bab ii sejarah dan perkembangan seni rupa jepang.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jepang merupakan Negara yang memiliki berbagai macam
karya seni rupa dan berbagai macam peninggalan peninggalan
bersejarah. Hal itu menjadikan Negara jepang sebagai Negara yang
banyak memiliki karya seni rupa yang menarik.Banyak hal yang
menarik yang kita bisa amati sendiri dari Negara jepang
tersebut.Berbagai macam dan bentuk seni rupa yang di miliki oleh
Negara jepang diantaranya seni rupa dalam membuat lukisan,
animasi, dan lain-lain.Selain itu jepang merupakan salah satu
Negara yang memiliki sejarah dan peninggalan seni rupa jepang
yang mendorong terbentuknya berbagai macam hasil karya seni
rupa mulai dari makanan, pertanian, ataupun hal di dalam bidang
kosmetik.
Zaman paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000
hingga 30.000 SM, dimulai dari penggunaan perkakas batu dan
berakhir sekitar 12.000 SM pada akhir zaman es terakhir yang
sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman jomon. Zaman Jōmon
berlangsung dari sekitar paleolitik atas hingga 300 SM. Orang
zaman Jōmon mulai membuat bejana yang dihias dengan pola-pola
yang dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah
dengan menggunakan tongkat kayu atau tali atau simpul tali.
Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut
1
tes penanggalan radio karbon , beberapa contoh tembikar tertua di
dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit
kerang dari kulit kerang, dan barang-barang keperluan rumah
tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM.
Seni rupa kontemporer Jepang memiliki watak khas yang
bersumber pada peradaban klasik yang didasarkan pada Zen
Budhisme. Pengaruh Budhisme yang datang dari Cina dan Korea
dan kemudian berasimilasi dengan kepercayaan Shinto di Jepang
membuahkan sekte Budha yang kemudian dikenal dengan Zen
Budhisme. Prinsip kesederhanaan yang menjadi inti ajaran Budha
bertemu dengan inti ajaran Shinto yang melebur dengan alam
menjadi inti dasar dari paham estetik Zen, yang lebih cenderung
bersifat esoterik. Semua ekspresi seni Jepang mulai periode Nara
hingga sekarang tetap menjadi sumber inspirasi dan atruran
normatif terhadap berbagai ekspresi seni seperti arsitektur, taman,
interior, pakaian, lukisan, patung, dan sebagainya merujuk pada
norma-norma estetik Zen Budhisme. Demikian pula spiritualitas Zen
Budhisme terdapat pada karya-karya perupa kontemporer Jepang,
antara lain Shigeo Toya,Tsuguo Yanai, Kurita Hiroshi, Maeyana
Tadashi, dan Yukio Fujimoto. Prinsip-prinsip dasar estetik Zen
Budhisme baik secara intuitif maupun formalistik serta simbolik
menelusup pada dimensi estetik karya-karya mereka sebagai
perupa kontemporer Jepang, sehingga membentuk identitas, karena
itu berbeda dengan mainstream seni rupa Barat. Sejak awal 2000-
an, seni rupa kontemporer Jepang identik dengan kecenderungan
untuk menampilkan pengaruh budaya pop Jepang yang
mengglobal, terutama anime dan manga. Meskipun bukan hal yang
sama sekali baru—telah muncul sejak awal 1990-an—kecenderungn
2
dominan itu tentu tidak lepas dari kiprah beberapa gelintir seniman
Jepang, terutama Yoshitomo Nara dan Takashi Murakami dalam
sepuluh tahun terakhir. Tampilnya kedua nama tersebut dalam
perhelatan-perhelatan besar internasional, dan kesuksesan
komersial mereka yang mengagumkan telah memberikan pengaruh
besar pada perkembangan mutakhir dan citra seni rupa Jepang
pada milenium baru. Selain Nara dan Murakami, beberapa seniman
lain seperti Aida Makoto, Akira Yamaguchi dan Tenmyouya Hisashi
yang juga muncul dalam periode yang sama.
Sebagai sosok-sosok berpengaruh dalam seni rupa Jepang.
Sejak awal 1990-an, Murakami dikenal melalui konsep superflat
yang dicetuskannya. Secara sederhana, superflat adalah konsep
estetik yang menjelajahi ‘kedataran’ yang radikal. Murakami
menganggap bahwa ada hubungan yang erat antara kedataran
dalam penggambaran anime dan manga dengan tradisi visual
Jepang kuno (nihon-ga). Karya-karya Murakami, ratarata
menampilkan berbagai karakter visual yang lahir dari narasi dan
fantasi, dengan warna-warna dan karakter grafis pop yang
mencolok, namun tak jarang mengandung ironi dan sarkasme yang
meledak-ledak. Mengadopsi pola produksi dalam industri manga
dan anime, ia memperkerjakan beberapa sejumlah seniman muda
sebagai asistennya. Beberapa penulis menyebutnya sebagai ‘Andy
Warhol versi Jepang’, karena keberhasilannya dalam menyintesakan
kebudayaan pop Jepang dengan seni tinggi. Nyaris serupa dengan
Murakami, Nara juga banyak menggunakan subkultur otaku sebagai
referensi estetiknya. Pokok-soal dalam karya-karya Nara selalu
nampak sederhana, seringkali berupa seorang anak perempuan
atau hewan peliharaan, dengan warna-warni pastel dan lembut,
3
menyerupai karakter visual dalam komik anak-anak. Gestur dan
wajah karakter-karakter itu seringkali ditampilkan polos, lugu, tanpa
dosa. Tapi tak jarang, Nara juga menampilkan mereka sebagai
karakter yang nakal, jahil dan jahat, penuh kekerasan dan
kebencian: Anak perempuan dalam karya Nara juga digambarkan
tengah menyembunyikan dan mengayunkan senjata seperti pisau
dan gergaji. Beberapa sumber tertulis menghubungkan karakter
dalam lukisan-lukisan Nara dengan kehidupan masa kecil seniman
yang serba keras dan kesepian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SENI RUPA JEPANG
4
Dalam konteks seni lukis, Jepang memiliki lukisan Ukiyo-e
yang merupakan genre lukisan yang pernah ada pada abad ke-17
sampai abad ke-20. Lukisan Ukiyo-e ini memiliki berbagai macam
tema semisal pemandangan alam, teater dan tempat-tempat favorit
masyarakat Jepang. Kata “Ukiyo” dalam bahasa Jepang memiliki
makna “dunia mengambang” dan mengacu pada budaya yang
berkembang dipusat-pusat Edo, semisal Tokyo, Osaka dan Kyoto.
Bentuk seni lukis ini kemudian menjadi sangat populer dalam
budaya metropolitan Tokyo pada paruh abad ke-17.
Akar kesejarahan Ukiyo-e bisa ditelusuri mulai dari adanya
arus urbanisasi yang terjadi pada akhir abad ke-16. Hal tersebut
kemudian menyebabkan banyak kelas pedagang dan pengrajin
yang mulai menulis cerita, menggambar yang disusun menjadi
5
buku. Yang menjadi objek dalam cerita maupun gambarnya ialah
kehidupan urban dan budaya masyarakat kala itu. Dan lukisan
Ukiyo-e mengalami kebangkitannya pada abad ke-20. Adanya
pengaruh dari Barat dan Eropa membuat banyak seniman yang
membuat lukisan tersebut menggabungkan unsur Barat
kedalamnya namun tetap dengan sentuhan tradisional Jepang.
Jepang tak hanya dikenal dengan anime dan komiknya saja.
Ternyata sejak masa Jepang, ada seni rupa erotis yang dikenal
dengan nama Shunga. Dalam bahasa Jepang Shunga ini artinya
musm panas. Saat itu, musim panas dilambangkan dengan seks.
Para pekerja seni membuatya sebagai penggoda Bentuknya pun
bisa gulungan kain, kertas, dan potongan kayu yang digambat pada
era Edo. Menurut catatan sejarah karya seni Shunga tercatat pada
1254.
6
Kesenian keramik di Jepang, diperkirakan berawal pada
periode Jomon, periode yang tertua dan merupakan Jaman
Prasejarah pada sejarah Jepang. Waktu periode Jomon sekitar
10.000 SM – 200 SM. Setelah periode Jamon usai, Jepang memasuki
periode Yayoi. Waktu periode Yayoi sekitar 200 SM – 250 M.
kehidupan masyarakat di periode ini sudah mulai bercocok tanam.
Kebudayaannya berkembang dari pulai Kyushu sampai sebelah
timur pulau Honshu. Pada masa ini berbagai gerabah tanpa glasir
sudah mulai bermunculan. Penggunaan roda tembikar dan
pembakaran yang mampu mencapai suhu bebatuan pun sudah
mulai dikenal. Tidak seperti barang tembikar pada periode Jamon,
barang tembikar pada Yayoi mengandalkan bentuknya daripada
dekorasinya.
Kemudian Jepang memasuki periode Nara. Periode ini
kesenian keramik Jepang sangat terpengaruh oleh kebudayaan
7
Cina. Pada periode ini merupakan masa emas kesenian Budha yang
ada di Jepang. Dengan adanya reformasi Taika, sistema
pemerintahan di Jepang meniru sistema pemerintahan yang ada di
Cina. Para pengrajin Jepang pergi ke Cina mempelajari teknik-teknik
pembuatan keramik. Mereka mempelajari penggunaan glasir dan
pembakaran suhu rendah. Selama berabad-abad mereka
menerapkan teknik yang mereka pelajari dari Cina dan Korea
Tanbo Art merupakan karya seni hasil tangan-tangan kreativ
para petani Jepang.
Tanbo adalah bahasa Jepang yang berarti beras/padi.
Sedangkan Tanbo Art adalah seni ‘melukis’ diatas kanvas raksasa,
yaitu berupa sebidang sawah.
Karya seni ini pertama kali muncul pada tahun 1993 di desa
Inakadate, 600 mil dari Tokyo (masuk dalam Prefektur Aomori di
wilayah Tohoku, Jepang).
Di tahun tersebut, penduduk Inakadate sedang mencari cara
untuk merevitalisasi desa mereka. Eksplorasi arkeologi memberikan
8
kesadaran bahwa padi telah ditanam di daerah tersebut selama
lebih dari 2000 tahun.
Untuk menghormati sejarah ini, mulailah mereka membuat
inovasi karya seni dan sawah dipilih sebagai medianya. Guna
memperoleh warna yang beraneka rupa, petani Inakadate
menggunakan empat jenis varian padi.
Seni rupa kontemporer Jepang memiliki watak khas yang
bersumber pada peradaban klasik yang didasarkan pada Zen
Budhisme. Pengaruh Budhisme yang datang dari Cina dan Korea
dan kemudian berasimilasi dengan kepercayaan Shinto di Jepang
membuahkan sekte Budha yang kemudian dikenal dengan Zen
Budhisme. Prinsip kesederhanaan yang menjadi inti ajaran Budha
bertemu dengan inti ajaran Shinto yang melebur dengan alam
menjadi inti dasar dari paham estetik Zen, yang lebih cenderung
bersifat esoterik. Semua ekspresi seni Jepang mulai periode Nara
hingga sekarang tetap menjadi sumber inspirasi dan atruran
normatif terhadap berbagai ekspresi seni seperti arsitektur, taman,
interior, pakaian, lukisan, patung, dan sebagainya merujuk pada
norma-norma estetik Zen Budhisme. Demikian pula spiritualitas Zen
Budhisme terdapat pada karya-karya perupa kontemporer Jepang,
antara lain Shigeo Toya,Tsuguo Yanai, Kurita Hiroshi, Maeyana
Tadashi, dan Yukio Fujimoto. Prinsip-prinsip dasar estetik Zen
Budhisme baik secara intuitif maupun formalistik serta simbolik
menelusup pada dimensi estetik karya-karya mereka sebagai
perupa kontemporer Jepang, sehingga membentuk identitas, karena
itu berbeda dengan mainstream seni rupa Barat.
9
Sejak awal 2000-an, seni rupa kontemporer Jepang identik
dengan kecenderungan untuk menampilkan pengaruh budaya pop
Jepang yang mengglobal, terutama anime dan manga. Meskipun
bukan hal yang sama sekali baru—telah muncul sejak awal 1990-an
—kecenderungn dominan itu tentu tidak lepas dari kiprah beberapa
gelintir seniman Jepang, terutama Yoshitomo Nara dan Takashi
Murakami dalam sepuluh tahun terakhir. Tampilnya kedua nama
tersebut dalam perhelatan-perhelatan besar internasional, dan
kesuksesan komersial mereka yang mengagumkan telah
memberikan pengaruh besar pada perkembangan mutakhir dan
citra seni rupa Jepang pada milenium baru.
Selain Nara dan Murakami, beberapa seniman lain seperti
Aida Makoto, Akira Yamaguchi dan Tenmyouya Hisashi yang juga
muncul dalam periode yang sama sebagai sosok-sosok
berpengaruh dalam seni rupa Jepang.
10
Sejak awal 1990-an, Murakami dikenal melalui konsep
superflat yang dicetuskannya. Secara sederhana, superflat adalah
konsep estetik yang menjelajahi ‘kedataran’ yang radikal. Murakami
menganggap bahwa ada hubungan yang erat antara kedataran
dalam penggambaran anime dan manga dengan tradisi visual
Jepang kuno (nihon-ga). Karya-karya Murakami, rata-rata
menampilkan berbagai karakter visual yang lahir dari narasi dan
fantasi, dengan warna-warna dan karakter grafis pop yang
mencolok, namun tak jarang mengandung ironi dan sarkasme yang
meledak-ledak. Mengadopsi pola produksi dalam industri manga
dan anime, ia memperkerjakan beberapa sejumlah seniman muda
sebagai asistennya. Beberapa penulis menyebutnya sebagai ‘Andy
Warhol versi Jepang’, karena keberhasilannya dalam menyintesakan
kebudayaan pop Jepang dengan seni tinggi.
Nyaris serupa dengan Murakami, Nara juga banyak
menggunakan subkultur otaku sebagai referensi estetiknya. Pokok-
soal dalam karya-karya Nara selalu nampak sederhana, seringkali
berupa seorang anak perempuan atau hewan peliharaan, dengan
warna-warni pastel dan lembut, menyerupai karakter visual dalam
komik anak-anak. Gestur dan wajah karakter-karakter itu seringkali
ditampilkan polos, lugu, tanpa dosa. Tapi tak jarang, Nara juga
menampilkan mereka sebagai karakter yang nakal, jahil dan jahat,
penuh kekerasan dan kebencian: Anak perempuan dalam karya
Nara juga digambarkan tengah menyembunyikan dan
mengayunkan senjata seperti pisau dan gergaji.
11
Beberapa sumber tertulis menghubungkan karakter dalam
lukisan-lukisan Nara dengan kehidupan masa kecil seniman yang
serba keras dan kesepian.
Dominasi ‘seni otaku’ yang dipromosikan oleh Murakami dan
Nara, pada akhirnya melahirkan beberapa stereotipe seni rupa
Jepang yang semakin dominan di lingkaran internasional. Tak bisa
dipungkiri, kesuksesan superflat—sebagai suatu gaya estetik—
bahkan berpengaruh besar pada karya-karya seniman-seniman
muda Asia non-Jepang. Pasca Nara dan Murakami, terdapat
beberapa seniman muda Jpeang yang secara sadar mengadopsi
dan mengembangkan seni rupa otaku dan superflat. Tampilnya
karya-karya seniman muda Jepang, seperti Mr., Aya Takano dan
Chiho Aoshima, terutama dalam pasar arus utama—sebagaimana
tercermin dalam berbagai art fair dan lelang internasional dalam
lima tahun terakhir—adalah buktinya. Stereotipe ini pada akhirnya
mengecilkan perkembangan aktual seni rupa Jepang yang karya
ragam dan punya sejarah panjang.
Di tengah-tengah berkembangnya stereotipe seni rupa Jepang
yang semakin dominan, pameran Passages to the Future, bagi saya,
mencerminkan pencarian yang berharga. Dengan tidak
mengecilkan kesuksesan superflat dan seni otaku, Passages to the
Future, adalah salah satu upaya untuk memberikan citra baru pada
perkembangan seni rupa Jepang di lingkaran internasional. Dalam
pengantar kuratorialnya Manasobu Ito mengetengahkan bahwa
pameran ini bertujuan untuk memperkenalkan aspek-aspek
kehidupan sehari-hari, narasinarasi personal dan ketertarikan pada
persoalan proses dalam penciptaaan.
12
Meskipun dikenal sebagai negara industri yang maju, fakta
bahwa Jepang adalah bangsa yang masih sangat menghargai
keterampilan tangan adalah fakta yang tak bisa ditolak. Karya-
karya seniman-seniman yang berpameran kali ini—Atshushi Fukui,
Satoshi Hirose, Maywa Denki, Tomoyasu Murata, Tetsuya
Nakamura, Masafumi Sanai, Katsuhiro Saiki, Yoshihiro Suda,
Tabaimo, Nobuyuki Takahashi dan Miyuki Yokomizo—memang
membuktikan hal itu. Menurut Ito, meskipun aspek-aspek ini belum
relatif dikenal secara luas, kecenderungan untuk mengangkat
persoalan ini telah muncul sejak pertengahan 1990-an.
Saya ingin menggunakan pameran ini untuk membicarakan
konteks perkembangan seni rupa Jepang yang lebih luas. Jika
Masanobu Ito memanfaatkan superflat dan otaku sebagai
tonggak/pijakan perkembangan estetik, saya justru tertarik untuk
melihat kembali sejarah seni rupa Jepang melalui beberapa gerakan
artistik seperti Mono-Ha dan Gutai, yang menariknya memiliki
stigma sebagai ‘varian’/’turunan’ dalam sejarah seni rupa. Selain
Nara dan Murakami, menurut saya terdapat sosok seniman Jepang
seperti Yoko Ono, Hiroshi Sugimoto dan Yayoi Kusama yang tak
kalah penting.
Agar bisa relevan dengan konteks lokal, menganggapi
pameran ini, saya juga tertarik untuk mendiskusikan bagaimana
identitas suatu bangsa dapat terproyeksikan melalui agenda
kebudayaan pemerintah, seperti selalu tercermin dalam program-
program seni rupa yang diselenggarakan The Japan Foundation.
Akan sangat menarik membicarakan bagaimana representasi seni
13
rupa Indonesia juga bisa diproyeksikan melalui pameran-pameran
internasional.
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SENI RUPA JEPANG
Zaman Prasejarah Jepang
Dokumen tertua mengenai sejarah Jepang adalah kumpulan
naskah sejarah Tiongkok Sejarah Dua Puluh Empat Dinasti asal
abad ke-1 Masehi. Namun bukti-bukti menunjukkan kepulauan
14
Jepang sudah dihuni manusia sejak zaman Paleolitik Atas[1] Setelah
zaman es terakhir sekitar 12.000 SM, ekosistem Kepulauan Jepang
yang kaya memungkinkan manusia untuk hidup. Barang-barang
tembikar tertua berasal dari zaman Jōmon.
Zaman prasejarah Jepang
1. Zaman Paleolitik
Kapak batu yang diekskavasi dari situs B Hinatabayashi, Shinano,
Prefektur Nagano dari zaman Pra-Jōmon (Paleolitik), 30.000 SM.
Museum Nasional Tokyo.
Zaman Paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000
hingga 30.000 SM, dimulai dari penggunaan perkakas batu dan
berakhir sekitar 12.000 SM pada akhir zaman es terakhir yang
sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman Jōmon. Bukti-bukti
penggalian arkeologi menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni
orang sejak 35.000 SM.[2] Kepulauan Jepang terpisah dari daratan
Asia setelah zaman es terakhir sekitar 11.000 SM. Setelah
terungkapnya pengelabuan zaman Paleolitik Jepang oleh peneliti
amatir Shinichi Fujimura,[3] bukti-bukti asal zaman Paleolitik Bawah
15
dan zaman Paleolitik Tengah yang diklaim oleh Fujimura dan rekan-
rekan telah diteliti ulang dan ditolak.
2. Zaman Jōmon
Sebuah bejana dari zaman Jōmon Pertengahan (3000-2000
SM).
Zaman Jōmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300
SM. Tanda-tanda pertama peradaban dan pola hidup stabil manusia
muncul sekitar 14.000 SM dengan adanya kebudayaan Jōmon yang
bercirikan bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-
sedenter Mesolitik hingga Neolitik. Mereka tinggal di rumah-rumah
yang dibangun di atas tanah yang digali dan di atasnya didirikan
rumah beratap dari kayu. Orang zaman Jōmon sudah mengenal
bentuk awal dari pertanian, namun belum mengenal cara menenun
kain dan pakaian dibuat dari bulu binatang. Orang zaman Jōmon
mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola
yang dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah
16
dengan menggunakan tongkat kayu atau tali atau simpul tali.
Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut
tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar tertua di
dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit
kerang, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya
berasal dari abad ke-11 SM.[4] Boneka tanah liat yang disebut dogū
juga ditemukan dari situs ekskavasi. Barang-barang rumah tangga
menunjukkan kemungkinan ada rute perdagangan yang jauhnya
sampai ke Okinawa Analisis DNA menunjukkan bahwa penduduk asli
Hokkaido dan bagian utara Pulau Honshu yang disebut suku Ainu
adalah keturunan orang zaman Jōmon dan merupakan keturunan
dari manusia pertama penghuni Jepang.
3. Zaman Yayoi
17
Dōtaku dari zaman Yayoi, abad 3 M.
Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar 400 SM atau 300 SM
hingga 250 Masehi. Dari situs arkeologi kota Yayoi, distrik Bunkyō,
Tokyo ditemukan artefak asal zaman yang kemudian disebut zaman
Yayoi.
Pada awal zaman Yayoi, orang Yayoi sudah mulai dapat
menenun, bertanam padi, mengenal perdukunan serta pembuatan
perkakas dari besi dan perunggu yang dipelajari dari Korea atau
Cina.[5] Sejumlah studi paleoetnobotani menunjukkan teknik
menanam padi di sawah dan irigasi sudah dikenal sejak sekitar
8000 SM di Delta Sungai Yangtze dan menyebar ke Jepang sekitar
1000 SM.
Dokumen tertulis yang pertama kali menyebut Jepang adalah
Buku Han Akhir asal 57 Masehi. Buku tersebut mengisahkan, "Di
seberang lautan dari Distrik Lelang tinggal orang-orang Wa. Mereka
18
ada lebih dari dari 100 suku, mereka sering datang dan membayar
upeti." Catatan Sejarah Tiga Negara dari abad ke-3 mencantumkan
negara yang terbentuk dari kumpulan 30 suku-suku kecil yang
diperintah oleh dukun wanita bernama Himiko dari Yamataikoku.
Semasa Dinasti Han dan Dinasti Wei, pengelana Cina tiba di
Kyushu dan mencatat tentang para penduduk yang tinggal di sana.
Menurut para pengelana Cina, mereka adalah keturunan dari
Paman Agung (Tàibó) dari negara Wu. Penduduk di sana juga
menunjukkan ciri-ciri orang Wu pra-Cina yang mengenal tato, tradisi
mencabut gigi, dan menggendong bayi. Buku Sanguo Zhi mencatat
ciri-ciri fisik yang mirip dengan ciri-ciri fisik orang yang
digambarkan dalam boneka haniwa. Laki-laki berambut panjang
yang dikepang, tubuh dihiasi tato, dan perempuan mengenakan
pakaian terusan berukuran besar.
Situs Yoshinogari adalah situs arkeologi terbesar untuk
peninggalan orang zaman Yayoi yang mengungkap adanya
permukiman di Kyushu yang sudah didiami orang secara terus
menerus selama ratusan tahun. Hasil ekskavasi menunjukkan
artefak tertua berasal dari sekitar 400 SM. Di antara artefak yang
ditemukan terdapat perkakas besi dan perunggu, termasuk
perkakas dari Korea dan Cina. Dari barang-barang peninggalan
diperkirakan orang zaman Yayoi sudah sering melakukan kontak
dan berdagang dengan orang dari Daratan Cina.
Zaman kuno dan zaman klasik Jepang
1. Zaman Kofun
19
Helm besi dan baju besi dengan hiasan berkilat dari perunggu
(zaman Kofun, abad ke-5). Koleksi Museum Nasional Tokyo.
Zaman Kofun dimulai sekitar 250 M. Nama zaman ini berasal
dari tradisi orang zaman itu untuk membuat gundukan makam
(tumulus) yang disebut kofun. Pada zaman ini sudah terdapat
negara-negara militer yang kuat dengan klan-klan berpengaruh
sebagai penguasa. Salah satu di antaranya terdapat negara Yamato
yang dominan, dan berpusat di Provinsi Yamato dan Provinsi
Kawachi. Negara Yamato berlangsung dari abad ke-3 hingga abad
ke-7, dan merupakan asal garis keturunan kekaisaran Jepang.
Negara Yamato yang berkuasa atas klan-klan lain dan memperoleh
lahan-lahan pertanian mempertahankan pengaruh yang kuat di
Jepang bagian barat. Jepang mulai mengirimkan utusan ke
Kekaisaran Cina pada abad ke-5. Dalam dokumen sejarah Tiongkok
ditulis tentang negara Wa yang memiliki lima raja. Sistem
20
pemerintahan di Wa meniru model Cina yang menerapkan sistem
administrasi terpusat. Sistem kekaisaran juga mengambil model
dari Cina, dan masyarakat dibagi menjadi strata berdasarkan
profesi.
Hubungan yang erat antara Jepang dengan Tiga Kerajaan
Korea dimulai pertengahan zaman Kofun, sekitar akhir abad ke-4.
2. Zaman Asuka
Lukisan dinding di Makam Takamatsuzuka, Asuka, Nara, abad ke-8
Pada zaman Asuka (538-710), negara Jepang purba Yamato
secara bertahap menjadi negara yang tersentralisasi. Negara
Jepang purba sudah memiliki undang-undang seperti dinyatakan
dalam Undang-Undang Taihō dan butir-butir Reformasi Taika.[11]
Masuknya agama Buddha di Jepang mengakibatkan orang tidak lagi
membuat makam berbentuk kofun.
21
Agama Buddha masuk ke Jepang sekitar tahun 538 melalui
Baekje yang mendapat dukungan militer dari Jepang.[12] Penyebaran
agama Buddha di Jepang dilakukan oleh kalangan penguasa.
Pangeran Shōtoku mendedikasikan dirinya dalam penyebaran
Buddhisme dan kebudayaan Cina di Jepang. Ia berjasa menyusun
Konstitusi 17 Pasal yang membawa perdamaian di Jepang.
Konstitusi yang disusunnya dipengaruhi oleh pemikiran
Konfusianisme tentang berbagai moral dan kebajikan yang
diharapkan masyarakat dari pejabat pemerintah dan abdi kaisar.
Dalam sepucuk surat yang disampaikan duta Kekaisaran
Jepang ke Kekaisaran Cina pada tahun 607 ditulis kata-kata, "Kaisar
negeri matahari terbit (Jepang) mengirimkan surat kepada kaisar di
negeri matahari terbenam (Cina)". Surat tersebut menyebabkan
kemarahan kaisar Cina.
Dimulai dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645, Jepang
semakin giat mengadopsi praktik-praktik budaya Cina, melakukan
reorganisasi pemerintahan, serta menyusun undang-undang pidana
(Ritsuryō) dengan mengikuti struktur administrasi Cina pada waktu
itu. Istilah Nihon ( 日本 ?) juga mulai dipakai sebagai nama negara
sejak zaman Asuka.
3. Zaman Nara
22
Daibutsu di Nara. Buddharupang berukuran besar asl tahun 752 M.
Zaman Nara pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang
yang kuat. Pada tahun 710, Kaisar Gemmei mengeluarkan perintah
kekaisaran yang memindahkan ibu kota ke Heijō-kyō yang sekarang
bernama Nara. Heijō-kyō dibangun dengan mencontoh ibu kota
Dinasti Tang di Chang'an (sekarang disebut Xi'an).
Sepanjang zaman Nara, perkembangan politik sangat
terbatas. Anggota keluarga kekaisaran berebut kekuasaan dengan
biksu dan bangsawan, termasuk dengan klan Fujiwara. Hubungan
luar negeri berlangsung dengan Silla dan hubungan formal dengan
Dinasti Tang. Pada 784, ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-kyō untuk
menjauhkan istana dari pengaruh para biksu, sebelum akhirnya
dipindahkan ke Heian-kyō (Kyoto).
Penulisan sejarah Jepang berpuncak pada awal abad ke-8
dengan selesainya penyusunan kronik Kojiki (712) dan Nihon Shoki
(720). Dalam kedua buku sejarah tersebut dikisahkan sejarah
Jepang mulai dari awal sejak zaman mitologi Jepang. Di dalamnya
23
ditulis tentang pendirian Jepang pada tahun 660 SM oleh Kaisar
Jimmu yang keturunan langsung dari Amaterasu. Menurut kedua
kronik tersebut Kaisar Jimmu merupakan leluhur dari garis
keturunan kaisar yang sekarang. Kaisar Jimmu sering dianggap
sebagai kaisar mitos karena kaisar pertama berdasarkan bukti-bukti
sejarah adalah Kaisar Ōjin yang tahun-tahun masa
pemerintahannya tidak diketahui dengan jelas. Sejak zaman Nara,
kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan kaisar, melainkan di
tangan bangsawan istana, shogun, militer, dan sekarang di tangan
perdana menteri.
4. Zaman Heian
Lukisan gulung dari tahun 1130, ilustrasi Hikayat Genji bab "Sungai
Bambu".
Periode akhir sejarah klasik Jepang berlangsung dari 794
hingga 1185 yang disebut zaman Heian. Puncak kejayaan istana
kekaisaran di bidang puisi dan sastra terjadi pada zaman Heian.
Pada awal abad ke-11, Murasaki Shikibu menulis novel Hikayat
Genji yang hingga kini merupakan salah satu dari novel tertua di
24
dunia. Pada zaman Heian selesai disusun naskah tertua koleksi puisi
Jepang, Man'yōshū dan Kokin Wakashū.
Pada zaman Heian berkembang berbagai macam kebudayaan
lokal, misalnya aksara kana yang asli Jepang. Pengaruh budaya Cina
surut setelah sampai di puncak keemasan. Pengiriman terakhir
utusan Jepang ke Dinasti Tang berlangsung pada tahun 838 sejalan
dengan kemunduran Dinasti Tang. Walaupun demikian, Cina dalam
terus berlanjut sebagai negara tujuan ekspedisi dagang dan
rombongan peziarah agama Buddha.[15]
Kekuasaan politik istana kekaisaran berada di tangan
segelintir keluarga bangsawan yang disebut kuge, khususnya klan
Fujiwara yang berkuasa dengan gelar Sesshō and Kampaku.
Pada akhir zaman Heian bermunculan berbagai klan samurai.
Empat klan samurai yang paling kuat adalah klan Minamoto, klan
Taira, klan Fujiwara, dan klan Tachibana. Memasuki akhir abad ke-
12, konflik antarklan berubah menjadi berbagai perang saudara
seperti Pemberontakan Hōgen dan Pemberontakan Heiji. Setelah
berakhirnya Perang Genpei, Jepang berada di bawah pemerintahan
militer oleh klan-klan samurai di bawah pimpinan seorang shogun.
Zaman feodal
Dalam sejarah Jepang, zaman feodal dibagi menjadi dua
bagian. Paruh pertama disebut abad pertengahan (chūsei) dari
zaman Kamakura hingga zaman Muromachi, sementara paruh
kedua disebut abad modern (kinsei) dari zaman Azuchi-Momoyama
hingga zaman Edo.
25
Zaman feodal di Jepang berlangsung dari abad ke-12 hingga
abad ke-19, ditandai oleh pemerintahan daerah oleh keluarga-
keluarga daimyo di bawah kendali pemerintahan militer
keshogunan. Kaisar hanya berperan sebagai kepala negara de jure
sementara kekuasaan berada di tangan shogun.
1. Zaman Kamakura
Keshogunan Kamakura berkuasa di Jepang dari tahun 1185
hingga 1333 yang disebut zaman Kamakura yang merupakan
zaman transisi menuju abad pertengahan Jepang. Abad
pertengahan berlangsung selama hampir 700 tahun ketika
pemerintah pusat, istana, dan Kaisar Jepang umumnya hanya
menjalankan fungsi-fungsi seremonial. Urusan sipil, militer, dan
kehakiman dikendalikan oleh kelas samurai. Secara de facto,
penguasa negeri kekuasaan politik berada di tangan shogun yang
berasal dari klan samurai yang terkuat.
Pada 1185, Minamoto no Yoritomo mengh merupakan musuh
bebuyutan klan Minamoto. Setelah pada tahun 1192 diangkat oleh
26
Kaisar sebagai Seii Tai-Shogun, Yoritomo mendirikan pemerintahan
militer di Kamakura dan berkuasa sebagai shogun pertama
Keshogunan Kamakura. Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hōjō
menjadi klan yang berpengaruh dan bertugas sebagai wali shogun.
ancurkan klan Taira yang
Samurai menyerang kapal-kapal Mongol pada tahun 1281.
Peristiwa terbesar dalam periode Kamakura adalah invasi
Mongol ke Jepang antara 1272 dan 1281. Pasukan Mongol dengan
teknologi angkatan laut dan persenjataan yang unggul mencoba
menyerbu ke kepulauan Jepang. Angin topan yang kemudian
dikenal sebagai kamikaze (angin dewa) membuat kekuatan invasi
Mongol tercerai-berai. Meskipun demikian, beberapa sejarawan
bersikeras bahwa pertahanan pantai yang dibangun Jepang di
Kyushu cukup memadai untuk mengusir para penyerbu. Walaupun
invasi Mongol berhasil digagalkan, usaha mengatasi serbuan
bangsa Mongol menyebabkan berakhirnya kekuasaan keshogunan
akibat kekacauan politik dalam negeri.
Zaman Kamakura berakhir setelah runtuhnya kekuasaan
Keshogunan Kamakura pada tahun 1333. Kekuasaan dikembalikan
ke tangan kekaisaran di bawah pemerintahan Kaisar Go-Daigo
dalam masa Restorasi Kemmu yang hanya berlangsung singkat.
Pemerintahan Go-Daigo kembali ditumbangkan oleh Ashikaga
Takauji.
27
2. Zaman Muromachi
Dalam periodisasi sejarah Jepang, zaman Muromachi
berlangsung dari sekitar tahun 1136 hingga 1673 ketika kekuasaan
pemerintah berada di tangan Keshogunan Ashikaga yang juga
disebut Keshogunan Muromachi. Pendiri Keshogunan Ashikaga
adalah Ashikaga Takauji yang merebut kekuasaan politik dari Kaisar
Go-Daigo dan sekaligus mengakhiri Restorasi Kemmu. Zaman
Muromachi berakhir pada tahun 1573 ketika shogun ke-15 sekaligus
shogun Muromachi terakhir, Ashikaga Yoshiaki diusir dari ibu kota
Kyoto oleh Oda Nobunaga.
Bangunan yang paling terkenal pada zaman ini adalah
Kinkaku-ji dan Ginkaku-ji .Kinkaku-ji atau paviliun emas didirikan
oleh Ashikaga Yoshimitsu. Bangunannya mengambil gaya arsitektur
bangsawan dan gaya kuil Zen di Cina yang seluruhnya dilapisi
emas. Sedangkan Ginkaku-ji atau paviliun perak didirikan oleh
Ashikaga Yoshimasa. Bangunannya mengambil gaya arsitektur kuil
Zen yang disebut Shōinzukuri. Shōinzukuri merupakan gaya
bangunan yang di dalamnya terdapat Tokonoma, Chigaidana (rak),
Tatami (lantai tikar), Fusuma (pintu geser dari kertas), dan
Akarishōji (jendela kertas). Gaya ini menjadi dasar rumah gaya
Jepang sekarang.
28
Tahun-tahun awal zaman Muromachi juga disebut zaman
Nanboku-cho atau zaman Istana Utara-Istana Selatan ketika
kekuasaan istana terbelah dua menjadi Istana Utara dan Istana
Selatan. Sejak tahun 1467 hingga berakhirnya zaman Muromachi
disebut sebagai zaman Sengoku atau "zaman negara-negara bagian
yang berperang". Pada zaman Sengoku terjadi perang saudara dan
perebutan kekuasaan antarprovinsi. Pada masa ini pula terjadi
kontak pertama Jepang dengan orang-orang Barat yang disebut
Perdagangan dengan Nanban ketika pedagang-pedagang Portugis
tiba di Jepang
29
Orang Portugis di Jepang pada abad ke-17, di antaranya terdapat
misionaris Francis Xavier.
Sebuah kapal Portugis yang berlayar ke Tiongkok terkena
badai dan merapat di sebuah pulau Jepang bernama Tanegashima.
Senjata api yang diperkenalkan oleh orang Portugis membawa
kemajuan teknologi militer dalam periode Sengoku, dan berpuncak
pada Pertempuran Nagashino yang melibatkan pasukan samurai
yang dipersenjatai dengan 3.000 pucuk arquebus (jumlah
sebenarnya diperkirakan sekitar 2.000 pucuk). Selama
perdagangan dengan Nanban, para pedagang dari negara-negara
lainnya, Belanda, Inggris, dan Spanyol juga ikut berdatangan.
Kedatangan para pedagang juga membawa penyebar agama
Kristen, Serikat Yesuit, Ordo Dominikan, dan misionaris Fransiskan.
3. Zaman Azuchi-Momoyama
Dari tahun 1568 hingga 1600 di Jepang disebut zaman Azuchi-
Momoyama. Jepang bersatu secara militer dan negara menjadi
stabil di bawah kekuasaan Oda Nobunaga yang dilanjutkan oleh
Toyotomi Hideyoshi. Istilah zaman Azuchi-Momoyama berasal dari
nama istana (kastil) yang menjadi markas kedua pemimpin besar,
Nobunaga di Istana Azuchi dan Hideyoshi di Istana Momoyama.
Setelah berhasil menyatukan Jepang, Hideyoshi berusaha
memperluas wilayah dengan melakukan invasi ke Korea. Dua kali
30
usaha penaklukan Korea berakhir dengan ditarik mundurnya
pasukan Hideyoshi dari Semenanjung Korea pada tahun 1598
akibat dikalahkan pasukan gabungan Korea dan Cina, serta
wafatnya Hideyoshi.
Konflik suksesi pasca-Hideyoshi berakhir dengan munculnya
Tokugawa Ieyasu sebagai pemimpin baru Jepang. Kekuasaan
pemerintahan beralih ke tangan Ieyasu setelah mengalahkan
pasukan pendukung Toyotomi Hideyori dalam Pertempuran
Sekigahara.
4. Zaman Edo (1603-1868)
Fondasi batu di menara utama Istana Edo.
Pada zaman Edo adalah pemerintahan otonomi daerah
berada di tangan lebih dari dua ratus pejabat daimyo. Sebagai klan
terkuat, pemimpin klan Tokugawa dari generasi ke generasi
menjabat sebagai shogun (sei-i taishōgun). Keshogunan Tokugawa
yang bermarkas di Edo (sekarang Tokyo) memimpin para daimyo di
masing-masing daerah otonom yang disebut domain (han).
31
Kelas samurai ditempatkan oleh keshogunan di atas kelas
rakyat biasa, petani, perajin, dan pedagang. Keshogunan
mengeluarkan undang-undang yang mengatur segala aspek
kehidupan, dimulai dari potongan rambut dan busana untuk
masing-masing kelas dalam masyarakat. Shogun mewajibkan para
daimyo secara bergantian untuk bertugas di Edo. Mereka
disediakan rumah kediaman mewah di Edo agar tidak
memberontak. Kekuatan militer daimyo daerah ditekan, dan
diharuskan meminta izin dari pusat sebelum dapat memperbaiki
fasilitas militer. Keshogunan Tokugawa runtuh setelah Perang
Boshin 1868-1869.
Zaman Edo adalah zaman keemasan seni lukis ukiyo-e dan
seni teater kabuki dan bunraku. Sejumlah komposisi terkenal untuk
koto dan shakuhachi berasal dari zaman Edo.
C. JENIS DAN ARTEFAK PENINGGALAN JEPANG
1. Dogu
32
Dogu adalah patung humanoid kecil dibuat di Jepang
prasejarah. Tampilan yang tidak biasa dari Dogu telah diklaim
menyerupai semacam baju ruang angkasa, seharusnya lengkap
dengan kacamata, baju besi dan selang. Menambah misteri, tujuan
yang tepat mereka masih belum jelas bagi sejarawan.
Pendukung Teori Astronaut Kuno cenderung mengabaikan
fakta bahwa "mata melotot " hanya satu dari banyak jenis Dogu,
dan bahwa arkeolog telah menunjukkan kesamaan mata sosok
dengan kacamata salju Inuit. Mereka jarang ditemukan utuh,
dengan kaki yang telah dipotong atau putus. Kelainan pinggul,
pantat, dan payudara digambarkan kemungkinan penggunaan ritual
kesuburan.
2. Bangkai Kapal Perang Kubilai Khan
33
Penemuan artefak dari masa Romawi Kuno di kawasan Italia
atau di Eropa, pasti tidak aneh. Bagaimana kalau artefak itu
ditemukan di sebuah makam kuno di Jepang? Hal itulah yang akan
menjadi perhatian para arkeolog. Pasalnya, jarak antara Italia dan
Jepang mencapai 9.656 kilometer.
Tiga buah perhiasan manik-manik dari kaca ditemukan di
sebuah makam kuno ‘Utsukushi’ yang berasal dari Abad ke-5 di
Nagaoka, dekat Kota Kyoto, Jepang. Diperkirakan, perhiasan
bergaris tengah 5 milimeter (mm) itu dibuat pada masa Abad ke-1
sampai Abad ke-4. Pada bagian tengahnya terdapat sebuah lubang
yang dibuat dengan suatu tehnik multi lapisan, sebuah metode
yang mutahir yang digunakan pengrajin dalam melapisi lapisan
kaca, sering kali diantaranya ada lapisan daun emas.
Bagaimana dapat diketahui perhiasan dari kaca itu berasal
dari masa Romawi Kuno? Begini. Perhiasan berwarna kuning itu
dibuat dari natron, yaitu bahan campuran dari sodium karbonat
dekahidrat. Bahan kimia itu digunakan untuk melumerkan kaca oleh
para pengrajin di kerajaan Romawi Kuno, yang kemudian berganti
menjadi Republik Romawi pada tahun 27 Sebelum Masehi. Pada
34
akhirnya Republik Romawi itu berakhir setelah peristiwa ‘Kejatuhan
Konstantinopel’ pada tahun 1453.“Ada satu produk kaca dengan
tehnik multi lapisan tua ditemukan di Jepang, dan aksesoris itu
langka yang kami perkirakan dibuat dari masa Kerajaan Romawi
Kuno dan dikirimkan ke Jepang,” kata Tomomi Tamura dari Nara
National Research Institute for Cultural Properties (NNRICP). Saat ini
institut tersebut dan pemerintah Jepang tengah berada di akhir
pengujian artefak berupa perhiasan manik-manik yang ditemukan
itu. (ENO/AFP).
3. Lukisan
Museum yang beralamat di 100 North Central Avenue itu
diresmikan tahun 1992. Di dalamnya banyak tersimpan
peninggalan sejarah Jepang – Amerika yang telah berusia lebih dari
130 tahun. Koleksinya meliputi artefak, pakaian, foto, maupaun
kisah sejarah.
Lukisan karya Henry Sugimoto tersimpan di ruang Henry
Sugimoto Collection. Lukisan-lukisan tersebut dibuat oleh seniman
keturunan Jepang-Amerika itu antara tahun 1930-an sampai 1950-
an. Pengunjung bisa mengamati 137 karya yang diantaranya
berjudul Oakland City Skyline from Merritt Park (1928), Village of
Villiers (1930), The Mouth of the Kumano River in Autumn (1930),
Self Portrait (1931), dan sebagainya.
35
Suasana kamp konsentrasi pengungsi pada masa Perang
Dunia II terekam dalam foto karya Mori Shimada. Mori Shimada
adalah salah satu penghuni pengungsian Jepang di Heart Mountain.
Di ruang Mori Shimada Collection Anda bisa melihat karya fotografi
yang jumlahnya mencapai 108 buah. Karya tersebut diambil tahun
1942 sampai 1945. Karya fotografi tentang suasana pengungsian
PD II juga diambil oleh Jack Iwata. Fotografer tersebut
mengabadikan kisah di tempat pengungsi yang dipusatkan di Tule
Lake dan Manzanar. Terdapat sekitar 166 foto beserta negative-nya
di ruang Jack Iwata Collection.
4. Patung Hachiko
36
Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di sekitar bulan
November 1923 di Odate, Jepang. Ia pindah ke Tokyo, saat
majikannya pindah ke sana. Untuk memuji dan menghargai
kesetiaan anjing itu, orang-orang membangun sebuah patung
Hachiko di Stasiun Shibuya. Patung anjing itu masih berdiri kokoh
hingga saat ini, sebagai sebuah inspirasi kesetiaan bagi orang-
orang yang melewatinya.
5. Patung Tomasubureku
37
Glover Garden (Nagasaki)
Thomas Blake Glover Lahir di Skotlandia. Proyek di Shanghai
setelah enam tahun Ansei (1859). Hisashi Aya tahun pertama
(1861) didirikan grabber sebuah Nagasaki perusahaan. Kapal
menjual senjata kepada berbagai klan Motoharu tahun Keio, dan
salah satu pedagang terbaik di Nagasaki, terlibat dalam banyak
aspek penting sejarah Tokugawa politik. Pada tahun1870 grabber
adalah menjadi perusahaan bangkrut, dan setelah operasi
penambangan batubara Tazusawatta Takashima, ia menjabat
sebagai penasihat untuk Mitsubishi. Menikah dengan seorang
wanita Jepang, dan daerah teluk anak dan nama terakhir setelah
naturalisasi.
6. Patung Mamiya Rinzou
38
Souya Misaki (Hokkaido)
Mamiya Rinzou (Gajah apel dan Mami, Yasunaga 1997 (1780)
Tempo 15, 02, 26 (13 April 1844)) adalah rahasia akhir periode Edo,
explorer. Kondou Shigezou , Hirayama dengan "Sanzo disebut"
Masa Aya. Zong Lun nama (dengan payudara). Dan petani yang
bekerja sebagai petugas shogun rahasia.
7. Patung Penari Izu
39
(Shizuoka)
Penari Izu adalah karya pertama Kawabata Yasunari yang
membikin para pengamat sastra berdecak kagum. Cerita pendek
yang ditulis pada tahun 1925 ini mengisahkan tentang seorang
pelajar SMA yang menghabiskan liburannya dengan melakukan
perjalanan ke berbagai sumber air panas di semenanjung Izu.
Kawabata Yasunari adalah nafas baru bagi dunia sastra Jepang. Dia
membawa rasa yang berbeda dari karya-karya sastra yang sudah
ada. Kemampuannya dalam menuangkan kata mempunyai kadar
sensibilitas estetik yang begitu lembut. Hingga banyak sekali
sastrawan dunia selanjutnya yang bercermin padanya seperti
Gabriel Garcia Marquez.
8. Patung Clark
40
Hokkaido (Hokkaido)
William Smith Clark (1826 Juli 31 – 1886 9 Maret) adalah wakil
kepala sekolah Sapporo Agricultural College (sekarang Universitas
Hokkaido ) kata-katanya yg terkenal yaitu ‘Boys Be (Ambisius’ Boys,
Idake aspirasi) “Anak laki-laki, akan ambisius” Jadilah ambisius
bukan untuk uang atau untuk membesarkan egois, tidak untuk hal
yang cepat berlalu dr ingatan pria panggilan ketenaran!. Jadilah
ambisius untuk pengetahuan, untuk kebenaran. Jadilah ambisius
untuk pencapaian semua bahwa seorang pria seharusnya.
BAB III PENUTUP
41
Kesimpulan
Jepang adalah Negara yang memiliki keanekaragaman seni
rupa mulai dari lukisan, patung – patung, peninggalan bersejarah
yang sampai saat ini masih di jaga kelestariannya. Jadi kita dapat
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Jepang dan
berbagai macam peninggalan peninggalan seni rupa di Negara
Jepang, Selain itu kita dapat memperluas pengetahuan seni rupa di
daerah jepang.
Saran
Untuk mempertahankan karya seni rupa di Jepang, Negara
Jepang harus melestarikan dan menjaga peninggalan peninggalan
bersejarah. Karena peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut
dapat di jadikan symbol Negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
42
http://nambenk-nambenk.blogspot.com/2013/12/20-patung-paling-bersejarah-di-jepang.html
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/259204-bangkai-kapal-perang-kubilai-khan-ditemukan
http://budi3x.blogspot.com/2012/06/puing-puing-kapal-kubilai-khan.html
http://gedeyenuyani.blogspot.com/2012/06/dari-italia-ke-jepang.html
http://panduanwisata.id/files/2013/06/2-1-300x241.jpg
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jepang
https://www.flickr.com/photos/salihara/sets/72157625257704574/
43