bab ii nefrotik
DESCRIPTION
medicalTRANSCRIPT
![Page 1: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom Nefritik Akut (SNA) merupakan kumpulan gambaran klinis berupa
hematuria dengan sel darah merah dismorfik dan silinder sel darah merah dalam urine,
beberapa derajat oliguaria dan azotemia,retensi natrium dan air, hipertensi yang disertai
adanya kelainan urinalisis (proteinuria kurang dari 2 gram/hari dan hematuria serta silinder
eritrosit).Meskipun terdapat proteinuria dan bahkan edema, keduanya bisanya tidak terlalu
mencolok seperti pada sindroma nefrotik. Penyakit yang dapat menimbulkan gejala
SNA,diantaranya kelainan glomerulopati primer (idiopatik), glomerulopati pasca
infeksi,schoenlein henoch syndrome (SHS), systemic lupus eritematous (SLE), subacute
bacterial endocarditis (SBE), vaskulitis dan nefritis herediter (sindroma Alport). Bentuk yang
paling banyak diketahui adalah glomerulonephritis pasca streptokokkus (GNAPS), dimana
anak mengalami infeksi streptokokus β hemolitikus, biasanya ada riwayat faringitis atau
riwayat infeksi kulit (pyoderma).Kasus klasik GN pascastreptokokus adalah timbul pada anak
1-4 minggu setelah pasien sembuh dari infeksi streptokokus grup A hanya strain
“nefritogenik” tertentu dari streptokokus β-hemolitikus mampu memicu penyakit glomerulus.
GNAPS dapat muncul secara sporadik maupun epidemik terutama menyerang anak-
anak atau dewasa muda pada usia sekitar 2-15 tahun dengan puncak usia 6-7 tahun. Lebih
sering pada laki-laki daripada wanita dengan rasio 1,7 -2 : 1. Terdapat 2 teori imunologik
yang dapat menerangkan terjadinya glomerulonephritis secara umum yaitu reaksi autoimun
dan soluble antigen antibody complex. Diagnosis glomerulonefritis akut pascastreptokok
perlu dicurigai pada pasien dengan gejala klinis berupa hematuria nyata yang timbul
mendadak, sembab dan gagal ginjal akut. Penanganan pada pasien GNAPS dengan istirahat
dan penanganan asimptomatik. Penyakit ini dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2
minggu bila tidak ada komplikasi sehingga sering digolongkan dalam self limiting disease.
![Page 2: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Mariati
Umur: 46 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Alamat :
No. RM :
2.2. Anamnesa
Keluhan Utama : Bengkak seluruh badan
Riwayat penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD mataram dengan keluhan bengkak seluruh
badan, bengkak seluruh badan mulai dialami ± 1 bulan ini, bengkak dirasakan
semakin memberat sejak satu minggu ini, bengkak tidak dipengaruhi aktivitas,
bengkak diawali pada daerah kaki, perut dan ahirnya ke daerah muka, pasien juga
mengeluhkan sesak yang mulai dialami 1 minggu ini dan sesak membaik dengan
posisi duduk dan memberat saat posisi berbaring, satu minggu ini juga pasien
mengeluhkan sesak jika berjalan ke kamar mandi, sebelum satu minggu ini pasien
tidak pernah mengeluh cepat lelah maupun sesak jika berjalan jauh maupun dekat,
batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), demam (-), nyeri dada (-), nyeri sendi
kadang kadang (+), perut terasa tidak enak dan terasa kencang, kulit memerah setelah
terpajan matahari disangkal, timbul bercak bercak merah pada kulit disangkal, mual
(+), muntah (+) setiap masuk makanan, BAB (+) , BAK (+). Sebelum bengkak
muncul pasien mengeluhkan nyeri pinggang terlebih dahulu.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami hal yang sama 9 bulan yang lalu
Tekanan darah tinggi baru diketahui ± 3 tahun ini terkontrol
Penyakit kuning (-)
Penyakit ginjal (-)
Batu ginjal (-)
![Page 3: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/3.jpg)
Penyakit jantung (-)
Kencing manis (-)
Nyeri sendi (-)
Riwayat kolesterol (-)
Infeksi tenggorokan maupun infeksi lain (-)
Kurang darah (-)
Riwayat penyakit lupus (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
Riwayat kebiasaan: riwayat meminum obat penghilang rasa sakit disangkal
2.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran: Compos mentis
Tanda tanda vital:
Tekanan darah : 160/90
Nadi : 82 x/menit, kuat angkat, isi cukup reguler
Suhu : 36,4 C
Respirasi rate : 25 x/menit
Status General :
Kepala : normocephal
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Hidung : pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : ulkus (-)
Leher : JVP R+0
Thorax :
Pulmo:
Inspeksi : simetri statis dinamis
Palpasi : vocal fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : sonor +/-, redup -/+
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+↓, rhonki +/-, whezzing -/-
![Page 4: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/4.jpg)
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea midklavikula sinistra, kuat
angkat (+)
Perkusi :
Batas kanan atas : ICS 2 linea sternalis dextra
Batas kanan bawah : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah: sulit di evaluasi
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi: distensi (+), simetris, pelebaran vena kolateral (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-) epigastrium, hepar/lien sulit di evaluasi
Perkusi : redup pada ke empat kuadran (+), undulasi (+)
Extremitas : edema (+) keempat ekstremitas, Akral hangat +/+
2.4. Daftar Masalah
- bengkak seluruh badan ± 1 bulan ini, memberat sejak satu minggu sesak yang
mulai dialami 1 minggu ini,
- mual (+), muntah (+)
- Sebelum bengkak muncul pasien mengeluhkan nyeri pinggang terlebih dahulu.
- Thorax:
Perkusi : sonor +/-, redup -/+
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+↓, rhonki +/-, whezzing -/-
- Abdomen : undulasi (+)
- Ekstremitas : oedem di keempat ekstremitas
Problem Assesment
- bengkak seluruh badan ± 1 bulan ini, Susp. Sindroma Nefritik
![Page 5: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/5.jpg)
memberat sejak satu minggu
- sesak yang mulai dialami 1 minggu
ini
- cepat sesak saat berjalan ke kamar
mandi
- tidur menggunakan bantal tinggi
atau posisi setengah duduk 1 minggu
ini
- RR: 25 x/menit
- Thorax: ves +/+↓, Rho +/-
- abdomen : undulasi (+) asites
- Ekstremitas : oedem di keempat
ekstremitas
DD
Sindroma nefrotik
- Riwayat tekanan darah tinggi
- TD: 160/100 mmHg
Hipertensi St II
2.5. Initial Planning
2.6.1. Diagnostik
- Darah Lengkap
- SGOT
- SGPT
- Profil Lipid
- Ureum
- Creatinin
- Thorax Foto
- BOF
- EKG
- Urine Lengkap
- Albumin
2.6.2. Terapi
- Infus Nacl 0,9 % 10 tpm
![Page 6: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/6.jpg)
- Captopril 3 x 25 mg
- Metil prednisolone 2 x 125 mg
- Furosemide 1 x20 mg
2.6.3. KIE
Diet rendah protein
2.6.4. Monitoring
Tanda-tanda vital
Keluhan (sesak, odem)
2.6. Progress Noted
Tanggal : 2 Februari 2016
Subject : bengkak seluruh badan + , memberat satu minggu ini, sesak yang
mulai dialami 1 minggu ini dan sesak membaik dengan posisi duduk
dan memberat saat posisi berbaring, sesak juga dirasakan jika berjalan
ke kamar mandi, nyeri sendi kadang kadang (+), perut terasa kencang,
mual (+), muntah (+) setiap masuk makanan, BAB (+) , BAK (+).
Object :
Tanda Vital :
Tekanan darah : 160/100
Nadi : 95 x/menit, kuat angkat, isi cukup, reguler
Suhu : 36,4 C
Respirasi rate : 25 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Wajah: odem (+)
Mata: Konjungtiva Anemis : -/-, Sklera ikterik : -/-, odem orbita
+/+
Leher: JVP (R+0), Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Pulmo:
Inspeksi : simetri statis dinamis
![Page 7: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/7.jpg)
Palpasi : vocal fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : sonor +/-, redup -/+
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+↓, rhonki +/-,
whezzing -/-
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea
midklavikula sinistra, kuat angkat (+)
Perkusi :
Batas kanan atas : ICS 2 linea sternalis dextra
Batas kanan bawah : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah: sulit di evaluasi
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen: Undulasi (+), shifting dullnes (+)
Ekstremitas: Oedem di keempat ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil Rujukan
HB 10,2 g/dl 11,0- 14,7
RBC 3,56 x 106 3,69 – 5,46
HCT 29,0 % 35,2 – 46,7
MCV 81,5 86,7 – 102,3
MCH 28,7 27,1 – 32,4
MCHC 35,2 29,7 – 33,1
WBC 9,27 x103 3,37 – 8,38
PLT 636 x 10 3 172 – 378
Ureum 22,1 17-43
Creatinin 1,6 0,6-1,1
Albumin 1.00 3.5-5
GDS 126 80-120
![Page 8: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/8.jpg)
Protein total 3.50 6.6-6.8
Chol total 267 <200
Chol HDL 37 >40
Chol LDL 121 <115
Trigliserida 162 <200
Parameter Hasil
Berat jenis 1.010
pH 6.5
Protein +2
Glukosa +1
Darah +1
Leukosit 5-8
Eritrosit 5-10
Epitel 2-5
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
EKG
![Page 9: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/9.jpg)
Sinus takikardia dengan HR : 107 x/menit
Thorax foto
• Meniscus sign hemithorax sinistra
• Sudut CVA kanan tumpul
![Page 10: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/10.jpg)
KESAN: efusi pleura bilateral
Assasment
- Sindroma Nefritik akut dengan asites + efusi pleura
- Hipertensi Stage II
Plan
Plan Diagnostik
- Albumin ulangan setiap hari
- dS-DNA
- HbA1c
- GDS
- EKG
- Elektrolit (ca2+)
- SGOT SGPT
Plan terapi
- Captopril 3x25 mg
KIE
Diet Rendah garam
Diet rendah uremia protein 6 gr/kgbb/hari
Diet rendah kolesterol
Monitoring
Tanda-tanda vital
Keluhan
Albumin setiap hari
FOLLOW UP
![Page 11: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/11.jpg)
Tanggal Anamnesa dan pemeriksaan fisik Assasment Planing3-2-2016 S/
Bengkak seluruh tubuh (+) tetapi sudah sedikit berkurang, Terasa kencang pada perut (+), perut besar (+), pusing (+), sesak (+) muntah (-), BAB (-) 1 hari, BAK (+)O/TD: 160/100N: 82 x/menitRR: 25 x/menitT: 36,2 C
wajah : odem (+) Thorax: S1S2 tunggah regulerPulmo: ves +/↓, Rho -/- whe -/-Abdomen: undulasi(+),shifting dullnes (+)Ekstremitas : oedem pada keempat ekstremitas
Albumin
1,95 3,5-5
SGOT 20 <31
SGPT 11 < 31
HbA1c 5,6 <7
Anti ds-
DNA
Ca 2+ 1.09 1.120-
1320
Sindroma Nefritik AkutHipertensi st II
Plan terapi
- Captopril 3x25
mg
- Caco3 1x 150
mg
Plan
diagnostik
Cek albumin
KIE
Diet protein
0,8
gr/kgbb/hari
Diet kalori 25
kg/BB/hari
5/2/2016 S/Bengkak seluruh tubuh (+) tetapi sudah sedikit berkurang, perut masih Terasa kencang (+), perut masih besar (+) tetapi sudah mulai mengecil, bengkak pada wajah sudah sedikit berkurang, sesak (+) tapi sudah berkurang, mual (-) muntah (-), BAB (+) 1 x,O/TD: 180/110N: 82 x/menitRR: 24 x/menitT: 37,1 C
Wajah : odem (+) berkurangThorax: S1S2 tunggah regulerPulmo: ves +/↓, Rho -/- whe -/-Abdomen: Undulasi (+), shifting dullnes (+)Ekstremitas : oedem pada keempat ekstremitas
Sindroma Nefritik AkutHipertensi stage II
Plan TerapiCaptopril 3 x 25 mgMetil prednisolon 125 mg/12jamFurosemide 1 x20 mg
Plan diagnostikCek ulang albumin
KIEDiet ureum protein 0,8 g/kgBB/haridiet kalori 25 kal/kgBB
![Page 12: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/12.jpg)
Albumin 1,5 3.5-56//2/2016 S/
Bengkak pada tangan dan kaki, muka sudah tidak bengkak lagi, perut sudah mengecil, sesak (+) berkurang, demam (+), mual (-) muntah (-), BAB (+), O/TD: 160/100N: 88 x/menitRR: 24 x/menitT: 37,8 C
Kepala : normochepal, odem (-)Thorax: S1S2 tunggah regulerPulmo: ves +/+, Rho -/- whe -/-Abdomen: Undulasi (+), shifting dullnes (+)Ekstremitas : oedem pada keempat ekstremitas
Sindroma NefritikHipertensi st II
Metil prednisolon 12,5/12jamFurosemide 1 x20 mgCaco 3 x 150Nifedipin 1 x 30 mgAspilet 1 x80
Plan diagnostikCek ulang albumin
KIEDiet ureum protein 0,8 g/kgBB/harikalori 25 kal/kgBB
7/2/2016 S/Batuk (+), dahak (+), warna kuning, demam (+), nyeri perut bawah (+) terutama saat batuk, demam (+), Bengkak pada tangan dan kaki, perut masih tampah besar tapi sudah berkurang, sesak (+) berkurang, pasien lebih enak posisi duduk, mual (-) muntah (-), BAB (+), BAK (+)O/TD: 160/100N: 88 x/menitRR: 24 x/menitT: 37,8 C
Kepala : normochepal, odem (-)Thorax: S1S2 tunggah regulerPulmo: ves +/+, Rho +/+ whe +/+Abdomen: Undulasi (+), shifting dullnes (+)Ekstremitas : oedem pada keempat ekstremitas
Albumin 1.20 3.5-5
Sindroma Nefritik AkutHipertensi st IISusp. Hospital acuired pneumoniaSusp. ISK
Captopril 3 x 25 mgNifedipin 1 x30 mgMetil prednisolon 12,5/12jamFurosemide 1 x20 mgCaco3 3 x 150Aspilet 1 x80
Plan diagnostikCek ulang albuminCek DLCek ULFoto thorax ulang
KIEDiet ureum protein 0,8 g/kgBB/harikalori 25 kal/kgBB
9-2-16 S/Batuk (+), dahak (+), warna kuning kehijauan, demam (+), Bengkak pada tangan dan kaki, perut semakin mengecil, sesak (+) berkurang, pasien lebih enak posisi duduk, mual (-) muntah (-), BAB (+), nyeri perut bagian bawahO/TD: 140/90
Sindroma Nefritik AkutHipertensi st IIHAPISK
Captopril 3 x 25 mgNifedipin 1 x 30 mgMetil prednisolon 12,5/12jamTranfusi albumin 20% 100ccFurosemide 1 x20 mgCaco3 3 x 150
![Page 13: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/13.jpg)
N: 88 x/menitRR: 24 x/menitT: 36,6 C
Kepala : normochepalThorax: S1S2 tunggah regulerPulmo: ves +/+, Rho +/+ whe +/+Abdomen: Undulasi (+), shifting dullnes (+), nyeri tekan perut bawah (+).Ekstremitas : oedem pada keempat ekstremitas
Albumin 1.50 3.5-5Darah LengkapHb 9.0 x 106 13,3-
16,6Hct 26,4 % 35,,2-
46,7WBC 17,44 x
1033,37-8,38
Plt 653 x 103
172-378 x 10 3
Urine LengkapKIMIAprotein +3Darah +2Leukosit esterase
+1
SEDIMENLeukosit 8-14Eritrosit Banyak
Thorax Foto
Pulmo: tampak infiltrate pada parahiler kiri.Sudut CVA kanan kiri tumpulKesan : susp. pneumoniaEfusi pleura bilaterarl
Aspilet 1 x80 Levofloxacin 1 x 750 mgAmbroxol tab 3 x30 mg
Plan diagnostikCek ulang albuminUSG Abdomen
KIEDiet ureum protein 0,8 g/kgBB/harikalori 25 kal/kgBB
![Page 14: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/14.jpg)
11-2-2016
S/Batuk (+) berkurang, dahak (+) berkurang, demam (+), Bengkak pada tangan dan kaki, perut semakin mengecil, sesak (+) berkurang, pasien lebih enak posisi duduk, mual (-) muntah (-), BAB (+), nyeri perut bagian bawah.TD: 140/90N: 88 x/menitRR: 24 x/menitT: 36,5 C
Kepala : normochepalThorax: S1S2 tunggah regulerPulmo: ves +/+, Rho +↓/+↓ whe +↓/+↓Abdomen: Undulasi (+), shifting dullnes (+), nyeri tekan perut bawah (+).Ekstremitas : oedem pada keempat ekstremitas↓
USG ABDOMEN
Sindroma nefritik akutHipertensi st IIHAPISK
BOLEH PULANGCaptopril 3 x 25 mgMetil prednisolon 2 x 125 mgFurosemide 1 x20 mgAspilet 1 x80 mgLevofloxacin 1 x 750 mgAmbroxol tab 3 x30 mg
![Page 15: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/15.jpg)
KESAN : - Asites- Efusi pleura bilateral- Saat ini hepar/GB/Lien/
pancreas/ ginjal kanan dan kiri/uterus/ adnexa tak tampak kelainan
![Page 16: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Sindrom nefritik akut ( SNA ) adalah istilah umum kelainan ginjal berupa proliferasi
dan inflamasi glomeruli, yang disebabkan oleh mekanisme imunulogis terhadap antigen
tertentu seperti bakteri, virus, parasit, dll. SNA merupakan kumpulan gambaran klinis berupa
hematuria, beberapa derajat oligouria dan azotemia, retensi natrium dan air/ hipertensi.
Bentuk SNA yang sering ditemukan pada anak adalah glomerulonephritis yang didahului
oleh infeksi streptokokus β hemolitikus A sehingga disebut glomerulonephritis akut pasca
streptokokus (GNAPS). Streptokokus β hemolitikus grup A serotipe 12 sebagai penyebab
paling sering pasca ISPA (pharyngitis) dan serotype 46 pasca infeksi kulit (impetigo).
Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan gejala SNA
A. Eksaserbasi akut Glomerulonefritis kronik
B. Penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria
1. Fokal Glomerulonefritis
2. Nefritis herediter (Alport disease)
3. IgA-IgG nefropati (Maladie de Berger)
4. Benign recurrent hematuria
C. Rapidly Progressive Glomerulonephritis
D. Penyakit-penyakit sistemik
1. Schoenlein Henoch Syndrome (SHS)
2. Systemic Lupus Eritematous (SLE)
3. Subacute Bacterial Endocarditis (SBE)
II. Insiden
Sindrom nefritik akut termasuk penyakit dengan insiden yang tidak terlalu tinggi,
sekitar 1 : 10.000. Sindrom nefritik akut pasca infeksistreptokokus tanpa gejala insidennya
mencapai jumlah 4-5 kali lebih banyak. Insiden sebenarnya dari GNAPS tidak begitu jelas
![Page 17: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/17.jpg)
mengingat bentuk asimtomatik banyak terdapat pada anak-anak yang kontak dengan
penderita GNAPS.Penyakit ini menyerang semua umur tetapi lebih sering pada umur 6-7
tahun, jarang dibawah umur 3 tahun. Insiden sex tidak jelas tetapi beberapa sarjana
mendapakan laki-laki : perempuan = 2:1.
III. Epidemiologi
Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan
disebabkan karena infeksi dari streptokokus, penyebab lain diantaranya:
A. Bakteri : Streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus,
Salmonella typhi dll
B. Virus : Aids, Coxsackie, Epstein Barr, Influenza, Rubeola, hepatitis B, varicella,
vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis epidemika dl
C. Parasit : malaria dan toksoplasma
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul setelah
infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60
menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari setelah infeksi streptokokus, timbul gejala-gejala klinis.
Infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%. Mungkin faktor iklim, keadaan
gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan
kuman Streptococcuss. Streptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara
khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan golongan
bakteri yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokkus pada manusia disebabkan oleh
Streptococcus hemolisis β grup A. Kumpulan ini diberi spesies namaS. pyogenes. S. pyogenes
β-hemolitik grup A mengeluarkan dua hemolisin, yaitu: Streptolisin O dan S.
IV. Patogenesis
Terdapat 2 teori imunologik yang dapat menerangkan terjadinya glomerulonephritis secara
umum yaitu:
A. Autoimun (Antibodi – antimembran basalis glomerulus)
![Page 18: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/18.jpg)
Antibodi akan timbul bila ada antigen masuk ke dalam tubuh. Dalam hal ini antigen
dari luar misalnya mikroba menyebabkan tubuh membentuk antibody. Antibodi tersebut
bereaksi dengan antigen yang terdapat pada membrane basalis glomerulus yang pada akhinya
menyebabkan kerusakan glomerulus. Bentuk ini dapat dilihat secara imunofloresensi dimana
tampak endapan linier dari IgG dan C3 sepanjang kapiler glomerulus.
Contoh : Good Pasture Syndrome, Rapidly Progressive Glomerulonephritis
B. Soluble antigen antibody complex
Antigen yang masuk ke sirkulasi menyebabkan timbulnya antibody yang bereaksi
dengan antigen tersebut membentuk soluble antigen-antibodi complex (SAAC). SAAC ini
kemudian masuk dalam sirkulasi, menyebabkan system komplemen dalam tubuh ikut
bereaksi, sehingga complemen C3 akan bersatu dengan SAAC membentuk deposit dibawah
epitel kapsula bowman secara imunofloresensi terlihat sebagai benjolan disebut HUMPS.
Jadi HUMPS ini terdiri dari antigen antibody (igG) dan C3 yang dengan imunofloresensi
terlihat sepanjang membran glomerulus dalam bentuk granuler atau noduler. C3 yang ada
dalam HUMPS ini akan menarik sel PMN (chemotactic) dan migrasi PMN inilah yang
menyebabkan gangguan permeabilitas membrane glomerulus sehingga eritrosit protein dan
yang lainnya dapat melewati membrane glomerulus dan terdapat dalam urin.
Kasus klasik GN pascastreptokokus adalah timbul pada anak 1-4 minggu setelah
pasien sembuh dari infeksi streptokokus grup A. hanya strain “nefritogenik” tertentu dari
streptokokus β-hemolitikus mampu memicu penyakit glomerulus. Pada sebagian besar kasus,
infeksi awal terletak di faring atau kulit. Pada GNAPS bentuk kompleks imun tidak saja
terjadi melalui SAAC, tetapi juga bisa terjadi secara in situ oleh karena ditemukannya
endostreptosin, suatu bentuk protein sitoplasma dari streptokokkus nefritogenik yang
berfungsi sebagai antigen mengendap langsung di mesangial glomerulus. Penelitian
menunjukkan bahwa C3 mengendap di GBM sebelum IgG mengendap, oleh karena itu
cedera primer mungkin desebabkan oleh pengaktifan komplemen. Antigen tersangka adalah
endostreptosin dan protein pengikat plasmin nefritis.
V. Gejala Dan Tanda
Sindrom Nefritik Akut (SNA) merupakan kumpulan gambaran klinis berupa
hematuria dengan sel darah merah dismorfik dan silinder sel darah merah dalam urine,
beberapa derajat oliguaria dan azotemia, retensi natrium dan air, hipertensi yang disertai
![Page 19: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/19.jpg)
adanya kelainan urinalisis (proteinuria kurang dari 2 gram/hari dan hematuria serta silinder
eritrosit).
Bentuk SNA yang paling banyak diketahui adalah glomerulonephritis pasca
streptokokkus (GNAPS).Gejala klinik GNAPS sangat bervariasi dari bentuk asimtomatik
sampai gejala – gejala tipik.Bentuk asimtomatik lebih banyak dari pada GNAPS simtomatik.
Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah asimtomatik. Bentuk simtomatik diketahui apabila
terdapat kelainan sedimen urin terutama hematuri mikroskopis yang disertai riwayat kontak
dengan penderita GNAPS simtomatik.
A. Periode Laten :
Pada GNAPS yang tipik harus ada periode laten yaitu periode antara infeksi
streptokokus dan timbulnya gejala – gejala. Periode ini berkisar 1-3 minggu.Periode 1-2
minggu umumnya terjadi pada GNAPS yang didahului oleh infeksi saluran nafas.
Sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit / piodermi. Periode ini jarang
terjadi di bawah 1 minggu, bila periode laten ini berlangsung kurang 1 minggu maka
harus dipikirkan kemungkinan penyakit lain seperti eksaserbasi glomerulonephritis
kronik, Systemic Erythematosus, Shoenlein-Henoch Syndrome atau benign recurrent
hematuria.
1. Edema :
Merupakan gejala yang paling sering dan umumnya paling pertama timbul dan
menghilang pada akhir minggu pertama. Paling sering terjadi di muka terutama daerah
periorbital (palpebra). Disusul oleh tungkai/ edema pretibial, Itu sebabnya edema pada
muka dan palpebral sangat menonjol waktu bangun pagi oleh karena adanya jaringan
longgar pada daerah tersebut dan menghilang atau berkurang setelah melakukan kegiatan
fisik.Hal ini terjadi karena faktor gravitasi. Jika terjadi retensi cairan yang hebat bisa
timbul asites faktor yaitu gravitasi dan tahanan jaringan lokal. Bendungan sirkulasi secara
klinis bisa nyata dengan takipne dan dispneu. Kadang – kadang terjadi pula edema laten
yaitu edema yang tidak tampak dari luar dan baru diketahui setelah terjadi diuresis dan
penurunan berat badan.
Edema yang terjadi berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG/GFR) yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin
berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia.Peningkatan aldosteron dapat juga
berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah,
meskipun edema paling nyata dibagian anggota bawah tubuh ketika menjelang siang.
![Page 20: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/20.jpg)
Derajat edema biasanya tergantung pada berat peradangan glomeurulus, apakah disertai
dengan payah jantung kongestif, dan seberapa cepat dilakukan pembatasan garam.
2. Hematuria
Hematuria makroskopis (gross hematuria) terdapat pada 30-70 % kasus GNAPS
sedangkan hematuria mikroskopis dijumpai hampir pada semua kasus. Urin tampak
coklat kemerah – merahan atau seperti the tua, air cucian daging atau seperti coca – cola.
Hematuria makroskopis biasanya timbul dalam minggu pertama dan berlangsung
beberapa hari tetapi bisa pula berlangsung sampai beberapa minggu. Hematuria
mikroskopis bisa berlangsung lebih lama umumnya menghilang dalam waktu 6 bulan.
Kadang – kadang masih dijumpa hematuria mikroskopis dan proteinuria walaupun secara
klinis GNAPS sudah sembuh. Bahkan hamaturia mikroskopis bisa menetap lebih dari satu
tahun sedangakan proteinuria sudah menghilang. Keadaan ini disebut hematuria persisten
dan merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy ginjal mengingat kemungkinan adanya
glomerulonephritis kronik.Kerusakan pada kapiler gromelurus mengakibatkan hematuria/
kencing berwarna merah daging dan albuminuria. Urine mungkin tampak kemerah-
merahan atau seperti kopi.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan gejala yang penting yang terdapat pada 60-70 % kasus
GNAPS. Umumnya hipertensi yang terjadi tidak berat. Timbul terutama dalam minggu
pertama dan umumnya menghilang bersamaan dengan menghilangnya gejala klinik
yang lain.Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggi
selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan penyakitnya menjadi
kronis. Hipertensi selalu terjadi meskipun peningkatan tekanan darah mungkin hanya
sedang. Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ( tekanan diasotik 80-90 mmHg ).
Hipertensi ringan tidak perlu diobati sebab dengan istirahat yang cukup dan diet yang
teratur, tekanan darah akan normal kembali. Adakalanya hipertensi berat menyebabkan
hypertensive encephalopathy yaitu hipertensi yang disertai gejala serebral seperti sakit
kepala, muntah – muntah, kesadaran yang menurun dan kejang – kejang.Insedens
hypertensive encephalopathy ini dilaporkan 5-10 % dari penderita yang dirawat dengan
GNAPS. Sampai sekarang terjadinya hipertensi belum jelas. Diduga akibat ekspansi
volume cairan ekstrasel (ECF) atau akibat vasospasme masih belum diketahui dengan
jelas.
4. Oliguria
![Page 21: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/21.jpg)
Tidak sering di jumpai terdapat pada 5-10 % kasus GNAPS dengan produksi urin
kurang dari 350 ml/hari. Oliguri tejadi bla fungsi ginjal menurun atau timbul kegagalan
ginjal akut seperti ketiga gejala sebelumnya. Oliguri umumnya timbul dala minggu
pertama dan menghilang bersamaan dengan timbulnya diuresis pada akhir minggu
pertama.Oliguria bisa pula menjadi anuri karena penurunan laju filtrasi glomerulus,
menunjukkan adanya kerusakan glomerulus yang berat dan prognosis yang jelek.
5. Gejala-gejala system kardiovaskuler
Kongesti sirklasi terjadi pada 20-70% kasus GNAPS. Kongesti terjadi bukan karena
hipertensi atau miokarditis tetapi diduga karena retensi natrium dan air sehngga terjai
hipovolemia
6. Gejala-gejala lain
Terkadang dijumpai gejala umum seperti pucat, malaise, letargi,nyeri kepala, dan
anorexia. Gejala pucat mungkin karena pereganganjaringan subkutan akibat edema atau
hematuria makroskopis yang berlangsung lama.
B. Penyakit-penyakit selain GNAPS yang dapat menimbulkan gejala SNA
1. Glomerulonefritis kronik dengan eksaserbasi akut
Dari anamnesis ada penyakit ginjal sebelumnya dan periode laten yang terlalu singkat,
biasanya 1-3 hari. Selain itu adanya gangguan pertumbuhan, anemia dan ureum yang
jelas meninggi waktu timbulnya gejala nefritis.
2. Purpura Henoch-Schoenlein yang mengenai ginjal
Gambaran klinisnya berupa: pada kulit terdapat ruam hemoragik, sendi nyeri dan
bengkak, terdapat gangguan usus berupa nyeri dan melena, terdapat kerusakan ginjal
ditandai dengan adanya hematuri.
3. Penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria
Penyakit ini dapat berupa fokal glomerulonefritis herediter (Alport disease), IgA-IgG
nefropati, dan benign recurrent hematuria. Umumnya penyakit ini tidak disertai
edema atau hipertensi. Hematuria makroskopis yang terjadi biasanya berulang dan
timbul singkat.
4. Lupus eritematosus sistemik
![Page 22: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/22.jpg)
Memberi gejala nefritis seperti hematuria, proteinuria dan kelainan sedimen urin yang
lain. Tetapi pada hapusan tenggorok negative dan titer ASTO normal. Pada SLE
terdapat kelainan kulit dan Sel LE positif pada pemeriksaan
5. Subacute Bacterial Endocarditis (SBE)
Gejala beruapa demam tinggi yang menetap lama, splenomegaly, dan bising jantung.
Pada SBE tidak ada edema, hipertensi dan oliguria
VI. Pemeriksaan Tambahan
A. Urinalisis menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4), hematuria makroskopik
ditemukan hampir pada 50% penderita, kelainan sedimen urine dengan eritrosit
disformik, leukosituria serta torak selulet, granular, eritrosit(++), albumin (+), silinder
lekosit (+) dan lain-lain. Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat
dengan tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia dan
hipokalsemia. Kadang-kadang tampak adanya proteinuria masif dengan gejala sindroma
nefrotik. Komplomen hemolitik total serum (total hemolytic comploment) dan C3
rendah pada hampir semua pasien dalam minggu pertama, tetapi C4 normal atau hanya
menurun sedikit, sedangkan kadar properdin menurun pada 50% pasien. Keadaan
tersebut menunjukkan aktivasi jalur alternatif komplomen.
B. Penurunan C3 sangat mencolok pada pasien glomerulonefritis akut pascastreptokokus
dengan kadar antara 20-40 mg/dl (harga normal 50-140 mg.dl). Penurunan C3 tidak
berhubungan dengann parahnya penyakit dan kesembuhan. Kadar komplomen akan
mencapai kadar normal kembali dalam waktu 6-8 minggu. Pengamatan itu memastikan
diagnosa, karena pada glomerulonefritis yang lain yang juga menunjukkan penurunan
kadar C3, ternyata berlangsung lebih lama.
C. Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan tenggorok dan kulit.
Biakan mungkin negatif apabila telah diberi antimikroba. Beberapa uji serologis
terhadap antigen streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya infeksi, antara
lain antistreptolisin, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B. Skrining
antistreptolisin cukup bermanfaat oleh karena mampu mengukur antibodi terhadap
beberapa antigen streptokokus. Titer anti streptolisin O mungkin meningkat pada 75-
80% pasien dengan GNAPS dengan faringitis, meskipun beberapa starin streptokokus
tidak memproduksi streptolisin O. Peningkatan titer antibodi terhadap streptolisin-O
![Page 23: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/23.jpg)
(ASTO) terjadi 10-14 hari setelah infeksi streptokokus. Kenaikan titer ASTO terdapat
pada 75-80% pasien yang tidak mendapat antibiotik. Titer ASTO pasca infeksi
streptokokus pada kulit jarang meningkat dan hanya terjadi pada 50% kasus.
Antihialuronidase (Ahase) dan anti deoksiribonuklease B (DNase B) umumnya
meningkat. Pengukuran titer antibodi yang terbaik pada keadaan ini adalah terhadap
antigen DNase B yang meningkat pada 90-95% kasus. Sebaiknya serum diuji terhadap
lebih dari satu antigen streptokokus. Bila semua uji serologis dilakukan, lebih dari 90%
kasus menunjukkan adanya infeksi streptokokus. Titer ASTO meningkat pada hanya
50% kasus, tetapi antihialuronidase atau antibodi yang lain terhadap antigen
streptokokus biasanya positif. Pada awal penyakit titer antibodi streptokokus belum
meningkat, hingga sebaiknya uji titer dilakukan secara seri.
VII. Diagnosis
Diagnosis glomerulonefritis akut pascastreptokokus perlu dicurigai pada pasien dengan
gejala klinis berupa hematuria nyata yang timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut
setelah infeksi streptokokus. Tanda glomerulonefritis yang khas pada urinalisis, bukti adanya
infeksi streptokokus secara laboratoris dan rendahnya kadar komplemen C3 mendukung bukti
untuk menegakkan diagnosis. Tetapi beberapa keadaan lain dapat menyerupai
glomerulonefritis akut pascastreptokok pada awal penyakit, yaitu nefropati-IgA dan
glomerulonefritis kronik. Anak dengan nefropati-IgA sering menunjukkan gejala hematuria
nyata mendadak segera setelah infeksi saluran napas atas seperti glomerulonefritis akut
pascastreptokokus, tetapi hematuria makroskopik pada nefropati-IgA terjadi bersamaan pada
saat faringitas (synpharyngetic hematuria), sementara pada glomerulonefritis akut
pascastreptokokus hematuria timbul 10 hari setelah faringitis, sedangkan hipertensi dan
sembab jarang tampak pada nefropati-IgA. Glomerulonefritis kronik lain juga menunjukkan
gambaran klinis berupa hematuria makroskopis akut, sembab, hipertensi dan gagal ginjal.
Beberapa glomerulonefritis kronik yang menunjukkan gejala tersebut adalah
glomerulonefritis membranoproliferatif, nefritis lupus, dan glomerulonefritis proliferatif
kresentik. Perbedaan dengan glomerulonefritis akut pascastreptokok sulit diketahui pada awal
sakit.
Pada glomerulonefritis akut pascastreptokokus perjalanan penyakitnya cepat
membaik(hipertensi, sembab dan gagal ginjal akan cepat pulih) sindrom nefrotik dan
![Page 24: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/24.jpg)
proteinuria masih lebih jarang terlihat pada glomerulonefritis akut pascastreptokokus
dibandingkan pada glomerulonefritis kronik. Pola kadar komplemen C3 serum selama tindak
lanjut merupakan tanda (marker) yang penting untuk membedakan glomerulonefritis akut
pascastreptokok dengan glomerulonefritis kronik yang lain. Kadar komplemen C3 serum
kembali normal dalam waktu 6-8 minggu pada glomerulonefritis akut pascastreptokokus
sedangkan pada glomerulonefritis yang lain jauh lebih lama.kadar awal C3 <50 mg/dl
sedangkan kadar ASTO > 100 kesatuan Todd.
Eksaserbasi hematuria makroskopis sering terlihat pada glomerulonefritis kronik akibat
infeksi karena streptokok dari strain non-nefritogenik lain, terutama pada glomerulonefritis
membranoproliferatif. Pasien glomerulonefritis akut pascastreptokokus tidak perlu dilakukan
biopsi ginjal untuk menegakkan diagnosis; tetapi bila tidak terjadi perbaikan fungsi ginjal dan
terdapat tanda sindrom nefrotik yang menetap atau memburuk, biopsi merupakan indikasi.
Berbagai macam kriteria dikemukakan untuk diagnosis GNAPS, tetapi pada umumnya
kriteria yang dipakai adalah:
A. Biakan positif streptokokkus β hemolitikus group A dan atau peningkatan titer
antibody terhadap streptokokus.
B. Gejala-gejala klinik.
C. Adanya kelainan laboratorium terutama hematuria mikroskopis, torak eritrosit, dan
proteinuria.
D. Pada GNAPS asimtomatik, diagnosis GNAPS berdasarkan kelainan sedimen urin
(hematuria mikroskopis), proteinuria dan adanya epidemic/kontak dengan penderita
GNAPS.
VIII. Penatalaksanaan
A. Istirahat
Istirahat ditempat tidur jika dijumpai komplikasi yang biasa timbul pada minggu
pertama, sesudah fase akut tidak dianjurkan lagi istirahat di tempat tidur, tetapi tidak
diizinkan kegiatan seperti sebelum sakit. Istirahat yang terlalu lama bisa memberi beban
![Page 25: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/25.jpg)
psikologik.Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama
6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh.Tetapi
penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu
dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
B. Diet
Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan
rendah garam (1 g/hari). Protein dibatasi jika kadar ureum meninggi sebanyak 0.5-
1 gram/kgBB/ hari. Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi
dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah,
maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa
komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada
komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah
cairan yang diberikan harus dibatasi. Retensi cairan ditangani dengan pembatasan
cairan dan natrium. Asupan cairan yang masuk harus seimbang dengan
pengeluaran, berarti asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss(20-25
ml/kgBB/hari)+ jumlah keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu dari normal
(10 mg/KgBB/hari). Bila berat badan tidak berkurang diberi diuretik seperti
furosemid 2mg/ kgBB, 1-2 kali/hari. Bila edema berat, diberikan makanan tanpa
garam dan bila edema ringan pemberian garam dibatasi sebanyak 0.5-1 gram/
hari.
C. Antibiotik
Pemakaian antibiotik tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Namun, pasien dengan
biakan positif harus diberikan antibiotic untuk eradikasi organisme dan mencegah
penyebaran ke individu lain. Diberikan antimikroba berupa injeksi benzathine penisilin
50.000 U/kg BB IM atau eritromisin oral 40 mg/kgBB/hari selama 10 hari bila pasien
alergi penisilin.10,12 Pembatasan bahan makanan tergantung beratnya edem, gagal
ginjal, dan hipertensi.
D. Simptomatis
1. Bendungan sirkulasi
Penanganannya dengan pembatasan cairan (input =output), edema berat dan tanda
edema paru harus diberikan diuretic, misalnya furosemide. Jika tidak berhasil
dilakukan dialisa peritoneal.
![Page 26: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/26.jpg)
2. Hipertensi
Pasien hipertensi dapat diberi diuretik atau anti hipertensi. Bila hipertensi ringan
(tekanan darah sistolik 130 mmHg dan diastolik 90 mmHg) umumnya diobservasi
tanpa diberi terapi, cukup dengan istirahat dan pembatasan cairan. Hipertensi sedang
(tekanan darah sistolik > 140 –150 mmHg dan diastolik > 100 mmHg) diobati dengan
pemberian hidralazin oral atau intramuskular (IM), nifedipin oral atau sublingual.
Dalam prakteknya lebih baik merawat inap pasien hipertensi 1-2 hari daripada
memberi anti hipertensi yang lama. Pada hipertensi berat dengan gejala ensefalopati
hipertensi diberikan klonidin (0,002-0,006 mg/kgBB) dapat diulang sampai 3 kali atau
diberi diazoxid 2-5 mg/kgBB iv kedua obat tersebut dapat digabungkan bersama
furosemid 1-3 mg/kgBB iv, Hipertensi sedang atau berat tanpa tanda-tanda serebral
bisa diberikan kaptopril (0,3-2 mg/KgBB/hari) atau furosemide/ atau kombinasi
keduanya. Jika intake oral cukup baik dapat diberikan nifedipin secara sublingual
dengan dosis 0,25-0,5 mg/kgBB/hari dapat diulang setiap 30-60 menit.
3. Gagal ginjal akut
Penanganan dengan pembatasan cairan, pemberian kalori cukup dalam bentuk
karbohidrat. Bila terjadi asidosis harus diberikan Na Bikarbonat dan bila terdapat
hiperkalemia diberikan Ca glukonas atau kayexalate.
IX. Komplikasi
A. Kegagalan ginjal akut
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau
anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka
dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
B. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang.
Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
C. Edema paru akut
D. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanan arah yang bukan saja disebabkan spasme
![Page 27: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/27.jpg)
pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap
dan kelainan di miokardium.
X. Perjalanan Penyakit Dan Prognosis
Penyakit ini dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2 minggu bila tidak ada komplikasi
sehingga sering digolongkan dalam self limiting disease. Walaupun sangat jarang GNAPS
bisa kambuh kembali (recurrent).Pada kasus epidemik, sebagian besar anak mengalami
pemulihan. Sebagian anak mengalami GN progresif cepat atau penyakit ginjal kronis.
Prognosis pada kasus sporadic tidak terlalu jelas. Pada orang dewasa, 15 % sampai 50 %
pasien mengalami penyakit ginjal tahap akhir dalam beberapa tahun atau 1 sampai 2
tahun kemudian, bergantung pada keparahan klinis dan histologis. Sebaliknya, pada anak
penyakit kronis setelah kasus sporadic GN akut jauh lebih rendah. Walaupun prognosis
GNAPS ini baik, kematian bisa terjadi terutama dalam fase akut akibat gagal ginjal akut,
edema paru akut atau hipertensi ensefalopati.
![Page 28: BAB II Nefrotik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020118/577c82911a28abe054b151eb/html5/thumbnails/28.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Eric P Cohen.Nephrotic Syndrome. Website: emedicine nephrology. Mar 17, 2010. [cited
Dec 05, 2010]. Available: http://emedicine.medscape.com/article/244631-overview
2. Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran., edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC. 2001
3. Guyton.A.C. et all .Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelpia: Elsevier
saunders. 1996
4. Hanno PM et al. Clinical manual of Urology 3rd edition. New York: Mcgraw-hill.2001
5. Hull PR. Goldsmith DJ. [clinical review]. 2008: vol.336.Website: BMJ. [cited 2010 Dec,
20]
6. Lambert H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In : Webb NJ.A,
Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3rd ED. Great Britain: Oxford
Universsity Press., 197-22
7. Price, Braunwald, Kasper, et all. Acute Nephritic Syndrome. Harrison’s Manual Of
Medicine. 17th ed. USA: McGraw Hill. 2008. Page: 803-806
8. Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. 4th ed.
Jakarta: IPD FKUI. 2007. Hal: 547-549
9. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5 th ed. US: FA Davis
Company; 2007
10. Stephen JM, William G. Acute Nephritic Syndrome. Pathophysiology of Disease. 5th ed.
USA: Lange-Mc Graw Hill. 2003. Page: 476-477