bab ii landasan teoritis -...

28
13 BAB II LANDASAN TEORITIS Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka pada bagian ini akan dikaji teori-teori yang relevan guna memberi kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian. 2.1 Mutu Pendidikan 2.1.1 Definisi Mutu Banyak ahli yang mengemukakan tentang definisi mutu, seperti yang dikemukakan Sallis (2006), mutu adalah sebuah filosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan eks- ternal yang berlebihan. Menurut Danim (2007), mutu mengandung makna derajat keunggulan sesuatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Sumayang (2003) menyatakan quality (mutu) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang atau jasa sesuai dengan fungsi dan penggunaan, di samping itu quality adalah tingkat dimana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya.

Upload: lenguyet

Post on 12-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

13

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang

akan dicapai dalam penelitian ini, maka pada bagian

ini akan dikaji teori-teori yang relevan guna memberi

kerangka rasional untuk melakukan analisis data

penelitian.

2.1 Mutu Pendidikan

2.1.1 Definisi Mutu

Banyak ahli yang mengemukakan tentang

definisi mutu, seperti yang dikemukakan Sallis (2006),

mutu adalah sebuah filosofis dan metodologis yang

membantu institusi untuk merencanakan perubahan

dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan eks-

ternal yang berlebihan. Menurut Danim (2007), mutu

mengandung makna derajat keunggulan sesuatu

produk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa.

Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa

itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat,

tetapi dapat dirasakan. Sumayang (2003) menyatakan

quality (mutu) adalah tingkat dimana rancangan

spesifikasi sebuah produk barang atau jasa sesuai

dengan fungsi dan penggunaan, di samping itu quality

adalah tingkat dimana sebuah produk barang dan jasa

sesuai dengan rancangan spesifikasinya.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

14

Arcaro (2007) mengembangkan definisi mutu

yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah

suatu proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran

yang dihasilkan. Sedangkan Sallis (2006) berpendapat

ada dua konsep tentang mutu. Mutu dalam konsep

absolut yaitu suatu idealisme yang tidak dapat dikom-

promikan. Produk yang bermutu adalah sesuatu yang

dibuat sempurna dengan biaya mahal. Sementara

dalam konsep relatif mutu adalah sesuatu yang

memuaskan dan melampaui keinginan kebutuhan

pelanggan (quality in perception).

Menurut Hamalik (1990), pengertian mutu dapat

dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi

deskriptif. Dalam artian normatif, mutu ditentukan

berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan

ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendi-

dikan merupakan produk pendidikan yakni "manusia

yang terdidik" sesuai dengan standar ideal. Berdasar-

kan kriteria ekstrinsik, mutu pendidikan merupakan

instrumen untuk mendidik "tenaga kerja" yang terla-

tih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berda-

sarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes pres-

tasi belajar.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disim-

pulkan bahwa mutu (quality) adalah merupakan

derajad keunggulan suatu barang atau jasa dan juga

merupakan tingkat dimana rancangan spesifikasi

produk atau jasa sesuai dengan fungsi dan penggu-

naan. Mutu juga merupakan sebuah filisofis dan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

15

metodologis yang membantu institusi untuk meren-

canakan perubahan dan mengatur agenda dalam

menghadapi tekanan eksternal yang berlebihan.

2.1.2 Indikator Mutu Pendidikan

Menurut Nurhasan (1994) dalam Zamroni

(2007), yang dapat dijadikan tolok ukur sebuah mutu

pendidikan di sekolah meliputi 5 aspek, yaitu: (1) hasil

akhir pendidikan, (2) hasil langsung pendidikan,

(3) proses pendidikan, (4) instrumen input, dan (5) raw

input dan lingkungan.

Hasil akhir pendidikan mengacu pada prestasi

yang dicapai oleh sekolah pada kurun waktu tertentu

pada catur wulan, semester, setahun, 5 tahun dan

sebagainya. Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil

tes kemampuan akademis (misalnya Ulangan Umum,

Ujian Nasional (UN) dan lain-lain) dapat pula prestasi

di bidang olah raga dan seni. Hasil langsung pendidik-

an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala

rating, dan skala sikap. Proses pendidikan meliputi

kemampuan guru, desain pembelajaran, metode

pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media dan

evaluasi.

Adapun instrumen input, yaitu alat berinteraksi

dengan siswa seperti guru harus punya komitmen

tinggi serta kesadaran mau berubah untuk maju,

menguasai materi ajar dan metode mengajar yang

tepat, kreatif, membangun kinerja dan disiplin diri

Page 4: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

16

yang baik, dan mempunyai sikap positif serta antusias

terhadap siswa. Kemudian sarana dan prasarana

belajar harus tersedia dalam kondisi layak pakai,

bervariasi sesuai kebutuhan, alat peraga dan media

belajar disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan

dengan sumber dana, budgeting controle dengan pem-

bukuan yang jelas, kurikulum yang memuat pokok-

pokok materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembe-

lajaran, karakteristik, sesuai dengan fenomena kehi-

dupan yang sedang dihadapi. Sedangkan Raw input

dan lingkungan yaitu siswa itu sendiri dan lingkungan

yang ada di sekitarnya.

Dilihat dari sisi standar nasional kelima aspek

indikator mutu tersebut mengacu pada 8 standar

nasional pendidikan yaitu aspek hasil akhir dan hasil

langsung pendidikan merupakan implementasi dari

standar penilaian dan standar kompetensi lulusan

(SKL), sedangkan aspek proses pendidikan merupakan

implementasi dari standar isi, standar proses, dan

standar sarpras. Instrumen input merupakan imple-

mentasi dari standar tendik, standar sarpras, standar

pembiayaan, dan standar pengelolaan, sedangkan raw

input dan lingkungan merupakan implementasi dari

standar proses.

2.2 Peningkatan Mutu Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan menurut Djauzak

(1996), adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

17

secara operasional dan efisien terhadap komponen-

komponen yang ada di sekolah sehingga menghasilkan

nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut

norma/standar yang berlaku.

Dalam pandangan Zamroni (2007), peningkatan

mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai,

proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait.

Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu

mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan

aspek proses mencapai hasil tersebut.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah, Danim (2007) menyarankan dengan melibat-

kan lima faktor yang dominan. Kelima faktor tersebut

yaitu: kepemimpinan kepala sekolah, siswa, guru,

kurikulum, dan jaringan kerjasama.

Kepala sekolah harus memahami visi kerja

secara jelas, mau bekerja keras, mempunyai dorongan

kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja,

memberikan layanan yang optimal dan disiplin kerja

yang kuat. Siswa merupakan input yang sangat ber-

peran dalam menentukan mutu pendidikan. Pendekat-

an yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat”

sehingga kompetensi dan kemampuan dapat digali

agar sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang

ada pada siswa.

Agar guru dapat berperan dalam peningkatan

mutu maka guru harus dilibatkan secara maksimal,

dengan meningkatkan kompetensi dan profesi kerja

Page 6: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

18

guru dalam kegiatan seminar, KKG, lokakarya, serta

pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut dite-

rapkan di sekolah sebagai usaha untuk peningkatan

mutu sekolah.

Adanya kurikulum yang ajeg/tetap tetapi dina-

mis, dapat memungkinkan atau memudahkan standar

mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat

dicapai secara maksimal. Jaringan kerjasama tidak

hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masya-

rakat saja, tetapi dengan organisasi lain, seperti

perusahaan/instansi sehingga output dari sekolah

dapat terserap dalam dunia kerja.

Berdasarkan pendapat di atas peningkatan

mutu pendidikan harus diupayakan secara bersama-

sama antara pimpinan dan karyawan dan mereka

harus mempunyai langkah dan strategi yang sama

yaitu menciptakan mutu di lingkungan kerja khusus-

nya di lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan

karyawan harus menjadi satu tim yang utuh

(teamwork) yang saling mengisi kekurangan yang ada

sehingga target (goals) akan tercipta dengan baik.

Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu

pendidikan dapat dilihat dari sudut pendekatan mikro

dan makro pendidikan. Pendekatan mikro yaitu

pendekatan terhadap pendidikan dengan indikator

kajian dilihat dari hubungan antara elemen peserta

didik, pendidik dan interaksi keduanya dalam usaha

pendidikan. Secara lengkap elemen mikro sebagai

Page 7: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

19

berikut: (1) Kualiatas manajemen; (2) Pemberdayaan

satuan pendidikan; (3) Profesionalisme dan ketenaga-

an; dan (4) Relevansi dan kebutuhan (Rochaety dkk,

2005).

Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan

siswa yang merupakan bagian dari pemberdayaan

satuan pendidikan merupakan elemen sentral. Pendi-

dikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai

tujuan. Untuk mencapai tujuan itu ada berbagai

sumber dan kendala, dengan memperhatikan sumber

dan kendala ditetapkan bahan pengajaran dan

diusahakan berlangsungnya proses untuk mencapai

tujuan. Proses ini menampilkan hasil belajar. Hasil

belajar perlu dinilai sebagai umpan balik pendidikan.

Pendekatan makro pendidikan yaitu kajian

pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan

elemen; (1) Standarisasi pengembangan kurikulum;

(2) Pemerataan dan persamaan, serta keadilan;

(3) Standar mutu dan (4) Kemampuan bersaing

(Rochaety dkk, 2005).

Tinjauan makro pendidikan menyangkut berba-

gai hal yang digambarkan dalam bagan Coombs

(Rochaety dkk, 2005) Pendekatan makro pendidikan

melalui jalur pertama: Input sumber, proses pendi-

dikan, dan hasil pendidikan, skema berikut:

Page 8: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

20

Sumber Rochaety, dkk,(2005)

Input pendidikan akan mempengaruhi proses

pendidikan, dimana program pendidikan didasari oleh

berbagai unsur, semakin lengkap komponen pendidik-

an yang dimiliki akan tercipta pendidikan yang ber-

kualitas.

2.3 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan

Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan.

Dessel (2008) mengatakan strategi sebagai rencana

jangka panjang organisasi berkenaan dengan bagai-

mana organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan

kelemahan internalnya dengan peluang dan ancaman

eksternal untuk mempertahankan keunggulan kompe-

titif. Strategi yang tepat dapat mengantarkan organi-

sasi atau lembaga pendidikan pada keberhasilan

mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan

INPUT

SUMBER

PROSES PENDIDIKAN:

Tujuan dan prioritas

Siswa/peserta didik

Manajemen

Struktur dan jadwal

Isi

Guru/pendidik

Alat Bantu Belajar

Fasilitas

Teknologi

Pengawasan mutu

Penelitian

Biaya

HASIL

PENDIDIKAN

Page 9: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

21

kompetitif. Sedangkan menurut James & Edward

(dalam Umar 2002) strategi adalah rencana yang

dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah

untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas.

Oleh karena itu dalam penerapannya di sekolah,

kepala sekolah perlu membuat strategi yang mana

dikoordinasi dengan guru-guru untuk dijalankan ber-

sama demi mencapai tujuan yang diinginkan sekolah.

Strategi merupakan suatu cara bagaimana men-

capai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan

sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan

efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan

dicapai atau akan dilakukan, bagaimana, bilamana,

dan oleh siapa (Tjokroamidjojo, 2000).

Untuk mendapatkan strategi yang tepat, lemba-

ga pendidikan memerlukan pengenalan dan pengua-

saan terhadap berbagai informasi lingkungan strate-

gisnya. Lingkungan strategis lembaga pendidikan itu

akan selalu berubah dan mempengaruhi eksistensi-

nya. Karena itu lembaga pendidikan perlu melakukan

analisis yang cermat terhadap lingkungan strategis-

nya. Analisis ini dimaksudkan untuk mengenali ke-

kuatan dan kelemahan internal lembaga serta mema-

hami peluang dan ancaman eksternalnya, sehingga

lembaga dapat melakukan antisipasi terhadap peru-

bahan-perubahan yang mungkin terjadi. Selain itu

analisis lingkungan tersebut juga dimaksudkan untuk

memberikan informasi yang bisa dijadikan sebagai

Page 10: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

22

dasar untuk mengambil langkah-langkah dalam

jangka panjang.

Menurut Zamroni (2007) strategi berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan gagasan dan

sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di

dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,

memiliki tema, mengidenfikasi faktor pendukung yang

sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan

secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memi-

liki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.

Sedangkan menurut Sanjaya (2006) strategi

adalah metode yang digunakan untuk memperoleh

kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tuju-

an. Dalam menyusun strategi perlu mempertimbang-

kan berbagai faktor, baik ke dalam maupun luar.

Sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan

tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya,

sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi

suatu strategi.

Vancil (dalam Sihombing, 2000) mengatakan,

strategi adalah sebuah konseptualisasi yang dinyata-

kan atau diimplementasikan oleh pimpinan organisasi

yang bersangkutan, berupa:

(1) Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan

tujuan organisasi tersebut; (2) Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan

sendiri oleh sang pemimpin atau yang diterimanya

oleh pihak atasannya, yang membatasi skope akti-vitas-aktivitas organisasi tersebut; dan (3) Kelom-

pok-kelompok rencana dan tujuan-tujuan jangka

pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi

Page 11: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

23

akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal

mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.

Strategi peningkatan mutu pendidikan di seko-

lah dalam implementasinya tidak lepas dari manaje-

men peningkatan mutu sekolah. Berkaitan hal ini

Usman (2002) mengatakan bahwa manajemen pening-

katan mutu, terkandung upaya:

(a) mengendalikan proses yang berlangsung di

sekolah baik kurikuler maupun administrasi, (b) melibatkan proses diagnose, dan (c) memerlukan

partisipasi semua pihak, kepala sekolah, guru, staf

administrasi, peserta, didik, orang tua dan pakar.

Lebih lanjut dikatakan Usman (2002), bahwa

manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip:

(1) peningkatan mutu harus dilaksanakan di

sekolah, (2) peningkatan mutu dapat dilaksanakan

dengan adanya kepemimpinan yang baik, (3) pe-ningkatan mutu harus didasarkan pada data dan

fakta baik sifat kualitatif maupun kuantitatif,

(4) peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah, dan

(5) peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa

sekolah dapat memberikan kepuasan kepada pe-serta didik, orang tua dan masyarakat.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa strategi peningkatan mutu pendi-

dikan merupakan perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk memastikan

bahwa tujuan dapat dicapai melalui tindakan yang

tepat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Agar strategi yang diterapkan dapat tercapai sesuai

dengan harapan perlu dirumuskan tujuan yang jelas.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

24

Danim (2007) menyatakan bahwa untuk dapat

mempertahankan mutu sekolah maka perlu dilakukan

perbaikan terus menerus karena tidak ada capaian

yang bersifat sempurna dan permanen. Upaya pening-

katan mutu harus dilakukan secara berkesinam-

bungan.

Upaya perbaikan kualitas secara berkesinam-

bungan harus menggunakan sistem terbuka. Lewis

dan Smith (dalam Tjiptono & Diana 2003) mengatakan

bahwa pendekatan sistem terbuka menekankan ke-

butuhan kualitas pada tiga tahap utama, yaitu akre-

ditasi, proses transformasi dan assessment. Akreditasi

berkaitan dengan input, sedangkan assessment ber-

kaitan dengan output. Berikut adalah bagan penyem-

purnaan secara berkesinambungan.

Sumber: Lewis & Smith (dalam Tjiptono & Diana 2003)

Gambar 2.1

Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan

Penyempurnaan

Kualitas

Berkesinambungan

Proses

Transformasi

Input Output

Akreditasi Assessment

Page 13: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

25

Proses penyempurnaan kualitas dalam sistem

pembelajaran ditentukan oleh:

1. Input

Input adalah segala sesuatu yang tersedia kare-

na dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pendi-

dikan. Input pendidikan meliputi kemampuan dasar

siswa, sumber daya finansial, fasilitas, program, dan

jasa pendukung. Kesiapan input sangat dibutuhkan

agar proses berlangsung dengan baik. Oleh karena itu,

tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat

kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input

makin tinggi mutu input. Masyarakat secara umum berasumsi bahwa

masukan siswa yang berkemampuan tinggi akan

menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi

pula. Sebaliknya masukan yang berkemampuan

rendah akan menghasilkan lulusan yang berkemam-

puan rendah pula. Pendapat tersebut tidak sepenuh-

nya benar, sekolah yang berkualitas harus mampu

mengolah input yang rendah atau sedang untuk

menjadi lulusan yang berkemampuan tinggi.

2. Proses

Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi

sesuatu yang lain. Proses meliputi kemampuan guru,

desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas

belajar, kurikulum, media, evaluasi. Sanjaya (2006),

menjelaskan terdapat 4 hal penting dalam proses

Page 14: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

26

pendidikan. Pertama, proses pendidikan adalah segala

sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk

mencapai tujuan. Kedua, proses pendidikan yang

terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran. Ketiga, suasana

belajar dan pembelajaran diarahkan agar peserta didik

dapat mengembangkan potensi dirinya. Keempat,

akhir proses pendidikan adalah kemampuan anak

memiliki kekuata spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan.

3. Output

Output pendidikan adalah merupakan kinerja

sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang

dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja

sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,

produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas

kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Sanjaya (2006) menjelaskan ketika murid sudah

mengalami proses pembelajaran maka akan terjadi

perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Hal itu

dipertegas oleh Scheerens (2003) yang mengatakan

bahwa kinerja sekolah dapat diukur dengan prestasi

rata-rata murid pada akhir masa pendidikan formal-

nya di sekolah. Mustakim (2008) mengemukakan ukuran seko-

lah yang baik bukan semata-mata dilihat dari kesem-

Page 15: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

27

purnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan yang

dimilikinya, melainkan diukur pula dari kemampuan

sekolah tersebut mengantisipasi perubahan, konflik,

serta kekurangan dan kelemahan yang ada dalam

dirinya.

2.4 Strategi Peningkatan Mutu Berdasar-

kan Analisis SWOT

Sallis (2006) mengemukakan salah satu alat

yang digunakan dalam perencanaan strategi pening-

katan mutu sekolah adalah analisis SWOT. SWOT

adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses,

Opportunities, and Treats (Kekuatan, Kelemahan,

Peluang, dan Ancaman). SWOT adalah perangkat

umum yang didesain sebagai alat analisis, yang

selanjutnya analisis itu disebut dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT digunakan sebagai langkah awal untuk

proses pembuatan keputusan dan perencanaan

strategis (Wulaningrum et al., 2006). Analisis SWOT

itu adalah komparasi dari kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman (Snell dan Bohlander, 2007).

Menurut Robbin & Coulter (2009) kekuatan

adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang berjalan baik

atau sumber daya yang dikendalikan. Kelemahan

adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang tidak dijalan-

kan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan

oleh sekolah tetapi tidak dimiliki oleh sekolah. Peluang

adalah faktor-faktor di luar sekolah yang bersifat

Page 16: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

28

positif, sedangkan ancaman adalah faktor-faktor di

luar lingkungan sekolah yang bersifat negatif.

Menurut Sharplin (dalam Sagala, 2010) analisis

SWOT adalah salah satu tahap manajemen strategik

yang merupakan pendekatan analisis lingkungan,

digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan di

dalam sekolah sekaligus memantau peluang dan

tantangan yang harus dihadapi sekolah. SWOT dapat

dibagi ke dalam dua elemen analisa internal yang

berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri dan

analisa lingkungan.

Dalam perencanaan strategis pendidikan, anali-

sis SWOT sudah lazim digunakan. Analisis SWOT

digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor

secara sistematis guna merumuskan strategi organi-

sasi atau lembaga. Kerangka pikir yang mendasari

analisis SWOT ini adalah mengoptimalkan kekuatan

(Strengths), dan peluang (Opportunities), serta memi-

nimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threats) yang sedang dialami organisasi atau lembaga.

Analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang sedang dialami oleh lembaga itu

disebut dengan analisis situasi atau lingkungan

(Rangkuti, 2006). Komparasi dari hasil analisis ling-

kungan internal dan eksternal ini akan menghasilkan

alternatif-alternatif strategi yang sesuai yang dimiliki

oleh lembaga. Seperti digambarkan pada diagram

analisis SWOT berikut ini:

Page 17: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

29

Sumber: Rangkuti, 2006

Gambar 2.2

Diagram Analisis SWOT

Diagram ini menunjukkan strategi-strategi yang

berbeda untuk masing-masing kuadran berdasarkan

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang

dikemukakan oleh Rangkuti (2006) sebagai berikut:

Kuadran I: merupakan situasi yang sangat meng-

untungkan, karena sekolah memiliki

peluang dan kekuatan yang baik.

Strategi yang harus diterapkan

dalam kondisi ini yaitu strategi yang

mendukung kebijakan pertumbuhan

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI

ANCAMAN

KELEMAHAN INTERNAL

KEKUATAN INTERNAL

1. Mendukung strategi agresif

2. Mendukung strategi diversifikasi

4. Mendukung strategi

defensif

3. Mendukung strategi turn-around

Page 18: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

30

yang agresif atau strategi agresif,

yang mana sekolah perlu memanfaat-

kan kekuatan untuk menangkap pe-

luang yang ada.

Kuadran II: meskipun sekolah menghadapi berbagai

ancaman dari luar, namun sekolah masih

memiliki kekuatan dari segi internal.

Strategi yang perlu diterapkan yaitu

strategi diversifikasi yang mana kekuatan

yang ada digunakan untuk mengatasi

ancaman yang datang dari luar.

Kuadran III: sekolah menghadapi peluang dari luar

yang sangat besar, tetapi di lain pihak

sekolah menghadapi beberapa kendala

atau kelemahan internal. Fokus sekolah

adalah meminimalkan masalah-masalah

internal sehingga bisa merebut peluang

dari luar yang lebih baik dengan mene-

rapkan strategi turn-around.

Kuadran IV: ini merupakan situasi yang sangat tidak

menguntungkan karena sekolah meng-

hadapi berbagai ancaman dari luar dan

mempunyai kelemahan-kelemahan inter-

nal, sehingga sekolah perlu bertahan

menghadapi semuanya ini dengan

menerapkan strategi defensif.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

31

Analisis SWOT memberikan informasi kepada

pengambil keputusan sebagai dasar pertimbangan

dalam mengambil keputusan dan tindakan (Sagala,

2007). Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Snell

dan Bohlander (2007) bahwa analisis SWOT mem-

bantu pengambil keputusan untuk menyimpulkan

fakta-fakta penting, dan prediksi-prediksi atau pro-

yeksi-proyeksi yang diperoleh dari analisis faktor

internal dan eksternal. Selanjutnya, kesimpulan

tersebut dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan

dan menyusun strategi dengan menggunakan keku-

atan untuk memanfaatkan peluang, mengatasi ancam-

an, dan mengurangi atau meminimalkan kelemahan

internal.

Selain empat komponen dasar ini, terdapat

asumsi dasar dari model ini adalah korelasi yang

berpasangan antara S dan W serta O dan T. Korelasi

berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa

dalam setiap kekuatan yang ada di sekolah selalu ada

kelemahan yang bersembunyi dan dari setiap kesem-

patan yang terbuka untuk sekolah selalu ada ancam-

an yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu

rumusan Strength (S), harus memiliki satu pasangan

Weaknesses (W) dan setiap satu rumusan Opportunity

(O) harus memiliki satu pasangan Threats (T) (David,

1996).

Matrik di bawah ini menjelaskan empat set

kemungkinan alternatif strategi seperti yang ditunjuk-

kan pada gambar berikut ini.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

32

IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

Menentukan 5-

10 faktor-faktor

kekuatan

internal

WEAKNESSES (W)

Menentukan 5-

10 faktor-

faktor

kelemahan

internal

OPPORTUNITIES

(O)

Menentukan 5-

10 faktor-faktor

peluang

eksternal

STRATEGI SO

Menciptakan strategi yang

menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

STRATEGI WO

Menciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan

peluang

THREATS (T)

Menentukan 5-

10 faktor-faktor ancaman

eksternal

STRATEGI ST

Menciptakan

strategi yang menggunakan

kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Menciptakan

strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti, 2009

Gambar 2.3

Matrik SWOT

a. Strategi SO

Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan selu-

ruh kekuatan sekolah untuk merebut dan meman-

faatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan selu-

ruh kekuatan yang dimiliki sekolah untuk meng-

atasi ancaman.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

33

c. Strategi WO

Strategi ini dilakukan dengan meminimalkan kele-

mahan yang ada di sekolah untuk menangkap

peluang.

d. Strategi WT

Strategi ini dilakukan dengan meminimalkan kele-

mahan yang ada di sekolah untuk menghindari

ancaman.

Jika analisis ini digunakan dengan baik maka

sekolah akan mendapatkan gambaran menyeluruh

mengenai situasi sekolah dalam hubungannya dengan

masyarakat, lingkungan sekitar, lembaga-lembaga

pendidikan lain dan jenjang lanjutan yang akan

dimasuki siswa. Pemahaman mengenai faktor internal

dan eksternal ini akan membantu pengembangan visi

masa depan serta membuat program yang relevan dan

inovatif.

Kegiatan yang paling penting dalam proses

analisis adalah memahami seluruh informasi yang

terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi

untuk mengetahui isu yang sedang terjadi, memu-

tuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan

untuk memecahkan masalah yang ada dalam sekolah. Menurut Boulton (dalam Rangkuti 2009) proses

untuk melaksanakan analisis kasus dapat dilihat pada

diagram analisis kasus. Kasus yang terjadi di sekolah

harus dijelaskan sehingga pembaca dapat mengetahui

Page 22: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

34

permasalahan yang sedang terjadi. Setelah itu metode

yang sesuai dan dapat menjawab semua permasalah-

an secara tepat dan efektif dipergunakan. Caranya

adalah dengan memahami secara detail keseluruhan

informasi yang ada dan melakukan analisis numerik.

Lihat Gambar 2.4.

Sumber: Rangkuti, 2009

Gambar 2.4 Diagram Analisis Kasus

Analisis masalah yang perlu mendapat

perhatian

Tentukan alternative

dan pilihan strategi

Tentukan dan evaluasi

kekuatan dan

kelemahan sekolah. Tentukan dan evaluasi

Peluang dan acaman

lingkungan

Mengetahui strategi sekolah

Jelaskan situasi

Evaluasi

situasi

Cari pemecahan

masalah

Page 23: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

35

2.5 Langkah-langkah Pengembangan Ren-

cana Strategis

Langkah-langkah yang digunakan untuk me-

ngembangkan rencana strategis peningkatan mutu

sekolah menurut Sugiyono (2010) adalah sebagai

berikut: 1. Potensi dan masalah

Sekolah mempunyai potensi internal yang bisa

dijadikan sebagai kekuatan, dan potensi eks-ternal yang bisa dijadikan sebagai peluang.

Selain itu sekolah juga tidak mempunyai ma-

salah-masalah internal yang dianggap menjadi kelemahan dari sekolah, dan masalah-masalah

eksternal yang dianggap menjadi ancaman bagi

mutu sekolah. Potensi dan masalah yang ada ini dikemukakan dalam penelitian berupa

data-data empirik.

2. Mengumpulkan data

Setelah potensi dan masalah yang ada di

sekolah ditunjukkan secara faktual, selanjut-nya dikumpulkan berbagai informasi yang

dapat digunakan sebagai bahan untuk meren-

canakan suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut. Data

yang diperlukan bisa dari berbagai cara seperti

wawancara, observasi, studi dokumen dan focus Group discussions (FGD)

3. Desain produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah rencana strategis yang dapat dijadikan

sebagai pedoman untuk peningkatan mutu

sekolah. Rencana strategis ini masih bersifat

hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti dan akan diketahui setelah melalui pengujian.

4. Validasi desain

Validasi desain dilakukan sebagai proses ke-

giatan untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat secara rasional akan efektif digu-

nakan sebagai usaha peningkatan mutu seko-

Page 24: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

36

lah. Validasi desain pernah dilakukan oleh

pengamat lain untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

5. Perbaikan desain

Setelah rencana strategis tersebut divalidasi,

akan dapat diketahui kelemahannya, selanjut-nya dicoba untuk memperbaiki rencana stra-

tegis tersebut. Yang bertugas memperbaiki

rencana strategis adalah peneliti sendiri. Pada

akhirnya dapat dihasilkan suatu rencana strategis yang bisa diberikan kepada sekolah

sebagai upaya peningkatan mutu.

Sedangkan Arikunto (2010), memberikan empat

tahap untuk mengembangkan rencana strategis yaitu:

1. Menyusun rancangan (perencanaan)

Pada tahap ini tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa dan bagaimana penelitian

itu akan dilakukan. Selain itu peneliti perlu

menentukan fokus peristiwa yang perlu men-dapat perhatian khusus untuk diamati, kemu-

dian membuat suatu instrumen pengamatan

untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama penelitian berlangsung.

2. Pelaksanaan

Yaitu implementasi atau penerapan isi ran-

cangan di dalam penelitian. Peneliti harus taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam ran-

cangan, tetapi harus pula berlaku wajar. Boleh

membuat modifikasi selama itu tidak mengu-bah tujuan penelitian, serta mengindari keka-

kuan dalam penelitian.

3. Pengamatan

Sebenarnya sedikit kurang tepat kalau penga-

matan ini dipisahkan dengan pelaksanaan penelitian, biasanya kedua tahap ini dilaksana-

kan secara bersamaan, karena sambil melak-

sanakan penelitian, peneliti akan sekalian mengamati apa yang terjadi selama penelian

berlangsung.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

37

4. Refleksi

Yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap ini, peneliti

bersama-sama dengan orang-orang yang ber-

kepentingan pada objek penelitian berdiskusi mengenai apa saja yang sudah terjadi selama

penelitian. Mungkin masih ada penelitian yang

belum berjalan dengan baik dan perlu penyem-

purnaan. Tahap ini bisa dikatakan sebagai tahap evaluasi.

Berdasarkan dua pendapat di atas, peneliti ter-

tarik menggunakan langkah-langkah yang dikemuka-

kan oleh Sugiyono namun disesuaikan dengan situasi

dan kondisi yang peneliti hadapi sebagai dasar untuk

melakukan penelitian ini. Namun tidak lepas juga dari

apa yang dikatakan oleh Arikunto, sehingga peneliti

bisa merumuskan langkah-langkah pengembangan

rencana strategi yang akan dilakukan dalam penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan penelitian

Di sini peneliti menyiapkan instrumen penelitian

berupa pedoman wawancara, lembar observasi,

instrumen analisis SWOT dan panduan FGD;

2. Potensi dan masalah

Karena peneliti sudah melakukan pra penelitian

maka paling tidak peneliti sudah melihat apa yang

menjadi potensi dan masalah di sekolah ini walau-

pun belum lengkap.

3. Pengumpulan data

Dalam usaha mengumpulkan data bisa dikatakan

bahwa peneliti menjalankan tahap pelaksanaan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

38

dan pengamatan. Karena di sini peneliti akan me-

lakukan FGD untuk mengumpulkan data, hingga

memperoleh suatu analisis SWOT yang berisi ke-

kuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang

ada disekolah, berdasarkan bobot dan skor yang

diberikan berdasarkan FGD.

4. Validasi data

Data yang sudah diperoleh akan divalidasi menggu-

nakan kriteria kredibilitas (kepercayaan).

5. Desain produk

Berdasarkan analisis SWOT akan dibuat suatu

rencana strategis yang sekiranya bisa dijadikan

sebagai pedoman bagi sekolah untuk meningkatkan

mutu. Akan tetapi renstra yang sudah ada bisa

diperbaiki oleh sekolah berdasarkan tujuan dan

kebutuhan dari sekolah sehingga menghasilkan

renstra yang sempurna untuk bisa diterapkan di

sekolah.

2.6 Kerangka Pikir

Kerangka pikir tentang Alternatif Strategi

Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis

SWOT di SDN 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo

Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:

Page 27: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

39

Gambar 2.5 Model Kerangka Pikir

Strategi peningkatan mutu pendidikan merupa-

kan perencanaan yang berisi tentang kegiatan yang

didesain untuk memastikan bahwa tujuan dapat

dicapai melalui tindakan yang tepat dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mendapatkan

alternatif strategi yang tepat, lembaga pendidikan

perlu mengidentifikasi visi, misi, dan tujuan sekolah

yang memberi arah dan fokus, serta menganalisis

lingkungan internal dan eksternalnya. Dari analisis

lingkungan internal dan eksternal itu kemudian

diidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis tersebut

Identifikasi Kekuatan & Kelemahan

Analisis Lingkungan Eksternal

Identifikasi Visi,Misi & Tujuan

Analisis Lingkungan Internal

Evaluasi Kinerja

Implementasi Strategi

Merumuskan Strategi

Idenfikasi Peluang & Ancaman

Page 28: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5137/3/T2... · an bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala . rating, dan skala sikap

40

dapat memberikan informasi yang bisa dijadikan

sebagai dasar dalam menentukan rencana strategis

langkah-langkah tindakan peningkatan mutu. Setelah

menentukan rencana strategi kemudian melaksana-

kan strategi hingga akhirnya dievalusi apakah strategi

itu berjalan dengan baik atau tidak. Namun penelitian

ini dibatasi sampai merumuskan rencana strategis

saja.