bab ii metode pendidikan shalat bagi anak a....

24
10 BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. Metode Pendidikan 1. Pengertian Metode Pendidikan Secara Etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. 1 Menurut Winarno Surachmad metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. 2 Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan beberapa pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaan yang bersifat konsisten, dan sistematis, karena mengingat sasaran metode itu adalah manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jadi penggunaan metode dalam proses kependidikan pada hakikatnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik. Pendidikan secara etimologi menurut John Dewey, adalah Etimologically, the word education means just a process of leading or bringing up”. 3 Maksudnya secara etimologi kata pendidikan berarti suatu proses mengarahkan dan mendewasakan. Adapun pengertian pendidikan oleh para pakar antara lain didefinisikan sebagai berikut: 1 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet ke- 5, hlm. 61 2 Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran, (Bandung: Jemmar, t. th) , hlm. 75 3 John Dewey, Democracy and Education, (New York: the Mac Millan Company, 1964), hlm. 10

Upload: phungngoc

Post on 04-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

10

BAB II

METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK

A. Metode Pendidikan

1. Pengertian Metode Pendidikan

Secara Etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani

“metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti

melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode

berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.1

Menurut Winarno Surachmad metode adalah cara yang di dalam

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.2

Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang

harus dilalui untuk menyajikan beberapa pelajaran agar tercapai tujuan

pengajaran.

Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaan yang

bersifat konsisten, dan sistematis, karena mengingat sasaran metode itu

adalah manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Jadi penggunaan metode dalam proses kependidikan pada hakikatnya

adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik.

Pendidikan secara etimologi menurut John Dewey, adalah

“Etimologically, the word education means just a process of leading or

bringing up”.3 Maksudnya secara etimologi kata pendidikan berarti suatu

proses mengarahkan dan mendewasakan.

Adapun pengertian pendidikan oleh para pakar antara lain

didefinisikan sebagai berikut:

1M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet ke- 5, hlm. 61 2Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran, (Bandung: Jemmar, t. th) , hlm. 75 3John Dewey, Democracy and Education, (New York: the Mac Millan Company, 1964),

hlm. 10

Page 2: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

11

a. Menurut Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.4

b. Menurut Ahmad tafsir

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala

aspek.5

c. Menurut Langeveled

Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan orang

dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan yaitu

kedewasaan.6

d. Menurut Brubacher

Education should be tough of as the process of man’s reciprocal adjustment to nature, to his fellows, and to the ultimate nature of the cosmos. Education is the organized development and equipment of all the powers of human being, moral, intellectuals, and physical by and for the individual an social uses, directed toward the union of these activities with their creator as their final end. Education is the process in which are susceptible to habituation are perfected by good habits, by means artistically contrived, and employed by a man to help another or him self achieve the end in view.7

Pendidikan diartikan sebagai proses timbale balik dari tiap

pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman

dan dengan alam semesta. pendidikan merupakan pula perkembangan

yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi-potensi

manusia; moral, intelektual dan jasmani(fisik),oleh dan untuk

4Ahmad D. Marimba, Pengantar Filasafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989),

hlm. 19 5Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1997), hlm. 6 6Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogig (Dasar-dasar ilmu pengetahuan), (Jakarta:

Rineka Cipta, 1997), hlm. 3-4 7John S.Brubacher, Modern Philosophies of Education,(New Delhi: Tata Mc.Graw-Hill

Publishing Company,1981),hlm.371.

Page 3: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

12

kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan

demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagian tujuan terakhir .

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung

jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah

kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan lebih mengarahkan tugasnya kepada pembinaan dan

pembentukan sikap dan kepribadian manusia yang ruang lingkupnya

meliputi pada proses mempengaruhi dan membentuk kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotor dalam diri manusia. Berbeda dengan pengajaran

yang lebih menitikberatkan usahanya kearah terbentuknya kemampuan

maksimal intelektual dalam menerima, mamahami, menghayati dan

menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang diajarkan.8

Adapun yang dimaksud dengan metode pendidikan adalah semua

cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Oleh karena itu dalam

mendidik anak diperlukan suatu metode yang dapat memadukan aspek

keilahian dan keilmuan. Karena kalau kita amati sekarang ini banyak

pendidikan kita yang menggunakan metode pendidikan barat.

2. Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Pendidikan

Dalam menentukan atau memilih metode maka diperlukan prinsip

atau asas, yaitu kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir, bertindak dan

sebagainya. Dalam hubungnanya dengan metodologi pendidikan Islam

berarti prinsip yang dimaksud disini adalah dasar pemikiran yang

digunakan dalam mengaplikasikan metode pendidikan Islam.

Prinsip- prinsip pelaksanaan metode pendidikan islam menurut

Omar Muhammad Al-Taumy al-Saibany adalah:

a. Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya.

b. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum

pelaksanaan pendidikan.

8H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 100

Page 4: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

13

c. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan anak

didik.

d. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu dalam anak didik.

e. Memperhatikan kepahaman dan mengetahui hubungan-hubungan

integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan

kebebasan berfikir.

f. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang

menggembirakan bagi anak didik.9

Dalam pembahasan metode pendidikan khususnya pendidikan

islam, kita perlu melihat semua aspek dari kegiatan pendidikan baik dilihat

dari pendidik dan anak didik, diantaranya yaitu;

a. Pendidik dengan metodenya harus mampu membimbing, mengarahkan

dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa

dalam sikap dan kepribadiannya, sehingga tergambarlah dalam tingkah

lakunya sesuai nilai-nilai ajaran islam.

b. Anak didik yang tidak hanya menjadi obyek pendidikan, melainkan

juga menjadi subyek yang belajar, tentunya memerlukan suatu metode

belajar agar dalam proses belajarnya dapat searah dengan cita-cita

pendidik.10

c. Pendidik dalam menentukan metode perlu menggalakkan anak didiknya

untuk belajar menerima ganjaran dan hukuman. Dan yang terpenting

dalam aspek ini bertujuan sebagai penggerak untuk mendisiplinkan

anak.11

3. Jenis Metode Pendidikan.

Tentang penentuan macam metode atau tehnik yang dapat di pakai

dalam proses pendidikan, maka akan didapati pada cara-cara yang ada

9Omar M. al-Taumy al-Saibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Terjemahan hasan

langgulung) , (Jakarta: bulan Bintang, 1979), hlm. 65 10M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, op.cit., hlm. 100 11Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, suatu Analisis Psikologi, Filsafat dan

Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986), hlm. 41

Page 5: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

14

dalam al-Qur’an, al-Hadits, amalan salaf as Saleh dari sahabat-sahabat dan

pengikutnya, peluang yang luas sekali untuk memilih diantaranya yang

sesuai dengan mata pelajaran, perkara yang diajarkan, usia murid, suasana

alam sekitar dan suasana pendidikan dimana ia berada. Jika kita ambil dari

al-Qur’an misalnya, maka kita mendapatinya mengandung metode

pendidikan yang banyak diantaranya: tehnik pendidikan sambil bekerja,

tehnik tehnik kisah (cerita), tehnik tauladan yang baik, tehnik pengajaran

dari sejarah, tehnik pembahasan akal, tehnik soal jawab, tehnik pemberian

contoh, tehnik perintah pada yang ma’ruf dan melarang pada yang munkar,

tehnik hukuman dan balas.12

Dalam sejarah pendidikan agama Islam dapat diketahui bahwa para

pendidik muslim dalam berbagai situasi dan kondisi yang berbeda, telah

menerapkan berbagai macam metode pendidikan, diantaranya:

a. Al-Ghazali, sebagaimana dikutip oleh Armai Arif berpendapat bahwa

metode pendidikan yang harus digunakan oleh para pendidik atau

pengajar adalah yang berprinsip pada “Child Centered” yang lebih

mementingkan anak didik daripada pendidik sendiri. Metode demikian

dapat diwujudkan dalam berbagai macam metode antara lain; metode

tauladan, metode bimbingan dan penyuluhan, metode cerita, metode

motivasi, mendorong semangat dan sebagainya.13

Mempelajari ilmu agama harus dimulai sejak dini, pada mulanya

anak-anak usia dini diajak untuk menghafal dasar-dasar agama,

kemudian seiring dengan perkembangan usia dan intelektualitasnya,

pendidikan diteruskan dengan memberikan penjelasan dan pengertian

atas suatu materi.

b. Ibnu Khaldun, dalam metode mengajar didasarkan atas pendekatan

psikologis, meskipun metode yang diterapkan lebih banyak

intelektualnya, karena hanya menitikberatkan pada kecerdasan akal.

12Omar M. at-Taumy, op.cit. ,hlm. 587 13M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, op.cit., hlm. 104

Page 6: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

15

c. Ibnu Sina, metode yang digunakan dalam mendidik akhlak adalah

metode pembiasaan, perintah dan larangan, pemberian suasana (metode

situasional), uswatun khasanah, serta memberi motivasi atau dorongan,

pemberian hadiah dan hukuman.

d. Muhammad Abduh dalam kegiatan mendidik menekankan pada metode

yang berprinsip atas kemampuan rasio dalam memahami ajaran Islam

dari sumbernya yaitu al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagai ganti metode

verbalisme (menghafal) sering pula ia mengajarkan bahasa Arab dengan

metode demonstrasi tentang cara-cara menulis huruf Arab dengan jelas

dan sederhana, prinsip fundamental dari pandangannya adalah perlunya

mendasari pendidikan dengan moral dan agama. Pendidikan agama

diintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan umum begitu juga

sebaliknya.14

Selain beberapa metode diatas ada beberapa metode influentif

terhadap pendidikan anak yang dikemukakan oleh Abdullah Nashih Ulwan

yaitu ;

a. Pendidikan dengan keteladanan, ini merupakan metode influentif yang

paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan

membentuk anak didalam moral, spiritual dan social, karena pendidik

adalah contoh ter baik dalam pandangan anak yang akan ditirunya.

b. Pendidikan dengan adat kebiasaan, yaitu dengan membiasakan dan

mengulang–ulang perbuatan baik yang senantiasa diajarkan kepada anak

sehingga akan membekas pada diri anak.

c. Pendidikan dengan nasehat, ini dilakukan dengan cara menyeru kepada

anak didik untuk melaksanakan kebaikan atau menegurnya bila

melaksanakan suatu kesalahan.

d. Pendidikan dengan memberikan perhatian, maksudnya adalah

mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan

anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan social.

14Ibid. hlm. 109

Page 7: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

16

e. Pendidikan dengan memberi hukuman, disini dilakukan dengan berbagai

cara seperti: kalau terpaksa denagn hukuman yang mengenai badan agar

anak merasa jera terhadap perbuatan tidak baik yang telah dilakukan.15

B. Metode Pendidikan Shalat

1. Pengertian Metode Pendidikan Shalat

Menurut Winarno Surachmad Metode adalah cara yang didalam

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.16

Pendidikan secara etimologi berasal dari kata dasar “ didik’ yang

berarti memelihara dan memberi latihan yaitu proses pengembangan sikap

dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan melalui upaya

pengajaran.17

Shalat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab ; يصلى–صلى yang

berarti do’a. Shalat dengan arti do’a termaktub dalam firman Allah SWT:

مله كنس كلاتإن ص همليل عص103: سورة التوبة...(و(

Berdo’alah untuk mereka sesunguhnya do’a kalian itu menjadikan ketentraman bagi jiwa mereka-mereka.18(Q.S.At-Taubah:103)

Menurut Hasbi Ash Shidieqy bahwa shalat adalah berharap hati

(jiwa) kepada Allah SWT yang mendatangkan rasa takut, serta

menumbuhkan rasa kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan penuh khusyu’

dan ikhlas di dalam seluruh ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan

takbir dan diakhiri dengan salam.19

15Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid II, (Bandung: Asy-Syifa’,

1988), hlm. 2 16 Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran, (Bandung : Jemmar, t.th),hlm.75 17Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1985, hlm. 232 18Soenaryo, al-Qur’an dan Terjemahannya, Depag RI, (Semarang: Toha putra, 1995),

hlm298 19Hasbi ash-Shidieqy, Pedoman Shalat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1993), hlm. 64

Page 8: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

17

Menurut Bustanudin agus dalam bukunya Al-Islam menjelaskan

bahwa shalat adalah suatu amalan yang dimulai dengan takbiratul ikhram

dan diakhiri denagan salam, tentu saja dengan syarat dan rukun tertentu.20

Menurut Yusuf Al-Qardhawi, Shalat adalah merupakan perintah

yang diutamakan, merupakan kewajiban yang harus ditunaikan dan sangat

diutamakan dan sangat diancam bagi yang meninggalkannya.21

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pendidikan shalat adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan tentang tindakan

shalat yang merupakan kewajiban yang harus ditunaikan dan sangat

diancam bagi yang meninggalkan.

Sedangkan metode pendidikan shalat adalah semua cara yang

digunakan dalam upaya mendidik shalat pada anak.

Bagi orang tua yang sadar akan pendidikan anak-anaknya,

terutama pendidikan agama akan menjadi geram ketika melihat anak-

anaknya tidak mau mengerjakan shalat. Realitas ini merupakan wujud

tanggungjawab orang tua, karena dalam perspektif Islam anak merupakan

amanat dari Allah SWT. Dengan demikian semua orang tua berkewajiban

untuk mendidik anaknya agar menjadi anak yang shaleh, berilmu dan

bertaqwa. Oleh karena itu pendidikan shalat itu menjadi tanggung jawab

orang tua di hadapan sang khalik.22

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang dapat

menjalankan berbagai fungsi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,

termasuk di dalamnya fungsi pendidikan, baik pendidikan fisik maupun

pendidikan mental. Pendidikan mental spiritual meliputi berbagai macam

aspek ibadah seperti shalat, puasa, membaca al-Qur’an. Namun semua itu

tidak akan mudah dilaksanakan tanpa upaya sungguh-sungguh dari

20Bustanudin Agus, Al-Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 105 21Yusuf al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1998), hlm. 381 22Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak secara Islami, Terj. Shihabuddin, cet. ke I,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 134

Page 9: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

18

berbagai pihak yang terkait dalam pendidikan. Dan shalat merupakan

ibadah yang menempati kedudukan istimewa dalam agama Islam

2. Fungsi Metode Pendidikan Shalat

Dalam memilih metode harus disesuaikan dengan kondisi yang

ada, ketepatan dalam memilih metode akan membawa keberhasilan dalam

proses pendidikan, sebaliknya ketidaktepatan dalam pemilihan metode

akan membawa atau mengakibatkan kegagalan.Ada beberapa fungsi

metode pendidikan agama antara lain:

a. Mengarahkan keberhasilan pendidikan

b. Memberi kemudahan anak didik untuk belajar berdasarkan minat dan

perhatiannya.

c. Mendorong usaha kerjasama antara pendidik dan anak didik.

d. Memberikan inspirasi pada anak didik melalui proses hubungan yang

serasi antara pendidik dan anak didik yang seiring dengan tujuan

pendidikan agama.23

Semua faktor yang mungkin menimbulkan kebosanan harus dapat

diatasi dengan menerapkan berbagai variasi metode, hal ini akan benar-

benar menuntut keluwesan dan kelincahan pendidik yang bersangkutan.

Itu semua menunjukkan pendidik harus mengetahui, memahami,

menguasai lebih dari satu metode.Pendidik bertanggung jawab terhadap

anak didik dan mengetahui situasi bagaimana yang dihadapi. Kegagalan

mendidik merupakan tanggungjawabnya, karena tanpa metode yang tepat

roses pendidikan akan menjadi sia-sia. Motif dan gairah belajar pada anak

harus selalu dapat dibangkitkan, dipupuk dan dikembangkan.

Jadi fungsi metode pendidikan shalat yaitu dapat mendorong anak

didik untuk selalu melakukan shalat dan memberi kemudahan pada

pendidik untuk mengarahkan anak didiknya kearah keberhasilan

pendidikan shalat.

23 Mahfudz Shalahuddin,dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987),hlm.24

Page 10: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

19

3. Macam-macam Metode Pendidikan Shalat

Metode merupakan langkah untuk mencapai tujuan.Dalam konteks

ini secara spesifik adalah tertanamnya ibadah shalat pada anak, sedang

secara universal ingin membentuk anak yang beribadah dan berkeyakinan

yang kuat dalam sanubarinya, bahwa tiada Tuhan selain Allah, serta dapat

mengaktualisasikan keimanan dan keyakinannya dalam tutur kata dan

perbuatannya serta melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-

Nya. Sehingga tercermin dalam akhlak al-karimah dan pada akhirnya

dapat menjadi orang-orang yang bertaqwa. Sehubungan hal tersebut, maka

strategi yang digunakan adalah dengan cara memahami kondisi psikologi

anak, pola perilakunya, karakter, pola kehidupannya serta pola

pemahamannya terhadap agama.

Diantara beberapa metode pendidikan yang telah dipaparkan

diatas, maka selanjutnya ada beberapa metode atau cara yang digunakan

dalam pelaksanaan pendidikan shalat bagi anak, yaitu:

1. Pendidikan dengan Kebiasaan

Bagi anak yang masih kecil pembiasaan ini sangat penting

karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan

menjadi milik anak dikemudian hari. Pembiasaan yang baik akan

membentuk manusia yang berkepribadian yang baik pula.24

Berdasarkan pembiasaan itulah anak terbiasa menurut dan ta’at kepada

peraturan-peraturan yang berlaku dimasyarakat, setelah mendapat

pendidikan pembiasaan yang baik dirumah.

Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah, dan

membutuhkan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan sulit untuk diubahnya. Pendidikan pembiasaan itu

diharapkan siswa senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Selain

membiasakan anak untuk melakukan shalat lima waktu, juga

24Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, jakarta, 2002,

hlm. 72

Page 11: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

20

dibiasakan aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang baik seperti ikhlas

puasa, suka membantu fakir miskin dan lain-lain.

Pendidikan dengan kebiasaan anak berada dalam pembentukan

edukatif dan sampai pada hasil-hasil yang memuaskan, sebab pendidik

harus memperhatikan dan mengawasi berdasarkan bujukan dan

ancaman, bertitik tolak dari bimbingan dan pengarahan. Orang tua

mulai membiasakan anaknya melaksanakan shalat pada usia dini yaitu

pada usia tujuh tahun sampai sepuluh tahun dan sampai baligh dengan

tujuan agar nanti ketika sudah dewasa anak terbiasa melaksanakan

shalat yanng sudah menjadi kewajiban mereka.

2. Pendidikan dengan Keteladanan

Kesanggupan mengenal Allah adalah kesanggupan paling awal

dari manusia. Ketika Rasulullah bersama Siti Khadijah mengerjakan

shalat, Sayyidina Ali yang masih kecil datang dan menunggu sampai

selesai. Kemudian bertanya tentang apa yang sedang dilakukan

Rasulullah. Dan Rasulullah menjawab bahwa beliau sedang

menyembah Allah. Lalu Ali mengikuti mereka. Hal ini menunjukkan

bahwa keteladanan dan kecintaan terhadap anak akan membawa

mereka mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan.25

Orang tua atau pendidik dalam memerintahkan anaknya

berbuat sesuatu yang diinginkannya dan orang tua menginginkan agar

perintah nya dita’ati dan dilaksanakan, maka semua tu tidak luput dari

keteladanan orang tua. Ketika orang tua mampu menjadi teladan bagi

anaknya yang baik, maka apapun yang diperintahkan kepada anaknya

akan dilaksanakan dan dikerjakan.

3. Pendidikan dengan Praktik

Metode praktik dimaksudkan supaya mendidik dengan

menggunakan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda,

25Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 153

Page 12: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

21

seraya memperagakan dengan harapan anak didik menjadi jelas dan

gamblang sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud.26

Berkenaan dengan metode praktek dalam perintah shalat, Rasulullah

bersabda dalam haditsnya yang artinya: Shalatlah kamu sebagaimana

engkau sekalian melihat aku shalat. sesungguhnya memberi

pengalaman praktis berarti memberi masukan wawasan dan ilmu

pengetahuan. Selain itu juga wawasan anak menjadi luas. Sebagaimana

dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu:

: حممد بن املثىن قال حدثنا عبد الوهاب قال حدثنا أيوب عن اىب قال بة قال

صلوا كما رأيتموىن أ : اىل النيب صلى اهللا عليه وسلم قالحدثنا مالك أتينا

)رواه البخارى(صلى

Muhammad bin Mutsanna bercerita kepada kami , berkata:bahwa Abdul Wahab menceritakan kepada kami, berkata:Ayub bin Qilabah bercerita kepada kami, bahwa Malik bercerita kepada kami, bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat (kerjakanlah shalat menurut cara mengerjakannya)” (H.R.Bukhari).27

4. Pendidikan dengan Nasehat

Perhatian dan motivasi orang tua kepada anaknya ketika anak

dalam usia dini diberi perhatian dan nasehat bagaimana pentingnya

sebuah ajaran agama untuk dita’ati dan diberi motivasi agar anak mau

melaksanakan perintah agama dengan berbagai bentuk motivasi yang

dikehendaki sesuai dengan minat anak tersebut. Sebagaimana firman

Allah;

26Ibid., hlm. 153

27 Akhmad Ali bin Hajar al-Asqalani,Fathhul Barii (Sarah Shahih Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhari), Hadits No.631, juz II, (Bairut Libanon:Darul Fikr,t.th.),hlm.111

Page 13: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

22

م بالتي هيادلهجة ونسعظة الحوالمة وبالحكم كببيل رإلى س عاد

دينتهبالم لمأع وهبيله ون سل عن ضبم لمأع وه كبإن ر نسأح

Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan dengan hikmah dan nasehat yang baik.Dan bantahlah mereka dengan (tukar pikiran) yang baik pula.Sesungguhnya Tuhanmu sangat mengetahiu tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa orang yang mendapat petunjuk.(An Nahl:125).28

5. Pendidikan dengan Hukuman

Cara ini adalah langkah terakhir yang digunakan orang tua

yaitu dengan memukul anaknya ketika usia sepuluh tahun. Dilakukan

jika anak masih saja tidak mau melaksanakan shalat, karena pada usia

sepuluh tahun anak adalah sudah dewasa dan mau menginjak usia pra

baligh.

6. Pendidikan dengan latihan

Ini biasa disebut dengan metode drill. yaitu metode latihan siap

untuk memperoleh ketangkasan dan ketrampilan. Metode drill

merupakan salah satu alternatif upaya meningkatkan ketrampilan

shalat anak, karena metode ini menitik beratkan kepada latihan yang

terus menerus dan diulang-ulang.

C. Materi Pendidikan Shalat

Dalam materi pendidikan shalat penulis menitikberatkan pada bacaan

dan gerakan shalat yang terdiri dari :

1. Bacaan wajib dalam shalat

- Membaca takbirotul Ikhram

- Membaca Iftitah

- Membaca Ta’awwudz

28 Soenaryo,dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit.,hlm.421

Page 14: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

23

- Membaca Basmalah dan Fatikhah

- Membaca Tasbih di dalam Ruku’

- Membaca Tasmi’ dan Tahmid I’tidal

- Membaca Tasbih di dalam sujud

- Membaca Istighfar di dalam duduk antara dua sujud

- Membeca do’a Tahiyyat, Tasyahud dan Sholawat

- Membaca Salam.29

2. Bacaan sunnah dalam shalat

- Membaca do’a Iftitah

- Membaca Amiin sesudah bacaan Fatihah.

- Membaca surat-surat Al qur’an sesudah bacaan surat Al Fatihah pada

rakaat pertama dan kedua

- Membaca takbir ketika pindah gerakan

- Membaca bacaan tasbih ketika ruku’

- Membaca bacaan I’tidal ketika bangkit dari ruku’

- Membaca bacaan tasbih ketika sujud

- Membaca do’a ketika duduk antara dua sujud

- Membaca do’a tahiyat akhir

- Mengucapkan salam

3. Gerakan Wajib dalam Shalat

- Berdiri apabila kuasa

- Melakukan ruku’ dengan tuma’ninah

- Melakukan I’tidal dengan tuma’ninah

- Melakukan sujud dengan tuma’ninah

- Melakukan duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah

- Melakukan duduk akhir dengan tuma’ninah

- Melakukan salam ke kanan 30

29 Baihaqi, Fiqih Ibadah, (Bandung : 1996), hlm.61 30 Ibid, hlm.63

Page 15: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

24

4. Gerakan Sunnah dalam shalat

- Mengangkat kedua tngan ketika mengucapkan takbirotul Ikhram,

ruku’, i’tidal dan ketika berdiri dari tasyahud awal

- Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri kecuali ketika duduk

tasyahud akhir

- Duduk Iftirasy di semua tempat duduk kecuali ketika duduk tasyhud

akhir

- Duduk tawaruk ketika tasyahud akhir

- Meletakkan kedua tangan di atas paha ketika tasyahud awal dan

akhir.

- Membaca salam akhir

D. Waktu Permulaan Pendidikan Shalat Bagi Anak

1. Fase- Fase Perkembangan Anak

Anak-anak memang dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi bukan

berarti mereka tidak punya potensi. Mereka mempunyai potensi yang besar

untuk tumbuh menjadi manusia yang baik atau yang buruk. Namun hal ini

tergantung bagaimana lingkungan yang mempengaruhinya. Tentunya akan

disesuaikan dengan bakat dan minat yang dibawanya sejak lahir.

Pendidikan terhadap anak dimulai sejak anak lahir kedunia. Pada

hakikatnya anak yang baru saja lahir sudah berkewajiban menuntut ilmu,

tetapi anak yang baru lahir belum bisa mencari ilmu sendiri. Maka adalah

kewajiban orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi anak-

anak yang shaleh dan shalehah, karena orang tua merupakan pendidik

utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari orang tua lah anak-anak

pertama kali menerima pendidikan. 31 Hal ini menunjukkan betapa besar

tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak-anaknya. Apalagi kalau

31Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 36

Page 16: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

25

kita melihat bahwa tujuan pendidikan dalam Islam ialah terbentuknya insan

kamil dengan pola taqwa.32

Untuk mencapai derajat taqwa, shalat adalah sebagai unsur utama.

Sebab taqwa itu mempunyai dua dimensi, yang pertama adalah perintah

dan yang kedua adalah larangan. Dan yang termasuk dalam kategori

perintah itu diantaranya adalah perintah mendirikan shalat, membayar

zakat, dan mengerjakan amal shaleh. Sedangkan yang dilarang adalah

jangan sampai terjebak ke alam hawa nafsu, karena akan mengajak kepada

perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT.33

Anak shaleh memang menjadi dambaan setiap keluarganya, tetapi

dalam meraihnya, tidak segampang yang diharapkan harus melalui proses

panjang, dibutuhkan ketekunan dan kejelian dalam mendidik, dan kesiapan

artinya orang tua dalam mengantarkannya menjadi insan shaleh, kesiapan

artinya orang tua harus memiliki pengetahuan cukup tentang cara mendidik

anak serta mengetahui masa perkembangannya, sehingga dalam mengukir

nilai moral dalam jiwanya bisa sesuai lagi tepat dari kebutuhannya.34

Adapun perkembangan psikologi anak secara umum akan dijelaskan

dalam pembahasan ini. Abu Ahmadi dalam bukunya Psikologi

Perkembangan35 memaparkan beberapa pendapat tentang psikologi anak

atau lebih dikanal dengan psikologi perkembangan diantaranya adalah:

a. Kartini Kartono menjelaskan bahwa psikologi perkembangan(psikologi

anak) adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang

dimulai dengan periode masa bayi, anak bermain, anak sekolah, masa

remaja sampai menjelang dewasa.

b. Encyclopedia Internasional mendefinisikan: “Developmental Psychology

is a branch of psychology devoted been placed on the search for those

32Ibid, hlm. 36 33Amin Rais, Tauhid Sosial, (Bandung: Mizan, 1999) , hlm. 50 34Aba Firdaus al-Halawani, Melahirkan Anak Shaleh, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003),

hlm. 5 35Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), hlm.4.

Page 17: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

26

elements of behaviour on the child which are though to be prerequisibete

for complex adult behaviour”. (Psikologi perkembangan adalah suatu

cabang dari psikologi yang mengetengahkan pembahasan tentang

perilaku anak. Secara historis titik tekan pembahasannya pada

penganalisaan elemen-elemen perilaku anak yang dimungkinkan akan

menjadi syarat terbentuknya perilaku dewasa yang kompleks).

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan tersebut kiranya

dapat diambil pemahaman yang lebih sederhana tentang pengertian

psikologi perkembangan yakni suatu cabang dari psikologi yang membahas

tentang gejala jiwa seseorang, baik yang menyangkut perkembangan

ataupun kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga

dewasa.

Dalam proses perkembangan anak dalam kenyataannya memang

tidak dapat di hindari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya baik

dalam proses pertumbuhan biologisnya ataupun proses perkembangan

(psikisnya) dari seorang anak.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak,

yaitu:

a. Faktor sebelum lahir, yakni adanya gejala gejala tertentu yang terjadi

sewaktu anak masih dalam kandungan.

b. Faktor pada waktu lahir, yakni terjadinya suatu gangguan pada saat-saat

anak dilahirkan.

c. Faktor setelah lahir, yakni peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi

setelah anak lahir, terkadang menimbulkan terhambatnya pertumbuhan

anak.

d. Faktor psikologis, yakni adanya kejadian-kejadian tertentu yang

menghambat berfungsinya psikis, terutama yang menyangkut

Page 18: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

27

perkembangan intelegensi dan emosi yang berdampak pada proses

pertumbuhan anak.36

Lebih lanjut Sumadi Suryabrata37 memaparkan pendapat beberapa

ahli berkaitan dengan perkembangan anak, diantaranya adalah:

1. Pendapat Aristoteles

Aristoteles menggambarkan perkembangan anak sejak lahir

sampai dewasa itu dalam tiga periode lamanya masing-masing 7 tahun:

a. Fase I : Dari 0 sampai 7 tahun; masa anak kecil, ke masa bermain.

b. Fase II : Dari 7 sampai 14 tahun; masa anak, masa belajar atau

masa sekolah rendah

c. Fase III : Dari 4 sampai 21 tahun; masa remaja atau pubertas; masa

peralihan dari anak menjadi orang dewasa.

2. Pendapat Sigmund Freud

Freud berpendapat tiap fase dari lahir sampai umur 5 tahun

ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian tubuh tertentu. Adapun

fase-fase tersebut adalah:

a. Fase Oral : 0 sampai kira-kira 1 tahun. Pada fase ini mulut

merupakan daerah pokok dari pada aktivitas

dinamis.

b. Fase Anal : 0 sampai kira-kira 3 tahun. pada fase ini dorongan

dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan

kotoran.

c. Fase falis : 0 sampai kira-kira 5 tahun. Pada fase ini alat-alat

kelamin merupakan daerah organ terpenting.

d. Fase Latent : 0 sampai kira-kira 12 tahun. Pada fase ini impuls-

impuls cenderung ada dalam keadaan tertekan

(mengendap).

36Ibid., hlm. 31 37Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.

194-200

Page 19: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

28

e. Fase Pubertas : 0 atau 12 sampai kira-kira 20 tahun. Pada fase Pada

fase ini impuls-impuls menonjol kembali. Apabila

ini dapat disublimasikan dan dipindahkan oleh das

ich dengan berhasil maka sampailah orang kepada

fase kematangan terakhir.

f. Fase Genital : Dalam batas tertentu juga dimasukkan disini

pendapat Montessori dan Ch. Buhler.

3. Pendapat Montessori

Montessori mengemukakan empat periode perkembangan, yaitu:

a. Periode I (0; 0-7 tahun) adalah periode penangkapan (penerimaan)

dan pengaturan dunia luar dengan perantaraan alat-dria. Ini adalah

rencana motoris dan panca Indra yang bersifat keragaan.

b. Periode II (7;0-12 tahun) adalah periode rencana abstrak. Pada masa

ini anak-anak mulai memperhatikan hal-hal kesusilaan, menilai

perbuatan manusia atas dasar baik buruk dan karenanya mulai timbul

kata hatinya. Pada masa ini anak-anak sangat membutuhkan

pendidikan serta memperoleh pengertian bahwa orang lain pun berhak

mendapatkan kebutuhannya.

c. Periode III (12; 0-13 tahun) adalah periode penemuan diri dan

kepekaan rasa sosial. Dalam masa ini kepribadian harus

dikembangkan sepenuhnya dan harus sadar akan keharusan-

keharusan.

d. Periode IV (18) adalah periode pendidikan tinggi. Dalam hubungan

ini perhatian Montessori ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswa

perguruan tingi yang menyediakan diri untuk kepentingan dunia.

4. Pendapat Ch. Buhler

Ada lima fase dalam perkembangan anak, yaitu:

a. Fase I (0; 0-1) yaitu fase gerak laku ke dunia luar.

b. Fase II (1; 0-4) yaitu fase makin luasnya hubungan anak dengan

benda-benda disekitarnya.

Page 20: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

29

c. Fase III (4; 0-8) yaitu fase hubungan pribadi dengan lingkungan sosial

serta kesadaran akan kerja, tugas dan prestasi.

d. Fase IV (8; 0-13) yaitu fase memuncaknya minat ke dunia obyektif

dan kesadaran akan akunya sebagai sesuatu yang berbeda dan aku

orang lain.

e. Fase V (13; 0-19) yaitu fase penemuan diri dari kematangan

Dengan demikian semakin tambah usianya anak, diharapkan

perkembangan anak baik secara biologis maupun psikologis dapat

berjalan dengan baik. Karena jika perkembangan psikologis. anak

terganggu, maka akan menyebabkan gangguan atau cacat mental, karena

inilah hal yang harus diperhatikan oleh orang tua anak, maupun orang

yang bertanggung jawab terhadap dirinya semisal guru maupun

lingkungan sekitar.

2. Permulaan pendidikan shalat bagi anak

a. Usia 0-6 tahun

Setelah anak dilahirkan, pertumbuhan jasmani anak berjalan

cepat.Perkembangan akidah,kecerdasan akhlak, kejiwaan, rasa

keindahan dan kemasyarakatan anak berjalan serentak dan

seimbang.Anak mulai mendapat bahan-bahan atau unsur- unsur

pendidikan serta pembinaan yang berlangsung tanpa disadari oleh orang

tuanya.Pertumbuhan kecerdasan anak sampai umur 6 tahun masih terkait

kepada alat indranya. Maka anak pada umur 0-6 tahun masih berpikir

inderawi dan belum mampu memahami hal yang maknawi atau abstrak.

Oleh karena itu pendidikan, pembinaan iman dan taqwa anak belum

dapat menggunakan kata-kata (verbal), akan tetapi diperlukan contoh,

teladan, pembiasaan dan latihan yang terlaksana di dalam keluarga

Page 21: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

30

sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi secara

alamiah 38

Adanya kecenderungan meniru dan unsur identifikasi di dalam

jiwa anak, akan membawanya meniru orang tuanya.Anak umur satu

setengah tahun akan ikut-ikutan shalat bersama orang tuanya, yaitu

meniru gerakan mereka, mengucapkan kata-kata thayyibah atau do’a-

do’a dan membaca surat-surat pendek dari Al-Qur’an.

Pembinaan ibadah merupakan penyempurna dari pembinaan

akidah. Sedangkan pendidikan shalat merupakan cerminan dari

akidah.Akidah anak dapat tertanam kuat dalam jiwanya jika disiram

dengan air ibadah dalam berbagai bentuk dan macamnya. Masa kanak-

kanak bukanlah masa pembebanan kewajiban. Ia adalah masa persiapan,

latihan dan pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban

(taklif) ketika ia telah baligh nanti39. Dengan begitu, kelak pelaksanaan

kewajiban akan terasa mudah dan ringan. Disamping itu juga sudah

mempunyai kesiapan yang matang untuk menyelami kehidupan dengan

penuh keyakinan.

Pengalaman keagamaan yang menarik bagi anak diantaranya

adalah shalat berjama’ah. Anak merasa senang melihat dan berada di

dalam tempat ibadah (masjid, mushalla, surau dan sebagainya). Anak-

anak umur 2-5 tahun senang melakukan shalat tarawih, walaupun

mereka belum mampu duduk atau berdiri lama. Suatu pengalaman

keagamaan lain yang tidak mudah terlupakan oleh anak yaitu shalat hari

raya, karena mereka berpakaian baru bersama teman-temannya. Anak –

anak merasa senang dan bangga mendapat kesempatan bersama orang

38Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah,Cet.2, (Jakarta:

Ruhama, 1995), hlm.56. 39Salafuddin Abu Sayyid, Mendidik Anak Bersama Nabi, (Solo: Pustaka Arafah, 2004),

hlm.174.

Page 22: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

31

tua dan anggota keluarga lainnya dalam menjalani kehidupan keagamaan

dalam kehidupan sehari-hari40.

b. Usia 7-14 tahun.

Secara rinci dapat dijelaskan bahwa pada masa kanak-kanak (2-

12 tahun), perkembangan pribadi dimulai dengan makin berkembangnya

fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan, perkembangan

fungsi ini memperkuat perkembangan fungsi pengamatan pada anak.

Dengan demikian Setelah anak melakukan pengamatan-pengamatan

terhadap fenomena-fenomena yang ada disekitarnya, maka sejak itulah

perkembangan intelektual anak mulai terbentuk.

Tahap perkembangan intelektual anak dimulai ketika anak sudah

dapat berpikir atau mencari hubungan antara kesan secara logis serta

membuat keputusan tentang apa yang dihubung-hubungkannya secara

logis. Perkembangan intelektual ini biasanya dimulai pada masa anak

telah siap memasuki sekolah dasar.

Pada usia inilah pendidikan agama anak harus ditanamkan,

karena perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh

pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa

pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun.

Oleh karenanya pada usia 7-14 tahun bimbingan dititikberatkan

pada pembentukan disiplin. Anak-anak dibiasakan untuk menta’ati

peraturan dan penyelesaian tugas-tugas atas dasar tanggungjawab. Untuk

itu anak harus dilatih melakukan pekerjaan yang tepat waktu dan

berulang-ulang. Dan langkah awal yang dinilai efektif dalam

pembentukan disiplin seperti itu adalah shalat.

Sehingga penanaman pendidikan shalat pertama kali pada anak

harus dimulai orang tua pada waktu anak berusia 7 tahun dan harus

dibiasakan menunaikan shalat. Karena dalam usia 7 tahun memang anak

dirasa sudah mamiliki kemampuan untuk mengemban amanat itu.

40Zakiah Daradjat, op.cit., hlm.61.

Page 23: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

32

Pertama anak-anak sudah memiliki kemampuan untuk mengingat

bacaan-bacaan shalat, karena perkembangan intelektualnya sudah

memungkinkan untuk itu. Kemudian yang kedua, anak-anak juga sudah

memiliki kesadaran terhadap tanggungjawab yang diberikannya. Jadi

orang tua harus menyuruh anak yang berusia 7 tahun untuk mendirikan

shalat dengan cara memberi perintah dan memberi teguran tegas jika

anak meninggalkannya, maka tentulah sebelum berumur 7 tahun dia

telah belajar shalat, sehingga di usia 7 tahun anak telah praktek

melaksanakan shalat.

E. Hikmah Shalat

Diantara hikmah shalat adalah:

1. Ditinjau dari kesehatan mental makna shalat adalah sebagai obat bagi

gangguan kejiwaan. Dalam pandangan ahli jiwa, ampunan terhadap dosa

dan kesalahan merupakan obat bagi gangguan kejiwaan, karena salah satu

penyebab dari gangguan kejiwaan adalah merasa bersalah atau berdosa.41

2. Shalat lima waktu merupakan latihan bagi pembinaan disiplin pribadi.

Ketaatan melaksanakan shalat pada waktunya menumbuhkan kebiasaan

untuk secara teraturdan terus melaksanakannya pada waktu yang

ditentukan. Disiplin yang dibiasakan dalam shalat akan mudah menular

keseluruh sikap hidup kesehariannya.

3. Mencintai kebersihan dan kebersihan adalah sebagian dari iman. Shalat

mengajarkan kepada kta untuk senantiasa bersih baik lahiriah maupun

batiniyah. Karena apabila ingin menjalankan shalat seseorang harus

mengetahui syarat dan rukun shalat.Salah satu syarat itu dianggap sah atau

tidak kalau ia bersih dari najis dan hadats.42

41 Zakiah Daradjat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, (Jakarta: Ruhama,1996), hlm.21 42 Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm.94

Page 24: BAB II METODE PENDIDIKAN SHALAT BAGI ANAK A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

33

4. Gerakan-gerakan shalat mengandung unsur gerakan olah raga. Oleh karena

itu sangat penting untuk kesehatan jasmaniah dan dengan sendirinya akan

membawa efek bagi kesehatan ruhaniah atau mental.misalnya;43

a. Sujud dengan posisi lutut membentuk sudut yang tepat memungkinkan

otot-otot perut berkembang dan mencegah, menambah aliran darah ke

bagian aas tubuh, mengurangi tekanan darah tinggi,menambah

elastisitas tulang itu sendiri, menghilangkan egoisme dan

kesombongan.

b. Pada saat sikap duduk iftirsy, kita duduk dengan otot-otot pangkal

paha, tumit menekan otot-otot pangkal paha serta syaraf pangkal paha

dan pijitan tersebut menghindarkan atau menyembuhkan penyakit

syaraf pangkal paha.

c. Dengan melakukan ruku’ maka tulang punggung akan tetap dalam

kondisi yang baik, karena persendian di antara badan-badan ruas

tulang belakang tetap tinggal lembut dan lentur.Gerakan ini akan dapat

menyembuhkan penyakit kerekutan atau membengkaknya tulang

punggung.

43 Ibid., hlm.67-71