bab ii pembahasan...pengertian perjanjian sebagaimana terdapat dalam pasal 1313 kitab undang- undang...
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. TENTANG PEMBAHASAN
1. TENTANG PERJANJIAN
a. Definisi Perjanjian
Pengertian perjanjian sebagaimana terdapat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Dapat disimpulkan bahwa di dalam perjanjian terdapat beberapa unsur yaitu :1
a. Ada pihak-pihak.
Pihak di sini adalah subjek perjanjian sedikitnya dua orang atau
badan hukum dan harus mempunyai wewenang melakukan
perbuatan hukum sesuai yang ditetapkan oleh undang-undang.
b. Ada persetujuan antara pihak-pihak, yang bersifat tetap dan
bukan suatu perundingan.
c. Ada tujuan yang akan dicapai. Hal ini dimaksudkan bahwa
tujuan para pihak hendaknya tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan dan undang-undang.
d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan
bahwa prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh
pihakpihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian.
e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan. Hal ini berarti bahwa
perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau tertulis. Hal ini sesuai
ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya dengan
bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan
bukti yang kuat.
b. Syarat Sahnya Perjanjian
1 Purwahid Patrik, Hukum Perdata II, Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang, 1988, h. 4.
Pasal 1320 KUHPerdata menentukan 4 syarat sahnya perjanjian, yaitu sebagai
berikut:2
a. Adanya kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak
antara satu orang atau lebih dengan pihak lain.
b. Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk
melakukan perbuatan hukum. Orang-orang yang mengadakan
perjanjian haruslah cakap dan berwenang untuk melakukan
perbuatan hukum sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang,
yaitu orang sudah dewasa. Ukuran dewasa adalah telah berumur 21
tahun dan atau sudah menikah.
c. Adanya objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian),
kewajiban debitur dan hak kreditur. Prestasi terdiri atas peerbuatan
positif dan negative. Prestasi terdiri atas memberikan sesuatu ,
berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu.
d. Adanya kausa yang halal atau kausa yang tidak terlarang. Suatu
sebab adalah terlarang atau bertentangan dengan undang-undang ,
kesusilaan, dan ketertiban umum.
Syarat pertama dan kedua adalah syarat subjektif karena
menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian , sedangkan
syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif karena menyangkut
objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi ,
perjanjian tersebut dapat dibatalkan, artinya salah satu pihak dapt
mengajukan pada pengaadilan untuk membatalkan perjanjian yang
disepakatinya tetapi dianggap sah. Adapun syarat ketiga dan
keempat tidak terpenuhi perjanjian tersebut batal demi hukum ,
artinya dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada.
c. Unsur-Unsur Perjanjian
Unsur-unsur perjanjian dapat dikategorikan sebagai berikut :3
a. Essentalia, yaitu unsur persetujuan yang tanpa itu persetujuan
tidak mungkin ada.
b. Naturalia, yaitu unsur yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai peraturan yang bersifat mengatur.
c. Accidentalia, yaitu unsur yang oleh para pihak ditambahkan dalam
persetujuan karena undang-undang tidak mengaturnya.
d. Bentuk Wanprestasi
2 Wawan Muhwan, Hukum Perikatan, pustaka setia,Bandung 2011, h.123.
3 R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung 1979, h. 50.
Sebagaimana yang kita ketahui wanprestasi adalah prestasi yang telah tidak dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh debitor, yaitu:4
a. Utang tidak dikembalikan sama sekali
b. Mengembalikan utang hanya sebagian
c. Mengembalikan utang tetapi terlambat waktunya
Akibat dari Wanprestasi yang ditimbulkan oleh pihak debitur, oleh karena itu
menimbulkan kerugian bagi kreditur. Maka debitur berkewajiban membayar ganti-
kerugian yang dialami oleh kreditur.
Dalam Pasal 1246 KUH Perdata, ganti kerugian itu terdiri atas 3 Bagian yaitu :
1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau ongkos-ongkos yang
nyata-nyata telah dikeluarkan oleh pihak.
2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang
kepunyaan satu pihak yang diakibatkan oleh pihak lainnya.
3. Bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh atau
diharapkan oleh kreditur apabila debitur tidak lalai.
2. JAMINAN KEBENDAAN
a. Definisi Jaminan
Jaminan kebendaan adalah jaminan yang objeknya berupa brang baik barang
bergerak maupun tidak bergerak yang khusus diperuntukkan untuk menjamin utang
debitor kepada kreditor apabila dikemudian hari utang tersebut tidak dapat dibayar oleh
debitor.5 Dengan adanya Jaminan kebendaan memberikan kepastian hukum kepada
kreditor. Jaminan kebendaan menurut Pasal 1131 KUH Perdata adalah:
4 Gatot Supramono, perjanjian utang piutang, kencana pranata media group, Banjarmasin,h 31.
5 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, kencana pranata media group, Banjarmasin,h 59
Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik
yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk
perikatan- perikatan perorangan debitur itu. Jika kekayaan debitur
tidak mencukupi untuk melunasi hutang-hutangnya, maka para
kreditur itu dibayar berdasarkan asas keseimbangan, yaitu masing-
masing memperoleh piutangnya seimbang dengan piutang kerditur
lain.
c. Jaminan Gadai
Pengertian Gadai berdasarkan Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer):6
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur, atau oleh
kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang memberi
wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya
dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain; dengan
pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas
tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya
penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu
diserahkan sebagai gadai dan yang harus didahulukan.
Dari perumusan Pasal 1150 KUH Perdata diatas dapat diketahui bahwa:
Gadai merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas kebendaan
bergerak tertentu milik debitur atau seorang lain atas nama Pemberi
Gadai untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu,
yang memberikan hak didahulukan (voorrang,prefensi) kepada
pemegang hak gadai atas penerima gadai lainya, setelah terlebih
dahulu didahulukan dari biaya untuk lelang dan biaya penyelamatan
barang-barang yang diambil dari hasil penjualan melalui pelelangan
umum atas barang-barang yang digadaikan.7
Selanjutnya ketentuan dalam Pasal 1152 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-undang
Hukum Perdata menyatakan, sebagai berikut:
a. Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang
bawa diletakkan dengan membawa barang gadainya dibawah
6 Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
7 Rachmadi Usman,Hukum Jaminan Keperdataan,sinar grafika, Jakarta, h. 105.
kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa
telah disetujui oleh kedua belah pihak.
b. Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan
tetap dalam kekuasaan si berutang atau si Pemberi Gadai, ataupun
yang kembali atas kemauan si berpiutang.
Dari ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
untuk terjadinya hak gadai atau sahnya suatu perjanjian gadai itu didasarkan kepada
penyerahan benda yang digadaikan ke dalam penguasaan penerima gadai atau pihak
ketiga yang ditunjuk bersama. Apabila benda yang digadaikan tetap berada di tangan
Pemberi Gadai ataupun dikembalikan oleh penerima gadai atas kemauannya, maka hak
gadainya tidak sah demi hukum. Walaupun kebendaan yang digadaikan berada dalam
penguasaan penerima gadai, namun penerima gadai tidak boleh menikmati atau
memanfaatkan kebendaan yang digadaikan tadi, karena fungsi gadai (barang yang
digadaikan) hanyalah sebagai jaminan pelunasan hutang yang jika Pemberi Gadainya
wanprestasi dapat digunakan sebagai pelunasan hutangnya.
Penyerahan benda-benda yang digadaikan kepada penerima gadai dimaksudkan
bukan merupakan penyerahan yuridis, bukan penyerahan yang mengakibatkan penerima
gadai menjadi pemilik dan karenanya penerima gadai dengan penyerahan tersebut tetap
hanya berkedudukan sebagai pemegang saja.8 Disini keadaan penerima gadai yang
piutangnya dijamin, terhadap perbuatan Pemberi Gadai terjamin, karena penerima gadai
yang menguasai bendanya jaminan.9
8 J.Satrio, Hukum Jaminan,Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, h. 93.
9 Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1989. h. 77.
d. Obyek dan Subyek Gadai
Menurut Pasal 1131 maka yang dimaksud dengan jaminan adalah: meliputi seluruh
kekayaan debitur yang sudah ada mupun yang baru akan ada dikemudian hari, sehingga
tanpa harus diperjanjikan secara khusus, benda-benda tersebut telah menjadi jaminan
bagi seluruh hutang-hutang debitur.10
Selanjutnya Pasal 1132, disimpulkan bahwa
kedudukan pihak pemberi pinjaman dapat dibedakan atas dua golongan yaitu, (1) yang
mempunyai kedudukan berimbang sesuai dengan piutang masing-masing: dan (2) yang
mempunyai kedudukan didahulukan dari pihak pemberi pinjaman yang lain berdasarkan
suatu peraturan perundang-undangan.11
Obyek gadai adalah Benda bergerak baik bertubuh maupun tidak
bertubuh. Sedangkan subyek gadai adalah sebagai berikut: 12
a. dari segi individu, yang menjadi subyek adalah setiap orang (pasal
1129 KUHPerdata)
b. para pihak, yang menjadi subyek gadai adalah:
1. pemberi gadai atau debitur
2. penerima gadai atau kreditur
3. pihak ketiga yaitu orang yang disetujui oleh pemberi gadai dan
penerima gadai untuk memegang benda gadai sehingga disebut
pemegang gadai.
e. Terjadinya Gadai
Untuk terjadinya hak gadai, harus memenuhi unsur mutlak, yaitu:13
10
Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 11
M. Bahsan, Hukum Jaminan Dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Raja grafindo persada, Jakarta,
2010 h.10. 12
Henny tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang Dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, refika
aditama, 2012,Surabaya, h.75
Timbulnya hak gadai pertama-tama karena diperjanjikan perjanjian
tersebut memang dimungkinkan berdasarkan ketentuan Pasal 1132
Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan dipertegas dalam Pasal
1133 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan
bahwa hak untuk didahulukan diantara orang-orang berpiutang terbit
dari hak-hak istimewa, hak gadai, dan hipotik. Kemudian
Penyerahan benda yang digadaikan dari tangan Pemberi Gadai
kepada penerima gadai.
Dengan berarti bahwa, bendaan gadainya harus berada di bawah penguasaan
penerima gadai, sehingga perjanjian gadai yang tidak dilanjutkan dengan penyerahan
benda gadai kepada penerima gadai, berarti hak gadai tersebut tidak sah atau bukan suatu
gadai, karena tidak melahirkan hak gadai.
f. Kewajiban dan Hak Penerima dan Pemberi Gadai 14
1. pemberi gadai diwajibkan mengganti kepada kreditur segala biaya
yang berguna dan perlu, yang telah dikeluarkan oleh pihak yang
tersebut belakangan guna keselamatan barang gadainya
2. penerima gadai bertanggung jawab untuk
a. Hilangnya atau kemorosotan barangnya sekedar itu telah terjadi
kelalaiannya
b. Harus memberi tahukan pemberi gadai, jika benda gadainya dijual
c. bertanggung jawab terhadap penjualan benda gadai
3. hak penerima gadai yaitu:
a.) Penguasaan benda gadai, namun tidak mempunyai hak untuk
memiliki benda gadai
b.) Dalam hal debitur wanprestasi, untuk menjual dengan kekuasaan
sendiri (parate eksekusi), sehingga hak untuk penjualan benda gadai
tidak diperlukan adanya titel eksekutorial.
c.) Menjual benda gadai denga perantara hakim, dimana kredirur
dapat memohon pada hakim untuk menentukan cara penjualan benda
gadai
d.) Mendapat ganti rugi berupa biaya yang perlu dan berguna yang
telah dikeluarkan guna keselamatan barang gadai
e.) Retensi(menahan)benda gadai, bilamana selama utang pokok,
bunga, dan ongkos-ongkos yang menjadi tanggungan belum dilunasi
maka si berutang tidak berkuasa menuntut pengembalian benda gadai
f.) Untuk didahulukan pelunasan piutangnya terhadap kreditur
lainnya, hal tersebut diwujudkan melalui parate eksekusi .
13
Rachmadi Usman, Op.Cit., h. 122. 14
Henny tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang Dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, refika
aditama, 2012,Surabaya, h.76.
h. Larangan Penerima Gadai
4. larangan
Penerima gadai tidak diperkenankan untuk memiliki atau menjadi pemilik atas benda
yang digadaikan. 15
Dalam pasal 1154 KUHPerdata menyatakan dalam hal debitur
atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajiban, kreditur tidak
diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan itu menjadi miliknya. Segala
persyaratan perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan ini batal.16
i. Hapusnya Gadai17
1. Apabila benda gadai dikeluarkan dari kekuasaan penerima gadai
dan kembali ke tangan pemberi gadai
2. Manakala utang pada perikatan pokok telah dilunasi semuanya
3. Hilangnya atau dicurinya benda gadai dari penguasaan pemegang
gadai, maka pemberi gadai berhak menuntutnya kembali berdasarkan
pasal 1977 ayat 2 KUHPerdata . sedangkan apabila barang gadai
didapatnya kembali, hak gadai dianggap tidak pernah telah hilang.
4. Dilepasnya benda gadai secara sukarela oleh pemegang atau
penerima gadai. Apabila oleh para pihak telah diperjanjikan lain,
maka si berpiutang adalah berhak jika si berutang atau pemberi gadai
bercedera janji, setelah tenggang waktu yang telah ditentukan suatu
tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu peringatan untuk
membayar , menyuruh menjual barang gadainya di muka umum
menurut kebiasaan-kebiasan setempat serta atas syarat-syarat yang
lazim berlaku , dengan maksud untuk mengambil pelunasan
sejumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan
penjualan tersebut. , tetapi memperjanjikan cara penjualan lain
daripada penjualan dimuka umum tidak diperkenankan.18
15
Henny tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang Dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, refika
aditama, 2012,Surabaya, h.76. 16
pasal 1154 KUHPerdata 17
Henny tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang Dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, refika
aditama, 2012,Surabaya, h.78. 18
J.satrio,Hukum Jaminan dan hak kebendaan,Citra aditya bakti, bandung, 2008, h.136.
3. PELAKSANAAN EKSEKUSI JAMINAN GADAI.
a. Timbulnya Hak Penerima gadai Melakukan Eksekusi
Mengenai dasar alasan penerima gadai melakukan eksekusi, diatur dalam Pasal
1155 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu:19
1. Pemberi gadai cidera janji melaksanakan kewajibannya dalam
tenggang waktu yang ditentukan dalam Perjanjian; atau
2. Apabila tenggang waktu pemenuhan kewajiban tidak
ditentukan dalam perjanjian, pemberi gadai dianggap melakukan
cidera janji memenuhi kewajibannya setelah ada peringatan untuk
membayar.
Demikian pedoman menentukan cidera janji yang diatur dalam Pasal 1155 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata tersebut. Apabila ketentuan ini terpenuhi, barulah timbul
hak penerima gadai melakukan eksekusi.
Penjualan barang gadai sebagaimana maksud dan tujuan dibuatnya jaminan utang,
tidak lain barang jaminan digunkan untuk pelunasan utang, ketika debitur wanprestasi
atas utangnya. Barang jaminan akan dilakukan pelelangan dan hasilnya untuk
pembayaran utang. Untuk penjualan barang yang digadaikan, terdapat dua cara yang
dapat ditempuh oleh kreditur yaitu: 20
a. Dengan menyuruh debitur menjual barang tersebut dimuka
umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta syarat yang
lazim berlaku. Pasal 1155 KUHPerdata menyakatan bahwa apabila
oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain , maka kreditur berhak
menjual barang gadai di muka umum.
19
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia, 1989, Jakarta,
h.218. 20
Gatot supramono, Perjanjian Utang Piutang, charisma putra utama, Jakarta, 2013. h.71.
Kewenangan untuk menjual atas kekuasaan sendiri pada gadai timbul karena ditetapkan
oleh undang-undang21
b. Kreditur dapat menuntut melalui perkara perdata di pengadilan
negeri supaya barang tersebut dijual menurut cara ditetapka oleh
hakim. Pasal 1156 KUHPerdata menyatakan bahwa bagaimanapun
apabila debitur atau pemberi gadai cedera janji , kreditur dapat
menuntut di muka umum supaya barangnya gadai dijual menurut
cara yang ditentukan oleh hakim untuk melunasi utang beserta
bungan dan biaya ataupun hakim, atas tuntutan kreditur, dapat
mengabulkan bahwa barang gadainya akan tetap pada kreditur untuk
suatu jumlah yang akan ditetapkan dalam putusan hingga sebesar
utangnya beserta bunga dan biaya. Tentang hal penjualan barang
gadai dalam hal-hal tersebut dalam pasal ini dan dalam pasal yang
lalu, kreditur diwajibkan untuk memberitahu pemberi gadai,
selambat-lambatnya pada hari yang berikutnya apabila ada seuatu
perhubungan pos harian ataupun suatu perhubungan telegraf, atau
jika tidak demikian halnya dengan pos yang berangkat pertama.
Untuk penjualan barang sebagaimana dalam huruf a diatas dengan
yang melaksanakan penjualan secara lelang. Debitur meminta
bantuan kantor lelang untuk melelang barang yang digadaikan. hasil
lelang dibayarkan debitur secara langsung kepada kreditur sesuai
dengan besar uang yang harus dibayar. Kemudian mengenai cara
penjuan sebagaimana dalam huruf b, kreditur mengajukan gugatan
perdata ke pengadilan negeri dengan sengketa utang piutang.
b. Pengertian eksekusi barang gadai 22
Eksekusi jaminan gadai adalah penjualan barang dimuka umum atau terbuka
untuk umum, sehingga hasil penjualannya juga diketahui oleh umum. Tujuan penjualan
dimuka umum untuk menghindari penjualan dibawah tangan atau secara sembunyi-
sembunyi yang berakibat merugikan pihak tereksekusi.
c. Tata Cara Eksekusi.
Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1155 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata mengenai pelaksanaan eksekusi atas barang gadai, telah ditentukan dengan cara
dan bentuk tertentu.
21
Ny. Sri soedewi Masjchon sofwan, Hukm Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan Dan
Jaminan Perseorangan, liberty, Yogyakarta,1980.h.32. 22
Gatot supramono, perjanjian utang piutang , charisma putra utama, Jakarta, h.174.
1. Menjual Barang Gadai di Muka Umum Cara ini merupakan ketentuan dasar atas
eksekusi barang gadai:
a. Penjualan dilakukan di muka umum;
b. penjualannya, menurut kebiasaan setepat;
c. Sesuai dengan syarat-syarat yang lazim berlaku;
d. Dari hasil penjualan, penerima gadai mengambil pelunasan meliputi Jumlah
utang pokok, Bunga, Biaya yang timbul dari penjualan.
B. HASIL PENELITIAN
1. Perjanjian Gadai
Berdasarkan hasil penelitian penulis di Pasar Salak Banjarnegara serta hasil
wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Pemberi Pinjaman Perseorangan bagi
Pedagang yang sering disebut “dol duit”23
, pengusaha ini berdiri sendiri tanpa badan
hukum. Dalam hal ini maka penulis dapat mengemukakan bahwa dalam setiap
memberikan kredit kepada nasabahnya Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang
(penerima gadai) sering menghadapi suatu resiko yaitu tidak kembalinya uang yang
dipinjamkan pada nasabah (Pemberi Gadai). Maka dari itu keadaan nasabah harus diawasi
terus menerus mulai pada saat pinjaman diberikan sampai kredit lunas.
Di Pasar Salak terdapat pengusaha”dol duit” ada 17 orang24
sementara pedangang
yg meminjam ada banyak karena hampir 75% pedagang “beli duit” kepada pengusaha
“dol duit”.25
Sebagian dari pedagang tersebut berusaha di Pasar Salak sebagai agen salak,
pedagang salak, pedagang kranjang salak, pedagang bakso, pedagang sayuran, pedagang
sembako, sebagai parsortir salak(bekerja memisahkan salak yang busuk dan tidak
busuk),dan pedagang bubur. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang salak. Dari data
tersebut penulis mengumpulkan sampel secara porposif yaitu sampel yang dipilih dengan
tujuan mengumpulkan sampel yang pernah meminjam “beli duit” kepada penguasaha “dol
duit” dengan menggunakan barang gadai dan sebagian dari mereka (Pemberi Gadai) ada
yang macet angsurannya (cicilan) dan antara Pemberi Gadai dan penerima gadai membuat
kesepakatan cara pengeksekusian barang gadai tersebut.
23
“dol duit” ungkapan para pedagang kepada Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang 24
Wawancara dengan Rizal Silalahi pengusaha “dol duit” Pasar Salak Banjarnegara , 6 februari 2016. 25
Wawancara dengan Panji, agen salak “beli duit” Pasar Salak Banjarnegara 6 februari 2016.
a. Tentang Responden26
1.responden dol duit27
Tabel 1.
Identitas Penerima Gadai
No Nama penerima gadai Jenis kelamin Usia Lama
bekerja
1 Rizal silalahi Laki-laki 32 tahun 5 tahun
2 Sanny perempuan 26 tahun 6 tahun
3 Jhon damanik Laki-laki 22 tahun 4 tahun
4 Darmo manurung Laki-laki 47 tahun 14 tahun
5 Febriana malau perempuan 21 tahun 1 tahun
6 Renta sinaga perempuan 21 tahun 3 tahun
7 Kitini turnip perempuan 35 tahun 10 tahun
8 Edor sihaloho Laki-laki 32 tahun 7 tahun
9 Desi sinaga Perempuan 40 tahun 6 tahun
10 Hotma simbolon Perempuan 24 tahun 2 tahun
11 Riky tambunan Laki-laki 27 tahun 1 tahun
12 Frengky sihaloho Laki-laki 28 tahun 6 tahun
13 Yuyun sidabutar Perempuan 21 tahun 1 tahun Sumber: Wawancara dengan responden dol duit (Rizal Silalahi, Sanny, Jhon damanik, Darmo
manurung, Febriana malau, Renta sinaga, Kitini turnip, Edor sihaloho, Desi sinaga,
Hotma simbolon, Riky tambunan, Frengky Sihaloho, Yuyun sidabutar) di Pasar Salak
Banjarnegara, 27 februari 2016.
Dari tabel di atas nampak dari 13 responden, 7 perempuan dan 6 laki-laki dengan usia
termuda 21 tahun dan usia tertua 47 tahun, dan terpendek waktu bekerja pemberi
pinjaman 1 tahun dan yang paling lama adalah 14 tahun.
26
Wawancara dengan Para Pemberi Pinjaman Perseorangan (Penerima Gadai) kepada Para Pedang
(Pemberi Gadai) di Pasar Salak Banjarnegara , 27 februari 2016. 27
Wawancara dengan responden dol duit (Rizal Silalahi, Sanny, Jhon damanik, Darmo manurung, Febriana
malau, Renta sinaga, Kitini turnip, Edor sihaloho, Desi sinaga, Hotma simbolon, Riky tambunan, Frengky
Sihaloho, Yuyun sidabutar) di Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016.
1. Responden beli/tuku duit28
Tabel 2.
Identitas Pemberi Gadai
No Nama
Pemberi
Gadai
Jenis
kelamin
Jenis dagangan
atau pekerjaan
Lama
berdagang
atau lama
bekerja
Pinjam ke berapa
orang
1. Waliah perempuan Persortir salak
(pekerja
memisahkan
salak busuk dan
baru)
7 tahun 3 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
2. Amin Laki-laki Jual gorengan 5 tahun 3 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
3. Siti perempuan Pedagang salak 3 tahun 1 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
4. Musliah perempuan Pedagang
keranjang salak
8 tahun 1 orang orang
Pemberi Pinjaman
Perseorangan
5. Panji Laki-laki Agen salak 10 tahun 2 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
6. Supriyati perempuan Pedagang
sembako
4 tahun 2 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
7. Tini perempuan Pedagang salak 3 tahun 4 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
8 Yati perempuan Pedagang
sembako
5 tahun 1 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
9 Busam Perempuan Pedagang salak 3 tahun 2 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
10 Tiwi Perempuan Pedagang salak 6 tahun 2 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
28
Wawancara dengan Responden beli/tuku duit (Waliah, Amin, Siti, Musliah, Panji, Supriyati, Tini, Yati,
Busam, Tiwi, Siras, Poniman, Sutirah, Eko, Munaroh, Salim, Hartanto, Mulyadi, Yuni, Karso) di Pasar Salak
Banjarnegara, 27 februari 2016.
11 Siras Perempuan Pedagang
sayuran
2 tahun 1 orang pengusaha
pemeberi pinjaman
12 Poniman Laki-laki Pedagang
keranjang salak
6 tahun 3 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
13 Sutirah Perempuan Pedagang salak
14 Eko Laki-laki Agen salak 4 tahun 2 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
15 Munaroh perempuan Persortir salak
(pekerja
memisahkan
salak busuk dan
baru)
3 tahun 2 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
16 Salim Laki-laki pedagang bakso 4 tahun 2 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
17 Hartanto Laki-laki Pedagang salak 6 tahun 3 orang Pemberi
Pinjaman
Perseorangan
18 Mulyadi perempuan Persortir salak
(pekerja
memisahkan
salak busuk dan
baru)
3 tahun 1 orang pengusaha
pemeberi pinjaman
19 Yuni Perempuan Pedagang salak 4 tahun 1 orang pengusaha
pemeberi pinjaman
20 Karso Laki laki Agen salak 5 tahun 2 orang pengusaha
pemeberi pinjaman Sumber: Wawancara dengan Responden beli/tuku duit (Waliah, Amin, Siti, Musliah, Panji, Supriyati,
Tini, Yati, Busam, Tiwi, Siras, Poniman, Sutirah, Eko, Munaroh, Salim, Hartanto, Mulyadi,
Yuni, Karso) di Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016
Dari tabel diatas nampak Tini sebagai responden yang paling banyak meminjam
uang kepada Pemberi Pinjaman Perseorangan / penerima gadai.
2. Syarat Sebagai Peminjam.
Syarat yang harus dipenuhi Pemberi Gadai sebagai peminjam uang dalam hal
meminjam uang kepada para penerima gadai:
1. Harus sebagai Pedagang atau pekerja di dalam pasar salak, ini sebagai syarat
utama. Mengapa sebagai syarat utama karena:
a. Mempermudah dalam memantau ataupun mengawasi keberadaan para
pedagang sebagai peminjam. Karena Penerima gadai tidak perlu mencari
informasi terlalu mendalam tentang keberadaan ataupun keberadaan calon
nasabahnya. Karena berada dalam suatu kawasan yang sama sehingga
mereka antara pedagang dengan pemberi pinjaman sudah saling mengenal
sehingga itu mempermudah pengenalan lebih baik
b. Mempermudah dalam melakukan transaksi baik melakukan peminjaman,
atau pembayaran kredit atau cicilan, karena masih dalam area lingkup
kerja Penerima gadai yang berada dalam kawasan pasar sehingga apabila
ada calon nasabah yang memerlukan pinjaman maka dapat segera
menemuinya di pasar secara langsung.
c. Mempermudah dalam melakukan penagihan apabila dikemudian hari
Pemberi Gadai atau nasabahnya melakukan wanprestasi untuk membayar
cicilan kredit ataupun pelunasan pinjamanya.
2. Pedagang yang sudah lama bekerja dan menetap sebagai pedagang di pasar
Salak Banjanegara, dan bukan pedagang sementara. Syarat ini untuk
menghindari kemacetan kredit yang disebabkan oleh pedagang-pedagang yang
tidak beritikat baik yang berdagang hanya sementara seperti hanya pada saat
natal, lebaran ataupun musim panen tertentu.
3. Prosedur Peminjaman29
a. Prosedur Peminjaman Uang Untuk Pertama kali.
1. Peminjam datang ke pemilik duit dan menunjukkan kartu identias KTP
2. Tanya jawab soal tempat jualannya di mana
3. Tanya jawab besaran pinjaman dan sistem pengebalian
4. Menunjukan barang jaminan
5. Perjanjian dilakukan secara lisan jika sudah setuju
6. Penyerahan barang jaminan setelah sepakat saat itu juga
b. Prosedur peminjaman ke dua kali dan seterusnya tetapi utang/pinjaman yang
sebelumnya belum lunas (penambahan jumlah pinjaman). Prosedur permohonan ini
berbeda dengan permohonan awal pinjaman. Untuk prosedurnya adalah :30
1) Untuk sistem peminjaman secara per minggu / perbulan / (Sebrangan).
a. Permohonan secara lesan.
Permohonan ini hanya bersifat pemberitahuan kepada Penerima gadai atas
keinginan dari Pemberi Gadai untuk menambah jumlah pinjamannya.
Penambahan jumlah ini akan diperhitungkan oleh Penerima gadai berapa
jumlah maksimal yang bisa ditambahkan kepada Pemberi Gadai dengan
29
Wawancara dengan Rizal Silalahi selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang Pasar Salak
Banjarnegara, 6 februari 2016. 30
Wawancara Sanny selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang Pasar Salak Banjarnega, 8
februari 2016.
memperhitungkan jumlah taksiran barang gadai dikurangi dengan
utangnya maka dapat diketahui jumlah maksimal yang bisa diberikan
kepada Pemberi Gadai.
Namun apabila ingin menambahkan jumlahnya yang sudah
melebihi dari jumlah taksiran harga barang yang dijaminkan, maka
Pemberi Gadai dapat memberikan barang lain yang dapat dijadikan
sebagai jaminan tambahan, biasa sesuai dengan jumlah pinjamannya.
Segala sesuai yang di perjanjikan antara pemberi gadai dan menerima
gadai secara lisan. Setelah melakukan permohonan secara lesan dan
apabila Penerima gadai menyetujui maka langsung dapat diberikan
pinjaman tanpa adanya proses lainya seperti pembuatan perjanjian
kembali.
2) Untuk sistem pinjaman dengan cicilan 24 hari atau 30 hari
Untuk sistem pinjaman dengan cicilan 24 hari atau 30 hari (Cicilan) ini
menggunakan sistem yang berbeda dengan sistem biasa yang per minggu /
perbulan / (Sebrangan) karena sistem ini memang dikhususkan untuk
menambahkan jumlah pinjaman dikemudian hari sebelum cicilannya selesai.
Sistemnya pun berbeda yaitu Pemberi Gadai dapat menambah
pinjaman atau mengulangi sejumlah pinjaman yang sama seperti pertama
meminjam pada waktu utangnya belum lunas atau cicilanya belum terpenuhi
semuanya. Sistem ini mereka menyebut dengan “Manutup”.31
Sehingga
dengan sistem ini Pemberi Gadai akan mendapatkan sejumlah uang yang
31
“Manutup” adalah proses pengakhiran/pelunasan uang pinjaman seolah-olah sudah dibayar dengan
pengembalian cicilan kesemula baik 24/30 hari sehingga Pemberi Gadai mendapatkan uang pinjaman lagi dengan
cicilanya kembali dari awal dan dianggap belum mencicil utangnya satupun.
didapat dari jumlah pinjaman yang akan dipinjam dikurangi dengan jumlah
sisa cicilanya. Misalnya adalah seorang Pemberi Gadai yang pada waktu
pertama kali meminjam Rp. 1000.000,- dengan cicilan 24 hari dengan cicilan
Rp.5.0000 per hari, dan Pemberi Gadai sudah mencicil sebanya 14 hari
sehingga sisa cicilanya adalah 10 hari lagi dengan jumlah per harinya
Rp.5.0000 maka totalnya adalah Rp.500.000 jadi kalau Pemberi Gadai ingin
“menutup” cicilanya dengan jumlah pinjaman yang mau dipinjam adalah
Rp.1000.000 maka Penerima gadai hanya memberikan Rp.50.000 lagi karena
dipotong jumlah cicilan dari Pemberi Gadai yang masih belum lunas.32
Sedangkan untuk prosedur permohonanya hampir sama dengan sistem yang
lain yaitu Setelah melakukan permohonan secara lesan dan apabila Penerima
gadai menyetujui maka langsung dapat diberikan pinjaman (pencairan dana)
tanpa adanya proses lainya atau pembuatan perjanjian kembali.
2. Barang obyek gadai
Emas menjadi prioritas utama bagi pemberi pinjaman (Penerima gadai) dalam
memberikan pinjaman.Apabila Pemberi Gadai memberikan jaminan gadainya berupa
emas, sebagian besar permohonan pinjaman uang dapat dikabulkan oleh Penerima gadai.
Untuk emas sendiri ada kriteria yang ditetapkan batasan maksimalnya yaitu :33
32
Wawancara Sanny selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang Pasar Salak Banjarnegara, 8
februari 2016. 33
Wawancara dengan Darmo Manurung selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang, Pasar
Salak Banjarnegara, 3 oktober 2015.
Tabel.334
Data Taksiran Harga Emas dan Jumlah Maksimal Pinjaman
No Harga emas Jumlah maksimal pinjaman
1. < Rp. 1.000.000 < Rp.750.000
2. Rp. 1.000.000 - < Rp. 2.000.000 < Rp. 1.500.000
3. Rp.2.000.000 – < Rp.5.000.000 < Rp. 3.000.000
4. Rp.5.000.000 – < Rp. 10.000.000 < Rp. 7.500.000
5. Rp.10.000.000 - < Rp. 25.000.000 < Rp. 15.000.000
6. >Rp.25.000.000 < Rp. 20.000.000
Sumber:” Wawancara dengan Darmo Manurung selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi
Pedagang, Pasar Salak Banjarnegara, 3 oktober 2015.
Selain emas sebagai barang jaminan juga barang-barang elektronik dengan jenis yang
bervariasi , namun yang lebih sering dan dapat diterima yaitu barang-barang elektronik yang
bernilai tinggi yaitu dapat berupa Handphone dan Laptop, karena mudah dibawa dan
harganyapun mudah ditafsirkan. Apabila Penerima gadai atau Pemberi pinjaman merasa bahwa
calon nasabah tersebut layak atau dapat mendapatkan pinjaman maka pemberi pinjaman akan
memberikan syarat dan ketentuan dalam pinjam-meminjam uang yang berlaku pada calon
nasabah.
a. Penentuan syarat-syarat dalam perjanjian pinjam-meminjam uang ini yaitu :
i. Barang gadaian berada di tangan penerima gadai selama utang atau uang pinjaman
beserta kewajiban-kewajiban yang timbul karena utang tersebut belum dilunasi oleh
34
Wawancara dengan Darmo Manurung Selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang, Pasar Salak
Banjarnegara, 3 oktober 2015.
Pemberi Gadai, meskipun Pemberi Gadai telah melunasi sebagian dari utangnya
kepada Penerima gadai.
ii. Jangka waktu pengembalian harus tepat waktu. Untuk jangka waktu dari perjanian
pinjam-meminjam uang (Pemberi Gadainya) berbeda-beda Pemberi Gadai sendiri
diminta untuk memilih sistem yang bagaimana.
3. Sistem Peminjaman
Tabel 4
Sistem Pinjamanan35
No Sistem
peminjama
n
Bunga Obyek Gadai Cara pembayaran/
pelunasan
Jangka waktu
1. Perhari 3-5 %
/hari
Emas atau
elektorik
Keesokan harinya
harus dilunasi
beserta bunganya
1 hari
2. Perminggu/
Sebrangan,
5-10%
/mingg
u
Emas atau
elektorik
Setelah 1 minggu
pinjam,dikembalika
n Bunga beserta
uang pokoknya.
1 minggu, tetapi
bisa menjadi tidak
terbatas.
3. Perbulan 10-
15%
/perbul
annya
Emas atau
elektorik
Bunga beserta uang
pokok
dikembalikan
Tidak terbatas
jangka waktunya,
selama tiap
bulannya Pemberi
Gadai memberikan
bunga sampai
modal uang
pokoknya
dikembalikan
4. Kredit 24
/30 hari
20-
25%
Emas atau
elektorik
Uang pokok+
bunga di jumlah,
dan dicicil setiap
harinya sampai 24
atau 30 hari.
24 atau 30 hari
Sumber: wawancara dengan jhon dhamanik Pengusaha”Dol Duit” (Penerima Gadai), Pasar Salak
Banjarnegara, 6 februari 2016. Dari table diatas nampak bahwa ada beberapa sistem pinjaman dengan besaran bunga
digantungkan pada tawar menawar dan kesepakatan antara penerima gadai dan Pemberi
Gadai.
35 Wawancara dengan Jhon dhamanik Pengusaha”Dol Duit” (Penerima Padai), Pasar Salak Banjarnegara, 6
februari 2016.
Berikut keterangan system pinjaman:
a) Sistem pinjaman dengan bunga per Hari.
Untuk sistem bunga per hari maka pinjamannya adalah hanya 1 hari saja
sejak dipinjam. Biasanya ini adalah kebutuhan bagi para agen besar yang
kurang modal untuk memasok/membeli barang dagangan yang besar sehingga
membutuhkan dana secepatnya. Untuk itu para juragan ini hanya meminta 1
hari saja, setelah itu besoknya akan dikembalikan uang pinjaman yang sering
disebut dengan “modal/pokok” beserta dengan bunganya.
b) Sistem pinjaman dengan bunga per minggu/sebrangan
Untuk sistem ini maka Pemberi Gadai harus menyerahkan bunga dari uang
pinjamanya per minggu. Bunga tidak akan berhenti selama utang atau pinjaman
uang pokok belum dikembalikan. Jadi utang atau modal akan tetap sebesar jumlah
pinjaman dari awal jika hanya membayar bunganya per minggu.
Sistem ini biasanya dipakai oleh para pedagang salak, dan “parbeceran”36
pagi. Seperti yang diungkapkan oleh Tini seorang pedagang “parbeceran” yang
meminjam uang dengan sistem per minggu. Dia mengatakan bahwa “ bila per
minggu tidak repot, hanya seminggu sekali, tidak tiap hari seperti harian/cicila
dan bunganya tidak terlalu berat. Karena saya hanya penjual salak keliling, bila
pake pinjaman harian nanti uangnya malah nyetor ke dool duit malah kerubur
habis nyicil kan saya tidak sanggup.37
c) Sistem pinjaman per bulan.
36
“Parbeceran” adalah istilah yang digunakan bagi pedagang yang datang pagi-pagi kepasar untuk belanja dan
hanya belanja salak dan menjualkan dagangan belanjanya itu keluar wilayah pasar salak yaitu ke desa-desa. 37
Wawancara dengan Tini selaku Pedagang Parbeceran, Pasar salak Banjarnegara, 8 februari 2016.
Untuk sistem per bulan ini lebih panjang waktunya yaitu untuk
pengembalian pinjaman beserta bunganya jangka waktu dari hari peminjaman
adalah 1 bulan lamanya. Dengan syarat yang harus dipenuhi dalam sistem ini
yaitu:
1. Pemberi gadai yang boleh menggunakan sistem ini adalah pemberi gadai
tetap dan sebelumnya sudah pernah atau lama meminjam dari penerima
gadai. Hal ini menjadi semacam bonus bagi pemberi gadai lama yang setia
pada penerima gadai sebagai nasabahnya.
2. Selama meminjam uang pemberi gadai tidak pernah membuat masalah
seperti jangka waktu pengembalian kurang tepat waktu, kurang bunganya,
atau sama sekali tidak memberikan bunga atau segala prestasinya
dipenuhi. .
3. Minimal dari pinjaman perbulan ini adalah 5 juta rupiah.
4. Pemberian sistem ini tergantung dari jumlah kisaran harga barang jaminan
yang akan digadaikan.
5. Jaminan Barang gadai yang boleh dijaminkan hanyalah emas tidak boleh
barang elektronik.
6. Pinjamannya maksimal 3 bulan dengan tetap per bulan membayar bunga,
beserta uang pokoknya.38
d) Sistem pinjaman dengan cicilan per 24 hari atau 30 hari.
38
Wawancara dengan Jhon damanik Selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang Pasar salak
Banjarnegara, 6 februari 2016.
Sistem ini berbeda dengan sistem yang dijelaskan sebelumnya. Sistem ini
dengan tenggang waktu pembayaranya adalah per 24 hari atau 30 hari. Jadi perhari
membayar uang yang ditentukan dan sudah termasuk bunganya beserta modal atau
uang pokok yang dipinjam dari awal. Jadi setelah membayar atau mengkredit uang
yang ditentukan selama 24 kali maka utang atau uang pinjaman lunas dan barang
gadaian dapat diminta kembali oleh Pemberi Gadai. Sistem cicilan ini lebih banyak
diminati oleh para pedagang, karena sistem ini lebih mempermudah mereka untuk
membayar uang moadal beserta bunganya. Jadi para pemberi gadai tidak terlalu
terjerat dengan utang. Karena pelunasanya sudah beserta dengan bunganya.
Untuk sistem yang menggunakan hitungan perhari, perminggu, atau perbulan
disebut dengan istilah “Sebrangan”, sedangkan untuk cicilan per 24 haridan 30 hari,
digunakan istilah “manisil”. Untuk sistem sebrangan dan manisil ini ada kelebihan dan
kekurangannya, sehingga sistemnya tergantung dari kebutuhan dan kemampuan dari
para pemberi gadai. bila untuk sistem manisil ini sama dengan sistem dari kredit pada
dasarnya seperti biasa yang dilakukan oleh koperasi.
Tabel 5.
Realisasi Sistim Peminjam39
No Pembe
ri
Gadai
Penerim
a gadai
Jumlah
pinjaman
Jaminan gadai Besa
r
bung
a
System
pinjaman
Lama pinjaman
1 Siti Rizal
silalahi
Rp.2.000.
000
Emas seharga
-+
Rp.4.000.000
5 % Permingg
u
/sebrangan
Berjalan 2 bulan
sampai sekarang
2 Tini Sanny Rp.3.000.
000
Emas seharga
-+
Rp.5.000.000
5% Permingg
u/
sebrangan
Berjalan 1 bulanan
Pemberi Gadai
memberikan bunga,
dan macet 3 minggu
3 Walia
h
Jhon
damanik
Rp.2.00.
000
Hp seharga -+
Rp.5.00.000
20% 24 hari berjalan 10 hari dan
masih sisa 14 cicilan
lagi
4 Panji Darmo
manurun
g
Rp.10.000
.000
Emas seharga
Rp.12.000.00
0
3% 1 hari Sudah lunas
5 Supriy
anti
Febriana
malau
Rp.1.000.
000
HP seharga -
+Rp.1500.000
.
5% Sebrangan
/
perminggu
berjalan 2 minggu
dan macet 4 minggu
6 Muslia
h
Renta
sinaga
Rp.500.
000
Emas seharga
-
+Rp.2.000.00
0
25% 30 hari Berjalan dicicil 20
kali, cicil tinggal 10
kali lagi
7 Amin Kitini
turnip
Rp.5000.0
00
Emas seharga
-+
Rp.7.000.000
12% Sebrangan
per bulan
berjalan 2 bulan
sampai sekarang
8 Yati Hotma
simbolo
n
Rp.2000.0
00
Emas seharga
Rp.5000.000
12% Sebrangan
per bulan
berjalan 1 bulan
sampai sekarang
9 Busam Rizal
silalahi
Rp.1000.0
00
Emas seharga
Rp.2500.000
25% 30 hari Telah dicicil 15 kali,
cicil tinggal 15 kali
lagi
10 Tiwi Yuyun
sidabuta
r
Rp.2000.0
00
Emas seharga
Rp. 3.450.000
20% 24 hari Telah dicicil 13 kali,
cicil tinggal 11 kali
lagi
11 Siras Desi
sinaga
Rp.700.
000
Emas seharga
Rp.1.200.000
5 % Permingg
u
Berjalan 2 bulan ,
macet 3 minggu
39
Wawancara dengan Responden beli/tuku duit (Waliah, Amin, Siti, Musliah, Panji, Supriyati, Tini, Yati,
Busam, Tiwi, Siras, Poniman, Sutirah, Eko, Munaroh, Salim, Hartanto, Mulyadi, Yuni, Karso), Pasar Salak
Banjarnegara pada tanggal 27 februari 2016.
/sebrangan
12 Ponim
an
Jhon
malau
Rp.500.
000
Hp seharga
Rp. 1.400.000
20% 24 hari Telah dicicil 5 kali,
cicil tinggal 19 kali
lagi
13 Eko Edor
haloho
Rp.2.000.
000
Laptop
seharga
Rp.3.000.000
3% 1 hari Sudah lunas
14 Mulya
di
Riky
tambuna
n
Rp.400.
000
Hp seharga
Rp.1000.000
25% 30 hari Telah dicicil 16 kali,
cicil tinggal 14 kali
lagi
15 Munar
oh
Frengki
sihaloho
Rp.3000.0
00
Emas seharga
Rp. 5500.000
25% 30 hari Telah dicicil 23 kali,
cicil tinggal 7 kali
lagi
16 Salim Darmo
manurun
g
Rp.3000.0
00
Rp.3000.000 12% Sebrangan
per bulan
berjalan 3 bulan
sampai sekarang
17 Hartan
to
Kitini
turnip
Rp.700.
000
Hp seharga
Rp.1800.000
25% 30 hari Telah dicicil 20 kali,
cicil tinggal 5 kali
lagi, tp macet sudah
2 hari
18 Yuni Darrmo
manurun
g
Rp.3000.0
00
Emas seharga
Rp.5.300.000
25% 30 hari Telah dicicil 19 kali,
cicil tinggal 11 kali
lagi
19 Karso Rizal
silalahi
Rp.1000.0
00
Emas seharga
Rp.2200.000
20% 24 hari Telah dicicil 17
kali, cicil tinggal 7
kali lagi
20 Sutira
h
Frengki
sihaloho
Rp.1.500.
000
Laptop
seharga
Rp.3.500.000
5% Sebrangan
per
mingguan
berjalan 7 minggu
sampai sekarang
Sumber: Wawancara Dengan Pemberi Gadai Dan Penerima Gadai di Pasar Salak Banjarnegara
Dari tabel diatas nampak bahwa barang jaminan gadai lebih banyak adalah emas
dibandingkan barang elektronik, dan sebagian dari para Pemberi Gadai lebih memilih
menggunakan sistem cicilan 24/30 hari selanjutnya baru sebrangan mingguan.
Bagi yang keterangan macet, biasanya para penerima gadai akan memperingatkan
dan memberi waktu agar Pemberi Gadai dapat melunasinya, bila Pemberi Gadai wanprestasi
dan tidak dapat memberikan bunga dan uang pokok maka barang jaminan gadai akan di jual
secara bawah tangan.
4. Eksekusi Barang Gadai
Eksekusi barang jaminan gadai dilakukan bila pinjaman tidak terbayar
sebanyak/sejumlah kekurangan sisa cicilan uang pokok atau uang pokok beserta bungannya.
Adapun faktor-faktor yang menjadikan Pemberi Gadai atau pedagang tidak dapat memenuhi
kewajibanya ataupun prestasinya diantaranya:
a. Persaingan antar pedagang salak yang ketat menjadikan para pemberi gadai
yang tidak bisa mengikuti harga dalam pasar menjadikan pedagang gulung
tikar, sehingga tidak adanya pendapatan untuk membayar utang ataupun
bunga dalam perjanjian pinjam-meminjam40
.
b. Bunga yang terlau besar bagi pedagang, sehingga hasil dari daganganya saja
tidak cukup untuk membayar bunganya apalagi uang pokoknya41
.
c. Sulitnya untuk menjual barang-barang dagangan yang tidak bisa tahan lama ,
sehingga apabila tidak terjual dalam 3-5 hari maka buah salak akan
mengalami kebusukan sehingga susah untuk di jual ataupun mendapatkan
keuntungan42
.
d. Kebutuhan para pedagang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga seperti
sekolah dan kebutuhan makan sehari-hari yang menjadikan uang yang
seharusnya untuk berdagang tidak dijadkan untuk berdagang sehingga mereka
sulit untuk mengembangkan dagangan mereka43
.
40
Wawancara dengan supriyanti selaku pemberi gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari. 41
Wawancara dengan karso selaku pemberi gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016. 42
Wawancara dengan Tini selaku Pemberi Gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016. 43
Wawancara dengan Siras selaku Pemberi Gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016.
Tabel 6.
Cara Eksekusi Barang Jaminan Gadai
No Lihat tabel
5
Tempat
penjualan
Hasil
penjualan
Sisa hutang tidak terbayar , hasil penjualan
barang gadai
1 Keterangan
no 2 (ibu
Tini)
Toko jual
beli emas
Rp.4.650.000. Macet bunga ibu Tini 3 minggu, setelah
tawar menawar antara Pemberi Gadai dan
penerima gadai, maka ibu tini hanya
membeyar bunga satu minggu saja. Hasil
penjualan – uang pokok dan bunga 1 minggu
(Rp.4.650.000-3.000.000-150.000 =
1.500.000. uang yang diterima ibu Tini
Rp.1500.000.
2 Keterangan
no 5 (ibu
Supriyanti)
Dimiliki
oleh
penerima
gadai(
dibeli
penerima
gadai)
Rp.1.300.000 Dengan tawar menawar dan persetujuan
antara penerima gadai dan Pemberi Gadai,
ibu Supriyanti yang sudah macet Bunga 4
minggu diberi kelonggaran hanya membayar
Bungan 2 minggu. Hasil penjualan – uang
pokok dan bunga 2 minggu (Rp.1.300.000-
1.000.000-1.00.000 = 200.000. uang yang
diterima ibu Supriyanti Rp.200.000.
3 Keterangan
no 11 (ibu
Diserahka
n kepada
Rp.1.135.000 Dengan tawar menawar dan persetujuan
antara penerima gadai dan Pemberi Gadai,
Siras) Pemberi
Gadai
untuk
menjual
sendiri
ibu Siras yang sudah macet Bunga 3 minggu
diberi kelonggaran hanya membayar Bunga
2 minggu. Hasil penjualan – uang pokok dan
bunga 2 minggu (Rp.1.135.000- 700.000-
70.000 = 200.000. uang yang diterima ibu
Siras Rp.580.000.
4 Keterangan
no 17
(bapak
Hartanto)
Hp masih
dikuasai
oleh
penerima
gadai
Belum dijual Karena masih macet 2 hari, maka penerima
gadai masih memberi peringatan kepada
Pemberi Gadai agar segera dilunasi sisa
cicilannya.
Sumber: Wawancara dengan Pemberi Gadai Ibu Tini, Supriyanti, Siras dan Bapak Hartanto.
Dalam melakukan pemberian pinjaman para Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi
Pedagang ini sangat hati-hati dan selektif, namun memang apabila Pemberi Gadai
wanprestasi atau tidak melakukan kewajibanya tidak dapat dihindari dan pertama yang
dilakukan penerima gadai adalah
1. Memberikan peringatan kepada Pemberi Gadai untuk segera melunasi utang atau
kewajibanya dengan tenggang waktu tertentu; Apabila Pemberi Gadai sudah tidak
berjualan lagi di pasar Salak, maka Penerima gadai biasanya melakukan tindakan
“Mamarani”44
ke tempat tinggal Pemberi Gadai yang tercatat dalam kartu tanda
pengenal yang di pegang oleh Penerima gadai.
44
“Mamarani” adalah proses mengunjungi rumah dari Pemberi Gadai apabila Pemberi Gadai wanprestasi
dengan bertujuan untuk memberi peringatan ataupun melakukan penagihan.
2. Dalam penambahan tenggang waktu yang diberikan oleh Penerima gadai, Pemberi
Gadai masih tidak memenuhi kewajibanya, maka Penerima gadai menemui
Pemberi Gadai untuk menyatakan akan mengeksekusi benda gadai yang sudah
dalam jaminan;
3. Setelah pemberitahuan untuk mengeksekusi barang jaminan gadai, maka Penerima
gadai selanjutnya melakukan eksekusi terhadap barang jaminan gadai tersebut.
Berikut ada beberapa cara yang dilakukan oleh Pemberi Pinjaman Perseorangan
Bagi Pedagang sebagai Penerima gadai apabila Pemberi Gadai wanprestasi yaitu:
a. Eksekusi Oleh Penerima gadai
Eksekusi yang dilakukan oleh Penerima gadai disini ada dua cara yaitu :
a) Menjual barang gadai secara dibawah tangan.
b) Dimiliki oleh penerima gadai sendiri
Barang jaminan gadai tersebut dibeli oleh penerima gadai dengan
persetujuan/izin Pemberi Gadai dan hasil penjualannya dikurangi dengan
pinjaman uang pokok dan bunga.
b. Eksekusi diserahkan pada Pemberi Gadai.
Eksekusi ini untuk meberikan kesempatan pada Pemberi Gadai untuk
menjual sendiri barangnya sebagai jaminan gadai. Biasanya ini dilakukan dengan
cara Pemberi Gadai mencari calon pembeli sendiri yang menurutnya jumlah harga
penjualan lebih mahal dari pada dijual kepada penerima gadai. Setelah
menemukan calon pembeli maka Pemberi Gadai menemui Penerima gadai untuk
meminta barang yang dijadikan sebagai jaminan agar dijual kepada calon pembeli
dengan didampingi oleh Penerima gadai untuk memberikan kepastian untuk
meminta hasil penjualan untuk membayar utang Pemberi Gadai.
C. ANALISIS
1. Analisis Terhadap Perjanjian Gadai
Dalam Pinjam-meminjam yang diatur dalam Pasal 1754 KUH perdata adalah
suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu
jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa
pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu
yang sama pula.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam perjanjian terdapat
beberapa unsur yaitu :45
a. Ada pihak-pihak.
Pihak di sini adalah subjek perjanjian sedikitnya dua orang atau
badan hukum dan harus mempunyai wewenang melakukan
perbuatan hukum sesuai yang ditetapkan oleh undang-undang.
b. Ada persetujuan antara pihak-pihak, yang bersifat tetap dan
bukan suatu perundingan.
c. Ada tujuan yang akan dicapai. Hal ini dimaksudkan bahwa
tujuan para pihak hendaknya tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan dan undang-undang.
d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan
bahwa prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh
pihakpihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian.
e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan. Hal ini berarti bahwa
perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau tertulis. Hal ini sesuai
ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya dengan
bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan
bukti yang kuat.
Apabila dua pihak telah mufakat mengenai semua unsur dalam perjanjian pinjam
meminjam uang maka tidak berarti bahwa perjanjian tentang pinjam uang itu telah
terjadi. Yang hanya baru terjadi adalah perjanjian untuk mengadakan perjanjian pinjam
uang. Apabila uang yang diserahkan kepada pihak peminjam, lahirlah perjanjian pinjam
45
Purwahid Patrik, Hukum Perdata II, Penerbit Universitas Diponegoro,semarang, 1988, h. 4.
meminjam uang dalam pengertian undang-undang menurut bab XIII buku ketiga
KUHPerdata.46
Ketentuan perjanjian tersebut adalah mengenai pengertian perjanjian pinjam
meminjam uang yang meliputi unsur-unsur prestasi, imbalan prestasi, suatu jangka waktu
tetentu dan bunga yang masing-masing diatur dengan undang-undang itu.
Sebagaimana halnya perjanjian pada umumnya perjanjian pinjam meminjam yang
dibuat oleh para pihak harus memenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang. Hal
ini sesuai dengan pendapat Abdul Kadir Muhammad yang mengatakan bahwa “Perjanjian
yang sah adalah perjanjiann yang syarat-syaratnya telah ditentukan dalam undang-undang
sehingga dapat diakui oleh hukum (Legally Conchide)”.47
Perjanjian Pinjam-meminjam uang dengan jaminan gadai antara pedagang pasar
dan Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang tersebut apabila dilihat dari KUH
Perdata untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat (Pasal 1320 KUH
Perdata), yaitu :48
a. Adanya kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang
atau lebih dengan pihak lain. Pernyataan adalah kapan momentum terjadinya
persetujuan pernyataan kehendak tersebut.
b. Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan
akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang-
orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum
46
Mariam darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Penerbit, Alumni, Bandung, 1983 h.25. 47
Muhammad Abdul kadir, Hukum Perjanjian , Penerbit, Alumni,1980, Bandung, h. 88. 48
Wawan Muhwan, hukum perikatan, pustaka setia,Bandung 2011, h.123.
sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang yaitu orang yang sudah
dewasa.
c. Adanya objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian), kewajiban debitur
dan hak kreditur, yang terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu , tidak
berbuat sesuatu,
d. Adanya kausa yang halal atau kausa yang tidak terlarang. Suatu sebab adalah
terlarang atau bertentangan dengan undang-undang , kesusilaan, dan ketertiban
umum.
Syarat pertama dan kedua adalah syarat subjektif karena menyangkut pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian , sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat
objektif karena menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua
tidak terpenuhi , perjanjian tersebut dapat dibatalkan, artinya salah satu pihak dapat
mengajukan pada pengaadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya
tetapi dianggap sah. Adapun syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi perjanjian
tersebut batal demi hukum , artinya dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak
pernah ada.
Apabila dilihat dari perjanjian antara pemberi gadai dengan penerima gadai telah
memenuhi unsur-unsur syarat sahnya perjanjian, yaitu :
1. Sepakat: mereka sama-sama sepakat dalam membuat perjanjian dan akibat
akibat yang timbul dari perjanjiannya berupa hak dan kewajiban masing-
masing.
2. Kecakapan: dari kartu tanda penduduk (KTP) identitas para pihak telah
memenuhi usia dewasa atau cakap dan sehat secara jasmani
3. Adanya objek perjanjian: adanya pokok perjanjian, bunga dan akibat apabila
pemberi gadai wanprestasi.
4. Adanya kausa yang halal atau kausa yang tidak terlarang: dalam perjanjian
ini, terdapat suatu perjanjian tambahan, yaitu apabila pemberi gadai
wanprestasi, maka eksekusi barang gadai dijual secara dibawah tangan (toko
jual beli emas) atau dimiliki oleh penerima gadai (dibeli penerima gadai).
Dalam pejanjian tersebut merupakan suatu perjanjian yang sah secara hukum
sebab memenuhi segala unsur-unsur perjanjian dan syarat sah nya perjajian
Apabila dilihat dari pasal 1338 KUHPerdata akibat sahnya perjanjian ayat 3
yaitu suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikat baik, apabila didihat
antara pemberi gadai dan penerima gadai, mereka sama-sama sepakat dan
setuju selama mereka tidak merasa dirugikan dan sudah terlihat jelas bahwa
mereka mempunyai itikat baik dari perjanjian tambahan yang mereka
sepakati diawal.
2. Analisis Terhadap Eksekusi Barang Gadai
Pada dasarnya dalam suatu perjanjian semua para pihak mengharapkan adanya
hak-hak yang terpenuhi sesuai dengan yang diperjanjikan semula. Namun tidak
semuanya bisa berjalan dengan sesuai perjanjian, karena tidak menutup kemungkinan
adanya pihak yang tidak memenuhi kewajiban /pertasi dalam perjanjian yang sering
disebut sebagai wanprestasi. Sebagaimana yang kita ketahui wanprestasi adalah prestasi
yang telah tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh debitur, yaitu:49
49
Gatot Supramono, perjanjian utang piutang, kencana pranata media group, Banjarmasin,h 31
b. Utang tidak dikembalikan sama sekali
c. Mengembalikan utang hanya sebagian
d. Mengembalikan utang tetapi terlambat waktunya
Begitu juga dalam perjanjian pinjam-meminjam uang yang terjadi di Pasar Salak
Banjarnegara antara para pedagang dengan pemberi pinjaman perseorangan tidak selalu
berjalan dengan baik dimana Pemberi Gadai tidak dapat memenuhi kewajibanya sesuai
dengan yang telah diperjanjiakan dalam perjanjian pinjam-meminjam uang dengan
Penerima gadai yaitu pemberi pinjaman.
Ada beberapa cara yang dilakukan oleh Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi
Pedagang sebagai Penerima gadai apabila Pemberi Gadai wanprestasi yaitu:
a. Eksekusi Oleh Penerima gadai
Penerima gadai berhak untuk melakukan eksekusi terhadap barang yang dijadikan
sebagai jaminan gadai oleh Pemberi Gadai dalam perjanjian pinjam-meminjam uang
dengan Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang yaitu sesuai yang tertera dalam
perjanjian yaitu apabila dalam penambahan waktu tertentu yang telah diperjanjikan
Pemberi Gadai tidak melunasi utang beserta bunganya maka Penerima gadai berhak
untuk melakukan penjualan terhadap barang gadai.
Eksekusi yang dilakukan oleh Penerima gadai disini ada dua cara yaitu
1) Menjual barang gadai secara dibawah tangan.
Penjualan yang dilakukan oleh Penerima gadai disini adalah secara dibawah
tangan bukan didepan umum. Penjualan ini biasanya bersifat tertutup yaitu
Penjualan dilakukan langsung oleh Penerima gadai dengan pihak yang dikenal oleh
Penerima gadai (toko jual beli emas) sehingga harganya otomastis tidak terlalu tinggi
diatas jumlah utang yang harus dibayar oleh Pemberi Gadai karena Penerima gadai
hanya menginginkan piutangnya dapat segera lunas.
Eksekusi yang dapat dilakukan oleh Penerima gadai yaitu penjualan barang
gadai berdasarkan parate eksekusi sebagaimana diatur dalam Pasal 1155 ayat (1)
KUH Perdata, dimana penjualan jaminan gadai ini tidak memerlukan bantuan atau
perantara pengadilan. Secara hukum dalam Pasal ini kepada Penerima gadai
pemegang diberi kewenangan untuk menjual sendiri barang gadaian tanpa titel
eksekutorial, sehingga tidak memerlukan bantuan atau perantara pengadilan. Inilah
yang dinamakan parate eksekutorial. Tetapi walaupun dalam Pasal 1155 KUH
Perdata bersifat mengatur dan para pihak diberi kebebasan untuk memperjanjikan
lain, tetapi memperjanjikan cara penjualan lain dari pada penjualan dimuka umum
tidak diperkenankan.50
Dari kata penjualan dimuka umum yang artinya Eksekusi jaminan gadai
adalah penjualan barang dimuka umum atau terbuka untuk umum, sehingga hasil
penjualannya juga diketahui oleh umum. Tujuan penjualan dimuka umum untuk
menghindari penjualan dibawah tangan atau secara sembunyi-sembunyi yang
berakibat merugikan pihak tereksekusi. Apabila dilihat dari penjualan yang
dilakukan oleh pemberi gadai dan penerima gadai yaitu menjual barang gadai yang
berupa emas tersebut kepada toko jual beli emas di pasar, memang secara prakteknya
mereka menjual secara sembunyi-sembunyi hanya pemberi gadai ,penerima gadai
dan pihak ketiga yang mengetahui tanpa diketahui oleh umum dan hasilnya
penjualannya pun hanya mereka saja yang tahu. Tetapi apabila dibandingkan dengan
50
Racmadi Usman,Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h.137.
pasal 1155 ayat b, yang berbunyi “bila gadai itu terdiri dan barang dagangan atau
efek-efek yang dapat diperdagangkan dalam bursa, maka penjualannya dapat
diperdagangkan ditempat itu juga” sudah jelas bahwa barang gadaian itu adalah
emas yang bisa diperdagangkan dan lokasi antara pemberi gadai dan penerima gadai
di Pasar, jadi penjualan yang tepat adalah di Pasar, jadi eksekusi yang dilakukan
penerima gadai dan pemberi gadai sah karena penjualan tersebut dilakukan di Pasar
toko jual beli emas, yang dimana masih berlokasi ditempat itu juga. Sehingga
eksekusi yang dilakukan oleh pemberi gadai dan penerima gadai tersebut sah secara
hukum.
2) Menjadikan barang gadai sebagai hak milik sendiri.
Dalam perjanjian pinjam-meminjamkan uang antara pedagang dan Pemberi
Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang memang ada ketentuan apabila Pemberi
Gadai tidak dapat membayar maka Pemberi Gadai berhak untuk memiliki barang
gadai, namun menurut undang-undang perjanjian tersebut batal demi hukum karena
dari ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
untuk terjadinya hak gadai atau sahnya suatu perjanjian gadai itu didasarkan kepada
penyerahan benda yang digadaikan ke dalam penguasaan Penerima gadai atau pihak
ketiga yang ditunjuk bersama. Apabila benda yang digadaikan tetap berada di tangan
Pemberi Gadai ataupun dikembalikan oleh Penerima gadai atas kemauannya, maka
hak gadainya tidak sah demi hukum. Walaupun kebendaan yang digadaikan berada
dalam penguasaan Penerima gadai, namun Penerima gadai tidak boleh menikmati
atau memanfaatkan kebendaan yang digadaikan tadi, karena fungsi gadai (barang
yang digadaikan) hanyalah sebagai jaminan pelunasan hutang yang jika Pemberi
Gadainya wanprestasi dapat digunakan sebagai pelunasan hutangnya.51
Penyerahan benda-benda yang digadaikan kepada Penerima gadai
dimaksudkan bukan merupakan penyerahan yuridis, bukan penyerahan yang
mengakibatkan penerima gadai menjadi pemilik dan karenanya penerima gadai
dengan penyerahan tersebut tetap hanya berkedudukan sebagai pemegang saja, tidak
akan pernah berdasarkan penyerahan seperti itu saja menjadi bezitter dalam arti bezit
keperdataan (burgerlijk bezit).52
Disini keadaan Penerima gadai yang piutangnya
dijamin, terhadap perbuatan Pemberi Gadai terjamin, karena Penerima gadai yang
menguasai bendanya jaminan.53
Dalam pasal 1154 KUHPerdata yang berbunyi dalam hal debitur tidak
memenuhi kewajiban-kewajiban, kreditur tidak diperkenankan mengalihkan barang
yang digadaikan itu menjadi miliknya. Segala persyaratan perjanjian yang
bertentangan dengan ketentuan ini batal.
Ketentuan tersebut tidak dijalankan sepenuhnya oleh pihak dalam perjanjian,
karena dengan persetujuan dari Pemberi Gadai apabila Pemberi Gadai sudah tidak
mampu untuk membayar utang ataupun bunganya. Pemberi Gadai lebih sering
meminta agar barang gadai yang berada dalam kekuasaan Penerima gadai agar di
miliki oleh Penerima gadai dengan memberikan sejumlah uang yang telah
diperhitungkan oleh Penerima gadai dan Pemberi Gadai yaitu Jumlah taksiran harga
barang gadai dikurangi jumlah utang beserta bunganya. Bagi Pemberi Gadai ini lebih
menguntungkan karena tidak perlu butuh waktu lama untuk menjual barang gadai
51
Rachmadi Usman, Op. cit., h. 106 52
J. Satrio, Op. cit., h. 93 53
Subekti, Op. cit., h. 77
agar bisa mendapatkan sisa hasil penjualanya. Eksekusi seperti ini merupakan
eksekusi yang bagi kedua belah pihak eksekusi yang sah-sah saja, karena menurut
mereka sepanjang yang mengijinkan benda gadai menjadi milik siapa itu haknya dari
pemilik benda gadai, jadi apabila diijinkan menjadi hak milik dari Penerima gadai itu
tidak masalah karena tidak merugikan kedua belah pihak.
Dilhat secara hukumnya eksekusi ini sah karena dalam hal penerima gadai
memiliki barang jaminan tersebut, posisi penerima gadai beralih menjadi pembeli
barang jaminan gadai, yang dimana dengan tafsiran harga barang gadainya ,
penerima gadai masih memberikan sisa dari hasil penjualan dikurangi utang pemberi
gadai. Eksekusi ini juga menjadi pilihan bagi Pedagang dan Pemberi Pinjaman
Perseorangan dengan berbagai pertimbangan dan alasan, namun yang terpenting
adalah kedua pihak menyepakatinya sehingga merupakan kesepakatan bersama jadi
tidak ada yang merasa dirugikan oleh salah satu pihak.
b. Eksekusi diserahkan pada Pemberi Gadai.
Eksekusi ini dimaksutkan untuk meberikan kesempatan pada Pemberi Gadai
untuk menjual sendiri barangnya yang dijadikan sebagai jaminan gadai. Biasanya ini
dilakukan dengan cara Pemberi Gadai mencari calon pembeli sendiri yang menurutnya
itu lebih menguntungkan. Setelah menemukan calon pembeli maka Pemberi Gadai
menemui Penerima gadai untuk meminta barang yang dijadikan sebagai jaminan agar
dijual kepada calon pembeli dengan didampingi oleh Penerima gadai untuk memberikan
kepastian meminta hasil penjualan untuk membayar utang Pemberi Gadai. Cara
eksekusi seperti ini lebih sering dilakukan oleh Pemberi Gadai dan Pemberi Gadai
karena cara ini dianggap cara yang lebih menguntungkan kedua belah pihak.
Eksekusi yang dilakukan oleh Pemberi Gadai untuk mencari calon pembeli
jaminan gadai ini apabila dilihat dari KUH Perdata Pasal 1154 yang berbunyi” memang
tidak ada larangan secara langsung, karena pada dasarnya eksekusi jaminan Gadai yang
diatur adalah tidak boleh dimiliki secara langsung oleh Penerima gadai, dan eksekusinya
dilakukan melalui pelelangan umum. Dilihat dari keadilannya, maka cara ini lebih adil
karena dilihat dari tujuan eksekusi jaminan gadai yang dijelaskan dalam Pasal 1154
KUH Perdata adalah untuk melindungi Pemberi Gadai sebagai pihak yang lebih lemah
agar eksekusi jaminan gadai tidak merugikan Pemberi Gadai, oleh karena itu dengan
eksekusi diserahkan kepada Pemberi Gadai untuk mencari pembeli jaminan gadai
memberikan peluang yang lebih besar bagi Pemberi Gadai untuk mendapatkan harga
yang lebih tinggi daripada eksekusi dengan pembeli jaminan gadai yang dipilih / dicari
oleh Penerima gadai.