bab ii (pembahasan)
DESCRIPTION
Bab II (Pembahasan)Bab II (Pembahasan)TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biodiesel
Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester yang diproduksi dari minyak
tumbuhan atau lemak hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai
bahan bakar di dalam mesin diesel (Vicente et al., 2006).
Biodiesel termasuk bahan bakar yang terbakar sempurna dihasilkan dari
beberapa minyak nabati pengganti minyak bumi. Biodiesel terdiri dari metil ester
minyak nabati, dimana rantai karbon trigliserida diubah secara kimia menjadi
ester dan asam lemak. Rantai hidrokarbon biodiesel pada umumnya terdiri dari
16 - 20 atom karbon, sifat kimia biodiesel membuatnya dapat terbakar dengan
sempurna, dan mengikat pembakaran pada campurannya dengan bahan bakar
diesel dari minyak bumi (Vicente et al., 2006).
Rantai karbon biodiesel bersifat sederhana, berbentuk lurus dan dua atom
oksigen tiap cabang di degredasi oleh bakteri dibandingkan dengan rantai karbon
petrodisel yang bersifat kompleks, biodiesel dari ester nabati tidak mengandung
senyawa organik volatil. Beberapa studi menunjukkan bahwa pemakaiannya
sebagai biodiesel memberikan efek yang berbeda satu dengan yang lain. Sifat ini
berhubungan erat dengan struktur dan komposisi kandungan asam lemaknya.
Misalnya kandungan asam lemak antara minyak hewan dengan tumbuhan (Leung
et al., 2006).
Biodiesel memiliki efek pelumasan yang tinggi, sehingga membuat mesin
diesel lebih awet. Biodiesel memiliki flash point yang lebih tinggi dibanding
solar, tidak menimbulkan bau yang berbahaya sehingga lebih mudah dan lebih
aman untuk ditangani. Kadar belerangnya mendekati nol, tidak adanya sulfur
berarti penurunan hujan asam oleh emisi sulfat penurunan sulfat dalam campuran
juga akan mengurangi tingkat korosif, asam sulfat yang berkumpul dalam mesin
akan merusak kinerja mesin. Biodiesel juga akan mengurangi tingkat kerusakan
lingkungan (Bangun N., 2008).
3
Tabel 2.1 Syarat Mutu Biodiesel Berdasarkan SNINo. Parameter Satuan Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Massa jenis pada 40 °C
Viskositas kinematik pd 40 °C
Angka setana
Titik nyala (mangkok tertutup)
Titik kabut
Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50
°C)
Residu karbon
- dalam contoh asli
- dalam 10 % ampas distilasi
Air dan sedimen
Temperatur distilasi 90 %
Abu tersulfatkan
Belerang
Fosfor
Angka asam
Gliserol bebas
Gliserol total
Kadar ester alkil
Angka iodium
Uji Halphen
kg/m3
mm2/s (cSt)
°C
°C
%-massa
%-vol.
°C
%-massa
ppm-m (mg/kg)
ppm-m (mg/kg)
mg-KOH/g
%-massa
%-massa
%-massa
%-massa
(g-I2/100 g)
850 – 890
2,3 – 6,0
min. 51
min. 100
maks. 18
maks. no 3
maks 0,05
(maks. 0,3)
maks. 0,05*
maks. 360
maks.0,02
maks. 100
maks. 10
maks.0,8
maks. 0,02
maks. 0,24
min. 96,5
maks. 115
negatif
Keunggulan biodiesel adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai angka setana yang tinggi yaitu diatas 50. Bilangan setana yaitu
bilangan yang menunjukkan kualitas pembakaran bahan bakar atau bilangan
4
yang menunjukkan kecepatan bakar bahan bakar didalam ruang mesin.
Semakin tinggi angka setana waktu tunda pembakaran semakin pendek.
2. Tidak mengandung sulfur dan benzena .
3. Dihasilkan dari sumber daya terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya
terjamin , dapat diperbaharui dan biodegradable (dapat terurai).
4. Biodiesel dapat dicampur dengan solar, biodiesel pada campuran 20% dengan
solar dapat mengurangi partikel 30%, CO2 sebanyak 21%, dan karbohidrat
total 47 % .Biodiesel 100% dapat menurunkan emisi CO2 sampai 100%, emisi
SO2 sampai 100%, emisi CO antara 10 - 50 % , emisi HC antara 10 - 50 %,
(Tritoatmodjo, 1995).
5. Viskositasnya tinggi sehingga mempunyai sifat pelumas yang baik dari pada
solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin.
6. Mempunyai titik kilat yang tinggi sehingga lebih aman dari bahya dari
kebakaran pada saat disimpan dan maupun pada saat didistribusikan.
7. Dapat mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan
walaupun penambahan hanya 5% - 10 % volume biodiesel kedalam solar.
2.2 Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
2.2.1 Jenis & Morfologi
Jarak Pagar juga dikenal dengan nama jarak budeg, jarak gundul, atau jarak
cina. Tanaman yang berasal dari daerah tropis di Amerika Tengah ini tahan
kekeringan dan tumbuh dengan cepat.
Jarak Pagar berbeda dengan Jarak kaliki atau Jarak kepyar atau Jarak kosta
(Ricinus communis), yang mempunyai ciri seperti tanaman singkong racun,
buahnya berbulu seperti rambutan. Jarak kepyar juga menghasilkan minyak dan
digunakan sebagai bahan baku atau bahan tambahan industri cat vernis, plastik,
farmasi, dan kosmetika, sehingga sudah lama dibudidayakan secara komersial di
Indonesia. Akan tetapi, minyak jarak kepyar tidak cocok digunakan sebagai bahan
bakar biofuel karena terlalu kental, jadi hanya bisa digunakan sebagai pelumas.
Jarak kaliki (Ricinus communis), merupakan tanaman tahunan berumur
pendek (bianual), berbuah setahun sekali (terminal), sedangkan jarak pagar
5
(Jatropha curcas) mampu berbuah terus menerus apabila Agroklimatnya
mendukung.
Jarak pagar mempunyai sosok yang kekar, batang berkayu bulat dan
mengandung banyak getah. Tinggi mencapai 5 meter dan mampu hidup sampai 50
tahun. Daun tunggal, lebar, menjari dengan sisi berlekuk-lekuk sebanyak 3 – 5
buah, bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai,
berumah satu dan uniseksual, kadang-kadang ditemukan bunga hermaprodit.
Jumlah bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak daripada bunga jantan. Buah
berbentuk buah kendaga, oval atau bulat telur, berupa buah kotak berdiameter 2 –
4 cm dengan permukaan tidak berbulu (gundul) dan berwarna hijau ketika masih
muda dan setelah tua kuning kecoklatan. Buah jarak tidak masak serentak Buah
jarak pagar terbagi menjadi 3 ruangan, masing-masing ruangan 1 biji. Biji
berbentuk bulat lonjong berwarna cokelat kehitaman dengan ukuran panjang 2
cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4 – 0,6 gram/biji. Jarak pagar termasuk dalam familia
Euphorbiaceae satu famili dengan tanaman karet dan ubikayu. Adapun klasifikasi
Jarak pagar sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L.
Jarak Pagar dapat ditemukan tumbuh subur di berbagai tempat di Indonesia.
Umumnya terdapat di pagar-pagar rumah dan kebun atau sepanjang tepi jalan, tapi
jarang ditemui berupa hamparan. Tanaman Jarak pagar berbentuk pohon kecil
maupun belukar besar yang tingginya mencapai lima meter. Cabang-cabang
pohon ini bergetah dan dapat diperbanyak dengan biji, setek atau kultur jaringan
dan mulai berbuah delapan bulan setelah ditanam dengan produktivitas 0,5 – 1,0
ton biji kering/ha/tahun. Selanjutnya akan meningkat secara bertahap dan akan
stabil sekitar 5 ton pada tahun ke lima setelah tanam.
6
Gambar 2.1 Tanaman Jarak Pagar
2.2.2 Komposisi dari Tanaman Jarak Pagar
Biji jarak memiliki berat rata-rata 0,75 gram dan daging buah mengandung
protein 27-32% dan minyak 58-60%. Bungkil biji jarak dari sisa ekstraksi minyak
(fully defatted) memiliki kandungan protein 55-58% (tabel 2.2 dan 2.3).
Tabel 2.2 Komposisi kimia daging biji tanaman jarak dari berbagai varietas.(Nazir Novizar, 2011)
Item Varietas Cape Verde Nicaragua Ife-Nigeria Mexico,tdk
beracunBahan kering 96,6 96.9 95,7 94,2Analisa, %bhn keringProtein 22,2 25,6 27,7 27,2Lipida 57,8 56,8 53,9 58,5Abu 3,6 3,6 5,0 4,3
Tabel 2.3 Komposisi kimia (% bahan kering) bungkil biji jarak pagar dari berbagai varietas. (Nazir Novizar, 2011)
Komponen Varietas Cape Verde
Nicaragua Ife- Nigeria
Tdk- beracun, Mexico
Yautepec Morelos statea
Bungkil kedelai
Protein kasar
56,4 (57,3)
61,2 (61,9)
55,7 (56,1)
63,8 (64,4)
70,9 45,7 (46,5)
Lipida 1,5 1,2 0,8 1,0 0,6 1,8Abu 9,6 10,4 9,6 9,8 12,1 6,4Energi kotor (MJ/kg)
18,2 18,3 17,8 18,0 18,2 19,4
*angka dalam kurung menyatakan kandungan bebas lipida; a (Martı´nez-Herrera et al. 2006).
7
Tabel 2.4 menunjukkan komposisi asam lemak dari minyak jarak pagar. Ia
terdiri dari 23,6% berupa asam lemak jenuh terutama dari palmitat, stearat, dan
asam miristat dan 76,4% berupa asam lemak tak jenuh yang terdiri dari oleat,
linoleat, dan asam palmitoleat.
Tabel 2.4 Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak Pagar (Nazir Novizar, 2011)Nama umum Nama IUPAC Formula
Kaprat Asam Dekanoat C10H20O2
Laurat Asam Dodekanoat C12H24O2
Miristat Asam Tetradekanoat C14H28O2
Palmitat Asam Heksadekanoat C16H32O2
Stearat Asam Oktadekanoat C18H36O2
Arachidat Asam Eikosanoat C20H40O2
Behenat Asam Dokosanoat C22H44O2
Miristoleat Cis-9, Asam Tetradekanoat C14H20O2
Palmitoleat Cis-9, Asam Heksadekanoat C16H30O2
Oleat Cis-9, Asam Oktadekanoat C18H34O2
Linoleat Cis-9, Cis-12, Asam Oktadekanoat C18H32O2
Linolenat Cis-6, Cis-9, Cis-12, Asam Oktadekanoat
C18H30O2
Jenis dan prosentase asam lemak dalam minyak jarak pagar bervariasi
tergantung pada varietas tanaman dan kondisi pertumbuhan tanaman. Sifat fisik
minyak jarak dibanding dengan minyak dari tanaman lainnya dan diesel disajikan
pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar dibandingkan dengan Minyak dari Tanaman Lainnya dan Diesel ( Nazir Novizar, 2011)
Asal Minyak
Bilangan
Setana
Nilai Panas
(MJ/kg)
Titik Kabut (ºC)
Titik Tuang (ºC)
Viskositas Kinematik (cSt pada
38ºC)
Titik Nyala
Bobot Jenis pada 15ºC
Jarak 40 – 45
39 – 40 - - 55 pada 30ºC
240 0,912
Jagung 37,6 39,5 -1,1 -40 34,9 277 0,9095Biji Bunga Matahari
37,1 39,6 7,2 -15,0 33,9 274 0,9161
Kedelai 37,9 39,6 -3,9 -12,2 32,6 254 0,9138Sawit 42,0 39,5 31,0 - 39,6 267 0,9180Diesel 40 –
5542 -15
sampai -5
-33 sampai
-15
1,3 – 4,1 60 – 80
0,82 – 0,86
8
2.3 Proses Produksi Biodiesel
2.3.1 Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi tetapi zat
tersebut tidak mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi. Katalis tidak
berpengaruh pada energi bebas ∆G 0, jadi juga tidak berpengaruh terhadap tetapan
kesetimbangan k. Umumnya kenaikan konsentrasi katalis juga menaikkan
kecepatan reaksi, jadi katalis ini ikut dalam reaksi tetapi pada akhir reaksi
diperoleh kembali (Sukardjo, 2002).
Berdasarkan fasanya, proses katalisis dapat digolongkan menjadi katalisis
homogen dan katalisis heterogen. Katalisis homogen ialah katalis yang
mempunyai fasa sama dengan fasa campuran reaksinya, sedangkan katalisis
heterogen adalah katalis yang berbeda fasa dengan campuran reaksinya.
Katalisis homogen kurang efektif dibandingkan dengan katalisis heterogen
karena heterogenitas permukaannya. Pada katalisis homogen katalis sukar
dipisahkan dari produk dan sisa reaktanya sedangkan katalisis heterogen
pemisahan antara katalis dan produknya serta sisa reaktan mudah dipisahkan
dengan demikian, karena mudah dipisahkan dari campuran reaksinya dan
kestabilannya terhadap perlakuan panas, katalisis heterogen lebih banyak
digunakan dalam industri kimia (Meher et al., 2006; Bouaid et al., 2005;
Felizardo et al., 2006; De Filippis et al., 2005; Zhang et al., 2003).
2.3.2 Transesterifikasi
Adapun salah satu cara untuk mengubah minyak jarak
menjadi senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
minyak (biodisel) adalah dengan reaksi transesterifikasi. Alkil
Ester yang terdapat dalam minyak jarak, direaksikan dengan
metanol, dengan mengggunakan katalis larutan NaOH, akan
menghasilkan ester (biodisel) dan gliserol. Reaksi yang terjadi
mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut.
9
Hasil yang keluar, berupa biodisel kotor, yang merupakan
campuran dari biodisel, gliserol dan NaOH . Campuran ini
dimurnikan, untuk menghilangkan gliserol dari campuran. Untuk
mendapatkan biodisel dengan kemurnian tinggi, bahan yang
keluar dari sentrifuse, dimasukkan ke dalam menara distilasi.
Transesterifikasi atau alkoholisis adalah reaksi pertukaran gugus alkohol dari
suatu ester dengan ester lain. Kehadiran katalis (asam kuat atau basa kuat) akan
mempercepat pembentukan ester. Transesterifikasi dapat dikatalisis oleh asam-
asam Brönsted, lebih sering digunakan sulfonat dan asam sulfat (Anisa, 2010).
Reaksi antara minyak atau lemak dengan alkohol merupakan reaksi yang
bersifat bolak-balik. Oleh sebab itu alkohol harus ditambahkan berlebih untuk
membuat reaksi berjalan kearah kanan. Menurut azas Le Chatelier bahwa: “Setiap
perubahan pada salah satu variabel sistem keseimbangan akan menggeser posisi
keseimbangan kearah tertentu yang akan menetralkan/ meniadakan pengaruh
variabel yang berubah tadi” (Bird, 1993).
Biodiesel dapat berupa metil ester atau etil ester tergantung jenis alkohol yang
digunakan. Tetapi yang paling sering diproduksi adalah metil ester karena metanol
mudah didapat dan tidak mahal. Metanol lebih reaktif dibandingkan dengan
etanol, sehingga penggunaan metanol menghasilkan mono dan diasilgliserol yang
relatif lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan etanol pada kondisi reaksi
yang sama (Freedman, 1984).
10
Pencampuran Penimbangan
bahan
Methylester
NaOH Metanol
Minyak Jarak
Transesterifikasi
Pengendapan
Pemisahan
Pencucian
Biodiesel
Pengeringan
Biodiesel Murni
Gliserin
Air aAAAAAIrSrCO(marc
ek
Air+NaOH(larutan))nnnnn) SrCO3 (marcek
Air (marcek
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan sehingga
digunakan metanol berlebih untuk menggeser arah reaksi kekanan.
Transesterifikasi dilakukan pada suhu 50 oC – 70 oC dan pada kondisi tekanan
atmosfer.
2.3.3 Diagram Proses
Gambar Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel dari Biji Jarak Pagar
11
2.3.4 Diskripsi Proses
a) Persiapan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Sebelum proses untuk menghasilkan biodiesel, terlebih dahulu biji jarak
disortir dari kotoran dan bahan ikutan lainnya. Setelah itu, biji jarak yang masih
bersama bungkilnya dimasukkan dalam mesin press untuk diproses dan
menghasilkan minyak mentah. Teknik pengepresan biji jarak ini dilakukan dengan
menggunakan screw press yang telah banyak digunakan di industri pengolahan
minyak jarak saat ini. Dengan cara ini biji jarak dipress menggunakan
pengepresan berulir (screw) yang berjalan secara kontinyu. Teknik ekstraksi ini
tidak memerlukan perlakuan pendahuluan bagi biji jarak yang akan diekstraksi.
Tipe alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa pengepres berulir
tunggal (single screw press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press).
Rendemen minyak jarak yang dihasilkan dengan teknik pengepres berulir tunggal
(single screw press) sekitar 25 - 35 persen, sedangkan dengan teknik pengepres
berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak sekitar 40 - 45
persen.
Minyak biji jarak pagar tersebut mengalami proses degumming untuk
menghilangkan gum atau getah yang terkandung dalam minyak mentah jarak
pagar (CJO). Proses degumming ini dilakukan dengan memanaskan minyak
hingga suhu ±90ºC. Setelah tercapai suhu ±90ºC, dilakukan penambahan asam
phospate sebesar 1% dari berat minyak kemudian diaduk selama 15 menit. Setelah
selesai diaduk, minyak biji jarak pagar tersebut disaring untuk membersihkan
minyak dari proses degumming.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut
1. Biji jarak dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci sampai bersi bisa
menggunakan mesin atau secara manual.
2. Biji lalu direndam selama 5 menit di dalam air mendidih, kemudian
ditiriskan sampai airnya habis.
3. Biji dijemur dibawah sinar matahari sampai benar-benar kering atau
bisa juga dikeringkan menggunakan alat pengering.
12
4. Masukkan biji kedalam mesin pemisah agar biji dan kulit terpisah.
5. Giling biji kemudian lakukan pengepresan. Lama waktu dari proses
penggilingan ke pengepresan harus dalam waktu yang singkat agar tidak
terjadi oksidasi.
6. Pada proses pengepresan biasanya ampas masih mengandung 7 – 10 %
minyak. Oleh sebab itu, dilakukan proses ekstraksi pelarut, sehingga
ampasnya hanya mengandung minyak kurang dari 0,1% dari berat
keringnya. Pelarut yang sering digunakan adalah pelarut n – heksan
dengan titik didih 60 – 70 °C.
b) Proses Pembentukan Biodiesel
Proses pembuatan biodiesel menggunakan bahan baku minyak biji jarak
pagar dan methanol dengan katalis NaOH. Minyak yang digunakan merupakan
minyak yang telah mengalami proses degumming dan kandungan asam lemak
bebasnya (FFA) kurang dari 0,5%. Minyak dari tangki penampung minyak
dipompa menuju heater untuk dipanaskan sampai suhu 60 °C yang selanjutnya
akan diumpankan ke reaktor transesterifikasi. Methanol dari tangki penampung
methanol dipompa menuju mixer, selanjutnya katalis NaOH juga diumpankan ke
mixer untuk dilarutkan dengan methanol dan bereaksi membentuk natrium
metoksida. Methanol yang digunakan excess. NaOH yang digunakan sebanyak
1% dari massa minyak. Larutan natrium metoksida selanjutnya dipompa menuju
reaktor transesterifikasi untuk direaksikan dengan minyak.
Reaksi transesterifikasi terjadi di reaktor transesterifikasi pada suhu 60 °C,
tekanan 1 atm, dan waktu tinggal 1 jam dengan konversi yang dihasilkan sebesar
98%. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis dan reversibel. Reaktor yang
digunakan merupakan reaktor CSTR dengan kecepatan putaran pengaduk 600
rpm. Reaktor dilengkapi jaket pemanas dengan media pemanas berupa low
pressure steam untuk menjaga suhu reaksi. Setelah digunakan untuk
memanaskan, steam akan berubah menjadi kondensat dan dialirkan ke unit
utilitas. Hasil reaksi berupa campuran biodiesel, gliserol, sisa methanol, sisa
13
katalis, dan sabun. Campuran hasil reaksi selanjutnya akan menuju proses
pemisahan biodiesel.
c)Proses Pemisahan Biodiesel
Campuran hasil reaksi dari reaktor dialirkan menuju kolom distilasi untuk
memisahkan methanol. Distilasi berlangsung pada suhu 70 °C dan tekanan 1 atm.
Produk atas berupa methanol 99,85% dan H2O 0,15% yang selanjutnya akan
ditampung dalam tangki penampung methanol. Hasil bawah berupa campuan
biodiesel, gliserol, sabun, dan sisa katalis selanjutnya dipompa menuju dekanter
untuk memisahkan biodiesel (metil ester). Kelarutan gliserol dalam metil ester
kecil sehingga akan terpisah antara gliserol di bagian bawah dan metil ester di
bagian atas. Selanjutnya gliserol dan metil ester akan dimurnikan.
d) Proses Pemurnian Biodiesel
Metil ester pada bagian atas dekanter dipompa menuju tangki netralisasi
untuk menetralkan sisa katalis NaOH dan mengikat sabun yang terbentuk selama
reaksi. Pada tangki netralisasi ditambahkan asam phosfat. Sabun akan bereaksi
dengan asam phosfat membentuk garam yang larut dalam air dan asam lemak
bebas (FFA), sedangkan NaOH akan bereaksi dengan asam phosfat membentuk
garam. Reaksi yang terjadi sebagai berikut ini :
RCOONa + H3PO4 RCOOH + Na3PO4
NaOH + H3PO4 Na3PO4 + H2O
Campuran biodiesel, garam, dan FFA akan menuju washing column untuk
dicuci. Netralisasi sebelum pencucian bertujuan untuk mengurangi jumlah air
yang dibutuhkan dan meminimalisasi potensi pembentukan emulsi ketika air
ditambahkan pada biodiesel. Garam akan dihilangkan selama proses pencuian dan
FFA akan tetap bercampur dengan biodiesel. Air dispray dari atas kolom sehingga
garam akan larut bersama air dan turun ke bawah, biodiesel dan FFA berada di
bagian atas. Biodiesel akan dipisahkan kandungan air yang masih terikut.
Biodiesel dipanaskan dengan heater sampai suhu 100 °C selanjutnya dialirkan
menuju flash drum untuk memisahkan uap air. Uap air akan naik ke atas dan
biodiesel akan turun. Produk biodiesel selanjutnya didinginkan dalam cooler
14
sampai suhu 30 °C. Biodiesel kemudian disimpan dalam tangki penyimpanan
biodiesel.
Gliserol, sabun, dan sisa katalis dari dekanter akan diumpankan ke tangki
asidulasi untuk menetralkan sisa katalis dan mengikat sabun. Proses yang terjadi
sama seperti tangki netralisasi. Gliserol, FFA, dan garam dari tangki asidulasi
dialirkan menuju dekanter. FFA tidak larut dalam gliserol sehingga akan berada
pada bagian atas dan dapat dipisahkan untuk selanjutnya disimpan pada tangki
penampung FFA. Selanjutnya garam akan diendapkan dalam dekanter. Gliserol
akan diambil dan dipekatkan dengan evaporator sehingga didapat gliserol dengan
kemurnian 85 % dan H2O 15%. Gliserol ditampung dalam tangki penampung
gliserol.
15