bab ii landasan teori ii.1 modal kerja ii.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00481-ak bab...

35
6 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal Kerja Masalah modal kerja merupakan masalah yang tiada akhir. Selama perusahaan masih beroperasi, modal kerja selalu diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari serta untuk menjaga kontinuitas perusahaan. Perusahaan yang bergerak di bidang apapun baik itu perusahan jasa, perusahaan produksi maupun perusahaan dagang selalu membutuhkan modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan usahanya, dengan harapan dana yang telah dikeluarkan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka yang relatif pendek. Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja, Current assets, commonly called working capital, which represent the portion of investment that circulates from one form to another in the ordinary conduct of business. Net working capital is commonly defined as the difference between the firm’s current assets and its current liabilities; can be positive or negative” (p. 628). Tidak jauh berbeda seperti yang dikutip dari Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006), “Modal kerja, atau kadang-kadang disebut juga modal kerja kotor, sebenarnya adalah aktiva lancar yang digunakan dalam operasi. Modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar minus kewajiban lancar” (h.131).

Upload: vukhuong

Post on 17-Sep-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

6

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Modal Kerja

II.1.1 Pengertian Modal Kerja

Masalah modal kerja merupakan masalah yang tiada akhir. Selama perusahaan

masih beroperasi, modal kerja selalu diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan

sehari-hari serta untuk menjaga kontinuitas perusahaan. Perusahaan yang bergerak di

bidang apapun baik itu perusahan jasa, perusahaan produksi maupun perusahaan dagang

selalu membutuhkan modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan usahanya,

dengan harapan dana yang telah dikeluarkan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan

dalam jangka yang relatif pendek.

Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

“Current assets, commonly called working capital, which represent the portion of

investment that circulates from one form to another in the ordinary conduct of business.

Net working capital is commonly defined as the difference between the firm’s current

assets and its current liabilities; can be positive or negative” (p. 628).

Tidak jauh berbeda seperti yang dikutip dari Brigham dan Houston yang

diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006), “Modal kerja, atau kadang-kadang

disebut juga modal kerja kotor, sebenarnya adalah aktiva lancar yang digunakan dalam

operasi. Modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar minus kewajiban lancar”

(h.131).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

7

Sedangkan menurut Sutrisno (2007) :

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari. Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran lainnya disebut modal kerja. Menurut Darsono (2006) :

Modal kerja adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar, dan modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar (current liabilities). Menurut Sundjaja dan Barlian (2003) :

Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misal giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi 1 tahun atau jangka waktu operasional normal perusahaan. Modal kerja bersih (net working capital) adalah selisih antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan.

Dari hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa modal kerja dalam arti gross

working capital adalah jumlah aktiva lancar yang meliputi persediaan, piutang, kas, dan

surat-surat berharga, yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari suatu

bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis, yaitu dari kas berputar dan

akhirnya kembali lagi ke kas, yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau

jangka waktu operasional normal perusahaan. Sedangkan modal kerja bersih (net

working capital) didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar

(hasilnya dapat positif atau negatif), yang digunakan untuk membiayai kebutuhan

investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari.

Dalam penelitian ini penulis akan lebih menekankan pengertian modal kerja pada modal

kerja bersih.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

8

II.1.2 Pentingnya Modal Kerja

Analisis mengenai pengelolaan modal kerja memang belum seluas penelitian-

penelitian keputusan bidang permodalan dan investasi jangka panjang, tetapi modal

kerja yang tepat adalah syarat keberhasilan suatu perusahaan apalagi bagi perusahaan

kecil, selain itu modal kerja juga sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan dan

likuiditas merupakan persyaratan keberhasilan serta kontinuitas perusahaan.

Menurut Ahmad (2002), mengutip pada Weston dan Bringham, ”Pengelolaan

modal kerja menjadi penting karena menyangkut beberapa aspek :

1. Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer

keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari, dan ini

merupakan bagian dari manajemen modal kerja.

2. Kenyataannya jumlah aktiva lancar sering lebih separo total aktiva perusahaan dan

cenderung labil.

3. Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan

aktiva lancar adalah dekat dan langsung. Misalnya dalam piutang, jika jangka waktu

penagihan piutang perusahaan 40 hari dan penjualan kreditnya Rp. 1.000.000,-

sehari, berarti investasi perusahaan dalam piutang akan sebesar Rp. 40.000.000,-.

Begitu pula dalam persediaan, baik bahan mentah, barang dalam proses maupun

dalam barang jadi.

4. Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja terlebih-lebih pentingnya,

dengan alasan :

a. Investasi dalam aktiva tetap dapat dikurangi dengan menyewa atau leasing, tetapi

aktiva lancar apalagi piutang maupun inventory tidak dapat dihindari.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

9

b. Relatif terbatasnya perusahaan kecil memasuki pasar modal jangka panjang

sehingga harus mengandalkan utang dagang dan utang bank jangka pendek

sebagai permodalannya, meningkatnya utang lancar akan mengurangi modal

kerja bersihnya” (h. 1-2).

II.1.3 Komponen Modal Kerja

Komponen modal kerja berdasarkan pendapat Tampubolon (2005), dapat dilihat pada

setiap neraca perusahaan, terdiri dari :

a. Aktiva lancar

• Kas (kas dan setara kas) dan surat berharga

Dalam pemilihan besaran alat likuid antara kas (kas dan setara kas) dan surat

berharga, manajer keuangan akan menghadapi masalah, seperti yang berkaitan

dengan manajer operasional. Penyediaan alat likuid kas yang ”idle” seharusnya

dapat ditempatkan dalam surat berharga yang dapat memberikan hasil.

• Piutang.

Piutang ini terjadi karena Korporasi menjual barang secara kredit, sehingga

sangat berkaitan dengan manajemen kredit yang diberikan oleh Korporasi.

• Persediaan barang

Dalam persediaan barang biasanya terdapat perbedaan menyangkut perkiraan-

perkiraan atau pos-pos, yang disebabkan perbedaan jenis perusahaan. Pada

perusahaan dagang mungkin hanya terdapat perkiraan persediaan (persediaan

barang dagangan), sedangkan pada perusahaan produksi (yang melakukan

pembuatan barang), persediaannya akan terdiri dari bahan mentah, barang

setengah jadi dan barang jadi. Perusahaan produksi melakukan investasi dalam

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

10

persediaan barang ini yang menyangkut opportunity cost dari modal yang

tertanam dalam persediaan, biaya penyimpanan, dan risiko kerusakan barang.

Sedangkan manfaat persediaan adalah untuk memenuhi permintaan, khususnya

di dalam jumlah besar dan tak terduga.

2. Hutang lancar

• Utang dagang

Merupakan utang kepada perusahaan lain karena pembelian barang. Utang

dagang ini merupakan kebalikan dari piutang. Di dalam investasi untuk aktiva

lancar, suatu korporasi dapat membiayainya dengan kredit jangka pendek. Salah

satu caranya adalah melalui kredit bank. Manajemen sumber dana jangka pendek

merupakan konsepsi tentang modal kerja, dalam kaitannya dengan penilaian

korporasi

• Beberapa komponen penting lainnya yang merupakan hutang jangka pendek

(hutang lancar) seperti kewajiban akrual, wesel bayar (hutang wesel) dan

lainnya.

Gambar mengenai hubungan berbagai Aktiva dan Pasiva berkenaan dengan modal kerja:

Gambar 2.1 Hubungan aktiva dan pasiva berkenaan dengan modal kerja

( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (

) ) ) ) ) ) ) ) ) ) )

Aktiva Lancar

Aktiva Tetap

Utang Lancar

Utang Jangka Panjang

Modal Sendiri

Net Working Capital

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

11

II.1.4 Konsep Modal Kerja

Riyanto (2001) mengemukakan, ”Mengenai pengertian modal kerja dapat

dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

1. Konsep kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-

unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar

kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya

akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja

menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam

pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

2. Konsep kualitatif

Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya

jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini pengertian modal kerja

juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang segera harus

dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan

untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian

aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasinya dalam menjaga

likuiditas perusahaan. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah

sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai

operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan

kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini

sering disebut modal kerja neto (net working capital).

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

12

3. Konsep Fungsionil

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan

(income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah

dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan

dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan

pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang

juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk

menghasilkan “current income”.

Dana yang tidak menghasilkan current income, atau kalau menghasilkan current

income adalah tidak sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan disebut

bukan modal kerja (non working capital)” (h. 57-58).

Menurut Ahmad (2002), ”Berdasarkan pengertian fungsional, dana untuk

menghasilkan pendapatan tahun berjalan (current income) dan sebaliknya income

yang akan datang (future income), atau sesuai dengan maksud utama mendirikan

perusahaan. Misalnya dana yang diperoleh dari pendapatan dividen saham, karena

perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menyalurkan pupuk dan bukan perusahaan

investasi dalam surat berharga. Maka dana tersebut (pendapatan dari saham),

digolongkan sebagai modal kerja potensial” (h. 2-3). Selain itu bagian dari piutang

yang merupakan keuntungan juga digolongkan sebagai modal kerja potensial

(potential working capital)”.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

13

II.1.5 Jenis-jenis Modal Kerja

Menurut Sawir (2001), berdasarkan pendapat W.B. Taylor, “Jenis-jenis modal kerja

yaitu :

1. Modal kerja permanen

Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan

fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan

untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan lagi dalam :

a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada

perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis.

Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata per bulannya

mempunyai produksi 1.000 unit. Apabila kemudian ternyata bahwa selama 4

atau 5 bulan berikutnya luas produksi rata-rata naik menjadi 2.000 unit mama

luas produksi normal adalah 2000 unit

2. Modal kerja variabel

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan,

dan modal kerja ini dibedakan antara :

a. Modal kerja musiman

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi

musim.

b. Modal kerja siklis

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi

konjungtur.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

14

c. Modal kerja darurat

Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat

yang tidak diketahui sebelumnya“ (h. 132).

Jenis-jenis modal kerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

:

Gambar 2.2 Jenis-jenis modal kerja

II.1.6 Kebaikan dan Keterbatasan Modal Kerja

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi

dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bila modal kerja terlalu besar, maka dana

yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadilah idle fund.

Padahal dana itu sendiri sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka

peningkatan laba. Tetapi bila modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan

akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli bahan mentah,

membayar gaji pegawai dan upah buruh ataupun kewajiban-kewajiban lainnya yang

segera harus dilunasi.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

15

Bila modal kerja cukup, akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan bagi

perusahaan, seperti :

a. Melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi modal kerja

yang diperlukan.

b. Merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan

didalam jangka pendek.

c. Menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang menyeluruh.

d. Membayar atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo.

e. Memperoleh kredit sebagai sumber dana dan guna memperbesar pemenuhan

kebutuhan kekayaan aktiva lancar.

f. Memberikan pedoman yang baik sehingga tidak terdapat keraguan manajemen guna

memperoleh efisiensi yang baik.

Namun modal kerja juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

a. Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat

lambatnya perputaran dana perusahan.

b. Menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu mengunakan modal kerja

secara efisien.

c. Kalau Modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami resiko

dalam membayar bunga.

II.2 Kebijakan modal kerja

II.2.1 Kebijakan Investasi Aktiva Lancar

Menurut Brigham dan Houston (2006), ”Kebijakan investasi aktiva lancar

alternatif terdiri dari :

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

16

a. Kebijakan investasi aktiva lancar longgar

Suatu kebijakan di mana jumlah kas, sekuritas, persediaan dan piutang yang dimiliki

relatif besar dan penjualan dirangsang oleh kebijakan kredit yang liberal,

mengakibatkan adanya tingkat piutang yang tinggi.

b. Kebijakan investasi aktiva lancar ketat

Suatu kebijakan di mana kepemilikan jumlah kas, sekuritas, persediaan dan piutang

diminimalkan.

c. Kebijakan investasi aktiva lancar sedang

Suatu kebijakan yang berada di antara kebijakan longgar dan ketat” (h. 140).

II.2.2 Berbagai Pendekatan Dalam Menentukan Komposisi Pembelanjaaan

Perusahaan (Kebijakan Pendanaan Aktiva Lancar)

Menurut Ahmad (2002), ”Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan dalam

menentukan komposisi pembelanjaan perusahaan, namun terdapat tiga pendekatan

utama, yaitu:

a. Pendekatan agresif

Menurut konsep pendekatan agresif, kebutuhan modal jangka pendek harus dibiayai

dengan pinjaman jangka pendek, sedangkan kebutuhan-kebutuhan jangka panjang

harus dibiayai dengan pinjaman atau modal jangka panjang pula, tetapi sebagian dari

aktiva lancar permanennya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Ditambahkan

menurut Lukman Syamsuddin (2004), ”dengan demikian kebutuhan yang bervariasi

dari waktu ke waktu (kebutuhan variabel) akan dibiayai dengan sumber modal

jangka pendek dan kebutuhan yang berifat permanen akan dibiayai dengan modal

jangka panjang” (h.217-218).

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

17

Kebijaksanaan modal kerja agresif dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kebijaksanaan modal kerja agresif

b. Pendekatan konservatif

Pendekatan yang konservatif mengatakan bahwa seluruh proyeksi kebutuhan modal

perusahaan harus dibiayai dengan modal jangka panjang sedangkan modal jangka

pendek akan dipergunakan hanya apabila timbul keadaan darurat atau karena adanya

arus kas keluar (cash outflow) yang tidak terduga-duga sebelumnya. Cukup sulit

untuk dibayangkan bagaimana caranya mengimplementasikan pendekatan ini karena

sumber-sumber pembelanjaan jangka pendek seperti misalnya utang dagang dan

accruals adalah suatu hal yang normal yang sulit untuk dihindarkan dalam

pelaksanaan aktivitas perusahaan sehari-hari.

Rp

Waktu

MK Permanen

Aktiva Tetap

Fluktuasi Aktiva Lancar

Sumber Jangka Panjang

Sumber Dana Jangka Pendek

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

18

Kebijaksanaan modal kerja konservatif dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kebijaksanaan modal kerja konservatif

c. Pendekatan moderat

Dalam pendekatan ini, perusahaan berusaha mempertemukan masa jatuh tempo

antara harta dan kewajiban dengan setepat-tepatnya. Jika harta permanen bertambah,

maka akan dibiayai dengan modal sendiri dan utang jangka panjang juga bagian

permanen dari kewajiban lancar yang spontan” (h. 16-18).

Sumber Jangka Panjang

Surat Berharga

Rp

Waktu

MK Permanen

Aktiva Tetap

Fluktuasi Aktiva Lancar

Permodalan Jangka Pendek

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

19

Kebijaksanaan modal kerja moderat dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.5 Kebijaksanaan modal kerja moderat

Berikut ini disajikan contoh ketiga kebijakan modal kerja dan dampaknya terhadap

tigkat pengembalian modal sendiri (Retun on Equity atau ROE) :

Perusahaan Jaya sedang mencoba menetapkan tingkat aktiva lancar yang optimal

tahun mendatang. Aktiva tetap Rp 600.000, utang / aktiva tetap 50%, suku bunga

10%.

Kebijaksanaan aktiva lancar ada tiga, yaitu masing-masing 40%, 50% dan 60% dari

proyeksi penjualan. EBIT diperkirakan 15% dari penjualan sebesar Rp 3 juta, tarif

pajak 40%.

Rp

Waktu

MK Permanen

Aktiva Tetap

Fluktuasi Aktiva Lancar

Sumber Jangka Panjang

Sumber Dana Jangka Pendek

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

20

Tabel 2.1 Kebijakan Modal Kerja

Items Agresif Moderat Konservatif Harta lancar 1,200 1,500 1,800 Harta tetap 600 600 600 Total harta 1,800 2,100 2,400 Utang 900 1.050 1.200 Modal sendiri 900 1.050 1.200 Total Utang dan Modal 1,800 2,100 2,400 Rugi-Laba Perusahaan ABC Penjualan 3,000 3,000 3,000 EBIT (15% x penjualan) 450 450 450 Bunga (10% x utang) 90 105 120 Laba sebelum pajak 360 345 330 Pajak 40% 144 138 132 Laba bersih (EAT) 216 207 198 ROE = EAT / Equity 24.0% 19.7% 16.5%

Maka ROE (tingkat pengembalian atas modal sendiri) masing-masing alternatif yaitu

24.0% (agresif), 19.7% (moderat) serta 16.5% (konservatif). Dapat disimpulakan bahwa

alternatif kebijaksanaan agresif memiliki ROE yang lebih tinggi dibanding alternatif

kebijaksanaan lainnya. Namun pada bab 4 (pembahasan) penulis hanya membatasi pada

kebijkan agresif.

II.3 Kebutuhan Modal Kerja

II.3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Kebutuhan Modal Kerja

Menurut Munawir (2004), ”Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan

modal kerja :

1. Sifat atau type perusahaan

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

21

Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah jika dibandingkan

dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa,

misalnya perusahaan listrik, perusahaan air minum, Perusahaan Bioskop dan

Perusahaan-perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang perhubungan, baik darat,

laut maupun udara tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang

maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun

untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-

penerimaan saat itu juga, sedang piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang

relatif pendek, bahkan untuk perusahaan jasa tertentu penerimaan uang justru lebih

dahulu daripada pemberian jasanya (misalnya : seseorang yang akan naik kereta api

tentu harus membeli karcis terlebih dahulu). Sifat dari perusahaan jasa biasanya

memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva

tetap atau plant and equipment yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau

jasanya kepada masyarakat.

Apabila dibandingkan dengan perusahaan industri, maka keadaannya sangatlah

ekstrem karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar

dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan di dalam

operasinya sehari-hari. Oleh karena itu apabila dibandingkan dengan perusahaan

jasa, perusahaan industri membutuhkan modal kerja yang lebih besar, bahkan di

antara perusahaan industri sendiri kebutuhan akan modal kerjanya pun tidak sama,

perusahaan yang memprodusir barang akan membutuhkan modal kerja yang lebih

besar daripada perusahaan perdagangan atau perusahaan eceran, karena perusahaan

yang memprodusir barang harus mengadakan investasi yang relatif besar dalam

bahan baku, barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

22

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan

dijual serta harga persatuan dari barang tersebut akan menimbulkan terikatnya modal

kerja

Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang

dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang

akan diprodusir sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang

dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang tersebut makin besar pula

modal kerja yang dibutuhkan. Di samping itu harga pokok per satuan barang juga

akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar

harga pokok per satuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhanakan

modal kerja. Misalnya perusahaan kapal terbang dibandingkan dengan perusahaan

meubel atau perabot rumah tangga maka modal kerja yang dibutuhkan oleh

perusahaan kapal terbang akan jauh lebih besar karena di samping membutuhkan

waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah kapal terbang juga harga pokok dari

sebuah kapal terbang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok sebuah

meubel.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan

Syarat pembelian barang dagangan atau barang dagangan atau bahan dasar yang

akan digunakan untuk memprodusir barang sangat mempengaruhi jumlah modal

kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang

diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang yang harus

diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila

pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

23

jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai

persediaan semakin besar pula.

4. Syarat penjualan

Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan

mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan

dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja

yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya

piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai

kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk

segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.

5. Tingkat perputaran persediaan

Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover), menunjukkan berapa kali

persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi

tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan

(terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat

mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan

pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi

tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan

karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan

menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut“

(h. 117-119).“

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

24

II.3.2 Penentuan Kebutuhan Modal Kerja

Menentukan seberapa besar kebutuhan modal kerja suatu perusahaan merupakan

masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja, karena apabila modal kerja

perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan ini akan

menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Namun bila modal kerja terlalu kecil

maka akan ada resiko proses produksi perusahaan kemungkinan besar akan terganggu.

Oleh sebab itu perlu ditentukan berapa besar kebutuhan modal kerja suatu perusahaan.

Untuk menetukan besarnya modal kerja, bisa digunakan beberapa metode

penentuan besarnya modal kerja, yaitu :

a. Metode keterikatan dana

Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian pengalaman dari

pengelola atau tentunya sangat dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan

yang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari dalam jangka waktu lama. Untuk

menentukan kebutuhan modal kerja dengan menggunakan metode ini, maka perlu

diketahui dua faktor yang mempengaruhi yaitu :

Periode terikatnya modal kerja

Menurut Sutrisno (2007), ”Periode terikatnya modal kerja adalah jangka waktu

yang diperlukan mulai kas ditanamkan ke dalam elemen-elemen modal kerja

sampai menjadi kas lagi. Semakin lama periode terikatnya modal kerja akan

semakin memperbesar jumlah kebutuhan modal kerja, demikian sebaliknya bila

periode terikatnya modal kerja semakin kecil kebutuhan modal kerja juga

semakin kecil. Periode terikatnya modal kerja pada perusahaan perdagangan

biasanya lebih rendah dibanding perusahaan industri. Pada perusahaan dagang

periode terikatnya danan dimulai dari kas dibelikan barang dagangan yang

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

25

kemudian di jual (misalkan dengan kredit) akan menjadi piutang dan setelah

piutang terbayar, maka akan menjadi kas lagi. Lamanya barang dagangan terjual

dan lamanya piutang tertagih tersebut merupakan periode terikatnya modal kerja.

Periode terikatnya modal kerja pada perusahaan perdagangan bisa digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.6 Siklus usaha dagang

Sedangkan pada perusahaan industri, periode terikatnya modal kerja dimulai dari

kas dibelikan bahan baku yang kemudian diproses ke dalam proses produksi

sehingga menjadi barang jadi, barang jadi dijual akan menjadi piutang dagang

dan bila piutang telah di bayar akan menjadi kas lagi. Masing-masing elemen

modal kerja tersebut terikatnya membutuhkan waktu beberapa lama” (h. 46).

Periode terikatnya modal kerja pada perusahaan industri bisa digambarkan

sebagai berikut:

Kas

Pembelian

Penjualan

Kredit

Tunai

Barang Dagangan

Piutang

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

26

Gambar 2.7 Siklus usaha industri

Periode terikatnya modal kerja dapat dihitung dengan rumus :

Periode terikatnya modal kerja = Jumlah hari dalam setahun Perputaran modal kerja

Perputaran modal kerja dapat dihitung dengan rumus :

Perputaran modal kerja = Total Penjualan Net Working Capital atau

Gross Working Capital

Kebutuhan kas rata-rata per hari.

Kebutuhan kas rata-rata per hari merupakan pengeluaran rata-rata setiap harinya

untuk keperluan pembelian bahan baku, bahan penolong, pembayaran upah

tenaga kerja, biaya tak langsung, pembayaran biaya umum, administrasi dan

pemasaran serta pembayaran-pembayaran tunai lainnya.

Menurut Husnan (2006), arus kas masuk bersih adalah selisih antara kas masuk

dan kas keluar atau laba setelah pajak ditambah penyusutan, untuk lebih jelasnya dapat

kita lihat dalam contoh perhitungan berikut ini :

Kas

Piutang

Bahan Mentah Barang setengah Jadi

Pembelian

Penjualan

Tunai

Kredit Barang Jadi

Pembayaran Upah dan Overhead

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

27

Keterangan Penjelasan Penjualan Biaya-biaya yang sifatnya tunai Penyusutan Laba operasi Pajak (tarif 30%) Laba setelah pajak

Rp. 2.000 juta Rp. 1.000 juta Rp. 500 juta Rp. 500 juta Rp. 150 juta Rp. 350 juta

Kas masuk Kas keluar Kas keluar Kas masuk bersih

Rp. 2.000 juta Rp. 1.000 juta Rp. 150 juta Rp. 850 juta

Berdasarkan contoh tersebut pengeluaran kas dapat dihitung dengan rumus :

Kas keluar = Kas masuk - Kas masuk bersih Kas keluar = Penjualan - Laba bersih – Penyusutan Oleh karena itu, pengeluaran kas per hari dapat dihitung dengan rumus :

Pengeluaran kas per hari = Penjualan - Laba bersih – Penyusutan Jumlah hari dalam setahun Contoh perhitungan kebutuhan modal kerja dengan metode keterikatan dana :

Pada tahun depan PT. Sukses mempunyai rencana untuk memproduksi barang jadi 6.000

unit sebulan. Untuk membuat satu unit barang jadi tersebut dibutuhkan 3 kg bahan baku

dengan harga Rp. 1.250,- per kg. Bahan baku tersebut sebelum diproses rata-rata

disimpan di gudang selama 12 hari. Lamanya proses produksi 5 hari. Setelah menjadi

produk selesai, biasanya akan tersimpan selama 16 hari sebelum terjual. Rata-rata

piutang tertagih selama 40 hari. Upah langsung per unit barang jadi sebesar Rp. 2.000,-.

Biaya pemasaran tunai sebulan sebesar Rp. 13.200.000,-, biaya administrasi & umum

sebulan Rp. 9.600.000,- dan kas minimal ditentukan sebesar Rp. 3.000.000,-.

Jadi, periode terikatnya modal kerja :

Lamanya bahan baku disimpan 12 hari

Lamanya proses produksi 5 hari

Lamanya barang jadi disimpan 16 hari

Lamanya piutang tertagih 40 hari

Jumlah 73 hari

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

28

Kebutuhan kas per hari :

Pembelian bahan baku = (6.000 : 30) x 3 kg x Rp. 1.250 = Rp. 750.000,-

Pembayaran upah langsung = (6.000 : 30) x Rp. 2.000 = Rp. 400.000,-

Pembayaran biaya pemasaran = Rp. 13.200.000 : 30 = Rp. 440.000,-

Pembayaran biaya administrasi & umum = Rp. 9.600.000 : 30 = Rp. 320.000,-

Jumlah Rp.1.910.000,-

Dengan demikian jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah :

= 73 x Rp. 1.910.000,- + Rp. 3.000.000,- = Rp. 142.430.000,-

b. Metode perputaran modal kerja

Dengan metode ini besarnya modal kerja ditentukan dengan cara menghitung

perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja seperti perputaran kas, perputaran

piutang, dan perputaran persediaan. Penentuan kebutuhan modal kerja dengan

metode perputaran modal kerja dapat dihitung dengan rumus :

WCTO = Total Penjualan Net Working Capital atau

Gross Working Capital

Rumus kecepatan dan hari perputaran modal kerja :

Tabel 2.2 Rumus kecepatan dan hari perputaran modal kerja

No. Komponen Modal Kerja Kecepatan Perputaran Hari Perputaran 1. Kas Penjualan = a kali

Rata-Rata kas

360 = x hari

a

2. Piutang Penjualan = b kali

Rata-Rata piutang

360 = y hari

b

3. Persediaan Penjualan = c kali

Rata-Rata persediaan

360 = z hari

c

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

29

4. Utang Dagang

Penjualan = d kali

Rata-Rata utang dagang

360 = p hari

d

5. Utang Bank

Penjualan = e kali

Rata-Rata utang bank

360 = q hari

e

6. Utang Wesel Penjualan = f kali

Rata-Rata utang wesel

360 = r hari

f

Contoh perhitungan kebutuhan modal kerja dengan metode perputaran modal kerja :

PT. Jaya mempunyai laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba sebagai

berikut :

Tabel 2.3 Neraca PT. Jaya

PT. Jaya Neraca (Jutaan Rupiah)

Aktiva 2006 2007 Pasiva 2006 2007

Kas Piutang Persediaan

185770920

215830

1.000

Utang Dagang Utang Bank Utang Wesel

550 175 350

485250365

Aktiva Lancar 1.875 2.045 Utang Lancar 1.075 1.100Tanah Bangunan Mesin

2.1501.0251.000

2.5001.0251.100

Utang Jk Panjang Modal Saham Laba Ditahan

1.800 1.900 1.275

1.9002.0001.670

Aktiva Tetap 4.175 4.625 Utang & Modal 4.975 5.570Total Aktiva 6.050 6.670 Total Pasiva 6.050 6.670

PT. Jaya Laporan Rugi-Laba 2007

(Jutaan Rupiah)

Penjualan Rp. 24.000,- Harga pokok Penjualan Rp. 17.000,- Laba Kotor Rp. 7.000,- Biaya Operasi Rp. 2.500,- Laba Operasi Rp. 4.500,- Bunga Rp. 1.500,- Laba Sebelum Pajak Rp. 3.000,- Pajak Rp. 900,- Laba Setelah Pajak Rp. 2.100,-

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

30

Dari contoh diatas kita hitung tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja.

Perputaran elemen modal kerja :

Penjualan 24.000 Perputaran kas = =

Rata-Rata kas 200 = 120 kali

Penjualan 24.000 Perputaran piutang = =

Rata-Rata Piutang 800 = 30 kali Penjualan 24.000 Perputaran persediaan = =

Rata-Rata Persediaan 960 = 25 kali Penjualan 24.000 Perputaran ut. dagang = =

Rata-Rata ut. dagang 517,5 = 46,4 kali Penjualan 24.000 Perputaran ut. bank = =

Rata-Rata ut. bank 212,5 = 112,9 kali Penjualan 24.000 Perputaran ut. wesel = =

Rata-Rata ut. wesel 357,5 = 67,1 kali Setelah perputaran elemen modal kerja ditemukan kemudian dihitung periode terikatnya

elemen modal kerja, dan hasilnya dijumlahkan menjadi periode terikatnya modal kerja :

Kas = 360 : 120 = 3 hari

Piutang = 360 : 30 = 12 hari

Persediaan = 360 : 25 = 14,4 hari

Utang dagang = 360 : 46,4 = (7,8 hari)

Utang bank = 360 : 112,9 = (3,2 hari)

Utang wesel = 360 : 67,1 = (5,4 hari)

Jumlah 13 hari

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

31

Maka periode terikatnya semua elemen modal kerja adalah sebesar 29,4 hari,

atau perputaran elemen modal kerja sebesar 360 : 13 = 27,7 kali. Apabila pada tahun

2000 diperkirakan akan mampu menjual sebanyak Rp. 30.000.000.000,- maka

kebutuhan modal kerja adalah sebesar :

Rp. 30.000.000.000,- : 27,7 = Rp. 1.083.000.000,-

II.4 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

II.4.1 Sumber-sumber Modal Kerja

Menurut Munawir (2004), “Sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan

perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini

menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi

jumlah modal kerja berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan

menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya

keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil

oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan

bersangkutan.

b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek)

Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities

atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan

menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga

ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk

surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan

surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja,

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

32

sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan

menyebabkan berkurangnya modal kerja.

Apabila surat berharga atau investasi jangka pendek itu dijual dengan harga jual

yang sama dengan harga perolehannnya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan

(modal kerja tidak bertambah maupun berkurang). Di dalam menganalisa sumber-

sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-

surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha

pokok perusahaan.

c. Penjualan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap,

investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi

oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan

menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.

Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak

segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan

keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehinnga meebihi jumlah modal kerja

yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

d. Penjualan saham dan obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaaan dapat pula

mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk

menambah modalnya, di samping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi

atau bentuk utang jangka penjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal

kerjanya.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

33

Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar

bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan utang dalam bentuk obligasi ini

harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak

sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping menimbulkan beban bunga yang

besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi

jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

Di samping keempat sumber tersebut di atas masih ada lagi sumber lain yang dpat

diperoleh oleh perusahaan untuk menambah aktiva lancarnya (walaupun dengan

bertambahnya aktiva lancar itu tidak mengakibatkan bertambahnya modal kerja)

misalnya dari pinjaman / kredit dari bank dan pinjaman-pinjaman jangka pendek

lainnya serta utang dagang yang diperoleh dari para penjual (supplier) di sini

bertambahnya aktiva lancar diimbangi dengan bertambahnya utang lancar, sehingga

modal kerja (dalam arti net working capital) tidak berubah.

Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa

modal kerja akan bertambah apabila :

1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya

pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.

2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan

bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui

proses depresiasi.

3. Penambahan utang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau utang

jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

34

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa modal kerja akan bertambah apabila aktiva

lancar bertambah yang diimbangi dengan perubahan dalam sektor atau pos (non current

account), dan dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar 2.8 Sumber-sumber modal kerja

II.4.2 Penggunaan Modal Kerja

Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan maupun

penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva

lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang

AKTIVA LANCAR

HUTANG LANCAR

HUTANG JANGKA PANJANG

AKTIVA TETAP

+

(2) (1) (1) (3)

MODAL KERJA

MODAL SENDIRI

-

+

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

35

dimiliki oleh perusahaan. Misalnya penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau

membayar hutang lancar, maka penggunaan aktiva lancar ini tidak mengakibatkan

penurunan jumlah modal kerja karena penurunan jumlah modal kerja karena penurunan

aktiva lancar tersebut diikuti atau diimbangi dengan penurunan hutang lancar dalam

jumlah yang sama.

Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja

adalah sebagai berikut :

a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran

upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplier kantor dan pembayaran

biaya-biaya lainnya.

Pembayaran biaya operasi ini akan mengakibatkan terjadinya penjualan atau

penghasilan perusahaan yang bersangkutan. Penggunaan aktiva lancar untuk

pembayaran biaya operasi ini baru merupakan penggunaan modal kerja kalau jumlah

biaya suatu periode lebih besar daripada jumlah penghasilannya (timbul kerugian).

Besarnya penggunaan modal kerja untuk biaya operasi ini akan dapat ditentukan

dengan menganalisis laporan perhitungan rugi-laba perusahaan tersebut, yaitu

jumlah kerugian netto yang tampak dalam laporan perhitungan rugi-laba dikurangi

dengan jumlah depresiasi dan amortisasi periode tersebut.

b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat

berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya. Penggunaan modal

kerja karena kerugian yang diluar usaha pokok perusahaan harus dilaporkan

tersendiri dalam laporan Perubahan Modal Kerja. Hal ini dimaksudkan agar laporan

itu lebih informatif bagi para pembacanya. Adapun kerugian baik yang rutin maupun

yang insidentil akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya modal perusahaan.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

36

c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu

dalam jangka panjang, misalnya Dana Pelunasan Obligasi, Dana Pensiun Pegawai,

Dana expansi ataupun dana-dana lainnya. Adanya pembentukan dana ini berarti

adanya perubahan bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap.

d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau

aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau

timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

e. Pembayaraan hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang

obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan kembali

(untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar atau

adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.

f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan

pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam

perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam

perseroan terbatas. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi

dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah

yang sama.

Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja dapat

digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

37

Gambar 2.9 Penggunaan modal kerja

Selain penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja

tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah

modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau

penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan

berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang), misalnya :

1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai.

2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.

3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari piutang

dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes receivable)” (h. 120-128).

AKTIVA LANCARHUTANG LANCAR

HUTANG JANGKA PANJANG

AKTIVA TETAP

+

(c)

(d)

(a)

(f) (e)

-MODAL KERJA

MODAL SENDIRI

-

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

38

II.5 Rasio Terkait Modal Kerja

• Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang-hutang jangka pendek.

Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah :

a. Current Ratio ( Rasio Lancar)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang

dimiliki. Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :

Current Ratio = Aktiva Lancar

Hutang Lancar

b. Quick Ratio ( Rasio Cepat )

Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.

Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan

Hutang Lancar

• Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam menggunakan sumber-

sumber dana yang yang ada dalam perusahaan. Rasio ini menyangkut sebagai investasi

dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Investasi yang terlalu besar akan mengakibatkan

rasio aktivitas semakin rendah. Ini berarti dana yang tertanam akan lebih lambat

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

39

perputarannya atau dengan kata lain penggunaan dana kurang efektif. Rasio-rasio yang

termasuk dalam rasio aktivitas adalah :

a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)

Rasio ini menggambarkan beberapa kali dana yang tertanam keseluruhannya aktiva

berputar dalam satu periode tertentu atau bagaimana kemampuan modal yang

ditanamkan dalam seluruh aktiva untuk menghasilkan pendapatan. Rasio perputaran

total aktiva ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Assets Turn Over = Penjualan

Total Aktiva

b. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang

diinvestasikan pada piuatng dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan

modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran

piutang rendah berartti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan

dalam piutang besar. Perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus :

Receivable Turn Over = Penjualan

Piutang rata-rata

c. Rasio rata-rata Waktu Penagihan Piutang (Average Collection Period)

Rasio ini menunjukkan periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan

piutang, yang dirumuskan sebagai berikut :

Average Collection Period = Piutang rata-rata x 360

Penjualan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00481-AK Bab 2.pdf · Sementara itu, Gitman (2006) memberikan definisi mengenai modal kerja,

40

d. Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over)

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar selama satu

periode tertentu, tingkat perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi penjualan

dengan persediaan rata-rata, atau dengan rumus :

Inventory Turn Over = Penjualan

Persediaan rata-rata

e. Rasio perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turn Over)

Fixed Assets Turn Over = Penjualan

Aktiva tetap

f. Rasio perputaran aktiva lancar (Current Assets Turn Over)

Current Assets Turn Over = Penjualan

Aktiva lancar