bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/5813/3/didik arifin bab ii.pdf · mengurangi konsumsi...

24
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa diatas 18 tahun) (Adib, 2009). Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan istirahat (Depkes, 2010). Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah

yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila

tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan

tersebut untuk orang dewasa diatas 18 tahun) (Adib, 2009).

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari

140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan istirahat (Depkes,

2010).

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

11

Menurut Bustan (2007), hipertensi merupakan faktor resiko dari

berbagai penyakit seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

untuk pembuluh darah jantung.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah

peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dan dapat

mengakibatkan terjadinya stroke atau penyakit jantung koroner.

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia tahun

2007, menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi

hipertensi yang digunakan di Indonesia.

Klasifikasi hipertensi menurut WHO dan JNC 7 terdapat pada tabel

2.1 dan tabel 2.2.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Kategori Tekanan Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah Diastolik

(mmHg)

Optimal 120 80

Normal 130 85

Tingkat 1

(HT Ringan)

140-159 90-99

Tingkat 2

(HT Sedang)

160-179 100-109

10

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

12

Tingkat 3

(HT Berat) 180 110

Tingkat 4

(HT Maligna) 210 120

(Sumber: Arif M, 2009).

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut The joint National comittee 7 Kategori Tekana Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah Diastolik

(mmHg)

Normal 120 80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi tahap 2 160 100

(Sumber: Kuswardhani, 2007).

Klasifikasi hipertensi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

klasifikasi hipertensi menurut World Health Organization (WHO).

3. Jenis Hipertensi

Menurut Sustrani (2006), hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu

hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer ialah hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya, namun dipengaruhi oleh faktor

keturunan (gen), umur, jenis kelamin, pola makan, obesitas, perilaku

merokok, kurangnya berolahraga, dan stress. Sedangkan hipertensi sekunder

ialah hipertensi yang diketahui penyebabnya yaitu karena adanya penyakit

lain seperti penyakit jantung, diabetes, gagal ginjal.

Menurut Bustan (2007) jenis hipertensi dapat juga dibedakan menurut

gangguan tekanan darah yaitu hipertensi sistolik dimana terjadi peningkatan

tekanan darah sistolik saja, umumnya ditemukan pada usia lanjut.

Sedangkan hipertensi diastolik yaitu peningkatan tekanan darah diastolik

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

13

tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya terjadi pada anak-anak

atau dewasa muda.

Mahalul Azam (2005) Hipertensi menurut gejala, hipertensi benigna

yaitu keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya

ditemukan pada saat penderita di chek up. Sedangkan hipertensi maligna

adalah keadaan hipertensi yang membahayakan, biasanya disertai dengan

keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti

otak, jantung, dan ginjal.

Dari uraian tentang jenis hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi dapat menimpa siapa saja dari anak-anak sampai lansia dan bisa

dipengaruhi oleh faktor umur, aktivitas fisik, diet (pola makan).

4. Gejala Hipertensi

Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi tidak memiliki tanda

atau gejala, meskipun tekanan darah mencapai level tinggi yang

membahayakan kesehatan. Tetapi beberapa orang dengan hipertensi tahap

awal ada yang mengalami pusing, sakit kepala, kelelahan, wajah kemerahan

bahkan sampai mimisan. Tanda dan gejala ini biasanya tidak muncul sampai

hipertensi mencapai tahap yang berat bahkan tingkat yang mengancam

nyawa (Marliana, 2007).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun penderita

hipertensi ada yang tidak mengalami tanda dan gejala hipertensi, tetapi kita

harus tetap waspada. Jika seseorang mengalami pusing atau sakit kepala

sebaiknya memeriksakan ke dokter.

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

14

5. Patofisiologi Hipertensi

Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung

dan tahanan perifer. Didalam tubuh, terdapat sistem yang berfungsi

mencegah perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang

bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi

lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain refleks kardiovaskular

melalui baroreseptor, refleks kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf

pusat, dan refleks yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos.

Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah

melibatkan respon ginjal dengan pengaturan hormon angiotensin dan

vasopresor.

Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang

merupakan bentuk dari arteriosklerosis (pengerasan arteri). Atherosklerosis

ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri

sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot

arteri tertimbun lemak yang kemudian membentuk plak, maka terjadi

penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak

dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan hipertensi.

Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung

bertambah berat yang dimanifestasikan dalam bentuk hipertrofi ventrikel

kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

15

ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam

sistem sirkulasi. Hull, (1996; dalam Panggabean 2006, Bustan 2007).

Dari uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Pada dinding arteri terdapat

penimbunan lemak yang mengakibatkan berkurangnya volume aliran darah

ke jantung. Dari penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi

penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak

dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi

gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

6. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi menurut Sustrani (2006) adalah:

a. Penyakit Jantung koroner

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah ditubuh

akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal.

b. Payah Jantung

Payah Jantung (Congestive Heart Failure) adalah kondisi dimana

jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.

Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung.

c. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena

tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah

yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

16

darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat

kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah

yang berhenti dipembuluh yang sudah menyempit.

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti

orang bingung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu

bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan misalnya wajah, mulut,

lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas (Santoso, 2006).

d. Kerusakan pada ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang

menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan

adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan

membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan

diperlukan cangkok ginjal baru.

e. Gangguan pada Mata

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,

Sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

B. Pencegahan Hipertensi

1. Pencegahan hipertensi menurut Marliana (2007) yaitu :

a. Tidak merokok karena nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan

jantung berdenyut lebih cepat dan menyempitkan pembuluh darah kecil

yang menyebabkan jantung terpaksa memompa lebih kuat untuk

memenuhi keperluan tubuh kita.

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

17

b. Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat

menyebabkan lebih banyak air disimpan dan mengakibatkan tekanan

darah menjadi tinggi.

c. Mengurangi lemak, lemak yang berlebihan akan terkumpul disekeliling

pembuluh darah dan menjadikannya tebal dan kaku.

d. mempertahankan berat badan ideal.

e. Olahraga secara teratur.

f. Menghindari konsumsi alkohol

g. Mengkonsumsi makanan sehat, rendah lemak kaya vitamin dan mineral

alami.

2. Pencegahan hipertensi menurut Bustan (2007) ada 3 yaitu:

a. Prepatogenesis

Pada tahap prepatogenesis level pencegahan dapat berupa promotif

(mempromosi kesehatan), proteksi spesifik (mengurangi garam sebagai

salah satu faktor resiko) dengan intervensi pencegahan yaitu

meningkatkan derajat kesehatan gizi dan perilaku hidup sehat, serta

menghindari faktor resiko.

b. Pathogenesis

Pathogenesis dalam tahap ini dibagi dalam 2 level pencegahan yaitu

diagnosa awal dan pengobatan yang tepat. Pengobatan yang tepat artinya

segera mendapatkan pengobatan yang komprehensif pada awal keluhan.

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

18

Intervensi pencegahan pathogenesis meliputi pemeriksaan fisik tekanan

darah.

c. Post Pathogenesis

Pada tahap post pathogenesis level pencegahan dengan upaya

rehabilitasi yaitu perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa

diobati.

C. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanan hipertensi menurut Junaidi (2010) dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Merupakan pengobatan tanpa menggunakan obat-obatan yang

diterapkan untuk hipertensi. Pengobatan dengan cara ini penurunan

tekanan darah diupayakan melalui merubah kebiasaan yang dapat

mengakibatkan terjadinya hipertensi antara lain:

1) Penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk mengurangi berat

badan sampai batas ideal dengan cara diit yang diatur porsi makannya.

2) Mengurangi penggunaan garam sampai kurang dari 2-3 gram natrium

per hari.

3) Membatasi konsumsi alkohol dan kopi.

4) Melakukan olahraga secara teratur.

5) Berhenti merokok.

6) Managemen stress agar tidak terlalu mempengaruhi pikiran.

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

19

b. Penatalaksanaan Farmakologis

Pengobatan yang didasarkan pada obat-obatan medis. Pengobatan

ini dilakukan pada hipertensi dengan tekanan sistolik 140 mmHg, dan

tekanan darah diastolik 90 mmHg. Perlu diingat pengobatan

farmakologis merupakan pengobatan jangka panjang bahkan mungkin

sampai seumur hidup.

2. Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan hipertensi dengan

farmakologis (Sanif, 2009).

a. Diuretik

1) Aldosteron Antagonis

Obat ini akan memblokir reseptor aldosteron di jantung, ginjal,

otak, dinding pembuluh darah. Obat ini akan mengakibatkan sering

kencing, berkeringat yang akan membawa lebih banyak garam dan

air keluar dari tubuh, Sehingga volume darah berkurang dan

berakibat turunnya tekanan darah. Contoh obat dari aldosteron antara

lain: aldactone, carpiatone, letonal, spirolactone).

2) Thiazide

Merupakan diuretik pada tahap awal, namun jangka panjang

dapat melebarkan dinding pembuluh darah. Efek sampingnya yaitu

impotensi, beberapa contoh obat thiazide antara lain: Chlorthalidone

(hygroton), chlorthiazide (diuril), H.C.T (hyrochlorthyazide),

Triamterene (maxzide).

b. Beta Blocker

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

20

Penyekat reseptor adrenergik mengurangi tekanan darah melalui

penurunan curah jantung, karena reduksi kecepatan detak jantung dan

kontraktilitas mekanisme lain yang diajukan mengenai bagaimana beta

blocker mengurangi tekanan darah efek pada sistem darah pusat dan

inhibisi pelepasan renin. Beta blocker terutama efektif pada pasien

hipertensi dengan takikardi, dan hipotensi. Mereka dikuatkan oleh

pemberian dengan diuretik. Beberapa contoh antihipertensi golongan

Bete blocker adalah Amlodipine, Cardivask, felodipine, Nicardipine.

3. Cara alami menurunkan tekanan darah (tanpa obat), menurut Kuntaraf

(2009) yaitu:

a. Biasakan berjalan kaki

Pasien hipertensi yang membiasakan diri berjalan dapat menurunkan

tekanan darahnya dengan cepat 6-8 mmHg. Berjalan akan membuat

jantung lebih banyak menggunakan oksigen dengan lebih efisien,

Sehingga tidak berupaya keras memompa darah. Melakukan latihan

sedikitnya 30 menit setiap hari, mencobalah meningkatkan kecepatan

atau jaraknya sehingga membuat badan tetap langsing.

b. Tarik napas panjang

Pernapasan yang lambat dan melakukan meditasi seperti yoga dapat

mengurangi stress. Melakukan latihan pernapasan selama 5 menit di pagi

dan malam hari. Menarik napas dalam-dalam. Membuang napas dan

melepaskan semua ketegangan.

c. Pilih produk kaya kalium

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

21

Kandungan kalium yang banyak terdapat dalam buah dan sayuran

merupakan bagian penting dalam program penurunun tekanan darah,

Usahakan untuk mendapatkan asupan kalium 2.000-4.000 mg per hari.

Sumber kalium terdapat pada ubi jalar, tomat, jus jeruk, pisang, melon,

kentang, kacang merah.

d. Batasi konsumsi garam

Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi

lebih besar kemungkinannya memiliki tekanan darah tinggi, terutama

yang sensitif terhadap garam atau sodium. Karena tidak ada cara untuk

mengetahui apakah seseorang sensitif terhadap sodium, maka setiap

orang harus mengurangi asupan sodiumnya. Batas penggunaan garam

adalah 1.500 mg per hari, Sedangkan setengah sendok teh garam

mengandung sekitar 1.200 mg sodium. Untuk cara mengatur makanan

dapat ditumis untuk memperbaiki rasa, membubuhkan garam saat diatas

meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang

berlebihan. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan

penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari

e. Kurangi lembur

Bekerja lebih dari 41 jam setiap minggu akan meningkatkan risiko

hipertensi sebesar 15%. Sebab kerja lembur membuat tubuh jarang

berolahraga dan makan sehat. Mengusahakan menyelesaikan pekerjaan

pada jam yang tepat sehingga dapat berolahraga dan dapat memasak

makanan yang sehat.

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

22

f. Makan bayam

Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak

hanya melindungi anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat

mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam

dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia

berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam

amino (homosistein) dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.

4. Cara mengatur menu makanan yaitu:

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi

untuk menghindari meningkatnya tekanan darah. Makanan yang harus

dihindari atau dibatasi adalah:

a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak, minyak

kelapa, gajih.

b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium seperti

biskuit, keripik dan makanan kering yang asin.

c. Makanan dan minuman dalam kaleng misalnya sarden, sosis, soft drink.

d. Makanan yang diawetkan seperti dendeng, asinan sayur dan buah, abon,

ikan asin, udang kering, telur asin.

e. Sumber protein yang tinggi kolesterol seperti daging merah, kuning telur,

kulit ayam, dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan kesehatan, tubuh

kita menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi

lemah dan rentan terhadap penyakit (Depkes RI, 2008).

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

23

D. Faktor Resiko

Elsanti (2009), mengelompokan menjadi 2 yaitu faktor resiko yang

dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.

1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol.

a. Umur

Menurut Hurlock (2007) membagi masa dewasa menjadi 3 bagian

yaitu :

1). Masa dewasa awal yaitu dimulai pada usia 21-40 tahun. Seseorang

yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima

kedudukanya didalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainya.

2). Masa dewasa madya yaitu dimulai pada usia 41-60 tahun. Masa

tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan mental dan jasmani.

Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik dan daya

ingatan

3). Masa tua ( lansia ) yaitu dimulai pada usia 61- sampai keatas. Periode

penutupan dalam rentang hidup seseorang ditandai dengan adanya

perubahan yang bersifat fisik, psikologis yang semakin menurun

Kenaikan umur seseorang sebanding dengan kenaikan tekanan

darah. Penambahan usia menyebabkan semakin hilang daya elastisitas

dari pembuluh darah yang mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan

daya untuk menyesuaikan diri dengan aliran darah. Oleh karena itu orang

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

24

yang lebih tua akan lebih cenderung terkena penyakit hipertensi daripada

orang yang berumur lebih muda (Wolff, 2008).

Tekanan darah cenderung rendah pada usia remaja dan mulai

meningkat pada masa dewasa awal. Kemudian meningkat lebih nyata

selama masa pertumbuhan dan pematangan fisik diusia dewasa akhir

sampai usia tua, dikarenakan sistem sirkulasi darah akan terganggu,

karena pembuluh darah sering mengalami penyumbatan dinding

pembuluh darah menjadi keras dan tebal serta berkurangnya

elastisitasnya pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah

menjadi tinggi (Guyton, 2007).

Menurut Susilo (2011), seiring dengan bertambahnya usia

kepekaan orang bertambah tehadap hipertensi. Individu yang berumur

lebih dari 60 tahun mempunyai tekanan darah yang lebih besar dari orang

lain sebesar 50-60%.

b. Jenis Kelamin

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi

daripada wanita. Perbedaan resiko hipertensi pada gender ini dipengaruhi

oleh faktor psikologis, faktor perilaku, dan pekerjaan (Basha, 2004 dalam

Rundengan, 2006).

Pada dasarnya tidak ada perbedaan prevalensi antara wanita dan

laki-laki tetapi wanita setelah menopause menjadi lebih berpotensi

terserang penyakit hipertensi. Karena wanita yang belum menopause

dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan aktif dalam peningkatan

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

25

kadar High Density Esterogen (HDL). HDL merupakan faktor yang

penting dalam melindungi terjadinya arterosklerosis. Pada wanita yang

sudah mencapai umur 45 tahun ke atas maka sedikit demi sedikit hormon

esterogen akan mengalami penyusutan baik kuantitas maupun

kualitasnya sehingga berdampak pada banyaknya kasus hipertensi pada

wanita (Elsanti, 2009).

2. Faktor resiko yang dapat dikontrol.

a. Kegemukan (obesitas)

Obesitas merupakan salah satu ciri khas penderita hipertensi.

Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan

obesitas, namun terbukti bahwa pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada

penderita hipertensi dengan berat badan normal. Pada orang yang

terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ

tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang

lebih besar jantung pun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan

lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga

tekanan darah menjadi tinggi. Obesitas dapat meningkatkan kejadian

hipertensi primer, hal ini disebabkan lemak menimbulkan sumbatan

pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah

(Anggraini dkk, 2009).

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

26

Menurut Sustrani (2006), cara mudah untuk mengetahui termasuk

obesitas atau tidak yaitu dengan mengukur Indeks Masa Tubuh ( IMT),

Rumus IMT =

Adapun kategori penilaian berat badan menurut IMT adalah:

1) IMT 20 kg/m2 = Berat badan kurang.

2) IMT 20-24 kg/m2 = Normal atau sehat.

3) IMT 25-29 kg/m2 = gemuk atau kelebihan berat badan.

4) IMT 30 kg/m2 = sangat gemuk atau obesitas.

b. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah intensitas kegiatan jasmani yang dilakukan

sehari-hari, yang meliputi bidang kegiatan yang berkaitan dengan

pekerjaan, perjalanan, dan kegiatan diwaktu senggang. Jenis aktivitas

fisik meliputi aktivitas berat, yaitu aktivitas yang menggunakan tenaga

fisik dan membuat nafas lebih cepat dari biasanya, yang dilakukan

minimal 10 menit setiap harinya. Aktivitas sedang, yaitu aktivitas yang

menggunakan tenaga fisik yang sedang dan membuat nafas sedikit

lebih cepat dari biasanya. Serta aktivitas ringan yaitu aktivitas yang

sedikit menggunakan tenaga fisik yang dilakukan minimal 10 menit

setiap harinya (Purwanti, 2005).

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

27

Melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tubuh, salah

satunya berolahraga. Olahraga adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang

terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-

ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Prinsip

berolahraga yaitu mengacu pada FITT singkatan dari frekuensi

(seberapa sering berolahraga), intensitas (seberapa berat aktifitas fisik

dilakukan), time (waktu), type (jenis olahraga). Aktivitas fisik secara

teratur minimal 30 menit. Aktivitas sedang pada setidaknya 5 hari

perminggu atau 20 menit, aktivitas fisik berat setidaknya 3 hari

perminggu atau 10 menit. Ini dapat melancarkan aliran darah karena

pembuluh darah menjadi lebar (vasodilatasi) dan membakar lemak

(Setiawan, 2008).

Aktivitas fisik sangat mengganggu stabilitas tekanan darah. Pada

orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan

otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras

usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan

yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan

perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya aktivitas

fisik juga dapat meningkatkan resiko kelebihan berat badan yang akan

menyebabkan resiko hipertensi meningkat (Elsanti, 2009).

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

28

Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan

tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan didalam tubuh. Oleh

karena itu, jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan

aktivitas fisik yang sesuai maka secara berkelanjutan dapat

mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Cara yang paling mudah

untuk meningkatkan pengeluaran energi yaitu melakukan latihan fisik

atau gerak tubuh (Adisapoetra, 2010).

Menurut Respati (2007) menyatakan aktivitas fisik bermanfaat

bagi tubuh karena kebiasaan tubuh bergerak dalam intensitas sedang

dalam kegiatan sehari-hari dan pada waktu bekerja membuat tubuh

lebih sehat, proses perkembangan lebih baik. Sebaliknya apabila tubuh

tidak di biasakan untuk bergerak, maka akan mudah sakit, terjadi

gangguan perkembangan dan proses penuaan yang lebih cepat.

c. Diet (Pola makan)

Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang

merupakan bentuk dari arteriosklerosis (pengerasan arteri).

Atherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada

dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung,

karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak yang kemudian membentuk

plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas

arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian

mengakibatkan hipertensi.

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

29

Makanan yang dimakan dapat berpengaruh terhadap kestabilan

tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium memiliki

kaitan erat dengan munculnya hipertensi. Pelaksanaan diet yang teratur

dapat menormalkan hipertensi, yaitu dengan mengurangi makanan

dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan

yang tinggi serat (Julianti, 2008).

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang

memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap

pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial sebagai bagian yang

mempengaruhi pola makan. Pola makan individu meliputi bahan

makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah-buahan (Nurporida, 2004).

Makanan yang berkontribusi meningkatkan resiko hipertensi

adalah makan-makanan seperti lobster (udang besar), otak, jeroan, keju,

gorengan dan santan kental. Makanan ini dapat meningkatkan resiko

hipertensi karena ini mengandung kadar kolesterol tinggi yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Kolesterol adalah zat kimia yang

termasuk golongan lipid. Kadar kolesterol tinggi dalam darah dapat

menyebabkan penyakit jantung (Kuntaraf, 2009).

Konsumsi garam yang tinggi mengakibatkan seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah seiring dengan bertambahnya

usia. Jika kadar garam dalam tubuh tinggi, maka otomatis tubuh akan

berusaha menetralkan dengan air melalui dua proses mekanisme.

Pertama, kadar garam yang tinggi akan merangsang pusat haus diotak,

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

30

sehingga seseorang akan minum air dengan kadar lebih banyak. Kedua,

kadar garam yang tinggi juga menyebabkan pelepasan hormon

antidiuretik, yaitu hormon yang menyebabkan ginjal menyerap kembali

sebagian besar air yang telah disaring, sebelum dikeluarkan menjadi air

kemih. Sehingga menjadikan sejumlah besar air masuk kembali

kedalam pembuluh darah. Kedua mekanisme diatas menyebabkan

volume darah didalam tubuh bertambah. Hindari pemakaian garam

yang berlebihan atau makanan yang diasinkan tetapi bukan berati

menghentikan pemakaian garam, sebaiknya konsumsi garam tidak lebih

dari 3 gram sehari (Marliana, 2007).

Kandungan garam yang tinggi dalam tubuh dapat menganggu

kerja ginjal. Garam harus dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal, tetapi

karena natrium sifatnya mengikat banyak air, maka makin tinggi garam

membuat volume darah meningkat. Volume darah semakin

tinggisedangkan lebar pembuluh darah tetap, maka aliranya jadi deras,

yang artinya tekanan darah menjadi semakin meningkat, ini juga dapat

meningkatkan risiko hipertensi (Ferdy, 2011).

Tabel 2.3 Pendekatan Diet Untuk Menghentikan Hipertensi. Kelompok

makanan

Frekuensi

makan per hari

Ukuran hidangan Jenis makanan

Produk 2-3 ½ mangkuk nasi, 1 Semua roti

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

31

padi-

padian

potong roti. gandum.

Sayur-

sayuran

2-3 ½ mangkuk sayuran

matang,

Kangkung,bayam,

buncis,brokoli,

kentang.

Buah-

buahan

1-2 6 ons jus buah, 1

buah ukuran sedang.

Pisang,alpukat,

jeruk,kurma,

mangga, melon.

(Sumber: Kuntaraf, 2009).

d. Perilaku Merokok

Rokok mempunyai pengaruh langsung yang membahayakan

jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan

tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk

keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah,

menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar.

Nikotin, CO dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh

endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah

penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer.

Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat

bekerja secara efisien (Soeharto, 2007).

Nikotin dapat meningkatkan denyut jantung, yang akan

meningkatkan tekanan darah arteri pada jangka waktu yang pendek,

selama dan setelah merokok (Black & Hawks, 2005).

Merokok tidak terlalu meningkatkan prevalensi hipertensi karena

ketika seseorang berhenti merokok tekanan darah hanya menurun

sedikit saja karena mantan perokok akan menjadi lebih gemuk

dibandingkan ketika dia merokok. Akan tetapi, kematian karena

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

32

hipertensi banyak terjadi pada kelompok perokok dan peningkatan

insiden hipertensi maligna pada kelompok perokok dibandingkan

kelompok bukan perokok (Siburian, 2004).

E. Kerangka Teori

Kerangka teori mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

hipertensi. Menurut Elsanti (2009), ada 2 faktor yaitu faktor resiko yang tidak

dapat dikontrol dan faktor resiko yang dapat dikontrol. Seperti pada gambar

2.1.

(Sumber: Elsanti, 2009).

Gambar 2.1 kerangka teori faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

hipertensi.

Faktor resiko yang tidak

dapat dikontrol:

1. Umur

2. Jenis kelamin

Faktor resiko yang dapat

dikontrol:

1. Kegemukkan (obesitas)

2. Aktivitas Fisik

3. Diet (Pola Makan)

4. Perilaku Merokok

5.

6.

Tekanan darah tinggi

( hipertensi )

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/5813/3/Didik Arifin BAB II.pdf · Mengurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat ... Intervensi pencegahan pathogenesis

33

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat hipertensi, Seperti pada gambar 2.2.

Variabel yang akan diteliti

Gambar 2.2 Kerangka konsep faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

hipertensi pada pasien yang berobat di puskesmas.

G. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan tingkat hipertensi pada pasien yang

berobat di Puskesmas I Wangon.

2. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat hipertensi pada pasien

yang berobat di Puskesmas I Wangon

3. Ada hubungan antara diet (pola makan) dengan tingkat hipertensi pada

pasien yang berobat di Puskesmas I Wangon.

Variabel Independent

Umur

Aktivitas Fisik

Tingkat

Hipertensi

Variabel Dependent

Diet (Pola Makan)

Faktor-Faktor yang..., Didik Arifin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014