bab ii sekilas sejarah balai kajian dan pengembangan ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_bab...
TRANSCRIPT
18
BAB II
SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA
MELAYU (BKPBM) DI YOGYAKARTA
A. Masyarakat Melayu Riau Di Yogyakarta
Yogyakarta merupakan kota dengan beragam julukan, seperi kota pendidikan,
kota pariwisata, kota budaya, serta kota toleransi. Ragam julukan ini merupakan suatu
daya tarik untuk mendatangkan banyak pengunjung ke wilayah ini tidak terkecuali
dari orang Riau. Alasan kedatangan orang Riau ke Yogyakarta umumnya untuk
mencari pendidikan, pekerjaan, maupun, tempat hidup ideal. Mereka datang sendiri,
bersama teman maupun membawa keluarga. Umumnya mereka akan kembali ke
kampung halaman namun ada pula yang akhirnya menetap di Yogyakarta.1
Untuk
memenuhi kebutuhan papan, sandang dan pangan maka seseorang akan melakukan
banyak upaya termasuk melakukan migrasi dari desa ke kota. Pemilihan kota sebagai
tujuan migrasi karena kota merupakan pusat perkembangan ekonomi dan keilmuan.
Pada tahun 2014 jumlah mahasiswa asal Riau sebanyak 14.221 jiwa. Jumlah
ini menempatkan mahasiswa asal Riau sebagai pendatang terbesar ke dua di
Yogyakarta.2 Selain pelajar Riau, banyak pula pelajar dari daerah lain yang datang ke
Yogyakarta. Perpindahan penduduk ini juga dibarengi dengan pertumbuhan jumlah
1Wawancara dengan Ridwan Usman, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau 2016- 2018 M
sekaligus tokoh Melayu Riau di Yogyakarta, pada tanggal 30 September 2018, di kediaman Ridwan
Usman Perum TNIA AD Jl. Kesatrian Gang Rambutan C20 Banguntapan Bantul Yogyakarta
2Meidyatama, “Mahasiswa Asal Riau Terbanyak Kedua di Yogyakarta”, antarariau, diakses
dari http://www.antarariau.com/index.php/first/artikel/, pada tanggal 20 September 2014 pukul 12.00
WIB
19
perguruan tinggi sehingga semakin menarik minat pelajar untuk datang ke wilayah
ini.
Dengan adanya kemajuan teknologi maka dapat mempermudah upaya
identifikasi keberadaan pelajar asal Riau di Yogyakarta. Kompleksitas kehidupan
masyarakat Riau di Yogyakarta sangat unik untuk diketahui. Untuk menguraikan
kondisi kehidupan mereka dapat dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:
1. Kondisi Sosial
Provinsi Riau terdiri dari 12 Kabupaten Kota yaitu Bengkalis, Indragiri Hilir,
Indragiri Hulu, Kampar, Kepulauan Meranti, Kuantan Sengingi, Pelalawan,
Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak, Kota Dumai dan Kota Pekanbaru. Selain itu,
provinsi ini juga terdiri dari banyak suku seperti Melayu, Bugis, Jawa, Banjar,
Minang.3 Kemampuan orang Riau dalam beradaptasi terhadap lingkungan baru
tidak lepas dari kondisi keberagaman dan kemajemukan di daerah asalnya.
Di Yogyakarta, masyarakat Riau cenderung mengelompokkan diri dalam
bentuk organisasi. Sehingga untuk mengetahui dinamika kehidupan mereka dapat
dilihat melalui wadah persatuan mereka ini. Contohnya organisasi yang
membawa nama- nama daerah di Riau seperti Ikatan pelajar Riau Yogyakarta
(IPR-Y), Ikatan Keluarga Riau (IKR), Ikatan pelajar Riau Yogyakarta Komisariat
Indragiri Hilir, Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, Kepulauan Meranti, Kuantan
3“Portal Data Inhil”, Portal Resmi Kabupaten INHIL, diakses dari https://www.inhilkab.go.id,
pada tanggal 20 September 2014 pukul 12.00 WIB
20
Sengingi, Pelalawan, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak.4 Keseluruhan organisasi ini
memiliki pengaruh besar bagi eksistensi kebudayaan Melayu dan masyarakat
Melayu Riau di Yogyakarta.
Secara umum karakteristik kehidupan masyarakat Melayu Riau di Yogyakarta
terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan pelajar dan golongan keluarga.
Golongan pelajar adalah mereka yang masih menempuh pendidikan di
Yogyakarta dan hidup dilingkungan pelajar lainnya. Sedangkan golongan
keluarga cenderung hidup hanya dengan keluarganya dengan menetap di rumah
sendiri.5 Perbedaan cara hidup kedua golongan ini disebabkan oleh kompleksitas
kebutuhan yang mereka miliki. Sehingga cara hidup kedua golongan ini memiliki
karakteristik yang berbeda, namun tidak dapat terpisahkan karena saling
berhubungan satu sama lain.
Salah satu keunikan masyarakat Melayu Riau di Yogyakarta yaitu adanya
asrama daerah. Asrama daerah baik permanen maupun semi permanen di
Yogyakara merupakan inventaris Pemerintah Daerah Riau. Saat ini sudah terdapat
11 asrama pelajar yang ada di Yogyakarta.6 Umumnya asrama ini hanya ditujukan
untuk kelompok pelajar. Keberadaan asrama di Yogyakarta sangat membantu
4 Wawancara dengan Ridwan Usman
5Ibid.
6Wawancara dengan Muhammad Iqbal Samsudin Ketua Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta tahun
2015- 2016 M, pada tanggal 27 Oktober 2018, di Asrama Putri Sri Gemilang Yogyakarta Jl Puntodewo
No 14b Sokowaten Bnaguntapan Bantul Yogyakarta
21
kaum pelajar dalam memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dan meminimalisir
pengeluaran dana pelajar.
Pada tahun 2018 jumlah asrama pelajar Riau yaitu 16 buah yang terbagi atas
asrama putera dan puteri. Selain untuk tempat tinggal, asrama juga digunakan
sebagai sekretariat organisasi. Sedangkan jumlah Organisasi daerah pelajar Riau
saat ini berjumlah 12 organisasi. Contohnya yaitu Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta
(IPR-Y) yang merupakan organisasi pusat pelajar Riau. Organisasi ini bertempat
di asrama putera Riau di jalan bintaran tengah no 02 Yogyakarta.7 Keberadaan
asrama menjadi faktor pendorong golongan pelajar untuk terus berkumpul dengan
pelajar lainnya dari Riau. Tempat ini menjadi sentral bagi kegiatan organisasi
pelajar Riau lainnya. Selain menjawab kebutuhan akan tempat tinggal, asrama
juga meningkatkan kemampuan pelajar Riau dalam berorganisasi.
Organisasi pelajar Riau di Yogyakarta saling berhubungan satu sama lain.
Hubungan yang dibangun biasanya dalam beberapa aspek seperti keilmuan,
olahraga, kesenian, dan keagamaan.8 Kerjasama ini bersifat timbal balik, yang
mana jika satu organisasi mengadakan suatu agenda maka organisasi daerah lain
diundang untuk berpartisipasi. Melalui kegiatan yang dilaksanakan bersama
maupun sebagai undangan maka hubungan sosial masyarakat Riau menjadi
semakin erat meskipun berada jauh dari kampung halaman.
7Wawancara dengan Muh Iqbal Samsudin
8Ibid.
22
Bagi orang Riau yang sudah berkeluarga biasanya mereka tergabung dalam
Ikatan Keluarga Riau (IKR). Organisasi ini berdiri sejak tahun 1975 hingga saat
ini. Kegiatan dari organisasi ini yaitu pengajian setiap jum’at. Adapun kegiatan
ini berfungsi sebagai wadah silaturahmi. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai
wadah pengembangan diri anggotanya seperti dalam hal ceramah keagamaan.9
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jauh dari kampung halaman, orang Melayu
Riau tetap bersatu dan melakukan beberapa kegiatan bersama.
Bagi orang Riau yang sudah berkeluarga, beradaptasi di lingkungan di
Yogyakarta tidak terlalu sulit. Hal pokok yang memudahkan mereka dalam
beradaptasi yaitu Agama Islam. Sehingga banyak diantaranya orang Riau
berprofesi sebagai da’i.10
Penerimaan masyarakat terhadap orang baru dinilai
yang dari melihat tingkah lakunya, dan orang Riau dapat dikatakan mudah
berdaptasi dengan berbekal nilai keislamannya. Agama menjadi modal utama
dalam adaptasi masyarakat Melayu Riau di Yogyakarta. Hal ini sangat efektif
karena mayoritas masyarakat Yogyakarta beragama Islam.
Selain agama, bahasa juga menjadi faktor pendukung yang efektif dalam
upaya beradaptasi di lingkungan yang baru. Hal ini dipermudah karena bahasa
Indonesia merupakan bahasa serapan dari bahasa Melayu. Sehingga dapat
mempermudah orang Riau dalam berkomunikasi khususnya para da’i asal Riau
dalam menyampaikan ceramahnya.
9Wawancara dengan Ridwan Usman
10
Ibid.
23
2. Kondisi Ekonomi
Pada tahun 1990-an masyarakat Riau yang datang ke Yogyakarta adalah
golongan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dapat terlihat pada kondisi pelajar
Riau, yang mana mereka masih kesulitan untuk memenuhi sarana belajar seperti
buku, kendaraan, dan alat komunikasi.11
Sedangkan saat ini, pelajar yang mampu
berkuliah di Yogyakarta adalah mereka yang berada di kelas ekonomi
menengah.12
Meningkatnya biaya pendidikan adalah salah satu faktor
keterbatasan pelajar untuk mengenyam pendidikan di Yogyakarta. Di sisi lain,
biaya hidup lainnya seperti akomodasi dan transportasi juga semakin meningkat.
Sehingga sedikit dari masyarakat Melayu Riau dapat hidup di kota perantauan.
Selain berprofesi sebagai pelajar, secara umum terdapat beberapa jenis mata
pencaharian orang Riau di Yogyakarta seperti dosen, wirausahawan, da’i,
politikus, wartawan, penulis. Namun profesi yang mendominasi adalah da’i dan
wartawan.13
Lingkungan masyarakat dan kultur di Yogyakarta memberikan
pengaruh terhadap dominasi profesi yang digeluti oleh Masyarakat Melayu Riau.
Menurut badan pusat statistik Yogyakarta tahun 2018, 92,63 persen
masyarakat Yogyakarta beragama Islam. Hal menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan banyak orang Riau berprofesi sebagai da’i. Sedangakan faktor yang
menyebabkan banyaknya orang Riau berprofesi sebagai wartawan adalah
11Wawancara dengan Muhammad Syafrudin Mahasiswa Riau angkatan tahun 1980-1986 dan
2001- 2004 M, pada tanggal 20 November 2018, di kediamannya Kota Solo Jawa Tengah
12
Wawancara dengan Ridwan Usman
13
Wawancara dengan Muhammad Syafrudin
24
kebutuhan akan informasi yang begitu besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa
meningkatnya teknologi informasi mendorong berkembangnya jumlah penulis
dan juga wartawan.
3. Kondisi Budaya
Orang Melayu yang berada di tanah perantauan cenderung merasakan rasa
kekeluargaan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan perasaan “senasib
sepenanggungan” yang cenderung hadir di tanah perantauan.14
Dengan adanya
kondisi seperti ini, beberapa praktek budaya Melayu Riau seperti bahasa,
makanan, pakaian, adat istiadat masih dipertahankan untuk semakin memperkuat
atmosfir kemelayuan diantara mereka.
Kegiatan bernuansa Melayu sering dilakukan orang Riau melalui
organisasinya. Kegiatan seperti upacara adat keagamaan dan perayaan hari besar
dilakukan dengan bernuansakan Islam. Contohnya yaitu acara pelantikan
pengurus ikatan pelajar dengan menggunakan adat sekapur sirih dan tabor beras
kunyit. Upacara ini biasanya dilakukan untuk melantik kepala adat di Riau.15
Kegiatan kemelayuan yang dilakukan orang Riau ini tidak lepas dari
eksistensinya. Menggunakan identitas budaya daerah dalam kegiatan merupakan
cara organisasi untuk mempertahankan eksistensinya. Tidak jarang orang Riau
juga menggunakan pakai adat Melayu yaitu baju kurung untuk memperlihatkan
salah satu symbol budayanya.
14
Ibid.
15
Wawancara dengan Ridwan Usman
25
Selain penggunaan pakaian adat Melayu yang menjadi simbol orang Melayu.
Adapula bahasa Melayu yang menjadi identitas orang Riau. Hal ini sangat kentara
dibandingkan karakteristik lainnya. Meskipun dialek setiap daerah berbeda- beda
namun penggunaan bahasa Melayu merupakan suatu kesamaan bagi orang Riau.16
Bahasa adalah alat komunikasi setiap manusia. Sehingga dengan massifnya
komunikasi yang dilakukan orang Riau akan terbangun kondisi yang baik untuk
bekerja bersama- sama.
Selanjutnya yaitu kuliner khas Melayu. Makanan khas Melayu adalah salah
satu hal pokok yang dapat dilihat di berbagai kegiatan yang dilakukan orang
Riau.17
Hal ini tidak lepas dari permasalahan selera terhadap perbedaan rasa
makanan di jawa dan Riau. Sehingga untuk menyesuaikan selera makan, biasanya
orang Riau tetap mempertahankan makanan khas Riau untuk dikonsumsi di
beberapa kegiatan bernuansa Melayu.
Corak yang terakhir adalah kesenian Melayu Riau. Biasanya pelajar Riau
memiliki sanggar seni masing- masing. Orang Riau aktif mempraktekkan seni
melalui sanggar dan komunitas.18
Yogyakarta sebagai kota budaya merupakan
salah satu daya tarik untuk berkompetisi memperlihatkan kesenian daerah yang
unik dan indah. Sehingga banyak orang Riau yang memperkenalkan
kebudayaannya melalui kesenian Melayu seperti tari, teater, hingga musik.
16
Ibid. 17
Ibid. 18
Ibid.
26
B. Awal Berdirinya Lembaga BKPBM
Budaya adalah aspek yang penting untuk membentuk jati diri manusia. Dalam
setiap kebudayaan terkandung nilai- nilai kearifan, filosofi hidup dan tuntunan
berprilaku yang akan membentuk jati diri manusia. Selain merupakan bagian dalam
kehidupan perorangan, budaya juga merupakan bagian besar dalam kesatuan bangsa.
Maka dari itu, memperkuat kebudayaan berarti memperkuat jati diri bangsa
Indonesia.
Pada tahun 1998 M Indonesia memasuki era reformasi. Di era ini penetrasi
kebudayaan Barat semakin tidak bisa terkontrol. Akibatnya banyak rakyat Indonesia
seakan kehilangan jati dirinya. Citra sebagai bangsa Timur yang lemah lembut dan
ramah, kini menjadi sosok beringas yang mampu mengadili sesama dengan tindakan
brutal dan memecah belah persatuan. Maka dari itu perlu digali kembali khazanah
dan nilai luhur kebudayaan asli bangsa Indonesia agar bangsa Indonesia dapat
menjadi bangsa yang kuat.
Budaya Melayu sebagai salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia juga mulai
mengalami dekadensi seiring semakin besarnya penetrasi kebudayaan Barat. Budaya
Melayu dianut sekelompok manusia yang akan selalu “berdialog” dengan budaya lain
dan saling memperngaruhi. Dari titik inilah budaya bisa berubah, bisa menghilang
ataupun semakin kuat. Maka dari itu budaya Melayu harus bisa beradaptasi, agar
tidak ditinggalkan oleh pendukungnya karena dianggap ketinggalan zaman. Hal yang
tidak bisa dirubah dari kebudayaan Melayu yaitu nilai luhurnya. Bentuk luar boleh
beradaptasi tapi esensi harus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan.
27
Kegelisahan ini menjadi latarbelakang lahirnya sebuah lembaga yang bernama
Balai Kajian dan Pengembangan Kebudayaan Melayu (BKPBM). Lembaga ini
dibentuk untuk menghidupkan kembali budaya Melayu secara luas sebagai perekat
kehidupan berbangsa dan bernegara yang secara faktual terdiri dari suku bangsa dan
budaya yang beraneka ragam.19
Pemahaman tentang budaya semestinya tidak
mempersempit kehidupan manusia melainkan semakin memperkuat nilai sosial
manusia tersebut. Terutama jika dihadapkan pada kenyataan bangsa Indonesia yang
kaya akan keragaman budayanya.
Lembaga BKPBM merupakan lembaga swasta yang didirikan pada tanggal 4 Juli
2003 di Yogyakarta.20
Lembaga yang didirikan oleh Mahyudin Al Mudra atau yang
biasa dipanggil Bang Mam ini, bertempat di Jalan Gambiran 85 Pandeyan,
Umbulharjo, Yogyakarta. Lembaga BKPBM memiliki motto “menjemput
moderenisasi tanpa meninggalkan tradisi, menjulang marwah tanpa melupakan
sejarah”.21
Dari motto “menjemput tradisi tanpa meninggalkan zaman”, menggambarkan
bahwa Lembaga BKPBM menyesuaikan budaya Melayu dengan kebutuhan zaman
dengan cara mengangkat kembali tradisi Melayu ke bumi. Artinya tradisi Melayu
dapat diaplikasikan kembali dalam kehidupan sehari- hari, sehingga budaya Melayu
19Arsip Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) tahun 2017.,
hlm. 1. 20
Ibid., hlm. 1.
21
Purnimasari, Pendiri Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, Mahyudin Al
Mudra, Kalau Rubuh Kota Melaka, Papan Di Jawa Kami Tegakkan, Riau Pos. 8 Agustus 2008, hlm.
20.
28
tetap eksis di tengah penganutnya.22
Motto ini timbul atas dasar banyaknya tradisi
Melayu yang sudah mulai pudar di masyarakat karena tidak menarik daripada
kebiasaan moderen. Oleh sebab itu perlu untuk mengembangkan tradisi tersebut agar
bisa diaplikasikan di zaman sekarang dan akan datang. Bagaimanapun, tradisi
merupakan kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat secara turun termurun. Jika
tradisi tidak lagi dipraktekkan maka seiring berjalannya waktu akan menghilang.
Kemudian motto “menjulang marwah tanpa melupakan sejarah” bermakna
Lembaga BKPBM hadir untuk mengangkat kembali kejayaan Melayu yang pernah
ada. Sejarah Melayu yang begitu panjang harus dituliskan dan dikenalkan kembali,
sehingga bangsa Melayu menjadi bangsa yang besar karena tidak melupakan
sejarahnya. Maka dari itu perlu untuk menggali, mengumpulkan, dan memelihara
berbagai peninggalan seni budaya Melayu sebagai dokumentasi sejarah dan budaya.23
Motto ini bermaksud untuk memberikan penegasan atas pentingnya memahami
sejarah Melayu secara utuh, sehingga khazanah Melayu dapat mengangkat derajat
bangsa Melayu. Namun sebaliknya jika sejarah tidak difahami sebagai sebuah
pembelajaran, maka perpecahan dengan alasan politik, ekonomi dan lainnya akan
mudah terjadi.
Lebih lanjut, dalam aktifitas manusia setiap harinya merepresentasikan
kecintaan masyarakat terhadap budaya yang dianutnya. Oleh sebab itu, perlu untuk
22Arsip Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) tahun 2017.,
hlm. 2.
23Mahyudin Al Mudra. Redefinisi Melayu: Upaya Menjembatani Perbedaan Konsep
Kemelayuan Bangsa Serumpun (Yogyakarta: ADICITA Karya Nusa, 2008), hlm. 11.
29
mempraktekkan tradisi kebudayaan Melayu seperti kesenian Melayu dalam beberapa
kegiatan. Sebaliknya di zaman sekarang praktek ini semakin hilang. Kurangnya ilmu
serta pemahaman merupakan menyebabkan utama dari dekadensi ini. Akibat yang
ditimbulkan yaitu tidak adanya regenerasi yang faham dengan budaya Melayu. Salah
satu contohnya yaitu hilangnya seniman Melayu karena masyarakat lebih menyukai
kesenian modern daripada kesenian Melayu.
Lembaga BKPBM lahir dari perjalanan sejarah yang begitu panjang. Untuk
menelusuri sejarah lahirnya Lembaga BKPBM, dapat dilihat sejak tanggal 22
Oktober 1987 M tepatnya saat berdirinya percetakan ADICITA Karya Nusa oleh
Mahyudin Al Mudra. Percetakan ini didirikan untuk mengembangkan kebudayaan
Melayu melalui tulisan. Tujuan lain dibentuknya percetakan ini yaitu untuk
mewadahi penulis- penulis yang memiliki kesadaran sama tentang kebudayaan.
Percetakan inilah yang menjadi pondasi awal berdirinya Lembaga BKPBM.24
Tulisan merupakan cara awal untuk mengakomodir keperluan pengembangan
budaya Melayu. Tidak berlebihan jika langkah ini dikatakan massif untuk
mengurangi fenomena javanisasi yang mendominasi tulisan di Indonesia khususnya
sebelum masa reformasi. Fenomena ini telah banyak mengakibatkan orang Melayu
lebih mengenal budaya Jawa dari pada budayanya sendiri. Hal ini tergambarkan
melalui buku sejarah di sekolah yang memaparkan sejarah kerajaan di Jawa
dibandingkan sejarah kerajaan lainnya. Sehingga banyak yang lebih mengenal sejarah
24Wawancara dengan Juni Mahsusi staff ADICITA karya nusa tahun 2013- 2015 M, pada
tanggal 28 Oktober 2018, melalui Telpon
30
Kerajaan Majapahit dari pada sejarah Kerajaan Siak, Indragiri, ataupun Kerajaan
Riau yang notabenenya adalah kerajaan Melayu yang ada di Indonesia. Kemudian
cerita rakyat Nusantara juga banyak memaparkan cerita bernuansa jawa seperti
sangkuriang.
Pada tanggal 8 Maret 2001 M, ADICITA Karya Nusa memperoleh
penghargaan KEHATI AWARD di kategori Citra Lestari KEHATI. Penghargaan ini
diberikan kepada katua lembaga oleh presiden RI Soekarno Putri.25
Jauh sebelum
penghargaan ini, ADICITA sudah menerima penghargaan IKAPI berturut- turut sejak
tahun 1998 hingga tahun 2004.26
Banyaknya penghargaan yang diterima ADICITA
tidak lepas dari sumbangsihnya terhadap pendidikan serta kebudayaan. Dengan
adanya percetakan ADICITA tentunya menambah jumlah referensi bernuansa
kebudayaan. Selain itu, bertambah pula jumlah penulis dan peminat budaya. Lebih
daripada itu, kebudayaan Melayu juga lebih dikenal oleh masyarakat sehingga nilai
keberagaman di Indonesia semakin dikenal.
Dengan banyaknya Penghargaan yang didapatkan ADICITA. Maka
percetakan ini mulai dikenal banyak pihak sehingga meningkatkan jumlah penawaran
untuk mencetak di percetakan ini. Kondisi ini dijelaskan oleh salah satu mantan staf
ADICITA yaitu Juni Mahsusi yang mana ADICITA pernah menerbitkan buku
dengan jumlah yang begitu banyak sehingga gedung percetakan yang dimiliki
ADICITA tidak dapat menampung buku tersebut. Untuk itu disewa satu gedung
25
Arsip ADICITA Karya Nusa kliping penghargaan yang diterima.
26
Ibid.
31
untuk menampung buku yang akan dicetak. Jumlah ini tentunya sejalan dengan
perolehan pendapatan yang besar di ADICITA27
Tahap selanjutnya untuk melihat sejarah Lembaga BKPBM yaitu
pembangunan rumah Melayu. Pembangunan rumah ini tidak lepas dari kesuksesan
yang telah diperoleh ADICITA Karya Nusa sebagai percetakan Riau. Dengan
banyaknya jumlah produksi buku di percetakan ini maka menambah pemasukan uang
Bang Mam. Maka dari itu, dengan uang dimilikinya ia mampu memuaskan hasrat
kecintaanya pada budaya Melayu melalui pendirian rumah bernuansa Melayu.28
Rumah ini dinamai Rumah Melayu. Adapun total anggaran yang dihabiskan dalam
pembangunan ini yaitu kurang lebih Rp. 3 miliyar. Seluruh anggaran ini merupakan
uang pribadinya yang ia tabung selama 21 tahun.29
Mahyudin Al Mudra adalah seorang yang perfeksionis, sehingga pada awal
proses pembangunan rumah Melayu pencarian serta pengumpulan data untuk rumah
Melayu dilakukan ke berbagai wilayah di Indonesia hingga ke luar negeri seperti ke
Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura. Riset ini dilakukan agar rumah
yang akan dibangun benar- benar sesuai dengan budaya Melayu. Setelah proses riset,
dilakukan pengumpulan bahan baik untuk keperluan interior maupun eksterior.
Proses yang cukup sulit menghadiahkan sebuah rumah dengan bernuansakan Melayu
27Wawancara dengan Astrin Indriaswati, Staff Pelaksana Harian Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu Tahun 2014- 2018 M, pada tanggal 24 September 2018
28
Wawancara dengan Juni Mahsusi
29
Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra, Pendiri sekaligus Ketua Lembaga Balai Kajian
dan Pengembangan Budaya Melayu, pada tanggal 4 November 2018, di Kantor percetakan ADICITA
Karya Nusa
32
baik dari segi arsitektur bangunan, interior serta eksterior rumah tersebut. Di dalam
rumah tersebut terdapat perpustakaan mini yang memuat tulisan- tulisan Melayu kuna
dan literatur tentang kebudayaan Melayu. Kemudian ada pula museum benda- benda
bersejarah Melayu, seperti senjata, pakaian, alat rumah tangga, replika istana
Melayu.30
Seluruh proses yang begitu rumit dalam pembangunan rumah Melayu tentu
saja dapat menggambarkan sosok kepribadian Bang Mam yang perfeksionis. Begitu
pula dalam hal dedikasi terhadap kebudayaan Melayu. Setelah Rumah Melayu
berdiri, Ia merasa bahwa rumah ini tidak memiliki arti jika hanya dinikmati sendiri.
Maka dari itu dibentuklah Lembaga BKPBM yang berpusat di rumah Melayu.
Artinya rumah pribadinya didonasikan seutuhnya kepada Kebudayaan Melayu.
Sedangkan Ia pindah dan tinggal di kantor percetakan ADICITA di jalan
Sisingamaraja No 27, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta.31
Berdasarkan keunikan perjalanan sejarah Lembaga BKPBM, terdapat
beberapa fase sejarah bagi lembaga ini. Fase pertama yaitu fase perkenalan Lembaga
BKPBM kepada khalayak umum. Upaya yang diambil untuk memperkenalkan
Lembaga BKPBM yaitu mengundang masyarakat datang ke Lembaga BKPBM. Cara
yang ditempuh untuk mengundang masyarakat dilakukan baik secara verbal maupun
tulisan. Pelaksanaan kegiatan bedah buku dan diskusi merupakan salah satu bentuk
upaya yang cukup efektif agar mendatangkan tamu ke Lembaga BKPBM.
30
Ibid . 31
Ibid.
33
Keunikan dalam fase ini yaitu Lembaga BKPBM cenderung
merepresentasikan kebudayaan Melayu Riau. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan besar
yang diprakarsai Lembaga BKPBM pada tanggal 26 Juni 2003 yaitu pemberian gelar
Sri Amanah Dwi Wangsa kepada Sri Sultan Hamengkubowono X oleh Lembaga
Adat Melayu (LAM) Riau di Pekanbaru.32
Kegiatan ini bertujuan untuk
mempersatukan dua kebudayaan menjadi satu kesatuan. Artinya Lembaga BKPBM
berkontribusi dalam menjembatani masuknya kebudayaan Melayu Riau di Jawa
begitu pula sebaliknya.
Kecendrungan di fase awal ini, dapat dirasionalisasi dengan beberapa alasan.
Alasan pertama yaitu Riau adalah kampung halaman pendiri Lembaga BKPBM,
sehingga target awal untuk mengembangkan kebudayaan Melayu adalah Melayu
Riau. Artinya dalam hal ini kedekatan subjektif menjadi faktor utamanya. Alasan
selanjutnya yaitu keberadaan lembaga adat Melayu (LAM) Riau. Lembaga ini
dibentuk oleh tokoh- tokoh Melayu seperti ulama, budayawan maupun pejabat
pemerintah Riau pada tanggal 6 Juni 1970.33
Kerjasama yang dilakukan Lembaga BKPBM dengan LAM Riau memberikan
keuntungan kedua belah pihak. Meskipun telah lama berdiri, LAM Riau tidak terlalu
aktif dalam melakukan kegiatan. Sehingga perkembangan kebudayaan Melayu Riau
yang seharusnya dapat dimotori oleh lembaga ini tidak berjalan massif. Sedangkan
32 Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM selama 12 tahun (4 juli 2003- 4 juli 2015)
(Yogyakarta: ADICITA Karya Nusa, 2008), hlm. 16.
33
“Profil Lembaga Adat Melayu”,LAM Riau, diakses dari http://lamriau.id/profil-lam-riau/,
pada tanggal 28 November 2018 pukul 01.00 WIB
34
urgensi untuk mengembangkan kebudayaan Melayu di Riau sangat diperlukan, hal ini
karena Riau adalah wilayah Melayu. Di lain pihak, kerjasama ini akan mendukung
peningkatan kegiatan LAM sekaligus kegiatan budaya Melayu di Riau. Lembaga
BKPBM juga lebih mudah untuk memperkenalkan diri ke masyarakat Riau.
Kontak Lembaga BKPBM dengan Provinsi Riau yang telah dilakukan sejak
awal berdirinya memberikan hasil yang memuaskan. Pengakuan pertama atas
kontribusi lembaga ini di dunia Melayu diterima dalam bentuk penghargaan. Pada
tanggal 17 November 2003, Yayasan Sagang Riau Post memberikan Anugrah Sagang
kepada Lembaga BKPBM untuk kategori Karya Riau Pilihan Sagang 2003. Adapun
karya yang dimaksud adalah buku Rumah Melayu Memangku Adat Menjemput
Zaman.34
Penghargaan ini diberikan kepada tokoh atau sesuatu atas sumbangsihnya
terhadap budaya Melayu sehingga mampu menggerakkan dunia Melayu dalam ranah
tertentu. Adapun buku Rumah Melayu berisi pengetahuan dalam hal arsitektur
Melayu. Dengan adanya pemberian gelar ini, maka dapat memotivasi banyak pihak
untuk mengembangkan seni arsitektur Melayu.
Perangkulan Lembaga BKPBM kepada masyarakat Melayu Riau tidak hanya
dilakukan di daerah asalnya namun juga di Yogyakarta. Masyarakat Melayu di
Yogyakarta perlu untuk dirangkul dalam proses pengembangan budaya Melayu,
karena budaya tidak akan berkembang jika penganut budaya tersebut tidak mengenal
budayanya. Maka dari itu pada tanggal 6 Agustus 2004 dilaksanakan workshop
34Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM, hlm .33.
35
Penulisan dan Penyusunan Sejarah Perjuangan Rakyat Riau tahun 1942- 2002.35
Kegiatan workshop ini dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan Melayu Riau.
Selain mendorong masyarakat Melayu Riau mengembangkan budayanya di
Yogyakarta. Bagaimanapun Yogyakarta adalah kota budaya dan pariwisata.
Program kerja Lembaga BKPBM yang direalisasikan dalam bentuk beberapa
kegiatan. Dalam masa ini, lembaga mulai dikenal di masyarakat. Terjadi peningkatan
jumlah tamu yang berkunjung baik dengan alasan berwisata, menjalin kerjasama,
maupun menghadiri kegiatan yang diprakarsai oleh lembaga. Contohnya pada
kegiatan milad Melayuonline ke dua. Pada kegiatan ini datang beberapa Raja
Nusantara untuk berdiskusi dalam rangkaian acara milad Melayuonline. Mereka
adalah Raja Landak bernama Gusti Suryansyah, Raja Sanggau bernama Gusti Arman,
Raja Palembang Darussalam bernama Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dan Raja
Serdang bernama Tengku Luckman Sinar Basharsah II.36
Raja merupakan simbol
kerajaan melayu yang hingga saat ini masih ada dibanyak Negara. Namun posisi
mereka tidak lagi memegang kendali politik di wilayahnya sebagaimana pada masa
kerajaan dimasa lalu.
Selain tamu, Lembaga BKPBM juga menerima undangan untuk wawancara
maupun liputan media cetak, radio dan televisi ditingkatan lokal, nasional maupun
internasional. Seperti pada tanggal 4 agustus 2004 wawancara oleh Rane Hafidz
dalam Radio Singapura dengan tema “Pranala” Perjalanan Pulang Kampung Budaya
35 Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM, hlm .8.
36
“Melayuonline.com:pusat data melayu dan kemelayuan sedunia”,
www.mahyudinalmudra.com, diakses pada tanggal 5 November 2018
36
Melayu. Wawancara ini memperlihatkan bahwa Lembaga BKPBM mulai dikenal di
Singapura. Kemudian pada tahun ini pula Lembaga BKPBM menerima penghargaan
Anugrah Kebudayaan RI dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Rapublik
Indonesia pada tanggal 17 November 2004 M.37
Secara internal Lembaga BKPBM
juga tetap aktif melahirkan buku, yang mana pada masa ini Lembaga BKPBM
menerbitkan 61 buku bertajuk kebudayaan Melayu.`
C. Perkembangan Lembaga BKPBM
Pada sub bahasan ini akan dibagi menjadi dua bagian yaitu masa kemajuan
dan masa kemunduran Lembaga BKPBM. Pembagian ini berdasarkan pada
karakteristik kedua masa tersebut. Masa kemajuan dinilai dari meningkatnya kegiatan
serta pamor Lembaga BKPBM dalam maupun luar negeri. Sedangkan pada fase
kemunduran dinilai dengan menurunnya kegiatan serta aktifitas lembaga.
Masa kemajuan Lembaga BKPBM dimulai sejak tahun 2007 M, yang mana
diterbitkannya sebuah website bernama Melayuonline.com pada tanggal 20 januari
2007. Tujuan penerbitan website ini untuk lebih dekat dengan masyarakat serta
mempermudah masyarakat mengenal Lembaga BKPBM.38
Usaha untuk
menggunakan media internet untuk mempromosikan lembaga dinilai sangat efektif,
karena internet adalah media informasi yang diakses banyak pihak dan tidak terbatas
37
Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM, hlm .33.
38Ibid., hlm.1.
37
usia. Setelah satu tahun menjalankan website Melayuonline maka Lembaga BKPBM
kembali menerbitkan beberapa website lainnya, yaitu:39
1. http://www.wisataMelayu.com pada tanggal 20 Januari 2008
2. http://www.rajaalihaji.com pada tanggal 20 Maret 2008
3. http://www.ceritarakyatnusantara.com pada tanggal 20 Januari 2009
4. http://www.tengkuamirhamzah.com pada tanggal 20 September 2010
5. http://www.kerajaannusantara.com pada tanggal 2 Februari 2011
6. http://www.indonesiawonder.com pada tanggal 22 Oktober 2011
Penerbitan website ini merupakan realisasi program Lembaga BKPBM dalam
menggali, mengumpulkan, dan memelihara serta mengekalkan berbagai kekayaan
tradisi Melayu dengan cara yang tidak tradisional yakni melalui teknologi
informasi.40
Penggunaan website dapat mempermudah lembaga untuk
mengumpulkan bagian tradisi dan budaya Melayu yang tepisah baik disebabkan
waktu, batasan politik, geografis dan dapat disatukan kembali menjadi satu kesatuan
yang utuh.
Pengelolaan website ini dilakukan oleh tenaga kerja yang professional.
Contohnya dalam upaya penghimpunan data tentang hal ikhwal dunia Melayu dari
berbagai sumber pustaka dan ratusan media cetak dan online, diklasifikasikan dalam
kerangka struktur yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.41
Contohnya
39
Ibid., hlm.1-2.
40
Wawancara dengan Astrin Indriaswati
41
Ibid.
38
dalam pemilihan tulisan yang akan dimuat dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu
oleh staf redaksi kemudian melalui persetujuan oleh ketua lembaga baru kemudian
dapat diupload kedalam website lembaga. Dapat diketahui bahwa website yang
dibentuk Lembaga BKPBM tetap mempertahankan keabsahan data yang akan
dimuat.
Melalui website- website yang dimiliki Lembaga BKPBM, setiap kegiatan
dimasukkan dalam website sehingga jumlah pengunjung Lembaga BKPBM
bertambah. Tercatat pada tahun 2009 pengunjung Melayuonline mencapai 22,7 juta
dari 102 negara. Kemudian wisatamelayu.com sebanyak 4,6 juta pengunjung dan
rajaalihaji.com sebanyak 183 ribu pengunjung. Selain itu website
ceritarakyatnusantara.com dalam satu bulan dikunjungi 8.066 pengunjung.42
Antusiasme masyarakat dalam mengakses website ini menunjukkan bahwa kebutuhan
terhadap sumber pengetahuan tentang budaya Melayu banyak diminati. Peningkatan
pengunjung website maupun lembaga mendorong lembaga untuk semakin aktif
dalam membuat inovasi dan perbaikan demi meningkatkan kinerja Lembaga
BKPBM.
Untuk memaksimalkan kualitas Lembaga BKPBM maka dibuatlah beberapa
perbaikan pada internal. Perbaikan tersebut dalam hal struktural Lembaga BKPBM.
Sebelumnya adanya website lembaga, struktur hanya terdiri dari pendiri, staff
administrasi dan pelaksana harian dan konsultan. Namun sejak tahun 2007 struktural
42Purnimasari, Pendiri Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, hlm 20
39
semakin kompleks. Susuran struktural inilah yang dipertahankan hingga tahun 2018.
Adapun susunan struktur Lembaga BKPBM tahun 2018 yaitu:43
Ketua : Mahyudin Al Mudra, SH.MM.MA
Pelaksana harian : Astrin Indriaswati, SE
Humas : Dr. Novi Siti Kussuji Indraastuti, M. Hum
Marta sinaga
Yuhastina, MA
Desain Grafis : Ong Haru Wahyu
Hendry Artiawan Yudhistira
Staf Redaksi Melayuonline.com :
Samsuni, M.Hum
Ahmad Salehuddin, MA
Andr Rosadi, M.Hum
Win Listyaningrum A, MA
Ali Ghufron, S.Sos,MA
Ahmad Baihaqie, Lc, MA
Staf administrasi : Agus Nadjib, S.Ag
Konsultan : Dr. Aris Arif Mundayat (Indonesia)
Prof. Dr. Mohd Sharifuddin Yusop (Malaysia)
Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa- Putra (Indonesia)
Prof. Dr. Sjafri Sairin, MA (Indonesia)
Prof. Dr. Ding Choo Ming (Malaysia)
Prof. Dr. Syed Farid Alatas (Singapura)
Dr. Minako Sakai (Australia)
Penambahan dalam struktur yang baru yaitu staf redaksi Melayuonline. staf
redaksi inilah yang bertugas untuk mengelola weluruh website lembaga. Langkah
untuk melakukan perombakan struktur pengurus adalah langkah yang sangat strategis
sebagai sebuah lembaga. Dengan adanya struktur yang baik maka akan meningkatkan
produtifitas kerja pegawai, sehingga tidak ada tumpang tindih kerja. Kinerja pegawai
lembaga tidak terbatas pada kegiatan di kantor saja, namun juga dapat mencapai
keluar wilayah kantor melalui media internet.
43
Arsip Lembaga BKPBM tentang kegiatan lembaga tahun 2016, hlm. 2.
40
Bertambahnya jumlah pekerja juga perlu dibarengi dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusianya. Kualitas yang dibutuhkan sebagai pegawai di
Lembaga BKPBM yaitu kemampuan komunikasi serta pengetahuan tentang dunia
Melayu. Menyikapi hal ini, pada tahun 2008 M pegawai lembaga diikutsertakan
dalam beberapa pelatihan bahasa, kepustakaan, serta fotografi.44
Kegiatan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pekerja Lembaga BKPBM sehingga dapat
bekerja semaksimal mungkin serta menarik minat pengunjung lembaga. Kemampuan
bahasa yang baik mendorong pegawai lembaga untuk pro aktif membangun
komunikasi baik secara offline maupun online kepada pengunjung.
Eksistensi Lembaga BKPBM sebagai lembaga budaya Melayu diperkuat
dengan cara mengadakan kegiatan- kegiatan yang bersifat kemelayuan. Kegiatan
tersebut berupa kegiatan diskusi, seminar, gelar budaya Melayu, dan masih banyak
lagi. Kemudian untuk regenerasi pemerhati kebudayaan Melayu dibuat pula kegiatan
lomba seperti menulis karya ilmiah tentang Melayu.
Pada fase ini, Lembaga BKPBM mempoleh beberapa penghargaan seperti
penghargaan Anugrah Sagang dari Yayasan Sagang Riau Post untuk kategori
Anugrah Serantau Pilihan Sagang di Pekanbaru Riau pada tanggal 28 November
2008. Kemudian penghargaan kepada Bang Mam sebagai Tokoh Pemersatu Melayu
Serantau oleh Lembaga Adat Melayu Serantau (LAMS) pada tanggal 28 Mei 2009.45
Penghargaan merupakan sesuatu yang sakral dan tidak diberikan tanpa adanya suatu
44
Ibid., hlm. 39.
45
Ibid., hlm. 34.
41
alasan. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap suatu tindakan karna
adanya pengaruh yang telah diberikannya.
Pada tanggal 18 Mei 2009 Bang Mam menjalani operasi di rumah sakit Panti
Rapih Yogyakarta atas penyakit hernianya.46
Dengan adanya penurunan kesehatan
ketua lembaga, terjadi penurunan aktifitas lembaga ini khsusunya untuk kegiatan
eksternal. Hal ini dikarenakan kegiatan eksternal lembaga merupakan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab ketua lembaga.47
Dari permasalahan ini diketahui bahwa
kekurangan dari Lembaga ini yaitu lembaga bertumpu pada satu orang yaitu ketua
lembaga. Lembaga yang baik seharusnya tidak bertumpu pada satu orang saja.
Tumpang tindih kinerja tentunya akan menghambat pertumbuhan lembaga. Utamanya
sebuah lembaga harus memiliki sinergitas tinggi di setiap bagiannya. Untuk
mengatasi masalah ini perlu adanya pembentukan bagian khusus untuk menjalankan
kegiatan eksternal lembaga.
Sejak tahun 2009, terjadi penurunan kegiatan lembaga. Selain karena alasan
kesehatan ketua lembaga, permasalahan lain yaitu keuangan. Agenda dikurangi
karena setiap kegiatan akan memakan dana yang cukup besar. Sebagaimana
dikatakan Bang Mam, yaitu:
Abang sudah banyak menghabiskan dana untuk balai Melayu ini, kalau nak
dihitung bisa lebih 7 miliyar. Mau buat kegiatan itu banyak dananya, adapun
pemerintah datang ngasi janji mau beri dana tapi dak pula dikasi, kita
keluarkan duit setiap mereka datang, kasi makan, kasi minum nak ratusan ribu
46
Wawancara Mahyudin Al Mudra
47
Wawancara dengan Oki Supriadi Staf BKPBM tahun 2014- 2015 M, pada 23 September
2018.
42
juga. Belum lagi mau buat seminar dan segala macam itu harus makan dana
besar. Jadi itulah, abang juga sudah mulai meminimalisir kegiatan karena
sudah tua.48
Dari wawancara diatas diketahui bahwa Lembaga BKPBM juga memiliki
permasalahan yaitu bertumpunya keuangan lembaga pada kondisi ekonomi Bang
Mam selaku ketua lembaga. Usaha yang dijalankannya seperti percetakan, saham,
dan kuliner. Usaha ini merupakan usaha yang dapat mengalami fruktuasi sehingga
tidak dapat menjadi pegangan untuk mendanai kebutuhan lembaga yang begitu besar.
Dampak dari permasalahan adalah terjadi penurunan lembaga secara keseluruhan,
karena aktifitas lembaga terkendala baik secara internal maupun eksternal. Masa
inilah merupakan permulaan kemunduran Lembaga BKPBM.
Diketahui bahwa uang yang harus dikeluarkan Lembaga BKPBM setiap
bulannya sedikitnya Rp.75 juta. Alokasi ini untuk sewa satelit Rp. 19 juta, kemudian
gaji 24 orang pegawai baik untuk menangani operasional website, listrik, air, cetak
buku, perawatan museum, perpustakaan serta pengumpulan bahan dari berbagai
wilayah.49
Untuk mengatasi permasalahan ini, lembaga melakukan perombahan
terhadap beberapa ruangan di kantor Lembaga BKPBM menjadi kamar hotel pada
tahun 2011. Saat ini 7 kamar di rumah Melayu dirubah menjadi kamar hotel yang
diharapkan dapat mendanai kebutuhan keuangan lembaga sendiri.50
Menciptakan
usaha mandiri lembaga merupakan jalan yang baik agar sumber keungan lembaga
tidak bergantung pada pihak- pihak tertentu.
48
Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra
49
Praken, Mahyudin Gila Karena Keris Melayu, Koran Kompas. 8 Agustus 2008, hlm. 18-19. 50
Wawancara dengan Astrin Indriaswati
43
Selain dari usaha mandiri lembaga, permasalahan dana juga dapat diatasi
dengan cara pengajuan permohonan dana kepada pemerintah. Dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang pedoman fasilitasi organisasi
kemasyarakatan bidang kebudayaan, keraton, dan lembaga adat dalam pelestarian dan
pengembangan budaya daerah diatur bahwa pemerintah melalui menteri dalam negeri
memiliki tugas untuk memfasilitasi lembaga adat dalam pengembangan
kebudayaan.51
Jika merujuk pada peraturan tersebut maka Lembaga BKPBM juga
memiliki hak untuk mendapatkan dana dari pemerintah. Namun fakta yang ada yaitu
hal ini tidak pernah terealisasi.
Usaha lembaga untuk meminta bantuan dana kepada pemerintah pernah
dilakukan dalam beberapa kesempatan baik secara tertulis maupun dalam dialog
langsung. Permasalahan keuangan ini juga pernah diutarakan Bang Mam dalam
wawancaranya di Riau Pos pada 8 Februari 2009. Yang mana Ia mengatakan bahwa,
Selama ini, kegiatan BKPBM saya danai secara pribadi. Sudah sangat banyak
pejabat yang berkunjung dan terkesan memuji, berjanji akan bantu mendanai,
tapi hampir semua ingkar janji. Sedangkan dana yang diperlukan sangat besar.
Karena ada penelitian lapangan, pengumpulan benda peninggalan budaya
yang terserak di berbagai wilayah, menerbitkan Riau, melaksanakan diskusi,
workshop, seminar, menampilkan kesenian untuk memperkenalkan seni
Melayu, belum lagi operasional pengelolaan website.52
Dari pernyataan diatas, pemerintah provinsi Riau khususnya dikatakan telah
memberikan janji untuk memberikan bantuan dana namun tidak direalisasikan. Hal
51Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang pedoman fasilitasi
organisasi kemasyarakatan bidang kebudayaan, keraton, dan lembaga adat dalam pelestarian dan
pengembangan budaya daerah
52Purnimasari., Pendiri Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, hlm. 20.
44
ini merupakan keritikan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan pihak yang
secara aktif melakukan pengembangan kebudayaan Melayu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran Lembaga BKPBM tidak lepas
dedikasi Bang Mam. Dedikasi dan kerja keras yang telah Ia berikan kepada
kebudayaan Melayu melalui Lembaga BKPBM merupakan prestasi besar. Prestasi
ini juga diakui banyak pihak, sebab konsistensi dan kerja nyata yang telah
diperlihatkan selama bertahun- tahun dapat membuka mata setiap orang yang
mengerti akan urgensi kegiatan memeprtahankan budaya adalah besar. Sehingga atas
latar belakang tersebut, Ia selaku pemangku Lembaga BKPBM menerima beberapa
penghargaan berupa gelar kebangsawanan dari berbagai pihak, di antaranya:53
1. Datuk Cendekia Hikmatullah dari Kesultanan Serdang, Sumatra Utara pada
tanggal 27 Juli 2009
2. Pangeran Nata Waskita dari Kesultanan Mempawah, Kalimantan Barat pada
tanggal 2 Februari 2012
3. Datuk Seri Citrawangsa dari Kesultanan Matan Tanjungpura, Kalimantan
Barat pada tanggal 3 Maret 2013
4. Darjah Kebesaran Paduka Mahkota Palembnag Darussalam “Datuk Pangeran
Disastro Mahyudin Al Mudra” dari Kesultanan Palembang Darussalam pada
tanggal 16 September 2013
53
Ibid., hlm. 55.
45
Pemberian gelar adat merupakan bentuk apreasiasi kepada seorang yang
ditokohkan. Gelar ini juga bekaitan dengan pengaruh yang diberikan Bang Mam
terhadap dunia Melayu.
46
BAB III
PROGRAM KERJA DAN KEGIATAN BALAI KAJIAN DAN
PENGEMBANGAN BUDAYA MELAYU (BKPBM) DI YOGYAKARTA
Sebuah lembaga maupun organisasi tentunya memiliki program kerja.
Program tersebut kemudian direalisasikan dalam bentuk kegiatan. Upaya ini
merupakan jalan untuk mencapai cita- cita yang diharapkan lembaga tersebut.
Adapun kegiatan yang dilakukan Lembaga BKPBM dibagi menjadi tiga kategori
kegiatan yaitu pengumpulan benda peninggalan sejarah Melayu, pengkajian
kebudayaan Melayu dan pengembangan budaya Melayu. Pengelompokan ini
berdasarkan program kerja yang memiliki kesamaan kriteria.
A. Penyelamatan Benda Peninggalan Sejarah Melayu
Penyelamatan peninggalan sejarah Melayu merupakan kegiatan mencari dan
mengumpulkan benda- benda bersejarah Melayu. Penyelamatan dilakukan dengan
cara menduplikasi, mereplikasi serta mengoleksi benda tersebut. Kegiatan ini
merupakan realisasi dari program mendokumentasi, menginventerisasi, mengoleksi
dan menyelamatkan naskah- naskah sastra lama dan benda seni dari budaya
Melayu.54
Sebagai sebuah lembaga budaya maka kegiatan ini harus dilakukan. Hal ini
menunjukkan penghargaan lembaga terhadap sejarah lahirnya kebudayaan yang
begitu besar. Sebaliknya, jika tidak dilakukan penyelamatan maka benda tersebut
54
Arsip Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) tahun 2017., hlm. 3.
47
akan hilang dari peradaban dan generasi penerus tidak mengetahui wujud peradaban
Melayu di masa lalu.
Untuk menunjang kegiatan ini, maka diperlukan proses riset untuk menelusuri
sisa peradaban tersebut. Pada tahun 2004 Bang Mam melakukan pencarian data
tentang Melayu di Belanda. Adapun tempat yang dituju yaitu Perpustakaan Leiden,
Museum Tropen, dan tempat lainnya di Amsterdam selama satu bulan.55
Banyaknya
data - data tentang Melayu di Belanda membuka jalan untuk proses pencarian di
daerah lainnya.56
Beberapa tempat yang dituju lembaga untuk riset seperti
Kalimantan, Sumatra, Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand.57
Minimnya catatan sejarah Melayu di kawasan Melayu merupakan dampak
dari kolonialisasi dalam jangka waktu panjang. Belanda melakukan kolonialisasi di
Nusantara sejak abad 16 M. Dalam rentang waktu yang berabad- abad maka banyak
catatan serta peninggalan sejarah Nusantara khususnya Indonesia di Negara Belanda.
Selain itu kurangnya kesadaran sejarah juga menjadi faktor penyebab tidak adanya
dukungan baik dari pihak pemerintah maupun swasta untuk menyelamatkan benda
bersejarah kebudayaannya.
Setelah riset selesai dilakukan Lembaga BKPBM, maka proses selanjutnya
yaitu pengumpulan serta penyelamatan benda bersejarah Melayu. Proses tersebut
55
Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM selama 12 tahun (4 juli 2003- 4 juli 2015) (Yogyakarta: ADICITA Karya Nusa, 2008), hlm. 18.
56
Wawancara dengan Juni Mahsusi staff ADICITA karya nusa tahun 2013- 2015 M, melalui telepon pada 28 Oktober 2018.
57 Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan., hlm. 18.
48
dilakukan ke berbagai daerah baik di Indonesia maupun di luar negeri. Untuk itu
lembaga mendatangi tempat - tempat yang potensial untuk proses ini. Contohnya
istana kerajaan Melayu, masjid, museum maupun tempat situs Melayu berada.
Salah satu kunjungan Lembaga BKPBM yaitu ke Malaysia tepatnya di Istana
Lama Seri Menanti dan Museum Diraja Seri Menanti, Negeri Sembilan pada tanggal
8 Desember 2007. Kemudian pada tanggal 9 Desember 2007 kunjungan ke Museum
Malaka dan Benteng Portugis di Malaka.58
Dari kunjungan ini Lembaga BKPBM
dapat melakukan penyelamatan benda bersejarah Melayu yaitu keris. Keris adalah
senjata tradisional Melayu yang digunakan untuk pertahanan terdapat 14 buah keris
yang telah diduplikasi oleh lembaga.59
Urgensi untuk melakukan penyelamatan
senjata tradisional Melayu sangat penting di masa sekarang. Hal ini dikarenakan
senjata masih dibutuhkan untuk beberapa hal seperti untuk aksesoris pelengkap
pakaian pria. Kebutuhan akan senjata ini biasanya diakali dengan menggunakan keris
tradisional jawa, karena keris tradisional Melayu jarang ditemukan. Maka dari itu
dengan adanya penyelamatan senjata tradisional ini masyarakat Melayu dapat
mengetahui dan menggunakannya dalam kehidupan sehari- hari.
Selain senjata, Lembaga BKPBM juga mereplikasi istana kerajaan Melayu
yang berada di berbagai daerah. Salah satunya yaitu bangunan Istana Kerajaan Siak,
Riau. Oki Supriadi sebagai salah satu staff lembaga BKPBM menjelaskan bahwa sulit
untuk menciptakan satu replika istana. Hal ini dikarenakan sulitnya akses dan
58
Ibid., hlm.18.
59Ibid., hlm.19.
49
kurangnya tenaga ahli untuk mengambil detail bangunan tersebut. Sehingga Bang
Mam harus mempersiapkan fotografer ahli dari Yogyakarta. Kemudian untuk dapat
mengambil gambar Istana Siak secara keseluruhan baik dari sisi depan, belakang dan
sisi lainnya, digunakan helikopter untuk dapat mengambil gambar sempurna. Sulitnya
proses pengambilan gambar ini dikarenakan belum ada teknologi drone seperti masa
sekarang.60
Dalam proses mereplikasi satu kerajaan akan memakan biaya dan tenaga
yang besar jika tidak didukung sumber daya manusia dan teknologi yang baik. Maka
dari itu dukungan pemerintah dalam hal ini sangat diharapkan.
Hingga saat ini jumlah replika istana yang telah dibuat Lembaga BKPBM
yaitu sebanyak 19 buah. Istana yang direplikasi tersebut berada di Indonesia maupun
di luar negeri. Selain dalam bentuk replika, istana juga didokumentasikan dalam
bentuk gambar dan dikumpulkan menjadi satu di kantor Lembaga BKPBM.61
Istana
merupakan simbol kerajaan yang menjadi pusat dari kegiatan pemerintahan
dimasanya. Maka dari itu istana adalah peninggalan penting yang menjadi sumber
pengetahuan akan kejaaan masa kerajaan Melayu di masa lalu.
Sehingga benda peninggalan sejarah Melayu yang dapat ditemukan seperti
bangunan istana, pakaian adat, senjata, maupun alat permainan tradisional. Benda
tersebut merupakan sisa peradaban Melayu di masa lalu pernah mencapai masa
60
Wawancara dengan Oki Supriadi Staf BKPBM tahun 2014- 2015 M, melalui telepon pada 23 September 2018.
61
Arsip Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) tahun 2017., hlm. 3.
50
kejayaan yakni dimasa kerajaan- kerajaan Melayu di Nusantara. Selain benda, sisa
peninggalan sejarah Melayu juga ada dalam bentuk tulisan yaitu naskah sastra lama.
Dalam proses pencarian dan penyelamatan naskah ini, lembaga banyak
mendatangi daerah seperti Riau, Kalimantan, Sulawesi, dan Kepulauan Riau. Naskah
yang dikumpulkan lalu dibentuk menjadi buku. Contohnya yaitu buku berjudul
Ikhtisar Kesusastraan Indonesia, Syair Melayu (Kumpulan Tunjuk Ajar). Adapula
penerbitan naskah dalam bentuk online di website Melayuonline.62
Mendokumentasikan sejarah dalam bentuk buku sangat efektif. Buku dapat dibaca
tanpa merusak naskah asli. Selain itu menerbitkan naskah tersebut di media online
akan mempermudah masyarakat luas untuk mengakses naskah tersebut.
Persebaran budaya Melayu yang luas, melahirkan banyak keunikan yang
tampat di masyarakat. Keragaman tersebut dapat berupa cara berpakaian sehari- hari.
Pakain adat Melayu juga memiliki keunkan tersendiri dari pakaian adat lainnya.
Keunikan yang dapat terlihat seperti kain tenun yang digunakannya, aksen dan serta
corak pakaian tersebut. Uraian informasi perihal pakaian adat Melayu diterbitkan
Lembaga BKPBM dalam bentuk buku yang berjudul tenun Melayu (corak dan ragi)
yang diterbitkan tahun 2005.63
Selain mencetak buku tentang pakaian adat Melayu, lembaga juga
memperlihatkan pakaian tersebut di museum lembaga. Yang mana pakaian yang ada
62
Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan, hlm. 4.
63 Ibid., hlm.4.
51
di museum lembaga yaitu pakaian adat penikahan Melayu.64
keterbatasan lembaga
dalam mengoleksi pakaian Melayu dapat disebakan oleh banyaknya ragam dan jenis
pakaian adat Melayu. Namun dengan adanya contoh yang ada di museum lembaga,
dapat merepresentasikan keunikan pakaian adat Melayu tersebut.
Kegiatan penyelamatan benda berserajarah Melayu yang dilakukan Lembaga
BKPBM tidak hanya memberikan manfaat dalam memperkaya khazanah budaya
Melayu. Namun juga dapat menambah pendapatan lembaga, karena bisa digunakan
sebagai objek wisata. Lebih dari pada itu, kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian
akan menciptakan regenari untuk meneruskan pengembangan budaya Melayu. Cara
ini juga dapat membantu dunia pendidikan dan menambah khazanah ilmu
pengetahuan karena bisa dimanfaatkan untuk objek penelitian.
B. Pengkajian Kebudayaan Melayu
Indonesia memiliki banyak corak budaya yang tersebar di setiap daerah
bagiannya. Keragaman budaya ini menjadi tantangan bagi lembaga adat seperti
Lembaga BKPBM untuk aktif melakukan kajian akan budaya yang menjadi
fokusnya. Pengkajian adalah kegiatan penelaahan terhadap fenomena dalam
kebudayaan Melayu yang telah diteliti sebelumnya. Kajian budaya Melayu
merupakan suatu konsep budaya yang dipahami seiring dengan perubahan prilaku
dan struktur masyarakat Melayu. Hal ini memberikan dampak yaitu kompleksitas
64
Wawancara dengan Astrin Indriaswati, Staff Pelaksana Harian Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Tahun 2014- 2018 M, pada tanggal 24 September 2018
52
kajian budaya tersebut. Selain itu, tuntutan zaman akan kebutuhan keilmuan budaya
Melayu.
Urgensi untuk melakukan kegiatan kajian kebudayaan mendorong Lembaga
BKPBM untuk membentuk program seperti mengadakan dan mengikuti kegiatan-
kegiatan ilmiah tentang budaya Melayu dan menerbitkannya dalam sebuah buku.
Mewadahi peneliti yang berkeinginan untuk melakukan kajian budaya Melayu.
Program yang terakhir yaitu membantu masyarakat Melayu yang memerlukan
pengetahuan tentang siklus kehidupan yang berkaitan dengan budaya Melayu.65
Program yang pertama menjawab kebutuhan akan penelaahan budaya Melayu.
Yang mana menerbitkan buku adalah cara untuk memberikan catatan akan hasil
kajian serta membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut. Sedangkan program yang
kedua dan ketiga tidak memiliki perbedaan signifikan. Keduanya bertujuan
membantu peneliti dan juga peminat budaya Melayu agar tidak mengalami kesulitan
dalam mempelajari dunia Melayu.
Menjalankan kegiatan dan program Lembaga BKPBM disertai dengan
kendala dana dan sumber daya manusia. Dengan adanya keterbatasan ini, lembaga
tidak hanya menciptakan kegiatan kajian sendiri, namun juga berpartisipasi dalam
kegiatan kajian yang dilakukan pihak lain.66
Hal ini sebagai cara untuk
mengefisiensikan kinerja lembaga baik internal dan eksternal. Sehingga keterbatasan
sumberdaya manusia juga dapat teratasi.
65
Ibid.
66
Ibid.
53
Fenomena budaya Melayu yang menjadi bahan kajian dapat ditelusuri
berdasarkan wujud kebudayaan tersebut. Menurut Koentjaraningrat wujud
kebudayaan terbagi menjadi tiga, yang pertama yaitu ide atau gagasan seperti nilai,
norma dan peraturan yang ada di masyarakat. Kedua yaitu aktifitas yang kegiatan
sehari- hari yang dilakukan masyarakat. Ketiga yaitu benda hasil karya masyarakat
pendukung budaya.67
Wujud ini merupakan hasil dari aktifitas manusia yang terjadi
dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus. Sehingga dapat meninggalkan
suatu bentuk pola yang dapat ditelaah setiap bagian yang berperan penting pada
kehadiran kebudayaan tersebut.
Wujud kebudayaan yang pertama yaitu gagasan atau ide. contohnya gagasan
yang ada dalam dunia Melayu Riau yaitu Visi Riau 2020. Visi ini adalah harapan
pemerintah untuk menjadikan Riau sebagai pusat budaya Melayu asia tenggara.68
Program ini akan dapat terealisasi dengan dukungan seluruh elemen masyarakat,
termasuk masyarakat Melayu Riau yang berada di Yogyakarta. meskipun tidak
berada di Riau namun tanggung jawab mereka sebagai warga provinsi Riau tetap
dibawa meskipun masyarakat ini terpisah antar pulau dengan daerah asalnya.
Oleh karena itu, Lembaga BKPBM mencipatakan satu kegiatan kajian yaitu
Seminar Nasional Budaya Melayu dengan tema Kebudayaan Melayu, Kontribusi
Menuju Visi Riau 2020 pada tanggal 22 Juni 2009. Kegiatan ini dilaksanakan di
67
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 5.
68
Lebih lanjut lihat dalam dokumen Visi Riau 2020
54
kantor Lembaga BKPBM. Pihak yang berpartisipasi yaitu pemerintah daerah provinsi
Riau, pelajar Riau di Yogyakarta, serta beberapa peminat budaya Melayu.69
Kegiatan
ini akan menjadi stimulus kepada masyarakat agar lebih peka dalam berkontribusi
kepada daerah asalnya. Dengan adanya kegiatan ini maka tugas Lembaga BKPBM
sebagai agen pembangunan budaya juga telah dibuktikannya. Yang mana lembaga
membantu terciptanya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan pada program lembaga, maka kegiatan kajian tidak hanya
berbentuk diskusi namun juga menerbitkan buku. Adapun buku yang diterbitkan
tentang gagasan pada budaya Melayu seperti Tunjuk Ajar Dalam Pantun Melayu
Pada Tahun 2005 M. buku merupakan ini berisikan gagasan nilai yang ada dalam
budaya Melayu.70
Buku yang diterbitkan akan menambah jumlah karya tulis tentang
nilai dan moral dalam budaya Melayu. Rendahnya minat membaca di Indonesia tidak
dapat disertai dengan minimnya jumlah buku yang ada. Maka dari itu, penerbitan
buku akan menjadi investasi untuk masa depan ilmu pengetahuan di masyarakat.
Wujud kebudayaan yang kedua yaitu aktifitas. Aktifitas sehari- hari yang
dilakukan masyarakat disetiap daerah berbeda- beda. Perbedaan tersebut dapat
dikarenakan kondisi geografis serta kebutuhan yang berbeda. Sehingga, terdapat pola
unik dan menarik untuk dikaji. Lembaga BKPBM dalam hal ini melakukan kajian
diantaranya tentang cara gaya berpolitik, cara bekerja, dan kuliner masyarakat
69
Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan., hlm 10 70
Ibid., hlm. 4.
55
Melayu. Hal ini bertujuan untuk menggali dan memasyarakatkan kembali aktifitas
tradisional Melayu.
Adapun aktifitas budaya yang dikaji Lembaga BKPBM diantaranya adalah
aktifitas budaya masyarakat Melayu Thailand selatan. Kajian ini dalam bentuk
diskusi bulanan bersama Direktur Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM
dengan tema Politik Gaya Hidup Masyarakat Melayu Muslim di Hatyai, Thailand
Selatan pada tanggal 10 Februari 2008. Diskusi ini untuk memberikan wawasan
tentang kondisi kehidupan masyarakat Melayu Thailand selatan.71
Ilmu pengetahuan
tidak terikat dengan perbedaan batas politik kenegaraan. Begitupula dengan
perbedaan kondisi Melayu di Thailand dan Negara lainnya yang perlu untuk diteliti.
Untuk itu dengan adanya kegiatan ini maka upaya meningkatkan kesadaran persatuan
bangsa Melayu serumpun dapat diimplemetasikan.
Selain diskusi, Lembaga BKPBM juga menerbitkan buku tentang aktifitas
masyarakat Melayu. Contoh buku yang diterbitkan yaitu Anak- Anak Duano
Menaklukkan Pencuri Kerang. Buku ini berisikan tentang aktifitas suku orang laut
dalam fhal bertahan hidup dengan cara menongkah.72
Menongkah adalah orang laut
menangkap kerang dengan menggunakan papan tipis bernama tongkah. Cara
tradisional ini mulai langka ditemukan karena sudah terdapat alat modern yang
71
Ibid., hlm. 14.
72Ibid., hlm. 5.
56
menggantikan posisi tongkah untuk mengambil kerang.73
Buku dapat mempengaruhi
pembacanya untuk melakukan tindakan- tindakan tertentu. Menerbitkan buku tentang
tradisi menongkah yang sudah langka ditemukan akan membantu masyarakat agar
lebih peka terhadap kondisi tersebut.
Selanjutnya yaitu kajian tentang kuliner. Untuk mampu bertahan hidup maka
manusia harus mengkonsumsi makanan setiap harinya. Aktifitas ini berlaku terus
menerus sehingga tercipta beragam kuliner Melayu di banyak daerah. kuliner ini juga
dapat menjadi identitas suatu sukubangsa. Adapun kajian tentang kuliner Melayu
yaitu penerbitan buku berjudul aneka resep masakan Melayu Riau pada tahun 2005 M
dan ragam kuliner Riau pada tahun 2007 M.74
kuliner merupakan potensi besar bagi
suatu daerah. jika dikelola dengan baik akan mampu menjadi sumber keungan untuk
perorangan bahkan industry pariwisata. Maka dari itu, memperkaya pengetahun
tentang kuliner Melayu akan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan paparan di atas, diketahui bahwa lembaga bkpbm melakukan
kegiatan kajian kegiatan yang dilakukan masyarakat melayu. Kegiatan selanjutnya
berhubungan dengan wujud kebudayaan yang ketiga yaitu karya. Karya adalah
sesuatu ide yang diciptakan dalam bentuk barang oleh manusia. Maka dari itu benda
peninggalan budaya Melayu. Kegiatan ini berkaitan dengan program membantu
masyarakat yang ingin mengetahui serta meneliti tentang kebudayaan Melayu.
73
Wawancara dengan Muhammad Syafrudin Mahasiswa Riau angkatan tahun 1980-1986 dan 2001- 2004 M, pada tanggal 20 November 2018, di kediamannya Kota Solo Jawa Tengah
74
Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan., hlm. 10-11.
57
Perwujudannya seperti melayani tamu kantor Lembaga BKPBM baik berupa
memberikan akses terhadap seluruh koleksi yang ada, serta membantunya dalam
mendiskusikan permasalahan yang diteliti.
Salah satu tamu kantor Lembaga BKPBM yaitu Raja Musa Kesultanan Banjar
Pangeran H Khairul Saleh beserta rombongannya pada tanggal 10 September
2012. Kunjungan ini bertujuan untuk silaturahmi serta melihat kondisi Lembaga
BKPBM. Selain itu kunjungan ini bertujuan untuk mencari referensi arsitektur
Melayu yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman membangun Kerajaan
Banjar.75 Dengan adanya kunjungan ini, dapat terlihat adanya pengakuan
terhadap Lembaga BKPBM sebagai pusat keilmuan Melayu di Indonesia.
Pelayanan ini juga termasuk dalam hal keilmuan. Yang mana lembaga
membantu mewadahi pelajar untuk menyelesaikan tugas keilmuannya seperti
penelitian ilmiah, skripsi, disertasi. Kegiatan ini dinilai sangat berharga bagi pelajar
maupun mahasiswa terhadap Lembaga BKPBM. Banyaknya jumlah pelajar dan
mahasiswa di Yogyakarta menjadi faktor utama dari kegiatan ini. Lembaga mewadahi
pelajar dalam pengerjaan tugas akhir maupun karya ilmiah lainnya. Dan juga sebagai
pangkalan data juga membantu mencarikan sumber data yang dibutuhkan.
75
Ibid., hlm. 12.
58
C. Pengembangan Budaya Melayu
Kegiatan yang telah dilakukan Lembaga BKPBM merupakan satu kesatuan
yang saling berkesinambungan. pengembangan budaya Melayu yang merupakan
tindak lanjut kegiatan sebelumnya. Tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan dan
mempertahankan potensi kebudayaan Melayu yang telah ada di masyarakat. Adapun
potensi yang dimaksud adalah praktek kebudayaan Melayu yang dikembangkan
masyarakat diantaranya yaitu kesenian musik dan tari tradisional Melayu.76
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari program mementaskan dan
melombakan berbagai seni pertunjukan Melayu. Pementasan seni pertunjukan
Melayu bertujuan untuk melestarikan dan menarik minat masyarakat terhadap seni
tari dan musik melayu. Sedangkan lomba yaitu memberikan stimulus kepada peminat
seni melayu agar melakukan inovasi pertunjukan seni. Selain itu juga meningkatkan
semangat untuk melakukan kegiatan pengembangan seni budaya melayu.77
Kesenian
musik dan tari adalah suatu hal yang dekat dengan masyarakat. Sehingga ini
merupakan potensi besar dalam memperlihatkan keindahan budaya melayu.
Yogyakarta sebagai kota budaya adalah kesempatan besar untuk lembaga
untuk melakukan kegiatan pengembangan budaya. Karena kota ini merupakan kota
wisata dan budaya, sehingga kegiatan pertunjukan seni akan sangat diminati
masyarakat. Contoh pertunjukan seni yang dilakukan lembaga yaitu pada acara milad
Melayuonline ke dua tanggal 20 Januari 2009. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung
76
Wawancara dengan Astrin Andriani 77
Arsip kegiatan Lembaga BKPBM tahun 2016., hlm. 14.
59
Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta. Pada kesempatan ini diundang banyak
tamu dari berbagai daerah di Indonesia serta luar negerti seperti Malaysia, Thailand,
Singapura, dan Brunei.78
Dengan banyaknya tamu besar yang hadir, maka akan
menambah semangat untuk menampilkan kesenian musik dan tari melayu.
Milad melayuonline pada tahun 2009 adalah acara terbesar yang dilakukan
lembaga BKPBM. Hal ini dikarenakan banyaknya penampilan seni yang ada serta
banyaknya tamu yang hadir. Untuk pementasan seni tari dan musik maka lembaga
bekerjasama dengan sanggar seni yang ada. Bukan saja sanggar seni melayu namun
juga sanggar seni tradisional jawa. Sanggar seni dari dalam dan luar negeri.79
Dengan
adanya keragaman pertunjukan seni maka akan semakin memeriahkan acara yang
ada. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi lambang keharmonisan budaya yang ada.
Pertunjukan seni tari pada acara ini ditampilkan oleh beberapa sanggar tari
yaitu sanggar tari pimpinan Tengku Mira Sinar dari Kesultanan Serdang yang
menampilkan Tari Serampang XII. Kemudian Sanggar Pulau Penyengat dari
Tanjungpinang yang menampilkan Tari Zapin. selanjutnya tim Kementerian
Perpaduan, Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan (KPKKW) dari Malaysia yang
menampilkan Tari Lambaian Negeri dan Tari Joget Negeri Sembilan. Serta tarian
Jawa oleh Sanggar Tari Ayodya (Nitiprayan, Yogyakarta).80
78
Ibid.
79
Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra, Pendiri sekaligus Ketua Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, pada tanggal 4 November 2018, di Kantor percetakan ADICITA Karya Nusa
80Arsip Lembaga BKPBM tentang kegiatan lembaga tahun 2016- 2017, hlm. 20.
60
Kesenian tari dapat bermanfaat sebagai media hiburan, namun juga sarana
komunikasi. Komunikasi yang dibangun dari setiap gerakan yang memiliki beragam
makna. Banyaknya sanggar yang ikut berpatisipasi pada milad melayuonline
memberikan bukti bahwa dari banyaknya potensi budaya melayu yang ada,
pertunjukan seni seperti tari dan musik adalah yang paling diminati masyarakat.
Karena kesenian ini memiliki keindahan dan mudah untuk dinikmati.
Selain seni tari, adapula kesenian musik yang ditampilkan.pertunjukan musik
ini ditampilkan oleh beberapa sanggar seperti Tengku Ryo dan The Malay Band dari
Jakarta, Musik Gambus dan Marwas oleh H. Sulaiman dari Kepulauan Riau, musik
kompang oleh mahasiswa Karimun Yogyakarta, dan Hip-Hop Melayu dari Jogja Hip
Hop Foundation dari Yogyakarta.81
Pertunjukan seni musik memiliki beberapa tujuan
yaitu memberikan hiburan kepada penonton dan memberikan ruang berkreasi.
Dengan adanya pertunjukan seni ini maka suasana acara akan semakin kental dengan
budaya melayu, karena musik adalah simbolisasi dari kebanggaan terhadap budaya
yang dibawanya. Menampilkan kegiatan seni musik dan tari melayu tidak hanya
dilakukan lembaga di satu kesempatan saja, namun pada setiap acara yang
dilaksanakannya pasti mengikutsertakan penampilan seni musik dan tari melayu.
81
Ibid.
61
BAB IV
PERAN BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA
MELAYU (BKPBM) BAGI MASYARAKAT MELAYU RIAU
DI YOGYAKARTA (2003- 2018 M)
Pada Bab ini, akan dibahas hasil penelitian tentang peran Dinas Pertanian dan
Pangan yang dibagi dalam 5 sub pembahasan yaitu peran Dinas Pertanian dan
Pangan sebagai peran wirausaha, peran fasilitator, peran stabolitator, peran
inovator dan peran pelopor.82
A. Meredefinisi Konsep Melayu
Peran Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM)
yang pertama yaitu peran inovator. Peran inovator Lembaga BKPBM adaalah
menciptakan suatu hal baru dalam upaya pembaharuan kebudayaan Melayu.
Artinya. Perwujudan peran ini yaitu memberikan pemahaman yang baru tentang
dunia Melayu, serta melakukan digitalisasi kebudayaan Melayu.
1. Redefinisi Melayu
Kebudayaan modern saat ini mulai menyurutkan kebudayaaan asli
Indonesia. Perubahan ini dipicu oleh kecepatan pertukaran informasi yang
disajikan setiap detiknya oleh cybermedia, televisi, radio dan media lainnya.83
82
Siagian P Sondang, Kerangka Dasar Ilmu Administrasi (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1992), hlm. 142.
83Adeney, T. Bernard, Tantangan dan Dampak Kebudayaan Modern dan Pasca Modern
(Yogyakarta: CRCS, 2005), hlm. 78.
62
Media informasi mengaburkan batas fisik dan budaya oleh Arjun Appadurai
disebut “deteritorialisasi”, sehingga menciptakan dunia baru dengan batas wilayah
dan nilai yang bersifat relatif.84
Dampak negatif yang timbul bagi kebudayaan Melayu dari fenomena
ini adalah perubahan cara berpikir dan cara memandang dunia Melayu. Misalnya
dengan adanya fanatisme kesukuan dan memadang rendah suku lainnya. Hal ini
tentu saja akan membawa sebuah anggapan bahwa Melayu bersifat ekslusif. Maka
dari itu, upaya menduniakan nilai luhur Melayu menjadi sangat penting sebagai
penyeimbang ide dan gagasan dari luar Melayu yang bersifat destruktif.
Pemikiran mainstream saat ini cenderung memberi definisi Melayu secara sempit.
Perbedaan pendapat tentang Melayu merupakan isu lama yang
terbentuk di bawah pengaruh sejarah, agama, fanatisme ras, batas geografis, dan
afiliasi politik setiap individu. Kondisi lingkungan dan afiliasi seseorang dapat
mempengaruhi konsepsinya dalam melihat dan memaknai Melayu, sehingga nilai
subyektivitasnya lebih mengemuka. Sebagai contoh yaitu Melayu adalah Islam
jika yang mendefinisikan adalah penganut agama Islam; Melayu adalah Riau jika
yang berbicara orang Riau; Melayu adalah Malaka jika yang berbicara berasal
dari Malaka, dan seterusnya.85
Perbedaan yang ada tidak dianggap sebagai
sesuatu yang bernilai positif, namun bernilai negatif sehingga mengakibatkan
84
Mahyudin Al Mudra. Redefinisi Melayu: Upaya Menjembatani Perbedaan Konsep
Kemelayuan Bangsa Serumpun (Yogyakarta: ADICITA Karya Nusa, 2008), hlm. 53.
85
Ibid.,hlm. 22.
63
adanya perpecahan di internal Melayu. Maka dari itu perlu adanya inovasi berupa
pemahaman baru yang dapat menampung perbedaan pendapat ini.
Dalam permasalahan ini, pemahaman baru yang dimaksud adalah
pemahaman yang dapat menumbuhkan kesadaran bahwa seluruh orang Melayu di
dunia adalah saudara serumpun. Meskipun terdapat perbedaan seperti ras, agama,
bahasa, dan kewarganegaraan. Selain itu untuk mempersatukan kembali orang
Melayu yang telah terpisah akibat politik pecah belah pemerintah kolonial.
Optimalisasi potensi bangsa Melayu, baik secara kualitas maupun kuantitas,
dalam menghadapi persaingan global, sehingga menjadi bangsa yang mandiri dan
bermarwah.86
Lembaga BKPBM menyikapi hal ini dengan cara memberikan sebuah
gagasan baru dalam mengidentifikasi arti Melayu yang dinamakan redefinisi
Melayu. Redefinisi Melayu merupakan konsep Melayu yang lebih holistik dan
dapat mengakomodir berbagai aspek baik sejarah, budaya, agama, ras, dan
bahasa.87
Berbeda dengan konsep mainstream saat ini yang lebih bersifat ekslusif.
Konsep Melayu yang ekslusif dapat memarjinalkan beberapa pihak.
Contohnya yaitu suku pedalaman Talang Mamak di Riau. Suku Talang Mamak
adalah suku pedalaman Riau yang masih mempercayai arwah nenek moyang atau
animisme. Maka mereka bukanlah orang Melayu jika didefinisikan dengan
konsep “Melayu adalah Islam“. Sedangkan dalam sejarahnya, mereka termasuk
86Ibid.,hlm. 29.
87
Ibid,.hlm. 15.
64
suku Melayu tua atau Proto Melayu yang telah ada sejak 3000 tahun sebelum
masehi.88
Maka dari itu, perlu adanya konsep redefinisi Melayu yang
menggunakan sudut pandang sejarah dalam mengidentifikasi Melayu. sehingga
seluruh orang Melayu di dunia dapat diakui identitasnya sebagai orang Melayu.
Redefinisi Melayu membagi sejarah Melayu menjadi 4 fase sejarah.
Priodesasi ini dibagi berdasarkan keunikan dan karakteristik Melayu disetiap
fasenya.89
Empat fase tersebut yaitu fase pra Hindu-Buddha, fase Hindu-Buddha,
fase Islam, dan fase kolonialisme. Pengaruh setiap fase sejarah terhadap suku
bangsa Melayu berbeda. Hal itu tergantung pada tempat di mana suku bangsa
Melayu berada, kondisi lingkungannya, dan intensitas interaksinya dengan
budaya lain.90
Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan yang
hadir di dalamnya. Misalnya, pengaruh Islam pada suku bangsa Melayu di daerah
tertentu sangat kuat, seperti di Minangkabau. Hal ini didukung dengan persebaran
ulama dan pertumbuhan keilmuan yang cepat wilayah ini. Disisi lain, berbeda
dengan suku Melayu di pedalaman Sumatra yang jarang berinteraksi dengan
budaya lain beberapa diantaranya masih berkepercayaan animisme dan
dinamisme.
88
Ibid., hlm. 9.
89Ibid., hlm. 11.
90Ibid., hlm. 9.
65
a. Fase Pra Hindu-Buddha
Pada fase pra hindu- Buddha, bangsa Melayu dibagi menjadi 2, yaitu
proto Melayu dan deutro Melayu. Proto Melayu adalah bangsa Melayu yang
diperkirakan telah ada di kawasan Nusantara sejak tahun 3.000 SM.91
Peninggalan dari bangsa ini seperti patung, palungan tempat menyimpan
tengkorak, menhir untuk menghormati arwah nenek moyang. Proto-Melayu
merupakan pendukung kebudayaan zaman batu yang mampu menghasilkan
bahan-bahan makanan dengan cara bercocok tanam. Melalui peninggalan
tersebut, dapat dikethaui bahwa mereka meninggalkan jejak bersejarah yang
sangat penting sebagai penanda kemajuan peradaban Melayu saat itu.
Deutro-Melayu merupakan bangsa Melayu yang hadir sekitar tahun
300 SM. Kedatangan mereka mendesak sebagian Proto-Melayu hingga
mereka pindah ke daerah pedalaman, dan sisanya bercampur dengan
pendatang baru. Kebudayaan Deutro-Melayu jauh lebih maju dengan
mengembangkan peralatan-peralatan dari perunggu dan besi. Peninggalan-
peninggalan Proto dan Deutro-Melayu dinilai oleh Hall sebagai peradaban
Melayu kuno yang telah memiliki ciri dan karakternya sendiri, sebelum
mereka dipengaruhi oleh kebudayaan India.92
Hall dalam redefinisi Melayu mencatat bahwa beberapa komunitas
Proto dan Dutro-Melayu hingga kini masih ada dan tersebar di berbagai
91
Ibid., hlm 14
92
Ibid. hlm 15
66
kawasan di Indonesia, terutama di daerah-daerah pedalaman, dengan tetap
mempraktekkan kepercayaan animisme dan dinamisme.93
Beberapa suku
Melayu di pedalaman Riau hasil peninggalan fase ini seperti Suku Sakai,
Suku Talang Mamak, Suku Akit, Suku Laut.
b. Fase Hindu-Buddha
Peradaban Melayu memasuki babak baru ketika masyarakat Melayu
kuno menjalin hubungan dengan bangsa India. Hubungan antara masyarakat
Melayu dengan India diperkirakan telah mulai sejak abad ke 3 Masehi melalui
jalur perdagangan. Hall memperkirakan orang Melayu telah tersebar hingga
India, mengingat mereka adalah pelaut ulung. Meski demikian pengaruh
Hindu-Buddha baru berkembang pesat di Nusantara pada abad ke 5 M. hal ini
dibuktikan dengan adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Selain itu ada pula
patung Buddha gaya Amaravati yang ditemukan di beberapa tempat di
Sulawesi, Jawa, dan Sumatra menunjukkan perkembangan pengaruh
kebudayaan Hindu-Buddha yang cukup signifikan pada abad itu.94
Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara mencapai puncak
kegemilangannya pada abad ke-9 hingga ke-15 M. Di antara kerajaan Hindu-
Buddha di Nusantara yang besar adalah Sriwijaya di Sumatra; Kediri,
Singasari, dan Majapahit di Jawa. Kitab Nagarakartagama mencatat daerah
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya menguasai 22 daerah di Pulau Sumatra. Versi
93
D.G.E. Hall. Sejarah Asia Tenggara (Surabaya: Usaha Nasional. 1988), hlm .25.
94Ibid.,hlm 24
67
lain menyebutkan bahwa pada masa kegemilangannya, Sriwijaya menguasai
sebagian besar daerah di Nusantara, termasuk Kamboja.95
Memasuki abad ke-
13, dominasi kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha berangsur angsur memudar.
Periode itu ditandai dengan melemahnya kerajaan Majapahit, dan di saat yang
sama terjadi penyebaran ajaran Islam secara aktif dan meluas ke berbagai
kawasan di Nusantara.
Pengaruh budaya Hindu-Buddha pada masyarakat Melayu dewasa ini
terlihat pada upacara-upacara adat, arsitektur bangunan dan bahasa Melayu.
Contoh kata dalam bahasa Melayu yang berasal dari kata Sansekerta di
antaranya adalah bulan, berasal dari kata “vulan”, sampan dari “samvau”,
seribu dari “sarivu”, dan lain-lain. Sebagian bangsa Melayu yang masih
memeluk agama Hindu-Buddha hidup di beberapa negara, seperti Kamboja,
Myanmar, dan Vietnam.
c. Fase Islam
Islam masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan sejak sekitar
abad ke-11, dan berkembang semakin cepat mulai abad ke-13. Perbedaan
pendapat antarpeneliti terjadi seputar dari mana Islam datang, dan siapa yang
membawanya masuk ke Nusantara. Ada yang berpendapat bahwa Islam
datang dari Cina, Gujarat, India, Persia atau Turki. Terlepas dari perbedaan
tersebut, agama ini telah diterima secara luas oleh bangsa Melayu karena
95
Ibid., hlm 45
68
sifatnya yang egaliter dan populis. Islam tidak mengenal sistem kasta dan
kependetaan, sehingga memungkinkan keterlibatan semua lapisan masyarakat
dalam seluruh bidang kehidupan, termasuk pendidikan.96
Faktor penting lainnya yang menyebabkan Islam cepat berkembang di
Nusantara adalah karena penyebaran agama ini didukung oleh tiga kekuatan,
yaitu istana, pesantren dan pasar.97
Istana sebagai pusat kekuasaan berperan
dalam memberikan legitimasi politis untuk disebarkan kepada rakyat yang
bernaung di bawahnya. Pesantren yang dikelola oleh kaum tarekat berperan
memberikan penjelasan tentang esensi Islam sebagai agama yang membumi
dan mudah dicerna. Sifat pesantren yang terbuka untuk siapapun tanpa
memandang latar belakang suku, ras dan status sosial, menjadikan lembaga ini
sebagai tempat rujukan masyarakat untuk belajar mendalami ajaran Islam.
Sementara itu, pasar merupakan daerah pemukiman para saudagar, kaum
terpelajar, dan kelas menengah lain yang berhadapan langsung dengan situasi
kultural yang sedang berkembang. Di sini, dialog untuk pertukaran pikiran
dan informasi tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan
berjalan sangat cepat.
Dengan didukung oleh ketiga kekuatan tersebut, pengaruh Islam
dalam masyarakat Melayu begitu kuat. Secara kultural, Islam disebarkan
melalui pesantren dan pasar. Secara politik dilegitimasi oleh istana.
96
Mahyudin Al Mudra. Redefinisi Melayu.,hlm .27.
97Ibid., 28
69
Perkembangan keimanan dan keilmuan secara bersama-sama menempatkan
Islam sebagai poros bagi kehidupan masyarakat Melayu, yang mempengaruhi
semua dimensi kehidupan mereka. Terdapat ungkapan yang populer yang
secara eksplisit menunjukkan kuatnya pengaruh Islam, “adat bersendi syarak,
syarak bersendi kitabullah”. Namun perlu diingat bahwa Islam menjadi agama
mayoritas masyarakat Melayu yang hidup di kawasan pesisir, tidak menjadi
agama mayoritas di daerah pedalaman.
d. Fase Kolonialisme
Daerah pedalaman yang tidak tersentuh oleh persebaran Islam menjadi
sasaran utama bagi misionaris Kristen yang dibawa oleh bangsa kolonial
Eropa mulai abad ke-16. Pemerintah colonial Belanda dan Inggris, tidak
melakukan penginjilan Kristen di tengah penduduk Muslim yang sudah
mapan karena sadar bahwa hal itu dapat mempengaruhi “keamanan dan
ketertiban” yang sangat penting bagi kepentingan material bangsa Eropa.98
Kristenisasi di daerah pedalaman dirasa oleh pemerintah kolonial lebih
aman, di samping untuk membangun keberpihakan penduduk lokal kepada
pihak kolonial. Proses kristenisasi berjalan selama bertahun tahun, sehingga
beberapa suku bangsa Melayu yang menetap di daerah pedalaman, seperti
Batak Karo di Sumatra Utara dan Toraja di pedalaman Sulawesi, mayoritas
menganut agama Kristen. Perbedaan agama inilah yang kemudian dijadikan
98
Ibid., hlm. 29.
70
sebagai salah satu batas identitas antara Melayu dan bukan Melayu sampai
saat ini.
Di samping kristenisasi, peran kolonialisme dalam mengkotak-kotak
bangsa Melayu juga ditempuh melalui jalur politik. Perjanjian antara Inggris
dan Belanda pada 17 Maret 1824 yang dikenal dengan Traktat London.
Perjanjian ini membagi wilayah Melayu menjadi dua, yaitu sebelah utara
menjadi daerah kekuasaan Inggris, dan selatan daerah kekuasaan Belanda.
Pembagian administratif kolonialis semacam itu pada perjalanannya
melahirkan negara Indonesia, Malaysia dan Singapura.99
Pengaruh dari fase ini dapat terlihat dari Bahasa Melayu di tiga negara
tersebut. Bahasa yang berkembang sesuai dengan pengaruh bahasa kolonial di
masing-masing negara itu. Bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa
Belanda, sedangkan bahasa Melayu Malaysia dan Singapura banyak
dipengaruhi oleh bahasa Inggris.
Keempat fase tersebut berada dalam sejarah peradaban bangsa Melayu
dan telah membentuk identitas dan kepribadian mereka secara umum. Namun
perbedaan corak kebudayaan antarsuku bangsa Melayu menunjukkan adanya
tingkat keterpengaruhan yang berbeda-beda dari setiap fase sejarah itu.
Umumnya saat ini, masyarakat Melayu telah memeluk agama Islam berkat
keberhasilan para misionaris Islam di Nusantara sejak abad ke-11. Akan tetapi
tidak dapat dinafikkan bahwa di kawasan tertentu terdapat masyarakat atau
99
Ibid., hlm. 30.
71
komunitas Melayu yang tidak memeluk agama Islam. Contohnya seperti
masyarakat Melayu di SoE, Nusa Tenggara Timur yang mayoritas beragama
Kristen, ada pula komunitas Melayu di daerah pedalaman Riau, seperti
Talang Mamak yang masih menganut tradisi animisme dan dinamisme.100
Perbedaan keyakinan tersebut tidak serta-merta mengeliminasi
komunitas Melayu tertentu dari identitas utamanya yaitu Melayu. karena akar
perbedaan tumbuh secara alami atas pengaruh perjalanan sejarah, kondisi
lingkungan, dan hasil interaksi dengan bangsa dan budaya lain. Ada suku
bangsa Melayu yang kuat tradisi Islam atau Kristennya, namun ada juga yang
tetap menjaga tradisi Hindu-Buddha dan dinamisme-animisme. Namun pada
kenyataanya mereka tetap orang Melayu.
Umumnya saat ini Melayu selalu diidentikkan dengan Islam sebagai
agama yang paling berpengaruh di masyarakat Melayu. Pengertian ini tidak
salah, tetapi bersifat agak sempit dan individual yang jika ditarik dalam
konteks yang lebih luas, misalnya pada level masyarakat atau Negara maka
akan memiliki muatan politis. Hefner mencatat bahwa dalam perjalanan
sejarah bangsa Melayu, para bangsawan pribumi telah sukses membungkus
etnisitas mereka dengan baju Islam untuk mempertahan posisi-posisi strategis
di hadapan para penjajah. Dengan kata lain, penggunaan Islam sebagai
100
Ibid., hlm. 31.
72
identitas keMelayuan merupakan strategi para bangsawan untuk tetap
mendapatkan dukungan dari rakyat dalam menghadapi dominasi penjajah.101
Definisi umum tentang siapa itu orang Melayu selalu menyandingkan
etnisitas Melayu dan agama Islam secara sejajar. Secara ontologis,
keMelayuan dan keislaman merupakan dua dimensi yang berbeda. Etnik
Melayu merupakan kumpulan individu-individu yang hidup di suatu tempat
dan membentuk struktur sosial. Sementara itu Islam adalah agama yang
dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu untuk menjalin hubungan
dengan Tuhan.102
Yang pertama menciptakan hubungan horisontal, sedangkan
yang kedua vertikal. Maka jika definisi Melayu dibatasi pada identitas etnik
dan agama, akan menciptakan posisi yang tumpang tindih antara agama
sebagai sistem kepercayaan yang bersifat individual dan etnisitas sebagai
struktur sosial.
Dengan demikian, mendefinisikan Melayu tidak bisa hanya dengan
melihat satu fase sejarah atau satu afiliasi saja, misalnya dengan Islam. Tetapi
mesti melihat rentang sejarah dan perkembangan budaya yang lebih jauh dan
luas, sehingga upaya mendefinisikan Melayu tidak memutus mata rantai
sejarah bangsa Melayu itu sendiri. Definisi Melayu akan menjadi sempit jika
dibatasi dengan ras, agama, bahasa, batas-batas geografis, atau afiliasi politik.
Dengan terbangunnya kesadaran persamaan sejarah ini diharapkan muncul
101
Ibid., hlm. 31. 102
Ibid., hlm 33
73
inisiatif secara bersama-sama membangun bangsa Melayu di berbagai bidang
kehidupan.
Untuk menyebarkan konsep redefinisi Melayu ini, Lembaga BKPBM
menerbitkan buku dengan judul redefinisi Melayu karangan Mahyudin Al
Mudra. Pemahaman baru tidak akan mudah disebarkan jika dilakukan dengan
pendekatan represif. Sebab pemahaman akan berjalan dengan perlahan dalam
pemikiran setiap manusia. Menerbitkan buku merupakan langkah persuasive
yang diambil Lembaga BKPBM agar setiap orang tanpa terkecuali dapat
pengetahui konsep redenisi Melayu.
Buku redefinisi Melayu ini diterbitkan pertama tahun 2003, dan telah
dicetak ulang sebanyak 4 kali.103
Umumnya buku ini dijual ke toko buku,
namun berbeda dengan masyarakat Melayu Riau. Lembaga BKPBM
cenderung memberikan buku ini secara gratis dalam berbagai kesempatan.
Salah satu contohnya yaitu pada acara pelantikan pengurus ikatan pelajar Riau
komisariat Indragiri hilir pada tanggal 26 maret 2016.104
Selain buku, Lembaga BKPBM juga melakukan kegiatan diskusi dan
seminar tentang konsep baru ini. Salah satunya yaitu dalam kegiatan diskusi
budaya dalam rangka milad Melayu online ke-7 dan penandatanganan MoU
103
Arsip lembaga BKPBM tentang kegiatan lembaga tahun 2016- 2017, hlm. 19. 104
Wawancara dengan Muhammad Iqbal Ketua Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta tahun
2015- 2016 M pada tanggal 27 Oktober 2018.
74
antara Lembaga BKPBM dengan ikatan pelajar Riau komisariat Indragiri hilir
(IPRY KOM. INHIL) pada tanggal 20 januari 2014.105
Berdasarkan keterangan di atas maka Lembaga BKPBM telah
melakukan perannya sebagai inovator khususnya dalam hal inovasi
pemikiran. Konsep baru yaitu redefinisi Melayu yang dapat menjadi salah
satu alternatif pemersatu bangsa Melayu. selain itu masyrakat Melayu Riau
yang berada di Yogyakarta juga secara tidak langsung dapat mengerti tentang
konsep keMelayuan yang tidak diterimanya di daerah asalnya.
2. Digitalisasi Sejarah dan Budaya Melayu
Persebaran peninggalan sejarah kebudayaan Melayu terdapat di banyak
tempat. Provinsi Riau sendiri pada tahun 2010 tercatat memiliki cagar budaya
tidak bergerak (unmoveable) sekitar 91 buah. Sedangkan di tanah Melayu lainnya
seperti Provinsi Sumatera Barat memiliki 544 buah, kemudian Provinsi Kepuluan
Riau sebanyak 99 buah (14%). Jumlah sebanyak itu belum termasuk cagar budaya
bergerak (moveable) yang setara jumlahnya atau bahkan mungkin lebih banyak
lagi.106
Sebagai bagian dari properti bangsa, cagar budaya merupakan khazanah
yang mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan.
Oleh karena itu, pelestarian cagar budaya sangat diperlukan demi keberadaan dan
eksistensi kebudayaan.
105
Ibid 106
Sri Sugiharta, “Desentralisasi dan Sumber Daya Aparatur: Problematika Pelaksanaan
Desentralisasi Pelestarian Cagar Budaya Di Provinsi Sumatera Barat, Riau, Dan Kepulauan Riau”
dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol 15, No 3 Maret 2012, hlm. 233.
75
Upaya pelestarian cagar budaya telah dilakukan Lembaga BKPBM sejak
awal berdirinya. Pelestarian tersebut berupa pengoleksian benda bernilai sejarah
Melayu seperti alat permainan tradisional, senjata khas Melayu, sampan, baju
tradisional. Ada pula kegiatan mereplikasi cagar budaya Melayu seperti istana
kerajaan Melayu. kegiatan ini terus dilakukan Lembaga BKPBM.
Beberapa benda bersejarah Melayu yang diselamatkan oleh Lembaga
BKPBM yaitu keris Melayu. Keris ini salah satu dari banyaknya senjata yang
digunakan orang Melayu. upaya penyelamatan keris ini dengan cara
mereplikasinya serta mendokumentasikannya dalam bentuk digital. kemudian
bentuk digital ini dapat dilihat oleh banyak pihak
Penyelamatan cagar budaya Melayu oleh Lembaga BKPBM tidak akan
bernilai sosial jika tidak disebarluaskan kepada masyarkat. Maka dari itu
dibutuhkan pengelolaan, pendokumentasian dan penyebarluasan informasi dan
pengetahuan memanfaatkan kecanggian teknologi informasi dan komunikasi
terhadap nilai- nilai luhur budaya Melayu tersebut. Dengan cara itu pula
kebudayaan dari setiap suku bangsa dapat diwariskan ke setiap generasi agar tetap
mempertahankan budaya sebagai identitas diri dan menunjukkan eksistensi
bangsa Indonesia dimata dunia. Adapun inovasi yang dilakukan Lembaga
BKPBM yaitu digitalisasi sejarah kebudayaan Melayu.
Digitalisasi adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun
video menjadi bentuk digital. Digitalisasi kebudayan merupakan suatu konsep
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna
76
dalam bidang kebudayaan, terutama dalam hal pengelolaan, pendokumentasian,
penyebarluasan informasi dan pengetahuan dari unsur-unsur kebudayaan.107
Pada tahun 2009, jumlah pengunjung melayuonline mencapai 22,7 juta
pengunjuang dari 102 negara. Jumlah ini semakin bertambah setiap tahunnya.108
Penyebaran informasi melalui website ini mendapatkan respon positif dari
masyarakat. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai
dunia Melayu sangat besar. Sehingga perlu dikembangkannya inovasi terbaru
dalam memadukan media informasi dengan data- data dunia melayu.
Lembaga BKPBM dalam hal ini memadukan antara teknologi multimedia
dalam menginventarisasi sisa peninggalan sejarah dan budaya Melayu. Adapun
bentuk digital dari kegiatan ini disebarkan melalui website yang dimilikinya
seperti Melayuonline.109
Fungsi dari pembentukan digital data melayu bagi
lembaga BKPBM yakni mempermudah lembaga dalam meningkatkan minat
masyarakat kepada dunia Melayu. Hal ini bermanfaat juga bagi masyarakat yang
ingin mengenal Melayu, dimana batas waktu dan wilayah akan hilang dengan
dipermudah melalui media internet.
107
Ibid., hlm. 99.
108
Purnimasari, Pendiri Balai Kajian Dan Pengembangan Budaya Melayu, Mahyudin Al
Mudra, Kalau Rubuh Kota Melaka, Papan Di Jawa Kami Tegakkan, Riau Pos. 8 Agustus 2008,
hlm. 20.
109
Wawancara dengan Astrin Indriaswati, Staff Pelaksana Harian Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu Tahun 2014- 2018 M, pada tanggal 24 September 2018
77
B. Mempelopori Gerakan Kebudayaan
Peran Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM)
yang kedua yaitu peran pelopor. Peran pelopor adalah melakukan usaha yang
maksimal dan menjadi sumber inspirasi bagi lingkungannya. Artinya Lembaga
BKPBM menjadi aktor yang memotori kegiatan pembangunan budaya Melayu Riau.
Bentuk kepeloporan yang dilakukan Lembaga BKPBM berupa promosi kebudayaan
Melayu Riau dan menjadi pelopor untuk melakukan persatuan Melayu serumpun
1. Promosi Kebudayaan
Kata promosi memberikan interpretasi yang bermacam-macam. Pada
dasarnya maksud kata promosi adalah untuk memberitahukan, membujuk atau
mengingatkan lebih khusus lagi. Promosi merupakan suatu proses menyampaikan
informasi kepada orang lain tentang hal-hal yang menyangkut produk (barang dan
jasa) yang ditawarkan secara persuasif agar target mau menerima produk yang
ditawarkan.110
Tujuan utama promosi yaitu mengadakan komunikasi yang sifatnya
membujuk. Secara umum terdapat beberapa bagian penting dari kegiatan promosi
yaitu produk dan target pasar. Lembaga BKPBM memiliki produk yaitu
kebudayaan Melayu. Sedangkan target pasarnya yaitu seluruh masyarakat di
dunia. Sedangkan media promosi yang digunakan Lembaga BKPBM seperti
110
Antoni Lambea, “Perancangan dan Implementasi Komunikasi Visual Media Promosi
Pariwisata Berbasis Multimedia (Studi Kasus: Dinas Pariwisata Kabupaten Poso)”, dalam jurnal
Salatiga Universitas Satya Wacana tahun 2013, hlm. 20.
78
media online (website, facebook, youtube) maupun media massa (surat kabar, tv,
radio).111
Terdapat 7 unsur kebudayaan yaitu sistem religi, sistem kemasyarakatan
atau organisasi sosial, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian hidup atau sistem ekonomi, dan sistem peralatan hidup atau
teknologi.112
Sejarah budaya Melayu sendiri memiliki karakteristik masing-
masing sesuai dengan struktur geo budaya. Maka dari itu, perlu untuk menyusun
keseluruhan aspek tersebut kedalam aspek yang lebih kecil sehingga mudah untuk
dipelajari dan difahami.
Situs Melayuonline yang dibentuk oleh Lembaga BKPBM diorentasikan
untuk menjadi pangkalan data tentang dunia Melayu terbesar di dunia. Tujuan
dari menciptaan situs ini yakni memudahkan siapa saja yang ingin mengetahui
dunia Melayu. Seluruh aspek Melayu, seperti sejarah, budaya, sastra, bahasa.
Keseluruhan aspek Melayu ini diklasifikasi menjadi sebuah struktur yang begitu
kompleks. Aspek kebudayaan tersebut direpresentasikan dalam bentuk 3 menu
utama di situs Melayuonline, yaitu sejarah, budaya, dan sastra Melayu.113
Pertama yaitu menu sejarah Melayu. Sejarah Melayu mencakup dimensi
yang luas, dengan rentan masa yang panjang. Sejarah yang dimaksud di sini
111
Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra, Pendiri sekaligus Ketua Lembaga Balai Kajian
dan Pengembangan Budaya Melayu, pada tanggal 4 November 2018, di Kantor percetakan
ADICITA Karya Nusa
112
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993), hlm. 5.
113Arsip Lembaga BKPBM, Booklet Melayuonline tahun 2017, hlm. 2.
79
adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Jejak-
jejaknya dapat dilacak melalui kejadian sejarah, baik berupa manuskrip, prasasti,
sejarah lisan maupun artefak. Dalam Melayuonline , sejarah Melayu dibagi dalam
tiga kategori: (1), naskah sejarah, (2), sejarah kerajaan Melayu dan (3),
peninggalan sejarah di situs sejarah, seperti candi, masjid, istana, benteng, dan
makam. Kemudian dalam menu ini juga lebih dikembangkan lagi berdasarkan geo
budayanya. Contohnya dalam menu Kerajaan Melayu diklasifikasi menjadi
Kerajaan Melayu di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,
Thailand, Filipina, Madagaskar dan Afrika Selatan.114
Kepeloporan Lembaga
BKPBM untuk memperomosikan sejarah Melayu sangat baik. Kompleksitas dari
isi menu sejarah yang ditawarkan di website Melayuonline sangat
merepresntasikan sejarah Melayu yang begitu besar. Tidak hanya Melayu yang
ada di Indonesia namun juga diluar negeri.
Kedua, menu Budaya Melayu. Kebudayaan Melayu yang dibahas oleh
Melayuonline tidak lepas dari hal-hal berkaitan dengan unsur kebudayaan seperti
pandangan hidup, kesenian, sistem religi, sastra, kuliner, upacara adat, organisasi
sosial, peralatan, busana, artefak, bahasa, bangunan, pengobatan tradisional, dan
hukum adat Melayu. Semua unsur itu ditulis dalam struktur penulisan tertentu dan
dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.115
114
Ibid., hlm. 4.
115Ibid., hlm. 5.
80
Ketiga, menu Sastra Melayu. Melayuonline mengkasifikasikannya
menjadi dua yaitu sastra lisan dan tulisan yang berkembang di kawasan Melayu.
Sastra lisan sulit diketahui awal kemunculannya, sedangkan sastra tulisan muncul
dan berkembang bersama dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha dalam
masyarakat Melayu. Perkembangan itu semakin pesat dengan masuknya agama
Islam ke kawasan ini. Maka tidaklah mengherankan jika sebagian besar naskah
sastra tulisan masyarakat Melayu merupakan peninggalan periode Islam. Contoh
tradisi lisan adalah pantun, bidal, tambo, koba, dan sebagainya. Sedangkan contoh
tradisi tulisan adalah gurindam, hikayat, puisi, syair, sajak, dan sebagainya.
Melayuonline memaparkan secara rinci apa saja yang berkaitan dengan sastra
lisan dan sastra tulisan itu. 116
Lembaga BKPBM sangat memperhatikan dengan detail konten yang ada
dalam websitenya. Ide dan gagasan Melayuonline dipublikasikan melalui
teknologi informasi, supaya secara efektif dapat dibaca dan diketahui oleh seluruh
lapisan masyarakat Melayu, dan memberikan inspirasi akan pentingnya persatuan
mereka di era gelombang ketiga ini. Selain itu diharapkan apa yang
dipromosikannya dalam diterima dengan baik oleh masyarakat.
Saat pertama kali diluncurkan pada tahun 2007, Melayuonline dapat
diakses dalam tiga bahasa, yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa
Prancis. Saat ini berdasarkan lamannya, Melayuonline sedang mengembangkan
sebelas bahasa lainnya. Meskipun sebelas bahasa yang akan dikembangkan ini
116
Ibid., hlm. 6.
81
belum tersedia dengan sempurna, namun hal ini menunjukkan upaya untuk
menyebarkan konten Melayuonline ke dalam beragam bahasa agar lebih tersebar
luas.117
Upaya tersebut sejalan dengan perkembangan teknologi Internet yang
memberikan akses dan kemampuan jangkauan khalayak seluas-luasnya, tidak
terbatas oleh batasan geografis. Sehingga dapat dikatakan bahwa upaya ini
dilakukan dalam rangka membangun sebuah komunitas virtual terkait kebudayaan
Melayu.
Bahasa yang disediakan Melayuonline memungkinkankonten mereka
diakses dan dibaca tidak saja masyarakat Melayu yang memiliki kemampuan
Bahasa Indonesia yang berakar dari Bahasa Melayu akan tetapi juga masyarakat
Melayu yang menggunakan Bahasa lain. Selain itu akses Bahasa yang beragam
juga memungkinkan pemerhati budaya Melayu dari berbagai bangsa dalam
memanfaatkan Melayuonline sebagai sumber informasi, serta unttuk lebih
mengetahui dan memahami budaya Melayu.
2. Persatuan Melayu Serumpun
Melayu serumpun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bansga
Melayu yang telah lahir dari satu sejarah yang sama. Meskipun pada akhirnya
terdapat perpecahan dalam kubu bangsa Melayu sendiri, namun seutuhnya
Melayu tetap berada dalam rumpun Melayu jika dilihat dari sudut pandang
sejarah. Perbedaan yang terlihat dalam bangsa Melayu sanagt terlihat pada era
kolonialisme.
117
Wawancara dengan Astrin Indriaswati
82
Bangsa Melayu pernah berada dalam era kolonialisme. Era tersebut
memberikan banyak pengaruh khususnya dalam hal pemberian batas atas
perbedaan suku bangsa Melayu. Legitimasi melalui perjanjian maupun peraturan
semakin memperkuat perbedaan yang ada. Keberadaan batas geografis politis
bangsa Melayu pertama kali diciptakan oleh bangsa Eropa melalui Traktat
London. Kebijakan kolonial tersebut menyebabkan polarisasi bangsa Melayu
menjadi Melayu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei. Selain itu, konsep
Negara bangsa juga semakin menegaskan bahwa secara politis dan geografis
bangsa Melayu.
Pengertian utama dari “bangsa”, yang paling sering dikemukakan dalam
literatur adalah definisi politis. Bangsa meliputi seluruh rakyat yang hidup dan
diakui secara legal sebagai warga oleh negara tertentu yang memiliki batas batas
teritorial tertentu, sehingga secara politis mereka menjadi satu dan tidak terbagi.
Secara politis anggota-anggota suatu nasionalitas berkeinginan untuk berada di
bawah pemerintahan yang sama, dan pemerintahan itu dibentuk oleh mereka atau
sebagian dari mereka.118
Sentimen nasional secara demokratis menyatukan seluruh elemen rakyat
tanpa membedakan agama, bahasa, ras dan etnisitas. Persatuan dan kesatuan
bangsa, dalam pandangan demokratik-revolusioner, jauh lebih penting dari
perbedaan-perbedaan itu. Oleh sebab itu baik di Indonesia atau Malaysia, warga
keturunan Arab, India dan Cina menjadi satu kesatuan integral dengan orang-
118
Mahyudin Al Mudra, Redefinisi Melayu., hlm. 46.
83
orang Melayu dalam masing-masing negara. Pengertian bangsa yang beralaskan
definisi politik semacam itu secara perlahan-lahan mendominasi paradigma
pemikiran mayoritas manusia modern yang berakibat pada tergusurnya pengertian
persatuan bangsa dalam wadah persamaan budaya.
Konsep negara bangsa modern telah membangun self-concept setiap
warga suatu negara tentang siapa dia, berasal dari lingkungan apa dan negara
mana. Pemikir asal Mesir, Sayyid Yassin berpendapat bahwa self-concept
dibentuk secara sadar, terencana dan dinamis, yaitu selalu berubah dan
berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan kondisi internal dan
eksternal. Dari perubahan dan perkembangan self-concept inilah hubungan antar
individu atau kelompok, maupun hubungan antar dua bangsa dapat dijelaskan.119
Adanya self-concept dalam diri anggota-anggota sebuah negara menciptakan
identifikasi siapa “kita” dan siapa “mereka”. Dalam hal ini bangsa Indonesia
memandang Malaysia sebagai “mereka”, begitu juga sebaliknya, meskipun secara
etnisitas dan budaya berasal dari rumpun yang satu.
Pencitraan diri melalui self-concept secara politis, dengan tegas
membedakan antara warga negara tertentu dengan orang di luar negara itu.
Dahulu, sebelum menguatnya identitas Melayu politis, kedua bangsa Indonesia
dan Malaysia melakukan shared values yang didasarkan atas persaudaraan
serumpun. Namun dalam perkembangannya, hubungan kedua bangsa serumpun
119
Ibid., hlm. 50.
84
ini banyak diwarnai ketegangan-ketegangan. Perkembangan dan perubahan
pandangan bangsa Malaysia secara eksternal dipengaruhi pengalaman sejarah
‘ganyang Malaysia‘ oleh Orde Lama, sejumlah pendatang gelap Indonesia di
Malaysia, kabut asap tahunan asal Sumatra dan Kalimantan, dan lain sebagainya.
Sehingga, muncul konflik antara kedua bangsa yang ditandai dengan penilaian
miring kedua bangsa tersebut.120
Ketika masing-masing bangsa secara politis telah membangun self-
concept nya sendiri-sendiri, maka persamaan-persamaan kultural dan etnisitas
yang dahulu secara komunal dapat menyatukan, kini telah luntur. Meluasnya
prasangka-prasangka, baik dari pihak warga Indonesia maupun Malaysia,
merupakan contoh yang menyangkal bahwa persamaan budaya dan sejarah
sebagai fondasi konsep komunalitas yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip
solidaritas, persaudaraan (brotherhood) dan kohesi sosial. Konsep negara-bangsa
dewasa ini lebih menyatukan daripada persamaan budaya.
Meskipun demikian, di tengah dominasi paradigma pemikiran modern
yang cenderung menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai luhur agama, budaya dan
norma-norma sosial, masih ada harapan kedua bangsa untuk saling menghargai,
menghormati, dan bersatu dalam bingkai kebudayaan. Persamaan budaya
(Melayu) tetap menjadi salah satu unsur pokok yang dapat membangun kembali
keharmonisan kedua bangsa.
120
Ibid., hlm. 51
85
Menyikapi hal ini, Lembaga BKPBM memutuskan untuk melakukan
upaya persatuan bangsa Melayu serumpun. Cakupan Melayu serumpun
khususnya di wilayah asia tenggara yaitu wilayah nusantara dimasa lampau.
Untuk mempersatukan perbedaan yang bersifat destruktif bagi kebudayaan
Melayu, maka lemabaga BKPBM berupaya menjalin kerjasama dengan beberapa
lembaga maupun organisasi persatuan kebudayaan Melayu lintas Negara.
Pada tanggal 4 Oktober 2011 Raja Tengku Puteri Anis yang merupakan
keturuan ketujuh Putri Saadong, Raja Kelantan Malaysia dan kerabat Dinasti Al
Kamel Nusantara mengunjungi Lembaga BKPBM. Kunjungan ini bertujuan
untuk menyambung silaturahmi sekaligus berdiskusi mengenai pentingnya
garakan kebudayaan mempersatukan Melayu serumpun.121
Kunjungan ini
memiliki makna yang mendalam dalam hal kepedulian untuk membangun
persatuan bansga melayu serumpun. Kerinduan akan persatuan bangsa melayu
juga harapan banyak pihak. Selain itu, kunjungan ini lebih bermakna bagi
lembaga BKPBM karena terdapat bentuk pengakuan akan eksistensi lembaga
sebagai pelopor gerakan pemersatu bangsa melayu. Hal ini dikarenakan lembaga
BKPBM dipilih sebagai tujuan kunjungan mereka sedangkan dilain sisi terdapat
banyak lembaga melayu yang ada di Indonesia.
Pada kesempatan lain, kegiatan milad melayuonline ke dua lembaga
BKPBM menjadi ajang untuk mempertemukan petinggi melayu yaitu raja- raja
121
Oki, “Raja Tengku Puteri mengunjungi Lembaga BKPBM”, Kerajaan Nusatara, diakses
dari www.kerajaannusantara.com, pada tanggal 22 September 2014 pukul 12.00 WIB
86
melayu di nusantara. Mereka adalah Raja Landak bernama Gusti Suryansyah,
Raja Sanggau bernama Gusti Arman, Raja Palembang Darussalam bernama
Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dan Raja Serdang bernama Tengku
Luckman Sinar Basharsah II.122
Raja merupakan simbol kerajaan melayu yang
hingga saat ini masih ada dibanyak Negara. Namun posisi mereka tidak lagi
memegang kendali politik di wilayahnya sebagaimana pada masa kerajaan dimasa
lalu.
Pertemuan tersebut memperbincangkan peran serta raja-raja dalam
revitalisasi budaya Melayu lokal. Raja dapat digunakan untuk memperkuat
identitas kebudayaan Melayu di Indonesia, dengan tetap menghormati
kemajemukan sebagai ciri khas dan kekayaan bangsa Indonesia. oleh karena itu,
peran Raja dapat diperluas tidak hanya sebagai penjaga kebudayaan, tetapi juga
pengawal dinamika politik yang berbudaya.123
Arus globalisasi budaya dan
universalisasi nilai budaya melayu oleh para raja, pemangku pemerintahan, dan
rakyat selayaknya bersama-sama merekonstruksi mentalitas dan identitas bangsa.
Hal ini dapat dilakukan melalui penggalian warisan khazanah budaya.
Ruang diskusi yang diberikan lembaga BKPBM melalui rangkaian
kegiatan milad melayuonline ini memperlihatkan bahwa peran lembaga sebagai
pelopor pemersatu melayu serumpun juga mengikutsertakan bagian besar dari
122
Mahyudin Al Mudra, “Orasi Kebudayaan Milad ke II Melayuonline”, Karya MAM, diakses
dari www.mahyudinalmudra.com, pada tanggal 29 September 2014 pukul 12.00 WIB
123Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra
87
budaya tersebut. raja sebagai simbol pemerintahan kerajaan juga mampu
diikutsertakan dalam kegiatan diskusi yang dilaksanakan lembaga.
C. Fasilitasi Kegiatan Kemelayuan
Tantangan dalam pengembangan budaya melayu yaitu menciptakan suasana
yang kondusif melalui peningkatan aktifitas dan interaksi masyarakat dengan
budayanya. Sehingga perlu diintegrasikan seluruh elemen masyarakat baik
perseorangan, organisasi, maupun lembaga. Selain daripada itu, kegiatan
pengembangan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pendukung
budaya melayu. Oleh sebab itu salah satu peran lembaga BKPBM yaitu
memfasilitasi kegiatan kebudayan melayu.
Peran Lembaga BKPBM yang terakhir yaitu peran fasilitator. Peran fasilitator
adalah mempercepat pembangunan kebudayaan melalui perbaikan lingkungan
perilaku pendukung kebudayaan tersebut. Peran ini akan memperkecil hambatan
yang dimiliki masyarakat dalam melakukan kegiatan pengembangan budaya
melayu. Hambatan tersebut berupa kendala sarana dan prasarana. Dengan
membantu memfasilitasi masyarakat akan kebutuhannya maka Lembaga BKPBM
menjalankan perannya dalam mengoptimalkan pembangunan budaya melayu.
Masyarakat Melayu Riau di Yogyakarta mereka dapat didefinisikan sebagai
perantau. Istilah rantau dari sudut sosiologi yang mengandung enam unsur pokok.
Keenam unsur itu yaitu (1) meninggalkan kampung halaman; (2) dengan
kemauan sendiri; (3) untuk jangka waktu lama atau tidak; (4) dengan tujuan
88
mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman; (5) biasanya
dengan maksud kembali pulang; dan (6) merantau ialah lembaga sosial yang
membudaya. Dengan merantau setidak-tidaknya dalam konsepsi idealnya,
identifikasi maupun pengasosiasian dengan budaya yang lama adalah merupakan
ciri tetap, sedangkan bermukim di rantau hanyalah cara untuk mencapai tujuan.124
Masalah budaya asal yang dibawa oleh kelompok perantauan dari suatu etnik
ke wilayah budaya lain akan menyinggung persoalan terhadap identitas budaya
yang melekat pada diri perantau itu. Identitas pada diri seseorang merupakan hal
yang cukup dinamis, dengan kata lain, dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi
dan berubah dari hari ke hari. Identitas merupakan hal yang subjektif dan sosial
secara simultan.125
Budaya dan identitas merupakan dua konsep yang
berhubungan. Identitas etnis ini merupakan dasar utama bagi masyarakat yang
mendeskripsikan bahwa diantara kita-mereka terdapat perbedaan di kota-kota
besar melalui aktivitas budaya sehari-hari seperti saat bekerja, berbelanja, dan
kegiatan sehari-hari, orang itu dapat melihat perbedaannya. Oleh karena itu,
identitas ini digunakan kelompok etnik untuk dijadikan pembeda antara
kelompok-kelompok etnik dalam interaksi kegiatan sehari.
Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai predikat sebagai kota pelajar di
indonesia, karna memiliki kurang lebih sekitar lima ratus perguruan tinggi yang
124
Rarasrum Dyah Kasitowati, ”Sandeq dan Roppo Kearifan Lokal Suku Mandar
Pesisiran Sulawesi Barat” dalam Jurnal Sabda, Vol 6, No 1 April 2011, hlm .63.
125Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: CV Rajawali, 1987), hlm.
268.
89
terdiri dari perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Jadi sekitar 40%-
45% warga yang bermukin adalah pendatang.126
Artinya jumlah masyarakat
perantau di daerah ini begitu besar, sehingga identitas budaya yang dibawa akan
semakin beragam.
Mahasiswa Melayu Riau sebagai bagian masyarakat Melayu di Yogyakarta,
mereka kerapkali mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan budaya
kedaerahan untuk memperlihatkan identitasnya sebagai orang Melayu. identitas
ini berupa bahasa, pakaian, dan kegiatan kesenian keagamaan. Lembaga BKPBM
dalam hal ini memfasilitasi mereka dalam praktek budaya tersebut.
Lembaga BKPBM mewadahi masyarakat Melayu Riau untuk kegiatan diskusi
budaya Melayu, rapat ikatan mahasiswa daerah, dan kegiatan-kegiatan kesenian
Melayu. Mereka pun juga sering dilibatkan dan diundang dalam kegiatan yang
diadakan oleh lembaga seperti diskusi kebudayaan dan milad dari balai kajian
Melayu. Pada acara milad atau perayaan hari jadi BKPBM mereka menyuguhkan
berbagai macam kesenian Melayu Riau seperti menyanyi lagu Melayu, tari-tarian,
berbalas pantun, dan syair.127
Lembaga BKPBM menjadi tempat bagi masyarakat Riau untuk mendukung
kegiatan-kegiatan budaya mereka meskipun tidak hanya mahasiswa Melayu Riau
126
Aep Saepudin, “Peranan Bauran Promosi Dalam Peningkatan Penjualan Busana Muslimah
Di Toko Busana Muslim Annisa Yogyakarta” dalam jurnal Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008., hlm 12
127
Wawancara dengan Oki Supriadi Staf BKPBM tahun 2014- 2015 M, pada 23 September
2018.
90
saja tetapi mahasiswa Melayu dari daerah lain juga diperkenankan untuk
mengadakan kegiatan keMelayuan di sana. Sehingga Lembaga cenderung
diramaikan oleh kegiatan mahasiswa asal Propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan
Riau.
Selain dalam kegiatan kebudayaan, lembaga BKPBM juga memfasilitasi
mahasiswa Melayu Riau dalam kegiatan akademik khususnya dalam membuat
karya ilmiah. Lembaga ini secara aktif memberikan referensi bacaan, pengetahuan
dan informasi lainnya agar dapat mendukung penyelesaian karya ilmiah
mahasiswa Riau baik di Yogyakarta maupun di luar daerah.
Pada tahun 2017 tercatat bahwa Lembaga BKPBM sudah membantu
menyelesaikan 11 skripsi, 5 tesis dan 5 disertasi. Contohnya yaitu disertasi
berjudul “Akulturasi Islam dan Budaya Melayu (Studi Tentang Ritus Siklus
Kehidupan Orang Melayu Di Pelalawan Provinsi Riau)” oleh Abdullah di
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008. Terdapat pula
karya ilmiah pelajar Riau di Yogyakarta, salah satunya Skripsi berjudul “Strategi
Pemerintah Provinsi Riau Mewujudkan Visi Riau 2020 Sebagai Pusat
Kebudayaan Melayu Di Asia Tenggara Oleh Fitria Lassriwatu. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2008.128
Dengan adanya kegiatan di atas maka lembaga bkpbm telah melakukan
perannya sebagai fasilitator. Yang mana peran ini tidak hanya ditujukan kepada
128
Arsip Lembaga BKPBM tentang kegiatan lembaga tahun 2016- 2017, hlm. 43-45.
91
masyarakat melayu Riau di Yogyakarta namun juga ke masyarakat luas.
Kerjasama lembaga dengan organisasi pelajar Riau menjadi wadah terbaik untuk
mempermudah pelaksanaan peran ini.