bab ii - sindrom nefrotik
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
1/17
B. Sindrom Nefrotik
1. Konsep Dasar Medis
a. Pengertian
1) Sindrom nefrotik adalah sekelompok tanda dan gejala yang
ditemukan pada gangguan yang spesifik di ginjal dengan
karakteristik protenuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan
edema. (lemone, 2006)
2) Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala
edema,protenuria, hipoalbuminemis, dan hiperkolesterolemia,
kadang disertai hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi
ginjal (Ngastiyah, 2005)
3) Sindrom nefrotik dalah keadaan klinis yang meliputi protenuria
masif, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema. (Wong, 2009)
4) Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis dengan adanya protenuria
(>3,5g/Hari), hipoalbumenia, edema, dan hiperlipidemia. (Price,
2005)
5) Sindrom nefrotik adalah keluarnya protein 3,5gram atau lebih
melalui urine perhari. (Corwin, 2009)Dapat disimpulkan bahwa sindrom nefrotik adalah
sekelompok tanda dan gejala yang ditemukan pada gangguan
ginjal spesifik dengan karakteristik protenuria (>3,5g/h),
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, edema yang terkadang diserta
hipertensi dan hematuria.
b. Etiologi
Sebab yang pasti belum diketahui: akhir-akhir ini dianggap
sebagai suatu penyakit autoimun yang merupakan suatu reaksi
antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
- Sindrom Nefrotik dengan perubahan minimal (MCNS-minimal
change nephrotic syndrome)
- Gangguan sekunder (setelah atau menyertai kerusakan
glomerulus)
- Kongenital yang diturunkan kelainan autosomal-resesif.
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
2/17
maternofetal, resisten terhadap semua pengobatan. Gejalanya
adalah edema pada masa neonates.
c. Patofisiologi
Meningkatnya permebilitas dinding kapiler glumerulus yang
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi
proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria akan menyebabkan
hypoalbuminemia, dengan turunnya albumin tekanan armotik plasma
menurun sehingga cairan intravaskuler berkurang pindah dalam
interstisial, sehingga cairan intravaskuler berkurang sehingga aliran
darah ke renal berkurang.
Menurunya aliran darah renal, sehingga ginjal melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin. Anciotensin dan
peningkatan seleksi antidieuretik hormon (ADH) dan sekiesi
aldosteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air. Dengan
retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan triglycerida serum akibat dari
peningkatan stimlasi stimulasi lipoprotein karena penurunan plasmaalbumin/penurunan akotik plasma.
Menurunya repon imun karena tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh hypoalbuminemia, hyperlipidemia/defisiensi Zn.
Adanya hyperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein dan lemak akan banyak dalam urine.
d. Patoflow
e. Tanda dan Gejala
- Edema merupakan gejaka klinis yang menonjol, kadang-kadang
mencapai 40% daripada berat badan dan didapatkan anasarka.
Edema merupakan gejala utama, bervariasi dari bentuk
ringan sampai berat dan merupakan gejala satu-satunya yang
terlihat. Edema mula-mula Nampak pada kelopak mata terutama
waktu bangun tidur. Edema yang hebat atau anasarka sering
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
3/17
disertai edema pada genetalia eksterna. Edema pada perut
terjadi karena penimbunan cairan. Sesak napas terjadi karena
adanya cairan dirongga sekitar paru-paru (efusi pleura). Gejala
yang lainnya adalah edema lutut dan kantung zakar (pada pria).
Edema yang terjadi seringkali berpindah-pindah, pada pagi hari
cairan tertimbun di kelopak mata atau setelah berjalan, cairan
akan tertimbun di pergelangan kaki. Pengkisutan otot bias
tertutupi oleh edema.
- Rentan terhadap infeksi (karena hipoalbuminemia)
- Hematuria
- Hipertensi
- Produksi urin berkurang
- Anemia defisiensi besi karena transferin banyak keluar dengan
urine
- Kenaikan berat badan
- Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar
mata, tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di
siang hari- Asites
- Pembengkakan skrotum
- Diare
- Anoreksia
- Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
- Letargi
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urin
- Albumin: Kualitatif: ++ sampai ++++, Kuantitatif: >50
mg/KgBB/hari (diperiksa memakai reagens ESBACH)
- Sedimen: oval fat bodies: epitel sel yang mengandung butir-
butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, lekosit, toraks
hilain dan toraks eritrosit.
Hal tersebut diatas dikatakan sebagai proteinuria atau
dapat juga disebut albuminuria. Albumin adalah salah satu
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
4/17
jenis protein. Ada dua sebab yang menimbulkan proteinuria,
yaitu: permeabilitas kapiler glomelurus yang meningkat akibat
kelainan atau kerusakan mbg dan reabsorpsi protein di
tubulus berkurang. Oleh karena proteinuria parallel dengan
kerusakan mbg, maka proteinuria dapat dipakai sebagai
petunjuk sederhana untuk menentukan derajat glomerulus.
- ISP
Jadi yang diukur adalah index selectivity of proteinuria
(ISP). ISP dapat ditentukan dengan cara mengukur rasio
antara clearance igG dan cleareance transferin.
ISP = Clearance / cleareance transferin
Bila ISP < 0,2 berarti ISP meninggi (highly selective
proteinuria) yang secara klinik menunjukan kerusakan
glomerulus ringan dan respon terhadap kortikosterois baik.
Bila ISP > 0,2 berarti ISP menurun (poorly selective
proteinuria) yang secara klinik menunjukan kerusakan
glomerulus berat dan tidak respon terhadap kortikosteroid baik
2) DarahPada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100ml)
Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100ml). hal ini disebut sebagai
hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/100
ml). SN kelainan ini dapat disebabkan oleh:Proteinuria,
Katabolisme protein yang berlebihan, Nutricional deficiency
Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat
katabolisme protein yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan
katabolisme ini merupakan faktor tambahan terjadinya
hipoalbuminemia selain dari proteinuria (albuminuria). Pada SN
sering pula dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus
sehingga intake berkurang yang pada gilirannya dapat
menimbulkan hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka
terjadi bila kadar albumin darah < 2 gram/100ml, dan syok
hipovolemia terjadi biasanya pada kadar < 1 garam/100ml.
1 globulin normal (N : 0,1-0,3 gm/100ml)
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
5/17
2 globulin meninggi (N : 0,4-1 gm/100ml)
globulin normal (N : 0,5-0,9 gm/100ml)
globulin normal (N : 0,3-1 gm/100ml)
Rasio albumin/globulin < 1 (N : 3/2)
Komplemen c3 normal/rendah (N : 80-120mg/100ml)
Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin normal
Hiperkolestrolemia bila kadar kolestrol > 250mg/100ml. akhir-
akhir ini disebut juga sebagai hiperlipidemia oleh karena bukan
hanya kolestrol saja yang meninggi dalam darah, konsituen lemak
itu adalah:
o Kolestrol
o Low density lipoprotein (LDL)
o Very low density lipoprotein (VLDL)
o Trigliserida baru meningkat bila plasma albumin < 1 gram/100ml
Akibat hipoalbuminemia, sel-sel hepar terpacu unutk membuat
albumin sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan sintetis albumin ini,
sel-sel hepar juga akan membuat VLDL. Dalam keadaan normal VLDL
diubah menjadi LDL oleh lipoprotein lipase. Tetapi pada SN, aktivitasenzim ini terhambat dengan adanya hipoalbuminemia dan tingginya
kadar asam lemak bebas. Disamping itu menurunnya aktivitas
lipoprotein lipase ini disebabkan oleh rendahnya kadar apolipoprotein
plasma sebagai akibat keluarganya protein dalam urin. Jadi
hiperkolestrolemia ini tidak hanya disebabkan oleh produksi yang
berlebihan, tetapi juga akibat gangguan katabolisme fosfolipid.
g. Penatalaksanaan
1) Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala
dan akibat yang ditimbulkan pada anak dengan sindrom nefrotik
sebagai berikut:
Istirahat selama edema berangsur menurun. Bila edema tidak
berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan
diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada
beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter,
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
6/17
dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama
pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia,
alkalosis metabolik, atau kehilangan caitan intravaskular berat.
Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (1976)
(international Study of kidney Disease in Children) :
- Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis
penuh : 60 mg/m2luas permukaan badan/hari atau 2
mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari)
- Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28
hari dengan dosis 40mg/hari/ lpb, setiap 3 hari dalam 1
minggu dengan dosis maksimum 60mg/hr. Bila terdapat
respons selama itu, maka pengobatan ini dilanjtkan secara
intermiten selama 4 minggu. Sekarang pengobatan dengan
kortikosteroid tidak terlalu eperti urutan terdahulu, tetapi
melihat respon dari pasien apakah terjadi remisi/ tidak
dalam 4 minggu.
Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasivital.
ujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya.
Mengobati infeksi penyebab sindrom nefrotik dapat
menyembuhkan sindrom ini. Jika penyebabnya adalah penyakit
yang dapat diobati (misalnya: penyakit Hodgkin atau kanker
lainnya), maka mengobatinya akan mengurangi gejala ginjal..
Pengobatan Umum
- Diet harus banyak mengandung protein dengan nilai
biologik tinggi dan tinggi kalori. Protein 3-5gr/kgBB/hari.
Kalori rata-rata: 100kalori/kgBB/hari. Garam dibatasi bila
edema berat. Bila tanpa edema diberi 1-2gr/hari.
Pembatasan cairan terjadi bias terdapat gejala gagal ginjal.
- Aktivitas: tirah baring dianjurkan bila ada edema hebat atau
ada komplikasi. Bila edema sudah berkurang atau tidak
ada komplikasi maka aktifitas fisik tidak memperngaruhi
perjalanan penyakit. Sebaliknya tanpa ada aktifitas dalam
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
7/17
jangka waktu yang lama akan mempengaruhi kejiwaan
anak.
- Diuretik: pemberian diuretic untuk mengurangi edema
terbatas pada anak dengan edema berat, gangguan
pernapasan, gangguan gastrointestinal atau obstruksi
urethra yang disebabkan oleh edema hebat ini. Pada
beberapa kasus SN yang disertai anasarka, dengan
pengobatan kortikosteroid tanpa diuretik, edema juga
menghilang. Metode yang lebih aktif dan fisiologik untuk
mengurangi edema adalah yang merangsang dieresis
dengan pemberian albumin (salt poor albumin): 0,5-
1gr/kgBB selama satu jam yang disusul kemudian oleh
furosemid I.V 1-2mg/kgBB/hari. Pengobatan ini bias
diulangi selama 6 jam bila perlu. Diuretic yang biasa
dipakai adalah diuretic jangka pendek seperti furosemid
atau asam etakrinat. Pemakaian diuretic yang berlangsung
lama dapat menyebabkan:
Hipovolemia Hipokalemia
Alkalosis
Hiperuricemia
2) Keperawatan
Pasien dengan sindrom nefrotik perlu dirawat di RS karena
memerlukan pengawasan dan pengobatan yang khusus. Masalah
yang biasanya terjadi :
- Edema yang berat. Pasien dengan edema anasarka perlu
istirahat di tempat tidur karena keadaan edema yang berat
mengakibatkan kehilangan kemampuan untuk bergerak.
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu
o Bantu pasien berbaring setengah duduk. Banyak cairan
bisa mengakibatkan pasien sulit bernafas
o Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai tumit
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
8/17
o Bila pasien laki-laki, berikan ganjal bantal dibawah skrotum
untuk mencegah pmbengkakan skrotum.
Bila edema sudah mulai berangsur menurun pasien
diperbolehkan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
o Timbang berat badan setiap harinya
o Pencatatan intake output cairan pasien selama 24 jam.
Jika urine >400cc minum dibatasi.
o Urine dikumpul dan diukur selama 24 jam
- Diet. Diet yang dianjurkan ialah protein 1,2-2,0g/kgBB/hari
dan cukup kalori 35kkal/kgBB/hari, rendah garam 1g/hari atau
dengan diet nefritisI. Jelaskan kepada pasien bahwa makanan
yang diberikan memang tidak nyaman, karena itu pasien perlu
diberi motivasi untuk tetap menjaga nutrisinya,berikan
makanan dalam keadaan hangat, tidak diperkenankan
membawa makanan dari rumah.
- Resiko terjadi komplikasi. Karena daya tahn tubuh
menurun, pasien akan mudah terinfeksi dan terjadi infeksi.
Upaya mencegahnya dapat dilakukan: perawatan kulit,
perhatikan alat tenun yang dipakai agar tetap bersih dan
kering,
ubah posisi pasien karena bedrest dan mencegah
dekubitus (bila memungkinkan per 3 jam),
hindari penggunaan plester bila dapat mengakibatkan
lecet,
bila terpasang balutan usahakan untuk tidak terlalu
kencang.
Kolaborasikan bila oksigen diperlukan
Upayakan pasien SN tidak seruangan dengan pasien
yang menderita penyakit infeksi
Perawat harus mempertahankan cara bekerja yang
aseptik
Ruangan yang cukup ventilasi, mencegah kedinginan.
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
9/17
- Pengawasan pemberian pengobatan/ gangguan rasa
aman dan nyaman. Perlu dilakukan selama pemberian obat-
obatan medis. Pemberian obat perlu dilakukan secara
bertahap atau berselang 1-2hari agar tidak mengakibatkan
terjadinya Rebound Phenomenon. Selain itu perhatikan efek
samping dari pemberian obat contohnya gangguan
pertumbuhan, hipertensi, katarak, osteoporosis, muka bulat
(moon face)dan obesitas.
h. Komplikasi
o Hipovolemi
o tromboembolisme
o Infeksi (peritonitis, pneumonia, selulitis)
o Emboli pulmoner
o Gagal ginjal akut
o Dehidrasi
o Aterosklerosis
i. Prognosis
Prognosisnya tergantung kepada penyebabnya, usia penderita
dan jenis kerusakan ginjal yang bias diketahui dari pemeriksaan
mikroskopik pada biopsi. Gejalanya akan hilang seluruhnya jika
penyebabnya adalah penyakit yang dapat diobati atau obat-obatan.
Prognosis biasanya baik jika penyebabnya memberikan respon yang
baik dari kortikosteroid. Anak yang lahir dengan Sindrom ini jarang
bertahan hidup sampai 1tahun, beberapa diantaranya bias bertahan
setelah menjalani dialisa atau pencangkokan ginjal.
Prognosis yang paling baik ditemukan pada Sindroma Nefrotik
akibat Glomerulonefritis yang ringan 90% penderita anak
memberikan respon yang baik terhadap pengobatan. Jarang yang
berkembang menjadi gagal ginjal, meskipun cenderung bersifat
sering kambuh. Tetapi stelah 1tahun bebas gejala, jarang terjadi
kekambuhan
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
10/17
j. Insiden
Sindrom ini dapat mengenai semua umur, tetap sebagian besar
(74%) dijumpai pada usia 2-7 tahun. Kasus sindrom nefrotik pada
anak paling sering ditemukan pada usia 18 bulan-4 tahun. Kejadian
sindrom nefrotik pada anak sekitar 1-2/100.000 anak.Rasio laki-
laki:perempuan = 2:1, sehingga dikatakan pada masa remaja dan
dewasa rasio ini berkisar 1:1.
2. Konsep Dasar Keperawatan
a. Pengkajian
- Identitas :
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam kasus
pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14
tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah
endemik malaria banyak mengalami komplikasi nefrotic syndrome.
- Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dikeluhkan adalah adanya
bengkak pada wajah atau kaki.- Riwayat Penyakit Sekarang ( RPS )
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat
menanyakan hal berikut: Kaji berapa lama keluhan adanya
perubahan urine output, kaji onset keluhan bengkak pada wajah
dan kaki apakah disertai dengan adanya keluhan pusing dan
cepat lelah, kaji adanya anoreksia pada klien, kaji adanya
keluhan sakit kepala dan malaise
- Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu
mengkaji apakah klien pernah menderita penyakit edema, apakah
ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya. Penting dikaji tentang
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
- Riwayat Pada pengkajian psikososiokultural
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
11/17
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
12/17
napas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner
dan efusi pleura.
B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respon
sekunder dari peningkatan beban volume.
B3 (Brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak
ikterik. Status neurologis mengalami perubahan sesuai
tingkat parahnya azotemia pada sistem saraf pusat.
B4 (Bladder) Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna
kola.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
Didapatkan asites pada abdomen.
B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek
sekunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara
umum
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan
di dalam jaringan.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan nafsu makan (anoreksia).
3) Resiko kehilangan volume cairan intravaskuler berhubungan
dengan kehilangan protein, cairan dan edema.
4) Ansietas Berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
13/17
c. Intervensi keperawatan
Hari/
TglDx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan
tindakan selama 3x24
jam diharapkan
Kelebihan volume
cairan terkontrol
dengan Kriteria Hasil:
Pasien tidak
menunjukan tanda-
tanda akumulasi
cairan.
Pasien
mendapatkan volume
cairan yang tepat.
Pantau asupan dan
haluaran cairan setiap
pergantian
Timbang berat badan
tiap hari
Programkan pasien
pada diet rendah natrium
selama fase edema
Kaji kulit, wajah, area
tergantung untuk edema.
Evaluasi derajat edema
(pada skala +1 sampai
+4).
Awasi pemerikasaan
laboratorium,
contoh: BUN,
kreatinin, natrium,
kalium, Hb/ht, foto
dada
a. Pemantauan
membantu
menentukan status
cairan pasien.
b. Penimbangan berat
badan harian adalah
pengawasan status
cairan terbaik.
Peningkatan berat
badan lebih dari 0,5
kg/hari diduga ada
retensi cairan.
c. Suatu diet rendah
natrium dapat
mencegah retensi
cairan
d. Edema terjadi
terutama pada
jaringan yang
tergantung pada
tubuh.
e. Mengkaji
berlanjutnya dan
penanganan
disfungsi/gagal ginjal.
Meskipun kedua nilai
mungkin meningkat,
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
14/17
Berikan obat sesuai
indikasi Diuretik, contoh
furosemid (lasix), mannitol(Os-mitol;
kreatinin adalah
indikator yang lebih
baik untuk fungsi
ginjal karena tidak
dipengaruhi oleh
hidrasi, diet, dan
katabolisme jaringan.
f. Diberikan dini
pada fase
oliguria untuk mengubah ke fase
nonoliguria, untuk
melebarkan lumen
tubular dari
debris, menurunkan
hiperkalimea, dan
meningkatkan volume
urine adekuat
2 Setelah dilakukan
tindakan selama 3x24
jam
diharapkankebutuhan
nutrisi terpenuhi
dengan Kriteria hasil:
Klien dapat
Mempertahankan
berat badan yang
diharapkan
Kaji / catat pemasukan
diet.
Timbang BB tiap hari.
Tawarkan perawatan
mulut sebelum dan
sesudah makan .
Berikan makanan sedikit
tapi sering.
a. Membantu dan
mengidentifikasi
defisiensii dan
kebutuhan diet.
b. Perubahan kelebihan
0,5 kg dapat
menunjukkan
perpindahan
keseimbangan cairan.
c. Meningkatkan nafsu
makan
d. meminimalkan
anoreksia dan mual
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
15/17
Berikan diet tinggi
protein dan rendah garam.
Berikan makanan yang
disukai dan menarik
Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh:
BUN, albumin serum,
transferin, natrium, dan
kalium.
sehubungan dengan
status uremik
e. Memenuhi
kebutuhan protein,
yang hilang bersama
urine.
f. Pasien cenderung
mengonsumsi lebih
banyak porsi makanjika ia diberi beberapa
makanan
kesukanannya.
g. Indikator kebutuhan
nutrisi, pembatasan,
dan efektivitas terapi.
3 Setelah dilakukan
tindakan selama 3x24
jam
diharapkan Resiko
kehilangan cairan
tidak terjadi dengan
Kriteria Hasil: Tidak
ditemukannya atau
tanda-
tandanya kehilangan
cairan intravaskuler
seperti:
Masukan dan
keluaran seimbang
Tanda vital yang
a. Awasi TTV
b. Kaji masukan dan
haluaran cairan. Hitung
kehilangan tak kasat
mata.
c. Kaji membran mukosa
mulut dan elastisitas
turgor kulit
d. Berikan cairan sesuai
indikasi ; misalnya
a. Hipotensi ortostatik
dan takikardi indikasi
hipovolemia.
b. Membantu
memperkirakan
kebutuhan
penggantian cairan.
c. Membran mukosa
kering, turgor kulit
buruk, dan
penurunan nadi
dalah indikator
dehidrasi
d. penggantian cairan
tergantung dari
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
16/17
stabil
Elektrolit dalam
batas normal
Hidrasi adekuat yang
ditunjukkan dengan
turgor kulit yang
normal
albumin
e. Berikan cairan
parenteral sesuai
dengan petunjuk
f. Awasi pemerikasaan
laboratorium,
contoh protein
(albumin)
berapa banyaknya
cairan yang hilang
atau dikeluarkan.
e. Pemberian cairan
parenteral
diperlukan, dengan
tujuan
mempertahankann
hidrasi yang
adekuat.f. Mengkaji untuk
penanganan medis
berikutnya
4 Setelah dilakukan
tindakan selama 3x24
jam diharapkan Rasa
cemas berkurang
setelah mendapat
penjelasan dengan
kriteria: Klien
mengungkapkan
sudah tidak takut
terhadap tindakan
perawatan, klien
tampak tenang, klien
kooperatif.
a. Berikan motivasi
pada keluarga untuk
ikut secara aktif dalam
kegiatan perawatan
klien.
b. Jelaskan pada klien
setiap tindakan yang
akan dilakukan.
c. Observasi tingkat
kecemasan klien dan
respon klien terhadap
tindakan yang telah
dilakukan
a. Deteksi dini terhadap
perkembangan klien.
b. Peran serta keluarga
secara aktif dapat
mengurangi rasa
cemas klien.
c. Penjelasan yang
memadai
memungkinkan klien
kooperatif terhadap
tindakan yang akan
dilakukan.
-
8/10/2019 Bab II - Sindrom Nefrotik
17/17