bab ii pembahasan a. biografi said nursi · dengan ketajaman pandangan yang luar biasa untuk anak...

57
BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Said Nursi 1. Masa Kanak-kanak Said Nursi lahir di sebuah perkampungan bernama Nursi, sebuah perkampuangan Qadha‟ (Khaizan) di wilayah Bitlis yang terletak di sebelah timur Anatoli. Beliau lahir saat menjelang fajar terbit pada tahun 1293 H./1876 M. Kampung kelahiran Nursi dikenal sebagai kampung yang indah. Kampung tersebut dikelilingi gunung-gunung yang menjulang tinggi dengan salju abadi yang selalu menutupi puncak-puncaknya. Sebuah desa yang berpayung langit biru dengan udara yang terkenal bersih dan terbebas dari polusi. Said Nursi tinggal bersama ayah ibu dan saudara-saudaranya. Dia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. 1 Ayahnya bernama Mirza, seorang sufi yang sangat wara‟ dan diteladani sebagai seorang yang tidak pernah memakan barang haram dan hanya memberi makan anak-anaknya dengan yang halal saja. 2 Mirza juga dikenal sebagai Sufi Mirza. Selain dikarenakan sifatnya yang sangat rendah hati, sebutan ini diperkirakan mengacu pada keterikatannya dengan sebuah ordo sufi atau kesalehannya, sementara istrinya adalah Nuriye, atau lebih tepatnyamenurut seorang penulis biografinyaNure atau Nura. Mereka tinggal bersama masyarakat Kurdi yang berada di kawasan geografis Usmani yang dikenal dengan masyarakat Kurdistan. 3 1 Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama, halaman 2 2 Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman 8 3 Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama, halaman 2-3 20

Upload: lydan

Post on 19-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

20

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Said Nursi

1. Masa Kanak-kanak

Said Nursi lahir di sebuah perkampungan bernama Nursi, sebuah perkampuangan

Qadha‟ (Khaizan) di wilayah Bitlis yang terletak di sebelah timur Anatoli. Beliau lahir

saat menjelang fajar terbit pada tahun 1293 H./1876 M. Kampung kelahiran Nursi dikenal

sebagai kampung yang indah. Kampung tersebut dikelilingi gunung-gunung yang

menjulang tinggi dengan salju abadi yang selalu menutupi puncak-puncaknya. Sebuah

desa yang berpayung langit biru dengan udara yang terkenal bersih dan terbebas dari

polusi. Said Nursi tinggal bersama ayah ibu dan saudara-saudaranya. Dia adalah anak

keempat dari tujuh bersaudara.1 Ayahnya bernama Mirza, seorang sufi yang sangat wara‟

dan diteladani sebagai seorang yang tidak pernah memakan barang haram dan hanya

memberi makan anak-anaknya dengan yang halal saja.2

Mirza juga dikenal sebagai Sufi Mirza. Selain dikarenakan sifatnya yang sangat

rendah hati, sebutan ini diperkirakan mengacu pada keterikatannya dengan sebuah ordo

sufi atau kesalehannya, sementara istrinya adalah Nuriye, atau lebih tepatnya—menurut

seorang penulis biografinya—Nure atau Nura. Mereka tinggal bersama masyarakat Kurdi

yang berada di kawasan geografis Usmani yang dikenal dengan masyarakat Kurdistan.3

1 Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 2 2 Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

8 3Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 2-3

20

21

Mirza meninggal pada tahun 1920-an dan dikubur di makam Nurs. Sejak Said

meninggalkan rumah untuk menempuh studinya, dia tak pernah menemui ibunya. Ibunya

meninggal sekitar Perang Dunia I dan juga dimakamkan di Nurs. Said Nursi pernah

mengatakan bahwa dia belajar banyak dari kedua orang tuannya. Dari ibunya, dia belajar

merasa kasihan, dan dari ayahnya dia mempelajari ketertiban dan keteraturan.4

Semenjak kecil, Said Nursi telah dikenal sebagai seorang anak yang memiliki

kecerdasan lebih. Hal ini ditandai dari cara berpikirnya yang telah matang dan melampaui

anak-anak seusianya. Dia anak yang banyak bertanya dan gemar meneliti masalah-

masalah yang belum dipahaminya untuk memenuhi rasa ingin tahunya.

Dikisahkan, bahwa Said Nursi kecil suka menghadiri pendidikan yang

diselenggarakan untuk orang-orang dewasa dan menyimak diskusi-diskusi berbagai

topik, terutama yang dilakukan oleh para ulama setempat yang biasa berkumpul di rumah

ayahnya di malam hari musim dingin yang panjang. Ketika itu, terkadang dalam

benaknya terlintas pertanyaan ilmiah. Peristiwa ini seperti yang dikemukakannya:

“Saat aku masih kecil, imajinasiku bertanya padaku: Manakah yang dianggap

lebih baik dari dua masalah? Apakah hidup bahagia selama beribu-ribu tahun

dalam kemewahan dunia dan berkuasa namun berakhir dengan ketiadaan, atau

kehidupan abadi ada namun harus dijalani dengan penuh derita? Kemudian, aku

melihat imajinasiku lebih memilih alternatif kedua dari pada yang pertama

dengan menyatakan: Aku tidak menginginkan ketiadaan, bahkan aku

menginginkan keabadian meskipun di dalam Jahannam.”5

Said dikenal sebagai seseorang yang tidak suka menerima pemberian dari orang

lain, dia tidak pernah membiarkan dirinya meminta sesuatu pada orang lain. Dia juga

tidak pernah mau menerima perlakuan sewenang-wenang, dan sejak kecil selalu

menjauhkan diri dari perbuatan yang buruk. Sikap dan sifat-sifat ini terus melekat dan

4 Ibid, halaman 3

5 Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

9

22

bertambah kuat dalam kepribadiannya setelah dia dewasa, juga tercermin dalam sikapnya

saat dijumpai oleh orang lain.

2. Pendidikan

Said Nursi belajar di Kuttab (madrasah) pimpinan Muhammad Afandi di desa

Tag, sebagaimana ia juga belajar kepada kakaknya, Abdullah, pada setiap liburan akhir

pekan pada tahun 1882.6 Ketika masih kecil, Said dikenal sebagai anak yang suka

berkelahi. Dia banyak bertikai dan bertengkar dengan teman-teman sebayanya. Dia

belum tahu betul bagaimana cara mengekspresikan dirinya dengan baik sehingga hal itu

menumbuhkan rasa frustasi dalam dirinya. Dia juga dikenal sebagai anak yang sering

berbeda pendapat dengan guru-gurunya.

Hal yang pertama kali memicu Said untuk mulai belajar adalah teladan dari

kakaknya, Abdullah. Dengan ketajaman pandangan yang luar biasa untuk anak usia

sembilan tahun, dia telah memperhatikan bagaimana Abdullah telah menuai hasil dari

belajarnya; secara berangsur-angsur dia meningkat dan berkembang sehingga ketika

Said melihatnya bersama dengan teman-teman sedesa yang tidak pernah belajar,

keunggulan rasa percaya diri Abdullah melahirkan dorongan belajar yang kuat dalam

diri Said.7

Said belajar di desa Tag hanya dalam waktu yang singkat, karena kegiatan

belajarnya di lanjutkan di madrasah desa Birmis. Undang-undang pendidikan yang

berlaku di Timur Anatoli waktu itu hanya mengizinkan untuk membuka sekolah-sekolah

agama kepada ulama yang berprestasi saja. Apabila pendirinya mampu, biaya

6 Ibid, halaman 9-10

7 Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 6

23

pendidikan akan dibebankan padanya. Namun apabila tidak, biaya tersebut diambil dari

zakat penduduk dan bantuan mereka. Karena itulah para siswa sekolah agama bertebaran

di sudut-sudut desa untuk memungut zakat, agar biaya pendidikan mereka terpenuhi.8

Sikap teman-temannya itu berbeda sekali dengan kepribadian Said. Dia tidak

pernah meminta biaya apapun kepada masyarakat untuk kepentingan dirinya sendiri. Hal

ini disebabkan oleh rasa harga dirinya yang tinggi. Namun, karena melihat karakternya

yang mengagumkan, banyak masyarakat yang terdorong untuk memberikan sesuatu

padanya karena inisiatif dari diri mereka sendiri.

Said pergi ke Bitlis pada tahun 1888 M. dan mendaftarkan diri di sekolah Syaikh

Amin Afandi. Tetapi hanya sebentar saja di sekolah tersebut sebab syaikh tersebut

menolak untuk mengajarnya dengan alasan faktor usia yang belum memadai. Beliau

hanya dititipkan ke orang dan hal ini membuat beliau sedih. Kemudian, beliau segera

mengalihkan perhatiannya untuk masuk di sekolah Mir Hasan Wali di Mukus, kemudian

di sekolah yang terletak di Waston (Kawasy). Hanya bertahan 1 bulan, beliau bersama

seorang temannya yang bernama Muhammad berangkat menuju sekolah di Bayazid,

salah satu daerah yang termasuk di wilayah Agra. Di sinilah Said Nursi mempelajari

ilmu-ilmu agama dasar, karena sebelum itu beliau hanya belajar nahwu dan sharaf saja.9

Masa studi Said di madrasah Bayazid di bawah bimbingan Syaikh Muhammad

Jalali berlangsung hanya tiga bulan, tetapi itulah yang memberinya dasar atau kunci

menuju ilmu-ilmu agama yang kelak menjadi landasan pemikiran dan karya-karyanya.

Dan juga, di sinilah sekali lagi dia menunjukkan apa yang secara naluriah telah dia

tunjukkan sejak awal studi-studinya—yaitu ketidakpuasannya dengan sistem pendidikan

8 Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

10 9 Ibid, halaman 10

24

yang ada dan kepeduliannya terhadap adanya kebutuhan mendadak terhadap reformasi.

Lebih lagi, banyaknya karya yang Said baca, hafalkan, dan cerna selama masa yang

pendek ini menunjukkan kekuatan ingatannya yang mengagumkan dan kecerdasan serta

pemahamannya yang luar biasa, yang keduannya berkembang jauh melebihi rata-rata

anak seusianya. Saat itu usianya baru empat belas atau lima belas tahun.10

Said banyak menelaah buku secara otodidak. Dia memahami sesuatu tanpa

mencari bantuan seorang pun. Dia mampu belajar dan menguasai buku-buku yang

paling sulit yang tebalnya 200 halaman atau lebih waktu 24 jam. Dengan rasa ingin tahu

yang besar dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, Said banyak mengurung diri sendiri

sehingga terputuslah hubungan antara dia dan dunia luar. Dikarenakan oleh ilmunya

yang tinggi, pertanyaan apapun yang diajukan padanya akan bisa dijawab dengan baik.

Said memperoleh diplomanya dari Syaikh Jalali dan kemudian dikenal sebagai

Mullah Said. Jelas-jelas dia berniat mengejar kehidupan sebagai pertapa, karena dia

mengenakan busana seorang darwis dengan tulang doba tersambung di pundaknya dan

berangkat ke Baghdad, dengan niat mengunjungi para cendekiawan agama dan makam

Syaikh Abdul Qodir Jaelani.11

Said Nursi sempat berpikir untuk menguji pengetahuannya dengan para

cendikiawan lain. Sehingga dia sering berada dalam sebuah forum yang di dalamnya dia

berdebat dan adu argumentasi dengan para cendekiawan lain. Bahkan dia sering pula

berdebat dengan guru-guru agama.

Nursi pernah menulis surat pada 1946 ketika berada di pengasingannya di

Emirdag. Dari surat tersebut, bisa diketahui bahwa pada saat inilah, sebagai hasil dari

10

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 12 11

Ibid, halaman 13-14

25

prestasi-prestasinya selama belajar, dia pertama kali disebut Badiuzzaman—Keajaiban

Zaman—oleh Mullah Fathullah Afandi. Dia menulis kepada salah satu muridnya:

“Saudaraku yang selalu penasaran, Re‟fet Bey, kamu ingin informasi tentang

karya-karya Badiuzzaman Hamadani pada abad ke-3 Hijriah. Yang kutahu

tentangnya adalah bahwa dia memiliki kecerdasan dan kekuatan ingatan yang

luar biasa. Lima puluh lima tahun yang lalu salah satu guru pertamaku,

almarhum Mullah Fathullah Afandi dari Siirt, menyamakan Said yang Lama

dengannya dan memberinya nama itu.”12

Said Nursi berangkat menuju kota Wan pada tahun 1894 berdasarkan undangan

wali kotanya yang bernama Hasan Pasya agar tinggal bersamanya. Kemudian dari sana

ia pindah ke rumah Thahir Pasya. Di sana dia bertemu dengan sebagian para ulama dari

berbagai disiplin ilmu modern, seperti: Geografi, kimia, dan lain-lain.13

Kediaman Tahir Pasya adalah tempat berkumpulnya pada pejabat pemerintah,

guru-guru dari sekolah sekuler, dan para intelektual lainnya. Di sana mereka bisa

bertemu untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang mereka minati. Tahir Pasya

ingin Said bergabung dalam diskusi-diskusi ini, tetapi lingkungan baru tersebut segera

membuka mata Said terhadap dampak-dampak reformasi ke arah pemikiran sekuler dan

perilaku para pejabat, dan membuatnya melihat jurang yang tercipta di antara mereka

dan pandangan-pandangan tradisional. Lebih-lebih dia menyadari bahwa dalam bentuk

tradisionalnya teologi Islam (kalam) tidaklah mampu menjawab keraguan-keraguan dan

kritik yang telah dilontarkan kepada Islam. Hal inilah yang membuatnya mempelajari

ilmu-ilmu pengetahuan modern—sesuatu yang baru di antara para ulama di wilayah-

wilayah Timur. Dalam hal ini dia menerima dukungan sebesar-besarnya dari Tahir

Pasya. Dengan menggunakan perpustakaan dan koran-koran serta jurnal-jurnal yang

12

Ibid, halaman 16 13

Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

14

26

disediakan untuk kantor Tahir Pasya, Said mulai mempelajari subyek-subyek semacam

sejarah, geografi, matematika, geologi, fisika, kimia, astronomi, dan filsafat,

permasalahan terkini, perkembangan-perkembangan dalam kehidupan Dunia Islam.14

Said memiliki madrasah yang menggunakan sistem pengajaran yang

dirancangnya sendiri. Dia telah merumuskan gagasannya mengenai pendidikan melalui

pengamatannya dari berbagai jenis sistem pendidikan di Turki saat itu. Dalam sistem

pendidikan yang dirancang olehnya, Said Nursi menggabungkan agama dan sains

modern. Agama dipelajari demi memenuhi kebutuhan rohani murid-muridnya. Dan

sains dipelajari untuk memenuhi tuntutan zaman. Dia mengembangkan ini dengan cara

mengamati prinsip-prinsip dari semua yang telah dia pelajari sekaligus pengalamannya

mengajar subyek-subyek ilmiah dan agama. Dasar dari metode ini adalah

“menggabungkan” ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern, dengan

hasil bahwa sains akan membenarkan dan memperkuat kebenaran-kebenaran agama.

Said memiliki cita-cita untuk membangun sebuah universitas di Anatolia Timur

sebagai tempat untuk mempraktikkan metode ini, dengan kata lain, tempat dimana ilmu-

ilmu fisika diajarkan bersama-sama dengan ilmu-ilmu agama dan gagasan-gagasan

lainnya diterapkan. Universitas ini diberi nama Madrasatu’z-zahra.

Said memperluas proyeknya dengan menyertakan tiga institusi semacam itu—

secara berturut-turut di Wan, Bitlis, dan Diyarbakir. Setelah berkelana ke seluruh

Anatolia Timur, dia telah melihat bahwa mereka tidak hanya akan menjadi sarana

memerangi kebodohan dan keterbelakangan yang tersebar luas di kawasan tersebut,

14

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 36-37

27

tetapi akan menjadi sebuah solusi untuk permasalahan-permasalahan sosial dan

politiknya yang lain.15

Semasa menetapnya Said Nursi di kota Wan, suatu hari Wali Kota Wan

menginformasikan kepadanya tentang berita menggemparkan yang dimuat surat kabar

setempat dan membuat dia gemetaran karena menahan emosi. Dalam surat kabar

tersebut dikemukakan, bahwa menteri urusan koloni Inggris, Gladystone, di depan

anggota parlemen dengan menggenggam Al-Qur‟an telah berkata:

“Selama Al-Qur‟an ini berada di tangan kaum muslimin, kita pun tidak akan

pernah mampu menguasai mereka. Dengan demikian, bagi kita tidak ada jalan

lain kecuali melenyapkannya atau memutuskan hubungan kaum muslimin

dengannya.”16

Pernyataan yang diucapkan oleh sekretaris Inggris di atas telah membuka

kesadaran Said bahwa Islam sedang terancam. Sebagaimana disebutkan dalam nukilan di

atas, ancaman-ancaman sekretaris Inggris untuk negara-negara jajahan itu terhadap Al-

Qur‟an dan Dunia Islam menyebabkan terjadinya revolusi dalam gagasan-gagasan Said,

menjernihkan gagasan-gagasan itu dan menyiapkan dirinya ke arah yang kini akan dia

tuju. Ancaman-ancaman tersebut membuatnya menyatakan bahwa ia akan membuktikan

dan mempertunjukkan kepada dunia bahwa Al-Qur‟an adalah matahari yang tidak akan

mati dan tidak bisa dimusnahkan.

Said menunjukkan bahwa Al-Qur‟an adalah pengetahuan dan kemajuan sejati

dengan menggunakan pengetahuan yang telah dia peroleh untuk membuktikan

kebenaran-kebenarannya. Dia membelanya melawan upaya-upaya yang disengaja untuk

15

Ibid, halaman 39 16

Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

14-15

28

menodainya dan merusak masyarakat muslim. Dalam sebuah surat yang dia tulis pada

1955 M, Said menyatakan bahwa dia menemukan dua sarana untuk melakukan ini: salah

satunya adalah Madrasatu’z-zahra, yang membuatnya pergi ke Istanbul dan bahkan ke

Pengadilan Sultan Abdul Hamid II, dan yang kedua adalah Risālatu’n-nūr.17

3. Partisipasi Dalam Perang Dunia I

Perang Dunia I merupakan sebuah peristiwa yang awal permasalahannya

dilatarbelakangi oleh adanya keinginan negara-negara Barat untuk mendapatkan

hegemoni kekuasaan atas negara-negara lainnya. Kemudian muncul persekutuan antar

negara untuk menghadapi musuh. Perang dahsyat dalam PD I terjadi di Kaukakus.

Tercatat bahwa Rusia berupaya menguasai Anatoli. Pada tanggal 16 Februari 1916,

pasukan tentara Rusia—yang terdiri dari tiga kali lipat jumlah pasukan tentara Turki

Usmani—berhasil memasuki kota Ardarum.

Said Nursi turut berpartisipasi dalam peperangan ini. Dia dan para muridnya

dengan segala daya yang dimiliki turut serta menghadapi tentara Rusia. Selama terlibat

dalam pertempuran tersebut, Said berhasil menyusun tafsirnya yang sangat berharga

dalam bahasa Arab. Penyusunan tafsir ini dikerjakan dengan cara didiktekan kepada

seorang muridnya yang bernama Habib. Ketika pasukan tentara Rusia memasuki kota

Bitlis, beliau bersama para muridnya berjuang untuk mempertahankannya dengan

semangat pantang menyerah. Mereka bertempur mati-matian di seluruh sektor kota, di

jalan-jalan utama sampai di gang-gang sempit. Namun karena selisih kekuatan yang

17

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 41-42

29

sangat jauh, akhirnya pasukan tentara Said Nursi yang sedikit berhasil dikalahkan oleh

pasukan tentara Rusia yang jauh lebih banyak jumlahnya.

Said Nursi menderita luka parah selama dalam pertempuran ini dan beliau

bersama salah satu muridnya jatuh ke dalam sungai dari atas sebuah jembatan. Tiga puluh

jam lamanya beliau terendam air, tidak bisa keluar dari sana kerena cucuran darah dari

lukanya yang tidak terhenti. Ketika muridnya melihat bahwa darah terus mengalir dari

luka yang dideritanya dan cuaca amat dingin bisa jadi akan mengantarkan Nursi para

kematian, ia terpaksa mengabarkan keadaan gurunya itu kepada pasukan tentara Rusia.

Said Nursi pun tertangkap oleh pasukan tentara Rusia dan dibawa ke salah satu markas

tawanan militer di Qustarma yang terletak di Timur Rusia, lalu menjadi tawanan.18

4. Akhir Hayat

Said Nursi merupakan seorang tokoh ulama besar yang memiliki berbagai

dimensi prestasi. Dengan kepribadian dan karakter yang kuat sepanjang hidupnya, Said

Nursi telah dan tetap menjadi figur penting dalam dunia Islam abad ke-20 berkat

pengaruhnya yang kuat dan terus menerus. Dia telah menyumbangkan banyak pemikiran

besar dalam dunia Islam. Dengan cara yang efektif dan luar biasa, dia sajikan kekuatan

intelektual, moral dan rohani Islam yang telah muncul dalam berbagai tingkat berbeda

selama sejarah Islam selama empat belas abad ini.

Said Nursi hidup hingga usia 85 tahun. Dia habiskan sebagian besar usianya yang

dipenuhi dengan kecintaan dan kebanggaan akan nilai-nilai Islam itu dalam kegiatan

18

Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

29

30

yang bijak dan hati-hati yang didasarkan pada pemikiran yang logis dan dalam naungan

Al-Qur‟an dan contoh-contoh dari Nabi SAW. Banyak diskusi dan tulisan telah

membahas tentang cita-cita agung yang dikejar Said Nursi dan keakrabannya yang

mendalam dengan dunia dan zaman dimana dia hidup, kelembutan manusiawinya,

loyalitasnya kepada teman-temannya, kesuciannya, dan sifat rendah hatinya.19

Said Nursi telah menghabiskan seluruh usianya demi memperjuangkan nilai-nilai

Islam yang dia yakini akan membawa Turki menuju peradaban yang besar. Said

mendedikasikan hidupnya untuk menunjukkan bahwa revitalisasi dunia Islam, bahkan

kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia, harus dicari dalam Al-Qur‟an yang

merupakan wahyu ilahi, bukan pada peradaban yang dominan pada zaman sekarang

karena peradaban ini terilhami oleh prinsip-prinsip yang berasal dari manusia.

Tujuan Nursi sejak masa mudanya adalah membangkitkan kembali kesadaran

beragama di kalangan umat Islam yang dia anggap telah mengalami kemerosotan dalam

hal spiritualitas. Dan upaya untuk mencapai tujuan ini membuat Said menulis beberapa

karya asli dan aktif terlibat dalam pergerakan konstitusional yang dia percayai sebagai

satu-satunya cara menyelamatkan keutuhan dan kemajuan Kerajaan Usmani dan dunia

Islam. Bagi Nursi dan para pemikir zaman sekarang, nilai-nilai konstitusionalisme seperti

pemerintahan yang representatif, perundingan dan perundang-undangan itu sesuai dengan

Islam dan sangat penting untuk membangun kembali peradaban Islam. Nursi secara

khusus menekankan agar mendasarkan semua ini pada Islam.

Tujuan Nursi bukanlah politik semata, tetapi sebagian besar untuk pendidikan,

baik dalam pengertian yang luas untuk mencerahkan berbagai elemen masyarakat tentang

19

Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura

Kencana, halaman v

31

pentingnya konstitusionalisme, maupun dalam mengupayakan kemajuan-kemajuan

pendidikan yang inovatif, dan memperbarui kurikulum serta disiplin-disiplin ilmu yang

diajarkan. Dia juga sangat memperhatikan perbaikan moral.20

Ketika Said telah menginjak usia tua, dia melakukan serangkaian perjalanan ke

berbagai tempat. Seolah-olah beliau hendak menyampaikan selamat tinggal kepada para

muridnya. Pada tanggal 19 Desember 1959 M, beliau pergi ke Ankara dan dari sana ke

Amir Dag, lalu ke Qunia, selanjutnya kembali lagi ke Ankara. Reporter majalah Time

telah mewawancarainya panjang lebar dan hasil wawancara ini dimuat pada edisi tanggal

6 Januari 1960 M. Sekali lagi Said Nursi pergi ke Qunia dan hari itu juga perjalanan

dilanjutkan ke Asbarithah.

Rangkaian perjalanan yang dilakukannya ini telah menimbulkan rasa khawatir

dan takut pihak-pihak yang memusuhi Islam. Koran-koran milik mereka lalu

menyerangnya dengan sengit. Rekayasa diciptakan untuk mempengaruhi opini umum

agar beliau dimusuhi. Dengan sengit dan gencar serangkaian cerita burung dan beragam

fitnah mengenai beliau dipublikasikan, seolah-olah kerusuhan berdarah di bawah

komandonya akan melanda negeri.

Said jatuh sakit pada bulan maret tahun 1960 M karena terserang penyakit paru-

paru. Pada tanggal 18 bulan maret, penyakit yang diderita semakin parah sehingga

membuatnya sering jatuh pingsan. Suatu hari beliau pernah jatuh pingsan, kemudian

beliau tidur nyenyak dan baru bangun untuk shalat subuh, lalu mengambil wudhu dan

mengganti pakaiannya. Ketika itu, tampak beliau seperti telah sembuh dari sakitnya

20

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 505

32

secara total. Beliau pun shalat subuh dan setelah itu para muridnya dipanggil dan kepada

mereka, satu persatu, beliau mengucapkan selamat tinggal.21

Setelah hari itu, kondisi kesehatan Nursi membaik hingga tanggal 10 Ramadhan,

namun setelah itu kondisinya kembali memburuk. Dia meminta murid-muridnya untuk

membawanya ke Urfah. Beliau wafat di kota itu pada hari 23 Maret 1960.22

5. Karya-karya

a. Risālatu’n-nūr

Salah satu peninggalan terbesar Said Nursi adalah sebuah karya besar berupa

buku yang tebalnya hingga lima ribu halaman. Buku tersebut dia beri judul Risālatu’n-

nūr. Said menulis karya ini ketika dia berada di pengasingannya di Barla. Dia dikirim ke

pengasingan dalam negeri dan menjalani sisa hidupnya, hingga wafat pada tahun 1960 M,

dalam pengawasan ketat, di penjara, atau di kamp penyiksaan.23

Risālatu’n-nūr

merupakan sebuah revolusi. Baik revolusi pikiran, hati, jiwa dan rohani. Ia ditulis untuk

membimbing umat Islam dari keimanan atas dasar taqlid menuju keimanan yang

ditemukan melalui penyelidikan, mempelajari alam dan kejiwaan manusia serta refleksi

tentangnya, juga melalui pencerahan intelektual yang lebih dalam.24

Risālatu’n-nūr

dianggap sebagai sebuah karya Islam yang komprehensif dan lengkap yang melihat alam

semesta sebagaimana adanya, menghadirkan realitas keimanan sebagaimana mestinya.

21

Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

111-112 22

Ibid, halaman 118 23

Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura

Kencana, halaman xv 24

Ibid, halaman xxv

33

Risālatu’n-nūr menunjukkan bahwa tanda-tanda Allah, cerminan nama-nama dan

sifat-sifat-Nya, disampaikan kepada kita dengan tegas dalam bentuk dan konfigurasi

baru, yang selalu berubah, yang mengajarkan pengakuan, penerimaan, penyerahan,

kecintaan dan peribadatan.

Risālatu’n-nūr menunjukkan bahwa ada proses yang jelas untuk menjadi Muslim

dilihat dari hakikat katanya: i’tibar (kontemplasi) menjadi pengetahuan, pengetahuan

menjadi penegasan, penegasan menjadi keimanan atau keyakinan, dan dari keimanan

menjadi penyerahan diri.25

Risālatu’n-nūr memiliki gaya bahasa yang puitis. Untuk menilai bahasa dan gaya

Risālatu’n-nūr, kita perlu memikirkan gaya Al-Qur‟an dan misi Said Nursi. Said Nursi

bukanlah penulis biasa.26

Said menuangkan gagasannya dengan sebuah misi yang besar.

Dia berjuang melawan berbagai kecenderungan pemikiran yang materialistik dan ateis

yang merupakan produk dari sains dan filsafat. Dia menulis untuk menyajikan kebenaran

Islam ke hati dan pikiran manusia modern pada berbagai tingkat pemahaman. Said Nursi

adalah seorang penjuru dakwah, sehingga dia tidak hanya sekedar menulis, tapi juga

mengajarkan gagasan-gagasannya itu kepada murid-muridnya. Karena itulah beberapa

bagian dari Risālatu’n-nūr ditulis dalam waktu yang sangat singkat.

Risālatu’n-nūr mengandung bagian yang berjudul Kumpulan Kata. Bagian ini

ditulis Said selama sepuluh tahun. Kumpulan Kata mengandung sejumlah refleksi dan

meditasi Al-Qur‟an. Hampir sepanjang periode ini dihabiskan Said Nursi dalam penjara

atau dibawah pengawasan ketat, dan hanya kadang-kadang saja dikunjungi oleh teman

dan orang-orang yang berniat baik. Beberapa orang yang mengunjungi Said Nursi itu

25

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxix 26

Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura

Kencana, halaman xxvii

34

menerima menuskrip tulisannya dengan cara seadanya, yang kemudian disalin dengan

tangan dan disebarkan.

Pemenjaraan dan pengawasan ketat yang tidak adil selama waktu yang begitu

lama, tanpa ada tuduhan yang diajukan, memperberat beban yang ditanggung Said Nursi,

tetapi hal itu tidak membuatnya mengubah kekuatan tulisannya atau memperlemah

komitmennya pada tulisannya itu. Jika tujuan dari pemenjaraan dan pengawasan ketat itu

adalah untuk menghalangi cahaya pengajaran Al-Qur‟an Said Nursi, bisa kita katakan

dengan yakin bahwa upaya tersebut gagal total.27

b. Matsnawiy’n-nūriya

Matsnawiy’n-nūriya adalah salah satu karya Said Nursi yang ditulis sebelum

memulai menulis bagian utama dari koleksi Risālatu’n-nūr. Dalam buku ini, gagasan-

gagasan besarnya mengungkapkan diri sebagai sebuah tetesan, tunas, dan kuncup.

Masing-masing tetesan, tunas dan kuncup yang kemudiannya menjadi seperti aliran

gagasan, bagaikan sebuah kebun bunga mawar yang memancarkan wewangian, seperti

sebuah hutan yang berbisik dengan agungnya. Gagasan-gagasan itu menarik dan

menggairahkan perasaan umat Muslim berdasar pada iman dan perenungan; sementara

itu gagasan-gagasan tersebut juga membimbing orang-orang kafir untuk kembali

mengevaluasi pikiran-pikiran dan jalan hidup mereka.28

B. Konsep Pemikiran Said Nursi

1. Agama

27

Ibid, halaman xxix 28

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxxiii

35

a. Keimanan dalam Agama

Iman bukan suatu bentuk pengetahuan yang bisa diungkapkan dengan kata-kata

atau perbuatan, tetapi lebih sebagai suatu bentuk kekuatan spiritual dan emosional

manusia terhadap sesuatu yang diyakini.29

Iman seperti sebuah prisma yang

mengungkapkan dimensi sejati dari hakikat alam dan manusia. Dengan sarana iman,

alam semesta tampak sebagai sebuah buku yang menarik dan dapat dipandang dari

segala sisi.

Sebuah prisma dapat memancarkan berbagai warna cahaya meskipun bersumber

dari satu sinar. Demikianlah jika ingin memandang sebuah kebenaran. Sumbernya bisa

saja sama, namun penafsiran terhadapnya tidak bisa dipungkiri akan berbeda-beda. Hal

tersebut dapat dikarenakan adanya latar belakang yang berbeda atau perspektif yang

beda saat memandangnya. Namun semua itu merupakan perwujudan dari satu hal yang

sama.

Keimanan terhadap Tuhan, terhadap Nabi, terhadap hari Kebangkitan dan

penegasan eksistensi alam semesta memerlukan keimanan terhadap semua hal itu, tanpa

bisa ditinggalkan salah satunya. Ada hubungan sempurna antara pokok-pokok keimanan

ini, yaitu iman terhadap salah satu hal mensyaratkan iman terhadap hal-hal yang lain.

ketuhanan memerlukan kerasulan, keberadaan dunia ini membuktikan adanya dunia

lain.30

Said menyatakan31

bahwa iman kepada Keesaan Allah mempunyai dua tingkat:

Tingkat pertama adalah iman secara lahir bahwa Allah tidak mempunyai sekutu dan

29

Jasa Ungguh Muliawan. 2015. Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus Terhadap Struktur Ilmu, Kurikulum,

Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, halaman 10-11 30

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxxiv 31

Ibid, halaman 3

36

alam semesta ini milik Allah saja. Bagi seseorang yang mempunyai tingkat keimanan

ini, imannya mungkin rentan terhadap penyimpangan dan kekaburan pemahaman.

Tingkat kedua adalah keimanan yang diyakini dengan kuat bahwa Allah adalah

Esa dan bahwa segala sesuatu milik-Nya saja, dan hanya dia yang memberi eksistensi

tanpa ada sekutu apapun dan tanpa membutuhkan sarana apapun untuk melakukannya.

Orang dengan iman seperti ini melihat tanda (ayat) Allah dan ia juga mengetahui tanda-

tanda-Nya ada di segala sesuatu, dan ia terbebas dari keraguan. Ia merasa dirinya selalu

berada di depan Allah. Tidak ada penyimpangan atau keraguan dapat mengaburkan

tingkat keyakinan ini.

Said berasumsi32

bahwa tujuan tertinggi dan kesadaran yang paling mulia bagi

seorang manusia adalah keimanan pada Allah. Manusia mampu meraih derajat

kemanusiaan yang paling mulia disebabkan oleh pengetahuannya tentang Allah.

Kebahagiaan yang paling bercahaya dan hadiah yang paling manis bagi manusia adalah

kecintaan kepada Allah yang terkandung dalam pengetahuan tentang Allah. Kesenangan

yang paling murni bagi jiwa manusia dan kebahagiaan yang paling hakiki bagi hati

adalah ekstase ruhani yang terkandung dalam kecintaan kepada Allah. Sesungguhnya

semua kebahagiaan yang sejati, kegembiraan yang murni, hadiah yang manis dan

kesenangan yang nyata terkandung dalam kecintaan dan pengetahuan tentang Allah.

Keimanan bukan hanya berasal dari lisan, melainkan sebuah perwujudan nyata

yang tampak dalam tingkah laku manusia. Keimanan membutuhkan sebuah proses

menuju tingkat yang lebih tinggi. Keimanan manusia tidak bisa langsung mendalam

tetapi mengalami proses pengembangan. Mulai dari setitik air hingga akhirnya menjadi

sebuah samudra. Keimanan mengandung begitu banyak kebenaran yang terkait dengan

32

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xix

37

seribu satu dan nama-nama Allah serta realita yang terkandung dalam alam semesta,

sehingga sains, pengetahuan dan kebajikan yang paling sempurna dari manusia adalah

keimanan dan pengetahuan tentang Allah yang berasal dari keimanan yang berasal dari

argumen dan penyelidikan.

Keimanan yang didasarkan pada taqlid semata dapat digoyah dengan mudah.

Keimanan seperti ini juga bisa dengan mudah dibantah lewat keraguan dan pertanyaan

yang diajukan dengan pemikiran modern. Sedangkan keimanan yang didasarkan pada

argumen dan penyelidikan tidak akan mudah goyah sebab keimanan jenis ini memiliki

landasan yang kuat. Orang-orang yang mampu mencapai tingkat kepastian keimanan

yang berasal dari pengamatan langsung terhadap kebenaran yang menjadi dasar

keimanan, maka bisa mempelajari alam semesta ini sebagai Al-Qur‟an.

Sesungguhnya Al-Qur‟an, alam semesta dan manusia adalah tiga jenis manifestasi

dari satu kebenaran. Al-Qur‟an, yang berasal dari sifat firman Ilahiah, bisa dianggap

sebagai alam semesta yang ditulis atau disusun, sedangkan alam semesta, yang berasal

dari sifat kuasa dan kehendak Ilahiah, bisa dianggap sebagai Al-Qur‟an yang diciptakan.

Jadi dari sudut pandang ini, alam semesta adalah pasangan dari Al-Qur‟an, yang tidak

akan pernah bertentangan dengan Islam.

Zaman modern adalah masa dimana akal budi akan menjadi nomor satu dalam

mempertimbangkan segala keputusan. Sehingga keimanan membutuhkan pengetahuan

yang luas dan dapat dijelaskan dengan argumen yang kuat. Keimanan sejati harus di

dasarkan pada penyelidikan, juga pada pemikiran yang terus-menerus terhadap tanda-

tanda Allah di alam semesta, pada fenomena alam, sosial, historis, dan psikologis.

Keimanan bukanlah sesuatu yang didasarkan pada taqlid membuta. Keimanan

38

menggabungkan penerimaan dan penegasan nalar dan pengalaman serta penyerahan

kalbu.

Ada tingkat keimanan yang lain menurut Said Nursi33

, yakni keimanan yang

diperoleh dari pengalaman langsung. Keimanan ini diperoleh dari keteraturan kita dalam

beribadah dan berpikir. Orang yang telah menguasai tingkat keimanan ini dapat

menghadapi seluruh dunia ini. Jadi tugas pertama, terutama dan terpenting bagi umat

Islam adalah mencapai tingkat keimanan ini dan mencoba dengan kesungguhan demi

ridha Allah yang Maha Kuasa untuk mengkomunikasikannya dengan orang lain.

Singkatnya, Said Nursi beranggapan bahwa keimanan adalah memahami Islam secara

keseluruhan.

b. Agama Mendorong Kemajuan Sains

Agama Islam merupakan agama yang mendorong manusia untuk terus

mencaritahu dan menyelidiki segala sesuatu yang belum dipahaminya. Said Nursi

pernah menyampaikan dalam pidatonya bahwa Al-Qur‟an mengajarkan manusia kepada

kemajuan dan mendorong manusia untuk mencapainya. Al-Qur‟an berulang kali

menyarankan agar manusia menggunakan akalnya dan memanfaatkan kecerdasannya

untuk memahami tanda-tanda kebesaran Tuhan di sekitarnya. Sehingga pemahaman

yang diperoleh itu akan menambah keimanan dalam dirinya.

33

Ibid, halaman xx

39

Said meyakini bahwa umat Islam harus mengalami kemajuan dalam bidang sains

agar Al-Qur‟an mampu dijelaskan berdasarkan bukti ilmiah yang membutuhkan nalar

untuk menegaskan seruan-seruannya. Sebuah penjelasan yang didasarkan oleh bukti

yang sesuai dengan penalaran manusia akan memperkuat kebenarannya.34

Umat Islam terdahulu mampu mencapai kegemilangannya karena kepatuhan

mereka terhadap agama. Ajaran-ajaran agama Islam begitu melekat dalam diri mereka

sehingga manfaat keagamaan dapat dirasakan secara maksimal. Namun sejarah juga

menunjukkan bahwa umat Islam mengalami kemunduran, bencana dan kekalahan saat

kepatuhan mereka pada kebenaran Islam melemah.

Agama-agama lainnya berlaku hal yang sebaliknya. Sejarah telah membuktikan

bahwa ketika peradaban mereka maju dan semangatnya untuk mematuhi agama dan

kepercayaannya menurun, maka mereka mengalami kemunduran dan kemandegan

kekuatan untuk mematuhi agama dan keimanannya itu.

Islam merupakan agama yang mendorong kemajuan ilmu. Karena ilmu yang

tinggi akan membawa manusia pada penemuan-penemuan yang menakjubkan.

Penemuan itulah yang akan menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan. Islam sebagai

agama akal sekaligus nurani, merupakan agama yang akan membuat manusia menjadi

makhluk yang seimbang. Seseorang menyadari kebenaran yang dinyatakan agama

dengan menggunakan ilmunya, tetapi memperoleh kesimpulan dari kebenaran yang

telah dilihatnya dengan mengikuti nuraninya. Seseorang yang menggunakan

kemampuan akal dan nuraninya dalam mempelajari objek apa pun di alam semesta ini,

34

Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura

Kencana, halaman ix

40

sekalipun ia bukanlah seorang ahli dalam hal ini, ia akan menemukan fakta bahwa

segala sesuatu merupakan ciptaan Tuhan yang Maha Agung.

Sekalipun manusia mungkin menemukan sedikit saja dari ribuan faktor yang

memungkinkan adanya kehidupan di atas bumi, sudah cukup baginya untuk memahami

bahwa dunia telah dirancang untuk mendukung kehidupan di dalamnya. Oleh karena itu,

orang yang menggunakan akal dan mengikuti nuraninya, akan dengan cepat menangkap

kemustahilan pernyataan bahwa dunia terbentuk secara kebetulan. Singkatnya, orang

yang berpikir dengan menggunakan kemampuan ini, tentu menyadari tanda-tanda Allah

dengan sejelas-jelasnya.35

Al-Qur‟an memuat begitu banyak rujukan tentang belajar, pendidikan, observasi,

dan penggunaan akal atau rasio. Bahkan akal, setelah wahyu, adalah sumber terpenting

kedua untuk menemukan dan menjelaskan ayat-ayat atau tanda-tanda Tuhan. Alam

semesta ditampilakan sebagai „teks‟ yang bisa dibaca, dieksplorasi, dan dipahami lewat

penggunaan akal.

“Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari

langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada

perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang berakal.” (QS Al-Jatsiyah

(45) : 5)

Akal merupakan jalan menuju penyelamatan. Akal bukanlah sesuatu yang harus

disingkirkan untuk merengkuh dan memperkuat keimanan. Bahkan akal adalah sarana

untuk menggapai iman, alat penemuan, dan perangkat untuk mendekatkan diri kepada

Tuhan.36

35

Harun Yahya. 2004. Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Dzikra, halaman 4 36

Ziauddin Sardar. 2011. Ngaji Qur’an di Zaman Edan. Jakarta: Serambi, halaman 436-437

41

Agama merupakan sumber tunggal yang menyediakan jawaban pasti dan akurat,

misalnya untuk pertanyaan bagaimana kehidupan dan alam semesta tercipta. Sehingga

agama sangat mendorong studi ilmiah dan riset ilmiah untuk membuktikan keagungan

Tuhan.

Jika dimulai pada landasan yang tepat, riset akan mengungkapkan kebenaran

mengenai asal usul alam semesta dan pengaturan kehidupan, dalam waktu tersingkat dan

dengan upaya dan energi minimum. Seperti dinyatakan oleh Albert Einstein, yang di-

anggap sebagai salah seorang ilmuwan terbesar abad ke-20, "Sains tanpa agama adalah

pincang", dengan perkataan lain, ilmu pengetahuan jika tidak dipandu oleh agama, tidak

dapat maju dengan benar, tetapi justru membuang banyak waktu dalam mencapai suatu

hasil, atau bahkan lebih buruk lagi, tidak memperoleh pembuktian.37

Di dalam salah satu artikelnya, Albert Einstein—yang dianggap sebagai seorang

ilmuwan jenius terbesar—merujuk inspirasi yang diperoleh seorang ilmuwan, ia

mengatakan:

Saya percaya bahwa perasaan religius yang luas adalah alasan paling kuat dan paling

mulia untuk penelitian ilmiah. Hanya mereka yang menyadari upaya tak terukur dan—

di atas segalanya—ketaatan (yang tanpa semua itu pekerjaan-pekerjaan perintis dalam

sains teoretis tidak mungkin dicapai) saja yang mampu memahami kekuatan emosi

(yang hanya bisa ditimbulkan oleh pekerjaan seperti itu, sekalipun jauh dari kenyataan

hidup sehari-hari.) Keyakinan yang mendalam akan rasionalitas alam semesta dan

kerinduan untuk dapat memahami (meskipun hanya sebuah pemikiran lemah yang

terungkap) di dunia ini, pastilah yang membuat Kepler dan Newton mampu

menghabiskan bertahun-tahun bekerja dalam kesendirian untuk menguraikan prinsip-

prinsip mekanika luar angkasa. Mereka yang hanya mendapatkan pengetahuan

penelitian ilmiah dari hasil-hasil praktis, dengan mudah dapat mengembangkan suatu

gagasan salah dari mentalitas orang-orang (yang karena dikepung oleh suatu dunia

skeptis) telah menunjukkan jalan ke arah pemikiran kelompok yang me-nyebar ke

seluruh dunia dan sepanjang abad. Hanya orang yang telah mengabdikan hidupnya

sampai akhir saya yang memiliki kesadaran jelas tentang apa yang telah mengilhami

orang-orang ini dan memberi mereka kekuatan untuk tetap pada tujuan mereka kendati

mengalami kegagalan tak terbilang. Itu adalah perasaan religius kosmis yang memberi

37

Harun Yahya. 2004. Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Dzikra, halaman 1

42

seseorang kekuatan. Tidaklah berlebihan jika para modernis berkata bahwa di zaman

materialistis ini, para pekerja yang serius hanyalah orang-orang yang amat religius.38

Said Nursi berbeda dengan kebanyakan ulama pada masanya. Dengan kesadaran

tinggi pada zaman modern, Said Nursi memahami dengan baik akan pentingnya ilmu-

ilmu peradaban demi memajukan umat Islam. Said Nursi dengan tekun mempelajari

ilmu pengetahuan alam dan sosial, termasuk matematikan dan filsafat. Said memusatkan

usahanya pada pokok-pokok keimanan dan peribadatan serta tujuan-tujuan utama yang

digariskan dalam Al-Qur‟an, yang dia paparkan sebagai penjelasan dan pembuktian atas

keberadaan dan keesaan Ilahiah, kenabian, hari kebangkitan, dan perlunya peribadatan

dan keadilan.

Said menjelaskan39

bahwa tujuan tertinggi dan hasil termulia dari makhluk itu

adalah keimanan kepada Allah. Derajat kemanusiaan yang paling mulia adalah

pengetahuan tentang Allah. Kebahagiaan yang paling bercahaya dan hadiah yang paling

manis bagi manusia adalah kecintaan pada Allah yang terkandung dalam pengetahuan

tentang Allah; kesenangan yang paling murni bagi jiwa manusia dan kebahagiaan yang

paling hakiki bagi hati adalah ekstase rohani yang terkandung dalam kecintaan pada

Allah. Sesungguhnya, semua kebahagiaan yang sejati, kegembiraan yang murni, hadiah

yang manis dan kesenangan yang nyata terkandung dalam kecintaan dan pengetahuan

tentang Allah.

Berdasarkan apa yang telah diperintahkan oleh Al-Qur‟an, Said Nursi

mendukung suatu revolusi pikiran, hati, jiwa dan ruhani. Ia membimbing umat Islam

dari keimanan atas dasar taqlid menuju keimanan yang ditemukan melalui penyelidikan,

38

Ibid, halaman 8-9 39

Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura

Kencana, halaman xiii

43

mempelajari alam dan kejiwaan manusia serta refleksi tentangnya, juga melalui

peribadatan dan pencerahan intelektual yang lebih dalam.40

Said Nursi menyatakan41

bahwa Islam mewajibkan kemajuan dan mengandung

segala yang diperlukan untuk peradaban. Dia berpendapat bahwa segala hal yang benar-

benar bagus dalam peradaban ini pasti juga diperintahkan oleh Islam—termasuk

kemajuan sains dan teknologi—baik secara tersurat maupun tersirat. Tidak satu pun di

antara hal-hal bagus itu yang murni berasal dari dirinya sendiri, atau dari sesuatu yang

lebih baik darinya. Pada sebuah karya lain, Said menulis bahwa hal-hal yang dikenal

sebagai kebajikan dari peradaban adalah perwujudan dari syariat. Lebih jauh lagi, Nursi

menunjukkan bahwa Islam telah memainkan peran yang fundamental dan penting dalam

pembangunan peradaban modern.

Said memahami dengan pasti bahwa ilmu-ilmu modern memiliki banyak

manfaat untuk memajukan peradaban manusia. Ilmu inilah yang akan mampu

menciptakan teknologi dalam mempermudah kehidupan manusia dari masa ke masa.

Sebuah perdaban modern adalah milik bersama, tidak hanya milik Eropa. Sebab ia

adalah produk dari pemikiran umat manusia yang digabungkan, hukum-hukum dari

agama wahyu, kebutuhan bawaan, terutama produk dari revolusi Islam.

Sebuah karya lain Said Nursi menegaskan42

, bahkan dengan lebih keras, bahwa

hal-hal bagus dari kemajuan industri yang hebat yang bisa kita lihat dalam peradaban

Barat adalah sepenuhnya tercermin dan diambil dari peradaban Islam, panduan Al-

Qur‟an dan agama-agama wahyu lainnya.

40

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxxi 41

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 231 42

Ibid, halaman 232

44

Sains yang maju tanpa diimbangi oleh pemahaman yang kuat terhadap ilmu-ilmu

agama akan membawa peradabann tersebut pada kehancurannya. Barat saat ini semakin

merosot dalam moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal

itu akan membawa banyak bencana kemanusaan yang menuntun mereka pada

kemerosotan.

Nursi memprediksi bahwasannya karena peradaban Barat telah jauh dari agama

Kristen sejati dan tidak berdasarkan pada prinsip-prinsip agama wahyu, melainkan pada

prinsip-prinsip filsafat Yunani dan, terutama, Romawi, maka pada akhirnya ia akan

terurai dan berubah bentuk dan membuka jalan bagi munculnya peradaban Islam.

Said membandingkan antara prinsip-prinsip filsafat yang membingungkan

dengan hukum-hukum ilahiah yang membawa manusia pada kepastian. Dia

menggambarkan peradaban Barat sebagai sebuah bangunan yang menjadikan kekuatan

sebagai tumpuannya. Mereka saling berdesak-desakan dalam memperebutkan

keuntungan dan kepentingan pribadi. Yang didapatkan semua orang dengan cara

berdesak-desakan dan saling tekan tidak terkendali.

Prinsip hidupnya adalah konflik, yang kemudian mendorong pada pertikaian dan

perselisihan. Ikatan-ikatan yang mempersatukan setiap kelompok mereka adalah

rasialisme dan nasionalisme negatif, yang tumbuh subur dalam tindakan mengganyang

orang lain dan yang mengejawantah dalam bentuk bentrokan-bentrokan mengerikan.

Sebuah perdaban yang maju dalam bidang sains dan teknologi, apabila jauh dari

agama, pada akhirnya akan menghancurkan peradaban itu sendiri. Hal ini berbeda

dengan kemajuan sains yang dilandasi oleh agama. Seperti yang dinyatakan oleh

45

Ziauddin Sardar43

bahwa ilmu pengetahuan harus diabdikan untuk mengejar kebaikan

dan kebenaran demi kepentingan masyarakat dan diniatkan untuk mewujudkan keadilan

sosial, ekonomi, dan budaya. Sebagai manusia, ilmuwan tidaklah terlepas dari Tuhan,

tetapi bertanggung jawab kepada Tuhan atas kegiatan ilmiah dan teknologis yang

mereka lakukan. Karena penekanan Al-Qur‟an dan teladan Rasulullah yang sangat

mendukung ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pandangan bahwa ilmu pengetahuan

dan agama itu bertentangan tidak berdasar.

Said Nursi mengungkapkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar peradaban Islam

dalam memajukan ilmu pengetahuan. Yaitu tumpuannya adalah kebenaran, bukan

kekuatan, yang mengejawantah dalam keadilan dan kesetaraan. Tujuannya adalah

kebajikan dan ridha Allah, bukan keuntungan dan kepentingan pribadi. Hal ini

mengejawantah dalam cinta dan persaingan antarteman. Alih-alih rasialisme dan

nasionalisme, sarana persatuannya adalah ikatan agama, negara, dan kelas; semua itu

terwujud dalam kerukunan dan persaudaraan yang tulus, dan kerja sama hanya dalam

mempertahankan diri melawan agresi dari luar. Prinsip-prinsip hidupnya adalah tolong-

menolong dan kerja sama yang saling menguntungkan, bukannya konflik, dan hal itu

terwujud dalam persatuan dan sikap saling mendukung. Yang menggantikan nafsu

adalah petunjuk, yang terwujud dalam kemajuan untuk kemanusiaan dan secara spiritual

lebih sempurna. Ia membatasi gairah, dan alih-alih merangsang hasrat dasar jasmani, ia

memenuhi perasaan jiwa yang tinggi.44

Keinginan untuk mempelajari tentang bagaimana Allah menciptakan alam

semesta telah menjadi faktor pendorong terbesar bagi banyak ilmuwan. Sebab orang

43

Ziauddin Sardar. 2011. Ngaji Qur’an di Zaman Edan. Jakarta: Serambi, halaman 596 44

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 233

46

yang menyadari bahwa alam semesta dan segala makhluk hidup adalah hasil penciptaan,

akan menyadari bahwa penciptaan tersebut mempunyai tujuan. Tujuan ini kemudian

mengarahkan manusia pada makna. Keinginan memahami arti penciptaan, menemukan

berbagai tandanya dan menemukan berbagai detailnya, akan mempercepat laju kajian-

kajian ilmiah.45

2. Sains Modern

a. Sains atau Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah representasi pengetahuan yang dimiliki manusia

menurut sistematika dan metodologi tertentu.46

Said menetapkan bahwa hakikat yang

dihasilkan oleh ilmu modern (sekuler) hanya sebatas sebab akibat tanpa melihat

kebesaran yang Maha Bijaksana yang menyediakan, memberikan dan menyebabkan

semua berjalan dalam sistem yang sangat teratur. Maka diperlukan adanya keimanan

yang memandu kepada gagasan bahwa semua hal yang ada di langit dan bumi adalah

nilai-nilai Allah dalam bentuk realita sebagai sarana yang terbaik untuk melihat

hikmahnya, kekuasaannya, dan kebesarannya.47

Said Nursi menyatakan48

bahwa untuk memahami Al-Qur‟an dan membuktikan

kebenaran-kebenarannya, seseorang perlu menggunakan berbagai macam ilmu

pengetahuan yang telah dia pelajari. Dan bahwa Al-Qur‟an sendiri harus menjadi

45

Harun Yahya. 2004. Al-Qur‟an dan Sains. Bandung: Dzikra, halaman 9 46

Jasa Ungguh Muliawan. 2015. Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus Terhadap Struktur Ilmu, Kurikulum,

Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, halaman 11 47

Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

196-197 48

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 41

47

tujuannya, tujuan pembelajarannya, dan tujuan hidupnya. Dengan demikian,

kemukjizatan Al-Qur‟an menjadi panduan, guru, dan tuannya.

Seseorang mampu lebih jauh mengungkap makna-makna di balik ayat-ayat suci

Al-Qur‟an dengan pemahaman yang luas tentang sains. Inilah mengapa Said sangat

gencar dalam menyerukan kemajuan sains yang merupakan buah dari pemikiran rasional

mampu mengungkap lebih jauh dan mendalam tentang kebenaran agama melalui metode

ilmiah. Metode ilmiah dalam menyelidiki fenomena alam telah diajarkan dalam Al-

Qur‟an, yakni dimulai dengan mengamati kejadian alam. Manusia dituntut untuk

menggunakan pikiran dalam menganalisis data yang diperoleh. Petunjuk untuk

menggunakan akal dan pikiran untuk membuat kesimpulan berdasarkan hasil

pengamatan dinyatakan dalam banyak ayat di Al-Qur‟an.49

Salah satunya adalah surat

Qaf ayat 37, yang berbunyi, “Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat

peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan

pendengarannya, sedang dia menyaksikan.”

Apabila seseorang ingin menelaah Al-Qur‟an dengan bantuan penguasaan sains,

maka dia akan mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih mendalam dan kuat. Hal ini

akan membimbing manusia untuk mengakui Allah sebagai pencipta langit dan bumi

yang seharusnya disembah oleh manusia. Kita dapat mengenal Allah dengan

menyelidiki ciptaan-Nya, bukan dengan memikirkan tentang wujud Allah.

Para saintis pada umumnya hanya meneliti dan menjawab pertanyaan yang terkait

dengan sesuatu yang dapat diamati sehingga kesadaran akan kebesaran Allah menjadi

luput dari penjelasan sains. Kegagalan sains dalam “mengobservasi” Sang Pencipta

menyebabkan ilmuwan tidak memercayai adanya Tuhan. Kondisi ini menyebabkan para

49

Ridwan Abdullah Sani. 2014. Sains Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara, halaman 241

48

ilmuwan sering beranggapan bahwa semua fenomena keteraturan di dunia terjadi secara

kebetulan. Hal tersebut membuat mereka menjadi ateis sehingga menganggap hidup

hanya sekali serta tidak akan ada kehidupan setelah mati.50

Segala sesuatu yang

dihasilkan oleh sains modern haruslah menjadi sarana untuk membuktikan kebesaran

Allah dan bukannya berhenti dengan menghubungkan segala benda dan kejadian dalam

dunia ini dengan hukum kausalitas.

Said Nursi mengatakan51

bahwa semua makhluk menegaskan keberadaan dan

Keesaan Mutlak Dzat Yang Maha Mulia, maka makhluk-makhluk itu pun juga

menunjukkan sifat-sifat Agung, Indah dan Sempurna-Nya. Mereka juga menunjukkan

kesempurnaan Esensi-Nya, mereka juga menegaskan bahwa tidak ada cela atau

kekurangan baik dalam Dzat-Nya maupun sifat-sifat atau asma-asma atau tindakan-

tindakannya utamanya.

Kesempurnaan sebuah karya jelas dan terang sekali menunjukkan kesempurnaan

tindakan. Kesempurnaan tindakan tentu saja menunjukkan kesempurnaan gelar, dan

kesempurnaan gelar tentu saja menunjukkan kesempurnaan sifat. Kesempurnaan sifat

menunjukkan kemampuan utama atau kualitas kunci dari dzat tersebut, dan

kesempurnaan kualitas utama atau kunci tentu saja menunjukkan kesempurnaan dzat itu

sendiri.

Kesempurnaan struktur dan dekorasi sebuah istana menggambarkan

kesempurnaan kerja insinyur yang membangunnya. Kesempurnaan karyanya ini jelas

sekali menunjukkan kesempurnaan gelarnya sebagai insinyur. Ini artinya, ia dianggap

sebagai insinyur yang terampil, ahli dan mumpuni. Kesempurnaan gelarnya

50

Ibid, halaman 242 51

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman 19-20

49

menunjukkan kesempurnaan kualitas yang ia miliki sebagai insinyur. Ini berarti,

pengetahuan, kecerdasan, kemampuan dan efisiensinya diakui. Kesempurnaan kualitas

ini bukti dari kemampuan utamanya. Artinya, ia mempunyai kemampuan lebih dan

potensi luar biasa seperti yang telah ia tunjukkan. Kesempurnaan kemampuannya

menunjukkan kesempurnaannya sebagai seorang insinyur.

Kesempurnaan karya yang kita amati di alam raya ini, menunjukkan

kesempurnaan tindakan dibalik karya-karya tersebut. Kesempurnaan tindakan jelas

menunjukkan kesempurnaan gelar-gelar dari Dzat yang berkarya itu. Kesempurnaan

gelar-gelar itu tentu menunjukkan kesempurnaan kualitas atau sifat. Seperti yang

diketahui, nama atau kemampuan utama bersumber dari sifat-sifat. Kesempurnaan sifat-

sifat menunjukkan kesempurnaan kemampuan utama yang merupakan sumber dari sifat-

sifat ini. Maka, kesempurnaan kemampuan utama ini tentu saja menunjukkan

kesempurnaan Dzat yang Maha Agung.

Kemajuan sains yang merupakan hasil dari kemampuan manusia untuk berpikir

rasional, menurut Said Nursi, hendaknya menjadi bahan renungan akan kebesaran Sang

Pencipta. Said menyatakan52

bahwa penguasaan dan penciptaan yang dilandasi oleh

pengetahan dan kebijaksanaan seperti tampak pada seluruh entitas secara jelas, terutama

pada makhluk hidup, jika tidak dinisbatkan kepada pena ketentuan ilahi dan kekuasaan-

Nya yang bersifat mutlak, lalu menisbatkan kepada alam yang buta, tuli dan bodoh, serta

menisbatkan kepada sebuah kekuatan, berarti untuk mencipta, alam harus menghadirkan

berbagai cetakan dengan jumlah tak terbatas dalam segala sesuatu. Atau dalam segala

sesuatu itu terdapat kekuasaan yang menciptakan seluruh alam serta kebijaksanaan yang

mengatur semua urusan.

52

Said Nursi. 2003. Menikmati Takdir Lagit. Jakarta: Murai Kencana, halaman 341

50

Sebagai contoh, tampilan matahari dan pantulan sinarnya, serta kilau cahayanya

yang tampak pada butiran air yang bersinar, atau di atas potongan kaca yang bertebaran

di permukaan bumi, akan membuat seseorang beranggapan bahwa ia merupakan bentuk

representasi dari matahari. Jika pantulan dan cahaya tersebut tidak dinisbatkan kepada

matahari yang sebenarnya, berarti kita harus meyakini adanya matahari alamiah yang

kecil yang memiliki sifat-sifat matahari dan benar-benar ada di dalam potongan kaca

tadi. Dengan kata lain, kita harus meyakini adanya sejumlah matahari sebanyak serpihan

potongan kaca tersebut.

Kita bisa mengatakan bahwa jika penciptaan seluruh entitas dan makhluk hidup

tidak dinisbatkan secara langsung kepada manisfestasi nama-nama Allah yang mulia

sebagai cahaya yang menyinari langit dan bumi, berarti kita meyakini keberadaan alam

dan adanya kekuatan yang memiliki kekuasaan dan kehendak mutlak di samping

pengetahuan dan kebijaksanaannya yang juga bersifat mutlak pada semua entitas,

terutama pada makhluk hidup. Artinya, kita harus meyakini adanya Tuhan pada segala

sesuatu. Orang yang menisbatkan ciptaan Allah yang sangat mengagumkan dan sangat

jelas, bahkan pada makhluk terkecil sekalipun, kepada alam yang tak memiliki perasaan,

tentu saja terjerumus berikut pemikirannya itu ke dalam tingkatan yang lebih sesat dari

pada binatang. Pemikiran menyimpang tersebut merupakan sebuah bentuk kemustahilan

yang paling batil.53

53

Ibid, halaman 341-342

51

b.Sains Memperkuat Kebenaran Agama

Eksistensi sains bagi agama berfungsi sebagai pengukuh, dan penguat agama

bagi pemeluknya, karena sains mampu mengungkap rahasia-rahasia alam semesta dan

seisinya berdasarkan penjelasan-penjelasan yang rasional dan dapat di terima oleh akal

manusia karena didasari oleh riset.54

Eksistensi Tuhan dapat disimpulkan atau didukung

oleh bukti tentang desain alam, yang tentangnya alam membuat kita semakin

menyadarinya.55

Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini memberikan tanda-tanda

dan bukti nyata akan keberadaan Tuhan.

Said Nursi beranggapan bahwa semua yang ada di langit dan bumi merupakan

sebuah desain holistik sempurna yang memiliki cap atau tanda bukti bahwa mereka

adalah ciptaan Tuhan. Setiap bagian makhluk mempunyai keterkaitan satu sama lain.

Semuanya tersusun dari partikel-partikel yang sama hingga membentuk satu kesatuan

utuh yang berada dalam satu keteraturan penciptaan. Said mengatakan bahwa56

Tuhan

telah meletakkan tanda atau stempel khusus pada setiap benda yang telah Ia ciptakan.

Tanda itu menunjukkan bahwa Dia-lah penciptanya. Ia telah menerapkan stempel

tertentu pada setiap ciptaan-Nya yang menunjukkan bahwa Dia-lah pencipta segala

sesuatu. Juga, pada setiap “huruf” yang “dituliskan” oleh Allah ada tanda tangan yang

tidak dapat ditiru, yang khas untuk Maha Raja Yang Adil.

Di antara tanda-tanda kebesara Tuhan yang tak terbilang adalah tanda yang Dia

taruh pada makhluk hidup. Karena kompleks dan mempunyai karakter terbuka, sebuah

makhluk hidup mirip dengan miniatur alam raya, buah pohon penciptaan yang bersinar,

54

Maksudin. 2013. Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 2 55

Ian G. Barbour. 2002. Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama. Bandung: Mizan, halaman 82 56

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman 3

52

sebuah inti sari dari seluruh penciptaan, yang dibuat oleh Sang Pencipta sebagai sampel

atau pola kebanyakan spesies.

Said mengatakan57

bahwa segala sesuatu di dunia ini, mulai dari partikel paling

kecil sampai planet-planet dan galaksi dan dari makhluk manusia sampai matahari serta

bintang gemintang, menunjukkan bahwa pasti ada Sang Pencipta yang bekerja di balik

itu. Dalam bahasa fungsi dan tugas-tugasnya, meskipun tiada berdaya, setiap makhluk

dibekali tatanan makhluk secara umum dan ini menunjukkan Keesaan Penciptanya.

Dalam hal ini, Said Nursi beranggapan bahwa penemuan-penemuan yang dibahas oleh

sains modern bukan semata disebabkan oleh hukum kausalitas. Akan tetapi, kekuasaan

Tuhanlah yang selalu aktif dan kreatif berperan di balik semua itu.

Segala sesuatu yang diciptakan di dunia ini, jika dipahami sebagaimana mestinya

dan bukan atas kehendak dan imajinasi belaka, pasti akan sampai pada kesimpulan

bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Seseorang akan melihat keteratuan yang harmoni,

keindahan dan keseimbangan, keadilan dan kemurahan, ketuhanan, keberlangsungan

dan keagungan, dan sekaligus akan menyadari bahwa semua atribut tersebut mengarah

bukan pada benda-benda ciptaan itu, melainkan pada realita dimana semua atribut

tersebut ada dalam kesempurnaan dan keabsolutan. Seseorang akan melihat bahwa dunia

ciptaan ini adalah buku berisikan nama-nama, suatu indeks, yang ingin menceritakan

pemiliknya, yaitu Allah.58

Jadi semua ayat-ayat Ilahi, baik itu ayat Al-Qur‟an maupun eksistensi alam

semesta seisinya termasuk manusia, pada dasarnya adalah risalah tentang Allah yang

57

Ibid, halaman 16 58

Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura

Kencana, halaman xx-xxi

53

harus dibaca agar kita bisa sampai kepada pemahaman yang komprehensif tentang

Allah. Dan ilmu pengetahuan berperan untuk menyelidiki tanda-tanda kebesaran Allah

di alam semesta. Dengan demikian kebenaran agama akan terjelaskan.

Said Nursi mendeskripsikan59

bagaimana manusia modern mencari agama sejati.

Dia mengatakan bahwa perkembangan dalam sains beserta peperangan mengerikan dan

berbagai peristiwa yang terjadi di abad ke-20 telah membangkitkan keinginan dalam diri

manusia untuk mencari kebenaran sejati. Sebab kemajuan sains tidak mampu mengisi

ruang kosong yang ada dalam diri mereka. Ruang kosong yang hanya bisa dipenuhi oleh

sesuatu yang bersifat spiritualitas.

Sifat sejati manusia adalah untuk memahammi segala sesuatu secara

menyeluruh. Cepat atau lambat, manusia akan menyadari kebutuhannya akan agama,

karena satu-satunya penyangga bagi manusia yang tidak berdaya di hadapan berbagai

macam bencana dan musuh dari luar maupun dalam yang menghancurkan mereka

adalah iman, keyakinan akan keberadaan Sang Pencipta alam, dan memercayai

kehidupan akhirat. Selain hal-hal tersebut, tidak ada lagi pertolongan bagi manusia yang

telah tersadar. mengatakan bahwa seperti halnya seorang manusia, negara-negara juga

mulai menyadari kebutuhan besar umat manusia semacam ini.

Said Nursi mengemukakan bahwa Al-Qur‟an berkali-kali menyerukan agar

manusia menggunakan akal budinya dan memerintahkan kepadanya agar memanfaatkan

kecerdasannya dan merenungkan serta mengambil hikmah dari kehidupannya sendiri

59

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 141

54

maupun kejadian-kejadian di masa lalu. Di masa depan, kehebatan Al-Qur‟an akan

diakui. Said pernah mengungkapkan:

Kaum muslimin yang juga merupakan murid-murid Al-Qur‟an seperti kita ini

hanya mengikuti bukti. Kita mendekati kebenaran iman melalui akal, pemikiran,

dan hati. Kita tidak meninggalkan bukti dan lebih memilih taqlid buta dan begitu

saja meniru para pemuka agama seperti dalam agama-agama lain. Oleh karena

itu, di masa depan, ketika yang menjadi ukuran adalah nalar, sains, dan

teknologi, Al-Qur‟an pasti dijunjung tinggi, karena ia bersandar pada bukti-bukti

rasional dan selalu mengundang akal untuk membuktikan pernyataan-

pernyataannya.60

Demikianlah sikap optimisme yang diungkapkan oleh Said Nursi mengenai

keyakinannya akan kebenaran Al-Qur‟an. Said percaya bahwa kebenaran Al-Qur‟an

akan terbukti. Dia mmeyakini bahwa di masa yang akan datang, ketika akal budi, sains,

dan teknologi menjadi penentu, pada saat itulah Al-Qur‟an mendominasi. Dia bersandar

pada bukti-bukti rasional dan membuat akal budi mengukuhkan keunggulannya.

1. Integrasi Agama dan Sains Modern

Akal budi dan hati nurani merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dalam

menjalani kehidupan. Akal dan nurani yang seimbang akan membuat seorang manusia

mampu mempertimbangkan segala sesuatu dengan rasionalitas yang sehat dan moral

yang tinggi. Said Nursi berpandangan61

bahwa agama mewakili hati nurani, sedangkan

ilmu pengetahuan mewakili akal budi. Keduanya penting demi mencapai kemajuan

60

Ibid, halaman 125 61

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 65

55

sejati. Ilmu-ilmu keagamaan adalah cahaya nurani dan ilmu-ilmu modern adalah cahaya

akal budi. Dengan menggabungkan keduannya, maka sebuah kebenaran akan tampak

lebih jelas. Namun apabila keduanya terpisah, akan muncul fanatisme kepada salah satu

dan tipu muslihat serta kesangsian pada yang lain.

Seperti apa yang dinyatakan oleh Maksudin62

, bahwa agama bagi agamawan

murni tanpa sains akan menjadikan kemunduran dan kepicikan dalam menghadapi

perubahan dan perkembangan sains sedemikian pesatnya. Oleh sebab itu Said Nursi

mengkritik pandangan materialisme yang membuat peradaban modern menjauh dari

pusat eksistensinya, dan karena itu melahirkan krisis modernitas. Said tidak menyetujui

sebuah ilmu yang hanya berdasar pada rasionalisme dan empirisme. Ilmu-ilmu yang

selama ini menjadi penyangga peradaban modern tersebut direvisi. Sebab empirisme dan

rasionalisme tidak mengakui adanya kebenaran dibalik fenomena empiris dan terlalu

mengagungkan akal tanpa melihat sisi metafisika di dalamnya.

Sebelum abad ke-20, sains dan para ilmuwan telah berupaya memaksakan

pendekatan naturalistis terhadap konsepsi dunia dalam rangka menghapus gagasan-

gagasan lama mengenai rancangan dan tujuan dari pandangan terhadap alam semesta.

Dalam pendekatan ini, naturalisme biasanya dianggap dan dijadikan sebuah titik tolak

metodologis yang menegaskan bahwa segala penjelasan mengenai fenomena alam

semesta haruslah benar-benar natural dan dibatasi pada hukum-hukum materi saja.63

Terkadang naturalisme disamakan dengan materialisme, khususnya ketika para

pemikir melangkah lebih jauh dan sampai pada kesimpulan bahwa alam dan dunia tak

62

Maksudin. 2013. Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 3 63

Nidhal Guessoum. 2014. Islam dan Sains Modern. Bandung: Mizan, halaman 373

56

lain hanyalah materi dan tidak membutuhkan prinsip-prinsip metafisika apapun, bahkan

istilah metafisika kerap dianggap tidak pernah ada.

Harun Yahya, seorang pemikir dari Turki yang terpengaruh oleh pemikiran Said

Nursi, menerangkan64

bahwa sains yang dikaji para ilmuwan materialis yang tidak

mampu melihat kebenaran, terutama dalam dua ratus tahun terakhir, ternyata telah

menimbulkan pemborosan waktu, kesia-siaan banyak riset, dan penghamburan jutaan

dolar tanpa menghasilkan apa-apa.

Sebuah fakta yang penting untuk diingat adalah bahwa sains dapat mencapai hasil

yang dapat dipercaya hanya jika tujuan utamanya adalah penyelidikan tanda-tanda

penciptaan di alam semesta dan bekerja keras semata-mata untuk mencapai tujuan ini.

Jika tujuan utamanya hanyalah sekedar untuk membuktikan sesuatu yang bersifat

material, maka penemuan sains tersebut tidak akan memberikan pengaruh apa-apa dalam

kerohanian seorang ilmuan. Sehingga bisa jadi dia akan jatuh pada kesesatan dan

meniadakan Tuhan. Sains dapat mencapai tujuan akhirnya dalam waktu sesingkat

mungkin hanya bila ia ditunjukkan ke arah yang benar, dengan kata lain jika dipandu

dengan benar.

Said menganggap bahwa pemujaan pada penyebab material adalah penyebab

penghinaan dan penolakan.65

Sungguh pun merupakan suatu tanggung jawab untuk

menghormati penyebab (kausal), tetapi menghubungkan pengaruh nyata pada penyebab-

penyebab ini merupakan penyelewengan dan penyimpangan yang nyata.

64

Haruns Yahya. 2004. Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Dzikra, halaman 1 65

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Murai Kencana, halaman xxxv

57

Said berasumsi66

bahwa keseimbangan antara ilmu-ilmu agama yang merupakan

cahaya bagi nurani dan ilmu-ilmu modern yang merupakan cahaya bagi akal, membuat

kebenaran menjadi tampak jelas. Sehingga apapun yang dihasilkan oleh akal manusia

tidak akan bertentangan dengan nuraninya sebagai makhluk bertuhan. Oleh sebab itu,

akal dan nurani memiliki kedudukan yang sama-sama penting. Sebab jika hanya akal

yang diaktifkan tanpa menggunakan hati nurani, maka yang terjadi adala ateisme. Dan

apabila manusia hanya menjalankan ilmu agama tanpa mempelajari ilmu peradaban,

maka ia akan mengalami kemunduran dan kepicikan dalam menghadapi perubahan dan

perkembangan sains sedemikian pesatnya.

Seperti apa yang diutarakan Syahrin Harahap dalam bukunya67

bahwa manusia

harus mampu mengintegrasikan antara spiritual dan materiel yang dihadapinya.

Seberapapun pentingnya akal, namun manusia tidak boleh terjebak dalam tradisi

menuhankan akal dan melepaskannya dari aspek ketuhanan, sebab hal tersebut akan

melahirkan sekularisme radikal dan penentangan terhadap manusia itu sendiri. Namun

manusia juga tidak boleh hanyut dalam spiritualitas semata tanpa menoleh pada realitas

yang dihadapinya.

Manusia yang terlepas dari kesadaran spiritual akan memandang segala sesuatu

sebagai obyek yang tak memiliki tujuan apa-apa. Segala sesuatu baginya adalah sebuah

kebetulan. Keyakinan semacam ini akan membuat manusia memandang dirinya sebagai

puncak kebenaran, atau dikenal sebagai paham antroposentrik. Orang semacam ini

mengagungkan akalnya setelah mengikisnya dari aspek sakral. Pola pikir ini kemudian

mendorong lahirnya paham materialisme, positivisme, dan mekanikisme yang

66

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 65 67

Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman 306

58

menentang segala sesuatu yang bernuansa spiritual. Dengan demikian, ilmu pengetahuan

akan kehilangan aspek sucinya, kemudia mulai meniadakan Tuhan dalam kajiannya.

Berbeda dengan seorang teo-antroposentrik, yaitu manusia yang memiliki

kesadaran vertikal dan horizontal sekaligus, akan menyadari bahwa akal dan kalbunya

merupakan anugerah Allah yang harus difungsikannya secara bersama dalam naungan

kasih sayang Allah. Dengan kepribadian ini manusia mampu menjalankan tugas

kekhalifahannya dengan berpegang teguh pada dimensi spiritual.

Said menyatakan bahwa ilmu-ilmu keagamaan adalah cahaya nurani dan ilmu-

ilmu modern atau peradaban adalah cahaya akal budi.68

Keduanya, apabila terpenuhi,

akan menjadikan manusia sebagai pribadi yang memiliki kejiwaan yang seimbang antara

akal dan hati. Perpaduan antara intelektualitas dan spiritualitas yang membentuk sebuah

harmoni. Maka keseimbangan antara keduanya akan memunculkan kesempurnaan dalam

membangun peradaban yang sejati. Adanya keharmonisan antara akal dan nurani akan

membuat manusia hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Agama dan sains bagi manusia akan memperkukuh dan memperkuat hubungan

manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam semesta, dan manusia dengan

Tuhannya.69

Agama dan sains ibarat dua mata uang yang saling berhubungan satu sama

lain dalam membentuk sebuah keyakinan yang sesuai dengan fitrah manusia. yaitu fitrah

agama, fitrah suci, fitrah kebenaran, dan fitrah kasih sayang.

Said Nursi menyatakan70

bahwa sains dan filsafat merupakan akar dari kekafiran

modern. Kekafiran dan ateisme yang datang dari sains dan filsafat lebih sulit ditangani

68

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 65 69

Maksudin. 2013. Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 2 70

Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxiv

59

dan dihilangkan dari hati daripada kekafiran yang berasar dari kebodohan. Sangatlah

nyata bahwa penciptaan alam semesta dan terjalinnya hubungan antara bagian-bagian

dari alam memerlukan pengetahuan, kemauan dan kekuatan yang absolut dan

menyeluruh.

Dunia ini adalah sebuah desain yang sempurna, ia tidak bisa mendesain dirinya

sendiri. Ia adalah sesuatu yang diciptakan, bukan menciptakan, obyek pasif, bukan

pelaku aktif, sekumpulan pelaku ilahiah, bukan pemberi hukum. Sehingga alam tidak

bisa menjadi pencipta bagi dirinya sendiri. Dengan demikian, sebab-sebab atau hukum

kausalitas, yang tidak lebih dari sekedar eksistensi kebendaan yang tidak memiliki

pengetahuan, kemauan dan kekuatan, tidak bisa menjadi pencipta sesuatu.

Kaum materialis melihat segala sesuatu dengan cara yang bertolak belakang

dengan cara orang beriman memandang dunia. Mereka menyaksikan sesuatu tanpa

mengikut sertakan hati nurani mereka dan hanya mengandalkan rasionalitas semata.

Mereka percaya bahwa dunia ini, yang keteraturan dan harmoni alamiahnya mereka

akui, benar-benar ada begitu saja karena sebuah kekacauan, ketidakteraturan, dan

kebetulan belaka.

Kaum materialis beranggapan bahwa dunia ini ditopang oleh interaksi mekanis

berbagai sebab yang tercipta dengan sendirinya. Dunia yang lemah ini, yang melalui

kaidah-kaidah yang datang entah dari mana, dianggap mampu menghasilkan keteraturan

simfoni harmoni dan keseimbangan sebagaimana yang kita lihat dan dengar di sekeliling

kita.71

Itulah yang pada akhirnya membawa mereka pada penolakan bahwa dibalik

segala keseimbangan dan rancangan itu, ada Dzat tunggal dan agung, yang merancang

dan mengaturnya.

71

Ibid, halaman xxviii

60

Di masa ketika sains dan filsafat digunakan para generasi muda ke arah ateisme,

dan sikap nihilistik mempunyai daya tarik yang kuat, di masa tatkala semua hal tersebut

dilakukan atas nama peradaban, modernisasi dan pemikiran kontemporer, dan siapa saja

yang berani menentang akan disiksa dengan sangat kejam, Said Nursi memperjuangkan

kebangkitan yang menyeluruh bagi semua umat manusia, membisikkan ke dalam pikiran

dan jiwa mereka apa saja yang diajarkan lembaga-lembaga pendidikan modern dan

tradisional serta mengadakan pelatihan-pelatihan rohani.72

Yaitu dengan upaya

menggabungkan pengajaran agama dan sains modern.

2. Peranan Integrasi Agama dan Sains Modern

a. Islam Sebagai Landasan Masa Depan

Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi pribadi yang bisa membaca zaman.

Umat Islam dituntut untuk mengerti pergerakan sejarah dari masa lalu hingga masa

sekarang sehingga mampu memprediksi pergerakan sejarah di masa yang akan datang. Di

masa depan, teknologi akan berkembang dengan sangat pesar dan dunia akan ditandai

dengan loncatan perubahan yang luar biasa. Perubahan itu diawali oleh inovasi dalam

bidang sains dan teknologi. Loncatan perkembangan sains dan teknologi telah menjadi

penggerak perubahan yang dilatarbelakangi oleh keinginan material. Segala hal yang

72

Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura

Kencana, halaman vii-viii

61

berhubungan dengan tujuan-tujuan spiritual akan mengikis karena manusia lebih

mementingkan sesuatu yang sifatnya material.

Dengan pergerakan yang dilandasi oleh hal-hal yang bersifat material, maka nilai-

nilai kebudayaan boleh jadi akan digerakkan oleh filsafat materialisme, dan pada sisi lain

boleh jadi pula manusia akan menjadi penghuni dunia yang tidak menentu, yang padat

penduduknya dan sangat kompetitif. Dalam kondisi yang demikian, manusia

mendambakan alternatif pemecahan masalah, dan agama dipandang sebagai alternatif

terbaik dan paling tepat.73

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Said Nursi dalam pidatonya74

,

bahwa perkembangan yang pesat dalam sains akan membangkitkan keinginan dalam diri

manusia untuk mencari kebenaran. Manusia akan menyadari kebutuhannya akan agama,

karena satu-satunya penyangga bagi manusia yang tidak berdaya di hadapan berbagai

macam bencana dan musuh yang menghancurkan mereka dari luar maupun dalam adalah

iman, keyakinan akan keberadaan Sang Pencipta alam, dan mempercayai kehidupan

akhirat.

George Bernand Shaw, pernah mengemukakan75

pendapatnya mengenai peran

Islam terhadap masa depan. Ia mengatakan bahwa hanya agama Islamlah satu-satunya

agama yang memiliki kepastian untuk berasimilasi terhadap perubahan tahap eksistensi

manusia, yang membuatnya tetap memiliki daya tarik yang kuat dalam setiap abad. Ia

mengemukakan bahwa agama Islam adalah agama masa depan.

73

Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman xiv 74

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 141 75

George Bernand Shaw, The Genuine Islam, Vol.8, tahun 1936. Sebagai dikutip Syahrin Harahap. 2015.

Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman xv

62

Masa depan, dimana sains dan teknologi akan semakin berkembang sedemikian

pesatnya, membuat manusia modern membutuhkan pegangan yang mampu memberi

daya tahan bagi penganutnya terhadap guncangan perubahan. Pegangan tersebut adalah

sebuah keyakinan spiritual berupa agama.

Manusia modern akan hidup dalam suatu zaman dimana rasionalitas menjadi hal

terpenting dalam meyakini sesuatu. Menurut Syahrin Harahap76

, agama masa depan—

agama yang mampu mengisi kekosongan dalam hati manusia modern sekaligus menjadi

agama rasional yang tidak bertentangan dengan sains modern—adalah agama yang

memiliki lima kriteria tertentu.

Pertama, agama yang mampu memberi daya tahan bagi penganutnya terhadap

guncangan perubahan. Masa depan tampaknya akan ditandai oleh perubahan-peruabahan

yang luar biasa. Di sini manusia akan menjadi persoalan untuk dirinya sendiri, karena

merasa terancam oleh perubahan-perubahan yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini

manusia membutuhkan pegangan dan pegangan yang paling bermakna adalah agama.

Kedua, agama masa depan adalah agama yang mampu mengembangkan teologi

inklusif, yang menawarkan kebaikan untuk seluruh umat manusia. Sebab dunia masa

depan adalah dunia yang pluralistik. Jadi bukan agama yang menganjurkan untuk

menebas atau membantai setiap orang yang tidak menganutnya.

Ketiga, agama masa depan mampu menggerakkan etos kerja, etos ekonomi, dan

etos ilmu pengetahuan. Sebab ketiga etos itulah penggerak utama globalisasi dunia saat

ini.

Keempat, agama masa depan memberi dorongan pada penganutnya untuk

mengembangkan intelektual dan hati nurani secara seimbang, agar penganutnya tidak

76

Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman xii-xiii

63

hanya bergelimang dengan kemewahan material tetapi miskin ilmu spiritual, dan

sebaliknya.

Kelima, agama masa depan memberikan kesadaran kepada manusia akan

posisinya sebagai wakil Tuhan di bumi, yang diberi tanggung jawab untuk

memakmurkan dan merawatnya, dan bukannya mengeksploitasinya secara sewenang-

wenang. Syarat kelima ini merupakan antisipasi terhadap salah satu krisis yang

menghadang umat manusia masa depan, yakni krisis lingkungan.

Begitulah, teologi agama masa depan itu adalah teologi yang lebih

memperhatikan pada konsep keilahian, persoalan lingkungan hidup, etika sosial dan masa

depan umat manusia, dengan mengandalkan kekuatan ilmu pengetahuan dan kesadaran

spiritual. Atau dalam bahasa Said Nursi, menggabungkan akal budi dan hati nurani.

b. Etika Agama Dalam Menggali Ilmu Pengetahuan

Agama Islam telah menetapkan etika-etika yang wajib dipatuhi oleh setiap

penuntut ilmu dalam menncari ilmu pengetahuan,. Dalam perspektif Islam berilmu saja

tidak cukup. Keberilmuan harus dibarengi dengan ketinggian adab dan akhlak. Sebab di

dalam Islam, sesuatu yang menjadi tanda tingginya ilmu seseorang adalah akhlaknya

yang baik. Karena hal itu merupakan tanda bahwa ia telah memahami betul hakikat ilmu

pengetahuan.

Lina Dya Ambarwati, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dalam

penelitiannya berjudul Pendidikan Akhlak Perspektif Badiuzzaman Said Nursi dan Sayed

Muhammad Naquib Al-Attas, menerangkan tentang pandangan Said Nursi tentang

pendidikan akhlak. Penulis menuliskan bahwa Said Nursi menekankan pentingnya akhlak

64

dalam diri umat Islam yang mencakup dimensi akhlak kepada Allah, yang diwujudkan

melalui keyakinan, pengakuan, dan kesadaran sepenuhnya bahwa tiada Tuhan melainkan

Allah, kemudian penyerahan diri pada Allah dan menjadi hamba yang setia. Dimensi

selanjutnya, akhlak kepada manusia didasarkan atas prinsip persaudaraan, maka manusia

yangg satu membutuhkan yang lainnya dan Said Nursi menentang segala bentuk jalan

kekerasan. Dan akhlak kepada alam didasarkan pada mandat manusia sebagai khalifah di

muka bumi, maka manusia dituntut untuk tidak melakukan tindakan keji dan destruktif

kepada alam.

Ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan sifat Allah yang abadi, suci, dan

universal, maka semua ilmu pengetahuan sumbernya adalah Allah semata. Sebab

manusia mengetahui sesuatu hanya berdasarkan apa yang Tuhan ajarkan kepadanya.

Allah adalah mata air yang menjadi sumber segala pengetahuan.

Allah adalah Dzat Yang Mahasuci dan hanya dapat dihampiri melalui dimensi

suci, maka ilmu yang merupakan salah satu sifat-Nya juga memiliki aspek kesucian atau

berada dalam wilayah sakral. Begitu sucinya ilmu Allah tersebut hingga tidak ada sesuatu

pun yang mampu berhubungan dengan ilmu ini kecuali atas izin dan hidayah Allah.77

Said Nursi benar-benar menekankan perlunya mematuhi moralitas Islam demi

tercapainya keberadaban dan kemajuan sejati dan selanjutnya menyatakan ketakutannya

bahwa jika kebebasan dipahami sebagai lisensi, ia akan hilang dan akan mengakibatkan

kembalinya kezaliman, “karena kebebasan itu tumbuh dan terlihat melalui kepatuhan

terhadap peraturan dan berlakunya syariat serta ajaran-ajaran moral yang bagus.”78

77

Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman 303 78

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 77

65

c. Memajukan Peradaban dengan Mengintegrasi Agama dan Sains Modern

Said Nursi menjelaskan79

bahwa yang memberinya keberanian untuk menantang

berbagai pemikiran yang mengaburkan Islam adalah keyakinannya bahwa kebenaran

akan tumbuh dan berkembang. Sebab di masa modern, akal budi akan mengambil peran

besar dalam kehidupan manusia. Dan zaman sekarang adalah zamannya akal budi.

Pemikiran, akal budi, kebenaran, serta kebijaksanaan menghasilkan penemuan-penemuan

dan kebenaran ilmiah yang terus menerus ditemukan.

Banyak pengaruh-pengaruh positif yang diperoleh dari ilmu pengetahuan.

Kebenaran akan mengalahkan kekuatan, bukti mengalahkan cara pikir sesat, nalar

mengalahkan naluri dan pikiran mengalahkan emosi. Hal ini sudah terjadi sebagian di

masa kini. Namun di masa yang akan datang hal itu akan terwujud sepenuhnya.

Said menegaskan bahwa yang membuat orang-orang Kristen tersesat adalah

karena mereka mengabaikan nalar, menolak bukti, dan taqlid buta kepada pendeta.

Mereka percaya secara mutlak dengan apa yang dikatakan oleh pemuka agama meskipun

apa yang dikatakan itu bertentangan dari fakta ilmiah. Sedangkan yang terus menerus

membuat Islam semakin menonjol dan memperlihatkan kebenaran-kebenarannya yang

bisa dibilang membantu mengembangkan pemikiran manusia adalah fakta bahwa Islam

di dasarkan pada kebenaran, dibekali bukti, tidak bertentangan dengan akal sehat,

berpijak pada realitas, dan selarah dengan kebijaksanaan. Sebagaimana yang dijelaskan

pada pidatonya yang dikenal sebagai “Amanat kepada Kebebasan. Nursi menganggap

syariat atau keseluruhan ajaran Islam itu bersifat dinamin. Ia beradaptasi dan berkembang

sejalan dengan kemajuan manusia.

79

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 136-137

66

Hal yang membuat Said Nursi percaya bahwa Islam akan menguasai peradaban

masa depan karena konsep kemajuan yang dimilikinya. Baginya, hal ini adalah sebuah

konsep universal yang tidak terbatas pada soal kemajuan; ia adalah sebuah hukum yang

berlaku, baik itu terhadap alam semesta maupun manusia, karena “manusia merupakan

bagian dan hasil dari dunia ini.” Ini dikarenakan pada keduanya ada hasrat atau

kecenderungan untuk menjadi sempurna dan maju, dan kecenderungan inilah yang

membuat makhluk tunduk pada hukum tersebut.

Ada suatu persesuaian dan kesesuaian antara hukum alam dan ajaran-ajaran Al-

Qur‟an. Hal ini bisa dilihat dalam hal syariat yang lazim dikenal, yang mengatur

tindakan-tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja, dan syariat Penciptaan,

“yang tersusun atas hukum-hukum teoretis alam semesta. Menurut Said Nursi,

kebenaran syariat tidak bertentangan dengan hukum-hukum rumit yang pada tingkatan

tertentu berlaku dalam penciptaan, sehingga kebenaran-kebenaran tersebut menjadi

keselarasan hukum-hukum alam tersebut. Karena kesesuaian inilah Al-Qur‟an tetap bisa

menjamin kukuhnya tatanan sosial dan keseimbangan serta kemajuan umat manusia.

Said Nursi mengatakan80

bahwa sejarah tidak pernah mencatat adanya seorang

muslim yang memeluk agama lain karena tergoda keunggulan akal budi agama-agama

lain tersebut, sedangkan karena argumen yang masuk akal dan bukti-bukti tertentu, para

pemeluk agama lain secara bertahap mendekati dan masuk Islam.

Said Nursi menyeru orang-orang muslim untuk menunjukkan kesempurnaan

akhlak Islam dan kebenaran iman melalui tindakan sehari-hari. Dengan begitu, tidak

disangsikan lagi para pemeluk agama lain akan berbondong-bondong masuk Islam,

80

Ibid, halaman 140

67

bahkan semua orang yang tinggal di kawasan-kawasan dan negara-negara tertentu akan

berlindung di dalam Islam.

d. Nasihat Said Nursi Demi Kebangkitan Islam

Islam merupakan agama bagi seluruh alam. Di dalamnya tercakup nilai-nilai yang

mengatur segara urusan umat manusia. Kebangkitan Islam pada hakikatnya adalah tugas

kemanusiaan secara kolektif, karena umat Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari pembangunan dunia, dan dengan demikian merupakan tugas kemanusiaan.

Sebagai suatu tugas kemanusiaan kolektif, maka setiap upaya membangkitkan

Islam diharapkan mendapat dukungan dan penghargaan yang layak dari semua umat

manusia, lintas agama, geografis, dan etnis. Jika jalan pikiran ini dapat diterima, maka

upaya-upaya kebangkitan Islam seyogyanya tidak dianggap sebagai ancaman, bahkan

perlu disikapi sebagai kerja kolektif umat manusia yang secara teleologis membawa

manusia ke arah yang lebih baik dan sempurna.81

Said Nursi adalah seorang ulama yang memiliki pandangan jauh ke depan. Dalam

salah satu pidatonya ia mengajak generasi muda untuk segera bangkit dari

kemerosotannya. Said Nursi hidup di masa kekalahan Dunia Islam, masa kemunduran

dan kegelapan. Namun Said tahu bahwa zaman keemasan akan datang membawa

81

Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman 275

68

kebahagiaan sejati, kemajuan, peradaban bagi umat manusia. Ia percaya bahawa

kebangkitan telah dimulai.

Pandangan Nursi sedemikian gamblang dan maju. Gerakan-gerakan yang menjadi

tanda-tanda adanya kehidupan kini bisa dilihat. Namun, ada orang-orang yang masih

meragukan gagasan-gagasannya. Hal ini membuat Nursi menjadi tidak sabar menghadapi

orang-orang yang enggan percaya. Said mengungkapkan ketidaksabarannya menghadapi

orang-orang sezamannya secara umum:

“Wahai para pendengarku, saya benar-benar berteriak karena saya sedang berdiri

di atas menara abad ketiga belas (Hijriah), dan menyeru ke masjid kepada

mereka yang pemikirannya tertinggal di ceruk-ceruk terdalam masa lalu. Duhai

makam keliling berkaki dua yang telah meninggalkan Isla, yang bagaikan roh

dari kedua nyawa itu! Jangan berhenti di depan pintu generasi masa depan.

Kubur menantimu. Masuklah ke dalam kuburmu dan biarkan generasi yang akan

datang mengibarkan panji kemenangan Islam di seluruh jagat raya ini dengan

sungguh-sungguh.”82

Demikianlah Said Nursi memberi dorongan dan nasihat bagi orang-orang di

masanya, terutama bagi kaum muda. Sebab kaum muda adalah generasi yang akan

melanjutkan hidup dengan tanggungjawab yang dibebankan oleh agama. Said berusaha

menerangkan bahwa Islam akan kembali meraih kejayaannya apabila telah ada

keyakinan kuat dalam diri mereka. Keyakinan itu perlu diikuti oleh sikap-sikap yang

dituntut Islam kepada umatnya, yaitu dengan menghargai ilmu pengetahuan dan menjaga

akhlak.

Selain nasihatnya kepada pemuda Islam, Said Nursi juga memberi pesan pada

para ulama. Said Nursi percaya bahwa ulama adalah sumber ilmu yang berperan besar

dalam menentukan kemajuan geneasi-generasi di masa depan. Para ulama dituntut untuk

82

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 134-135

69

memiliki potensi-potensi yang akan meningkatkan kualitasnya sebagai pengajar. Dalam

sebuah karyanya, Said menuliskan tentang beberapa prinsip tafsir Al-Qur‟an.

Pada bagian pertama karyanya, Said mengungkapkan sejumlah prinsip untuk

“memoles” Islam dan membersihkannya dari hal-hal yang mengaburkan. Bagian kedua

adalah paparan sejumlah persoalan yang berkaitan dengan semangat retorika atau

kefasihan berbahasa, karena kunci mukjizat Al-Qur‟an hanya dapat ditemukan dalam

retorika bahasa Arab, bukan dalam pengetahuan filsafat Yunani. Bagian ketiga, yang

tidak selesai, memberikan bukti dan petunjuk mengenai empat ajaran utama dalam Al-

Qur‟an: bukti keberadaan Sang Pencipta, kenabian, hari dibangkitkannya manusia, dan

keadilan.

Nursi percaya bahwa masa depan akan menjadi zaman akal budi dan

kebijaksanaan. Dengan begitu Islam akan mengambil peran yang sangat besar dan

mampu mencapai kejayaannya. Nursi paham bahwa sebelumnya—karena keinginannya

untuk menghilangkan keputusasaan di kalangan orang beriman—dia telah salah

menafsirkan keyakinan ini karena dia menganggap hal itu telah benar-benar disadari

secara meluas, di bidang politik serta masyarakat Islam. Adapun pada saat dia sudah

menjadi Said yang baru—Said menyebut dirinya Said Baru di tahun 1930 dan 1940 M—

pendiriannya dalam hal iman tengah terbentuk dengan ditulisnya Risālatu’n-nūr.

Nursi menjelaskan bahwa yang memberinya keberanian untuk menantang

berbagai pemikiran masa lalu—yang sebagaimana disampaikan di atas, telah disisipi

berbagai persoalan dari luar Islam, yang kemudian mengaburkan Islam—adalah

keyakinannya yang teguh bahwa kebenaran akan tumbuh dan berkembang. Ini

dikarenakan zaman sekarang adalah zamannya akal budi.

70

Pemikiran, akal budi, kebenaran, serta kebijaksanaan menghasilkan kebenaran

ilmiah, yang terus menerus ditemukan. Kendala utama yang menghalangi kemenangan

mutlak syariat adalah benturan dan pertentangan semu antara Islam dengan dunia luar.

Dengan merangsang timbulnya hasrat untuk mencari kebenaran dan membangkitkan

cinta kasih di antara sesama manusia serta kecenderungan untuk berpikiran terbuka, sains

dan pendidikan telah dan sedang merobohkan hambatan tersebut. Karena pengaruh

positif dari ilmu pengetahuan, maka kebenaran akan mengalahkan kekuatan, bukti

mengalahkan cara pikir sesat, nalar mengalahkan naluri dan pikiran mengalahkan emosi.

Hal ini telah terjadi sebagian di masa kini, namun di masa yang akan datang hal

itu akan terwujud sepenuhnya. Nursi menegaskan bahwa yang membuat orang-orang

Kristen tersesat adalah karena mereka mengabaikan nalar, menolak bukti dan taklid buta

kepada Pendeta. Dan yang terus menerus membuat Islam semakin menonjol dan

memperlihatkan kebenaran-kebenarannya—yang bisa dibilang membantu

mengembangkan pemikiran manusia—adalah fakta bahwa Islam didasarkan pada

kebenaran, dibekali bukti, tidak bertentangan dengan akal sehat, berpijak pada realitas,

dan selaras dengan kebijaksanaan. Sebagaimana yang disampaikan Nursi dalam

pidatonya yang dikenal sebagai “Amanat Kepada Kebebasan”, Nursi menganggap syariat

atau keseluruhan ajaran Islam bersifat dinamis. Ia berdaptasi dan berkembang sejalan

dengan kemajuan manusia.83

Hal yang mendasari pernyataan Nursi bahwa Islam akan menguasai masa depan

adalah konsep kemajuan. Baginya ini adalah sebuah konsep universal yang tidak terbatas

pada soal kemanusiaan, ia adalah sebuah hukum yang berlaku, baik itu terhadap alam

semesta maupun manusia, karena manusia merupakan bagian dan hasil dari dunia ini. Ini

83

Ibid, halaman 136-137

71

dikarenakan pada keduannya ada hasrat maupun kecenderungan untuk menjadi sempurna

dan maju, dan kecenderungan inilah yang membuat makhluk tunduk pada hukum

tersebut.

Selain itu, ada suatu persesuaian dan kesesuaian antara hukum alam dan ajaran-

ajaran Al-Qur‟an. Hal ini bisa dilihat dalam hal syariat yang lazim dikenal, yang

mengatur tindakan-tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja, dan syariat

Penciptaan yang tersusun atas hukum-hukum teoretis alam semesta. Menurut Nursi,

kebenaran syariat tidak bertentangan dengan hukum-hukum rumit yang pada tingkatan

tertentu berlaku dalam penciptaan, sehingga kebenaran-kebenaran tersebut menjaga

keselarasan hukum-hukum alam tersebut. Karena kesesuaian inilah Al-Qur‟an tetap bisa

menjamin kukuhnya tatanan sosial dan keseimbangan serta kemajuan umat manusia.84

e. Usulan Reformasi Pendidikan

Said Nursi menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memperjuangkan

kemajuan umat Islam terutama di bidang pendidikan. Pada November 1907, Nursi

berangkat ke Istanbul dalam rangka mencari bantuan dan dukungan resmi untuk

universitas Islam yang didirikannya, Madrasatu’z-zahra. Umurnya waktu itu sekitar 30

tahun. Dari awal yang sangat sederhana di desa Nursi, dia telah mengangkat reputasinya

di antara para ulama Kurdistan dan menjadi figur yang tidak hanya dikenal karena

rekornya yang tidak terkalahkan dalam debat, pengetahuan yang sangat luas dan bakat

yang luar biasa, tetapi juga karena perjuangan demi keadilan dan pembelaan hak, serta

keberanian tanpa tanding dalam membela Sang Pencipta.

84

Ibid, halaman 137-138

72

Said digerakkan oleh misi besar terhadap kemajuan umat Islam. Beberapa

peristiwa penting sangat menentukan dalam mewarnai arah perjuangannya. Salah satunya

adalah kesadarannya akan adanya ancaman yang sangat besar terhadap Al-Qur‟an dan

Islam serta keputusannya untuk mempersembahkan hidup dan pengetahuannya untuk

membuktikan bahwa Al-Qur‟an dan Islam adalah sumber ilmu dan kemajuan yang

benar.85

Ketika Said Nursi berada di kota Istanbul, ia menyampaikan usulan kepada Sultan

Abdul Hamid agar di Timur Anatoli didirikan sekolah-sekolah yang mempelajari

matematika, fisika, kimia dan sebagainya, di samping sekolah-sekolah agama. Usulan ini

disampaikan karena penduduknya sangat didominasi oleh kebodohan dan kemiskinan,

juga sangat dicekam oleh kediktatoran, sistem keamanan, dan para intel dari kalangan

istana Yaldaz, yaitu istana kediaman Sultan Abdul Hamid II yang ditangani oleh urusan

negara. Namun, usulan ini justru membuat Said Nursi dituduh gila hingga ia di bawa ke

rumah sakit jiwa.86

Said menyerahkan sebuah petisi yang menerangkan gagasan-gagasan reformasi

pendidikannya ke istana pada bulan Mei atau Juni 1908. Teks tersebut kemudian dicetak

dalam Sark ve Kurdistan Gazetesi (Surat Kabar Kurdistan dan Timur), tertanggal 19

November 1908. Namun sebagaimana ditunjukkan pada pendahuluan artikel tersebut,

rencana ini akan memberikan dampak yang tidak menyenangkan, baru sembentar berada

85

Ibid, halaman 48 86

Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman

17-18

73

di Istanbul, Nursi sudah banyak menyedot perhatian, baik yang menguntungkan maupun

yang (sejauh berhubungan dengan pemerintah) merugikan.87

Inti dari proposal-proposal Said Nursi terletak pada “penyatuan tiga cabang

utama” sistem pendidikan—madrasah atau sekolah agama tradisional, mekteb atau

sekolah sekuler baru, dan tekke atau lembaga-lembaga sufi—serta disiplin ilmu yang

mereka wakili. Pengejawantahan usaha penyesuaian ini adalah Madrasatu’z-zahra. Nursi

menganggap sangat pentingnya pendirian universitas ini, di mana ilmu-ilmu agama dan

ilmu-ilmu modern akan diajarkan secara berdampingan dan “digabungkan”, dan Nursi

memperjuangkan cita-cita ini hingga akhir hayatnya.88

Bidang kedua dari usulan-usulan Nursi terletak pada restrukturisasi pendidikan

madrasah secara menyeluruh. Pendekatan usulan-usulan tersebut benar-benar modern.

Isinya bisa digambarkan sebagai demokratisasi sistem madrasah serta diversifikasinya

sehingga kaidah pembagian tugas bisa diterapkan.

Bidang ketiga menyangkut para khatib, yang membimbing publik secara umum.

Meskipun Nursi menganggap peran yang akan dimainkan Madrasatu’z-zahra tersebut

sangat vital untuk menyelamatkan masa depan Kurdistan dan persatuan kekaisaran,

prinsip-prinsip umum yang dikemukakan bisa diterapkan pada semua madrasah. Dalam

usulannya Said Nursi menyebutkan beberapa syarat yang dianggap esensial:

Madrasatu’z-zahra dan dua lembaga kembarannya harus diperkenalkan dengan nama

madrasah, dan bahasa pengantarnya harus bahasa yang dikuasai oleh calon-calon

siswanya.

87

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 60 88

Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,

halaman 63-64

74

Nursi menyatakan dalam sebuah karyanya yang lain, Munazarat, bahwa sekolah-

sekolah tersebut harus menggunakan tiga bahasa, dengan bahasa Arab yang statusnya

“wajib”, bahasa Kurdi “boleh”, dan bahasa Turki “perlu”. Pada karya yang sama, dia juga

mengatakan bahwa para sarjana Kurdi yang dipercaya oleh bangsa Kurdi maupun Turki

harus dipilih sebagai guru, sebagaimana juga mereka yang menguasai bahasa daerah, dan

bahwa para guru itu perlu memperhitungkan kapasitas serta tingkat budaya masyarakat

yang akan mereka layani. Selain itu, madrasah-madrasah ini harus setaraf dengan

sekolah-sekolah sekuler resmi, dan seperti mereka, ujian-ujian madrasah tersebut harus

diakui. Landasan dari sistem yang Nursi tawarkan itu adalah pengajaran gabungan ilmu-

ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu modern.

Seiring berjalannya waktu, silabus madrasah telah menyempit dan tidak lagi

mengandung perkembangan-perkembangan modern di dalam ilmu pengetahuan yang

sekaligus ditolak, sehingga pada awal abad ke-20 madrasah-madrasah tersebut

menghasilkan ulama-ulama yang mempercayai—bersama orang-orang Eropa—bahwa

terjadi kontradiksi antara sejumlah “ihwal di luar” Islam dengan ihwal-ihwal tertentu

dalam ilmu pengetahuan yang sangat mendasar seperti bentuk bumi yang bulat. Gagasan

yang salah ini telah menyebabkan perasaan putus asa dan hilangnya harapan, dan telah

menutup pintu kemajuan dan peradaban. Padahal Islam adalah guru serta pembimbing

ilmu pengetahuan, dan pimpinan serta bapak dari segala pengetahuan.89

Keuntungan dari sistem yang diusulkan oleh Said Nursi menjadi langkah maju

menuju reformasi secara umum. Ia akan mengentaskan Islam dari sekedar fanatisme,

takhayul, dan keyakinan-keyakinan salah yang telah berkerak pada bagian-bagiannya

selama berabad-abad. Yang lebih penting, ia juga akan menjadi sarana memperkenalkan

89

Ibid, halaman 64-65

75

pengetahuan modern ke madrasah-madrasah dengan cara yang akan menghilangkan

kecurigaan pada ulama terhadap ilmu modern. Ia juga akan membuka pintu untuk

penyebaran-penyebaran aspek-aspek menguntungkan dari konstitusionalisme.90

f. Madrasatu’z-zahra

Madrasatu’z-zahra adalah sebuah wujud implementasi pemikiran Said Nursi.

Namun, pembangunan Madrasatu’z-zahra tidak berjalan lancar karena dana yang

dijanjikan tak kunjung dikucurkan. Pembangunan fondasi telah dirayakan dengan jamuan

makan, upacara dan sambutan-sambutan. Semua ulama, tokoh masyarakat, dan pemimpin

suku meminta dana kepada pemerintah untuk melanjutkan pembangunan universitas

Islam untuk 80 mahasiswa di Van, yang rencana dan tahap awalnya telah selesai

dilakukan. Universitas tersebut dianggap akan menjamin keberadaan Islam dan

kekuasaan Usmani di wilayah tersebut.

Setelah menerima jawaban positif dari Kantor Perdana Menteri dan Kementerian

Dalam Negeri, akhirnya datanglah telegraf dari Kementerian Yayasan dan Wakaf pada

tanggal 2 Agustus 1913, yang memberitahu bahwa kementerian tidak mempunyai dana

untuk membiayai pembangunan universitas tersebut.91

Meskipun pada akhirnya universitas yang hendak dibangun oleh Said Nursi tidak

bisa berkembang, Nursi tetap memiliki banyak murid yang setia belajar dengannya.

Semangat juangnya untuk memperbaiki moral bangsa tidak bisa dipadamkan hanya

karena tidak mendapat dukungan dari pemerintah. Gagasan Said Nursi tentang integrasi

agama dan sains modern tetap disebar luaskan melalui pengajarannya pada murid-murid

90

Ibid, halaman 65 91

Ibid, halaman 157-158

76

yang mendatanginya. Selain itu, gagasan tersebut dituangkan dalam buku-bukunya

sehingga bisa disebarkan dan diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.

Said Nursi tidak pernah patah semangat dalam melakukan sebuah reformasi

pendidikan. Sebab Said sangat meyakini bahwa penyatuan agama dan sains modern

dalam belajar akan mampu menyeimbangkan akal budi dan hati nurani manusia yang

keduanya dibutuhkan untuk mencapai pemahaman yang sempurna akan keagungan

Tuhan.

Konsep pemikiran Said Nursi tentang integrasi agama dan sains modern adalah

sebuah revolusi pemikiran yang terlahir dari kedalaman berpikir yang

mempertimbangkan hubungan antara intelektualitas dan spiritualitas. Keduanya menuntut

keseimbangan dan keharmonisan agar tidak terjadi ketimpangan dalam kehidupan

manusia. Agama dan sains modern adalah makanan bagi akal dan nurani, sehingga

keduanya tidak dapat dipisahkan. Justru keberadaan keduanya saling mendukung satu

sama lain. Agama mendorong kemajuan sains dengan memerintahkan manusia untuk

terus berpikir menggunakan akalnya. Dan penemuan-penemuan sains modern mampu

memperkuat kebenaran agama dengan menunjukkan bukti-bukti rasional yang

menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan. Dengan menyeimbangkan kedua hal

tersebut, manusia akan mampu membangun sebuah peradaban yang maju dan seimbang.