bab ii teori dan kajian pustaka a. tinjauan …eprints.umm.ac.id/38494/3/bab ii.pdfinternal sudah...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian Widiasa dkk. (2015) tentang pengendalian intern persediaan
barang dagang dengan objek UD Tirta Yasa melalui wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi menunjukkan, bahwa lingkungan pengendalian
internal sudah cukup memadai karena etika yang diterapkan manajemen
dalam berbisnis sudah baik, sudah ada pelatihan langsung ditempat kerja, dan
gaya manajemen kekeluargaan. Tempat ini memasang CCTV untuk
keamanan dan menghindari resiko dengan membatasi persediaan barang yang
mudah kadaluarsa. Unsur informasi komunikasi serta aktivitas pengendalian
internal dinilai kurang memadai karena dokumen yang digunakan masih
kurang lengkap dan masih ada perangkapan jabatan, sedangkan pengawasan
terhadap barang dagangan sudah dilakukan dengan baik. Efektifitas
pengendalian barang dagang yang dilakukan oleh UD Tirta Yasa sudah
efektif namun kurang memadai, karena masih mempuyai beberapa
kekurangan.
Naibaho (2013) pernah melakukan penelitian tentang pengendalian
internal persediaan bahan baku dengan objek PT IKI Bitung melalui
observasi, wawancara dan studi pustaka. Hasilnya, lingkungan pengendalian
perusahaan cukup memadai karena peraturan dan kebijakan yang ditetapkan
perusahaan masih belum dipatuhi oleh seluruh karyawan. Pencegahan resiko
8
dilakukan melalui pelatihan sebelum mempekerjakan tenaga kerja. Pada
pelaksanaan pengendaliannya, perusahaan telah menerapkan pemisahan
fungsi dengan baik. Setiap informasi yang diperlukan disampaikan kepada
pimpinan dan sudah terjalin komunikasi yang baik dalam mendiskusikan
masalah. Pemantauan dalam perusahaan dilaksanakan melalui evaluasi dan
penilaian serta koreksi yang diperlukan sebagai tindak lanjut hasil laporan
pemeriksaan. Pengelolaan persediaan bahan baku pada PT IKI sudah cukup
efektif karena masih terdapat permasalahan dalam pengawasan dari staf
gudang yang menjaga persediaan.
Penelitian yang dilakukan Amanda dkk. (2015) tentang efektivitas
pengendalian internal persediaan barang dagang pada Grand Hardware
Manado melalui Teknik wawancara dan kajian pustaka menunjukkan hasil
bahwa lingkungan pengendalian sudah cukup efektif karena beberapa
komponennya sudah dimiliki dan terdapat kekurangan seperti tidak memiliki
komite audit dan audit internal. Metode pengendalian manajemen yang
dilakukan sudah cukup mendukung terciptanya lingkungan yang baik.
Kebijakan serta prosedur kepegawaian terkait dengan perekrutan, pelatihan
dan penghargaan sudah diterapkan dengan baik. Manajemen telah mengenali
dan mempelajari resiko-resiko yang ada dan membentuk aktivitas
pengendalian yang diperlukan. Sistem informasi dan komunikasi yang
dilakukan sudah cukup baik dibuktikan dari penyusunan prosedur yang jelas.
Aktivitas pengendaliannya kurang memadai karena catatan akuntansi tidak
9
bernomor urut. Pengawasan dinilai sudah cukup baik dengan mengevaluasi
penyimpangan yang ditemukan dan memperhatikan keluhan pelanggan.
Soegiono (2012) meneliti tentang pengendalian internal persediaan
barang dagangan dalam menunjang efektivitas pengelolaan pada Koperasi
Karyawan Sampoerna melalui wawancara dan dokumentasi dengan hasil
lingkungan pengendalian kurang berjalan efektif karena ada beberapa bagian
tugas yang dirangkap karyawan. Penilaian resiko terkait penerimaan dan
pengeluaran barang yaitu resiko internal dan eksternal. Adapun kebijakan dan
prosedur aktivitas pengendalian dilakukan dengan berusaha memotivasi dan
mendorong karyawan untuk beradaptasi dengan perubahan melalui pelatihan.
Sudah terdapat pemisahan tugas yang jelas sehingga pegawai mengetahui apa
tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian. Terdapat juga
pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan yang berfungsi untuk
mengurangi timbulnya kesalahan dan penggelapan aktiva. Selain itu terdapat
pembatasan akses setiap karyawan. Informasi dan komunikasi dalam
Koperasi Karyawan Sampoerna masih perlu banyak perbaikan. Kegiatan
pemantauan belum berjalan efektif karena sistem belum saling terhubung dan
stok yang hilang hampir setiap bulannya.
10
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Pengendalian Internal
a. Definisi Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal menurut Mulyadi (2016:129)
meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Romney & Steinbart (2016:226-227) pengendalian
internal adalah proses dan prosedur yang dijalankan untuk
menyediakan jaminan memadai bahwa tujuan pengendalian
dipenuhi. Tiga fungsi penting yang dijalankan pengendalian
internal yaitu:
1) Pengendalian Preventif
Pengendalian preventif adalah pengendalian yang mencegah
masalah sebelum timbul. Contoh: merekrut personil
berkualifikasi, memisahkan tugas pegawai dan mengendalikan
akses fisik atas aset dan informasi.
2) Pengendalian Detektif
Pengendalian detektif adalah pengendalian yang menemukan
masalah yang tidak terelakkan. Contoh: menduplikasi
pengecekan kalkulasi dan menyiapkan rekonsiliasi bank serta
neraca saldo bulanan.
11
3) Pengendalian Korektif
Pengendalian korektif adalah pengendalian yang
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah serta memperbaiki
dan memulihkanya dari kesalahan yang dihasilkan. Contoh:
pengumpulan ulang transaksi-transaksi untuk pemrosesan
selanjutnya.
b. Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Hall (2007:181) sistem pengendalian internal terdiri
atas berbagai kebijakan, praktik, dan prosedur yang diterapkan oleh
perusahaan untuk mencapai empat tujuan umum, yaitu:
1) Menjaga aktiva perusahaan. Adanya pengendalian intern yang
memadai maka akan menjaga kekayaan perusahaan secara fisik
maupun non fisik tidak rawan untuk dicuri, disalahgunakan atau
dihancurkan.
2) Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi
akuntansi pengendalian intern dirancang untuk memberikan
jaminan proses pengolahan data akuntansi yang akan
menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan andal. Karena
data akuntansi mencerminkan perubahan kekayaan perusahaan
maka ketelitian dan keandalan data akuntansi merefleksikan
pertanggungjawan penggunaan kekayaan perusahaan.
3) Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan. Dengan
pengendalian intern dapat dicegah terjadinya dipublikasi usaha
12
yang tidak perlu dan pengguna sumber daya perusahaan yang
tidak efisien.
4) Mengukur kesesuaian kebijakan serta prosedur yang ditetapkan
oleh pihak manajemen. Sistem pengendalian intern bertujuan
untuk memberikan jaminan yang memadai agar kebijakan
dipatuhi oleh karyawan perusahaan.
c. Unsur Sistem Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2016:130-135) unsur sistem pengendalian
internal adalah:
1) Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab
Fungsional secara Tegas
Di dalam perusahaan manufaktur harus dipisahkan fungsi-
fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Suatu
fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Dengan pemisahan
fungsi akuntansi dari fungsi-fungsi operasi dan fungsi
penyimpanan, catatan akuntansi yang diselenggarakan dapat
mencerminkan transaksi sesungguhnya.
2) Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan
Perlindungan yang Cukup terhadap Aset, Utang, Pendapatan dan
Beban
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar
otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk
13
menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam
organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otorisasi atas transaksi.
3) Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi
Setiap Unit Organisasi
Cara-cara yang ditempuh perusahaan dalam menciptakan
praktik yang sehat adalah:
a) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang
pemakaianya harus dipertanggungjawabkan oleh yang
berwenang.
b) Pemeriksaan mendadak.
c) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai
akhir oleh satu orang atau satu organisasi.
d) Perputaran jabatan.
e) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan
dengan catatanya.
4) Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya
Unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem
pengendalian intern yang paling penting. Jika perusahaan
memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur
pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang
minimum.
14
d. Komponen Pengendalian Internal COSO
Lima komponen pengendalian internal COSO (Romney &
Stainbart, 2015:231-253) adalah:
1) Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup
seluruh sikap manajemen dan karyawan mengenai pentinggnya
pengendalian. Manajemen harus menekankan pentingnya
pengendalian dan mendorong dipatuhinya kebijakan
pengendalian akan menciptakan lingkungan pengendalian yang
efektif. Lingkungan pengendalian yang lemah kemungkinan
besar diikuti dengan kelemahan dalam komponen pengendalian
internal yang lain.
Lingkungan pengendalian sebagai komponen
pengendalian yang pertama, meliputi faktor-faktor sebagai
berikut:
a) Filosophi Manajemen dan Gaya Operasi
Manajer harus mengambil tindakan aktif untuk menjadi
contoh berperilaku etis dengan bertindak sesuai dengan
kode etik personal. Manajer juga harus menekankan
pentingnya pengendalian internal.
b) Komitmen terhadap Integritas dan Nilai- Nilai Etika
Penting bagi manajemen untuk menciptakan budaya
organisasi yang menekankan pada integritas dan nilai-nilai
15
etika. Perilaku etis dan tidak etis manajer dan karyawan
berdampak besar terhadap keseluruhan pengendalian
internal. Perilaku etis dan tidak etis ini akan menciptakan
suasana yang dapat mempengaruhi validitas proses
pelaporan keuangan.
c) Komitmen Terhadap Kompetensi
Perusahaan harus merekrut karyawan yang kompeten dan
dapat dipercaya guna mendorong kreativitas dan inisiatif
dalam menghadapi kondisi yang dinamis saat ini. Oleh
karena itu, penting bagi bagian personalia untuk mengisi
lowongan kerja dengan personil yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang harus
dikerjakan.
d) Komite Audit dan Dewan Direksi
Dewan direksi bertanggung jawab untuk memilih komite
audit yang beranggotakan orang-orang dari luar perusahaan.
Peran komite audit adalah memantau akuntansi perusahaan
serta praktik dan kebijakan pelaporan keuangan. Komite
audit juga berperan sebagai perantara antara auditor internal
dan auditor eksternal.
e) Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan menggambarkan pembagian
otoritas dan tanggung jawab dalam perusahaan dalam
16
rangka mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi ini
harus disajikan secara ekplisit dalam bentuk grafis agar
jelas siapa bertanggung jawab atas apa.
f) Penetapan Otoritas dan Tanggung Jawab
Otoritas adalah hak yang dimiliki karena posisi formal
seseorang untuk memberi perintah kepada bawahan.
Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk
menjalankan tugas tertentu dan untuk diminta
pertanggungjawabanya atas hasil yang dicapai.
g) Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
Kegiatan sumber daya manusia meliputi perekrutan
karyawan baru, orientasi karyawan baru, pelatihan
karyawan, motivasi karyawan, evaluasi karyawan, promosi
karyawan, kompensasi karyawan, konseling karyawan,
perlindungan karyawan dan pemberhentian karyawan.
2) Aktivitas Pengendalian
Ativitas pengendalian yang terkait dengan pelaporan
keuangan antara lain meliputi:
a) Desain Dokumen yang Baik dan Bernomor Urut Cetak
Desain dokumen yang baik adalah desain dokumen yang
sederhana sehingga meminimalkan kemungkinan kesalahan
mengisi. Dokumen juga harus memuat tempat untuk tanda
tangan bagi mereka yang berwenang untuk mengotorisasi
17
transaksi. Dokumen juga perlu bernomor urut tercetak
sebagai wujud pertanggungjawaban penggunaan dokumen.
b) Pemisahan Tugas
Terdapat tiga pekerjaan yang harus dipisahkan agar
karyawan tidak memiliki peluang untuk mencuri harta
perusahaan dan memalsukan catatan akuntansi. Ketiga
pekerjaan tersebut diantaranya fungsi penyimpanan harta,
fungsi pencatat dan fungsi otorisasi transaksi bisnis.
c) Otorisasi yang Memadai atas setiap Transaksi Bisnis
Otorisasi adalah pemberian wewenang dari manajer kepada
bawahanya untuk melakukan aktivitas atau untuk
mengambil keputusan tertentu.
d) Mengamankan Harta dan Catatan Perusahaan
Harta perusahaan meliputi kas, persediaan, peralatan dan
bahkan data dan informasi perusahaan. Bentuk pengamanan
tersebut seperti menciptakan pengawasan yang memadai.
Menciptakan adanya Pengecekan Independen atas
Pekerjaan Karyawan lain. Pengecekan independen ini
meliput membandingkan catatan dengan aktual fisik.
3) Penaksiran Risiko
Organisasi harus menyadari dan waspada terhadap
berbagai resiko yang dihadapinya. Organisasi harus pula
18
menetapkan mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis
dan mengelola resiko-resiko terkait.
4) Informasi dan Komunikasi
Informasi harus diidentifikasi, diproses dan
dikomunikasikan ke personil yang tepat sehingga setiap orang
dalam perusahaan dapat melaksanakan tanggung jawab mereka
dengan baik.
5) Pengawasan Kinerja
Kegiatan dalam pegawasan kinerja diantaraya, supervisi
yang efektif, akuntansi pertanggungjawaban dan pengauditan
internal.
e. Pihak yang Bertanggung Jawab atas Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2014:181-183) menyatakan bahwa pihak-
pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian internal yaitu
sebagai berikut:
1) Manajemen
Manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan
dan menyelenggarakan secara efektif pengendalian internal
organisasinya.
2) Dewan komisaris dan komite audit
Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk menentukan apakah
manajemen telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian internal.
19
3) Auditor intern
Bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi
memadai atau tidaknya pengendalian internal entitas dan
membuat rekomendasi peningkatannya.
4) Personel lain entitas
Peran dan tanggung jawab semua personel lain yang
menyediakan informasi atau menggunakan informasi yang
dihasilkan oleh pengendalian internal harus ditetapkan dan
dikomunikasikan dengan baik.
5) Auditor independen
Sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan
keuangan, auditor dapat menemukan kelemahan pengendalian
internal kliennya, sehingga dapat mengkomunikasikan temuan
auditnya tersebut kepada manajemen, komite audit atau dewan
komisaris.
6) Pihak luar lain
Pihak luar lain yang bertanggung jawab atas pengendalian
internal entitas adalah badan pengatur, seperti Bank Indonesia
dan Bapepam.
f. Keterbatasan Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2014:181), terdapat 5 keterbatasan atas
pengendalian internal yaitu sebagai berikut:
20
1) Kesalahan dalam pertimbangan
Manajemen dan personel lain sering kali salah paham dalam
mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil dalam
melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu atau tekanan lain.
2) Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat
terjadi karena personel keliru memahami perintah atau membuat
kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau
kelelahan.
3) Kolusi
Tindakan bersama dalam individu untuk tujuan kejahatan
tersebut disebut sebagai kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan
bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk
melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya
ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh sistem
pengendalian internal yang dirancang.
4) Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang
telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan
pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan
atau kepatuhan semu.
21
5) Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan struktur
pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang
diharapkan dari pengendalian internal tersebut, karena
pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya
tidak mungkin dilakukan.Manajemen harus memperkirakan dan
mempertimbangkan secara kantitatif dan kualitatif dalam
mengevaluasi biaya dan manfaat suatu struktur pengendalian
internal.
2. Persediaan
a. Definisi Persediaan
Menurut Mulyadi (2014:99) yang dimaksud dengan persediaan
adalah barang-barang yang dibeli perusahaan dengan maksud untuk
dijual lagi (barang dagangan), atau masih dalam proses produksi
yang akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi kemudian dijual
(barang dalam proses) atau akan dipergunakan dalam proses
produksi barang jadi yang kemudian dijual (bahan baku/ pembantu).
Syam (2014:213), persediaan adalah barang-barang yang
dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual, bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi dan bahan baku yang sedang
diproduksi.
22
b. Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Halim (1997:22-23) dalam perusahaan manufaktur
terdapat tiga jenis persediaan, ketiga jenis persediaan itu adalah:
1) Persediaan Bahan Baku (bahan mentah)
Persediaan bahan baku merupakan bahan baku yang belum
diusahakan untuk diproses di dalam produksi. Bahan baku yang
diperoleh dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari
pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Bahan
baku ini biasanya masih tersimpan dalam gudang bahan baku.
2) Persediaan Barang (produk) Dalam Proses
Persediaan barang dalam proses merupakan bahan (material)
yang belum selesai diproses produksi. Elemen dari barang dalam
proses ini tediri atas: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead. Persediaan ini juga dapat dirinci
kedalam persediaan barang dalam dalam proses bahan baku,
persediaan barang dalam dalam proses tenaga kerja langsung
dan persediaan barang dalam proses biaya overhead. Barang
dalam proses ini biasanya terletak atau tersimpan pada gudang
pabrik.
3) Persediaan Barang (produk) Jadi/Selesai
Persediaan barang jadi merupakan material atau barang yang
sudah selesai diproduksi dan telah siap untuk dijual atau dikirim
23
kepada langganan atau pemesan. Barang jadi ini biasanya
disimpan di gudang barang jadi.
Disamping ketiga jenis persediaan tersebut, persediaaan dalam
perusahaan manufaktur (pabrik) mungkin pula terdapat persediaaan
produk sampingan, persediaan produk cacat, atau sisa-sisa dari
akibat proses produksi. Hal ini perlu diperhatikan terutama pada
perusahaan-perusahaan (pabrik) yang banyak scrap atau produk
cacatnya. Persediaan ini dibentuk adalah dengan maksud untuk
pengawasan dan pengendalian.
c. Sistem Pencatatan Persediaan
Menurut Kieso dkk. (2008:404-405) terdapat dua jenis sistem
pencatatan persediaan yang digunakan perusahaan agar pencatatan
persediaan tetap akurat, yaitu:
1) Sistem Perpetual
Sistem persediaan perpetual secara terus-menerus melacak
perubahan akun persediaan. semua akun pembelian dan
penjualan dicatat langsung ke akun persediaan pada saat terjadi.
Sistem perpetual menyediakan catatan yang berkelanjutan
tentang saldo baik dalam akun persediaan maupun Harga Pokok
Penjualan.
2) Sistem Periodik
Menurut sistem periodik, kuantitas persediaan ditangan
ditentukan secara periodik. Akun persediaan tetap sama dan
24
yang didebet adalah akun pembelian. Harga Pokok Penjualan
ditentukan pada akhir periode dengan mengurangi persediaan
akhir dari harga barang yang tersedia untuk dijual. Persediaan
akhir ditentukan melalui perhitungan fisik yang dilakukan sekali
setahun pada akhir tahun.
d. Metode Arus Biaya dalam Memperhitungkan Persediaan
Beberapa asumsi arus biaya yang digunakan dalam
memperhitungkan persediaan menurut Kieso dkk. (2008:417-420)
adalah:
1) Identifikasi Khusus
Metode ini digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap
barang yang dijual dan setiap barang dalam pos persediaan.
biaya barang-barang yang telah terjual dimasukkan dalam harga
pokok penjualan, sementara biaya barang-barang khusus yang
masih berada ditangan dimasukkan pada persediaan. dengan
kata lain, metode ini menandingkan arus biaya dengan arus fisik
barang.
2) Biaya rata-rata
Metode biaya rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat
dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama
yang tersedia selama suatu periode.
3) First-In, First-Out (FIFO)
25
Metode ini mengasumsikan bahwa barang-barang yang
digunakan sesuai dengan urutan pembeliannya. Dengan kata
lain, barang yang pertama dibeli adalah barang yang pertama
digunakan (dalam perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam
perusahaan dagang).
4) Last-In, First-Out (LIFO)
Metode ini menandingkan biaya dari barang-barang yang paling
akhir dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah
persediaan periodik, maka diasumsikan bahwa biaya dari total
kuantitas yang terjual atau dikeluarkan selama suatu bulan
berasal dari pembelian paling akhir.
e. Prosedur Aktivitas Pengelolaan Persediaan Bahan Baku
Mulyadi (2016:464) menyatakan bahwa terdapat beberapa
prosedur dan sistem akuntansi yang berkaitan dengan persediaan
bahan baku, yaitu: prosedur pembelian, prosedur retur pembelian,
prosedur pemakaian barang gudang, prosedur pengembalian barang
gudang, dan prosedur perhitungan fisik persediaan.
1. Prosedur Pembelian Persediaan
Permintaan pembelian dapat diajukan pegawai gudang pada saat
persediaan mencapai tingkat minimum. Menurut Mulyadi
(2008) sistem pembelian digunakan dalam perusahaan untuk
pengadaan barang yang diperlukan oleh perusahaan.
26
a) Fungsi dan bagian yang terkait
Fungsi dan bagian yang terkait dalam prosedur pembelian
adalah: (1) Bagian gudang; (2) Bagian pembelian; (3)
Bagian penerimaan, (4) Bagian akuntansi.
b) Dokumen yang diperlukan dalam prosedur pembelian
Dokumen yang digunakan dalam prosedur pembelian
adalah: (1) Surat Permintaan Pembelian; (2) Surat Order
Pembelian; (3) Laporan PermintaanBarang; (4) Bukti Kas
Keluar; (5) Kartu Persediaan, (6) Kartu Gudang.
2) Prosedur Retur Pembelian
Setelah melakukan pembelian maka terjadi penerimaan barang,
dimana barang yang diterima harus diperiksa kuantitas dan
kualitasnya. Prosedur retur pembelian barang berhubungan
dengan pengembalian persediaan yang telah dibeli kepada
pemasok. Transaksi retur pembelian ini akanmempengaruhi
persediaan yang bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas
persediaan dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh
bagian gudang dan mengurangi kuantitas dan harga pokok
persediaan yang dicatat oleh bagian kartu persediaan dalam
kartu persediaan yang bersangkutan.
27
a) Fungsi dan bagian yang terkait
Fungsi dan bagian yang terkait dalam prosedur retur
pembelian adalah: (1) Bagian Gudang; (2) Bagian
pembalian; (3) Bagian akuntansi.
b) Dokumen yang diperlukan dalam prosedur retur pembelian
Dokumen yang digunakan dalam prosedur retur pembelian
adalah: (1) Laporan Pengiriman Barang; (2) Kartu Gudang;
(3) Kartu Persediaan.
3) Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Pengeluaran barang digudang berhubungan dengan permintaan
dan pengeluaran barang gudang yang membentuk sistem
akuntansi biaya produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga
pokok persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan habis
pakai pabrik, dan suku cadang yang dipakai dalam kegiatan
produksi.
a) Fungsi dan bagian yang terkait
Fungsi dan bagian yang terkait dalam prosedur permintaan
dan pengeluaran Barang gudang adalah: (1) Bagian
Gudang, (2) Bagian Produksi; (3) Bagian Akuntansi.
b) Dokumen yang diperlukan dalam prosedur permintaan dan
pengeluaran Barang Gudang
Dokumen yang digunakan dalam prosedur permintaan
dan pengeluaranBarang gudang adalah: (1) Bukti
28
Permintaan dan Pengeluaran Barang, (2) Kartu Persediaan;
(3) Kartu Gudang.
4) Prosedur Pengembalian Barang Gudang
Prosedur pengembalian ke gudang berhubungan dengan adanya
pengmbalian barang kegudang yang biasanya terjadi karena
adanya sisa bahan baku dan bahan penolong yang tidak dipakai
dalam proses produksi. Transaksi pengembalian barang gudang
mengurangi biaya dan menambah jumlahpersediaan barang
digudang.
a) Fungsi dan bagian yang terkait
Fungsi dan bagian yang terkait dalam prosedur
Pengembalian Barang Gudang: (1) Bagian Gudang; (2)
Bagian Produksi; (3) Bagian Akuntansi.
b) Dokumen yang diperlukan dalam prosedur permintaan dan
pengeluaran Barang Gudang
Dokumen yang digunakan dalam prosedur permintaan dan
pengeluaran Barang gudang: (1) Bukti Pengembalian
Barang Gudang; (2) Kartu Gudang;(3) Kartu Persediaan.
5) Perhitungan Fisik Persediaan
Sistem perhitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh
perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang
disimpan di gudang, yang hasilnya digunakan untuk meminta
pertanggungjawaban bagian gudang mengenai pelaksanaan
29
fungsi penyimpanan, dan pertanggungjawaban bagian kartu
persediaan mengenai keandalan catatan persediaan yang
diselenggarakannya, serta untuk melakukan penyesuaian
terhadap catatanpersediaan di bagian kartu sediaan.
a) Fungsi dan bagian yang terkait
Fungsi dan bagian yang terkait dalam prosedur perhitungan
fisik persediaan adalah: (1) Panitia perhitungan fisik
persediaan; (2) Bagian Akuntansi; (3) Bagian Gudang.
b) Dokumen yang diperlukan dalam prosedur perhitungan fisik
Dokumen yang diperlukan dalam prosedur perhitungan fisik
persediaan adalah: (1) Kartu penghitungan fisik; (2) Daftar
Hasil Perhitungan fisik; (3) Bukti Memorial; (4) Kartu
Persediaan; (5) Kartu Gudang.
c) Efektivitas
Ulum (2013:184), efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional
dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran
akhir kebijakan (spending wesely).
Menurut Willson & Campbell (1997:430) pengelolaan persediaan
dikatakan efektif jika memenuhi faktor berikut:
a. Penetapan tanggungjawab dan kewenangan yang jelas terhadap
persediaan.
30
b. Sasaran dan kebijaksanaan yang dirumuskan dengan baik.
c. Fasilitas penggudangan dan penanganan yang memuaskan.
d. Klasifikasi dan identifikasi persediaan secara layak.
e. Standarisasi dan simplifikasi persediaan.
f. Catatan dan laporan yang cukup.
g. Tenaga kerja yang memuaskan.