bab ii sekilas sejarah balai kajian dan pengembangan ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_bab...

74
18 BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA MELAYU (BKPBM) DI YOGYAKARTA A. Masyarakat Melayu Riau Di Yogyakarta Yogyakarta merupakan kota dengan beragam julukan, seperi kota pendidikan, kota pariwisata, kota budaya, serta kota toleransi. Ragam julukan ini merupakan suatu daya tarik untuk mendatangkan banyak pengunjung ke wilayah ini tidak terkecuali dari orang Riau. Alasan kedatangan orang Riau ke Yogyakarta umumnya untuk mencari pendidikan, pekerjaan, maupun, tempat hidup ideal. Mereka datang sendiri, bersama teman maupun membawa keluarga. Umumnya mereka akan kembali ke kampung halaman namun ada pula yang akhirnya menetap di Yogyakarta. 1 Untuk memenuhi kebutuhan papan, sandang dan pangan maka seseorang akan melakukan banyak upaya termasuk melakukan migrasi dari desa ke kota. Pemilihan kota sebagai tujuan migrasi karena kota merupakan pusat perkembangan ekonomi dan keilmuan. Pada tahun 2014 jumlah mahasiswa asal Riau sebanyak 14.221 jiwa. Jumlah ini menempatkan mahasiswa asal Riau sebagai pendatang terbesar ke dua di Yogyakarta. 2 Selain pelajar Riau, banyak pula pelajar dari daerah lain yang datang ke Yogyakarta. Perpindahan penduduk ini juga dibarengi dengan pertumbuhan jumlah 1 Wawancara dengan Ridwan Usman, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau 2016- 2018 M sekaligus tokoh Melayu Riau di Yogyakarta, pada tanggal 30 September 2018, di kediaman Ridwan Usman Perum TNIA AD Jl. Kesatrian Gang Rambutan C20 Banguntapan Bantul Yogyakarta 2 Meidyatama, Mahasiswa Asal Riau Terbanyak Kedua di Yogyakarta”, antarariau, diakses dari http://www.antarariau.com/index.php/first/artikel/, pada tanggal 20 September 2014 pukul 12.00 WIB

Upload: others

Post on 09-Aug-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

18

BAB II

SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

MELAYU (BKPBM) DI YOGYAKARTA

A. Masyarakat Melayu Riau Di Yogyakarta

Yogyakarta merupakan kota dengan beragam julukan, seperi kota pendidikan,

kota pariwisata, kota budaya, serta kota toleransi. Ragam julukan ini merupakan suatu

daya tarik untuk mendatangkan banyak pengunjung ke wilayah ini tidak terkecuali

dari orang Riau. Alasan kedatangan orang Riau ke Yogyakarta umumnya untuk

mencari pendidikan, pekerjaan, maupun, tempat hidup ideal. Mereka datang sendiri,

bersama teman maupun membawa keluarga. Umumnya mereka akan kembali ke

kampung halaman namun ada pula yang akhirnya menetap di Yogyakarta.1

Untuk

memenuhi kebutuhan papan, sandang dan pangan maka seseorang akan melakukan

banyak upaya termasuk melakukan migrasi dari desa ke kota. Pemilihan kota sebagai

tujuan migrasi karena kota merupakan pusat perkembangan ekonomi dan keilmuan.

Pada tahun 2014 jumlah mahasiswa asal Riau sebanyak 14.221 jiwa. Jumlah

ini menempatkan mahasiswa asal Riau sebagai pendatang terbesar ke dua di

Yogyakarta.2 Selain pelajar Riau, banyak pula pelajar dari daerah lain yang datang ke

Yogyakarta. Perpindahan penduduk ini juga dibarengi dengan pertumbuhan jumlah

1Wawancara dengan Ridwan Usman, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau 2016- 2018 M

sekaligus tokoh Melayu Riau di Yogyakarta, pada tanggal 30 September 2018, di kediaman Ridwan

Usman Perum TNIA AD Jl. Kesatrian Gang Rambutan C20 Banguntapan Bantul Yogyakarta

2Meidyatama, “Mahasiswa Asal Riau Terbanyak Kedua di Yogyakarta”, antarariau, diakses

dari http://www.antarariau.com/index.php/first/artikel/, pada tanggal 20 September 2014 pukul 12.00

WIB

Page 2: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

19

perguruan tinggi sehingga semakin menarik minat pelajar untuk datang ke wilayah

ini.

Dengan adanya kemajuan teknologi maka dapat mempermudah upaya

identifikasi keberadaan pelajar asal Riau di Yogyakarta. Kompleksitas kehidupan

masyarakat Riau di Yogyakarta sangat unik untuk diketahui. Untuk menguraikan

kondisi kehidupan mereka dapat dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:

1. Kondisi Sosial

Provinsi Riau terdiri dari 12 Kabupaten Kota yaitu Bengkalis, Indragiri Hilir,

Indragiri Hulu, Kampar, Kepulauan Meranti, Kuantan Sengingi, Pelalawan,

Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak, Kota Dumai dan Kota Pekanbaru. Selain itu,

provinsi ini juga terdiri dari banyak suku seperti Melayu, Bugis, Jawa, Banjar,

Minang.3 Kemampuan orang Riau dalam beradaptasi terhadap lingkungan baru

tidak lepas dari kondisi keberagaman dan kemajemukan di daerah asalnya.

Di Yogyakarta, masyarakat Riau cenderung mengelompokkan diri dalam

bentuk organisasi. Sehingga untuk mengetahui dinamika kehidupan mereka dapat

dilihat melalui wadah persatuan mereka ini. Contohnya organisasi yang

membawa nama- nama daerah di Riau seperti Ikatan pelajar Riau Yogyakarta

(IPR-Y), Ikatan Keluarga Riau (IKR), Ikatan pelajar Riau Yogyakarta Komisariat

Indragiri Hilir, Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, Kepulauan Meranti, Kuantan

3“Portal Data Inhil”, Portal Resmi Kabupaten INHIL, diakses dari https://www.inhilkab.go.id,

pada tanggal 20 September 2014 pukul 12.00 WIB

Page 3: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

20

Sengingi, Pelalawan, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak.4 Keseluruhan organisasi ini

memiliki pengaruh besar bagi eksistensi kebudayaan Melayu dan masyarakat

Melayu Riau di Yogyakarta.

Secara umum karakteristik kehidupan masyarakat Melayu Riau di Yogyakarta

terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan pelajar dan golongan keluarga.

Golongan pelajar adalah mereka yang masih menempuh pendidikan di

Yogyakarta dan hidup dilingkungan pelajar lainnya. Sedangkan golongan

keluarga cenderung hidup hanya dengan keluarganya dengan menetap di rumah

sendiri.5 Perbedaan cara hidup kedua golongan ini disebabkan oleh kompleksitas

kebutuhan yang mereka miliki. Sehingga cara hidup kedua golongan ini memiliki

karakteristik yang berbeda, namun tidak dapat terpisahkan karena saling

berhubungan satu sama lain.

Salah satu keunikan masyarakat Melayu Riau di Yogyakarta yaitu adanya

asrama daerah. Asrama daerah baik permanen maupun semi permanen di

Yogyakara merupakan inventaris Pemerintah Daerah Riau. Saat ini sudah terdapat

11 asrama pelajar yang ada di Yogyakarta.6 Umumnya asrama ini hanya ditujukan

untuk kelompok pelajar. Keberadaan asrama di Yogyakarta sangat membantu

4 Wawancara dengan Ridwan Usman

5Ibid.

6Wawancara dengan Muhammad Iqbal Samsudin Ketua Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta tahun

2015- 2016 M, pada tanggal 27 Oktober 2018, di Asrama Putri Sri Gemilang Yogyakarta Jl Puntodewo

No 14b Sokowaten Bnaguntapan Bantul Yogyakarta

Page 4: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

21

kaum pelajar dalam memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dan meminimalisir

pengeluaran dana pelajar.

Pada tahun 2018 jumlah asrama pelajar Riau yaitu 16 buah yang terbagi atas

asrama putera dan puteri. Selain untuk tempat tinggal, asrama juga digunakan

sebagai sekretariat organisasi. Sedangkan jumlah Organisasi daerah pelajar Riau

saat ini berjumlah 12 organisasi. Contohnya yaitu Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta

(IPR-Y) yang merupakan organisasi pusat pelajar Riau. Organisasi ini bertempat

di asrama putera Riau di jalan bintaran tengah no 02 Yogyakarta.7 Keberadaan

asrama menjadi faktor pendorong golongan pelajar untuk terus berkumpul dengan

pelajar lainnya dari Riau. Tempat ini menjadi sentral bagi kegiatan organisasi

pelajar Riau lainnya. Selain menjawab kebutuhan akan tempat tinggal, asrama

juga meningkatkan kemampuan pelajar Riau dalam berorganisasi.

Organisasi pelajar Riau di Yogyakarta saling berhubungan satu sama lain.

Hubungan yang dibangun biasanya dalam beberapa aspek seperti keilmuan,

olahraga, kesenian, dan keagamaan.8 Kerjasama ini bersifat timbal balik, yang

mana jika satu organisasi mengadakan suatu agenda maka organisasi daerah lain

diundang untuk berpartisipasi. Melalui kegiatan yang dilaksanakan bersama

maupun sebagai undangan maka hubungan sosial masyarakat Riau menjadi

semakin erat meskipun berada jauh dari kampung halaman.

7Wawancara dengan Muh Iqbal Samsudin

8Ibid.

Page 5: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

22

Bagi orang Riau yang sudah berkeluarga biasanya mereka tergabung dalam

Ikatan Keluarga Riau (IKR). Organisasi ini berdiri sejak tahun 1975 hingga saat

ini. Kegiatan dari organisasi ini yaitu pengajian setiap jum’at. Adapun kegiatan

ini berfungsi sebagai wadah silaturahmi. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai

wadah pengembangan diri anggotanya seperti dalam hal ceramah keagamaan.9

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jauh dari kampung halaman, orang Melayu

Riau tetap bersatu dan melakukan beberapa kegiatan bersama.

Bagi orang Riau yang sudah berkeluarga, beradaptasi di lingkungan di

Yogyakarta tidak terlalu sulit. Hal pokok yang memudahkan mereka dalam

beradaptasi yaitu Agama Islam. Sehingga banyak diantaranya orang Riau

berprofesi sebagai da’i.10

Penerimaan masyarakat terhadap orang baru dinilai

yang dari melihat tingkah lakunya, dan orang Riau dapat dikatakan mudah

berdaptasi dengan berbekal nilai keislamannya. Agama menjadi modal utama

dalam adaptasi masyarakat Melayu Riau di Yogyakarta. Hal ini sangat efektif

karena mayoritas masyarakat Yogyakarta beragama Islam.

Selain agama, bahasa juga menjadi faktor pendukung yang efektif dalam

upaya beradaptasi di lingkungan yang baru. Hal ini dipermudah karena bahasa

Indonesia merupakan bahasa serapan dari bahasa Melayu. Sehingga dapat

mempermudah orang Riau dalam berkomunikasi khususnya para da’i asal Riau

dalam menyampaikan ceramahnya.

9Wawancara dengan Ridwan Usman

10

Ibid.

Page 6: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

23

2. Kondisi Ekonomi

Pada tahun 1990-an masyarakat Riau yang datang ke Yogyakarta adalah

golongan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dapat terlihat pada kondisi pelajar

Riau, yang mana mereka masih kesulitan untuk memenuhi sarana belajar seperti

buku, kendaraan, dan alat komunikasi.11

Sedangkan saat ini, pelajar yang mampu

berkuliah di Yogyakarta adalah mereka yang berada di kelas ekonomi

menengah.12

Meningkatnya biaya pendidikan adalah salah satu faktor

keterbatasan pelajar untuk mengenyam pendidikan di Yogyakarta. Di sisi lain,

biaya hidup lainnya seperti akomodasi dan transportasi juga semakin meningkat.

Sehingga sedikit dari masyarakat Melayu Riau dapat hidup di kota perantauan.

Selain berprofesi sebagai pelajar, secara umum terdapat beberapa jenis mata

pencaharian orang Riau di Yogyakarta seperti dosen, wirausahawan, da’i,

politikus, wartawan, penulis. Namun profesi yang mendominasi adalah da’i dan

wartawan.13

Lingkungan masyarakat dan kultur di Yogyakarta memberikan

pengaruh terhadap dominasi profesi yang digeluti oleh Masyarakat Melayu Riau.

Menurut badan pusat statistik Yogyakarta tahun 2018, 92,63 persen

masyarakat Yogyakarta beragama Islam. Hal menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan banyak orang Riau berprofesi sebagai da’i. Sedangakan faktor yang

menyebabkan banyaknya orang Riau berprofesi sebagai wartawan adalah

11Wawancara dengan Muhammad Syafrudin Mahasiswa Riau angkatan tahun 1980-1986 dan

2001- 2004 M, pada tanggal 20 November 2018, di kediamannya Kota Solo Jawa Tengah

12

Wawancara dengan Ridwan Usman

13

Wawancara dengan Muhammad Syafrudin

Page 7: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

24

kebutuhan akan informasi yang begitu besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa

meningkatnya teknologi informasi mendorong berkembangnya jumlah penulis

dan juga wartawan.

3. Kondisi Budaya

Orang Melayu yang berada di tanah perantauan cenderung merasakan rasa

kekeluargaan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan perasaan “senasib

sepenanggungan” yang cenderung hadir di tanah perantauan.14

Dengan adanya

kondisi seperti ini, beberapa praktek budaya Melayu Riau seperti bahasa,

makanan, pakaian, adat istiadat masih dipertahankan untuk semakin memperkuat

atmosfir kemelayuan diantara mereka.

Kegiatan bernuansa Melayu sering dilakukan orang Riau melalui

organisasinya. Kegiatan seperti upacara adat keagamaan dan perayaan hari besar

dilakukan dengan bernuansakan Islam. Contohnya yaitu acara pelantikan

pengurus ikatan pelajar dengan menggunakan adat sekapur sirih dan tabor beras

kunyit. Upacara ini biasanya dilakukan untuk melantik kepala adat di Riau.15

Kegiatan kemelayuan yang dilakukan orang Riau ini tidak lepas dari

eksistensinya. Menggunakan identitas budaya daerah dalam kegiatan merupakan

cara organisasi untuk mempertahankan eksistensinya. Tidak jarang orang Riau

juga menggunakan pakai adat Melayu yaitu baju kurung untuk memperlihatkan

salah satu symbol budayanya.

14

Ibid.

15

Wawancara dengan Ridwan Usman

Page 8: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

25

Selain penggunaan pakaian adat Melayu yang menjadi simbol orang Melayu.

Adapula bahasa Melayu yang menjadi identitas orang Riau. Hal ini sangat kentara

dibandingkan karakteristik lainnya. Meskipun dialek setiap daerah berbeda- beda

namun penggunaan bahasa Melayu merupakan suatu kesamaan bagi orang Riau.16

Bahasa adalah alat komunikasi setiap manusia. Sehingga dengan massifnya

komunikasi yang dilakukan orang Riau akan terbangun kondisi yang baik untuk

bekerja bersama- sama.

Selanjutnya yaitu kuliner khas Melayu. Makanan khas Melayu adalah salah

satu hal pokok yang dapat dilihat di berbagai kegiatan yang dilakukan orang

Riau.17

Hal ini tidak lepas dari permasalahan selera terhadap perbedaan rasa

makanan di jawa dan Riau. Sehingga untuk menyesuaikan selera makan, biasanya

orang Riau tetap mempertahankan makanan khas Riau untuk dikonsumsi di

beberapa kegiatan bernuansa Melayu.

Corak yang terakhir adalah kesenian Melayu Riau. Biasanya pelajar Riau

memiliki sanggar seni masing- masing. Orang Riau aktif mempraktekkan seni

melalui sanggar dan komunitas.18

Yogyakarta sebagai kota budaya merupakan

salah satu daya tarik untuk berkompetisi memperlihatkan kesenian daerah yang

unik dan indah. Sehingga banyak orang Riau yang memperkenalkan

kebudayaannya melalui kesenian Melayu seperti tari, teater, hingga musik.

16

Ibid. 17

Ibid. 18

Ibid.

Page 9: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

26

B. Awal Berdirinya Lembaga BKPBM

Budaya adalah aspek yang penting untuk membentuk jati diri manusia. Dalam

setiap kebudayaan terkandung nilai- nilai kearifan, filosofi hidup dan tuntunan

berprilaku yang akan membentuk jati diri manusia. Selain merupakan bagian dalam

kehidupan perorangan, budaya juga merupakan bagian besar dalam kesatuan bangsa.

Maka dari itu, memperkuat kebudayaan berarti memperkuat jati diri bangsa

Indonesia.

Pada tahun 1998 M Indonesia memasuki era reformasi. Di era ini penetrasi

kebudayaan Barat semakin tidak bisa terkontrol. Akibatnya banyak rakyat Indonesia

seakan kehilangan jati dirinya. Citra sebagai bangsa Timur yang lemah lembut dan

ramah, kini menjadi sosok beringas yang mampu mengadili sesama dengan tindakan

brutal dan memecah belah persatuan. Maka dari itu perlu digali kembali khazanah

dan nilai luhur kebudayaan asli bangsa Indonesia agar bangsa Indonesia dapat

menjadi bangsa yang kuat.

Budaya Melayu sebagai salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia juga mulai

mengalami dekadensi seiring semakin besarnya penetrasi kebudayaan Barat. Budaya

Melayu dianut sekelompok manusia yang akan selalu “berdialog” dengan budaya lain

dan saling memperngaruhi. Dari titik inilah budaya bisa berubah, bisa menghilang

ataupun semakin kuat. Maka dari itu budaya Melayu harus bisa beradaptasi, agar

tidak ditinggalkan oleh pendukungnya karena dianggap ketinggalan zaman. Hal yang

tidak bisa dirubah dari kebudayaan Melayu yaitu nilai luhurnya. Bentuk luar boleh

beradaptasi tapi esensi harus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan.

Page 10: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

27

Kegelisahan ini menjadi latarbelakang lahirnya sebuah lembaga yang bernama

Balai Kajian dan Pengembangan Kebudayaan Melayu (BKPBM). Lembaga ini

dibentuk untuk menghidupkan kembali budaya Melayu secara luas sebagai perekat

kehidupan berbangsa dan bernegara yang secara faktual terdiri dari suku bangsa dan

budaya yang beraneka ragam.19

Pemahaman tentang budaya semestinya tidak

mempersempit kehidupan manusia melainkan semakin memperkuat nilai sosial

manusia tersebut. Terutama jika dihadapkan pada kenyataan bangsa Indonesia yang

kaya akan keragaman budayanya.

Lembaga BKPBM merupakan lembaga swasta yang didirikan pada tanggal 4 Juli

2003 di Yogyakarta.20

Lembaga yang didirikan oleh Mahyudin Al Mudra atau yang

biasa dipanggil Bang Mam ini, bertempat di Jalan Gambiran 85 Pandeyan,

Umbulharjo, Yogyakarta. Lembaga BKPBM memiliki motto “menjemput

moderenisasi tanpa meninggalkan tradisi, menjulang marwah tanpa melupakan

sejarah”.21

Dari motto “menjemput tradisi tanpa meninggalkan zaman”, menggambarkan

bahwa Lembaga BKPBM menyesuaikan budaya Melayu dengan kebutuhan zaman

dengan cara mengangkat kembali tradisi Melayu ke bumi. Artinya tradisi Melayu

dapat diaplikasikan kembali dalam kehidupan sehari- hari, sehingga budaya Melayu

19Arsip Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) tahun 2017.,

hlm. 1. 20

Ibid., hlm. 1.

21

Purnimasari, Pendiri Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, Mahyudin Al

Mudra, Kalau Rubuh Kota Melaka, Papan Di Jawa Kami Tegakkan, Riau Pos. 8 Agustus 2008, hlm.

20.

Page 11: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

28

tetap eksis di tengah penganutnya.22

Motto ini timbul atas dasar banyaknya tradisi

Melayu yang sudah mulai pudar di masyarakat karena tidak menarik daripada

kebiasaan moderen. Oleh sebab itu perlu untuk mengembangkan tradisi tersebut agar

bisa diaplikasikan di zaman sekarang dan akan datang. Bagaimanapun, tradisi

merupakan kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat secara turun termurun. Jika

tradisi tidak lagi dipraktekkan maka seiring berjalannya waktu akan menghilang.

Kemudian motto “menjulang marwah tanpa melupakan sejarah” bermakna

Lembaga BKPBM hadir untuk mengangkat kembali kejayaan Melayu yang pernah

ada. Sejarah Melayu yang begitu panjang harus dituliskan dan dikenalkan kembali,

sehingga bangsa Melayu menjadi bangsa yang besar karena tidak melupakan

sejarahnya. Maka dari itu perlu untuk menggali, mengumpulkan, dan memelihara

berbagai peninggalan seni budaya Melayu sebagai dokumentasi sejarah dan budaya.23

Motto ini bermaksud untuk memberikan penegasan atas pentingnya memahami

sejarah Melayu secara utuh, sehingga khazanah Melayu dapat mengangkat derajat

bangsa Melayu. Namun sebaliknya jika sejarah tidak difahami sebagai sebuah

pembelajaran, maka perpecahan dengan alasan politik, ekonomi dan lainnya akan

mudah terjadi.

Lebih lanjut, dalam aktifitas manusia setiap harinya merepresentasikan

kecintaan masyarakat terhadap budaya yang dianutnya. Oleh sebab itu, perlu untuk

22Arsip Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) tahun 2017.,

hlm. 2.

23Mahyudin Al Mudra. Redefinisi Melayu: Upaya Menjembatani Perbedaan Konsep

Kemelayuan Bangsa Serumpun (Yogyakarta: ADICITA Karya Nusa, 2008), hlm. 11.

Page 12: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

29

mempraktekkan tradisi kebudayaan Melayu seperti kesenian Melayu dalam beberapa

kegiatan. Sebaliknya di zaman sekarang praktek ini semakin hilang. Kurangnya ilmu

serta pemahaman merupakan menyebabkan utama dari dekadensi ini. Akibat yang

ditimbulkan yaitu tidak adanya regenerasi yang faham dengan budaya Melayu. Salah

satu contohnya yaitu hilangnya seniman Melayu karena masyarakat lebih menyukai

kesenian modern daripada kesenian Melayu.

Lembaga BKPBM lahir dari perjalanan sejarah yang begitu panjang. Untuk

menelusuri sejarah lahirnya Lembaga BKPBM, dapat dilihat sejak tanggal 22

Oktober 1987 M tepatnya saat berdirinya percetakan ADICITA Karya Nusa oleh

Mahyudin Al Mudra. Percetakan ini didirikan untuk mengembangkan kebudayaan

Melayu melalui tulisan. Tujuan lain dibentuknya percetakan ini yaitu untuk

mewadahi penulis- penulis yang memiliki kesadaran sama tentang kebudayaan.

Percetakan inilah yang menjadi pondasi awal berdirinya Lembaga BKPBM.24

Tulisan merupakan cara awal untuk mengakomodir keperluan pengembangan

budaya Melayu. Tidak berlebihan jika langkah ini dikatakan massif untuk

mengurangi fenomena javanisasi yang mendominasi tulisan di Indonesia khususnya

sebelum masa reformasi. Fenomena ini telah banyak mengakibatkan orang Melayu

lebih mengenal budaya Jawa dari pada budayanya sendiri. Hal ini tergambarkan

melalui buku sejarah di sekolah yang memaparkan sejarah kerajaan di Jawa

dibandingkan sejarah kerajaan lainnya. Sehingga banyak yang lebih mengenal sejarah

24Wawancara dengan Juni Mahsusi staff ADICITA karya nusa tahun 2013- 2015 M, pada

tanggal 28 Oktober 2018, melalui Telpon

Page 13: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

30

Kerajaan Majapahit dari pada sejarah Kerajaan Siak, Indragiri, ataupun Kerajaan

Riau yang notabenenya adalah kerajaan Melayu yang ada di Indonesia. Kemudian

cerita rakyat Nusantara juga banyak memaparkan cerita bernuansa jawa seperti

sangkuriang.

Pada tanggal 8 Maret 2001 M, ADICITA Karya Nusa memperoleh

penghargaan KEHATI AWARD di kategori Citra Lestari KEHATI. Penghargaan ini

diberikan kepada katua lembaga oleh presiden RI Soekarno Putri.25

Jauh sebelum

penghargaan ini, ADICITA sudah menerima penghargaan IKAPI berturut- turut sejak

tahun 1998 hingga tahun 2004.26

Banyaknya penghargaan yang diterima ADICITA

tidak lepas dari sumbangsihnya terhadap pendidikan serta kebudayaan. Dengan

adanya percetakan ADICITA tentunya menambah jumlah referensi bernuansa

kebudayaan. Selain itu, bertambah pula jumlah penulis dan peminat budaya. Lebih

daripada itu, kebudayaan Melayu juga lebih dikenal oleh masyarakat sehingga nilai

keberagaman di Indonesia semakin dikenal.

Dengan banyaknya Penghargaan yang didapatkan ADICITA. Maka

percetakan ini mulai dikenal banyak pihak sehingga meningkatkan jumlah penawaran

untuk mencetak di percetakan ini. Kondisi ini dijelaskan oleh salah satu mantan staf

ADICITA yaitu Juni Mahsusi yang mana ADICITA pernah menerbitkan buku

dengan jumlah yang begitu banyak sehingga gedung percetakan yang dimiliki

ADICITA tidak dapat menampung buku tersebut. Untuk itu disewa satu gedung

25

Arsip ADICITA Karya Nusa kliping penghargaan yang diterima.

26

Ibid.

Page 14: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

31

untuk menampung buku yang akan dicetak. Jumlah ini tentunya sejalan dengan

perolehan pendapatan yang besar di ADICITA27

Tahap selanjutnya untuk melihat sejarah Lembaga BKPBM yaitu

pembangunan rumah Melayu. Pembangunan rumah ini tidak lepas dari kesuksesan

yang telah diperoleh ADICITA Karya Nusa sebagai percetakan Riau. Dengan

banyaknya jumlah produksi buku di percetakan ini maka menambah pemasukan uang

Bang Mam. Maka dari itu, dengan uang dimilikinya ia mampu memuaskan hasrat

kecintaanya pada budaya Melayu melalui pendirian rumah bernuansa Melayu.28

Rumah ini dinamai Rumah Melayu. Adapun total anggaran yang dihabiskan dalam

pembangunan ini yaitu kurang lebih Rp. 3 miliyar. Seluruh anggaran ini merupakan

uang pribadinya yang ia tabung selama 21 tahun.29

Mahyudin Al Mudra adalah seorang yang perfeksionis, sehingga pada awal

proses pembangunan rumah Melayu pencarian serta pengumpulan data untuk rumah

Melayu dilakukan ke berbagai wilayah di Indonesia hingga ke luar negeri seperti ke

Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura. Riset ini dilakukan agar rumah

yang akan dibangun benar- benar sesuai dengan budaya Melayu. Setelah proses riset,

dilakukan pengumpulan bahan baik untuk keperluan interior maupun eksterior.

Proses yang cukup sulit menghadiahkan sebuah rumah dengan bernuansakan Melayu

27Wawancara dengan Astrin Indriaswati, Staff Pelaksana Harian Balai Kajian dan

Pengembangan Budaya Melayu Tahun 2014- 2018 M, pada tanggal 24 September 2018

28

Wawancara dengan Juni Mahsusi

29

Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra, Pendiri sekaligus Ketua Lembaga Balai Kajian

dan Pengembangan Budaya Melayu, pada tanggal 4 November 2018, di Kantor percetakan ADICITA

Karya Nusa

Page 15: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

32

baik dari segi arsitektur bangunan, interior serta eksterior rumah tersebut. Di dalam

rumah tersebut terdapat perpustakaan mini yang memuat tulisan- tulisan Melayu kuna

dan literatur tentang kebudayaan Melayu. Kemudian ada pula museum benda- benda

bersejarah Melayu, seperti senjata, pakaian, alat rumah tangga, replika istana

Melayu.30

Seluruh proses yang begitu rumit dalam pembangunan rumah Melayu tentu

saja dapat menggambarkan sosok kepribadian Bang Mam yang perfeksionis. Begitu

pula dalam hal dedikasi terhadap kebudayaan Melayu. Setelah Rumah Melayu

berdiri, Ia merasa bahwa rumah ini tidak memiliki arti jika hanya dinikmati sendiri.

Maka dari itu dibentuklah Lembaga BKPBM yang berpusat di rumah Melayu.

Artinya rumah pribadinya didonasikan seutuhnya kepada Kebudayaan Melayu.

Sedangkan Ia pindah dan tinggal di kantor percetakan ADICITA di jalan

Sisingamaraja No 27, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta.31

Berdasarkan keunikan perjalanan sejarah Lembaga BKPBM, terdapat

beberapa fase sejarah bagi lembaga ini. Fase pertama yaitu fase perkenalan Lembaga

BKPBM kepada khalayak umum. Upaya yang diambil untuk memperkenalkan

Lembaga BKPBM yaitu mengundang masyarakat datang ke Lembaga BKPBM. Cara

yang ditempuh untuk mengundang masyarakat dilakukan baik secara verbal maupun

tulisan. Pelaksanaan kegiatan bedah buku dan diskusi merupakan salah satu bentuk

upaya yang cukup efektif agar mendatangkan tamu ke Lembaga BKPBM.

30

Ibid . 31

Ibid.

Page 16: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

33

Keunikan dalam fase ini yaitu Lembaga BKPBM cenderung

merepresentasikan kebudayaan Melayu Riau. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan besar

yang diprakarsai Lembaga BKPBM pada tanggal 26 Juni 2003 yaitu pemberian gelar

Sri Amanah Dwi Wangsa kepada Sri Sultan Hamengkubowono X oleh Lembaga

Adat Melayu (LAM) Riau di Pekanbaru.32

Kegiatan ini bertujuan untuk

mempersatukan dua kebudayaan menjadi satu kesatuan. Artinya Lembaga BKPBM

berkontribusi dalam menjembatani masuknya kebudayaan Melayu Riau di Jawa

begitu pula sebaliknya.

Kecendrungan di fase awal ini, dapat dirasionalisasi dengan beberapa alasan.

Alasan pertama yaitu Riau adalah kampung halaman pendiri Lembaga BKPBM,

sehingga target awal untuk mengembangkan kebudayaan Melayu adalah Melayu

Riau. Artinya dalam hal ini kedekatan subjektif menjadi faktor utamanya. Alasan

selanjutnya yaitu keberadaan lembaga adat Melayu (LAM) Riau. Lembaga ini

dibentuk oleh tokoh- tokoh Melayu seperti ulama, budayawan maupun pejabat

pemerintah Riau pada tanggal 6 Juni 1970.33

Kerjasama yang dilakukan Lembaga BKPBM dengan LAM Riau memberikan

keuntungan kedua belah pihak. Meskipun telah lama berdiri, LAM Riau tidak terlalu

aktif dalam melakukan kegiatan. Sehingga perkembangan kebudayaan Melayu Riau

yang seharusnya dapat dimotori oleh lembaga ini tidak berjalan massif. Sedangkan

32 Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM selama 12 tahun (4 juli 2003- 4 juli 2015)

(Yogyakarta: ADICITA Karya Nusa, 2008), hlm. 16.

33

“Profil Lembaga Adat Melayu”,LAM Riau, diakses dari http://lamriau.id/profil-lam-riau/,

pada tanggal 28 November 2018 pukul 01.00 WIB

Page 17: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

34

urgensi untuk mengembangkan kebudayaan Melayu di Riau sangat diperlukan, hal ini

karena Riau adalah wilayah Melayu. Di lain pihak, kerjasama ini akan mendukung

peningkatan kegiatan LAM sekaligus kegiatan budaya Melayu di Riau. Lembaga

BKPBM juga lebih mudah untuk memperkenalkan diri ke masyarakat Riau.

Kontak Lembaga BKPBM dengan Provinsi Riau yang telah dilakukan sejak

awal berdirinya memberikan hasil yang memuaskan. Pengakuan pertama atas

kontribusi lembaga ini di dunia Melayu diterima dalam bentuk penghargaan. Pada

tanggal 17 November 2003, Yayasan Sagang Riau Post memberikan Anugrah Sagang

kepada Lembaga BKPBM untuk kategori Karya Riau Pilihan Sagang 2003. Adapun

karya yang dimaksud adalah buku Rumah Melayu Memangku Adat Menjemput

Zaman.34

Penghargaan ini diberikan kepada tokoh atau sesuatu atas sumbangsihnya

terhadap budaya Melayu sehingga mampu menggerakkan dunia Melayu dalam ranah

tertentu. Adapun buku Rumah Melayu berisi pengetahuan dalam hal arsitektur

Melayu. Dengan adanya pemberian gelar ini, maka dapat memotivasi banyak pihak

untuk mengembangkan seni arsitektur Melayu.

Perangkulan Lembaga BKPBM kepada masyarakat Melayu Riau tidak hanya

dilakukan di daerah asalnya namun juga di Yogyakarta. Masyarakat Melayu di

Yogyakarta perlu untuk dirangkul dalam proses pengembangan budaya Melayu,

karena budaya tidak akan berkembang jika penganut budaya tersebut tidak mengenal

budayanya. Maka dari itu pada tanggal 6 Agustus 2004 dilaksanakan workshop

34Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM, hlm .33.

Page 18: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

35

Penulisan dan Penyusunan Sejarah Perjuangan Rakyat Riau tahun 1942- 2002.35

Kegiatan workshop ini dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan Melayu Riau.

Selain mendorong masyarakat Melayu Riau mengembangkan budayanya di

Yogyakarta. Bagaimanapun Yogyakarta adalah kota budaya dan pariwisata.

Program kerja Lembaga BKPBM yang direalisasikan dalam bentuk beberapa

kegiatan. Dalam masa ini, lembaga mulai dikenal di masyarakat. Terjadi peningkatan

jumlah tamu yang berkunjung baik dengan alasan berwisata, menjalin kerjasama,

maupun menghadiri kegiatan yang diprakarsai oleh lembaga. Contohnya pada

kegiatan milad Melayuonline ke dua. Pada kegiatan ini datang beberapa Raja

Nusantara untuk berdiskusi dalam rangkaian acara milad Melayuonline. Mereka

adalah Raja Landak bernama Gusti Suryansyah, Raja Sanggau bernama Gusti Arman,

Raja Palembang Darussalam bernama Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dan Raja

Serdang bernama Tengku Luckman Sinar Basharsah II.36

Raja merupakan simbol

kerajaan melayu yang hingga saat ini masih ada dibanyak Negara. Namun posisi

mereka tidak lagi memegang kendali politik di wilayahnya sebagaimana pada masa

kerajaan dimasa lalu.

Selain tamu, Lembaga BKPBM juga menerima undangan untuk wawancara

maupun liputan media cetak, radio dan televisi ditingkatan lokal, nasional maupun

internasional. Seperti pada tanggal 4 agustus 2004 wawancara oleh Rane Hafidz

dalam Radio Singapura dengan tema “Pranala” Perjalanan Pulang Kampung Budaya

35 Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM, hlm .8.

36

“Melayuonline.com:pusat data melayu dan kemelayuan sedunia”,

www.mahyudinalmudra.com, diakses pada tanggal 5 November 2018

Page 19: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

36

Melayu. Wawancara ini memperlihatkan bahwa Lembaga BKPBM mulai dikenal di

Singapura. Kemudian pada tahun ini pula Lembaga BKPBM menerima penghargaan

Anugrah Kebudayaan RI dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Rapublik

Indonesia pada tanggal 17 November 2004 M.37

Secara internal Lembaga BKPBM

juga tetap aktif melahirkan buku, yang mana pada masa ini Lembaga BKPBM

menerbitkan 61 buku bertajuk kebudayaan Melayu.`

C. Perkembangan Lembaga BKPBM

Pada sub bahasan ini akan dibagi menjadi dua bagian yaitu masa kemajuan

dan masa kemunduran Lembaga BKPBM. Pembagian ini berdasarkan pada

karakteristik kedua masa tersebut. Masa kemajuan dinilai dari meningkatnya kegiatan

serta pamor Lembaga BKPBM dalam maupun luar negeri. Sedangkan pada fase

kemunduran dinilai dengan menurunnya kegiatan serta aktifitas lembaga.

Masa kemajuan Lembaga BKPBM dimulai sejak tahun 2007 M, yang mana

diterbitkannya sebuah website bernama Melayuonline.com pada tanggal 20 januari

2007. Tujuan penerbitan website ini untuk lebih dekat dengan masyarakat serta

mempermudah masyarakat mengenal Lembaga BKPBM.38

Usaha untuk

menggunakan media internet untuk mempromosikan lembaga dinilai sangat efektif,

karena internet adalah media informasi yang diakses banyak pihak dan tidak terbatas

37

Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM, hlm .33.

38Ibid., hlm.1.

Page 20: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

37

usia. Setelah satu tahun menjalankan website Melayuonline maka Lembaga BKPBM

kembali menerbitkan beberapa website lainnya, yaitu:39

1. http://www.wisataMelayu.com pada tanggal 20 Januari 2008

2. http://www.rajaalihaji.com pada tanggal 20 Maret 2008

3. http://www.ceritarakyatnusantara.com pada tanggal 20 Januari 2009

4. http://www.tengkuamirhamzah.com pada tanggal 20 September 2010

5. http://www.kerajaannusantara.com pada tanggal 2 Februari 2011

6. http://www.indonesiawonder.com pada tanggal 22 Oktober 2011

Penerbitan website ini merupakan realisasi program Lembaga BKPBM dalam

menggali, mengumpulkan, dan memelihara serta mengekalkan berbagai kekayaan

tradisi Melayu dengan cara yang tidak tradisional yakni melalui teknologi

informasi.40

Penggunaan website dapat mempermudah lembaga untuk

mengumpulkan bagian tradisi dan budaya Melayu yang tepisah baik disebabkan

waktu, batasan politik, geografis dan dapat disatukan kembali menjadi satu kesatuan

yang utuh.

Pengelolaan website ini dilakukan oleh tenaga kerja yang professional.

Contohnya dalam upaya penghimpunan data tentang hal ikhwal dunia Melayu dari

berbagai sumber pustaka dan ratusan media cetak dan online, diklasifikasikan dalam

kerangka struktur yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.41

Contohnya

39

Ibid., hlm.1-2.

40

Wawancara dengan Astrin Indriaswati

41

Ibid.

Page 21: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

38

dalam pemilihan tulisan yang akan dimuat dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu

oleh staf redaksi kemudian melalui persetujuan oleh ketua lembaga baru kemudian

dapat diupload kedalam website lembaga. Dapat diketahui bahwa website yang

dibentuk Lembaga BKPBM tetap mempertahankan keabsahan data yang akan

dimuat.

Melalui website- website yang dimiliki Lembaga BKPBM, setiap kegiatan

dimasukkan dalam website sehingga jumlah pengunjung Lembaga BKPBM

bertambah. Tercatat pada tahun 2009 pengunjung Melayuonline mencapai 22,7 juta

dari 102 negara. Kemudian wisatamelayu.com sebanyak 4,6 juta pengunjung dan

rajaalihaji.com sebanyak 183 ribu pengunjung. Selain itu website

ceritarakyatnusantara.com dalam satu bulan dikunjungi 8.066 pengunjung.42

Antusiasme masyarakat dalam mengakses website ini menunjukkan bahwa kebutuhan

terhadap sumber pengetahuan tentang budaya Melayu banyak diminati. Peningkatan

pengunjung website maupun lembaga mendorong lembaga untuk semakin aktif

dalam membuat inovasi dan perbaikan demi meningkatkan kinerja Lembaga

BKPBM.

Untuk memaksimalkan kualitas Lembaga BKPBM maka dibuatlah beberapa

perbaikan pada internal. Perbaikan tersebut dalam hal struktural Lembaga BKPBM.

Sebelumnya adanya website lembaga, struktur hanya terdiri dari pendiri, staff

administrasi dan pelaksana harian dan konsultan. Namun sejak tahun 2007 struktural

42Purnimasari, Pendiri Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, hlm 20

Page 22: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

39

semakin kompleks. Susuran struktural inilah yang dipertahankan hingga tahun 2018.

Adapun susunan struktur Lembaga BKPBM tahun 2018 yaitu:43

Ketua : Mahyudin Al Mudra, SH.MM.MA

Pelaksana harian : Astrin Indriaswati, SE

Humas : Dr. Novi Siti Kussuji Indraastuti, M. Hum

Marta sinaga

Yuhastina, MA

Desain Grafis : Ong Haru Wahyu

Hendry Artiawan Yudhistira

Staf Redaksi Melayuonline.com :

Samsuni, M.Hum

Ahmad Salehuddin, MA

Andr Rosadi, M.Hum

Win Listyaningrum A, MA

Ali Ghufron, S.Sos,MA

Ahmad Baihaqie, Lc, MA

Staf administrasi : Agus Nadjib, S.Ag

Konsultan : Dr. Aris Arif Mundayat (Indonesia)

Prof. Dr. Mohd Sharifuddin Yusop (Malaysia)

Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa- Putra (Indonesia)

Prof. Dr. Sjafri Sairin, MA (Indonesia)

Prof. Dr. Ding Choo Ming (Malaysia)

Prof. Dr. Syed Farid Alatas (Singapura)

Dr. Minako Sakai (Australia)

Penambahan dalam struktur yang baru yaitu staf redaksi Melayuonline. staf

redaksi inilah yang bertugas untuk mengelola weluruh website lembaga. Langkah

untuk melakukan perombakan struktur pengurus adalah langkah yang sangat strategis

sebagai sebuah lembaga. Dengan adanya struktur yang baik maka akan meningkatkan

produtifitas kerja pegawai, sehingga tidak ada tumpang tindih kerja. Kinerja pegawai

lembaga tidak terbatas pada kegiatan di kantor saja, namun juga dapat mencapai

keluar wilayah kantor melalui media internet.

43

Arsip Lembaga BKPBM tentang kegiatan lembaga tahun 2016, hlm. 2.

Page 23: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

40

Bertambahnya jumlah pekerja juga perlu dibarengi dengan peningkatan

kualitas sumber daya manusianya. Kualitas yang dibutuhkan sebagai pegawai di

Lembaga BKPBM yaitu kemampuan komunikasi serta pengetahuan tentang dunia

Melayu. Menyikapi hal ini, pada tahun 2008 M pegawai lembaga diikutsertakan

dalam beberapa pelatihan bahasa, kepustakaan, serta fotografi.44

Kegiatan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pekerja Lembaga BKPBM sehingga dapat

bekerja semaksimal mungkin serta menarik minat pengunjung lembaga. Kemampuan

bahasa yang baik mendorong pegawai lembaga untuk pro aktif membangun

komunikasi baik secara offline maupun online kepada pengunjung.

Eksistensi Lembaga BKPBM sebagai lembaga budaya Melayu diperkuat

dengan cara mengadakan kegiatan- kegiatan yang bersifat kemelayuan. Kegiatan

tersebut berupa kegiatan diskusi, seminar, gelar budaya Melayu, dan masih banyak

lagi. Kemudian untuk regenerasi pemerhati kebudayaan Melayu dibuat pula kegiatan

lomba seperti menulis karya ilmiah tentang Melayu.

Pada fase ini, Lembaga BKPBM mempoleh beberapa penghargaan seperti

penghargaan Anugrah Sagang dari Yayasan Sagang Riau Post untuk kategori

Anugrah Serantau Pilihan Sagang di Pekanbaru Riau pada tanggal 28 November

2008. Kemudian penghargaan kepada Bang Mam sebagai Tokoh Pemersatu Melayu

Serantau oleh Lembaga Adat Melayu Serantau (LAMS) pada tanggal 28 Mei 2009.45

Penghargaan merupakan sesuatu yang sakral dan tidak diberikan tanpa adanya suatu

44

Ibid., hlm. 39.

45

Ibid., hlm. 34.

Page 24: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

41

alasan. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap suatu tindakan karna

adanya pengaruh yang telah diberikannya.

Pada tanggal 18 Mei 2009 Bang Mam menjalani operasi di rumah sakit Panti

Rapih Yogyakarta atas penyakit hernianya.46

Dengan adanya penurunan kesehatan

ketua lembaga, terjadi penurunan aktifitas lembaga ini khsusunya untuk kegiatan

eksternal. Hal ini dikarenakan kegiatan eksternal lembaga merupakan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab ketua lembaga.47

Dari permasalahan ini diketahui bahwa

kekurangan dari Lembaga ini yaitu lembaga bertumpu pada satu orang yaitu ketua

lembaga. Lembaga yang baik seharusnya tidak bertumpu pada satu orang saja.

Tumpang tindih kinerja tentunya akan menghambat pertumbuhan lembaga. Utamanya

sebuah lembaga harus memiliki sinergitas tinggi di setiap bagiannya. Untuk

mengatasi masalah ini perlu adanya pembentukan bagian khusus untuk menjalankan

kegiatan eksternal lembaga.

Sejak tahun 2009, terjadi penurunan kegiatan lembaga. Selain karena alasan

kesehatan ketua lembaga, permasalahan lain yaitu keuangan. Agenda dikurangi

karena setiap kegiatan akan memakan dana yang cukup besar. Sebagaimana

dikatakan Bang Mam, yaitu:

Abang sudah banyak menghabiskan dana untuk balai Melayu ini, kalau nak

dihitung bisa lebih 7 miliyar. Mau buat kegiatan itu banyak dananya, adapun

pemerintah datang ngasi janji mau beri dana tapi dak pula dikasi, kita

keluarkan duit setiap mereka datang, kasi makan, kasi minum nak ratusan ribu

46

Wawancara Mahyudin Al Mudra

47

Wawancara dengan Oki Supriadi Staf BKPBM tahun 2014- 2015 M, pada 23 September

2018.

Page 25: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

42

juga. Belum lagi mau buat seminar dan segala macam itu harus makan dana

besar. Jadi itulah, abang juga sudah mulai meminimalisir kegiatan karena

sudah tua.48

Dari wawancara diatas diketahui bahwa Lembaga BKPBM juga memiliki

permasalahan yaitu bertumpunya keuangan lembaga pada kondisi ekonomi Bang

Mam selaku ketua lembaga. Usaha yang dijalankannya seperti percetakan, saham,

dan kuliner. Usaha ini merupakan usaha yang dapat mengalami fruktuasi sehingga

tidak dapat menjadi pegangan untuk mendanai kebutuhan lembaga yang begitu besar.

Dampak dari permasalahan adalah terjadi penurunan lembaga secara keseluruhan,

karena aktifitas lembaga terkendala baik secara internal maupun eksternal. Masa

inilah merupakan permulaan kemunduran Lembaga BKPBM.

Diketahui bahwa uang yang harus dikeluarkan Lembaga BKPBM setiap

bulannya sedikitnya Rp.75 juta. Alokasi ini untuk sewa satelit Rp. 19 juta, kemudian

gaji 24 orang pegawai baik untuk menangani operasional website, listrik, air, cetak

buku, perawatan museum, perpustakaan serta pengumpulan bahan dari berbagai

wilayah.49

Untuk mengatasi permasalahan ini, lembaga melakukan perombahan

terhadap beberapa ruangan di kantor Lembaga BKPBM menjadi kamar hotel pada

tahun 2011. Saat ini 7 kamar di rumah Melayu dirubah menjadi kamar hotel yang

diharapkan dapat mendanai kebutuhan keuangan lembaga sendiri.50

Menciptakan

usaha mandiri lembaga merupakan jalan yang baik agar sumber keungan lembaga

tidak bergantung pada pihak- pihak tertentu.

48

Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra

49

Praken, Mahyudin Gila Karena Keris Melayu, Koran Kompas. 8 Agustus 2008, hlm. 18-19. 50

Wawancara dengan Astrin Indriaswati

Page 26: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

43

Selain dari usaha mandiri lembaga, permasalahan dana juga dapat diatasi

dengan cara pengajuan permohonan dana kepada pemerintah. Dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang pedoman fasilitasi organisasi

kemasyarakatan bidang kebudayaan, keraton, dan lembaga adat dalam pelestarian dan

pengembangan budaya daerah diatur bahwa pemerintah melalui menteri dalam negeri

memiliki tugas untuk memfasilitasi lembaga adat dalam pengembangan

kebudayaan.51

Jika merujuk pada peraturan tersebut maka Lembaga BKPBM juga

memiliki hak untuk mendapatkan dana dari pemerintah. Namun fakta yang ada yaitu

hal ini tidak pernah terealisasi.

Usaha lembaga untuk meminta bantuan dana kepada pemerintah pernah

dilakukan dalam beberapa kesempatan baik secara tertulis maupun dalam dialog

langsung. Permasalahan keuangan ini juga pernah diutarakan Bang Mam dalam

wawancaranya di Riau Pos pada 8 Februari 2009. Yang mana Ia mengatakan bahwa,

Selama ini, kegiatan BKPBM saya danai secara pribadi. Sudah sangat banyak

pejabat yang berkunjung dan terkesan memuji, berjanji akan bantu mendanai,

tapi hampir semua ingkar janji. Sedangkan dana yang diperlukan sangat besar.

Karena ada penelitian lapangan, pengumpulan benda peninggalan budaya

yang terserak di berbagai wilayah, menerbitkan Riau, melaksanakan diskusi,

workshop, seminar, menampilkan kesenian untuk memperkenalkan seni

Melayu, belum lagi operasional pengelolaan website.52

Dari pernyataan diatas, pemerintah provinsi Riau khususnya dikatakan telah

memberikan janji untuk memberikan bantuan dana namun tidak direalisasikan. Hal

51Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang pedoman fasilitasi

organisasi kemasyarakatan bidang kebudayaan, keraton, dan lembaga adat dalam pelestarian dan

pengembangan budaya daerah

52Purnimasari., Pendiri Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, hlm. 20.

Page 27: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

44

ini merupakan keritikan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan pihak yang

secara aktif melakukan pengembangan kebudayaan Melayu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran Lembaga BKPBM tidak lepas

dedikasi Bang Mam. Dedikasi dan kerja keras yang telah Ia berikan kepada

kebudayaan Melayu melalui Lembaga BKPBM merupakan prestasi besar. Prestasi

ini juga diakui banyak pihak, sebab konsistensi dan kerja nyata yang telah

diperlihatkan selama bertahun- tahun dapat membuka mata setiap orang yang

mengerti akan urgensi kegiatan memeprtahankan budaya adalah besar. Sehingga atas

latar belakang tersebut, Ia selaku pemangku Lembaga BKPBM menerima beberapa

penghargaan berupa gelar kebangsawanan dari berbagai pihak, di antaranya:53

1. Datuk Cendekia Hikmatullah dari Kesultanan Serdang, Sumatra Utara pada

tanggal 27 Juli 2009

2. Pangeran Nata Waskita dari Kesultanan Mempawah, Kalimantan Barat pada

tanggal 2 Februari 2012

3. Datuk Seri Citrawangsa dari Kesultanan Matan Tanjungpura, Kalimantan

Barat pada tanggal 3 Maret 2013

4. Darjah Kebesaran Paduka Mahkota Palembnag Darussalam “Datuk Pangeran

Disastro Mahyudin Al Mudra” dari Kesultanan Palembang Darussalam pada

tanggal 16 September 2013

53

Ibid., hlm. 55.

Page 28: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

45

Pemberian gelar adat merupakan bentuk apreasiasi kepada seorang yang

ditokohkan. Gelar ini juga bekaitan dengan pengaruh yang diberikan Bang Mam

terhadap dunia Melayu.

Page 29: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

46

BAB III

PROGRAM KERJA DAN KEGIATAN BALAI KAJIAN DAN

PENGEMBANGAN BUDAYA MELAYU (BKPBM) DI YOGYAKARTA

Sebuah lembaga maupun organisasi tentunya memiliki program kerja.

Program tersebut kemudian direalisasikan dalam bentuk kegiatan. Upaya ini

merupakan jalan untuk mencapai cita- cita yang diharapkan lembaga tersebut.

Adapun kegiatan yang dilakukan Lembaga BKPBM dibagi menjadi tiga kategori

kegiatan yaitu pengumpulan benda peninggalan sejarah Melayu, pengkajian

kebudayaan Melayu dan pengembangan budaya Melayu. Pengelompokan ini

berdasarkan program kerja yang memiliki kesamaan kriteria.

A. Penyelamatan Benda Peninggalan Sejarah Melayu

Penyelamatan peninggalan sejarah Melayu merupakan kegiatan mencari dan

mengumpulkan benda- benda bersejarah Melayu. Penyelamatan dilakukan dengan

cara menduplikasi, mereplikasi serta mengoleksi benda tersebut. Kegiatan ini

merupakan realisasi dari program mendokumentasi, menginventerisasi, mengoleksi

dan menyelamatkan naskah- naskah sastra lama dan benda seni dari budaya

Melayu.54

Sebagai sebuah lembaga budaya maka kegiatan ini harus dilakukan. Hal ini

menunjukkan penghargaan lembaga terhadap sejarah lahirnya kebudayaan yang

begitu besar. Sebaliknya, jika tidak dilakukan penyelamatan maka benda tersebut

54

Arsip Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) tahun 2017., hlm. 3.

Page 30: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

47

akan hilang dari peradaban dan generasi penerus tidak mengetahui wujud peradaban

Melayu di masa lalu.

Untuk menunjang kegiatan ini, maka diperlukan proses riset untuk menelusuri

sisa peradaban tersebut. Pada tahun 2004 Bang Mam melakukan pencarian data

tentang Melayu di Belanda. Adapun tempat yang dituju yaitu Perpustakaan Leiden,

Museum Tropen, dan tempat lainnya di Amsterdam selama satu bulan.55

Banyaknya

data - data tentang Melayu di Belanda membuka jalan untuk proses pencarian di

daerah lainnya.56

Beberapa tempat yang dituju lembaga untuk riset seperti

Kalimantan, Sumatra, Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand.57

Minimnya catatan sejarah Melayu di kawasan Melayu merupakan dampak

dari kolonialisasi dalam jangka waktu panjang. Belanda melakukan kolonialisasi di

Nusantara sejak abad 16 M. Dalam rentang waktu yang berabad- abad maka banyak

catatan serta peninggalan sejarah Nusantara khususnya Indonesia di Negara Belanda.

Selain itu kurangnya kesadaran sejarah juga menjadi faktor penyebab tidak adanya

dukungan baik dari pihak pemerintah maupun swasta untuk menyelamatkan benda

bersejarah kebudayaannya.

Setelah riset selesai dilakukan Lembaga BKPBM, maka proses selanjutnya

yaitu pengumpulan serta penyelamatan benda bersejarah Melayu. Proses tersebut

55

Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan BKPBM selama 12 tahun (4 juli 2003- 4 juli 2015) (Yogyakarta: ADICITA Karya Nusa, 2008), hlm. 18.

56

Wawancara dengan Juni Mahsusi staff ADICITA karya nusa tahun 2013- 2015 M, melalui telepon pada 28 Oktober 2018.

57 Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan., hlm. 18.

Page 31: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

48

dilakukan ke berbagai daerah baik di Indonesia maupun di luar negeri. Untuk itu

lembaga mendatangi tempat - tempat yang potensial untuk proses ini. Contohnya

istana kerajaan Melayu, masjid, museum maupun tempat situs Melayu berada.

Salah satu kunjungan Lembaga BKPBM yaitu ke Malaysia tepatnya di Istana

Lama Seri Menanti dan Museum Diraja Seri Menanti, Negeri Sembilan pada tanggal

8 Desember 2007. Kemudian pada tanggal 9 Desember 2007 kunjungan ke Museum

Malaka dan Benteng Portugis di Malaka.58

Dari kunjungan ini Lembaga BKPBM

dapat melakukan penyelamatan benda bersejarah Melayu yaitu keris. Keris adalah

senjata tradisional Melayu yang digunakan untuk pertahanan terdapat 14 buah keris

yang telah diduplikasi oleh lembaga.59

Urgensi untuk melakukan penyelamatan

senjata tradisional Melayu sangat penting di masa sekarang. Hal ini dikarenakan

senjata masih dibutuhkan untuk beberapa hal seperti untuk aksesoris pelengkap

pakaian pria. Kebutuhan akan senjata ini biasanya diakali dengan menggunakan keris

tradisional jawa, karena keris tradisional Melayu jarang ditemukan. Maka dari itu

dengan adanya penyelamatan senjata tradisional ini masyarakat Melayu dapat

mengetahui dan menggunakannya dalam kehidupan sehari- hari.

Selain senjata, Lembaga BKPBM juga mereplikasi istana kerajaan Melayu

yang berada di berbagai daerah. Salah satunya yaitu bangunan Istana Kerajaan Siak,

Riau. Oki Supriadi sebagai salah satu staff lembaga BKPBM menjelaskan bahwa sulit

untuk menciptakan satu replika istana. Hal ini dikarenakan sulitnya akses dan

58

Ibid., hlm.18.

59Ibid., hlm.19.

Page 32: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

49

kurangnya tenaga ahli untuk mengambil detail bangunan tersebut. Sehingga Bang

Mam harus mempersiapkan fotografer ahli dari Yogyakarta. Kemudian untuk dapat

mengambil gambar Istana Siak secara keseluruhan baik dari sisi depan, belakang dan

sisi lainnya, digunakan helikopter untuk dapat mengambil gambar sempurna. Sulitnya

proses pengambilan gambar ini dikarenakan belum ada teknologi drone seperti masa

sekarang.60

Dalam proses mereplikasi satu kerajaan akan memakan biaya dan tenaga

yang besar jika tidak didukung sumber daya manusia dan teknologi yang baik. Maka

dari itu dukungan pemerintah dalam hal ini sangat diharapkan.

Hingga saat ini jumlah replika istana yang telah dibuat Lembaga BKPBM

yaitu sebanyak 19 buah. Istana yang direplikasi tersebut berada di Indonesia maupun

di luar negeri. Selain dalam bentuk replika, istana juga didokumentasikan dalam

bentuk gambar dan dikumpulkan menjadi satu di kantor Lembaga BKPBM.61

Istana

merupakan simbol kerajaan yang menjadi pusat dari kegiatan pemerintahan

dimasanya. Maka dari itu istana adalah peninggalan penting yang menjadi sumber

pengetahuan akan kejaaan masa kerajaan Melayu di masa lalu.

Sehingga benda peninggalan sejarah Melayu yang dapat ditemukan seperti

bangunan istana, pakaian adat, senjata, maupun alat permainan tradisional. Benda

tersebut merupakan sisa peradaban Melayu di masa lalu pernah mencapai masa

60

Wawancara dengan Oki Supriadi Staf BKPBM tahun 2014- 2015 M, melalui telepon pada 23 September 2018.

61

Arsip Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) tahun 2017., hlm. 3.

Page 33: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

50

kejayaan yakni dimasa kerajaan- kerajaan Melayu di Nusantara. Selain benda, sisa

peninggalan sejarah Melayu juga ada dalam bentuk tulisan yaitu naskah sastra lama.

Dalam proses pencarian dan penyelamatan naskah ini, lembaga banyak

mendatangi daerah seperti Riau, Kalimantan, Sulawesi, dan Kepulauan Riau. Naskah

yang dikumpulkan lalu dibentuk menjadi buku. Contohnya yaitu buku berjudul

Ikhtisar Kesusastraan Indonesia, Syair Melayu (Kumpulan Tunjuk Ajar). Adapula

penerbitan naskah dalam bentuk online di website Melayuonline.62

Mendokumentasikan sejarah dalam bentuk buku sangat efektif. Buku dapat dibaca

tanpa merusak naskah asli. Selain itu menerbitkan naskah tersebut di media online

akan mempermudah masyarakat luas untuk mengakses naskah tersebut.

Persebaran budaya Melayu yang luas, melahirkan banyak keunikan yang

tampat di masyarakat. Keragaman tersebut dapat berupa cara berpakaian sehari- hari.

Pakain adat Melayu juga memiliki keunkan tersendiri dari pakaian adat lainnya.

Keunikan yang dapat terlihat seperti kain tenun yang digunakannya, aksen dan serta

corak pakaian tersebut. Uraian informasi perihal pakaian adat Melayu diterbitkan

Lembaga BKPBM dalam bentuk buku yang berjudul tenun Melayu (corak dan ragi)

yang diterbitkan tahun 2005.63

Selain mencetak buku tentang pakaian adat Melayu, lembaga juga

memperlihatkan pakaian tersebut di museum lembaga. Yang mana pakaian yang ada

62

Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan, hlm. 4.

63 Ibid., hlm.4.

Page 34: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

51

di museum lembaga yaitu pakaian adat penikahan Melayu.64

keterbatasan lembaga

dalam mengoleksi pakaian Melayu dapat disebakan oleh banyaknya ragam dan jenis

pakaian adat Melayu. Namun dengan adanya contoh yang ada di museum lembaga,

dapat merepresentasikan keunikan pakaian adat Melayu tersebut.

Kegiatan penyelamatan benda berserajarah Melayu yang dilakukan Lembaga

BKPBM tidak hanya memberikan manfaat dalam memperkaya khazanah budaya

Melayu. Namun juga dapat menambah pendapatan lembaga, karena bisa digunakan

sebagai objek wisata. Lebih dari pada itu, kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian

akan menciptakan regenari untuk meneruskan pengembangan budaya Melayu. Cara

ini juga dapat membantu dunia pendidikan dan menambah khazanah ilmu

pengetahuan karena bisa dimanfaatkan untuk objek penelitian.

B. Pengkajian Kebudayaan Melayu

Indonesia memiliki banyak corak budaya yang tersebar di setiap daerah

bagiannya. Keragaman budaya ini menjadi tantangan bagi lembaga adat seperti

Lembaga BKPBM untuk aktif melakukan kajian akan budaya yang menjadi

fokusnya. Pengkajian adalah kegiatan penelaahan terhadap fenomena dalam

kebudayaan Melayu yang telah diteliti sebelumnya. Kajian budaya Melayu

merupakan suatu konsep budaya yang dipahami seiring dengan perubahan prilaku

dan struktur masyarakat Melayu. Hal ini memberikan dampak yaitu kompleksitas

64

Wawancara dengan Astrin Indriaswati, Staff Pelaksana Harian Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Tahun 2014- 2018 M, pada tanggal 24 September 2018

Page 35: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

52

kajian budaya tersebut. Selain itu, tuntutan zaman akan kebutuhan keilmuan budaya

Melayu.

Urgensi untuk melakukan kegiatan kajian kebudayaan mendorong Lembaga

BKPBM untuk membentuk program seperti mengadakan dan mengikuti kegiatan-

kegiatan ilmiah tentang budaya Melayu dan menerbitkannya dalam sebuah buku.

Mewadahi peneliti yang berkeinginan untuk melakukan kajian budaya Melayu.

Program yang terakhir yaitu membantu masyarakat Melayu yang memerlukan

pengetahuan tentang siklus kehidupan yang berkaitan dengan budaya Melayu.65

Program yang pertama menjawab kebutuhan akan penelaahan budaya Melayu.

Yang mana menerbitkan buku adalah cara untuk memberikan catatan akan hasil

kajian serta membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut. Sedangkan program yang

kedua dan ketiga tidak memiliki perbedaan signifikan. Keduanya bertujuan

membantu peneliti dan juga peminat budaya Melayu agar tidak mengalami kesulitan

dalam mempelajari dunia Melayu.

Menjalankan kegiatan dan program Lembaga BKPBM disertai dengan

kendala dana dan sumber daya manusia. Dengan adanya keterbatasan ini, lembaga

tidak hanya menciptakan kegiatan kajian sendiri, namun juga berpartisipasi dalam

kegiatan kajian yang dilakukan pihak lain.66

Hal ini sebagai cara untuk

mengefisiensikan kinerja lembaga baik internal dan eksternal. Sehingga keterbatasan

sumberdaya manusia juga dapat teratasi.

65

Ibid.

66

Ibid.

Page 36: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

53

Fenomena budaya Melayu yang menjadi bahan kajian dapat ditelusuri

berdasarkan wujud kebudayaan tersebut. Menurut Koentjaraningrat wujud

kebudayaan terbagi menjadi tiga, yang pertama yaitu ide atau gagasan seperti nilai,

norma dan peraturan yang ada di masyarakat. Kedua yaitu aktifitas yang kegiatan

sehari- hari yang dilakukan masyarakat. Ketiga yaitu benda hasil karya masyarakat

pendukung budaya.67

Wujud ini merupakan hasil dari aktifitas manusia yang terjadi

dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus. Sehingga dapat meninggalkan

suatu bentuk pola yang dapat ditelaah setiap bagian yang berperan penting pada

kehadiran kebudayaan tersebut.

Wujud kebudayaan yang pertama yaitu gagasan atau ide. contohnya gagasan

yang ada dalam dunia Melayu Riau yaitu Visi Riau 2020. Visi ini adalah harapan

pemerintah untuk menjadikan Riau sebagai pusat budaya Melayu asia tenggara.68

Program ini akan dapat terealisasi dengan dukungan seluruh elemen masyarakat,

termasuk masyarakat Melayu Riau yang berada di Yogyakarta. meskipun tidak

berada di Riau namun tanggung jawab mereka sebagai warga provinsi Riau tetap

dibawa meskipun masyarakat ini terpisah antar pulau dengan daerah asalnya.

Oleh karena itu, Lembaga BKPBM mencipatakan satu kegiatan kajian yaitu

Seminar Nasional Budaya Melayu dengan tema Kebudayaan Melayu, Kontribusi

Menuju Visi Riau 2020 pada tanggal 22 Juni 2009. Kegiatan ini dilaksanakan di

67

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 5.

68

Lebih lanjut lihat dalam dokumen Visi Riau 2020

Page 37: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

54

kantor Lembaga BKPBM. Pihak yang berpartisipasi yaitu pemerintah daerah provinsi

Riau, pelajar Riau di Yogyakarta, serta beberapa peminat budaya Melayu.69

Kegiatan

ini akan menjadi stimulus kepada masyarakat agar lebih peka dalam berkontribusi

kepada daerah asalnya. Dengan adanya kegiatan ini maka tugas Lembaga BKPBM

sebagai agen pembangunan budaya juga telah dibuktikannya. Yang mana lembaga

membantu terciptanya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan pada program lembaga, maka kegiatan kajian tidak hanya

berbentuk diskusi namun juga menerbitkan buku. Adapun buku yang diterbitkan

tentang gagasan pada budaya Melayu seperti Tunjuk Ajar Dalam Pantun Melayu

Pada Tahun 2005 M. buku merupakan ini berisikan gagasan nilai yang ada dalam

budaya Melayu.70

Buku yang diterbitkan akan menambah jumlah karya tulis tentang

nilai dan moral dalam budaya Melayu. Rendahnya minat membaca di Indonesia tidak

dapat disertai dengan minimnya jumlah buku yang ada. Maka dari itu, penerbitan

buku akan menjadi investasi untuk masa depan ilmu pengetahuan di masyarakat.

Wujud kebudayaan yang kedua yaitu aktifitas. Aktifitas sehari- hari yang

dilakukan masyarakat disetiap daerah berbeda- beda. Perbedaan tersebut dapat

dikarenakan kondisi geografis serta kebutuhan yang berbeda. Sehingga, terdapat pola

unik dan menarik untuk dikaji. Lembaga BKPBM dalam hal ini melakukan kajian

diantaranya tentang cara gaya berpolitik, cara bekerja, dan kuliner masyarakat

69

Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan., hlm 10 70

Ibid., hlm. 4.

Page 38: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

55

Melayu. Hal ini bertujuan untuk menggali dan memasyarakatkan kembali aktifitas

tradisional Melayu.

Adapun aktifitas budaya yang dikaji Lembaga BKPBM diantaranya adalah

aktifitas budaya masyarakat Melayu Thailand selatan. Kajian ini dalam bentuk

diskusi bulanan bersama Direktur Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM

dengan tema Politik Gaya Hidup Masyarakat Melayu Muslim di Hatyai, Thailand

Selatan pada tanggal 10 Februari 2008. Diskusi ini untuk memberikan wawasan

tentang kondisi kehidupan masyarakat Melayu Thailand selatan.71

Ilmu pengetahuan

tidak terikat dengan perbedaan batas politik kenegaraan. Begitupula dengan

perbedaan kondisi Melayu di Thailand dan Negara lainnya yang perlu untuk diteliti.

Untuk itu dengan adanya kegiatan ini maka upaya meningkatkan kesadaran persatuan

bangsa Melayu serumpun dapat diimplemetasikan.

Selain diskusi, Lembaga BKPBM juga menerbitkan buku tentang aktifitas

masyarakat Melayu. Contoh buku yang diterbitkan yaitu Anak- Anak Duano

Menaklukkan Pencuri Kerang. Buku ini berisikan tentang aktifitas suku orang laut

dalam fhal bertahan hidup dengan cara menongkah.72

Menongkah adalah orang laut

menangkap kerang dengan menggunakan papan tipis bernama tongkah. Cara

tradisional ini mulai langka ditemukan karena sudah terdapat alat modern yang

71

Ibid., hlm. 14.

72Ibid., hlm. 5.

Page 39: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

56

menggantikan posisi tongkah untuk mengambil kerang.73

Buku dapat mempengaruhi

pembacanya untuk melakukan tindakan- tindakan tertentu. Menerbitkan buku tentang

tradisi menongkah yang sudah langka ditemukan akan membantu masyarakat agar

lebih peka terhadap kondisi tersebut.

Selanjutnya yaitu kajian tentang kuliner. Untuk mampu bertahan hidup maka

manusia harus mengkonsumsi makanan setiap harinya. Aktifitas ini berlaku terus

menerus sehingga tercipta beragam kuliner Melayu di banyak daerah. kuliner ini juga

dapat menjadi identitas suatu sukubangsa. Adapun kajian tentang kuliner Melayu

yaitu penerbitan buku berjudul aneka resep masakan Melayu Riau pada tahun 2005 M

dan ragam kuliner Riau pada tahun 2007 M.74

kuliner merupakan potensi besar bagi

suatu daerah. jika dikelola dengan baik akan mampu menjadi sumber keungan untuk

perorangan bahkan industry pariwisata. Maka dari itu, memperkaya pengetahun

tentang kuliner Melayu akan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Berdasarkan paparan di atas, diketahui bahwa lembaga bkpbm melakukan

kegiatan kajian kegiatan yang dilakukan masyarakat melayu. Kegiatan selanjutnya

berhubungan dengan wujud kebudayaan yang ketiga yaitu karya. Karya adalah

sesuatu ide yang diciptakan dalam bentuk barang oleh manusia. Maka dari itu benda

peninggalan budaya Melayu. Kegiatan ini berkaitan dengan program membantu

masyarakat yang ingin mengetahui serta meneliti tentang kebudayaan Melayu.

73

Wawancara dengan Muhammad Syafrudin Mahasiswa Riau angkatan tahun 1980-1986 dan 2001- 2004 M, pada tanggal 20 November 2018, di kediamannya Kota Solo Jawa Tengah

74

Samsuni, 12 tahun refleksi perjalanan., hlm. 10-11.

Page 40: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

57

Perwujudannya seperti melayani tamu kantor Lembaga BKPBM baik berupa

memberikan akses terhadap seluruh koleksi yang ada, serta membantunya dalam

mendiskusikan permasalahan yang diteliti.

Salah satu tamu kantor Lembaga BKPBM yaitu Raja Musa Kesultanan Banjar

Pangeran H Khairul Saleh beserta rombongannya pada tanggal 10 September

2012. Kunjungan ini bertujuan untuk silaturahmi serta melihat kondisi Lembaga

BKPBM. Selain itu kunjungan ini bertujuan untuk mencari referensi arsitektur

Melayu yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman membangun Kerajaan

Banjar.75 Dengan adanya kunjungan ini, dapat terlihat adanya pengakuan

terhadap Lembaga BKPBM sebagai pusat keilmuan Melayu di Indonesia.

Pelayanan ini juga termasuk dalam hal keilmuan. Yang mana lembaga

membantu mewadahi pelajar untuk menyelesaikan tugas keilmuannya seperti

penelitian ilmiah, skripsi, disertasi. Kegiatan ini dinilai sangat berharga bagi pelajar

maupun mahasiswa terhadap Lembaga BKPBM. Banyaknya jumlah pelajar dan

mahasiswa di Yogyakarta menjadi faktor utama dari kegiatan ini. Lembaga mewadahi

pelajar dalam pengerjaan tugas akhir maupun karya ilmiah lainnya. Dan juga sebagai

pangkalan data juga membantu mencarikan sumber data yang dibutuhkan.

75

Ibid., hlm. 12.

Page 41: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

58

C. Pengembangan Budaya Melayu

Kegiatan yang telah dilakukan Lembaga BKPBM merupakan satu kesatuan

yang saling berkesinambungan. pengembangan budaya Melayu yang merupakan

tindak lanjut kegiatan sebelumnya. Tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan dan

mempertahankan potensi kebudayaan Melayu yang telah ada di masyarakat. Adapun

potensi yang dimaksud adalah praktek kebudayaan Melayu yang dikembangkan

masyarakat diantaranya yaitu kesenian musik dan tari tradisional Melayu.76

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari program mementaskan dan

melombakan berbagai seni pertunjukan Melayu. Pementasan seni pertunjukan

Melayu bertujuan untuk melestarikan dan menarik minat masyarakat terhadap seni

tari dan musik melayu. Sedangkan lomba yaitu memberikan stimulus kepada peminat

seni melayu agar melakukan inovasi pertunjukan seni. Selain itu juga meningkatkan

semangat untuk melakukan kegiatan pengembangan seni budaya melayu.77

Kesenian

musik dan tari adalah suatu hal yang dekat dengan masyarakat. Sehingga ini

merupakan potensi besar dalam memperlihatkan keindahan budaya melayu.

Yogyakarta sebagai kota budaya adalah kesempatan besar untuk lembaga

untuk melakukan kegiatan pengembangan budaya. Karena kota ini merupakan kota

wisata dan budaya, sehingga kegiatan pertunjukan seni akan sangat diminati

masyarakat. Contoh pertunjukan seni yang dilakukan lembaga yaitu pada acara milad

Melayuonline ke dua tanggal 20 Januari 2009. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung

76

Wawancara dengan Astrin Andriani 77

Arsip kegiatan Lembaga BKPBM tahun 2016., hlm. 14.

Page 42: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

59

Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta. Pada kesempatan ini diundang banyak

tamu dari berbagai daerah di Indonesia serta luar negerti seperti Malaysia, Thailand,

Singapura, dan Brunei.78

Dengan banyaknya tamu besar yang hadir, maka akan

menambah semangat untuk menampilkan kesenian musik dan tari melayu.

Milad melayuonline pada tahun 2009 adalah acara terbesar yang dilakukan

lembaga BKPBM. Hal ini dikarenakan banyaknya penampilan seni yang ada serta

banyaknya tamu yang hadir. Untuk pementasan seni tari dan musik maka lembaga

bekerjasama dengan sanggar seni yang ada. Bukan saja sanggar seni melayu namun

juga sanggar seni tradisional jawa. Sanggar seni dari dalam dan luar negeri.79

Dengan

adanya keragaman pertunjukan seni maka akan semakin memeriahkan acara yang

ada. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi lambang keharmonisan budaya yang ada.

Pertunjukan seni tari pada acara ini ditampilkan oleh beberapa sanggar tari

yaitu sanggar tari pimpinan Tengku Mira Sinar dari Kesultanan Serdang yang

menampilkan Tari Serampang XII. Kemudian Sanggar Pulau Penyengat dari

Tanjungpinang yang menampilkan Tari Zapin. selanjutnya tim Kementerian

Perpaduan, Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan (KPKKW) dari Malaysia yang

menampilkan Tari Lambaian Negeri dan Tari Joget Negeri Sembilan. Serta tarian

Jawa oleh Sanggar Tari Ayodya (Nitiprayan, Yogyakarta).80

78

Ibid.

79

Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra, Pendiri sekaligus Ketua Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, pada tanggal 4 November 2018, di Kantor percetakan ADICITA Karya Nusa

80Arsip Lembaga BKPBM tentang kegiatan lembaga tahun 2016- 2017, hlm. 20.

Page 43: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

60

Kesenian tari dapat bermanfaat sebagai media hiburan, namun juga sarana

komunikasi. Komunikasi yang dibangun dari setiap gerakan yang memiliki beragam

makna. Banyaknya sanggar yang ikut berpatisipasi pada milad melayuonline

memberikan bukti bahwa dari banyaknya potensi budaya melayu yang ada,

pertunjukan seni seperti tari dan musik adalah yang paling diminati masyarakat.

Karena kesenian ini memiliki keindahan dan mudah untuk dinikmati.

Selain seni tari, adapula kesenian musik yang ditampilkan.pertunjukan musik

ini ditampilkan oleh beberapa sanggar seperti Tengku Ryo dan The Malay Band dari

Jakarta, Musik Gambus dan Marwas oleh H. Sulaiman dari Kepulauan Riau, musik

kompang oleh mahasiswa Karimun Yogyakarta, dan Hip-Hop Melayu dari Jogja Hip

Hop Foundation dari Yogyakarta.81

Pertunjukan seni musik memiliki beberapa tujuan

yaitu memberikan hiburan kepada penonton dan memberikan ruang berkreasi.

Dengan adanya pertunjukan seni ini maka suasana acara akan semakin kental dengan

budaya melayu, karena musik adalah simbolisasi dari kebanggaan terhadap budaya

yang dibawanya. Menampilkan kegiatan seni musik dan tari melayu tidak hanya

dilakukan lembaga di satu kesempatan saja, namun pada setiap acara yang

dilaksanakannya pasti mengikutsertakan penampilan seni musik dan tari melayu.

81

Ibid.

Page 44: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

61

BAB IV

PERAN BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

MELAYU (BKPBM) BAGI MASYARAKAT MELAYU RIAU

DI YOGYAKARTA (2003- 2018 M)

Pada Bab ini, akan dibahas hasil penelitian tentang peran Dinas Pertanian dan

Pangan yang dibagi dalam 5 sub pembahasan yaitu peran Dinas Pertanian dan

Pangan sebagai peran wirausaha, peran fasilitator, peran stabolitator, peran

inovator dan peran pelopor.82

A. Meredefinisi Konsep Melayu

Peran Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM)

yang pertama yaitu peran inovator. Peran inovator Lembaga BKPBM adaalah

menciptakan suatu hal baru dalam upaya pembaharuan kebudayaan Melayu.

Artinya. Perwujudan peran ini yaitu memberikan pemahaman yang baru tentang

dunia Melayu, serta melakukan digitalisasi kebudayaan Melayu.

1. Redefinisi Melayu

Kebudayaan modern saat ini mulai menyurutkan kebudayaaan asli

Indonesia. Perubahan ini dipicu oleh kecepatan pertukaran informasi yang

disajikan setiap detiknya oleh cybermedia, televisi, radio dan media lainnya.83

82

Siagian P Sondang, Kerangka Dasar Ilmu Administrasi (Jakarta: PT Rineka Cipta,

1992), hlm. 142.

83Adeney, T. Bernard, Tantangan dan Dampak Kebudayaan Modern dan Pasca Modern

(Yogyakarta: CRCS, 2005), hlm. 78.

Page 45: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

62

Media informasi mengaburkan batas fisik dan budaya oleh Arjun Appadurai

disebut “deteritorialisasi”, sehingga menciptakan dunia baru dengan batas wilayah

dan nilai yang bersifat relatif.84

Dampak negatif yang timbul bagi kebudayaan Melayu dari fenomena

ini adalah perubahan cara berpikir dan cara memandang dunia Melayu. Misalnya

dengan adanya fanatisme kesukuan dan memadang rendah suku lainnya. Hal ini

tentu saja akan membawa sebuah anggapan bahwa Melayu bersifat ekslusif. Maka

dari itu, upaya menduniakan nilai luhur Melayu menjadi sangat penting sebagai

penyeimbang ide dan gagasan dari luar Melayu yang bersifat destruktif.

Pemikiran mainstream saat ini cenderung memberi definisi Melayu secara sempit.

Perbedaan pendapat tentang Melayu merupakan isu lama yang

terbentuk di bawah pengaruh sejarah, agama, fanatisme ras, batas geografis, dan

afiliasi politik setiap individu. Kondisi lingkungan dan afiliasi seseorang dapat

mempengaruhi konsepsinya dalam melihat dan memaknai Melayu, sehingga nilai

subyektivitasnya lebih mengemuka. Sebagai contoh yaitu Melayu adalah Islam

jika yang mendefinisikan adalah penganut agama Islam; Melayu adalah Riau jika

yang berbicara orang Riau; Melayu adalah Malaka jika yang berbicara berasal

dari Malaka, dan seterusnya.85

Perbedaan yang ada tidak dianggap sebagai

sesuatu yang bernilai positif, namun bernilai negatif sehingga mengakibatkan

84

Mahyudin Al Mudra. Redefinisi Melayu: Upaya Menjembatani Perbedaan Konsep

Kemelayuan Bangsa Serumpun (Yogyakarta: ADICITA Karya Nusa, 2008), hlm. 53.

85

Ibid.,hlm. 22.

Page 46: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

63

adanya perpecahan di internal Melayu. Maka dari itu perlu adanya inovasi berupa

pemahaman baru yang dapat menampung perbedaan pendapat ini.

Dalam permasalahan ini, pemahaman baru yang dimaksud adalah

pemahaman yang dapat menumbuhkan kesadaran bahwa seluruh orang Melayu di

dunia adalah saudara serumpun. Meskipun terdapat perbedaan seperti ras, agama,

bahasa, dan kewarganegaraan. Selain itu untuk mempersatukan kembali orang

Melayu yang telah terpisah akibat politik pecah belah pemerintah kolonial.

Optimalisasi potensi bangsa Melayu, baik secara kualitas maupun kuantitas,

dalam menghadapi persaingan global, sehingga menjadi bangsa yang mandiri dan

bermarwah.86

Lembaga BKPBM menyikapi hal ini dengan cara memberikan sebuah

gagasan baru dalam mengidentifikasi arti Melayu yang dinamakan redefinisi

Melayu. Redefinisi Melayu merupakan konsep Melayu yang lebih holistik dan

dapat mengakomodir berbagai aspek baik sejarah, budaya, agama, ras, dan

bahasa.87

Berbeda dengan konsep mainstream saat ini yang lebih bersifat ekslusif.

Konsep Melayu yang ekslusif dapat memarjinalkan beberapa pihak.

Contohnya yaitu suku pedalaman Talang Mamak di Riau. Suku Talang Mamak

adalah suku pedalaman Riau yang masih mempercayai arwah nenek moyang atau

animisme. Maka mereka bukanlah orang Melayu jika didefinisikan dengan

konsep “Melayu adalah Islam“. Sedangkan dalam sejarahnya, mereka termasuk

86Ibid.,hlm. 29.

87

Ibid,.hlm. 15.

Page 47: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

64

suku Melayu tua atau Proto Melayu yang telah ada sejak 3000 tahun sebelum

masehi.88

Maka dari itu, perlu adanya konsep redefinisi Melayu yang

menggunakan sudut pandang sejarah dalam mengidentifikasi Melayu. sehingga

seluruh orang Melayu di dunia dapat diakui identitasnya sebagai orang Melayu.

Redefinisi Melayu membagi sejarah Melayu menjadi 4 fase sejarah.

Priodesasi ini dibagi berdasarkan keunikan dan karakteristik Melayu disetiap

fasenya.89

Empat fase tersebut yaitu fase pra Hindu-Buddha, fase Hindu-Buddha,

fase Islam, dan fase kolonialisme. Pengaruh setiap fase sejarah terhadap suku

bangsa Melayu berbeda. Hal itu tergantung pada tempat di mana suku bangsa

Melayu berada, kondisi lingkungannya, dan intensitas interaksinya dengan

budaya lain.90

Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan yang

hadir di dalamnya. Misalnya, pengaruh Islam pada suku bangsa Melayu di daerah

tertentu sangat kuat, seperti di Minangkabau. Hal ini didukung dengan persebaran

ulama dan pertumbuhan keilmuan yang cepat wilayah ini. Disisi lain, berbeda

dengan suku Melayu di pedalaman Sumatra yang jarang berinteraksi dengan

budaya lain beberapa diantaranya masih berkepercayaan animisme dan

dinamisme.

88

Ibid., hlm. 9.

89Ibid., hlm. 11.

90Ibid., hlm. 9.

Page 48: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

65

a. Fase Pra Hindu-Buddha

Pada fase pra hindu- Buddha, bangsa Melayu dibagi menjadi 2, yaitu

proto Melayu dan deutro Melayu. Proto Melayu adalah bangsa Melayu yang

diperkirakan telah ada di kawasan Nusantara sejak tahun 3.000 SM.91

Peninggalan dari bangsa ini seperti patung, palungan tempat menyimpan

tengkorak, menhir untuk menghormati arwah nenek moyang. Proto-Melayu

merupakan pendukung kebudayaan zaman batu yang mampu menghasilkan

bahan-bahan makanan dengan cara bercocok tanam. Melalui peninggalan

tersebut, dapat dikethaui bahwa mereka meninggalkan jejak bersejarah yang

sangat penting sebagai penanda kemajuan peradaban Melayu saat itu.

Deutro-Melayu merupakan bangsa Melayu yang hadir sekitar tahun

300 SM. Kedatangan mereka mendesak sebagian Proto-Melayu hingga

mereka pindah ke daerah pedalaman, dan sisanya bercampur dengan

pendatang baru. Kebudayaan Deutro-Melayu jauh lebih maju dengan

mengembangkan peralatan-peralatan dari perunggu dan besi. Peninggalan-

peninggalan Proto dan Deutro-Melayu dinilai oleh Hall sebagai peradaban

Melayu kuno yang telah memiliki ciri dan karakternya sendiri, sebelum

mereka dipengaruhi oleh kebudayaan India.92

Hall dalam redefinisi Melayu mencatat bahwa beberapa komunitas

Proto dan Dutro-Melayu hingga kini masih ada dan tersebar di berbagai

91

Ibid., hlm 14

92

Ibid. hlm 15

Page 49: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

66

kawasan di Indonesia, terutama di daerah-daerah pedalaman, dengan tetap

mempraktekkan kepercayaan animisme dan dinamisme.93

Beberapa suku

Melayu di pedalaman Riau hasil peninggalan fase ini seperti Suku Sakai,

Suku Talang Mamak, Suku Akit, Suku Laut.

b. Fase Hindu-Buddha

Peradaban Melayu memasuki babak baru ketika masyarakat Melayu

kuno menjalin hubungan dengan bangsa India. Hubungan antara masyarakat

Melayu dengan India diperkirakan telah mulai sejak abad ke 3 Masehi melalui

jalur perdagangan. Hall memperkirakan orang Melayu telah tersebar hingga

India, mengingat mereka adalah pelaut ulung. Meski demikian pengaruh

Hindu-Buddha baru berkembang pesat di Nusantara pada abad ke 5 M. hal ini

dibuktikan dengan adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Selain itu ada pula

patung Buddha gaya Amaravati yang ditemukan di beberapa tempat di

Sulawesi, Jawa, dan Sumatra menunjukkan perkembangan pengaruh

kebudayaan Hindu-Buddha yang cukup signifikan pada abad itu.94

Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara mencapai puncak

kegemilangannya pada abad ke-9 hingga ke-15 M. Di antara kerajaan Hindu-

Buddha di Nusantara yang besar adalah Sriwijaya di Sumatra; Kediri,

Singasari, dan Majapahit di Jawa. Kitab Nagarakartagama mencatat daerah

kekuasaan Kerajaan Sriwijaya menguasai 22 daerah di Pulau Sumatra. Versi

93

D.G.E. Hall. Sejarah Asia Tenggara (Surabaya: Usaha Nasional. 1988), hlm .25.

94Ibid.,hlm 24

Page 50: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

67

lain menyebutkan bahwa pada masa kegemilangannya, Sriwijaya menguasai

sebagian besar daerah di Nusantara, termasuk Kamboja.95

Memasuki abad ke-

13, dominasi kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha berangsur angsur memudar.

Periode itu ditandai dengan melemahnya kerajaan Majapahit, dan di saat yang

sama terjadi penyebaran ajaran Islam secara aktif dan meluas ke berbagai

kawasan di Nusantara.

Pengaruh budaya Hindu-Buddha pada masyarakat Melayu dewasa ini

terlihat pada upacara-upacara adat, arsitektur bangunan dan bahasa Melayu.

Contoh kata dalam bahasa Melayu yang berasal dari kata Sansekerta di

antaranya adalah bulan, berasal dari kata “vulan”, sampan dari “samvau”,

seribu dari “sarivu”, dan lain-lain. Sebagian bangsa Melayu yang masih

memeluk agama Hindu-Buddha hidup di beberapa negara, seperti Kamboja,

Myanmar, dan Vietnam.

c. Fase Islam

Islam masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan sejak sekitar

abad ke-11, dan berkembang semakin cepat mulai abad ke-13. Perbedaan

pendapat antarpeneliti terjadi seputar dari mana Islam datang, dan siapa yang

membawanya masuk ke Nusantara. Ada yang berpendapat bahwa Islam

datang dari Cina, Gujarat, India, Persia atau Turki. Terlepas dari perbedaan

tersebut, agama ini telah diterima secara luas oleh bangsa Melayu karena

95

Ibid., hlm 45

Page 51: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

68

sifatnya yang egaliter dan populis. Islam tidak mengenal sistem kasta dan

kependetaan, sehingga memungkinkan keterlibatan semua lapisan masyarakat

dalam seluruh bidang kehidupan, termasuk pendidikan.96

Faktor penting lainnya yang menyebabkan Islam cepat berkembang di

Nusantara adalah karena penyebaran agama ini didukung oleh tiga kekuatan,

yaitu istana, pesantren dan pasar.97

Istana sebagai pusat kekuasaan berperan

dalam memberikan legitimasi politis untuk disebarkan kepada rakyat yang

bernaung di bawahnya. Pesantren yang dikelola oleh kaum tarekat berperan

memberikan penjelasan tentang esensi Islam sebagai agama yang membumi

dan mudah dicerna. Sifat pesantren yang terbuka untuk siapapun tanpa

memandang latar belakang suku, ras dan status sosial, menjadikan lembaga ini

sebagai tempat rujukan masyarakat untuk belajar mendalami ajaran Islam.

Sementara itu, pasar merupakan daerah pemukiman para saudagar, kaum

terpelajar, dan kelas menengah lain yang berhadapan langsung dengan situasi

kultural yang sedang berkembang. Di sini, dialog untuk pertukaran pikiran

dan informasi tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan

berjalan sangat cepat.

Dengan didukung oleh ketiga kekuatan tersebut, pengaruh Islam

dalam masyarakat Melayu begitu kuat. Secara kultural, Islam disebarkan

melalui pesantren dan pasar. Secara politik dilegitimasi oleh istana.

96

Mahyudin Al Mudra. Redefinisi Melayu.,hlm .27.

97Ibid., 28

Page 52: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

69

Perkembangan keimanan dan keilmuan secara bersama-sama menempatkan

Islam sebagai poros bagi kehidupan masyarakat Melayu, yang mempengaruhi

semua dimensi kehidupan mereka. Terdapat ungkapan yang populer yang

secara eksplisit menunjukkan kuatnya pengaruh Islam, “adat bersendi syarak,

syarak bersendi kitabullah”. Namun perlu diingat bahwa Islam menjadi agama

mayoritas masyarakat Melayu yang hidup di kawasan pesisir, tidak menjadi

agama mayoritas di daerah pedalaman.

d. Fase Kolonialisme

Daerah pedalaman yang tidak tersentuh oleh persebaran Islam menjadi

sasaran utama bagi misionaris Kristen yang dibawa oleh bangsa kolonial

Eropa mulai abad ke-16. Pemerintah colonial Belanda dan Inggris, tidak

melakukan penginjilan Kristen di tengah penduduk Muslim yang sudah

mapan karena sadar bahwa hal itu dapat mempengaruhi “keamanan dan

ketertiban” yang sangat penting bagi kepentingan material bangsa Eropa.98

Kristenisasi di daerah pedalaman dirasa oleh pemerintah kolonial lebih

aman, di samping untuk membangun keberpihakan penduduk lokal kepada

pihak kolonial. Proses kristenisasi berjalan selama bertahun tahun, sehingga

beberapa suku bangsa Melayu yang menetap di daerah pedalaman, seperti

Batak Karo di Sumatra Utara dan Toraja di pedalaman Sulawesi, mayoritas

menganut agama Kristen. Perbedaan agama inilah yang kemudian dijadikan

98

Ibid., hlm. 29.

Page 53: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

70

sebagai salah satu batas identitas antara Melayu dan bukan Melayu sampai

saat ini.

Di samping kristenisasi, peran kolonialisme dalam mengkotak-kotak

bangsa Melayu juga ditempuh melalui jalur politik. Perjanjian antara Inggris

dan Belanda pada 17 Maret 1824 yang dikenal dengan Traktat London.

Perjanjian ini membagi wilayah Melayu menjadi dua, yaitu sebelah utara

menjadi daerah kekuasaan Inggris, dan selatan daerah kekuasaan Belanda.

Pembagian administratif kolonialis semacam itu pada perjalanannya

melahirkan negara Indonesia, Malaysia dan Singapura.99

Pengaruh dari fase ini dapat terlihat dari Bahasa Melayu di tiga negara

tersebut. Bahasa yang berkembang sesuai dengan pengaruh bahasa kolonial di

masing-masing negara itu. Bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa

Belanda, sedangkan bahasa Melayu Malaysia dan Singapura banyak

dipengaruhi oleh bahasa Inggris.

Keempat fase tersebut berada dalam sejarah peradaban bangsa Melayu

dan telah membentuk identitas dan kepribadian mereka secara umum. Namun

perbedaan corak kebudayaan antarsuku bangsa Melayu menunjukkan adanya

tingkat keterpengaruhan yang berbeda-beda dari setiap fase sejarah itu.

Umumnya saat ini, masyarakat Melayu telah memeluk agama Islam berkat

keberhasilan para misionaris Islam di Nusantara sejak abad ke-11. Akan tetapi

tidak dapat dinafikkan bahwa di kawasan tertentu terdapat masyarakat atau

99

Ibid., hlm. 30.

Page 54: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

71

komunitas Melayu yang tidak memeluk agama Islam. Contohnya seperti

masyarakat Melayu di SoE, Nusa Tenggara Timur yang mayoritas beragama

Kristen, ada pula komunitas Melayu di daerah pedalaman Riau, seperti

Talang Mamak yang masih menganut tradisi animisme dan dinamisme.100

Perbedaan keyakinan tersebut tidak serta-merta mengeliminasi

komunitas Melayu tertentu dari identitas utamanya yaitu Melayu. karena akar

perbedaan tumbuh secara alami atas pengaruh perjalanan sejarah, kondisi

lingkungan, dan hasil interaksi dengan bangsa dan budaya lain. Ada suku

bangsa Melayu yang kuat tradisi Islam atau Kristennya, namun ada juga yang

tetap menjaga tradisi Hindu-Buddha dan dinamisme-animisme. Namun pada

kenyataanya mereka tetap orang Melayu.

Umumnya saat ini Melayu selalu diidentikkan dengan Islam sebagai

agama yang paling berpengaruh di masyarakat Melayu. Pengertian ini tidak

salah, tetapi bersifat agak sempit dan individual yang jika ditarik dalam

konteks yang lebih luas, misalnya pada level masyarakat atau Negara maka

akan memiliki muatan politis. Hefner mencatat bahwa dalam perjalanan

sejarah bangsa Melayu, para bangsawan pribumi telah sukses membungkus

etnisitas mereka dengan baju Islam untuk mempertahan posisi-posisi strategis

di hadapan para penjajah. Dengan kata lain, penggunaan Islam sebagai

100

Ibid., hlm. 31.

Page 55: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

72

identitas keMelayuan merupakan strategi para bangsawan untuk tetap

mendapatkan dukungan dari rakyat dalam menghadapi dominasi penjajah.101

Definisi umum tentang siapa itu orang Melayu selalu menyandingkan

etnisitas Melayu dan agama Islam secara sejajar. Secara ontologis,

keMelayuan dan keislaman merupakan dua dimensi yang berbeda. Etnik

Melayu merupakan kumpulan individu-individu yang hidup di suatu tempat

dan membentuk struktur sosial. Sementara itu Islam adalah agama yang

dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu untuk menjalin hubungan

dengan Tuhan.102

Yang pertama menciptakan hubungan horisontal, sedangkan

yang kedua vertikal. Maka jika definisi Melayu dibatasi pada identitas etnik

dan agama, akan menciptakan posisi yang tumpang tindih antara agama

sebagai sistem kepercayaan yang bersifat individual dan etnisitas sebagai

struktur sosial.

Dengan demikian, mendefinisikan Melayu tidak bisa hanya dengan

melihat satu fase sejarah atau satu afiliasi saja, misalnya dengan Islam. Tetapi

mesti melihat rentang sejarah dan perkembangan budaya yang lebih jauh dan

luas, sehingga upaya mendefinisikan Melayu tidak memutus mata rantai

sejarah bangsa Melayu itu sendiri. Definisi Melayu akan menjadi sempit jika

dibatasi dengan ras, agama, bahasa, batas-batas geografis, atau afiliasi politik.

Dengan terbangunnya kesadaran persamaan sejarah ini diharapkan muncul

101

Ibid., hlm. 31. 102

Ibid., hlm 33

Page 56: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

73

inisiatif secara bersama-sama membangun bangsa Melayu di berbagai bidang

kehidupan.

Untuk menyebarkan konsep redefinisi Melayu ini, Lembaga BKPBM

menerbitkan buku dengan judul redefinisi Melayu karangan Mahyudin Al

Mudra. Pemahaman baru tidak akan mudah disebarkan jika dilakukan dengan

pendekatan represif. Sebab pemahaman akan berjalan dengan perlahan dalam

pemikiran setiap manusia. Menerbitkan buku merupakan langkah persuasive

yang diambil Lembaga BKPBM agar setiap orang tanpa terkecuali dapat

pengetahui konsep redenisi Melayu.

Buku redefinisi Melayu ini diterbitkan pertama tahun 2003, dan telah

dicetak ulang sebanyak 4 kali.103

Umumnya buku ini dijual ke toko buku,

namun berbeda dengan masyarakat Melayu Riau. Lembaga BKPBM

cenderung memberikan buku ini secara gratis dalam berbagai kesempatan.

Salah satu contohnya yaitu pada acara pelantikan pengurus ikatan pelajar Riau

komisariat Indragiri hilir pada tanggal 26 maret 2016.104

Selain buku, Lembaga BKPBM juga melakukan kegiatan diskusi dan

seminar tentang konsep baru ini. Salah satunya yaitu dalam kegiatan diskusi

budaya dalam rangka milad Melayu online ke-7 dan penandatanganan MoU

103

Arsip lembaga BKPBM tentang kegiatan lembaga tahun 2016- 2017, hlm. 19. 104

Wawancara dengan Muhammad Iqbal Ketua Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta tahun

2015- 2016 M pada tanggal 27 Oktober 2018.

Page 57: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

74

antara Lembaga BKPBM dengan ikatan pelajar Riau komisariat Indragiri hilir

(IPRY KOM. INHIL) pada tanggal 20 januari 2014.105

Berdasarkan keterangan di atas maka Lembaga BKPBM telah

melakukan perannya sebagai inovator khususnya dalam hal inovasi

pemikiran. Konsep baru yaitu redefinisi Melayu yang dapat menjadi salah

satu alternatif pemersatu bangsa Melayu. selain itu masyrakat Melayu Riau

yang berada di Yogyakarta juga secara tidak langsung dapat mengerti tentang

konsep keMelayuan yang tidak diterimanya di daerah asalnya.

2. Digitalisasi Sejarah dan Budaya Melayu

Persebaran peninggalan sejarah kebudayaan Melayu terdapat di banyak

tempat. Provinsi Riau sendiri pada tahun 2010 tercatat memiliki cagar budaya

tidak bergerak (unmoveable) sekitar 91 buah. Sedangkan di tanah Melayu lainnya

seperti Provinsi Sumatera Barat memiliki 544 buah, kemudian Provinsi Kepuluan

Riau sebanyak 99 buah (14%). Jumlah sebanyak itu belum termasuk cagar budaya

bergerak (moveable) yang setara jumlahnya atau bahkan mungkin lebih banyak

lagi.106

Sebagai bagian dari properti bangsa, cagar budaya merupakan khazanah

yang mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan.

Oleh karena itu, pelestarian cagar budaya sangat diperlukan demi keberadaan dan

eksistensi kebudayaan.

105

Ibid 106

Sri Sugiharta, “Desentralisasi dan Sumber Daya Aparatur: Problematika Pelaksanaan

Desentralisasi Pelestarian Cagar Budaya Di Provinsi Sumatera Barat, Riau, Dan Kepulauan Riau”

dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol 15, No 3 Maret 2012, hlm. 233.

Page 58: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

75

Upaya pelestarian cagar budaya telah dilakukan Lembaga BKPBM sejak

awal berdirinya. Pelestarian tersebut berupa pengoleksian benda bernilai sejarah

Melayu seperti alat permainan tradisional, senjata khas Melayu, sampan, baju

tradisional. Ada pula kegiatan mereplikasi cagar budaya Melayu seperti istana

kerajaan Melayu. kegiatan ini terus dilakukan Lembaga BKPBM.

Beberapa benda bersejarah Melayu yang diselamatkan oleh Lembaga

BKPBM yaitu keris Melayu. Keris ini salah satu dari banyaknya senjata yang

digunakan orang Melayu. upaya penyelamatan keris ini dengan cara

mereplikasinya serta mendokumentasikannya dalam bentuk digital. kemudian

bentuk digital ini dapat dilihat oleh banyak pihak

Penyelamatan cagar budaya Melayu oleh Lembaga BKPBM tidak akan

bernilai sosial jika tidak disebarluaskan kepada masyarkat. Maka dari itu

dibutuhkan pengelolaan, pendokumentasian dan penyebarluasan informasi dan

pengetahuan memanfaatkan kecanggian teknologi informasi dan komunikasi

terhadap nilai- nilai luhur budaya Melayu tersebut. Dengan cara itu pula

kebudayaan dari setiap suku bangsa dapat diwariskan ke setiap generasi agar tetap

mempertahankan budaya sebagai identitas diri dan menunjukkan eksistensi

bangsa Indonesia dimata dunia. Adapun inovasi yang dilakukan Lembaga

BKPBM yaitu digitalisasi sejarah kebudayaan Melayu.

Digitalisasi adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun

video menjadi bentuk digital. Digitalisasi kebudayan merupakan suatu konsep

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna

Page 59: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

76

dalam bidang kebudayaan, terutama dalam hal pengelolaan, pendokumentasian,

penyebarluasan informasi dan pengetahuan dari unsur-unsur kebudayaan.107

Pada tahun 2009, jumlah pengunjung melayuonline mencapai 22,7 juta

pengunjuang dari 102 negara. Jumlah ini semakin bertambah setiap tahunnya.108

Penyebaran informasi melalui website ini mendapatkan respon positif dari

masyarakat. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai

dunia Melayu sangat besar. Sehingga perlu dikembangkannya inovasi terbaru

dalam memadukan media informasi dengan data- data dunia melayu.

Lembaga BKPBM dalam hal ini memadukan antara teknologi multimedia

dalam menginventarisasi sisa peninggalan sejarah dan budaya Melayu. Adapun

bentuk digital dari kegiatan ini disebarkan melalui website yang dimilikinya

seperti Melayuonline.109

Fungsi dari pembentukan digital data melayu bagi

lembaga BKPBM yakni mempermudah lembaga dalam meningkatkan minat

masyarakat kepada dunia Melayu. Hal ini bermanfaat juga bagi masyarakat yang

ingin mengenal Melayu, dimana batas waktu dan wilayah akan hilang dengan

dipermudah melalui media internet.

107

Ibid., hlm. 99.

108

Purnimasari, Pendiri Balai Kajian Dan Pengembangan Budaya Melayu, Mahyudin Al

Mudra, Kalau Rubuh Kota Melaka, Papan Di Jawa Kami Tegakkan, Riau Pos. 8 Agustus 2008,

hlm. 20.

109

Wawancara dengan Astrin Indriaswati, Staff Pelaksana Harian Balai Kajian dan

Pengembangan Budaya Melayu Tahun 2014- 2018 M, pada tanggal 24 September 2018

Page 60: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

77

B. Mempelopori Gerakan Kebudayaan

Peran Lembaga Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM)

yang kedua yaitu peran pelopor. Peran pelopor adalah melakukan usaha yang

maksimal dan menjadi sumber inspirasi bagi lingkungannya. Artinya Lembaga

BKPBM menjadi aktor yang memotori kegiatan pembangunan budaya Melayu Riau.

Bentuk kepeloporan yang dilakukan Lembaga BKPBM berupa promosi kebudayaan

Melayu Riau dan menjadi pelopor untuk melakukan persatuan Melayu serumpun

1. Promosi Kebudayaan

Kata promosi memberikan interpretasi yang bermacam-macam. Pada

dasarnya maksud kata promosi adalah untuk memberitahukan, membujuk atau

mengingatkan lebih khusus lagi. Promosi merupakan suatu proses menyampaikan

informasi kepada orang lain tentang hal-hal yang menyangkut produk (barang dan

jasa) yang ditawarkan secara persuasif agar target mau menerima produk yang

ditawarkan.110

Tujuan utama promosi yaitu mengadakan komunikasi yang sifatnya

membujuk. Secara umum terdapat beberapa bagian penting dari kegiatan promosi

yaitu produk dan target pasar. Lembaga BKPBM memiliki produk yaitu

kebudayaan Melayu. Sedangkan target pasarnya yaitu seluruh masyarakat di

dunia. Sedangkan media promosi yang digunakan Lembaga BKPBM seperti

110

Antoni Lambea, “Perancangan dan Implementasi Komunikasi Visual Media Promosi

Pariwisata Berbasis Multimedia (Studi Kasus: Dinas Pariwisata Kabupaten Poso)”, dalam jurnal

Salatiga Universitas Satya Wacana tahun 2013, hlm. 20.

Page 61: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

78

media online (website, facebook, youtube) maupun media massa (surat kabar, tv,

radio).111

Terdapat 7 unsur kebudayaan yaitu sistem religi, sistem kemasyarakatan

atau organisasi sosial, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata

pencaharian hidup atau sistem ekonomi, dan sistem peralatan hidup atau

teknologi.112

Sejarah budaya Melayu sendiri memiliki karakteristik masing-

masing sesuai dengan struktur geo budaya. Maka dari itu, perlu untuk menyusun

keseluruhan aspek tersebut kedalam aspek yang lebih kecil sehingga mudah untuk

dipelajari dan difahami.

Situs Melayuonline yang dibentuk oleh Lembaga BKPBM diorentasikan

untuk menjadi pangkalan data tentang dunia Melayu terbesar di dunia. Tujuan

dari menciptaan situs ini yakni memudahkan siapa saja yang ingin mengetahui

dunia Melayu. Seluruh aspek Melayu, seperti sejarah, budaya, sastra, bahasa.

Keseluruhan aspek Melayu ini diklasifikasi menjadi sebuah struktur yang begitu

kompleks. Aspek kebudayaan tersebut direpresentasikan dalam bentuk 3 menu

utama di situs Melayuonline, yaitu sejarah, budaya, dan sastra Melayu.113

Pertama yaitu menu sejarah Melayu. Sejarah Melayu mencakup dimensi

yang luas, dengan rentan masa yang panjang. Sejarah yang dimaksud di sini

111

Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra, Pendiri sekaligus Ketua Lembaga Balai Kajian

dan Pengembangan Budaya Melayu, pada tanggal 4 November 2018, di Kantor percetakan

ADICITA Karya Nusa

112

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1993), hlm. 5.

113Arsip Lembaga BKPBM, Booklet Melayuonline tahun 2017, hlm. 2.

Page 62: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

79

adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Jejak-

jejaknya dapat dilacak melalui kejadian sejarah, baik berupa manuskrip, prasasti,

sejarah lisan maupun artefak. Dalam Melayuonline , sejarah Melayu dibagi dalam

tiga kategori: (1), naskah sejarah, (2), sejarah kerajaan Melayu dan (3),

peninggalan sejarah di situs sejarah, seperti candi, masjid, istana, benteng, dan

makam. Kemudian dalam menu ini juga lebih dikembangkan lagi berdasarkan geo

budayanya. Contohnya dalam menu Kerajaan Melayu diklasifikasi menjadi

Kerajaan Melayu di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,

Thailand, Filipina, Madagaskar dan Afrika Selatan.114

Kepeloporan Lembaga

BKPBM untuk memperomosikan sejarah Melayu sangat baik. Kompleksitas dari

isi menu sejarah yang ditawarkan di website Melayuonline sangat

merepresntasikan sejarah Melayu yang begitu besar. Tidak hanya Melayu yang

ada di Indonesia namun juga diluar negeri.

Kedua, menu Budaya Melayu. Kebudayaan Melayu yang dibahas oleh

Melayuonline tidak lepas dari hal-hal berkaitan dengan unsur kebudayaan seperti

pandangan hidup, kesenian, sistem religi, sastra, kuliner, upacara adat, organisasi

sosial, peralatan, busana, artefak, bahasa, bangunan, pengobatan tradisional, dan

hukum adat Melayu. Semua unsur itu ditulis dalam struktur penulisan tertentu dan

dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.115

114

Ibid., hlm. 4.

115Ibid., hlm. 5.

Page 63: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

80

Ketiga, menu Sastra Melayu. Melayuonline mengkasifikasikannya

menjadi dua yaitu sastra lisan dan tulisan yang berkembang di kawasan Melayu.

Sastra lisan sulit diketahui awal kemunculannya, sedangkan sastra tulisan muncul

dan berkembang bersama dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha dalam

masyarakat Melayu. Perkembangan itu semakin pesat dengan masuknya agama

Islam ke kawasan ini. Maka tidaklah mengherankan jika sebagian besar naskah

sastra tulisan masyarakat Melayu merupakan peninggalan periode Islam. Contoh

tradisi lisan adalah pantun, bidal, tambo, koba, dan sebagainya. Sedangkan contoh

tradisi tulisan adalah gurindam, hikayat, puisi, syair, sajak, dan sebagainya.

Melayuonline memaparkan secara rinci apa saja yang berkaitan dengan sastra

lisan dan sastra tulisan itu. 116

Lembaga BKPBM sangat memperhatikan dengan detail konten yang ada

dalam websitenya. Ide dan gagasan Melayuonline dipublikasikan melalui

teknologi informasi, supaya secara efektif dapat dibaca dan diketahui oleh seluruh

lapisan masyarakat Melayu, dan memberikan inspirasi akan pentingnya persatuan

mereka di era gelombang ketiga ini. Selain itu diharapkan apa yang

dipromosikannya dalam diterima dengan baik oleh masyarakat.

Saat pertama kali diluncurkan pada tahun 2007, Melayuonline dapat

diakses dalam tiga bahasa, yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa

Prancis. Saat ini berdasarkan lamannya, Melayuonline sedang mengembangkan

sebelas bahasa lainnya. Meskipun sebelas bahasa yang akan dikembangkan ini

116

Ibid., hlm. 6.

Page 64: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

81

belum tersedia dengan sempurna, namun hal ini menunjukkan upaya untuk

menyebarkan konten Melayuonline ke dalam beragam bahasa agar lebih tersebar

luas.117

Upaya tersebut sejalan dengan perkembangan teknologi Internet yang

memberikan akses dan kemampuan jangkauan khalayak seluas-luasnya, tidak

terbatas oleh batasan geografis. Sehingga dapat dikatakan bahwa upaya ini

dilakukan dalam rangka membangun sebuah komunitas virtual terkait kebudayaan

Melayu.

Bahasa yang disediakan Melayuonline memungkinkankonten mereka

diakses dan dibaca tidak saja masyarakat Melayu yang memiliki kemampuan

Bahasa Indonesia yang berakar dari Bahasa Melayu akan tetapi juga masyarakat

Melayu yang menggunakan Bahasa lain. Selain itu akses Bahasa yang beragam

juga memungkinkan pemerhati budaya Melayu dari berbagai bangsa dalam

memanfaatkan Melayuonline sebagai sumber informasi, serta unttuk lebih

mengetahui dan memahami budaya Melayu.

2. Persatuan Melayu Serumpun

Melayu serumpun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bansga

Melayu yang telah lahir dari satu sejarah yang sama. Meskipun pada akhirnya

terdapat perpecahan dalam kubu bangsa Melayu sendiri, namun seutuhnya

Melayu tetap berada dalam rumpun Melayu jika dilihat dari sudut pandang

sejarah. Perbedaan yang terlihat dalam bangsa Melayu sanagt terlihat pada era

kolonialisme.

117

Wawancara dengan Astrin Indriaswati

Page 65: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

82

Bangsa Melayu pernah berada dalam era kolonialisme. Era tersebut

memberikan banyak pengaruh khususnya dalam hal pemberian batas atas

perbedaan suku bangsa Melayu. Legitimasi melalui perjanjian maupun peraturan

semakin memperkuat perbedaan yang ada. Keberadaan batas geografis politis

bangsa Melayu pertama kali diciptakan oleh bangsa Eropa melalui Traktat

London. Kebijakan kolonial tersebut menyebabkan polarisasi bangsa Melayu

menjadi Melayu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei. Selain itu, konsep

Negara bangsa juga semakin menegaskan bahwa secara politis dan geografis

bangsa Melayu.

Pengertian utama dari “bangsa”, yang paling sering dikemukakan dalam

literatur adalah definisi politis. Bangsa meliputi seluruh rakyat yang hidup dan

diakui secara legal sebagai warga oleh negara tertentu yang memiliki batas batas

teritorial tertentu, sehingga secara politis mereka menjadi satu dan tidak terbagi.

Secara politis anggota-anggota suatu nasionalitas berkeinginan untuk berada di

bawah pemerintahan yang sama, dan pemerintahan itu dibentuk oleh mereka atau

sebagian dari mereka.118

Sentimen nasional secara demokratis menyatukan seluruh elemen rakyat

tanpa membedakan agama, bahasa, ras dan etnisitas. Persatuan dan kesatuan

bangsa, dalam pandangan demokratik-revolusioner, jauh lebih penting dari

perbedaan-perbedaan itu. Oleh sebab itu baik di Indonesia atau Malaysia, warga

keturunan Arab, India dan Cina menjadi satu kesatuan integral dengan orang-

118

Mahyudin Al Mudra, Redefinisi Melayu., hlm. 46.

Page 66: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

83

orang Melayu dalam masing-masing negara. Pengertian bangsa yang beralaskan

definisi politik semacam itu secara perlahan-lahan mendominasi paradigma

pemikiran mayoritas manusia modern yang berakibat pada tergusurnya pengertian

persatuan bangsa dalam wadah persamaan budaya.

Konsep negara bangsa modern telah membangun self-concept setiap

warga suatu negara tentang siapa dia, berasal dari lingkungan apa dan negara

mana. Pemikir asal Mesir, Sayyid Yassin berpendapat bahwa self-concept

dibentuk secara sadar, terencana dan dinamis, yaitu selalu berubah dan

berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan kondisi internal dan

eksternal. Dari perubahan dan perkembangan self-concept inilah hubungan antar

individu atau kelompok, maupun hubungan antar dua bangsa dapat dijelaskan.119

Adanya self-concept dalam diri anggota-anggota sebuah negara menciptakan

identifikasi siapa “kita” dan siapa “mereka”. Dalam hal ini bangsa Indonesia

memandang Malaysia sebagai “mereka”, begitu juga sebaliknya, meskipun secara

etnisitas dan budaya berasal dari rumpun yang satu.

Pencitraan diri melalui self-concept secara politis, dengan tegas

membedakan antara warga negara tertentu dengan orang di luar negara itu.

Dahulu, sebelum menguatnya identitas Melayu politis, kedua bangsa Indonesia

dan Malaysia melakukan shared values yang didasarkan atas persaudaraan

serumpun. Namun dalam perkembangannya, hubungan kedua bangsa serumpun

119

Ibid., hlm. 50.

Page 67: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

84

ini banyak diwarnai ketegangan-ketegangan. Perkembangan dan perubahan

pandangan bangsa Malaysia secara eksternal dipengaruhi pengalaman sejarah

‘ganyang Malaysia‘ oleh Orde Lama, sejumlah pendatang gelap Indonesia di

Malaysia, kabut asap tahunan asal Sumatra dan Kalimantan, dan lain sebagainya.

Sehingga, muncul konflik antara kedua bangsa yang ditandai dengan penilaian

miring kedua bangsa tersebut.120

Ketika masing-masing bangsa secara politis telah membangun self-

concept nya sendiri-sendiri, maka persamaan-persamaan kultural dan etnisitas

yang dahulu secara komunal dapat menyatukan, kini telah luntur. Meluasnya

prasangka-prasangka, baik dari pihak warga Indonesia maupun Malaysia,

merupakan contoh yang menyangkal bahwa persamaan budaya dan sejarah

sebagai fondasi konsep komunalitas yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip

solidaritas, persaudaraan (brotherhood) dan kohesi sosial. Konsep negara-bangsa

dewasa ini lebih menyatukan daripada persamaan budaya.

Meskipun demikian, di tengah dominasi paradigma pemikiran modern

yang cenderung menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai luhur agama, budaya dan

norma-norma sosial, masih ada harapan kedua bangsa untuk saling menghargai,

menghormati, dan bersatu dalam bingkai kebudayaan. Persamaan budaya

(Melayu) tetap menjadi salah satu unsur pokok yang dapat membangun kembali

keharmonisan kedua bangsa.

120

Ibid., hlm. 51

Page 68: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

85

Menyikapi hal ini, Lembaga BKPBM memutuskan untuk melakukan

upaya persatuan bangsa Melayu serumpun. Cakupan Melayu serumpun

khususnya di wilayah asia tenggara yaitu wilayah nusantara dimasa lampau.

Untuk mempersatukan perbedaan yang bersifat destruktif bagi kebudayaan

Melayu, maka lemabaga BKPBM berupaya menjalin kerjasama dengan beberapa

lembaga maupun organisasi persatuan kebudayaan Melayu lintas Negara.

Pada tanggal 4 Oktober 2011 Raja Tengku Puteri Anis yang merupakan

keturuan ketujuh Putri Saadong, Raja Kelantan Malaysia dan kerabat Dinasti Al

Kamel Nusantara mengunjungi Lembaga BKPBM. Kunjungan ini bertujuan

untuk menyambung silaturahmi sekaligus berdiskusi mengenai pentingnya

garakan kebudayaan mempersatukan Melayu serumpun.121

Kunjungan ini

memiliki makna yang mendalam dalam hal kepedulian untuk membangun

persatuan bansga melayu serumpun. Kerinduan akan persatuan bangsa melayu

juga harapan banyak pihak. Selain itu, kunjungan ini lebih bermakna bagi

lembaga BKPBM karena terdapat bentuk pengakuan akan eksistensi lembaga

sebagai pelopor gerakan pemersatu bangsa melayu. Hal ini dikarenakan lembaga

BKPBM dipilih sebagai tujuan kunjungan mereka sedangkan dilain sisi terdapat

banyak lembaga melayu yang ada di Indonesia.

Pada kesempatan lain, kegiatan milad melayuonline ke dua lembaga

BKPBM menjadi ajang untuk mempertemukan petinggi melayu yaitu raja- raja

121

Oki, “Raja Tengku Puteri mengunjungi Lembaga BKPBM”, Kerajaan Nusatara, diakses

dari www.kerajaannusantara.com, pada tanggal 22 September 2014 pukul 12.00 WIB

Page 69: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

86

melayu di nusantara. Mereka adalah Raja Landak bernama Gusti Suryansyah,

Raja Sanggau bernama Gusti Arman, Raja Palembang Darussalam bernama

Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dan Raja Serdang bernama Tengku

Luckman Sinar Basharsah II.122

Raja merupakan simbol kerajaan melayu yang

hingga saat ini masih ada dibanyak Negara. Namun posisi mereka tidak lagi

memegang kendali politik di wilayahnya sebagaimana pada masa kerajaan dimasa

lalu.

Pertemuan tersebut memperbincangkan peran serta raja-raja dalam

revitalisasi budaya Melayu lokal. Raja dapat digunakan untuk memperkuat

identitas kebudayaan Melayu di Indonesia, dengan tetap menghormati

kemajemukan sebagai ciri khas dan kekayaan bangsa Indonesia. oleh karena itu,

peran Raja dapat diperluas tidak hanya sebagai penjaga kebudayaan, tetapi juga

pengawal dinamika politik yang berbudaya.123

Arus globalisasi budaya dan

universalisasi nilai budaya melayu oleh para raja, pemangku pemerintahan, dan

rakyat selayaknya bersama-sama merekonstruksi mentalitas dan identitas bangsa.

Hal ini dapat dilakukan melalui penggalian warisan khazanah budaya.

Ruang diskusi yang diberikan lembaga BKPBM melalui rangkaian

kegiatan milad melayuonline ini memperlihatkan bahwa peran lembaga sebagai

pelopor pemersatu melayu serumpun juga mengikutsertakan bagian besar dari

122

Mahyudin Al Mudra, “Orasi Kebudayaan Milad ke II Melayuonline”, Karya MAM, diakses

dari www.mahyudinalmudra.com, pada tanggal 29 September 2014 pukul 12.00 WIB

123Wawancara dengan Mahyudin Al Mudra

Page 70: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

87

budaya tersebut. raja sebagai simbol pemerintahan kerajaan juga mampu

diikutsertakan dalam kegiatan diskusi yang dilaksanakan lembaga.

C. Fasilitasi Kegiatan Kemelayuan

Tantangan dalam pengembangan budaya melayu yaitu menciptakan suasana

yang kondusif melalui peningkatan aktifitas dan interaksi masyarakat dengan

budayanya. Sehingga perlu diintegrasikan seluruh elemen masyarakat baik

perseorangan, organisasi, maupun lembaga. Selain daripada itu, kegiatan

pengembangan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pendukung

budaya melayu. Oleh sebab itu salah satu peran lembaga BKPBM yaitu

memfasilitasi kegiatan kebudayan melayu.

Peran Lembaga BKPBM yang terakhir yaitu peran fasilitator. Peran fasilitator

adalah mempercepat pembangunan kebudayaan melalui perbaikan lingkungan

perilaku pendukung kebudayaan tersebut. Peran ini akan memperkecil hambatan

yang dimiliki masyarakat dalam melakukan kegiatan pengembangan budaya

melayu. Hambatan tersebut berupa kendala sarana dan prasarana. Dengan

membantu memfasilitasi masyarakat akan kebutuhannya maka Lembaga BKPBM

menjalankan perannya dalam mengoptimalkan pembangunan budaya melayu.

Masyarakat Melayu Riau di Yogyakarta mereka dapat didefinisikan sebagai

perantau. Istilah rantau dari sudut sosiologi yang mengandung enam unsur pokok.

Keenam unsur itu yaitu (1) meninggalkan kampung halaman; (2) dengan

kemauan sendiri; (3) untuk jangka waktu lama atau tidak; (4) dengan tujuan

Page 71: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

88

mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman; (5) biasanya

dengan maksud kembali pulang; dan (6) merantau ialah lembaga sosial yang

membudaya. Dengan merantau setidak-tidaknya dalam konsepsi idealnya,

identifikasi maupun pengasosiasian dengan budaya yang lama adalah merupakan

ciri tetap, sedangkan bermukim di rantau hanyalah cara untuk mencapai tujuan.124

Masalah budaya asal yang dibawa oleh kelompok perantauan dari suatu etnik

ke wilayah budaya lain akan menyinggung persoalan terhadap identitas budaya

yang melekat pada diri perantau itu. Identitas pada diri seseorang merupakan hal

yang cukup dinamis, dengan kata lain, dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi

dan berubah dari hari ke hari. Identitas merupakan hal yang subjektif dan sosial

secara simultan.125

Budaya dan identitas merupakan dua konsep yang

berhubungan. Identitas etnis ini merupakan dasar utama bagi masyarakat yang

mendeskripsikan bahwa diantara kita-mereka terdapat perbedaan di kota-kota

besar melalui aktivitas budaya sehari-hari seperti saat bekerja, berbelanja, dan

kegiatan sehari-hari, orang itu dapat melihat perbedaannya. Oleh karena itu,

identitas ini digunakan kelompok etnik untuk dijadikan pembeda antara

kelompok-kelompok etnik dalam interaksi kegiatan sehari.

Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai predikat sebagai kota pelajar di

indonesia, karna memiliki kurang lebih sekitar lima ratus perguruan tinggi yang

124

Rarasrum Dyah Kasitowati, ”Sandeq dan Roppo Kearifan Lokal Suku Mandar

Pesisiran Sulawesi Barat” dalam Jurnal Sabda, Vol 6, No 1 April 2011, hlm .63.

125Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: CV Rajawali, 1987), hlm.

268.

Page 72: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

89

terdiri dari perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Jadi sekitar 40%-

45% warga yang bermukin adalah pendatang.126

Artinya jumlah masyarakat

perantau di daerah ini begitu besar, sehingga identitas budaya yang dibawa akan

semakin beragam.

Mahasiswa Melayu Riau sebagai bagian masyarakat Melayu di Yogyakarta,

mereka kerapkali mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan budaya

kedaerahan untuk memperlihatkan identitasnya sebagai orang Melayu. identitas

ini berupa bahasa, pakaian, dan kegiatan kesenian keagamaan. Lembaga BKPBM

dalam hal ini memfasilitasi mereka dalam praktek budaya tersebut.

Lembaga BKPBM mewadahi masyarakat Melayu Riau untuk kegiatan diskusi

budaya Melayu, rapat ikatan mahasiswa daerah, dan kegiatan-kegiatan kesenian

Melayu. Mereka pun juga sering dilibatkan dan diundang dalam kegiatan yang

diadakan oleh lembaga seperti diskusi kebudayaan dan milad dari balai kajian

Melayu. Pada acara milad atau perayaan hari jadi BKPBM mereka menyuguhkan

berbagai macam kesenian Melayu Riau seperti menyanyi lagu Melayu, tari-tarian,

berbalas pantun, dan syair.127

Lembaga BKPBM menjadi tempat bagi masyarakat Riau untuk mendukung

kegiatan-kegiatan budaya mereka meskipun tidak hanya mahasiswa Melayu Riau

126

Aep Saepudin, “Peranan Bauran Promosi Dalam Peningkatan Penjualan Busana Muslimah

Di Toko Busana Muslim Annisa Yogyakarta” dalam jurnal Fakultas Dakwah Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008., hlm 12

127

Wawancara dengan Oki Supriadi Staf BKPBM tahun 2014- 2015 M, pada 23 September

2018.

Page 73: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

90

saja tetapi mahasiswa Melayu dari daerah lain juga diperkenankan untuk

mengadakan kegiatan keMelayuan di sana. Sehingga Lembaga cenderung

diramaikan oleh kegiatan mahasiswa asal Propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan

Riau.

Selain dalam kegiatan kebudayaan, lembaga BKPBM juga memfasilitasi

mahasiswa Melayu Riau dalam kegiatan akademik khususnya dalam membuat

karya ilmiah. Lembaga ini secara aktif memberikan referensi bacaan, pengetahuan

dan informasi lainnya agar dapat mendukung penyelesaian karya ilmiah

mahasiswa Riau baik di Yogyakarta maupun di luar daerah.

Pada tahun 2017 tercatat bahwa Lembaga BKPBM sudah membantu

menyelesaikan 11 skripsi, 5 tesis dan 5 disertasi. Contohnya yaitu disertasi

berjudul “Akulturasi Islam dan Budaya Melayu (Studi Tentang Ritus Siklus

Kehidupan Orang Melayu Di Pelalawan Provinsi Riau)” oleh Abdullah di

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008. Terdapat pula

karya ilmiah pelajar Riau di Yogyakarta, salah satunya Skripsi berjudul “Strategi

Pemerintah Provinsi Riau Mewujudkan Visi Riau 2020 Sebagai Pusat

Kebudayaan Melayu Di Asia Tenggara Oleh Fitria Lassriwatu. Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2008.128

Dengan adanya kegiatan di atas maka lembaga bkpbm telah melakukan

perannya sebagai fasilitator. Yang mana peran ini tidak hanya ditujukan kepada

128

Arsip Lembaga BKPBM tentang kegiatan lembaga tahun 2016- 2017, hlm. 43-45.

Page 74: BAB II SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ...digilib.uin-suka.ac.id/35456/1/15120071_BAB II_S.D._SEBELUM_BAB... · SEKILAS SEJARAH BALAI KAJIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA

91

masyarakat melayu Riau di Yogyakarta namun juga ke masyarakat luas.

Kerjasama lembaga dengan organisasi pelajar Riau menjadi wadah terbaik untuk

mempermudah pelaksanaan peran ini.