bab ii sdm paud

Upload: surya-laga

Post on 09-Mar-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB II SDM PAUD

TRANSCRIPT

  • 17

    BAB II

    DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

    HIPOTESIS PENELITIAN

    A. Deskripsi Teoretis

    1. Hakikat Kemampuan Guru Merencanaan Pembelajaran

    a. Kemampuan

    Menurut chaplin, kemampuan merupakan tenaga (daya

    kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Menurut Robbins

    kemampuan juga bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

    merupakan hasil latihan atau praktek.1Atau dengan kata lain kemampuan

    seseorang berdasarkan atas pembawaan yang ada dalam dirinya dan

    latihan yang terbiasa dilakukannya.

    Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan

    sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.2Kemapuan yang dimiliki oleh

    seseorang itu bisa merupakan bawaan sejak lahir dan juga bisa di dapat

    dari hasil latihan-latihan yang ia lakukan.

    Sementara menurut Jhonson yang dikutip oleh Wijaya dkk,

    mengartikan kemampuan adalah sebagai perilaku rasional untuk

    1Http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=hiht&fname=/jiunkpe/

    sl/eman/2008/jiunkpe-ns-sl-2008-31403361-9052-hanurda-chapter2.pdf diakses tanggal 25 maret 2002.

    2Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Jakarta: Gramedia, 1992),p. 17.

    17

  • 18

    mencapai tujuan yang dipersyarakatkan sesuai kondisi yang harapkan.3

    Hal ini dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana untuk mencapai

    tujuan diperlukan usaha agar sesuai dengan apa yang diinginkan.

    Menurut Abdul Gafur, kemampuan awal guru adalah

    kemampuan dan keterampilan yang relevan termasuk latar belakang

    karakteristik yang dimiliki guru pada saat akan mulai suatu program

    pembelajaran.4Hal ini berarti kemampuan awal adalah kepandaian yang

    dimiliki seseorang sejak lahir atau perilaku seseorang dari keturunanya.

    Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan pembelajaran

    guru yaitu kemampuan kognitif.Kemampuan kognitif adalah gagasan,

    pikiran, dan ingatan yang dimiliki guru dalam aktivitas sehari-hari.Maka

    dalam hal ini dapat dikata bahwa kemampuan kognitif yang harus dimiliki

    oleh seorang guru merupakan suatu kemampuan seorang guru untuk

    dapat memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih dalam proses

    pembelajaran yang akan dilakukan di kelas.

    Kemampuan-kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor

    yang penting dalam proses belajar dan mengajar untuk guru.

    Kemampuan kognitif yang utama adalah persepsi, ingatan dan berpikir.

    Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi dalam mengingat,

    dan dalam berpikir besar pengaruhnya terhapada hasil proses

    pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal yang untuk dilakukan adalah

    3Cecep Wijaya, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), P.8

    4 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta), p.31.

  • 19

    mengatur faktor-faktor tersebut sedemikian rupa, sehingga faktor-faktor

    tersebut merupakan cara untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan kemampuan

    adalah kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang

    merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek

    yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui

    tindakannya.

    b. Kemampuan Guru

    Kompetensi guru adalah Kemampuan tertentu secara bulat yang

    merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat

    diamati dan diukur.5 Dengan kata lain bahwa kompetensi merupakan

    gambaran kemampuan guru yang dilakukan dalam membuat

    perencanaan pembelajaran dilandasi ilmu pengetahuan yang hasil dari

    tindakan itu bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Sedangkan

    dalam Undang-Undang Republik IndonesiaNomor. 14 Tahun 2005

    tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah

    seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

    dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seseorang dalam melaksanakan

    tugas keprofesionalan.6Berdasarkan uraian diatas, keprofesionalan

    seorang guru dapat artikan sebagai pandangan tentang bidang pekerjaan

    sebagai suatu pengabdian melalui keahlian tertentu dan yang

    5Nurfuadi.Profesionalisme Guru (Purwokerto : STAIN Press, 2012),p.71.

    6 E.Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Rosdakarya,2009),p.25.

  • 20

    menganggap keahlian ini sebagai sesuatu yang harus diperbaharui

    secara terus-menerus dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang

    terdapat dalam ilmu pengetahuan.

    Selain definisi-definisi kemampuan guru diatas, terdapat

    pendapat lain yang mendefinisikan kemampuan guru.MC.Leod dalam

    Usmanmengemukakan Kompetensi guru adalah merupakan kemampuan

    seseorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajiban keguruannya

    secara layak dan penuh tanggung jawab berdasarkan keilmuan,

    keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan sebagai seorang guru

    seseuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang ditetapkan

    sebagaimana.7Guru memiliki kedudukan terhormat di masyarakat, karena

    mereka percaya kemampuan guru mampu mengajar dan mendidik

    peserta didiknya agar menjadi orang yang bermanfaat dan

    berkepribadian yang baik. Begitu besarnya kepercayaan masyarakat

    kepada guru, karena itu kemampuan guru dituntut untuk selalu

    memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbutan peserta didiknya, tidak

    hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar lingkungan sekolah. Oleh

    karena itu, tepat sekali yang dikatakan N.A. Ametembun yang dikutip

    Syaiful Bahri, bahwa guru merupakan semua orang yang berwenang dan

    bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid secara individu

    7Danim Sudarwan, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), p. 10.

  • 21

    ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.8Bahwa seorang

    guru harus tahu sifat-sifat kepribadian apa yang dapat dirangsang

    pertumbuhannya melalui materi pelajaran yang akan disajikan. Seorang

    guru dapat memupuk sikap, keterampilan serta kemampuan-kemampuan

    murid untuk dapat menerima pengetahuan yang didapat baik di sekolah

    maupun diluar sekolah.

    Orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar

    adalah guru. untuk itu kemampuan guru hendaknya harus benar-benar

    membawa peserta didiknya pada tujuan yang ingin dicapai. Guru juga

    harus mampu mempengaruhi peserta didiknya.

    Dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru merupakan profesi

    atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus untuk menjalankan

    profesinya agar menjadi professional dan bertanggung jawab atas

    meningkatnya prestasi peserta didiknya di sekolah baik perkembangan

    kognitif dan motoriknya maupun afektinya agar berguna untuk dirinya

    sendiri maupun bangsa dan Negara.

    Dari definisi-definisi tersebut maka dapat dideskripsikan bahwa

    kemampuan guru adalah kesanggupan seorang individu untuk

    melakukan suatu tugasnya yang memerlukan pengetahuan atau

    keterampilan khusus.Kemampuan ada karena adanya dorongan dari

    dalam diri untuk melakukan sesuatu yang merupakan gabungan antara

    8Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif(Jakarta: Rineka Cipta, 2000),p.29.

  • 22

    kepandaian dan latihan yang terus menerus karena kemampuan tidak

    dapat secara instan tetapi dengan usaha dan kerja keras.

    c. Perencanaan Pembelajaran

    Dalam merencanakan suatu pembelajaran diperlukan

    kemampuan sehingga rencana yang dibuat menjadi efektif dan sesuai

    dengan kebutuhan peserta didik. Kemampuan tersebut tidak didapat

    secara instan, tapi memerlukan pengetahuan dan latihan-latihan

    sehingga pendidik terbiasa dalam merencanakan pembelajaran yang

    sesuai. Perencanaan adalah memilih suatu tujuan dan mengembangkan

    metode atau strategi untuk mencapai tujuan.9Dengan demikian

    perencanaan pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas

    guru mengajar dan aktivitas anak belajar.Perencanaan pembelajaran

    adalah proses penyusunan atau merencanakan kegiatan pembelajaran

    yang terdiri atas materi pembelajaran, penggunaan media dalam

    pembelajaran, penggunaan metode dan pendekatan selama

    pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan

    dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

    ditentukan.10

    Dalam membuat perencanaan pembelajaran, pendidik perlu

    memperhatikan bagian-bagian dalam merencanakan pembelajaran.

    9Chuck Will iams, Manajemen Buku 1, alih bahasa, M. Sabrudin Napitupulu (Jakarta: Salemba Empat,

    2001), p.143. 10

    Suwardi , Manajemen Pembelajaran Menciptakan Guru Kreatif dan Berkompetensi(Surabaya: Media Grafika, 2007), p. 30.

  • 23

    Bagian-bagian yang harus direncanakan sesuai dengan kompetensi

    pedagogik pendidik anak usia dini antara lain memahami prinsip-prinip

    perancangankegiatan pengembangan yang mendidik dan

    menyenangkan, mengembangkan komponen-komponen rancangan

    kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan, menyusun

    rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik yang lengkap baik

    untuk kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas.11 Seorang pendidik

    diharapkan mampu mendeskripsikan tujuan atau kompetensi

    pembelajaran, mampu memilih dan menentukan materi, mampu

    mengorganisir materi, mampu menentukan metode atau strategi

    pembelajaran, mampu menentukan sumber belajar atau media atau alat

    peraga pembelajaran, mampu menyusun perangkat penilaian, mampu

    menentukan teknik penilaian dan mampu mengalokasikan waktu.

    Perencanaan pembelajaran merupakan upaya untuk

    memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran,

    terutama untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pembelajaran.

    Mulyasa menyatakan bahwa guru profesional harus mampu

    mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis

    karena disamping untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran,

    persiapan mengajar merupakan bentuk dari profesional

    11

    Peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan No.16 Tahun 2007 tentang Standar pendidik dan Tenaga Kependidikan. http://www.bnsp.org.,p.6 Diakses pada tanggal 15 Desember 2012.

  • 24

    accoutability.12Sikap profesional pendidik tersebut bukan hanya pada

    saat melaksanakan pembelajaran, tapi saat pendidik juga melakukan

    perencanaan pembelajaran.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat didefinisikan bahwa

    kemampuan merencanakan pembelajaran adalah kesanggupan pendidik

    dalam membuat perencanaan pembelajaran mulai dari topik bahasan,

    tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran (metode dan tahapan

    pembelajaran) alat atau media yang dibutuhkan, dan evaluasi

    pembelajaran. Perencanaan pembelajaran bukan hanya sebagai rutinitas

    kelengkapan administrasi tapi merupakan cerminan kesiapan pendidik

    dalam memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya.

    d. Defenisi Perencanaan pembelajaran

    Perencanaan adalah fungsi operasional pertama dalam setiap

    kegiatan pembelajaran. Perencanaan merupakan salah satu bagian yang

    teramat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran dan merupakan

    masalah yang penting, sulit dan kompleks. Perencanaan merupakan

    langkah pertama yang mencerminkan berhasil tidaknya suatu lembaga

    mencapai tujuannya. Demikian pentingnya suatu perencanaan dalam

    fungsi operasional kegiatan pembelajaran, sehingga dalam setiap

    tindakan perencanaan harus diperhitungkan dengan matang dan

    dilakukan dengan sebaik-baiknya.

    12

    E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), p. 82.

  • 25

    Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya

    berbeda-beda satu dengan yang lain. Philip Commbs dalam Harjanto

    mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu

    penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan

    pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien

    sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan

    masyarakatnya.13Perencanaan menekankan pada usaha menyeleksi dan

    menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang

    serta usaha untuk mencapainya.

    Perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan

    mudah dan tepat sasaran. Untuk melaksanakan kegiatan belajar

    mengajar, setiap pendidik harus membuat persiapan atau perencanaan

    pembelajarannya terlebih dahulu. Menurut Ellis,

    a plan for learning is an enabling device that (1) helps you think about what you want to accomplish and why you want to accomplish it, (2) guides you and your class through an activity in much the same way a map guides you through an area to your

    destination, and (3) gives you a frame of reference for deciding to what extent the experience was successful and worthwhile.14

    Dari uraian diatas dapat diartikan secara bebas bahwa

    perencanaan pembelajaran merupakan suatu perangkat yang

    memungkinkan untuk membantu berpikir tentang apa yang ingin dicapai

    dan mengapa ingin dicapai, panduan untuk melalui kegiatan dan menjadi 13

    Harjanto, Perencanaan Pengajaran(Jakarta : Rineka Cipta, 2010),p. 4. 14

    Arthur.K.Ell is , Teaching and Learning Elementary Social Studies(Boston: Allyn and Bacon, 1998), p. 103.

  • 26

    acuan sejauh mana perencanaan itu sukses dan

    bermanfaat.Perencanaan yang dibuat merupakan proses penyusunan

    langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang

    telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan

    kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan

    pembuat perencanaan.

    Perencanaan yang dibuat merupakan suatu langkah awal dari

    sebuah kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan sebelumya. Usman mengungkapkan bahwa perencanaan

    pembelajaran merupakan persiapan guru mengajar untuk tiap pertemuan

    yang berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar

    mengajar di kelas agar lebih efisien dan efektif.15Dengan demikian, dalam

    melaksanakan suatu pembelajaran diperlukan pembuatan perencanaan

    yang matang. Pembelajaran atau pengajaran yang akan direncanakan

    memerlukan berbagai pengetahuan agar rencana pembelajaran yang

    disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.

    Dalam menyusun perencanaan pembelajaran terdapat beberapa

    komponen utama yang harus dibuat oleh pendidik yaitu tujuan

    pembelajaran, materi pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran,

    media pembelajaran dan alat penilaian selama proses pembelajaran.

    15

    Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda Karya, 2005), p.61.

  • 27

    Dengan melihat definisi-definisi yang telah dikemukakan

    sebelumnya, maka dapat dideskripsikan bahwa perencanaan

    pembelajaran adalah proses penyusunan atau merencanakan kegiatan

    pembelajaran yang terdiri atas menentukan tujuan pembelajaran, materi

    pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran, penggunaan media

    dalam pembelajaran, penggunaan metode dan pendekatan selama

    pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan

    dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

    ditentukan.

    e. Pentingnya Program Merencanaan Pembelajaran

    Merencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam

    memandu pendidik dalam melaksanakan tugas dalam memenuhi

    kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran merupakan titik

    awal dalam menjaga kualitas pembelajaran. Dengan adanya

    perencanaan, pendidik menjadi lebih mudah dalam mempersiapkan

    pembelajaran, terlebih dengan kondisi siswa yang berbeda-beda

    karakteristiknya.Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wiggins,The

    learning plan is familiar to practicing educators and because many useful

    resources exist to support teaching and learning for

    understanding.16Perencanaan memungkinkan lancarnya tugas pendidik

    16

    Grant.P.Wiggins, Jay McTighe, Understanding by design (Washington: ASCD, 2005),p. 192.

  • 28

    dan kerjasama antar pendidik seperti guru dengan guru pendamping. Hal

    ini akan melancarkan segala kegiatan yang ingin dilakukan.

    Perencanaan merupakan titik awal dalam menjaga kualitas

    suatu pembelajaran. Hal ini dikarenakan perencanaan memungkinkan

    pendidik membuat tahapan pembelajaran yang terancang dengan baik.

    Dimulai dari penentuan tujuan pembelajaran yang merupakan inti dari

    pelaksanaan pembelajaran tersebut sampai kepada pelaksanaan

    evaluasi pembelajaran. Pentingnya membuat suatu perencanaan

    sebelum melaksanakan pembelajaran akan sangat terasa terutama

    ketika biaya, waktu dan tenaga dapat berperan secara efektif. Hal ini

    dapat memudahkan pendidik dan sekolah dalam menyelenggarakan

    pendidikan dan pembelajaran yang tepat guna. Perencanaan

    memungkinkan pendidik mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

    Perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini menjadi sangat

    penting terutama jika mengingat banyaknya potensi anak yang bisa

    dikembangkan secara maksimal. Apabila sebuah pembelajaran yang

    direncanakan tidak sesuai dengan kebutuhan anak usia dini, maka

    dikhawatirkan pembelajaran tersebut akan sia-sia. Tujuan dari

    pembelajaran tersebut tidak tercapai dan menjadi tidak maksimal.

    Potensi yang dimiliki oleh anak usia dini juga tidak terstimulasi dengan

    baik. Pembelajaran yang diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

    meningkatkan kemampuan anak akhirnya tidak berhasil mencapai

  • 29

    tujuannya. Pembelajaran yang direncanakan dengan baik akan

    memusatkan kegiatan pada kegiatan yang berpusat kepada anak, sesuai

    dengan kebutuhan anak dan dikembangkan dengan tema-tema yang

    menarik untuk anak sehingga mengembangkan potensi anak.

    f. Tahapan Melaksanakan dan Membuat Perencanaan Pembelajaran

    Dalam merencanakan pembelajaran terdapat beberapa

    komponen utama yang harus diperhatikan oleh pendidik yang nantinya

    dapat memudahkan saat membuat perencanaan maupun saat

    melaksanakan pembelajaran. Menurut Hidayat dalam Majid

    mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam

    perencanaan pembelajaran antara lain: memahami kurikulum, menguasai

    bahan ajar, menyusun program pembelajaran, melaksanakan program

    pembelajaran, menilai program dan hasil proses belajar mengajar yang

    telah dilaksanakan.17 Hal ini diperlukan agarpendidik dapat dapat

    membuat perencanaan pembelajaran yang efektif dan berhasil guna,

    sehingga dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan

    dengan kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, dan berbagai

    strategi yang dapat mendukung jalannya pembelajaran.

    Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, seorang

    pendidik dituntut untuk mempersiapkan perencanaan pembelajaran

    terlebih dahulu agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara

    17

    Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2000), p.21.

  • 30

    sistematis. Menurut Suryosubroto, dalam membuat perencanaan

    pembelajaran terdapat komponen-komponen yang sebaiknya pendidik

    perhatikan, yaitu : 1) menentukan karakteristik dan kemampuan awal

    siswa; 2) merumuskan tujuan pembelajaran; 3) pemilihan bahan dan

    urutan bahan (materi); 4) pemilihan metode mengajar; 5) menentukan

    sarana atau alat sumber belajar (media); 6) pemilihan strategi

    evaluasi.18Komponen-komponen tersebut menjadi satu kesatuan yang

    tidak terpisahkan yang saling memberikan kesesuaian satu sama lain

    Tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh

    Suryosubroto, komponen dalam membuat perencanaan pembelajaran

    yang dikemukakan Moore terdiri atas objectives, content, methods and

    procedure, resources and materials, and evaluation

    procedure.19Komponen perencanaan pembelajaran terdiri atas tujuan

    pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, metode, media dan evaluasi

    pembelajaran.

    1) Tujuan Pembelajaran

    a) Pengertian Tujuan Pembelajaran

    Sebelum membuat tujuan pembelajaran sebaiknya pendidik

    menentukan karakteristik siswa, sehingga dapat mengukur kemampuan

    siswa untuk mencapai tujuan belajar dan minat siswa terhadap materi

    18

    B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),p.21. 19

    Kenneth.D.Moore, Effective Instructional Strategies (California: Sage Publication, 2005),p.118.

  • 31

    pelajaran. Untuk mengetahui kemampuan siswa, pendidik dapat

    menggunakan catatan atau dokumen seperti rapot, tes awal dan

    mengadakan komunikasi secara individu. Setelah karakteristik dan

    kemampuan siswa diketahui, pendidik bisa menentukan tujuan

    pembelajaran. Diharapkan guru dan siswa dapat mengetahui perubahan-

    perubahan yang diharapkan akan terjadi pada siswa setelah pelaksanaan

    kegiatan belajar mengajar.

    Beberapa ahli kemudian mendefinisikan tujuan

    pembelajaran,Menurut Hamalik tujuan pembelajaran adalah sejumlah

    hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam artian siswa belajar, yang

    secara umum mencakup pengetahuan baru, keterampilan dan

    kecakapan, serta sikap-sikap yang baru.20 Tujuan pembelajaran berisi

    suatu tingkah laku yang diharapkan oleh siswa setelah berlangsungnya

    pembelajaran. Tujuan pembelajaran dibuat untuk menentukan hasil

    pembelajaran. Jika siswa tidak dapat mempertunjukan tingkah laku

    tertentu sebelum belajar dan kemudian dapat mempertunjukannya berarti

    siswa telah menempuh proses pembelajaran.

    Perubahan tingkah laku siswa menjadi tolak ukur apakah tujuan

    pembelajaran yang dibuat telah tercapai. Hilgard dalam Wina sanjaya

    mengungkapkan Learning is the process by wich an activity originates or

    20

    Oemar Hamalik, Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), p. 108.

  • 32

    changed through trainin procedurs (wether in the laboratory or in naural

    environment) as distinguished from changes by factors not atributable to

    training.21 Bagi Hilgrad, belajar itu adalah proses perubahan melalui

    kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun dalam

    lingkungan alamiah.

    Selain merupakan dasar untuk mengukur hasil pembelajaran,

    tujuan pembelajaran juga dapat dijadikan landasan dalam menentukan isi

    pelajaran dan metode mengajar. Tujuan memberikan petunjuk untuk

    memilih isi kegiatan pembelajaran, menata urutan topik-topik,

    mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu

    pembelajaran, serta menyediakan ukuran untuk mengukur tingkat

    pencapaian siswa. Tujuan juga menjadi kriteria untuk menilai mutu dan

    efisiensi pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi sangat penting

    perannya karena merupakan sasaran dari proses pembelajaran tersebut.

    b) Kriteria Perumusan Tujuan Pembelajaran

    Dalam merumuskan tujuan pembelajaran terdapat beberapa hal

    yang harus diperhatikan. Menurut Hamalik, hal-hal tersebut diantaranya

    tujuan pembelajaran bertitik tolak dari perubahan tingkah laku siswa,

    tujuan pembelajaran harus dirumuskan sekhusus mungkin,

    kesederhanaan dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan waktu

    21

    Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), p. 110.

  • 33

    pencapaian tujuan yang relatif singkat.22 Hal-hal tersebut sebaiknya

    menjadi perhatian pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran agar

    dapat mempermudah proses pembelajaran.

    Sebuah tujuan pembelajaran bertitik tolak dari tingkah laku

    siswa. Hal ini menjelaskan bahwa dalam tujuan itu hendaknya

    terkandung dengan jelas tingkah laku atau aspek kelakuan yang

    diharapkan berubah setelah pembelajaran berlangsung. Selain itu

    sebuah tujuan pembelajaran harus dirumuskan sekhusus mungkin.

    Dengan merumuskan tujuan sekhusus-khususnya, pendidik dapat lebih

    mudah untuk menentukan kegiatan dan alat penilaiannya.

    Kesederhanaan dalam merumuskan tujuan menjadi salah satu

    hal yang juga penting. Tujuan disajikan secara singkat dan jelas agar

    mudah dipahami dan tidak bercabang yang bisa mengakibatkan

    kebingungan. Waktu pencapaian tujuan juga relatif singkat, misalnya

    setelah 45-90 menit kegiatan. Setelah beberapa menit itu berlalu

    diharapkan pendidik dapat mengontrol apakah tujuan telah mendekati

    ketercapaiannya.

    c) Merumuskan Tujuan Pembelajaran

    Tujuan pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran umum dan

    tujuan pembelajaran khusus. Menurut Ely dalam Suwardi, tujuan

    pembelajaran umum menjelaskan kemampuan, keterampilan dan 22

    Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), p. 90.

  • 34

    pengetahuan yang bersifat umum dan luas, sedangkan tujuan

    pembelajaran khusus menjelaskan tingkah laku khusus atau spesifik.23

    Dalam kurikulum berbasis kompetensi, istilah tujuan pembelajaran umum

    merupakan kompetensi sedangkan tujuan pembelajaran khusus

    merupakan indikator kompetensi. Dalam merumuskan tujuan

    pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus dapat disusun

    berdasarkan taksonomi Bloom yang dapat dilihat dari tabel berikut: 24

    Tabel.2.1

    Tabel Taksonomi Bloom

    RANAH LEVEL

    KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI

    Kognitif Mengetahui Menyebutkan, menuliskan, menyatakan,

    mengurutkan, mengidentifikasi,

    mendefinisikan, mencocokan, menamai,

    melabeli, menggambarkan.

    Memahami Menerjemahkan, mengubah,

    mengeneralisasi, menguraikan dengan kata-

    kata sendiri, menulis ulang dengan kalimat

    sendiri, meringkas, membedakan,

    mempertahankan, menyimpulkan,

    berpendapat, menjelaskan.

    Menerapkan ide Mengoperasikan, menghasilkan, mengubah,

    mengatasi, menggunakan, menunjukan,

    mempersiapkan, menghitung.

    Analisis Menguraikan satuan menjadi unit-unti,

    membagi satuan menjadi sub-sub atau

    bagian-bagian, membedakan antara dua

    23

    Suwardi, Manajemen Pembelajaran (Surabaya:JP Books, 2007), p. 32. 24

    Ibid., p.33.

  • 35

    yang sama, memilih dan mengenali

    perbedaan dalam satu kesatuan.

    Sintesis Merancang, merumuskan,

    mengorganisasikan, mengompilasikan,

    mengoposisikan, membuat hipotesis,

    merencanakan.

    Evaluasi Mengkritisi, menginterpretasi, menjastifikasi,

    memberi penilaian

    Afektif Penerimaan Mempercayai sesuatu atau orang, memilih

    sesuatu atau seseorang untuk diikuti,

    mengikuti, bertanya untuk diikuti dan

    mengalokasikan.

    Tanggapan Mengonfirmasi, memberi jawaban,

    membaca pesan-pesan, membantu

    melaksanakan, melaporkan dan

    menampilkan.

    Penamaan nilai Menginginkan, mengundang orang untuk

    terlibat, mengusulkan dan melakukan.

    Pengorganisasian

    nilai-nilai

    Memverifikasi nilai, memilih nilai,

    mensintesiskan nilai-nilai, mengintegrasikan

    nilai-nilai, menghubungkan nilai-nilai,

    mempengaruhi kehidupan dengan nilai-nilai

    Karakteristik

    kehidupan

    Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan

    hidup, mempertahankan nilai-nilai yang

    sudah diyakini.

    Psikomotor Memperhatikan Mengamati proses, memberi perhatian pada

    tahap-tahap perbuatan, memberi perhatian

    sebuah artikulasi.

    Peniruan Melatih, mengubah sebuah bentuk,

    membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, menggunakan

    sebuah konstruk atau model.

  • 36

    Pembiasaan Membiarkan sebuah model atau perilaku yang sudah terbentuk, mengontrol

    kebiasaan agar tetap konsisten

    Penyesuaian Menyesuaikan model, membenarkan sebuah model untuk dikembangkan, dan

    menyekutukan model pada kenyataan.

    2) Materi Pembelajaran

    Setelah menetapkan tujuan dari pembelajaran yang akan

    dilaksanakan, maka pendidik menetapkan materi apa yang akan

    disampaikan pada pembelajaran. Materi pembelajaran adalah bahan ajar

    yang harus dipelajari siswa sebagai sarana kemampuan dasar dan

    standar kompetensi.25 Materi pembelajaran ini untuk membantu peserta

    agar lebih mudah dalam mempelajari kompetensi yang harus dikuasainya

    dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggara pembelajaran.

    Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari

    keseluruhan pembelajaran, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan

    pembelajaran dapat mencapai sasaran. Ellis mengungkapkan bahwa the

    content of lesson involves the knowledge that you have decided is

    necessary for student learn.26 Materi pembelajaran berisi tentang

    pengetahuan dan hal apa saja yang perlu dipelajari oleh siswa atau

    tujuan yang ingin dicapai. Sasaran atau tujuan tersebut harus sesuai

    dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai

    25

    Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), p. 55. 26

    Op Cit, p.108.

  • 37

    oleh peserta didik. Dapat diartikan bahwa materi yang ditentukan untuk

    kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang

    tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya

    indikator. Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat

    tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran.

    Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak

    terpisahkan dari perencanaan, yaitu prediksi dan proyeksi tentang apa

    yang akan dilakukan pada saat kegiatan Pembelajaran.

    3) Metode Pembelajaran

    a) Pengertian Metode pembelajaran

    Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara

    atau jalan yang ditempuh. Dapat dikatakan bahwa metode adalah cara

    melakukan. Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

    secara efektif dan efisien.27 Penggunaan metode yang tepat dapat

    memudahkan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

    Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan

    yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya

    dengan lingkungannya. Secara lengkap Surya merumuskan pengertian

    pembelajaran yaitu, suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

    memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

    sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

    27

    Suwardi , Op. Cit., p.61.

  • 38

    lingkungannya.28 Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa metode

    adalah cara pendidik dalam menyampaikan materi kepada siswa untuk

    mencapai tujuan tertentu. Hal senada juga disampaikan oleh Santrock

    yang mendefinisikan pembelajaran (learning) sebagai pengaruh

    permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang

    diperoleh melalui pengalaman.29 Berdasarkan pendapat yang telah

    dikemukakan, maka pembelajaran merupakan suatu proses usaha yang

    dilakukan seseorang untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku

    dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat muncul sebagai

    akibat dari adanya aktivitas belajar dan latihan. Pengalaman serta

    interaksi dengan lingkungan juga bisa menjadi alasan munculnya

    perubahan. Perubahan tingkah laku yang terjadi akibat proses belajar ini

    bersifat relatif menetap, sehingga perubahan yang relatif tidak menetap

    tidak bisa dikatakan sebagai tanda seseorang telah belajar.

    Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat dideskripsikan

    bahwa metode pembelajaran adalah segala sesuatu cara yang

    digunakan pendidik untuk menyampaikan materi sehingga dapat

    mendorong terjadinya pembelajaran yang mencapai tujuan yang

    diinginkan. Metode yang akan digunakan sebaiknya dipilih dan

    28

    Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung:Pustaka Bani Quraisy, 2004), p.7.

    29John W Santrock, University of Texas at Dallas, Psikologi Pendidikan, edisi ke dua (Jakarta: Kencana, 2008),p.266.

  • 39

    dipergunakan berdasarkan kemanfaatannya dan disesuaikan dengan

    kemampuan pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

    b) Jenis-jenis Metode Pembelajaran

    Terdapat beberapa metode pembelajaran yang sering

    digunakan, antara lain, metode ceramah, tanya jawab, diskusi, problem

    solving, bercerita, tugas, karya wisata, demostrasi, sosiodrama,

    eksperimen, proyek.30 Setiap metode pembelajaran memiliki kekuatan

    dan kelemahannya dilihat dari berbagai sudut.

    Penjelasan dari jenis-jenis metode di atas, adalah : (a) metode

    ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh pendidik

    terhadap kelas. Alat interaksi yang digunakan dalam hal ini adalah

    berbicara. Pendidik juga menyelipkan pertanyaan-pertanyaan. Namun,

    kegiatan siswa yang utama adalah mendengarkan penjelasan-penjelasan

    dari pendidik; (b) metode tanya jawab adalah adanya interaksi antara

    pendidik dengan siswa melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang

    harus dijawab oleh siswa secara lisan sehingga terjadi dialog antara

    pendidik dan siswa; (c) metode diskusi adalah cara penyampaian bahan

    pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai

    alternatif pemecahan masalah; (d) metode pemecahan masalah atau

    30

    Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),Pp.83-97.

  • 40

    problem solving adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa

    untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan; (e) metode

    bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan

    pesan atau informasi yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis

    dengan alat peraga atau tanpa alat peraga; (f) metode tugas adalah

    pemberian tugas atau pekerjaan kepada siswa yang segaja diberikan dan

    harus dilaksanakan dengan baik; (g) metode karyawisata adalah metode

    dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada

    secara langsung sehingga siswa memperoleh kesan yang sesuai dengan

    pengamatan; (h) metode demonstrasi adalah metode yang digunakan

    untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang

    berkenaan dengan bahan pelajaran; (i) metode sosiodrama adalah suatu

    kegiatan memainkan peran dalam suatu cerita yang menuntut kerja sama

    diantara pemerannya yang berdasarkan pada cerita sehari-hari; (j)

    metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak

    didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses

    atau percobaan; (k) metode proyek adalah metode yang bertitik tolak dari

    suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan

    sehingga pemecahannya menjadi lebih bermakna.

    Pemilihan metode pembelajaran tersebut dapat ditentukan

    berdasarkan kesesuaian dengan tujuan dan keterlaksanaannya menurut

    waktu dan sarana. Sebaiknya digunakan kombinasi berbagai metode

  • 41

    pembelajaran yang akan membuat proses pembelajaran lebih hidup aktif

    dan bermakna. Dalam memilih metode juga sebaiknya

    mempertimbangkan waktu dan sarana yang tersedia. Pemilihan metode

    juga sebaiknya dapat mewujudkan proses pembelajaran yang

    menantang dan bermakna serta banyak melibatkan keaktifan siswa.

    4) Kegiatan Pembelajaran

    Setelah menetapkan metode yang sesuai maka guru dapat

    menyusun tahap pembelajaran yang terdiri atas tahap pendahuluan,

    tahap penyajian atau inti kegiatan dan tahap penutup. Menurut

    Suprayekti tahap pembelajaran adalah urutan prosedur pembelajaran

    yang diupayakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran atau

    mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar.31

    Tahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal

    sebelum memasuki penyajian materi yang akan diajarkan. Tahapan ini

    meliputi pemberitahuan tujuan pembelajaran, memberikan gambaran

    kegiatan yang akan dilaksanakan dan memberikan penilaian awal melalui

    apresiasi. Tahap penyajian atau inti merupakan proses belajar mengajar

    yang utama dalam suatu pembelajaran. Pada tahapan ini meliputi

    pemberian penjelasan materi atau kegiatan yang disertai dengan contoh,

    memberikan kesempatan kepada murid secara aktif, memberikan

    penguatan dan mengorganisir waktu, siswa dan fasilitas belajar. Tahap

    31

    Suprayekti , Interaksi Belajar Mengajar (Jakarta: Depdiknas,2003), p.12.

  • 42

    penutup merupakan tahap akhir dari suatu pengajaran. Tahapan ini terdiri

    dari penyimpulan materi pelajaran, melaksanakan penilaian dan

    melakukan tindak lanjut.

    5) Media Pembelajaran

    a) Pengertian Media Pembelajaran

    Komunikasi penting dalam kehidupan sehari-hari, agar

    berkomunikasi dapat berjalan dengan baik perlu dibutuhkan media

    sebagai alat bantu. Kata media berasal dari bahasa latin dengan bentuk

    jamak medium yang berarti perantara.32 Perantara yang dimaksud artinya

    segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber untuk

    disampaikan kepada penerima pesan. Secara harfiah media diartikan

    sebagai perantara atau pengantar.Rossi dan Breidle (1966:3)

    mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan

    bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti

    radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya.33Dengan demikian,

    media merupakan wahana penyalur informasi belajar dan penyalur

    pesan.

    Media memiliki arti luas dan sempit. Berdasarkan ungkapan dari

    Gerlach dan Ely, media dalam arti luas adalah manusia, materi atau

    kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

    32

    Arief S. Sadiman , et al , Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), p. 6.

    33Wina Sanjaya, Ibid, p.161.

  • 43

    memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media dalam arti

    sempit adalah sebuah alat.34 Media dapat digunakan untuk meningkatkan

    pengalaman belajar ke arah yang lebih konkret.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dideskripsikan bahwa media

    pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

    pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,

    perasaan, dan minat serta perhatian penerima pesan atau siswa

    sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi. Pembelajaran

    dengan menggunakan media tidak hanya sekadar menggunakan kata-

    kata sehingga dapat diharapkan siswa memperoleh pengalaman belajar

    yang lebih berarti.

    b) Jenis-jenis Media Pembelajaran

    Adapaun jenis media yang sering digunakan dalam kegiatan

    belajar mengajar adalah buku atau bahan cetak, papan tulis, transparansi

    dan OHP, slide dan slide projector, kaset video dan video set, media

    interaktif seperti komputer. Sadiman menjelaskan karakteristik beberapa

    jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu

    media grafis, media audio dan media proyeksi diam.35 Penjelasan media-

    media tersebut sebagai berikut : (a) media grafis yaitu media yang

    dihasilkan dengan cara dicetak melalui teknik manual atau dibuat dengan

    34

    Azhar Arsyad, Media Pengajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), Pp.3-4. 35

    Arief S. Sadiman,et al ,Op.Cit., p.29.

  • 44

    cara menggambar, teknik printing dan sablon. Contohnya adalah gambar,

    sketsa, diagram, bagan, kartun, poster, peta, papan flanel, papan buletin,

    dan buku cerita bergambar; (b) media audio yaitu media yang berkaitan

    dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke

    dalam lambang-lambang auditif, baik verbal atau dalam bentuk kata-kata

    non verbal. Contohnya adalah radio, alat perekam pita magnetik, dan

    laboratorium bahasa; (c) media proyeksi diam yaitu media yang cara

    kerjanya pesan yang ingin disampaikan harus diproyeksikan dengan

    proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Contohnya adalah film bingkai,

    film rangkai, media transparansi, proyeksi tak tembus pandang, mikrofis,

    film, film gelang, televisi, video,dan permain dan simulasi.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dideskripsikan bahwa media

    pembelajaran yang umumnya digunakan dalam proses pembelajaran di

    kelas terdiri dari tiga jenis, meliputi media grafis yaitu media yang dibuat

    dari bahan-bahan yang tercetak contohnya: gambar/foto, sketsa,

    diagram, bagan/chart, grafik, poster, peta dan globe. media audio yaitu

    media yang dibuat berkaitan dengan indera pendengaran, contohnya,

    radio, pita magnetik, laboratorium bahasa. dan media proyeksi diam yaitu

    media yang dapat menyampaikan pesan setelah diproyeksikan

    menggunakan proyektor contohnya, film bingkai, film rangkai, media

    transparansi, TV.

  • 45

    Kemampuan guru dalam menggunakan media tersebut juga

    perlu untuk diperhatikan. Oleh sebab itu kesederhanaan dalam

    pembuatan dan penggunaan media menjadi faktor penentu guru memilih

    media. Sutjiono menyampaikan bahwa, dalam pemilihan media yang

    terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan

    dan mengembangkan media pembelajaran yang mudah dan murah,

    dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar serta

    memunculkan ide kreativitas yang dimiliki.36 Tentunya pendidik tidak

    ingin penggunaan media akan membuat jalannya pembelajaran menjadi

    tidak luwes dan fleksibel yang dikarenakan kurang memadainya sarana

    pendukung media tersebut. Pendidik diharapkan mampu memanfaatkan

    kreativitas yang dimiliki untuk membuat media yang bervariasi dalam

    proses pembelajaran dan mampu mengembangkan media yang

    bersumber dari lingkungan sekitar.

    6) Evaluasi Pembelajaran

    a) Pengertian Evaluasi Pembelajaran

    Hal terakhir dalam merencanakan pembelajaran adalah

    menentukan strategi evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan tahap akhir

    yang dilakukan dalam proses belajar mengajar. Stufflebeam dan

    Shinkfield (1985:159) menyatakan definisi dari evaluasi yaitu: Evaluation

    is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and

    36

    Azhar Arsyad, Ibid., p.83.

  • 46

    judgmental information about the worth and merit of some objects goals,

    design, implementation, and impact in order to guide decision making,

    serve needs for accountability, and promote understanding of the

    involved phenomena.37Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan

    informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan

    harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain,

    implemantasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,

    membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman

    terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah

    penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

    dalam mengambil keputusan.

    Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang

    berarti penafsiran atau penilaian. Gullo menyatakan bahwa evaluation is

    the process of making judgments about the merit, value, or worth of

    educational programs, projects, materials or techniques.38 Dapat

    diartikan secara bebas bahwa evaluasi adalah suatu proses menentukan

    nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk

    mencapai tujuan. Evaluasi merupakan kegiatan tahap akhir yang

    dilakukan dalam proses pembelajaran.

    37

    S.Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), p.3.

    38Dominic.F.Gullo, Understanding Assessment and Evaluation in Early Childhood Education (NewYork: Teaches College Press, 2005), p. 7.

  • 47

    Arikunto dalam Suwandi menyatakan bahwa evaluasi berarti

    menilai yang dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu.39 Penilaian

    lebih menekankan pada proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu

    yang ukuran baik buruk yang bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran

    menekankan proses penentuan kualitas sesuatu yang dibandingkan

    dengan suatu ukuran tertentu.

    Evaluasi berfungsi untuk mengetahui efektivitas pembelajaran

    dalam mencapai tujuan-tujuannya. Kourilski dalam Hamalik menyatakan

    bahwa evaluasi merupakan tindakan tentang penetapan derajat

    penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok.40 Proses

    evaluasi umumnya berpusat pada siswa. Ini berarti evaluasi dimaksudkan

    untuk mengamati hasi belajar siswa dan berupaya menentukan

    bagaimana menciptakan kesempatan belajar.

    Evaluasi berfungsi juga sebagai acuan dalam menentukan

    perbaikan yang diperlukan bagi pembelajaran di masa yang akan datang.

    Umpan balik bagi pendidik akan terbentuk setelah hasil dari evaluai telah

    didapatkan. Dengan melakukan evaluasi, pendidik dapat melihat hasil

    belajar siswa yang telah ditempuh selama malakukan kegiatan belajar

    mengajar.

    39

    Suwardi, Manajemen Pembelajaran (Surabaya: JP Books, 2007), p.87. 40

    Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), p.145.

  • 48

    Cara yang paling banyak dilakukan dalam melaksanakan

    evaluasi adalah melalui tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.

    Namun pelaksanaan evaluasi tidak hanya terbatas pada tes semata,

    terdapat evaluasi non tes yang terdiri atas observasi, wawancara,

    dokumentasi dan angket. Bentuk pelaksanaan evaluasi ini dapat

    disesuaikan oleh pendidik tergantung kepada hal yang ingin dievaluasi

    dan hasil apa yang ingin didapatkan oleh pendidik.

    Jadi perencanaan pembelajaran adalah merupakan gambaran

    kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mencapai tujuan

    pembelajaran. Di dalam perencanaan pembelajaran termuat aktivitas

    secara keseluruhan sebelum kegiatan yang sesungguhnya dilaksanakan.

    Perencanaan pembelajaran yang disusun secara baik menjadi jaminan

    separuh kegiatan telah berhasil dilaksanakan. Perencanaan

    pembelajaran digunakan untuk memberi arahan dalam menyiapkan,

    melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran anak.

    Perencanaan pembelajaran yang tepat akan memberikan dukungan yang

    tepat sesuai dengan kebutuhan belajar dan tahapan perkembanga anak,

    oleh karena itu, perencanaan pembelajaran perlu dievaluasi untuk

    mencapa tujuan perencaan pembelajaran yang diharapkan.

  • 49

    2. Hakikat Pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini

    a. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

    Pengertian anak usia dini memiliki batasan usia dan

    pemahaman yang beragam, tergantung dari sudut pandang yang

    digunakan. Secara tradisional pemahaman tentang anak sering

    diidentifikasi sebagai manusia dewasa mini, masih polos dan belum bisa

    apa-apa atau dengan kata lain belum mampu berfikir. Pemahaman ini

    berdampak pada pola perlakuan yang diberikan pada anak, antara lain

    sering diperlukakan sebagaimana orang dewasa, dan diperlakukan

    sebagai orang dewasa kecil, misalnya didandani sebagaimana orang

    dewasa. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta banyak

    dilakukan studi tentang anak, maka semakin diketahui bahwa anak

    berbeda dengan orang dewasa.

    Pemahaman lain tentang anak adalah anak merupakan

    manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Ia

    memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang

    dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

    Dalam hal ini anak merupakan seorang manusia atau individu yang

    memiliki pola perkembangan dan kebutuhan tertentu yang berbeda

    dengan orang dewasa.Anak memiliki berbagai macam potensi yang

    harus dikembangkan. Meskipun pada umumnya anak memiliki pola

    perkembangan yang sama, tetapi ritme perkembangannya akan berbeda

    satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.

  • 50

    Definisi yang umum digunakan adalah yang kemukakan oleh

    NAEYC dan CEC/DEC (National Assosiation Education for Young

    Children)address infant/toddler program in their standards; although the

    standards of NBPTS apply only to teahers of children ages 3-8, they too

    consider the wider scope of early development and learning.41Menurut

    definisi ini anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berbeda

    dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan

    bahwa anak usia dini adalah individu yang unik di mana ia memiliki pola

    pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-

    emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai

    dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Berdasarkan

    pertumbuhan dan perkembangannya anak usia dini dikelompokkan

    dalam tipe kelompok sebagai berikut : (1) kelompok bayi berada pada

    usia 0 12 bulan, (2) kelompok bermain berada pada usia 1 3 tahun,

    (3) kelompok pra sekolah pada usia 4 5 tahun, dan (4) kelompok usia

    sekolah berada pada usia 6 8 tahun.42 Pertumbuhan dan

    perkembangan anak usia dini perkembangan anak usia dini perlu

    diarahkan pada fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas dan bahasa

    yang seimbang sebagai peletak dasar yang tepat guna pembentukan

    pribadi yang utuh.

    41

    Marilou Hyson, Preparing Early Childhood Proferssional (Washington,DC, 2003), p.6. 42

    Sofia Hartati, Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dikti, 2005), p.10.

  • 51

    b. Pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini

    Pelatihan merupakan suatu kegiatan dengan rencana tujuan

    untuk memperbaiki dan mengembangkan keterampilan serta

    pengetahuan yang telah atau belum dimiliki guru atau peserta pelatihan,

    dimana kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu relatif singkat dengan

    pemberian materi yang dipadatkan, sementara menurut Soekidjo

    Notoatmodjo dalam bukunya pengembangan sumber daya manusia

    manyatakan bahwa:

    Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian

    manusia.Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi

    diklat (pendidikan dan pelatihan).43

    Pelatihan merupakan salah satu kegiatan belajar dimana

    pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku bisa didapat melalui

    kegiatan pelatihan. Pelatihan biasanya banyak dilakukan oleh

    lembaga/organisasi tertentu di luar sistem sekolah formal dengan tujuan

    tertentu pula yang disesuaikan dengan jenis pelatihan dan sasaran

    pelatihan. Materi yang disampaikan biasanya merupakan materi aplikatif

    dalam artian dapat langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari

    peserta. Sehingga dapat meningkatkan kinerja dan perfoma peserta.

    Metode yang digunakan lebih banyak praktek daripada teori.

    43

    Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), p.28.

  • 52

    Menurut Wexley & Latham training and development refers to

    planned effort by on organization to facilitate the learning of job related

    behavior on the part of its employess.44Dengan demikian maka pelatihan

    dan pengembangan ketenagaan memiliki peranan yang penting dalam

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang dan tenaga

    pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugasnya untuk mencapai tujuan

    organisasi. Untuk meningkatkan produktivitas suatu organisasi perlu

    adanya pelatihan dan pengembanga ketenagaan (Training and

    Development) bagi peningkatan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi

    Sedangkan sikula dalam ashar mengartikan bahwa pelatihan

    adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan

    prosedur sistematis dan organisasi, sehingga tenaga kerja nonmanajerial

    mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan

    tertentu.45artinya pelatihan in digunakan untuk melatihkan pengetahuan

    dan keterampilan tertentu, keterampilan menggunakan peralatan dan

    atau mesin-mesin keterampilan manajerial.

    Menurut William J.R Pelatihan adalah: Training and

    development does not assess training needs systematically, does not try

    to demonstrate a financial return on investments, and does notdistinguish

    44

    http:///D:/REFERENSI%20DIKLAT/MODEL%20PELATIHAN%20PENDIDIK%20PAUD%20BERBASIS

    %20PERMAINAN%20APE%20TRADISIONAL%20JANGKRIK%20DAN%20ECENG%20GONDOK%20_%20ANAK%20PAUD%20BERMAIN%20BELAJAR%20DAN%20BERKEMBANG.diunduh tgl. 16 Februari 2015.

    45 Ashar Sunyoto, Psikolog Industri dan Organisasi (Jakarta: UI, 2008),p.85

  • 53

    training from management problems.46bahwa pelatihan dan pendidikan

    merupakan kegiatan yang sistematikal dan diperlukan demonstrasi serta

    memerlukan keterampilan dan pelatihan dapat mengatasi problem

    management.

    Jadi pelatihan merupakan bagian managemen yang harus

    dibekali dengan keterampilan serta merupakan suatu kegiatan

    sistematikal yang dapat mengatasi problem dalam management.

    Menurut ahli lainnyaLois B mengatakan Trainers always design

    workshops that will make such an impact on participants that they will

    retain and apply what was learned.47

    Pelatihan merupakan salah satu metode dalam pembelajaran

    orang dewasa atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan untuk

    meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap peserta

    dengan cara yang lebih spesifik.48Konsep pembelajaran sepanjang hayat

    dapat teraplikasikan di masyarakat, terutama untuk manusia dewasa

    salah satunya dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan untuk

    memperbaharui dan meningkatkan kemampuan individu.

    Secara antropologis, diyakini bahwa sebagai makhluk hidup,

    manusia akan selalu mengalami perubahan, pertumbuhan dan

    perkembangan secara alami dalam hidupnya. Pelatihan hadir sebagai

    46

    Will iam J. Rothwell, Beyond Training and Development, Second Edition (United States: Amacom, 2005),p. 5

    47 Lois B. Hart, et all, The Leadership Training Activity Books (United States : Amacom, 2005),p.1

    48Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari teori sampai aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), p.158.

  • 54

    salah satu upaya untuk membantu dan mempercepat terjadinya

    perubahan, pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan, keterampilan

    serta sikap manusia.

    Brundage Mendefinisi yang terakhir ini jika dikaitkan dengan

    andragogi, Pelatihan (training) umumnya ditujukan kepada orang

    dewasa, karena andragogi adalah seni/ilmu membantu orang lain dalam

    belajar.49 Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa pelatihan merupakan

    sebuah usaha yang dirancang dan dilakukan oleh pihak lain misal

    lembaga/organisasi demi mencapai tujuan dari lembaga yang

    menyelenggarakan pelatihan tersebut. Sehingga pelatihan biasa

    dihubungkan dengan pemberian petunjuk, orientasi dan pengarahan agar

    pekerja bisa bekerja lebih baik sesuai dengan tujuan dari lembaga.

    c. Model Pelatihan

    Model pelatihan pada awalnya berkembang pada dunia usaha

    terutama melalui magang tradisional, dalam sebuah magang tradisional

    kegiatan belajar membelajarkan dilakukan oleh seorang warga belajar

    (sasaran didik) dan seorang sumber belajar (tutor), maka dalam

    perkembangan selanjutnya interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya

    melalui perorangan akan tetapi terjadi melalui kelompok warga belajar

    (sasaran didik, sasaran pelatihan) yang memiliki kebutuhan dan tujuan

    belajar yang sama ,dengan seorang, dua orang, atau lebih pelatih

    49

    Saleh Marzuki, Dimensi-Dimensi Pendidikan Non Formal (Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2010), p.174.

  • 55

    (sumber belajar, trainers). Salah satu konsep mengapa model pelatihan

    dibangun adalah sangat bergantung pada kondisi itu (warga belajar,

    sasaran didik dan pelatih/tutor).Hal tersebut sangat beralasan karena

    kebutuhan dan tujuan pelatihan.

    Model dapat dikatakan rencana, representasi, atau deskripsi

    yang menjelaskan suatu objek, sistem atau konsep yang seringkali

    berupa penyempurnaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model

    fisik (maket, bentuk prototype), model citra (gambar rancangan),

    storyboard atau rumusan matematis. Hayman di dalam Gary J.Angin

    menjelaskan definisi model sebagai seperangkat prosedur yang

    diimplementasikan atau konstruksi teori50 Jadi model merupakan

    rancangan yang harus disiapkan di dalam suatu kegiatan pelatihan atau

    kegiatan lain yang dimana hal tersebut dapat memudah terlaksananya

    kegiatan. Sedengkan menurut Kent L Gustafson dan Robert Maribe

    Branch mengemukakan bahwa :

    Model help us conceptualize representation of reality. A model is simple representation of more complex forms, processes and function of physical phenomena or ideas. Models of necessary, simplify reality because often reality is too complex to potrey.

    Since much of that complexity is unique to specific situations, models help by identifying what is generic and applicable across

    multiple contexts.51

    50

    Gary J. Anglin, instructional Technology Past, and Future (United States : Linbraries Unlimites, Inc), p.5

    51 Kent L. Gustafson dan Robert Maribe Branch, Survey of Instructional Development Modeli (Newyork : Eric Clearinghouse on informational and Technology, 2002 ), p. 2

  • 56

    Sebuah model atau desain yang baik akan sangat menentukan

    keberhasilan perancangan sebuah kegiatan baik itu pembelajaran

    maupun pelatihan. Artinya sebuah kegiatan akan berhasil dengan baik

    apabila diawali dengan model dan desain yang baik untuk kegiatan

    tersebut perecanaan yang baik harus diawali dari berbagai analisis.

    Dari uraian-uraian yang dijelaskan, maka dapat disimpulkan

    bahwa model merupakan gambaran sederhana dari bentuk, proses dan

    fungsi dari fenomena fisik dan gagasan-gagasan yang lebih kompleks.

    Model diperlukan untuk memberi pedoman, pengarahan, dan petunjuk

    untuk mengembangkan tujuan, materi, strategi, dan evaluasi dari subuah

    kegiatan pembelajaran maupun pelatihan. Model juga merupakan

    penyederhanaan suatu kenyataan karena seringkali kenyataan terlalu

    kompleks untuk digambarkan. Model membantu untuk mengidentifikasi

    apa yang umum dan dapat diterapkan melintas konteks yang beragam.

    Model juga dapat membantu untuk memilih dan mengembangkan

    peralatan dan teknik-teknik operasional yang tepat ketika menerapkan

    model tersebut.

    Dari definisi model yang telah dijelaskan, maka kita dapat

    dengan mudah memaknai apa itu model pelatihan. Jadi, model pelatihan

    merupakan satu bentuk dari rangkaian komponen-komponen pelatihan

    yang ditata sedemikian rupa sehingga menjadi satu sistem untuk menjadi

    pedoman dan panduan kegiatan sebuah pelatihan.

  • 57

    d. Tujuan Pelatihan

    Meningkatnya daya saing antar organisasi atau lembaga dapat

    pula memicu pengadaan pelatihan.Perkembangan zaman begitu pesat

    sekarang ini, membuat persaingan organisasi atau lembaga tidak melulu

    mengenai modal (uang), tetapi lebih kepada sumber daya manusia yang

    menjadi elemen penting dalam meningkatkan daya saing dengan

    organisasi atau lembaga lainnya.

    Pelatihan jenis apapun, sebenarnya tertuju pada dua sasaran

    yaitu partisipasi dan organisasi. Pelatihan yang dilakukan diharapkan

    akan mampu memperbaiki tingkah laku partisipan pelatihan yang

    sebenarnya merupakan anggota dari suatu organisasi. Apabila pelatihan

    ditunjukan kepada karyawan atau anggota dari sebuah organisasi, maka

    tujuan pelatihannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan,

    keterampilan dan sikap yang akan menjadikan organisasi tersebut

    menjadi lebih baik.

    Handoko menyatakan bahwa ada dua tujuan utama

    dilaksanakannya suatu pelatihan yaitu:

    1. Latihan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan

    2. Pelatihan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas aktivitas kerja karyawan dengan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.52

    52

    Kani, T. Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: BPFT, 2008), p.103.

  • 58

    Pelatihan dibuat atau diadakan pasti mempunyai tujuan yang

    mereka harapkan yang biasanya dilaksanakan untuk meningkatkan mutu

    sumber daya manusia yang ada sehingga dapat mengikuti

    perkembangan yang ada dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan

    dapat terselesaikan dengan melatih sumber daya manusia itu. Pelatihan

    ini dilaksanakan untuk memberikan bekal atau kecakapan kepada peran

    guru agar setelah selesai mendapatkan pelatihan ini mereka memiliki

    kecakapan dan kemampuan mengembangkan pembelajaran dengan baik

    melalui perencanaan pembelajaran yang matang, yaitu

    merencanakannya melalui pembuatan perencanaan kegiatan

    pembelajaran.

    e. Faktor dalam Menetapkan Isi Program Pelatihan

    Pelatihan perlu dipersiapkan secara matang. Ada banyak faktor

    yang harus diperhatikan dalam pengadaan pelatihan. Menurut Oemar

    Hamalik. Ada tujuh faktor yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan

    untuk menetapkan isi program pelatihan, diantaranya:

    1) Kebutuhan Pelatihan Berdasarkan penjajagan kebutuhan dapat ditentukan jenis dan

    jumlah pelatihan yang diperlukan. 2) Cara Penyelenggaran Pelatihan

    Cara memberikan pelatihan diserasikan dengan tujuan, jenis kegiatan, materi dan peserta pelatihan yang bersangkutan.

    3) Biaya Pelatihan

    Tetapkan besarnya biaya yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan latihan dan sumber dana yang tersedia.

    4) Hambatan-habatan Pertimbangan hambatan/rintangan yang mungkin terjadi terhadap pekerjaan sebagai akibat pelatihan itu.

    5) Peserta Pelatihan

  • 59

    Tetapkan jumlah tenaga yang tepat untuk mengikuti pelatihan,

    dilihat dari sudut kebutuhan organisasi, kenaikan jabatan atau yang mungkin keluar/pindah.

    6) Fasilitas Latihan

    Pertimbangan fasilitas-fasilitas latihan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelatihan tersebut.

    7) Pengawasan Pelatihan Pertimbangan hal-hal yang perlu mendapat pengawasan (misalnya : biaya, nama peserta, hasil ujian) dan teknik pengawasan yang

    diperlukan.53

    Penentuan isi program pelatihan dilakukan agar pelatihan tidak

    melenceng dari rencana yang diinginkan. Selain itu, faktor-faktor diatas

    juga dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan metode atau

    teknik penyampaian materi pelatihan terhadap peserta pelatihan. Dengan

    mengetahui faktor-faktor di atas, Trainer atau fasilitator akan mampu

    meminimalisir kesalahan-kelasahan yang mungkin terjadi.

    f. Komponen Pelatihan

    Dalam penyelenggaran pelatihan tercakup beberapa komponen, yaitu:

    1. Peserta pelatihan 2. Instruktur

    3. Lamanya pelatihan 4. Kurikulum/ modul

    5. Metode pelatihan 6. Media pelatihan (alat peraga) 7. Evaluasi54

    1. Peserta pelatihan

    Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan

    keberhasilan proses pelatihan, yang pada giliranya turut menentukan

    53

    Oermar Hamalik, Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), p.35

    54Moekijat, Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: Mandar Maju, 1991), p.64.

  • 60

    efektivitas pekerjaan. Karena itu, perlu dilakukan seleksi yang teliti

    untuk memperoleh peserta yang baik, berdasarkan kriteria, antara

    lain:

    a. Akademik, ialah jenjang pendidikan b. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati

    pekerjaan tertentu,atau akan ditempatkan pada

    pekerjaan tertentu. c. Pengalaman kerja, ialah pengelaman yang telah

    diperoleh dalam pekerjaan. d. Motivasi dan minat, yang bersangkutan terhadap

    pekerjaanya

    e. Pribadi, menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

    f. Intelektual, tingkat berpikir, dan pengetahuan, diketahui melalui tes seleksi.55

    2. Pelatih (Instruktur)

    Seseorang instruktur yang cakap akan memberikan hasil baik

    bagi suksesnya pelatihan. Selain kecakapan yang dimiliki seorang

    instruktur, seorang instruktur juga berperan sebagai sumber utama

    dari pelatihan dan sebagai pemberi solusi dari permasalahan yang

    dimiliki peserta pelatihan terkait dengan materi pelatihan.Dari alasan

    tersebutlah, peranan instruktur dalam pelatihan merupakan keharusan

    dan menjadi sangat penting demi keberhasilan pelatihan yang

    diselenggarakan. Ada beberapa syarat sebagai pertimbangan adalah

    :

    a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih, yang ahli dalam bidang spesialisasi tertentu.

    55

    Oemar Hamalik, Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), p.35.

  • 61

    b. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang

    pekerjaannya sebagai pelatih. c. Pelatih berasal dari dalam lingkungan

    organisasi/lembaga sendiri lebih baik dibandingkan

    dengan yang dari luar. d. Perlu dipertimbangkan bahwa seorang pejabat yang

    ahli dan berpengalaman belum tentu menjadi pelatih yang baik dan berhasil.56

    3. Lamanya pelatihan

    Tingkat keberhasilan program pelatihan juga diperngaruhi oleh

    lamanya masa pelatihan. Hal ini bermaksud agar narasumber dapat

    memberikan penjelasan secara jelas dan menyentuh, disisi lain,

    lamanya waktu juga dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan

    tingkat pemahaman peserta pelatihan, semakin lama waktu yang

    disediakan, semakin besar peserta pelatihan memiliki waktu untuk

    mendalami materi pelatihan serta memiliki kesempatan untuk praktek

    yang dibimbing langsung dalam pelatihan tersebut, sehingga

    pelatihan mampu meraih hasil maksimal seperti yang diharapkan

    semua pihak, baik itu penyelenggaran maupun yang menjadi peserta

    pelatihan.

    4. Kurikulum/modul

    Kurikulum dalam pelatihan memiliki peranan sangat penting,

    kurikulum dalam pelatihan berfungsi sebagai acuan dari materi-materi

    pelatihan yang akan disampaikan dan menjadi pedoman dalam

    kegiatan belajar mengajar yang ada dalam pelatihan tersebut.

    56

    Ibid., p. 35.

  • 62

    Dengan kata lain materi-materi apa yang dapat mengembangkan atau

    meningkatkan kemampuan para peserta diklat. Selanjutnya dilakukan

    identifikasi waktu yang diperlukan

    5. Metode pelatihan

    Metode pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan yang

    didalamnya terdapat program pelatihan dan tata cara

    pelaksanaannya. Berdasarkan kategori dan jenis pelatihan lalu

    ditentukan suatu metode pelatihan. Ada 7 (tujuh) metode pelatihan,

    masing-masing metode memiliki tujuan dan prosedur

    penyelenggaraan yang berbeda-benda. (Hamalik, 2005) metode

    pelatihan tersebut adalah:

    a. Model komunikasi ekspositif. b. Model komunikasi diskoveri.

    c. Teknik komunikasi kelompok kecil. d Pembelajaran Berprogram.

    e. Pelatihan dalam Industri f. Teknik simulasi g. Model studi kasus57

    6. Media pelatihan (alat peraga)

    Media pelatihan merupakan salah satu komponen yang penting

    dalam sistem pelatihan, kerena berfungsi sebagai unsur penunjang

    proses pembelajaran, menggugah gairah dan motivasi belajar.

    Pemilihan dan penggunaan media pelatihan supaya

    mempertimbangkan (1) tujuan pembelajaran, (2) materi pelatihan, (3)

    57

    Hamalik, Op.Cit. Pp. 63-66.

  • 63

    ketersediaan media itu sendiri, (4) kemampuan pelatihan yang akan

    menggunakannya.

    7. Evaluasi

    Evaluasi dapat mengukur tingkat keberhasilan pelatihan

    diperlukan adanya proses evaluasi, hal ini dimaksudkan untuk

    mengetahui seberapa efektif pelatihan yang telah dilaksanakan

    sehingga kemudian dapat diukur perubahan yang terjadi dan

    mengetahui sejauh mana lulusan suatu program pelatihan itu mampu

    mengaplikasikan pengetahuan yang telah di dapat selama pelatihan.

    Pengukuran tingkat keberhasilan ini diukur dengan mekanisme

    pengukuran yang disebut evaluasi pelatihan.

    g. Manfaat Pelatihan

    Pengadaan pelatihan ini pun terkait pula dengan tujuan

    organisasi yang ingin dicapai. Mathis mengatakan, pelatihan adalah

    suatu proses di mana orang-orang mencapai kemampuan tertentu

    untuk membantu mencapai tujuan.58

    Pelatihan yang diadakan juga diharapkan mampu memberikan

    manfaat. Robinson dalam Marzuki mengemukakan beberapa manfaat

    pelatihan, diantaranya adalah sebagai berikut:

    a) Pelatihan merupakan alat untuk memperbaiki

    penampilan kemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performan perserta

    pelatihan.

    58

    Mathis R.L dan Jackson J.H, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta:Salemba Empat, 2002),p.25.

  • 64

    b) Keterampilan tertentu diajarkan agar para peserta

    pelatihan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang diinginkan

    c) Pelatihan dapat memperbaiki sikap-sikap yang tidak

    produktif atau negatif pada peserta pelatihan d) Pelatihan dapat memperbaiki keselamatan dari

    kesalahan dalam pelatihan.59

    Peningkatan kemampuan melalui pelatihan akan sangat

    bermanfaat bagi peserta pelatihan maupun lembaga/organisasi atau

    lembaga pendidikan. Pelatihan akan memperbaiki performa individu

    atau kelompok. Keterampilan tertentu yang dilatih akan bermanfaat

    bagi pendidik atau lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugas

    sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

    h. Pelatihan Dasar PAUD (Pelatihan Terbimbing&Pelatihan Mandiri)

    1) Pelatihan Terbimbing

    Definisi pelatihan terbimbing sebagaimana diungkapan oleh

    Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani bahwa pelatihan terbimbing/

    terbimbing belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada

    peserta didik/peserta pelatihan agar dapat membuat pilihan,

    mengadakan penyesuaian, dan memecahkan masalah-masalah

    pendidikan dan pengajaran atau belajar yang dihadapinya.60Arti

    terbimbing belajar merupakan upaya nara sumber memberikan

    59

    Saleh Marzuki, Loc.It,p. 176. 60

    Abu, Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), p.107

  • 65

    pembimbingan membantu peserta pelatihan dalam mengatasi

    berbagai permasalah belajar saat proses pelatihan berlangsung.

    Menurut Winkel pelatihan terbimbin/bimbingan belajar ialah

    bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam

    mengatasi kesulitan-kesulitan belajar.61 Jadi segala permasalahan

    yang berhubungan dengan belajar, cara mengatasi permasalahan

    tersebut, maupun saran-saran yang dapat digunakan agar tidak

    mengalami kesulitan saat proses belajar/pelatihan berlangsung.

    Sejalan dengan pengertian di atas, Syamsu Yusuf dan

    Juntika Nurishsan menjelaskan bahwa terbimbing belajar adalah

    bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam

    menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik dengan

    cara mengembangkan suasana-suasana belajar-mengajar yang

    kondusif agar terhidar dari kesulitan belajar.62 Para pembimbing

    membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan

    cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam

    belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan

    program/pendidikan. Dalam bimbingan belajar, para pembimbing

    berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik

    yang diharapkan.

    61

    W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran(Yogyakarta: Media Abadi, 2004),p.59. 62

    Syamsu Yusuf L.N dan Nani M.Sughandi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rajawali Press, 2013),Pp.10-15.

  • 66

    Dari pendapat di atas, terbimbing belajar dapat didefinisikan

    sebagai segala usaha yang dilakukan oleh pembimbing untuk

    mengembangkan kebiasaan belajar yang baik kepada peserta didik

    agar siap menempuh pendidikan yang selanjutnya.

    Dari beberapa pengertian layanan bimbingan belajar yang

    dikemukan oleh para ahli, maka dapat dipahami bahwa bimbingan

    belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada guru oleh

    narasumber dalam mengadakan penyesuaian belajar dan

    memecahkan masalah-masalah belajar dengan cara

    mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar

    terhindar dari kesulitan-kesulitan belajar dan mencapai keberhasilan

    belajar secara optimal.

    2) Pelatihan Mandiri

    Definisi pelatihan mandiri merujuk kepada pembelajaran

    secara mandiri atau Contextual teaching Learning (CTL) tentang

    pembelajaran mandiri sangat terkait pada pengertian Mandiri itu

    sendiri. Pada guru yang memiliki tipe seperti ini mengatur diri sendiri

    memerintah diri sendiri. Mereka mengambil keputusan sendiri dan

    menerima tanggung jawab untuk itu.

    Definisi Pelatihan mandiri atau belajar mandiri (CTL)

    yaitu :

    Pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang

    melibatkan terkadang satu orang, biasannya satu kelompok.

  • 67

    Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan

    pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna.Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata

    maupun tidak nyata.63

    Definisi Contextual teaching Learning diatas senada dengan

    pendapat Malcom Knowles yang mendefinisikan pembelajaran mandiri

    sebagai proses sebagai berikut :

    in which individuals take the initiative, with or withous the help of others, in diagnosing their learning needs,

    formulating learning goals, identifying human and material resources for learning, choosing and implementing

    appropriate learning strategies, and evaluating learning outcomes.64

    Bila diterjemahkan yaitu di mana individu mengambil inisiatif,

    dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis

    kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan pembelajaran,

    mengidentifikasi sumber daya manusia dan materi untuk belajar,

    memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, dan

    mengevaluasi hasil pembelajaran.

    Miarso dalam Warsita mengemukakan bahwa belajar mandiri

    merupakan pengaturan program belajar yang diorganisasikan

    sedemikian rupa sehingga setiap peserta Diklat dapat memilih dan

    atau menentukan bahan kemajuan belajar sendiri.65Sedang menurut

    Dodds belajar mandiri sebagai suatu sistem belajar yang

    63

    Elaine B,Jhonson, Contextual Teaching & Learning, (Menjadikan kegiatan belajar mengasikan dan bermakna), terjemahan Ibnu Setiawan, MLM, 2007, p. 152

    64Ibid.,p.102

    65Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh (Bandung : Rosdakarya, 2011),p.147.

  • 68

    memungkinkan peserta Diklat dapat belajar sendiri dari bahan cetak

    (modul), program siaran dan bahan rekaman yang telah disiapkan

    sebelumnya.Oleh karena itu, konsep belajar mandiri menggambarkan

    adanya kendali belajar serta penentuan waktu dan tempat belajar yang

    berada pada diri peserta Diklat yang belajar.66

    Pelatihan Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri,

    melainkan belajar dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri

    dengan bantuan minimal dari orang lain.

    Pelatihan Belajar mandiri merupakan pembelajaran

    merupakan pembelajaran dengan kesadaran oleh pembelajaran itu

    sendiri.Ada delapan faktor yang mempengaruhi belajar mandiri.

    (1) Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar (2) Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif

    (3) Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar (4) Memiliki kecintaan terhadap belajar

    (5) Kreativitas (6) Memiliki orientasi ke masa depan (7) Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang

    mendasar (8) Memecahkan masalah.67

    Kedelapan faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi

    seseorang dalam belajar mandiri. Hal yang terpenting dalama proses

    belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan peserta

    Diklat dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada

    66

    Ibid.,p.147. 67

    Ihat Fatimah, Inovasi Pendidikan,(http://www //file.upi.edu) p.5 diakses tanggal 29/11/2011.

  • 69

    akhirnya peserta Diklat tidak bergantung pada guru/instruktur,

    pembimbing, tema, atau orang lain dalam belajar.

    B. Hasil Penelitian Yang Relevan

    Hasil Penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti

    lakukan berkaitan dengan variable pelatihan yaitu Pengaruh

    Pelatihan Dasar PAUD Terhadap Tingkat Pengetahuan Pendidik

    Tentang Pembelajaran di PAUD. (Ex Post Facto di Sanggar Kegiatan

    Belajar (SKB) Jakarta Timur).68 Implikasi dari penelitian ini adalah

    bahwa pelatihan merupakan salah satu cara yang efektif untuk dapat

    meningkatkan pengetahuan dan kompetensi para pendidik PAUD.

    Dengan mengikuti pelatihan pendidik dapat memiliki bekal

    pengetahuan mumpuni dalam menjalankan perannya untuk

    menyiapkan pembelajaran di PAUD.

    Selain mengikuti pelatihan, pendidik PAUD juga dapat

    menambah pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru dengan

    banyak membaca buku atau artikel tentang pendidikan anak usia dini.

    Pengetahuan juga bisa di dapat dengan mengikuti diskusi-diskusi atau

    seminar. Selain itu pihak penyelenggara pelatihan maupun pihak

    pemerintah dapat mendukung hal-hal yang berkaitan dengan

    peningkatan mutu dan kualitas pendidik anak usia dini. Hal ini dapat

    68

    Sisca Nurul Fadilah,Pengaruh Pelatihan Dasar PAUD Terhadap Tingkat Pengetahuan Pendidik Tentang Pembelajaran di PAUD, Jakarta: SKRIPSI FIP UNJ 2011.

  • 70

    dilakukan dengan terus mengadakan pelatihan yang berkala dan

    berjenjang serta evaluasi untuk pendidik PAUD. Pelatihan berkala dan

    berjenjang berguna untuk memperbaharui dan meningkatkan

    kemampuan pendidik.Sedangkan penyelenggaraan evaluasi

    dimaksukan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan pengetahuan

    yang dimiliki oleh pendidik sehingga pemerintah atau lembaga

    penyelenggara pelatihan dapat menentukan strategi selanjutnya dalam

    rangka meningkatkan kompetensi pendidik PAUD.

    Penelitian terbaru dilakukan oleh mahasisawa Fakultas Ilmu

    Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yakni pengaruh

    pelatihan pembuatan rencanan pelaksanaan pembelajaran terhadap

    peningkatan kompetensi mengelola kelas pada tutor paket C di PKBM

    se-kecamatan Senen Jakarta Pusat.69Berdasarkan hasil mengenai

    pelatihan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap

    peningkatan kompetensi mengelola kelas pada tutor paket C di PKBM

    Se-Kecataman Senen,Jakarta Pusat pada dasarnya berhasil menguji

    hipotesis penelitian yang diajukan, dengan menunjukan adanya

    pengaruh peningkatan kompetensi mengelola kelas pada tutor paket

    C dengan efektifitas pelatihan pembuatan rencana pelaksanaan

    pembelajaran.

    69

    Lisyana, Pengaruh pelatihan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap peningkatan kompetensi mengelola kelas pada tutor paket C di PKBM se-Kecamatan Senen Jakarta Pusat, Jakarta: Skripsi, FIP UNJ 2012.

  • 71

    Berdasarkan uraian dari penelitian sebelumnya terlihat

    bahwa pelatihan memberikan pengaruh positif terhadap pesertanya

    dalam hal meningkatkan pemahaman, performa maupun motivasi.

    Untuk itu, peneliti akan mencoba mengkaji tentang pengaruh pelatihan

    model terbimbing dan mandiri PAUD terhadap kemampuan guru

    dalam membuat perencanaan kegiatan pembelajaran di PAUD.

    Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian

    sebelumnya tentang upaya peningkatan kompetensi pendidik baik dari

    segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap guna memperbaiki dan

    meningkatkan kualitas pengelolaan program PAUD.

    C. Kerangka Berpikir

    Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pemberian

    pelayanan pendidikan kepada anak dengan rentan usia lahir sampai

    dengan 6 tahun yang bertujuan mengoptimalkan tumbuh kembang anak

    melalui pembinaan dan pengasuhan. Program PAUD menjadi begitu

    penting karena pada masa ini merupakan penanaman pondasi awal

    kehidupan manusia yang merupakan bekal untuk persiapan

    kehidupannya di masa mendatang.

    Pada masa ini kemampuan seseorang untuk belajar dan

    menyerap berbagai informasi dan mempelajari keterampilan-

    keterampilan baru begitu pesat.Masa ini juga dikatakan sebagai

    gambaran awal kehidupan manusia, dimana pola pikir dan sikap/perilaku

  • 72

    yang diajarkan pada masa ini sebagai peletak dasar bagi perkembangan

    diri manusia. Masa ini merupakan tempat dimana kebaikan dan sifat

    buruk tertentu seorang manusia dengan lamban namun jelas akan

    berkembang dan menjadi cerminan dirinya di masa mendatang.

    Dalam pengelolaan program PAUD seorang pendidik

    memegang peranan sentral dalam pembelajaran dan pengembangan

    anak didiknya.Sebagai seorang profesional, pendidik PAUD harus

    mampu mengelola kelas, merencanakan pembelajaran, melaksanakan

    program pendidikan untuk anak didik sesuai dengan perkembangan anak

    serta mampu mengevaluasi pembelajaran.

    Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai

    seorang pendidik, maka diperlukan kemampuan dan keterampilan

    mumpuni untuk dapat menunjang tugasnya. Di masyarakat kebanyakan

    pendidik anak usia dini tidak memiliki kemampuan dan keterampilan

    mumpuni di bidangnya. Hal ini karena keterbatasan sumber daya

    pendidik dalam memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi

    untuk menjadi seorang pendidik anak usia dini sesuai dengan ketetapan

    pemerintah.

    Untuk mengatasi hal ini banyak cara telah dilakukan oleh

    pemerintah dan salah satunya adalah dengan mengadakan berbagai

    pelatihan untuk para pendidik PAUD. Dengan adanya pelatihan ini

    diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan memberikan

    keterampilan-ketrampilan baru yang dibutuhkan oleh pendidik.Pendidik

  • 73

    yang sudah pernah mengikuti pelatihan diharapkan dapat melaksanakan

    program pembelajaran dengan baik di lembaganya masing-masing.

    Karena mereka sudah diberikan bekalkemampuan dan keterampilan

    yang menunjang kinerja mereka.

    Berdasarkan penelitian ini maka akan dapat terlihat perbedaan

    kemampuan yang dimiliki oleh pendidik PAUD yang sudah pernah

    mengikuti pelatihan dan yang belum pernah mengikuti pelatihanPAUD.

    Pendidik PAUD yang sudah pernah mengikuti pelatihan akan memiliki

    kemampuan yang lebih luas dan lebih baik tentang pelatihanPAUD

    dibandingkan dengan pendidik yang belum pernah mengikuti pelatihan.

    D. Hipotesis Penelitian

    Dari pemaparan di atas maka peneliti mengajukan sebuah

    hipotesis bahwa terdapat pengaruh yang singnifikan antara pelatihan

    PAUD Terbimbing dengan Mandiri terhadap kemampuan guru

    merencanakan pembelajaran di PAUD di Kecamatan Tunjung Teja.

    NB : O