bab ii landasan teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/bab ii.pdf · bahasa ialah...

13
8 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab II kajian pustaka ini diuraikan mengenai: (1) gaya bahasa, (2) gaya bahasa pertentangan (3) fungsi gaya bahasa (4) pranatacara (5) adat perkawinan jawa. Berikut penjabaran yang berkaitan dengan kajian pustaka. 2.1 Gaya Bahasa Setiap orang mempunyai modalitas dalam melakukan sebuah hal yang biasa disebut dengan komunikasi. Komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai penyampaian pesan dari penutur atau pengirim pesan kepada mitra tutur atau penerima pesan itu sendiri. Komunikasi bisa berjalan efektif saat mitra tutur atau lawan bicara dapat memahami maksud atau tujuan yang hendak disampaikan. Oleh karenanya seseorang bertutur kata sama halnya ia dengan memanifestasikan luasnya kekayaan dalam samudera bahasa. Hal ini mempunyai keterkaitan dengan pendapat Leech dan Short (1981: 13), mengemukakan gaya bahasa dapat diartikan sebagai alat menggunakan bahasa dalam situasi tertentu, oleh seorang penutur, dengan tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2009: 4), gaya bahasa merupakan bentuk dalam keterampilan memakai bahasa, baik itu dalam hal berbicara maupun menulis untuk meyakinkan atau mempersuasif pembaca maupun penyimak. Di dalam fungsi bahasa, dipergunakannya gaya bahasa dapat tergolong dalam fungsi puitik, yaitu menyebabkan pesan yang ingin disampaikan menjadi bermutu. Gaya bahasa dapat diartikan sebuah upaya pengekspresian atau seni dalam berbicara untuk menyampaikan pesan agar dapat diterima dengan baik kepada

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II kajian pustaka ini diuraikan mengenai: (1) gaya bahasa, (2) gaya

bahasa pertentangan (3) fungsi gaya bahasa (4) pranatacara (5) adat perkawinan

jawa. Berikut penjabaran yang berkaitan dengan kajian pustaka.

2.1 Gaya Bahasa

Setiap orang mempunyai modalitas dalam melakukan sebuah hal yang biasa

disebut dengan komunikasi. Komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai

penyampaian pesan dari penutur atau pengirim pesan kepada mitra tutur atau

penerima pesan itu sendiri. Komunikasi bisa berjalan efektif saat mitra tutur atau

lawan bicara dapat memahami maksud atau tujuan yang hendak disampaikan. Oleh

karenanya seseorang bertutur kata sama halnya ia dengan memanifestasikan

luasnya kekayaan dalam samudera bahasa. Hal ini mempunyai keterkaitan dengan

pendapat Leech dan Short (1981: 13), mengemukakan gaya bahasa dapat diartikan

sebagai alat menggunakan bahasa dalam situasi tertentu, oleh seorang penutur,

dengan tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2009: 4), gaya

bahasa merupakan bentuk dalam keterampilan memakai bahasa, baik itu dalam hal

berbicara maupun menulis untuk meyakinkan atau mempersuasif pembaca maupun

penyimak. Di dalam fungsi bahasa, dipergunakannya gaya bahasa dapat tergolong

dalam fungsi puitik, yaitu menyebabkan pesan yang ingin disampaikan menjadi

bermutu.

Gaya bahasa dapat diartikan sebuah upaya pengekspresian atau seni dalam

berbicara untuk menyampaikan pesan agar dapat diterima dengan baik kepada

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

9

pendengar. Berkaitan dengan hal ini Wellek & Waren (dalam Nurgiyantoro, 2010:

6), menuturkan untuk dapat membuat karya yang berguna dan dapat diterima luas

oleh masyarakat, sekelompok penulis ataupun kelompok pembuat lirik lagu

ataupun pengubah lagu banyak dari mereka menggunakan gaya bahasa yang

bermacam-macam, selain sebagai estetika dalam karya yang mereka perindah

karya juga dapat mengungkapkan isi gagasan jiwa penulis di dalamnya.

Adapun sesuai dengan yang dijelaskan oleh Keraf (2010:113), bahwa gaya

bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna

menunjukkan kepribadian dan jiwa penulisnya. Dalam kaitannya dengan hal ini

gaya bahasa merupakan jembatan penghubung antara ide/gagasan ke dalam

kenyataan dalam bentuk teks atau lisan.

2.2 Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya Bahasa menurut kelompoknya dapat dibedakan menjadi empat.

Adapun diantaranya ialah perbandingan, pertautan, perulangan, dan pertentangan.

Gaya bahasa pertentangan menjelaskan cara bertutur yang berlawanan dengan

maksud yang sebenarnya. Adapun tujuan dari gaya bahasa pertentangangan sendiri

adalah sebagai penguat. Dalam hal ini gaya bahasa pertentangan menurut Tarigan

(2009: 121), meliputi :

2.2.1 Hiperbola

Hiperbola dapat diartikan sebagai gaya bahasa yang di dalamnya

mengandung ungkapan yang dilebih-lebihkan, baik itu isi maupun muatannya.

Dalam kaitannya dengan hal ini menurut Peyroutet (1994: 74), bahwa: L’hyperbole

est un écart de style fondé sur la substitution d’un mot ou d’une expression B à un

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

10

mot ou une expression A normalement attendu, de façon à exagérer: B dit plus A.

“Hiperbol diibaratkan sebagai penggunaan gaya bahasa dengan cara mengubah

satu kata ataupun satu ungkapan B dengan ungkapan A. Biasanya terkesan

berlebihan: B dibilang lebih dari A”.

Dengan kata lain, Keraf (1994 : 135), mengungkapkan “Hiperbol gaya

bahasa dalam salah satu jenis yang tergolong berlebihan, dalam hal yang sederhana

dapat menjadi hal yang sengaja dibesarkan”. Sejalan dengan pendapat diatas,

Tarigan (2009 : 130), menyatakan “hiperbola adalah ungkapan berlebihan yang

tidak selaras dengan maksud yang sebenarnya: baik itu sifat, ukuran, ataupun

jumlahnya.”

2.2.2 Litotes

Litotes ialah bentuk gaya bahasa yang bertentangan dengan hiperbola,

mengungkapkan sesuatu yang cenderung dikecil-kecilkan dari kenyataan

sebenarnya. Tarigan (2009 : 131), mengungkapkan “litotes merupakan lawan dari

hiperbola, ialah sejenis gaya bahasa yang mengecilkan maksud dari suatu

pernyataan, mengurangi maksud dari pernyataan aslinya, misalkan untuk

merendahkan penutur atau diri sendiri”. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf

(1994: 132), “litotes dan hiperbola ialah gaya bahasa yang berlawanan arah tujuan,

isi dari muatan litotes ialah mengurangi, mengecilkan, atau merendahkan dari

kenyataan aslinya, seperti halnya pernyataan yang biasa digunakan untuk

merendahkan diri.

2.2.3 Klimaks

Klimaks dapat diartikan jenis gaya bahasa yang bertingkat dan beruntut,

sampai pada kalimat terakhirnya mengungkapkan keterangan yang sebenarnya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

11

Keraf (1994: 124), menjelaskan “klimaks ialah salah satu jenis gaya bahasa yang

mempunyai arti uraian pikiran penutur kepada orang lain dimana menurut sifatnya

semakin lama semakin bertambah tinggi kepentingan dari maksud yang ingin

diutarakannya”. Sedangkan menurut pendapat Tarigan (2009: 134), “klimaks

mengutarakan sesuatu yang mulai meninggi, sampai nanti berada pada titik

tertinggi tentang suatu hal.

Dalam artian yang sebenarnya, gaya bahasa klimaks memiliki hubungan

yang erat dari pernyataan satu dengan lainnya, diawali dengan pernyataan

sederhana terlebih dahulu menjadi pernyataan yang lebih lengkap atau kompleks.

Pernyaataan yang sederhana digunakan diawal penyusunan kalimat hingga terus

menerus bertingkat muatan isinya sampai pada puncak tertinggi ialah ciri khas dari

majas klimaks itu sendiri.

2.2.4 Apostrof

Apostrof mengacu pada sebuah pemindahan pesan dari para hadirin pada

sebuah acara kepada orang yang tidak ada dalam acara tersebut. Keraf (1994 : 131),

mendefinisikan bahwa “apostof adalah sejenis gaya bahasa yang bersifat

mengalihkan amanat pembicaraan dari yang hadir pada saat itu kepada yang tidak

hadir”.

Tarigan (2009 : 135), “Apostrof merupakan gaya bahasa berupa pergantian

amanat yang disampaikan orang lain kepada yang tidak hadir dari yang hadir pada

saat itu”.

Dengan kata lain gaya bahasa apostrof menjelaskan pada saat situasi acara

berlangsung seorang penutur atau pembicara tidak menyampaikan amanat atau

pesan yang ingin disampaikan kepada yang ada dalam acara pada saat itu, namun

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

12

kepada orang yang tidak hadir yang dianggap ada dan ikut memeriahkan acara pada

waktu itu.

2.3 Fungsi Gaya Bahasa

Fungsi ialah menjelaskan tentang bagaimana suatu hal dapat digunakan,

sedangkan gaya bahasa ialah cara berfikir seseorang menyatakan perasaannya

dengan bertutur kata atau melahirkan sesuatu dalam bentuk tulisan. Dengan kata

lain, fungsi gaya bahasa yaitu memahami suatu hal yang dapat dipergunakan

seseorang untuk menuangkan isi gagasannya baik itu melalui tulisan ataupun

bertutur kata. Menurut fungsinya gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan pada :

2.3.1 Fungsi Emotif

Emotif dapat diartikan sebagai emosi atau perasaan terkait dengan sebuah

pesan yang ingin disampaikan. Menurut Peyroutet (1991: 136), la fonction

expressive correspond aux émotions, sensations, sentiments, jugements exprimés.

“Fungsi emotif atau ekspresi mempunyai korelasi dengan emosi, kesan, perasaan,

ataupun gagasan yang ingin disampaikan”. Hal ini sejalan dengan pemikiran

Baylon (1994: 78), Par la fonctio dite emotive/expressive, celui qui parle veut

s’extérioriser, faire connaître ses idées, ses émotions, ses désirs, donc ce qui sans

l’acte de communication resterait dissimulé dans son esprit. “Fungsi

dikatogorikan emotif/ekspresif, saat seseorang menginginkn sebuah pembicaraan,

membuat lawan bicara dapat memahami apa yang ingin ia sampaikan, berkaitan

dengan emosi dan keinginannya, maka tanpa adanya komunikasi akan menutup

pribadinya.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

13

Menurut Jakobson (dalam Suwito, 2013: 12-16), fungsi emotif mempunyai

keterkaitan dengan pembicara atau pengirim pesan. Pemilik pesan adalah yang

dapat mengirimkan pesan, melalui pesan yang ingin disampaikannya unsur emotif

biasanya lebih memberikan penekanan terhadap perasaan yang telah seseorang

alami. Dengan demikian, fungsi bahasa dapat diimplementasikan melalui suasana

hati dari sikap sang pengirim pesan. Hal ini dapat kita temukan dalam dialog tokoh

fiksi yang sering dijumpai kata-kata seruan, umpatan, rayuan, ataupun sebagainya.

2.3.2 Fungsi Referensial

Referensial adalah jenis pesan yang disampaikan dengan sebuah lambang

dan referen (bentuk bahasa) terhadap suatu hal tertentu. Menurut Peyroutet (1991:

136), la fonction référentielle correspond aux informations objectives transmises.

“Fungsi referensial berkolerasi dengan tujuan informasi yang akan dikirim”.

Sedangkan menurut Baylon (1994: 78): Il va de soi que quand on émet un message

linguistique, on vise à donner des indications sur un état de choses (localisé dans

le monde reel ou produit de l’imagination) qui se trouve ainsi plus ou moins décrit,

en tout cas évoqué, et c’est la fonction référentielle. “tidak berubah lagi ketika

mendefinisikan tentang sebuah pesan linguistik, pada saat tahap pemberian indikasi

acuan kita adalah tentang suatu keadaan (yang membatasi produk imajinasi atau

dalam dunia nyata) kurang lebih merupakan sebuah penggambaran, hal-hal yang

diujarkan, dan inilah yang biasa disebut sebagai referensial”.

Fungsi Referensial berkaitan dengan konteks, pada tataran komunikasi

konteks sendiri dapat memberikan, menentukan, dan mempengaruhi referensi

makna (pesan yang ingin disampaikan). Oleh karenanya, fungsi referensial lebih

mementingkan informasi sebenarnya mengenai sebuah komunikasi. Lain daripada

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

14

itu fungsi ini menitikberatkan konteks pesan yang ada di dalamnya. Tidak pula

menyatakan prasangka dan argumen. Fungsi informatif dan komunikasi merupakan

pengambaran dari fungsi ini. Menurut Ogden dan Richard (dalam Suhardi. 2015:

46), jika rujukan tersebut sesuai dengan fakta yang ada maka bisa dikatakan logikal

sesuai dengan referent yang ada. Karena disebut logis dan benar apabila referent

tersebut dapat konsisten, saling bersangkut paut, ataupun koresponden. Contoh

pada peristiwa bom bunuh diri tiga gereja di surabaya yang dilakukan oleh satu

keluarga terduga teroris.

2.3.3 Fungsi Puitik

Puitik ialah penyampaian pesan dengan merangkai kata-kata menjadi lebih

indah. Menurut Peyroutet (1991: 136), la fonction poétique correspond à la

transformation du texte en message esthétique. “fungsi puitis adalah korelasi dari

teks kedalam pesan yang lebih estetik”

Fungsi puitis bahasa berkaitan langsung dengan pesan yang ingin

dikomunikasikan. Pemfokusan perhatian pada pesan demi pesan itu sendiri. Dalam

puitik bahasa yang difokuskan pada pesan itu sendiri bahkan, paling dominan dan

paling menentukan. Selain itu, fungsi tersebut menitik beratkan pada aspek

keindahannya. Tidak dipungkiri lagi pilihan-pilihan kata, susunan kalimat dan

variasi bahasa menjadi patokan untuk mengetahui pesan yang disampaikannya.

Contoh penggunaan bahasa repetisi dan aliterasi (Nurgiyantoro, 2010: 419).

2.3.4 Fungsi Metalingual

Metalingual menjelaskan tentang sandi-sandi yang digunakan dalam

sebuah penyampaian pesan. Menurut Baylon (1994: 78): La fonction

métalinguistique, elle intervient chaque fois que le code utilisé, en l’espèce la

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

15

langue, fait lui- même l’objet du message échangé; (…) “Fungsi metalinguistik,

ialah tentang penggunaan pengkodean, dalam bahasa, menitik beratkan bahasa

sebagai objek pesan yang akan disampaikan ; (...)”. Fungsi metalinguistik adalah

kode atau sandi yang dapat diguankan. Perbincangan mengenai bahasa dalam

bahasa itu sendiri bisa dimungkinkan dalam fungsi ini. Kushartanti (2009: 54)

menjelaskan ungkapan yang berpusat pada makna/batasan istilah merupakan

metalinguistik. Contohnya “negara Indonesia mempunyai ibukota bernama

Jakarta”. sedangkan menurut Jakobson (dalam Suwito, 2013: 12-16) menuturkan

Fungsi metalingual bentuk fungsi bahasa menjelaskan bahasa itu sendiri. Misalnya

penjelasan tentang konsep ungkapan tertentu yang ada pada suatu bahasa. Maka

dari itu, fungsi metalingual suatu fungsi yang membicarakan mengenai kode, ciri,

sifat dalam suatu konteks. Adapun contoh fungsi metalingual yakni Talhah dalam

peperangan bergerak seperti petir.

2.3.5 Fungsi Konatif

Konatif ialah pesan yang disampaikan untuk mendapatkan hubungan timbal

balik Menurut Peyroutet (1991: 136), la fonction conative correspond à toutes les

implications du lecteur: questions, ordres, interpellations. “fungsi konatif ialah

korelasi pada keterlibatan pembaca (penerima pesan/penyimak): pertanyaan,

perintah, ataupun imbauan”.

Jakobson (dalam Suwito, 2013: 12-16) juga mengungkapkan Fungsi konatif

digunakan menyampaikan suatu permintaan bagi pendengarnya untuk memotivasi

bersikap dan bertindak sesuatu. Oleh sebab itu, fungsi ini tak lain untuk

mempengaruhi orang lain bertujuan untuk mengotrol sosial agar apa yang kasihkan

itu terkesampaikan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

16

2.3.6 Fungsi Fatik

Menurut Baylon (1994: 78): La fonction phatique intervient quand un

message << cherche à établir, prolonger ou interrompre la communication (…), à

vérifier si le circuit fonctionne, à attirer l’attention de l’interlocuteur ou à s’assurer

qu’elle ne se relâche pas >>. “fungsi fatis terjadi ketika pesan << mencari

penetapan, penghentian komunikasi, ataupun perpanjangan (...), meninjau kembali

saat jalannya bahasa dapat berfungsi sebagai hal yang dapat menarik perhatian

lawan tutur atau meyakinkan bahwa komunikasi tidak mengalami penurunan”,

Dalam kata lain menurut Jakobson (dalam Suwito, 2013: 12-16) Fungsi

fatik berfungsi untuk penggunaan bahasa untuk menjaga hubungan sosial yang

berlaku antara pembicara dan pendengar agar akrab. Selain itu, fungsi ini

mengimbau manusia saling bersilaturahmi yang bertujuan untuk mempersatukan

anggota masyarakat. Dengan itu, bahasa dapat menjadikan pembelajaran dan

pengalaman bagi manusia untuk berinteraksi terhadap masyarakat disekitarnya.

2.4 Pranatacara

Pranatacara atau MC (Master of Ceremony) adalah seorang pembawa acara,

pemimpin acara, penata pelaksana, atau bisa juga disebut instruktur pelaksana

acara. Informasi kegiatan, tata acara, maupun skenario jalannya acara dapat

diketahui dari seorang pranatacara. Adapun pranatacara kadang sebelumnya sudah

menyiapkan naskah untuk ia baca pada saat berlangsungnya acara, akan tetapi lebih

sering ia menyampaikan segala informasi tanpa menggunakan teks. Menurut

Murwatono dalam bukunya Sesorah (2007: 3-6) meliputi Swara (suara/vokal),

Busana/ageman (pakaian), subasita/trapsila (tata krama), bahasa lan sastra (tutur

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

17

bahasa dan sastra) yang merupakan syarat mulak yang harus dimiliki oleh seorang

pranatacara.

Menurut Rakhmat (2001: 17-19), Adapun metode yang dapat digunakan

seorang pranatacara gunakan pada saat menyampaikan pidato/MC, hal ini dapat

dikategorikan berdasarkan empat macam, diantaranya ialah :

a. Metode impromptu ialah penyampaian runtut dari seorang yang berorator

secara spontanitas namun dapat dipahami oleh pendengar, metode ini biasa

dilakukan oleh seorang yang ahli berpidato

b. Metode manuskrip atau biasa disebut membaca teks. Hal ini mencegah

pembicara supaya tidak melenceng dari pokok pembahasan yang telah

disusunnya.

c. Metode memoriter atau hafalan. Dalam metode memoriter seorrang

pembicara terlebih dahulu mempersiapkan susunan acara kemudian ia

hafalkan secara keseluruhan, metode semacam ini biasanya dipergunakan

oleh orang yang baru belajar dan lemahnya metode ini saat ketika pembicara

lupa sampai pada tahap mana ia berbicara, maka otomatis ia akan lupa isi

semuanya secara keseluruhan.

d. Metode ekstemporan adalah metode poin-poin, dimana pembicara akan

menuliskan pokok-pokok pembahasannya saja kemudian ia akan

mengembangkannya sendiri, metode ini adalah yang paling umu digunakan.

Dalam memahami struktur susunan acara seorang pranatacara, terlebih

dahulu peneliti harus tahu perbedaan penggunaan bahasa setiap rangkaian acara

pada setiap perkawinan dengan penggunaan gaya yang dipakainya. Antara tradisi

pernikahan yang dijalankan oleh kelompok masyarakat awam dengan kelompok

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

18

yang status sosial dan ekonominya cukup tinggi terjadi kesenjangan yang cukup

signifikan. Adapun pada kaitanya terlihat jelas pada masyarakat awam yang tidak

mau terlalu direpotkan dengan norma-norma dan tata aturan penggunaan bahasa

dan sastra yang dipandang merepotkan dirinya. bahasa Jawa campuran dengan

bahasa Indonesia dan Arab yang sudah menjadi kultur Jawa Timuran dipandang

sebagai bahasa rakyat yang mudah dimengerti dan dipahami walaupun muatan

bahasa dan sastranya rendah, bahasa yang dianggap merakyat adalah bahasa gado-

gado yang tidak mau terikat dengan aturan penggunaan tata bahasa dan sastra.

Adapun kalau orang awam mengikuti acara pernikahan kelompok status sosial

menengah keatas atau kelompok priyai komentar yang terucap adalah bahasanya

sulit dimengerti.

2.5 Adat Perkawinan Jawa

“Perkawinan yang dalam bahasa Arabnya disebut “nikah” adalah: Akad

antara calon suami isteri untuk memenuhi hajat (kebutuhan nafsu seksnya) yang

diatur menurut tatanan syari‟at (agama), sehingga keduanya diperbolehkan bergaul

sebagai suami isteri.” Tutur Rohman (dalam Anas : 2008).

Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman terhadap berbagai

macam suku yang ada. Hal ini berdampak pada munculnya tradisi yang bermacam-

macam. Salah satunya ialah adat istiadat perkawinan jawa. Menurut Hamidin (2012

: 11) dalam proses perkawinan ada tiga tahap yang harus dilalui, yaitu nontoni atau

proses mencarikan jodoh yang dilakukan orang tua untuk anaknya. Yang kedua

yaitu lamaran dari pihak laki-laki datang kerumah pihak perempuan dengan

membawa pakaian dan bahan-bahan makanan. Yang ketiga yaitu midodareni

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

19

(siraman), hal ini bertujuan untuk mempersiapkan diri baik secara lahir maupun

batin.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43478/3/BAB II.pdf · bahasa ialah pengungkapan bahasa secara khas melalui pemikiran, guna menunjukkan kepribadian dan jiwa

20