku. Setiap orang bisa memiliki perpustakaan sendiri, jika ia mempunyai sejumlah
buku. Namun pada umumnya yang dimaksud dengan perpustakaan adalah kumpulan buku
yang tersimpan di suatu tempat tertentu milik suatu institusi tertentu.
Sedangkan definisi dari perpustakaan umum daerah menurut Ketetapan Kepala
badan Standarisasi Nasional (BSN) nomor 1637/BSN-1HK.74/10/99 adalah perpustakaan
yang diselengarakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, yang mempunyai tugas
30
pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan wilayah kabupaten/kota serta
melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum.
Maka Perpustakaan umum adalah bangunan publik untuk menyimpan media
informasi yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah kota setempat untuk melayani
daerah sekitarnya.
B) Fungsi Perpustakaan Umum
Menurut Departemen Pendidikan Nasional RI, 2004 Sebagai perpustakaan umum,
perpustakaan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu
koleksi yang tersedia adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran,
pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi
belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan
pengguna informasi.
3. Fungsi Riset
Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan premier dan sekunder yang paling mutakir
sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni..
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun
dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
31
5. Fungsi Publikasi
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang
dihasilkan oleh daerah setempat.
7. Fungsi Interpretasi
Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah
terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam
melakukan dharmanya.
C) Ketentuan Perpustakaan Umum
Terdapat beberapa ketentuan khusus pada perencanaan perancangan Perpustakaan
Umum yang tentu saja berbeda dengan perpustakaan lain. Menurut Edwards dan Fisher,
2002 terdapat beberapa analisa yang berkenaan dengan perancangan Perpustakaan Umum.
Analisa-analisa tersebut berdasarkan riset yang dilakukan dengan mengikuti
perkembangan beberapa Perpustakaan Umum terkemuka di dunia.
1) Standard Ruang dalam Perencanaan Perpustakaan umum
• Satu ruang pembaca untuk setiap 3-4 orang masing-masing sekitar 1 m2 / orang.
• Rak sepanjang 1 m untuk memuat sekitar 100 buku.
• 75% total koleksi berada di rak terbuka pada area belajar, dan 50-60% pada
area riset.
• Ruang kantor perpustakaan adalah 12% dari total luas perpustakaan.
• Area sirkulasi sebesar 20% dari total luas ruang perpustakaan.
32
• 8-10 buku berada pada rak buku di ruang baca, 10-12 pada tumpukan terbuka,
12-15 pada tumpukan tertutup, dan 40-60 pada gudang.
• Penggunaan pelayanan komputer mencakup 20-25 % dari total area
perpustakaan.
2) Perubahan Skematik Denah dan Potongan Perpustakaan Umum
Skema perubahan perencanaan denah di bawah menunjukkan bahwa
perpustakaan berubah sesuai dengan kebutuhan manusia pada masing-masing
zaman, diamana pada abad ke-21 perpustakaan tampil lebih terbuka dengan sistem
void dan terdapat program ruang seperti tempat riset yang tidak terdapat di
perpustakaan sebelumnya.
Gambar 1: Perubahan pola denah Gambar 2: Perubahan pola potongan
3) Diagram Konseptual Perpustakaan Umum
Secara garis besar, diagram di bawah menunjukkan bagaimana kaitan
program secara konseptual yang umum digunaakn untuk perancangan
33
Perpustakaan Umum. Mulai dari pintu masuk hingga ke ruang koleksi, ruang baca,
staff hingga sirkulasi buku harus sangat diperhatikan sehingga pengunjung dapat
mengakses perpustakaan dengan tepat dan cepat.
Gambar 3: Diagram Konseptual Perpustakaan Umum
4) Penzoningan Suara pada Perpustakaan Umum
Perpustakaan memiliki banyak program dengan berbagai kegiatan di
dalamnya. Masing-masing kegiatan memiliki kebutuhan berbeda-beda untuk
mendapatkan kenyamanan. Sebut saja ruang membaca dan ruang diskusi, masing-
masing memiliki kebutuhan akan ketenangan dari gangguan suara yang berbeda.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan penzoningan bising pada perpustakaan,
sehingga aktifitas yang satu dan yang lain tidak saling menggangu. Berikut ini
adalah zoning ruang berdasarkan suara bising yang umum dilakukan pada
Perpustakaan Umum.
34
Gambar 4 : Zoning analisa bising
Gambar 5 : Rencana ruang berdasarkan analisa bising
Sedangkan menurut Departemen Perpustakaan Nasional RI, 1999, terdapat acuan dalam
membuat bangunan perpustakaan khususnya Perpustakaan umum daerah tingkat II yang berisikan
antara lain :
35
1. Gedung untuk perpustakaan umum daerah tingkat II, memiliki luas bangunan
sekurang-kurangnya 200 m2 dengan luas tanah sekitar 2000 m2.
2. Ruang koleksi pustaka sekurang-kurangnya berkapasitas 20.000 eksemplar bahan
pustaka biasa dengan ruangan untuk membaca dewasa dan pemuda dengan kapasitas
untuk tempat duduk 30 orang
3. Ruang koleksi bahan pustaka berkapasitas sekurang-kurangnya 10.000 eksemplar
dengan ruang baca untuk orang remaja dengan kapasitas tempat duduk sebanyak 30
orang
4. Ruang koleksi bahan pustaka berkapasitas sekurang-kurangnya 10.000 eksemplar
dengan ruang baca untuk anak anak dengan kapasitas tempat duduk sebanyak 20 orang
5. Ruang koleksi bahan pustaka rujukan (referensi) dengan ruang bacanya dengan
kapasitas sekurang-kurangnya 20 orang pembaca.
6. Ruang koleksi pandang dengar dengan ruang bacanya yang berkapasitas sekitar 20
orang
7. Ruang kerja pengolahan bahan pustaka
8. Ruang kerja pengembangan koleksi
9. Ruang kerja tata usaha
10. Ruang kerja kepala perpustakaan
11. Ruang pelayanan, lemari katalog dan lemari titipan tas
12. Lobi dan ruang pamer
13. Ruang pertemuan dengan kapasitas sekitar 100 orang
14. Gudang
15. Kamar kecil/WC secukupnya
16. Lapangan parkir dengan kapasitas sekurang-kurangnya untuk 20 mobil
36
17. Garasi khusus untuk 4 sampai dengan 8 mobil keliling
18. Halaman dengan lingkungan yang hijau – taman
Sedangkan Menurut Time Saver Standard (Wheeler & Goldhox, 1962), perancangan
Perpustakaan dengan populasi layanan lebih dari 500.000 penduduk, memiliki standar-standar
sebagai berikut :
1. Jumlah buku minimal sebanyak 1-1 ½ kali jumlah populasi layanan.
2. Jumlah tempat baca sejumlah 1 buah per 1000 jumlah populasi layanan.
3. Total perkiraan luas lantai bangunan berkisar antara 0.028 kali jumlah populasi
layanan.
Dari data diatas, bisa diperoleh bahwa standar yang dibuat Dinas Perpustakaan Nasional
RI, sudah tidak dapat dipakai, karena terus meningkatnya layanan penduduk di Jakarta. Idealnya
Perpustakaan Umum memiliki standar jumlah buku untuk masing-masing daerah tergantung dari
cangkupan layanan penduduknya. Diharapkan dengan memakai aturan atau standar internasional,
maka perpustakaan Jakarta Barat nantinya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta barat,
terlebih dengan isu globalisasi yang mendongkrak pertumbuhan kebutuhan informasi dan
pendidikan yang semakin tinggi.
II.2. Tinjauan Khusus
II.2.1. Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Barat
b) Data Perpustakaan
• Nama : Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Barat
• Jumlah Buku : - 20.272 judul (Februari 2007)
- 63.775 eksemplar (Februari 2007)
37
• Klasifikasi : DDC (Dewey Decimal Classification)
• Sumber buku : Anggaran Pemerintah dan sumbangan dari donatur
• Hari buka : Senin – Sabtu (kecuali hari libur & tanggal merah)
• Jam buka : 08.00 WIB – 17.00 WIB
• Sistem Pinjam :
- Jumlah : Maksimal 2 buku
- Waktu : Maksimal 1 minggu
• Sekuriti : Manual (pengawasan dan penitipan barang)
QuickTime™ and aTIFF (LZW) decompressor
are needed to see this picture.
Gambar 6 : Data Koleksi Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Barat
c) VISI DAN MISI
VISI
Menjadi fasilitator dan motivator masyarakat dalam penguasaan informasi melalui
Bahan Pustaka.
MISI
• Mewujudkan peningkatan pelayanan rumah tangga instansi dan kualitas SDM
dalam mendukung tugas instansi.
38
• Mewujudkan peningkatan pelayanan informasi dan pengelolaan bahan pustaka
bagi aparat pemerintah dan masyarakat.
• Mewujudkan peningkatan pelaksanaan pelestarian dan pemanfaatan bahan
pustaka.
• Mewujudkan perpustakaan sebagai rumah belajar modern.
d) Klasifikasi Pustaka
Bahan-bahan pustaka terutama buku, diklasifikasikan menurut bidang
pembahasannya. Menurut hasil survey literatur, di Perpustakaan Umum, klasifikasi
pustaka adalah sebagai berikut:
• Ilmu Komputer dan Matematika (Computer Science and Mathematics)
• Ilmu Akuntansi dan Informasi (Accounting and Information Science)
• Seni, Arsitektur dan Kemanusiaan (Art, Architecture and Humanities)
• Ekonomi dan Manajeman (Economics and Management)
• Ilmu Sipil dan Teknologi (Engineering and Technology)
• Ilmu Manajemen Industri (Industrial Planer)
• Umum (General Interest)
• Koran dan Majalah (Newspapers and Magazines)
Koleksi referensi adalah sebagai berikut:
• Biografi (Biographies)
• Kamus dan Ensiklopedi (Dictionaries and Encyclopedia)
• Indeks dan Abstaksi (Indexes and Abstracts)
• Hak Paten (Patens)
• Standarisasi (Standards)
• Data Statistik (Statistical Data)
39
1) Layanan Perpustakaan
Layanan Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Barat memakai sistem semi tertutup.
Berikut ini layanan yang diberikan oleh perpustakaan diantaranya adalah:
- Layanan Stationer atau layanan ditempat
• Peminjaman buku
• koleksi referensi
• koleksi khusus tentang Jakarta Barat
• AudioVisual
• koleksi CD-ROM
• bercerita
• Bimbingan Perpustakaan
• Jasa penelusuran informasi pemerintah,pembangunan dan
kemasyarakatan
* Layanan Perpustakaan keliIing
* Layanan Paket
Fasilitas Layanan Ditempat
* Ruang baca
* Locker untuk penyimpanan barang
* Pencarian koleksi dengan system katalog
* Ruang Serbaguna
* Ruang ibadah
Informasi Layanan
• Keanggotaan
40
• Sirkulasi
• Referensi
• Audio Visual
• Pustaka Langka
• Foto copy
• Bimbingan Pemakai
• Perpustakaan Keliling
• Pinjam Antar Perpustakaan
Keanggotaan
Perpustakaan Daerah Jakarta Barat memberi kesempatan kepada masyarakat di
wilayah Provinsi Jakarta Barat untuk menjadi anggota perpustakaan. Anggota
perpustakaan terdiri dari dua kategori, yaitu kelompok dewasa dan anak-anak.
Sirkulasi
Yang dimaksud dengan pelayanan sirkulasi adalah suatu kegiatan pelayanan
pencatatan dalam pemanfaatan dan penggunaan koleksi bahan pustaka dengan tepat guna
dan tepat waktu untuk kepentingan pemakai. Pelayanan sirkulasi ditujukan untuk
memungkinkan pemakai menggunakan bahan pustaka secara tepat guna, mengetahui
bahan pustaka yang dipinjamkan, mengetahui siapa yang meminjam bahan pustaka,
menjamin kembalinya bahan pustaka yang dipinjam, mendapatkan data-data kuantitatif
kegiatan pelayanan sirkulasi. Menurut jenis pekerjaannya pelayanan sirkulasi meliputi :
peminjaman, pengembalian, penagihan, pemberian sanksi, bebas pustaka, statistik
sirkulasi. Sedangkan menurut sistem penyelenggaraannya pelayanan sirkulasi menganut
sistem terbuka dengan tujuan memungkinkan para pemakai secara langsung memilih dan
41
mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki. Macam bahan pustaka yang
disirkulasikan terdiri dari buku teks dan buku untuk pengembangan ilmu (bahan pustaka
umum).
Referensi
Pelayanan referensi adalah suatu kegiatan pelayanan untuk membantu pemakai
perpustakaan menemukan informasi dengan cara menjawab pertanyaan dengan
menggunakan koleksi referensi, serta memberikan bimbingan untuk menemukan, memakai
koleksi referensi. Tujuan dari pelayanan referensi ini adalah memungkinkan pemakai
perpustakaan menemukan informasi dengan cepat dan tepat, memungkinkan menelusur
informasi dengan pilihan yang lebih luas, memungkinkan pemakai menggunakan koleksi
referensi dengan lebih tepat guna. Fungsi sub bidang pelayanan referensi adalah :
informasi, bimbingan, pengarahan, supervisi dan penelitian. Fungsi ini ditunjang dengan
adanya petugas referensi yang cakap dan koleksi referensi yang memadai dan disajikan
dalam rak terbuka dan mudah dicapai. Pelayanan referensi utama yang diberikan meliputi :
Pemberian informasi yang bersifat umum, baik mengenai perpustakaan, koleksi dan hal-
hal lain yang mudah dan cepat memenuhinya. Pemberian informasi yang bersifat spesifik,
yang untuk memenuhinya diperlukan referensi bahan pustaka yang ada, ataupun konsultasi
dengan petugas perpustakaan lainnya. Pemberian bantuan untuk menelusur bahan pustaka
dengan menggunakan katalog, bibliografi dan alat-alat penelusuran lainnya. Pemberian
bimbingan untuk menggunakan koleksi referensi. Pemberian bantuan pengarahan untuk
menemukan pokok bahasan tertentu dalam buku-buku yang sesuai dengan minat dan
bidang studi pemakai. Koleksi referensi adalah kumpulan bahan pustaka yang berupa
karya-karya referensial, yaitu karya-karya yang disusun sebagai alat konsultasi ataupun
penunjuk mengenai informasi-informasi tertentu. Menurut sifat informasinya koleksi
42
referensi terdiri atas koleksi referensi umum dan khusus. Umum berarti memberikan
informasi umum, ruang lingkup luas tanpa batas-batas subyek atau batas lain yang dapat
memberikan spesifik tertentu. Sedangkan khusus berarti memberikan informasi khusus
mengenai subyek atau pokok pembahasan tertentu. Menurut jenis informasinya koleksi
referensi terdiri atas : almanak dan buku tahunan, buku pegangan atau manual, direktori,
ensiklopedi, kamus, sumber biografi, sumber geografi, bibliografi, indeks dan abstrak,
sumber-sumber referensi lain seperti; lembaran negara, laporan penelitian, brosur,
perundang-undangan, peraturan pemerintah, data statistik dan keterangan-keterangan lain
yang dibutuhkan pemakai.
Audio Visual
Audio Visual atau bahan pandang denganr atau bahan khusus atau disebut juga
bahan non buku atau non books material kehadirannya di perpustakaan memperkaya
koleksi bahan pustaka dan memungkinkan perpustakaan memberikan pelayanan yang lebih
beragam kepada pemakai. Hal tersebut diatas sekaligus menyangkal tuduhan bahwa para
pustakwan masih sangat ”book oriented” yaitu bahwa informasi selalu dituangkan dalam
bentuk huruf tercetak atas keras. Hal ini dibuktikan dengan koleksi bahan pandang dengan
yang dimiliki oleh Perpustakaan Daerah Jakarta Barat. Kesadaran bahwa bahan buku juga
merupakan tanggung jawab perpustakaan merupakan suatu langkah maju yang penting.
Beberapa jenis bahan bukan buku yang melengkapi koleksi adalah : rekaman suara,
gambar hidup dan rekaman video, bahan grafika (foto dan slide), bahan kartografi, mikro
form (mikro film dan mikro fish). Bahan-bahan tersebut di atas sampai saat ini masih dapat
digunakan dengan bantuan alat bantu masing-masing, seperti micro reader, micro printer
dan sebagainya.
43
Pustaka Langka
Pustaka Langka atau disebut juga antique books adalah suatu jenis koleksi yang
memiliki ciri-ciri ; tidak diterbitkan lagi, sudah tidak beredar di pasaran, susah untuk
mendapatkannya, mempunya kandungan informasi yang tetap, meiliki informasi
kesejarahan. Untuk jenis koleksi langka ini terdiri dari beberapa bidang subyek seperti
politik, sejarah, sastra, ketata negaraan dan sebagainya.. Koleksi ini disimpan di dalam
ruangan yang cukup sejuk berpendingin ruangan dengan ruang baca yang cukup luas.
Bimbingan Pemakai
Bimbingan pemakai perpustakaan ditujukan kepada pemakai pemula yang ingin
mengetahui lebih banyak tentang perpustakaan dan cara-cara memanfaatkan fasilitas yang
ada di perpustakaan. Hal ini dapat dilakukan secara perorangan atau rombongan dengan
terlebih dahulu memberitahukan kepada petugas perpustakaan. Juga menerima siswa-siswi
untuk PKL, baik secara teori maupun praktek kegiatan-kegiatan yang ada di perpustakaan.
Perpustakaan Keliling
Perpustakaan keliling merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan minat baca
dan kegemaran membaca/ belajar masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat di
daerah padat pada khususnya yang jauh dari perpustakaan yang ada dalam rangka
pendidikan seumur hidup. Usaha ini dpat memberikan kesempatan pemerataan untuk
memperoleh informasi dan pengembangan pengetahuan bagi masyarakat desa tak mampu .
Tujuan dari perpustakaan keliling adalah : memperluas layanan perpustakaan sampai
kepada masyarakat di daerah-daerah dan tempat yang tidak dapat dijangkau oleh
pelayanan perpustakaan menetap dengan menggunakan 5 unit mobil keliling dan 2 unit
sepeda motor. Melayani masyarakat yang oleh karena situasi dan kondisinya tidak dapat
44
datang atau mencapai perpustakaan menetap, Memasyarakatkan perpustakaan dan
meningkatkan minat baca.
Layanan Paket buku (Bulk-loan)
dilaksanakan di Kabupaten Kota apabila ada permintaan dari yayasan atau lembaga
sosial yang mempunyai unit perpustakaan.
Pinjam antar Perpustakaan
Layanan ini sesuai dengan pengertian istilahnya seharusnya terjadi imbal balik
peminjaman bahan pustaka, tetapi dalam hal ini hanya peminjaman sepihak saja, dimana
Perpustakaan Nasional Provinsi Jakarta Barat sebagai pihak yang memberikan pinjaman.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan kegiatan Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah
(LTPS) maupun melalui Bulk-loan.
2) Koleksi Perpustakaan
Total koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Barat saat ini
berjumlah 20.272 judul dengan 63.775 eksemplar. Penomoran koleksi berdasarkan
kepada sistem standart Internasional yaitu Dewey Decimal Classification (DDC).
Susunan buku diurut berdasarkan nomor panggil (call number), Masyarakat dapat
mencari buku yang ada di dalam koleksi Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Barat
dengan menggunakan fasilitas online public access cataloque (OPAC).
II.2.2 Data Tapak
A) Lokasi Tapak
45
\
Gambar 7 : foto aerial tapak
Lokasi Tapak terletak pojok jalan raya kebon jeruk dan rawa belong. Berada di kelurahan
Kebon jeruk, Kecamatan Kebon jeruk, Jakarta Barat, Jakarta, Indonesia
B) Luas Dan Ukuran Tapak
i. Luas tapak : 14.000 m2
ii. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 60 %
iii. Total dasar bangunan yang dapat terbangun : 8400 m2
iv. Koefisien Luas Bangunan (KLB) : 3
v. Total Luas bangunan yang dapat terbangun : 67.200 m2
vi. Maksimal jumlah lantai : 8 lantai
vii. Garis Sepadan Bangunan (GSB) :
46
1. Utara : 3 meter
2. Selatan : 4 meter
3. Barat : 3 meter
4. Timur : 9 meter
C) Batas Tapak
Lokasi Tapak berbatasan dengan jalan besar, jalan lintas tradisional, dan jalan perumahan
yang di jelaskan sebagai berikut :
Gambar 8 : Peta tapak
- Utara : Jl. Angsana Dalam
- Selatan : Jl. Kebon Jeruk Raya
- Timur : Jl. Rawa Belong
- Barat : Perumahan
D) Pencapaian Ke Tapak
Tapak bisa diakses dengan kendaraan kecil, dari motor, hingga bus tingkat sedang
seukuran kopaja atau metromini (bus kapasitas 20-30). Lokasi tapak juga bisa diakses
47
dengan kendaraan umum seperti Kopaja dengan nomer 91 dan Angkot (kendaraan umum
kecil) dengan nomer 21.
E) Data Fisik Tapak
a. Temperatur : 24,3`C – 33`C
b. Kelembaban : 92%
c. Penguapan : 3,9 mm/thn
d. Kecepatan air rata-rata : 3,3 knot
e. Penyinaran matahari rata-rata : 49,8%
f. Jumlah curah hujan rata-rata : 2,684 mm/thn
g. Jumlah hari hujan rata-rata : 222 hari/thn
h. Lebar selokan di depan site : 40 cm
i. Ukuran site : 10 m (lebar muka) x 20 m (panjang ke belakang)
j. Di belakang samping ada jalan selebar 9 m
F) Posisi Utilitas yang tersedia
Tidak banyak utilitas yang tersedia, hanya ada drainase kota di pinggir jalan Kebon
Jeruk dan Jalan rawa belong.
G) Topografi
Tapak berada pada ketinggian 12 meter dari permukaan laut. Titik terendah tapak
pada beda level 5 meter dimana tapak secara gradual menurun dengan titik tertinggi pada
jalan raya Rawa Belong dan menurun mengikuti jalan Kebon Jeruk Raya.
48
H) Vegetasi
Gambar 9 : foto aerial tapak
Tidak Banyak Pohon yang tersisa, namun masih terdapatnya pohon besar dan
sedang diantara perumahan, yang berada di Jalan Kebon Jeruk Raya.
I) Status Kepemilikan Tapak
Tapak Pada dasarnya dimiliki oleh pribadi. Kondisi tapak sekarang adalah
perumaha, dan untuk perancangan ini diabaikan, menjadi lahan kosong, dengan status
kepemilikan pemrintah.
J) Fungsi Sekitar Tapak
Terdapat keragaman fungsi sekitar tapak seperti toko onderdil, perumahan,
sekolah, tempat menunggu bus, kantor, pabrik, toko, dan kampus, dan rumah makan kecil.
49
K) Peraturan Dan Perundangan
Peruntukan Kawasan ini menurut RDTRK jakarta, adalah sbb :
a. Daerah Perumahan
b. Daerah perdagangan
c. Daerah pendidikan
d. Daerah resapan air bagi sebagian wilayah Kota Jakarta
e. Daerah Khusus Pengembangan Flora Jakarta Baraat
L) Kondisi Sosial
a. Kepadatan penduduk : 112 kepala per kilometer persegi
b. Pekerjaan penduduk di sekitar : Pegawai Negeri, dan Pegawai swasta
M) Potensi dan Kendala Tapak
Potensi Tapak :
1. letaknya di dekat dengan lokasi pendidikan di jakarta barat,
khususnya universitas besar seperti Trisakti, Bina Nusantara,
Tarumanegara, dan lainnya
2. Terletak di pojok jalan sehingga menjadi tantangan untuk dolah
secara menarik
Kendala Tapak :
1. Dekat dengan tempat pemberhentian bis, sehingga berpotensi
menimbulkan kemacetan
50
2. Terletak di pertigaan jalan yang padat kendaraan terlebih ketika
jam-jam sibuk kantor dan ketika jam masuk dan keluar anak sekolah
dan kampus
3. Lebar jalan yang kecil. Sehingga belum mendukung intensitas
volume kendaraan tiap harinya.
4. Cuaca yang panas dan kurangnya angin.
Foto 1 : Foto situasi tapak 1 Foto 2 : Foto situasi tapak 2
Foto 3 : Foto situasi tapak 3 Foto 4 : Foto situasi tapak 4
51
Foto 5 : Foto situasi tapak 5 Foto 6 : Foto situasi tapak 6
II.3. Tinjauan Tema dan Topik
II.3.1. Pengertian Kota
Kota, menurut definisi universal, adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun
kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Dalam
konteks administrasi pemerintahan di Indonesia, kota adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Selain kota, pembagian wilayah
administratif setelah provinsi adalah kabupaten (id.wikipedia.org/kota/)
Sedangkan menurut Prof. Drs. R. Bintarto Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan
manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak
kehidupan yang materialistik.
Sedangkan menurut Rappoport, kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat
dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial
Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk .
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kota adalah area dimana terdapat sistem
jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk tinggi yang beragam latar belakangnya.
52
II.3.2. Pengertian Perancangan Kota (Urban design)
Perancangan memiliki pengertian : proses, cara, perbuatan merancang
Kota memiliki pengertian : area dimana terdapat sistem jaringan kehidupan manusia
dengan kepadatan penduduk tinggi yang beragam latar belakangnya
”Urban design concerns the arrangement, appearance and functionality
of towns and cities, and in particular the shaping and uses of urban public
space” (Wikipedia.org)
Dari beberapa data diatas, maka perancangan kota adalah proses pembuatan sebuah area
yang terdapat jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan tinggi.
II.3.3. Ciri-ciri lingkungan perkotaan
Upaya pemahaman kota Lingkungan fisik kota terbentuk oleh berbagai unsur tiga dimensi:
sifat rancangan; lokasi dan kaitan posisi elemen satu dengan elemen lainnya, merupakan faktor
penentu kejelasan ciri-sifat lingkungan tersebut (Sudrajat, 1984). Meskipun unsur pembentuk
lingkungan perkotaan di berbagai tempat pada dasarnya relatif sama, tetapi susunannya selalu
berlainan, sehingga bentuk, struktur dan pola lingkungan yang dapat dipahami dan dicerna
manusia pada tiap lingkungan kota senantiasa berbeda-beda. Dibandingkan dengan bentuk
lingkungan binaan yang lain, ciri khas kota sebagai karya arsitektur tiga dimensi terletak pada
konstruksi keruangannya yang mempunyai skala luas dan rumit. Kota, selain sebagai obyek
persepsi dan tempat berperilaku warga yang beraneka ragam, juga merupakan sasaran tindakan
para perencana dan perancang kota yang secara langsung ataupun tidak langsung mengubah
struktur kota berdasarkan alasannya masing-masing, sehingga meskipun lingkungan perkotaan
53
secara garis besar nampak selalu mantap dan utuh, dalam kenyataannya senantiasa mengalami
perubahan didalamnya.
Hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan perkotaan merupakan proses dua arah
yang konstruktif, didukung baik oleh ciri sifat yang dapat memberikan image (citra) lingkungan,
maupun oleh ciri-sifat kegiatan dan kejiwaan manusia. Dalam hubungan timbal balik tersebut,
lingkungan perkotaan tampil dengan ciri-sifat sebagai berikut (Ittleson dalam Sudrajat, 1984):
1) Lingkungan perkotaan selalu terbuka,
2) Lingkungan perkotaan selalu beraneka ragam,
3) Lingkungan perkotaan selalu memberikan informasi secara langsung maupun tidak
langsung.
4) Lingkungan perkotaan selalu menyajikan informasi berlebih,
5) Lingkungan perkotaan selalu menyertakan tindakan,
6) Lingkungan perkotaan dapat membangkitkan tindakan,
7) Lingkungan perkotaan selalu memiliki atmosfir,
8) Lingkungan perkotaan selalu memiliki kualitas sistemik.
Dari Pemaparan diatas terlihat bahwa kot mempunyai kelebihan dalam hal informasi
dibandingkan dengan desa. Sehingga kota haruslah memiliki sebuah istitusi pendidikan yang
dapat memnyediakan informasi bagi warganya.
II.3.4. Tujuan Perencanaan Tata Ruang Kota
Menurut pemerintah, terdapat 6 tujuan penataan ruang kota, yang berisikan antara lain :
a) pengaturan lalu lintas barang dan manusia sehingga berjalan dengan lancar
54
b) Pengalokasian tanah dan ruang dalam kota ke dalam wilaya-wilayah masing
masing yang mempunyai fungsi khusus, yang satu dan lainnya tidak harus
bercampur aduk kegiatan-kegiatannya.
c) Menciptakan satu suasana kondusif dan merangsang pengembangan kuantitas dan
mutu pendidikan, kesenian dan kehidupan sosial budaya masyarakatnya.
d) Mendorong terciptanya suatu komuniti teratur, yang menjamin kelestarian
lingkungan.
e) Merencanakan ruang dalam kota yang dapat digunakan untuk upaya-upaya
pelayanan kesehatan, keamanan, hiburan, dan rekreasi, pabrik sumber energi, dan
penyaluran air bersih dan telepon.
f) Meniadakan atau setidak-tidaknya mengurangi jumlah dan kwalitas kekumuhan
dari permukiman kumuh
Dari paparan diatas, jelas terlihat dengan adanya teori perancangan kota, sesuai dengan
tujuan perancangan kota butir c, maka diharapkan adanya satu cara sehingga sebuah perpustakaan
dapat mengisi ruang kota sebagai bangunan publik yang bisa meningkatkan pengembangan
pendidikan dalam satu kawasan perkotaan
II.3.5. Arah Pembangunan Pemukiman dan Perkotaan Abad 21
Di tahun awal abad XX (2000) di Rio de Janeiro diselenggarakan World Summit
Conference on Environtment yang menghasilkan kesepakatan antara semua kepala negara di dunia
untuk menyelengarakan apapun di negaranya masing-masing dengan berwawasan pelestarian
lingkungan dan berdasarkan konsep sustainable development. Setiap negara membuat agenda 21
Nasional.
55
Di bulan Februari, 2006, semua kepala negara ASEAN membahas Millenium
Development Goals (MDGs) tahap 1 (jangka 2015) untuk negaranya masing-masing. Ada yang
lintas antar negara, ada yang bersasaran nasional. MDGs Indonesia antara lain :
1. Pengentasan kemiskinan
2. Peningkatan kesehatan
3. Penyediaan cukup pangan
4. Peningkatan pendidikan
5. Penyediaan lapangan kerja
6. Peningkatan perkotaan dan permukiman
7. Penerapan HAM
Dari pemaparan diatas, jelas bahwa pendidikan adalah bagian dari suatu negara dalam satu
kota, sehingga setiap kota di indonesia diharapkan memiliki lembaga dan fasilitas pendidikan
sebagai sasaran nasional menuju tahap 21
II.3.6. Definisi Tema
Tema yang dipakai dalam perancangan ini adalah : ”Perpustakaan Daerah Jakarta Barat
sebagai Landmark Kota”
• Perpustakaan : sebuah tempat dimana buku dan literatur lain seperti majalah, koran, peta,
CD, microfilm, dan bahan pustaka lainnya disimpan untuk dapat digunakan sebagai
sumber informasi bagi pemakai
• Daerah : area yang memiliki luas, batas, dan ciri
• Landmark : Penanda, tanda-tanda yang mencolok
56
• Kota : area dimana terdapat sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan
penduduk tinggi yang beragam latar belakangnya.
Jadi Pengertian tema adalah :
”membuat suatu bangunan yang mewadahi peyimpanan bahan pustaka untuk dapat
digunakan sebagai sumber informasi bagi penggunanya sehingga bisa menjadi penanda
kawasan yang mencolok , dalam hal ini di daerah jakarta barat.
II.3.7. Elaborasi dan Interprestasi Tema
a) Elaborasi dan Interprestasi tema
Perpustakaan adalah institusi pendidikan penting yang wajib disediakan oleh
pemerintah untuk mengembangkan penyediaan layanan informasi dan pedidikan bagi
warganya. Melihat jumlah populasi jakarta yang semakin berkembang, dan tidak
didukungnya dengan jumlah media informasi dan prasarananya yang disediakan
pemerintah, membuat perpustakaan semakin jauh sebagai citra tempat mencari informasi.
Diharapkan dengan meningkatnya jumlah media informasi yang dapat ditampung
dan prasarana perpustakaan yang mendukung teknologi, dan gaya hidup masa kini,
membuat perpustakaan menjadi tempat yang tidak sekedar bangunan publik berstatus
perpustakaan, namun juga sebagai pusat pembelajaran dan pendidikan masyarakat yang
bebas diakses siapa saja.
”Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Barat Sebagai Landmark kota”, adalah
tema yang diambil sebagai bentuk pengejewantahan desain perpustakaan yang diharapkan
bisa menjadi penanda kawasan sehingga bangunan ini nantinya akan menjadi bagian dari
kota yang menjadi pusat informasi dan pendidikan oleh warga sekitarnya yang mudah di
ingat karena sifatnya, sebagai bangunan publik.
57
Perpustakaan Umum Jakarta Barat ini nantinya diharapkan menjadi perpustakaan
yang bisa memberikan akses terhadap ”ledakan informasi” dalam era globalisasi, sehingga
bisa menjadi pusat informasi, pembelajaran, dan pendidikan yang modern, canggih, dan
bisa menjawab kebutuhan teknologi sekarang, dan masa depan. Perpustakaan bukan lagi
berkutat pada media buku saja tetapi lebih luas pada segala macam media yang
memberikan dan meyimpan informasi yang dapat diakses.
Pada akhirnya dengan Meningkatnya perkembangan informasi dan dapatnya
perpustakaan menampung sesuai dengan kemajuan jaman dan populasi penduduk
diharapkan dapat memacu perkembangan minat baca yang mendukung perkembangan
lahirnya ”Learning society” dan kemudian dapat meningkatkan taraf pendidikan dan hidup
masyarakat.
58
QuickTime™ and aTIFF (LZW) decompressor
are needed to see this picture.
gambar 10 : Pete pemikiran tema
b) Karakteristik kota
. Menurut Kevin Lynch, 1961, kota secara visual dibentuk oleh karya arsitektur
yang baik dalam keharmonisan maupun dalam segi kekacauannya. Arsitektur merupakan
bagian dari perkotaaan. Kevin Lynch sendiri kemudian mengatakan bahwa ada 5 bentuk
dasar yang membentuk kota, diantaranya adalah :
1. Paths.
59
Adalah jalur-jalur sirkulasi yang digunakan oleh orang untuk melakukan
pergerakkan. Sebuah kota mempunyai jaringan jalur utama (major routes) dan sebuah
lingkungan (minor routes). Sebuah bangunan mempunyai beberapa jalur utama yang
digunakan untuk mencapainya dan bergerak darinya. Sebuah jaringan jalan raya kota
adalah jaringan pathway untuk seluruh kota.
2. Edges
Edges membedakan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya,
misalnya daerah pemukiman dibatasi oleh sungai, daerah pertokoan dibatasi oleh
gerbang-gerbang tol menuju tempat parkir, atau pagar lapangan golf yang luas
membatasi wilayah perindustrian terhadap wilayah pemukiman.
3. Districts
Distrik adalah wilayah-wilayah homogen yang berbeda dari wilayah-wilayah
lain, misalnya pusat perdagangan ditandai oleh bangunan-bangunan bertingkat dengan
lalu-lintas yang padat dan daerah-daerah kantor-kantor kedutaan besar negara asing
ditandai oleh rumahrumah besar dengan halaman-halaman luas serta jalan-jalan lebar
bertipe boulevard (dengan taman atau pohon-pohon di jalur tengah) serta kawasan
khusus atau bersejarah yang terdiri dari sekumpulan bangunan-bangunan
kuno/bersejarah.
4. Nodes
Nodes adalah pusat aktivitas yang sesungguhnya adalah sebuah tipe dari
landmark tetapi berbeda karena fungsinya yang aktif. Nodes dapat juga berupa
perempatan atau pertigaan.
5. Landmarks
60
Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena mereka membantu
orang-orang untuk mengarahkan diri dan mengenal suatu daerah dalam kota. Sebuah
landmark yang baik adalah elemen yang berbeda tetapi harmonis dalam latar
belakangnya. Termasuk dalam kategori landmark adalah: gedung, patung, tugu,
jembatan, jalan layang, pohon, penunjuk jalan, sungai dan lampu-lampu hias.
Dilihat dari sifat perpustakaan yang menjadi bagian vital kota sebagai bangunan
publik penyedia informasi dan pendidikan yang akan menjadi ”learning resources centre”
(Edwards Dan Fisher, 2002), maka perpustakaan sebaiknya bisa menjadi satu bangunan
landmark informasi ditengah kota, sehingga bisa menjadi bangunan publik yang mudah
dikenali, diingat dan mudah dicapai sebagai pusat informasi dan pendidikan sebuah kota.
II.3.8. Teori Pendukung Topik dan Tema
a. Landmark
Menurut Portoeous (1977) (dalam Lang, 1987), landmark adalah merupakan rujukan
(referensi) yang merupakan tanda-tanda atau petunjuk eksternal bagi para pengamat dan itu dibuat
secara tunggal karena mempunyai maksud agar mudah dibedakan secara visual dengan yang
lainnya.
Sedangkan menurut Lynch (1960), landmark adalah satu titik pertimbangan dari luar
pengamatnya, bisa berupa elemen fisik sederhana yang beraneka ragam. Bisa menjadi tendensi
untuk lebih mengasosiasikannya dengan kota. Kunci utama dalam karakter fisik ini adalah
kesatuan, beberapa aspek lainnya adalah unik atau mudah diingat dalam lingkup konteksnya.
Landmark menjadi mudah di identifikasi, karena kejelasannya, jika mereka memiliki bentuk yang
61
bersih, jika mereka terliahqt kontras dengan latarnya, atau beberapa diantarnya menonjol dalam
lokasi spasialnya.
”Spatial prominent” Penonjolan ruang bisa menjadi sebuah landmark dengan dua cara,
yaitu : dengan membuat sebuah elemn terlihat dari semua lokasi, atau dengan membuat
kekontrasan lokal terhadap lingkungan sekitarnya.
b. Context and contrast
Dasar-dasar untuk meneliti dan menganalisis ruang kota atau kawasan dapat dilakukan
pendekatan dengan tiga buah teori perancangan ruang kota:
1. Figure Ground theory
Setiap lingkungan kota memiliki pola-pola eksisting yang terdiri dari bangunan
dan ruang luar. Teori ini menjelaskan tentang hubungan pembentuk pola-pola
tersebut , antar penggunaan lahan untuk bangunan yang bersifat padat (figure)
denga ruang-ruang luar yang bersifat terbuka (ground), teori ini dapat
menghasilkan perancangan secara spatial degan memanipulasi hubungan kedua
elemen melalui penambahan, menyarikan, atau mengubah bentuk fisik geomtri
tersebut.
2. Linkage theory
Teori ini berangkat dari jalur hubungan antara satu elemen dengan yang lain,
hubungan tersebut dibentuk oleh jalur sirkulasi jalan, pedestrian, ruang terbuka
menerus, atau elemen fisik penghubung antar bagian dalam satu kawasan, antar
satu bangunan lain, antar satu kota dengan yang lainnya.
3. Place theory
62
Teori ini menambahkan unsur-unsur budaya dan konteks setempat, tanggapan
terhadap konteks setempat diikuti dengan pemahaman tentang budaya setempat
dan karakteristik suatu kawasan yang telah menjadi ciri khas kawasan untuk
diterapkan dalam rancangan.
Cara menghadirkan bangunan baru menurut ray, ada tiga cara, yaitu :
1. Alteration : suatu bentuk adaptasi bangunan lama dengan fungsi baru tanpa
perubahan
2. Addition : suatu pengulangan dengan bangunan baru dari fungsi asli yang
menjadi latar belakang dari bangunan bersejarah
3. Infill : suatu usaha penyisipan bangunan pada lahan kosong dalam suatu
lingkungan dengan karakter fisik kuat.
Brolin (1984), secara garis besar, langkah-langkah dalam melakukan infill development
adalah sebagai berikut :
1. membuat gambaran penampilan bangunan, untuk mendapatkan bentukan sesuai
jenis kegiatan yang dibutuhkan
2. mencari tanda-tanda visualsetempat untuk menganalisa dan memilih efek visual
yang akan dihadirkan
3. mencari tanda-tanda kontekstual dari lingkungan sekitra, untuk mendapatkan
pendekatan desain yang sesuai.
4. Membuat sintesa berupa konklusi desain urban infill sesuai kebutuhan fungsi.
63
Menurut Jaszweski dan Heydman(1984) Designing in context memperkuat keterkaitan
antara bangunan yang sudah ada dengan proyek yang kita usulkan sehingga membentuk suatu
efek visual yang menyeluruh dan terpadu, dan memiliki kaitan visual (visuai linkages). Ketautan
visual dapat diperoleh dari bnetuk massa, siluet bangunan, jarak antar bangunan, proporsi bukaan,
pengaturan jalan masuk,material dan tekstur, pola bayangan, dari gubahan massa, elem dekoratif,
skala bangunan, gaya arsitektur, pegolahan landsape, dan sebagainya.
Effective Contrast, pendekatan ini merupakan pendekatan desain yang paling kuat dalam
memberikan fokus dan memmperkaa dramatisasi suatu kota. Beberapa bangunan istimewa
memang membutuhkan aksen dan fokus tertentu, tetapi apabila seluruh bangunan mencari kontras,
hasilnya adalah chaos.
Ditambahkan pendekatan secara contrasting menurut Tyler (2000), adalah metode bahwa
bangunan sekitar tapak memiliki beragam langgam arsitektural dari berbagai periode waktu
pembangunan yang berbeda, sehingga bangunan baru dan lama seharusnya berpisah langgam.
Contrasting ini jika digunakan secara benar dapat menjadi saran desain yang kuat dalam
memperkaya dramatisasi suatu kota, namun jika tidak, maka akan menghasilkan ketidakteraturan
yang merusak wajah kota. Seringkali pendekatan kontras ini menggunakan material dan tampilan
modern dan sederhana.
Metode Perancangan dengan contrasting bisa terlihat sebagai berikut :
Elemen elemen Visual contrasting Kriteria perancangan contrasting
1. elemen Fasade Proporsi bukaan Tidak menggnakan ornamen fasade
bangunan lama
Bahan bangunan Bahan bangunan yang baru dan
berbeda dengan bangunan sekitarnya
64
warna Warna berbeda atau kontras dengan
sekitar
2. Massa bangunan Tinggi bangunan Ketinggian bangunan lebih tinggi atau
rendah 50-70% dengan bangunan
eksisting atau sekitar
Garis sempadan
bangunan
Tidak menyesuaikan dengan
bangunan sekitar
Bnetuk massa Bentukan massa yang abstrak dab
bentukan figure ground baru yang
berbeda dengan bangunan sekitar
Tabel 6 : metode perancangan kontrasting
II.4. Studi Banding
II.4.1. Perpustakaan Institut Teknologi Bandung
Data Perpustakaan:
• Nama : Perpustakaan Institut Teknologi Bandung
• Luas : 9000 m2
• Klasifikasi : DDC (Dewey Decimal Classification)
• Sumber buku : Anggaran dan Donatur
• Hari buka : Senin – Jumat (kecuali hari libur & tanggal merah)
• Jam buka : 08.00 WIB – 20.00 WIB (Senin – Kamis)
08.00 WIB – 10.45 WIB dan 13.30 WIB – 20.00 WIB (Jumat)
08.00 WIB – 12.30 WIB (Sabtu)
65
• Sistem Pinjam :
- Jumlah : Maksimal 2 buku
- Waktu : Maksimal 2 minggu
• Okupansi : Awal pergantian semester
• Fasilitas : Internet, copy centre, penitipan barang.
• Sekuriti : Sensor Matic pada pintu masuk dan keluar, CCTV.
Perpustakaan ITB berdiri pada tahun 1920 bersamaan dengan lahirnya Technische
Hoogeschool (TH) di Bandung. Seiring dengan keadaan politik di masa penjajahan saat
itu, TH Bandung ditutup oleh pemerintahan Belanda. Pada tahun 1947, TH Bandung
dibuka kembali oleh Pemerintahan Belanda dan diganti nama menjadi Sekolah Tinggi
Teknik Bandung, dan dibentuk sebuah fakultas baru yaitu Fakultas Pasti dan Alam., yang
ditunjang oleh Perpustakaan milik Koninklijk Natuurkunde de Vereniging dengan jumlah
koleksi sekitar 30.000 eksemplar. Pada saat itu sebagian besar buku berbahasa Belanda,
sebagian berbahasa Jerman dan Perancis, dan hanya sedikit yang berbahasa Inggris.
Pada tahun 1959, Fakultas Teknik dan Fakultas Pasti dan Alam digabung menjadi
satu dan nama Sekolah Tinggi Teknik Bandung diganti menjadi Institut Teknologi
Bandung, sehingga beberapa perpustakaan yang dulunya tersebar di beberapa tempat,
akhirnya disatukan di Aula Timur ITB. Hingga tahun 1967, perpustakaan ITB mengalami
penurunan karena masih belum dikelola secara professional. Melihat keadaan tersebut,
beberapa pustakawan Inggris dari The British Council menawarkan bantuannya melalui
pemerintah kerajaan Inggris. Bantuan yang ditawarkan meliputi tenaga ahli perpustakaan
dari Inggris , tenaga muda pustakawan yang tergabung dalam VSO (Voluntary Servis
66
Organization) , pengiriman staf perpustakaan ITB ke Inggris untuk belajar ilmu
perpustakaan , sumbangan buku-buku, serta pembangunan gedung baru perpustakaan ITB.
Kemudian pada tahun 1975 dimulailah perencanaan sebuah gedung perpustakaan
permanen yang dirancang sesuai dengan fungsi perpustakaan perguruan tinggi. Hingga
akhirnya pada tuhun 1982, Perpustakaan ITB ditetapkan menjadi pusan layanan disiplin
ilmu pengetahuan oleh Sivitas Akademika ITB.
Koleksi
• Lantai 1
Terdapat Koleksi Cadang yang berisikan buku pegangan mata kuliah bagi staf
pengajar yang disimpan secara tertutup, dan Koleksi Tingkat Pertama, yaitu buku
pegangan bagi Masyarakat tingkat pertama yang disimpan di Koleksi Cadang.
• Lantai 2
Terdapat Koleksi Umum yang berisikan buku-buku pemberian The British Council
dan Goethe Institute yang bersubjek seni dan arsitektur. Selain itu juga terdapat koleksi
kaset suara, kaset video, mikrofis, film, dan Koleksi The World Bank yaitu menyimpan
laporan-laporan tentang negara-negara berkembang. Daftar koleksi tersebut dapat dilihat
pada situs http://www.worldbank.org, dan http://www.worldbank.or.id. Dan di lantai 2
bagian Utara terdapat Koleksi Rujukan yang berupa kamus, ensiklopedi, handbook,buku
tahunan, biografi, dan peta.
• Lantai 3
Terdapat Koleksi Kerja, majalah, jurnal ilmiah, koleksi kliping, dan bibliografi.
• Lantai 4
67
Terdapat Koleksi Kerja yang sebagian besar bersubjek teknologi, dan Koleksi
Khusus yang terdiri dari tesis, Laporan Penelitian Staf Pengajar ITB, karya Sivitas
Akademika ITB, Koleksi Indonesiana, dan koleksi buku langka.
Selain itu juga terdapat koleksi Joke Mulyono, koleksi Nationaal Luchct en
Ruitevaart Laboratory, dan koleksi United States Geological Survey.
Fasilitas Perpustakaan
Fasilitas yang tersedia di perpustakaan ITB adalah sebagai berikut :
• Mushola, kantin dan waserba pada lantai basement.
• Toko buku, bank, ITB Info Corner, photocopy dan ruang seminar
Pada lantai 1 gedung perpustakaan
• Bank Bukopin untuk melayani transaksi keuangan.
• Jasa layanan photocopy yang terletak di sebelah timur lantai 1 dan lantai 3 pada
gedung perpustakaan
• Terdapat 2 ruang pertemuan (meeting room) yang masing-masing terletak di lantai 1
(kapasitas maksimum 110 orang dengan theatre style, dilengkapi dengan standard
meeting equipment, seperti whiteboard-wireless microphone-OHP-in focus dan
screen) serta ruang pertemuan yang terletak di lantai 2 pada Bagian Koleksi Umum
yang berkapasitas maksimum 50 orang dengan theatre style.
• Menyediakan layanan cyberlib, scenner, dan cetak digital yang teletak di lantai 2
sebelah Utara.
Keunggulan Perpustakaan
Beberapa keunggulan dari Perpustakaan Umum ITB adalah sebagai berikut:
68
o Dengan ada kerjasama dengan The British Council dan universitas luar negeri
lainnya, koleksi yang terdapat di Perputakaan ITB lengkap dan sangat bermutu
dengan cakupan yang luas, meliputi hampir semua bidang ilmu.
o Menggunakan jaringan perpustakaan maya berrbasis web dan tergabung dalam
komunitas Indonesia Digital Library Network dengan alamat situs
http://indonesiadln.or.id.
Kesimpulan yang diperoleh dari studi banding Perpustakaan Umum ITB ditinjau
dari aspek manusia, bangunan, dan lingkungan antara lain:
Pemasalahan:
• Aspek Manusia
- tidak nyaman , karena beberapa faktor, yaitu ruang perpustakaan pengap, bau,
kotor (banyak tumpukan meja yang rusak disudut-sudut ruangan), panas, gelap,
kotor.
- Kurangnya petunjuk arah di dalam ruang perpustakaan sehingga membuat bingung
pengguna saat mencari buku yang diinginkan.
• Aspek Bangunan
- Fasade bangunan tidak menarik, kurangnya bukaan berupa jendela, yang
mengakibatkan ruangan gelap.
- Tidak berfungsinya pendingin ruangan dan lampu yang mengakibatkan ruangan
pengap, bau, dan gelap.
69
- Penataan ruang kurang baik, sehingga meja dan kursi yang rusak hanya dibiarkan
menumpuk di sudut-sudut ruangan (tidak ada gudang untuk menampung barang-
barang yang rusak).
- Penataan ruang dalam perpustakaan tidak teratur.
• Aspek Lingkungan
- Massa bangunan yang cenderung massif, tidak menyatu dengan lingkungan sekitar
yang natural.
Foto 7 : Eksterior Perputakaan ITB Foto 8 : Entrance Perpustakaan ITB
Foto 9 : Loker Foto 10 : Sensor metic
70
Foto 11 : R. Peminjaman Foto 12 : Digital Katalog
Foto 13 : Digital Library Foto 14 : Katalog Kartu
Foto 15: Rak Buku Foto 16 : Rak Buku
71
Foto17 : R. Baca Umum Foto 18 : R. Baca Majalah
Foto 19 : Digital Library Foto 20 : R. Skripsi
Foto 21 : R. Pengelola Foto 22 : Toko Buku
72
Foto 23: Penunjuk Arah Foto 24: Alat Pemadam Kebakaran
Foto 25 : Maket View Mata Burung Foto 26 : Maket view Mata Manusia
73
II.4.2. National Library Of Checzh
Data Perpustakaan :
• Nama : Checzh National Library
• Klasifikasi : DDC (Dewey Decimal Classification)
• Sumber buku : Anggaran dan Donatur
• Fasilitas : Internet (Wi-Fi), fotokopi, komputer, kantor, robotic shelf
• Sekuriti : Sensor Matic pada pintu masuk, Smart Card, CCTV.
Perpustakaan Nasional Republik Checzh adalah hasil dari sayembara desain
internasioanl yang dimenangkan oleh Future System. Desain yang unik dan penyelesaian
fungsi dan ruang yang menarik menjadikan bangunan ini memenangkan kompetisi
tersebut. Terletak di pusat kota, desain ini berusaha membentuk suatu landmark baru
ditengah kota.
Kesimpulan yang diperoleh dari studi banding Perpustakaan Nasional republik
Checzh ditinjau dari aspek manusia, bangunan, dan lingkungan antara lain:
Pemasalahan:
• Aspek Manusia
- Bagaimana menciptakan suasana nyaman dalam perpustakaan untuk membaca dan
mencari informasi
- Akses yang langsung dari jalan raya, sehingga memudahkan dalam sirkulasi
manusia mencapai ke dalam bangunan.
- Kemudahan-kemudahan dalam mencari buku melallui ruang informasi.
74
• Aspek Bangunan
- Bentuk yang menarik. Sehingga memudahkan pengunjung untuk mengingat
bangunan sebagai bangunan publik
- Sistem pengambilan buku secara elektronik sehingga memudahkan setiap orang
untuk mencari buku dan mendapatkan bukunya.
- Fleksibilitas ruang yang menarik.
• Aspek Lingkungan
- Mencoba untuk menjadi landmark baru terhadap kawasan sekitar.
QuickTime™ and aTIFF (LZW) decompressor
are needed to see this picture.
QuickTime™ and aTIFF (LZW) decompressor
are needed to see this picture.
gambar 11 : view exterior mata burung gambar 12 : View dari dalam menghadap ke luar
gambar 13 : Tampak bangunan
75
gambar 14 : diagram robotic shelf
II.4.3. Seattle Public Library
Data Perpustakaan:
• Nama : Seattle Public Library
• Lokasi : South Avenue of Seattle
• Luas bangunan: 30.000 m2
• Klasifikasi : DDC (Dewey Decimal Classification)
• Teknologi : Voicera, Automatic book sorter,
Foto 27 : Eksterior Seattle Public library Foto 28 : Eksterior Seattle Public Library
76
Foto 29 : Interior Seaattle Public Library Foto 30 : Interior Seattle Public Library
Kesimpulan yang diperoleh dari studi banding Perpustakaan Umum Seattle ditinjau
dari aspek manusia, bangunan, dan lingkungan antara lain:
• Aspek Manusia
- Meningkatkan waktu baca, dengan memudahkan waktu pencarian dengan
disediakannya ruang pecarian.
- Adanya teknologi ”vocera” sehingga memudahkan pencarian penjaga peprustakaan
dengan teknologi gps.
- Ruang baca yang mendapatkan sinar matahari, sehingga terasa terang dan cukup
dalam pencahayaan.
- Adanya kafe-kafe dan retail lain, sehingga membaca menjadi kegiatan yang tidak
membosankan
• Aspek Bangunan
- Bentuk yang menarik, terjadi karena program ruang yang dibentuk
- Metode rak secara spiral yang memudahkan pencarian buku, dan memudahkan
dalam pengembangan koleksi, tanpa harus terpisah antar lantai.
77
- teknologi yang memudahkan dalam mengatur buku yang terintegrasi ke dalam
bangunan.
- Struktur yang digunakan unttuk dapat menahan gempa dan beban lateral.
- Banyaknya void void dan cahaya langsung dari luar dan terlindung dari mesh yang
menempel ke kaca, sehingga memaksimalkan pencahayaan dalam ruang.
- Interior yang menarik, dan pemilihan warna yang menjadikan ruang-ruang dalam
bangunan mudah dikenali dan dicari.
- Program ruang yang direncanakan untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung dan
koleksi 20 tahun mendatang
• Aspek Lingkungan
- Mencoba untuk menjadi landmark baru terhadap kawasan sekitar, sehingga
menjadi bangunan yang mudah dikenal
- Kemudahan kemudahan akses dari luar.