bab ii landasan teori dan pengajuan hipotesis...
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Beasiswa Pendidikan
a. Pengertian Beasiswa Pendidikan YAAB – ORBIT
Pengertian beasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu tunjangan uang yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa
sebagai bantuan biaya belajar.1 Menurut sosialisasi kelembagaan
Yayasan Amal Abadi Beasiswa ORBIT, beasiswa merupakan bantuan
yang diberikan kepada siswa/pelajar untuk keperluan biaya
pendidikan/pelatihan.2 Sedangkan menurut istilah lain beasiswa
merupakan tunjangan uang, diberikan kepada pelajar-pelajar, baik
dengan cuma-cuma atau sebagai persekot tidak berbunga, untuk
menyelesaikan pendidikannya.3
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dan usaha mendewasakan manusia, melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.4 Di samping
itu, banyak para ahli pendidikan yang mendefinisikan arti pendidikan
dari berbagai sudut pandang yang dapat bersumber dari aliran falsafah,
pandangan hidup, ataupun ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan tingkah laku manusia. Pengertian dalam Dictionary of
Education menyebutkan bahwa Pendidikan ialah proses di mana
seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup/proses
sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 89. 2 YAAB – ORBIT, Kumpulan Materi: Sosialisasi Kelembagaan Yayasan Amal Abadi
Beasiswa ORBIT Tahun 2001, (Jakarta: Yayasan ORBIT, 2001), hlm. 16. 3 Soegarda Poerbakawatja, H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung
Agung, 1982), hlm. 41. 4 Depdikbud, op. cit., hlm. 204.
11
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga
dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan
sosial dan kemampuan individu yang optimum (Ditjen Dikti,
1983/1984: 19).5
Menurut pengertian lain, pendidikan adalah suatu proses yang
mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-
pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang
dididik. Setiap suasana pendidikan mengandung tujuan-tujuan,
maklumat-maklumat berkenaan dengan pengalaman-pengalaman yang
dapat dinyatakan sebagai kandungan, dan metode yang sesuai untuk
mempersembahkan kandungan itu secara berkesan.6 Pendidikan
mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang
kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat
untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, warga negara
atau warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam
memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang
sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan non formal
(Ditjen Dikti, 1983/1984: 20).7
YAAB – ORBIT adalah lembaga yang menghimpun dan
mengupayakan beasiswa sebagai bagian dari gerakan untuk
peningkatan kualitas manusia Indonesia.8
Jadi yang dimaksud beasiswa pendidikan YAAB – ORBIT
adalah bantuan biaya belajar yang diberikan dari lembaga ORBIT
5 Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Tim
Pengadaan Buku Pelajaran, 1991), hlm. 2. 6 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), hlm. 32. 7 Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, op. cit., hlm. 4. 8 Kumpulan Materi Sosialisasi Kelembagaan Yayasan Amal Abadi Beasiswa ORBIT
tahun 2001, (Jakarta: Yayasan ORBIT, 2001), hlm. 15.
12
untuk menyelesaikan studinya dan mengembangkan kemampuan sikap
dan bentuk tingkah lakunya menuju proses pendewasaan.
b. Jenis-jenis Beasiswa Pendidikan YAAB – ORBIT
Jenis-jenis beasiswa yang ada di Yayasan ORBIT ini adalah:9
1) Beasiswa Berkala
Bantuan beasiswa yang diberikan tunai setiap bulan bagi siswa SD,
SLTP, SLTA dan 6 (enam) bulan/per semester bagi mahasiswa S.1,
S.2 dan S.3.
2) Beasiswa Insidentil
Bantuan beasiswa yang diberikan kepada insidentil yang
diperlukan untuk misalnya pembuatan skripsi, thesis, kursus
profesi, bantuan S.2, pra pendidikan luar negeri atau lainnya yang
berhubungan dengan kelanjutan pendidikan.
3) Beasiswa Aktivis
Bantuan beasiswa yang diberikan kepada aktivits sekolah setingkat
SLTA/SMK atau kampus yang diharapkan dapat membantu
mengembangkan kegiatan yayasan ORBIT di sekolah/di kampus.
4) Beasiswa Motivator
Bantuan beasiswa yang diberikan kepada motivator ORBIT dalam
rangka mengaktifkan kelembagaan dan pelatihan yang dilakukan
yayasan ORBIT.
5) Beasiswa Kursus
Bantuan beasiswa yang diberikan dalam bentuk bantuan untuk
mengikuti kursus suatu ketrampilan.
6) Beasiswa Pinjaman
Bantuan beasiswa yang diberikan dalam bentuk pinjaman. Setelah
pendidikan/sekolah selesai, maka pinjaman akan dikembalikan
secara berangsur sesuai dengan kesepakatan bersama.
9 YAAB – ORBIT, op. cit., hlm. 56.
13
7) Beasiswa Bergulir
Bantuan beasiswa yang diberikan kepada seseorang yang apabila
telah berhasil menamatkan studinya dan telah berpenghasilan
cukup maka orang tersebut harus sanggup menjadi ORBIM.
8) Beasiswa Produktif
Bantuan beasiswa yang diberikan kepada seseorang sebanyak 1
(satu) kali dan digunakan untuk memproduksi barang atau jasa
yang hasilnya dipakai untuk membiayai studi siswa tersebut.
Dari uraian di atas, jelaslah dapat kita ketahui jenis-jenis
beasiswa pendidikan yang ada di YAAB – ORBIT dapat membantu
kita dalam kesuksesan studi.
c. Tujuan dan Fungsi Beasiswa Pendidikan YAAB – ORBIT
Secara umum, tujuan dan fungsi beasiswa pendidikan adalah
untuk membantu dan membina siswa/pelajar dan mahasiswa untuk
menyelesaikan studinya dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa. Secara rinci dapat kita ketahui tujuan dan fungsi dari beasiswa
pendidikan YAAB – ORBIT, yaitu:
1) Tujuan umum yayasan ORBIT adalah turut aktif menunjang
program nasional dalam bidang pengembangan SDM dalam arti
yang seluas-luasnya, khususnya dalam upaya pemerataan
pendidikan.
2) Tujuan khusus yayasan ORBIT adalah untuk menggalang potensi
sumber daya yang kemudian diperguankan untuk mendukung
program-program di bidang pengembangan SDM, baik melalui
pendidikan maupun pelatihan, serta bidang lainnya yang terkait.
3) Yayasan ORBIT merupakan penggerak dan fasilitator antara unit
pangkal (pendidikan, orang tua dan guru dengan unit sasaran
(SDM, dunia kerja dan informasi), sehingga terjadi kesepadanan
dan keterkaitan antara kebutuhan dan penyediaan SDM.10
10 YAAB – ORBIT, op. cit., hlm. 18.
14
Hal ini sesuai dengan fungsi motivasi sebagai penggerak.
Artinya beasiswa ini mampu menjadi mesin penggerak yang akan
menentukan cepat lambatnya proses studi karena terdorong oleh suatu
tujuan untuk mempertahankan beasiswa yang ada. Dengan demikian
motivasi belajar dan semangat belajar akan tumbuh dalam diri siswa
demi suksesnya cita-cita pendidikan.
d. Syarat-syarat Penerimaan Beasiswa Pendidikan YAAB – ORBIT
Yayasan beasiswa pendidikan ORBIT tentunya mempunyai
syarat-syarat tersendiri yaitu:
1) Mengisi formulir lamaran bantuan beasiswa ORBIT.
2) Foto copy rapor/ijazah/hasil ujian semester terakhir dari awal
sampai akhir.
3) Surat keterangan tidak mampu dari RT/RW yang menyatakan
bahwa orang tua calon ANBIM tersebut tidak mampu untuk
membiayai pendidikan/sekolah.
4) Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi.
5) Foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar.
6) Berkas/surat lain yang dapat menjadi penunjang, seperti piagam
penghargaan.11
Secara umum persyaratan penerimaan beasiswa pendidikan
diberikan bagi pelajar atau mahasiswa berprestasi dengan
menunjukkan prestasinya melalui nilai yang ada atau juga didukung
dengan berkas lain yang bisa menjadi bukti prestasi tersebut. Dan
biasanya diprioritaskan bagi mereka yang kurang mampu dalam
pembiayaan studinya. Di samping itu mereka adalah pelajar atau
mahasiswa yang bisa menunjukkan keunggulan potensinya dan
biasanya menjadi kebanggaan di lembaga sekolah atau tempat mereka
melaksanakan studi. Sehingga akan menjadi pendorong mereka untuk
lebih meningkatkan prestasi belajarnya.
11 YAAB ORBIT, op. cit., hlm. 62.
15
2. Konsep Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif” atau dalam Bahasa
Inggrisnya motive berasal dari kata motion yang berarti “gerakan atau
sesuatu yang bergerak”.12 Sedangkan belajar itu sendiri diartikan
sebagai “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.13 Jadi motivasi
belajar menurut bahasa adalah gerakan untuk memperoleh ilmu.
“Motivation may be defined as the tendency of a whole animal to
produce organized activity”.14 Motivasi mungkin bisa didefinisikan
sebagai suatu kecenderungan dari seluruh makhluk hidup untuk
meningkatkan kegiatan yang teratur. Menurut istilah motivasi belajar
adalah keseluruhan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu,
maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa itu tercapai.15 S. Nasution
sebagaimana dikutip dari buku Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam mengemukakan: “to motivate a child to arrange conditions so
that he wants to do what he is capable doing”. Memotivasi murid
adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau
melakukan apa yang dapat dilakukannya.16
Dalam konteks tingkah laku, dorongan dan motivasi datang
dari diri kita sendiri. Orang lain mungkin dapat memberikan ilham,
pengaruh, ataupun memerintah kita melakukan sesuatu, namun apa
yang menjadi motivasi adalah diri kita sendiri yang menentukannya.
Motivasi yang datang dari diri sendiri, membangkitkan kegairahan,
12 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 64.
13 Depdikbud, op. cit., hlm. 97. 14 Hebb and Donderi, Texbook of Psychology, (London: Lawrence Erlbaum Associates,
1987), hlm. 205. 15 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983),
hlm. 27. 16 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam / IAIN Pusat, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1981), hlm. 111.
16
energi, serta kemauan untuk membuat perubahan menuju perbaikan
kualitas diri.17 Mustafa Fahmi menegaskan bahwa:
اصطالح يطلق فقط ) دافع(فكلمة , اما من ناحية املعىن السيكلوجيعلى البواعث الذاتية أو الباطنية والدوافع هذا املعىن اخلاص عبارة
18 .ونقصد بذالك أنه ينشاء داخل الفرد, داخلية موجهةعن قوةArtinya: “Dalam psikologi, motivasi adalah salah satu istilah yang
digunakan untuk mendorong, baik dorongan yang bersifat fisik maupun psikis, motivasi dalam arti khusus merupakan ungkapan kekuatan dalam (psikis) yang tampak, maksudnya motivasi tersebut timbul dalam pribadi seseorang”.
Setiap orang yang membandingkan tingkah laku seorang bayi
yang baru lahir dengan tingkah lakunya lima tahun kemudian, tak
boleh tidak akan terkesan oleh kenyataan bahwa telah terjadi suatu
perubahan. Sebagian besar dari tingkah laku yang diamati dalam
beberapa minggu sesudah kelahiran tampaknya bersifat random dan
pada pokoknya tidak terorganisir. Namun menjelang usia lima tahun,
tingkah laku itu sudah mengalami modifikasi, sehingga apa yang
dilakukan anak itu pada satu saat ada hubungannya dengan tingkah
laku yang terlihat sesaat kemudian dan tingkah laku berikutnya. Ia
mungkin selama hampir satu jam bisa memanfaatkan barang-barang
untuk mainan, namun setelah beberapa waktu lagi, akan mampu
menghasilkan sesuatu sesuai yang ia inginkan. Hal ini menunjukkan
bahwa hal-hal yang dilakukan seseorang mempunyai tujuan-tujuan
utama.19
Menurut Koeswara, sebagaimana disadur oleh Dimyati dan
Mudjiono motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
17 La Rose, Pengembangan Pesona Pribadi, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1992), hlm. 88. 18 Mustofa Fahmi, Syikulujiah At-Ta’lim, (Mesir: Maktabah Misriyah, t.th.), hlm. 136. 19 Theodore M. Newcomb, et.al., “Social Psychology The Study of Human Interaction”,
terj. Team Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Joesoef Noesjirwan, et.al,, Psikologi Sosial, (Bandung: Diponegoro, 1985), hlm. 37.
17
belajar.20 Dari beberapa definisi tersebut, motivasi mengandung tiga
komponen pokok, yaitu:
1) Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu,
memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan
kecenderungan mendapat kesenangan. Skinner sebagaimana
disadur oleh Kenneth N. Wexly dan Gary A. Yukl, has proposed
that behaviour can be effectively modified by rewarding desired
responses and ignoring undesired responses, if the person seldom
or never makes the desired responses, a process of “shaping” can
be followed.21 Skinner sebagaimana disadur oleh Kenneth N Wexly
dan Gary A. Yukl, mengusulkan bahwa tingkah laku dapat dirubah
dengan efektif melalui keinginan untuk merespon dengan memberi
hadiah atau ganjaran dan keinginan untuk tidak merespon keadaan
orang lain jika seseorang jarang atau tidak pernah merespon
keadaan orang lain, maka proses “pembentukan” dapat dilakukan
atau diajarkan.
2) Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku.
Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah
laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3) Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar
harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-
dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.22
b. Jenis dan Sifat Motivasi
Motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki tingkat-
tingkat. Para ahli jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang
20 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 80. 21 Kenneth N. Wexly and Gary A. Yukl, Organizational Behaviorand Personal
Psychology, (America: Irwin Home Wood, Illionis, 1984), hlm. 22. 22 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
1996), hlm. 72.
18
tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya
didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Pada
bagian ini yang akan dibahas, jenis dan sifat motivasi beserta
pengertiannya.
1) Jenis Motivasi
Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat
kekuatannya tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi
tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer
dan motivasi sekunder.
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada
motif-motif dasar.23 Motif-motif dasaar tersebut umumnya berasal
dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk
jasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh instink atau
kebutuhan jasmaninya. Mc. Dougall sebagaimana disadur oleh
Abdul Fattah Jalal berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari
pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan untuk
mencapai kepuasan. Dengan demikian manusia dapat
menggunakan kemampuannya untuk mengetahui berbagai karya
akal berupa berpikir, merenung, mengambil pelajaran dan lain
sebagainya, sehingga ia mampu mencapai ilmu, sambil menyadari
tanggung jawabnya secara penuh tentang apa yang dia capai.24
Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT. berfirman:
... هنكان ع كل أولئك ادالفؤو رصالبو عمإن الس )36: اإلسرأ(مسئولا
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra’: 36)25
23 Dimyati, Mudjiono, op. cit., hlm. 86. 24 Abdul Fattah Jalal, Minat Ushulit Tarbawiyyah fil Islam, terj. Hery Noer Ali, Azaz-azaz
Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1988), hlm. 177. 25 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 286.
19
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini
berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang
lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh
makanan tersebut orang harus belajar bekerja. “Bekerja dengan
baik” merupakan motivasi sekunder. Motivasi sosial atau motivasi
sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia.
Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan
yang berbeda-beda. Thomas dan Znaniccki sebagaimana disadur
oleh Dimyati dan Mudjiono menggolong-golongkan motivasi
sekunder menjadi keinginan-keinginan: 1) memperoleh
pengalaman baru, 2) untuk mendapatkan respon, 3) memperoleh
pengakuan, dan 4) memperoleh rasa aman. Mc. Cleland
sebagaimana disadur oleh Dimyati dan Mudjiono
menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk: 1)
berprestasi, seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan
memperoleh IPK 3,50 ke atas, 2) memperoleh kasih sayang seperti
rela berkorban untuk sesama dan 3) memperoleh kekuasaan,
seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan.26
Menurut Sardiman AM., jenis motivasi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-
motif yang aktif itu sangat bervariasi.
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
(1) Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif
yang dibawa sejak lahir. Jadi motivasi itu ada tanpa
dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk
makan, minum, bekerja, istirahat, dorongan seksual. Motif-
26 Dimyati, Mudjiono, op. cit., hlm. 88.
20
motif ini seringkali disebut motif-motif yang diisyaratkan
secara biologis.27
(2) Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena
dipelajari. Sebagai contoh-contoh dorongan untuk belajar
suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar
sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali
hidup disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara
sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial
dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu
terbentuk.28
2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan
Marquis sebagaimana disadur oleh Sardiman
(1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya:
kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat
dan kebutuhan untuk beristirahat.
(2) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini
antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri,
membalas, berusaha, memburu. Jelasnya motivasi jenis ini
timbul karena rangsangan dari luar.
(3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan
untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi untuk
menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan
untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.29
Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi
dua macam atas dasar isi atau persangkutpautannya yaitu:
a) Motif jasmaniyah, seperti: refleks, instink, otomatisme, nafsu,
hasrat, dan sebagainya.
27 Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 86. 28 Ibid. 29 Ibid., hlm. 88.
21
b) Motif rohaniah, yaitu kemauan.
(1) Momen timbulnya alasan-alasan:
Misalnya seseorang sedang giat belajar di kamar karena
(alasannya) sebentar lagi akan menempuh ujian.
Sekonyong-konyong dipanggil ibunya dan disuruh
mengantar/menemui tamu untuk melihat pertunjukan
wayang orang. Di sini timbul alasan baru: mungkin
keinginan untuk menghormat tamu, mungkin keinginan
untuk tidak mengecewakan ibunya, mungkin pula
keinginan untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang
tersebut.30
(2) Momen pilih yaitu keadaan di mana ada alternatif-alternatif
yang mengakibatkan persaingan antara alasan-alasan itu. Di
sini orang menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk
menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih.
(3) Momen putusan: momen perjuangan alasan-alasan berakhir
dengan dipilihnya salah satu alternatif, dan ini menjadi
putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan
dilakukan.
(4) Momen terbentuknya kemauan: dengan diambilnya sesuatu
keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia
dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.31
2) Sifat Motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri,
yang dikenal sebagai motivasi intrinsik dan dari luar seseorang
yang dikenal sebagai motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-
motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
30 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1984), hlm. 73. 31 Ibid.
22
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh
seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang
menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-
buku yang dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka
yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar
itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu
melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat
pengetahuan nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah
lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.
Menurut Maslow sebagaimana disadur oleh Ivor K.
Davies, berdasarkan strategi yang digunakan untuk
mencapainya, motivasi intrinsik mengacu pada faktor-faktor
dari dalam diri siswa. Kebanyakan teori pendidikan modern
mengambil motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktifitas
dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Ini tidak
mengherankan. Karena keinginan untuk menambah
pengetahuan dan untuk melacak merupakan faktor intrinsik
pada semua orang.32
Sebagai gambaran mengenai motivasi intrinsik ini,
maka dapat kita ketahui apa motif atau sebab anak belajar. “Ia
belajar karena didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya”.
Dalam hal ini, ia didorong oleh motivasi intrinsik yakni
ia ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
itu. Dalam belajar telah terkandung tujuan menambah
pengetahuan.33 “Intrinsic motivations are inherent in the
learning situations and meet pupil need and purposes”.
32 Ibid., hlm. 91. 33 Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 77.
23
Motivasi intrinsik adalah bersatu padu dalam situasi belajar dan
menjumpai kebutuhan seorang murid dalam mencapai tujuan.
Demikian pula bila seseorang main badminton untuk
menikmatinya, didorong oleh motivasi intrinsik, yakni “for the
pleasure of the activity”.34
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Sebagai contoh
seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian
dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji
oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena
belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan
nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat
dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara
langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.35
Sedangkan motivasi ekstrinsik mengacu pada faktor-
faktor dari luar, dan ditetapkan pada tugas atau pada siswa oleh
guru atau orang lain. Motivasi ekstrinsik biasa berupa
penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.36 Berdasarkan
sabda Nabi saw.:
كل معروف : "عن ابي شيبة عن النبي صلى اهللا عليه وسلم قال ".صدقة
34 Ibid. 35 Ibid., hlm. 91. 36 Ivor K. Davies, “The Management of Learning”, terj. Sudarsono, Pengelolaan Belajar,
(Jakarta: Rajawali, 1991), hlm. 216.
24
Diriwayatkan melalui Abu Syaibah bahwa Nabi saw. bersabda: “Setiap kebaikan adalah sedekah”.37
Menurut al-Ghazali, ganjaran sebagai salah satu alat
pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai imbalan
terhadap prestasi yang dicapainya. Dengan ganjaran ini
diharapkan anak terangsang dan biasa dengan tingkah laku
yang baik. Dalam hal ini al-Ghazali sebagaimana disadur oleh
Zainudin menjelaskan sebagai berikut:
Kemudian sewaktu-waktu pada si anak itu telah nyata budi pekerti yang baik dan perbuatan yang terpuji maka seyogyanya ia dihargai dibalas dengan sesuatu yang menggembirakan dan dipuji di hadapan orang banyak (diberi hadiah).38
Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim dijelaskan bahwa:
اعلم بأن طالب العلم ال ينال العلم وال ينتفع به اال بتعظيم 39 .العلم وأهله وتعظيم االستاذ وتوقريه
Artinya: Ketahuilah wahai para pencari ilmu bahwa tidak akan memperoleh ilmu dan tidak memberikan manfaat dari ilmu itu kecuali bagi orang yang mengagungkan atau memuliakan ilmu dan ahli ilmu dan juga mengagungkan atau memuliakan guru dan kerabat dari guru itu.
Namun sebagai gambaran mengenai motivasi ekstrinsik
ini maka dapat kita ketahui apa motif atau sebab anak belajar
“ia belajar supaya mendapat angka yang baik, naik kelas dan
mendapat ijazah”.40
Dengan demikian bila seorang belajar untuk mencari
penghargaan berupa angka, hadiah, diploma dan sebagainya. Ia
didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh sebab tujuan-tujuan itu
37 Abdul Fattah Jalal, op. cit., hlm. 133. 38 Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hlm. 85. 39 Syaikh Ibrahim bin Isma’il, Syarah Ta’limul Muta’allim, (Surabaya: Maktabah
Hidayah, t.th.), hlm. 16. 40 Nasution, loc. cit.
25
terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak terkandung di dalam
perbuatan itu sendiri.
Pemberian beasiswa merupakan salah satu faktor
pembangkit timbulnya motivasi ekstrinsik karena seorang
siswa yang mempunyai prestasi tentunya pantas untuk
mendapatkan penghargaan. Beasiswalah yang makin
mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi dan tentunya
didorong untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, sehingga
prestasi yang dimilikinya akan selalu dipertahankan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Sebenarnya motivasi, yang oleh Eysenck dan kawan-kawan
sebagaimana disadur oleh Slameto dirumuskan sebagai suatu proses
yang menentukan tingkatan kegiatan. Intensitas, konsistensi, serta arah
umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan
berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap
dan sebagainya. Siswa yang tampaknya tidak bermotivasi, mungkin
pada kenyataannya cukup bermotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang
diharapkan pengajar. Mungkin siswa cukup bermotivasi untuk
berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat yang sama ada kekuatan-
kekuatan lain, seperti misalnya teman-teman yang mendorongnya
untuk tidak berprestasi di sekolah.41
Dalam hal ini bisa kita lihat faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar terdiri dari faktor internal dan eksternal.
1) Faktor Internal
a) Biologis
Secara biologis seseoarang juga memerlukan dorongan
untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya.
41 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hlm. 170.
26
(1) Rasa aman
Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan
lingkungan yang dapat diramalkan, ketidakpastian,
ketidakadilan, keterancaman, akan menimbulkan
kecemasan dan ketakutan pada diri individu.42
(2) Rasa cinta
Ini merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang
lain.43 Allah berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 59:
راهللا و ماها أتوا مضر مهأن لوا اهللا ونبسقالوا حو ولهس: التوبة(سيؤتينا اهللا من فضله ورسوله إنا إلى اهللا راغبون
59( Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka) (QS. At-Taubah: 59)44
Kata targhib berasal dari kata raghbah, yang
mengikuti pola kata taf’iil. Kata raghbah secara harfiah
berarti cinta, senang kepada yang baik. Sedangkan kata
targhiib dan tabsyiir ialah kalau tabsyiir adalah mencintai
kebaikan karena dorongan mendapatkan imbalan konkret.
Sedangkan targhiib ialah mencintai kebaikan demi
meningkatkan kuailtas kebajikan dirinya walaupun tidak
mendapatkan imbalan konkret.
Dalam melaksanakan segala kebajikan, orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya didorong oleh
42 Ibid. 43 Ibid. 44 Soenarjo, op. cit., hlm. 288.
27
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya agar kelak
mendapatkan ganjaran atau pahala surga.45
(3) Kesehatan
Kesehatan sangat penting untuk belajar, karena akan
mendorong perhatian untuk lebih meningkatkan belajarnya.
b) Fisiologis
Merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar,
terdiri dari:46
(1) Makanan
Merupakan sumber energi untuk melakukan
aktivitas belajar.
(2) Pakaian
Merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi
yang akan menunjukkan kepribadian dirinya.
(3) Tempat berlindung
Ini sangat dibutuhkan untuk mampu
mempertahankan hidup.
c) Psikologis
Secara psikologis, seorang siswa juga memerlukan
motivasi belajar, di antaranya adalah:
(1) Autonomy of self reward
Autonomi of self reward yaitu siswa memberi
stimulasi terhadap dirinya sendiri, sehingga dirinya
melakukan fungsi penggerakan itu.47
45 Muhammad Thalib, Pendidikan Islam Metode 30 T, (Bandung: Irsyad Baitus Salam
(IBS), 1996), hlm. 96. 46 Dimyati Mudjiono, op. cit., hlm. 81. 47 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.
116.
28
(2) Self Confidence
Ini merupakan modal utama bagi seorang pelajar
untuk belajar lebih tekun dan lebih baik lagi karena
didorong rasa keinginan yang tinggi didasari percaya diri.
(3) Self Actualization
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk
mengembangkan diri sepenuhnya, merealisasikan potensi-
potensi yang dimilikinya.48
(4) Curiosity
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk
memuaskan rasa ingin tahunya untuk mendapatkan
pengetahuan, keterangan-keterangan dan untuk mengerti
sesuatu.49
2) Faktor Eksternal
Di samping faktor internal dapat dilihat juga beberapa
faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain:
a) Lingkungan fisik
(1) Cuaca
Cuaca yang baik dan mendukung mampu membantu
kegiatan belajar siswa dan tentunya akan tercipta kondisi
yang indah tanpa gangguan.
(2) Lingkungan sekolah yang sehat dan bersih
Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah
maka semangat dan motivasi belajar dapat diperkuat.50
b) Lingkungan psikologis
(1) Pemberian pujian
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan
baik merupakan motivasi yang baik. Namun harus diingat
bahwa efek pujian itu bergantung pada siapa yang memberi
48 Slameto, op. cit., hlm. 172. 49 Ibid. 50 Dimyati dan Mudjiono, op. cit., hlm. 99.
29
pujian dan siapa yang menerima pujian. Oleh karena itu
supaya pujian ini merupakan motivasi pemberiannya harus
tepat.51
(2) Pemberian penghargaan atau ganjaran
Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa
setelah seseorang menerima penghargaan karena telah
melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus
melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.52
(3) Ego involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga bekerja dengan mempertaruhkan harga diri,
adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup
penting.53
c) Lingkungan budaya
(1) Kompetisi dan kooperasi
Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi
tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi orang lain.
Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama
untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat
kesamaan dan sifat-sifat para peserta. Adapun kebutuhan
akan realisasi diri, diterima oleh kelompok, daan kebutuhan
akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak
dipenuhi dengan kerjasama. Menurut Lowry dan Rankin
sebagaimana disadur oleh Oemar Hamalik mengatakan
bahwa kerjasama adalah fungsi utama dan merupakan
bentuk yang paling dasar dari hubungan antar kelompok.54
51 Sardiman AM., op. cit., hlm. 94. 52 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm.
184. 53 Sardiman AM., op. cit., hlm. 93. 54 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar ... op. cit., hlm. 186.
30
(2) Restitusi
Menuntut agar siswa melakukan respon yang sebenarnya
sebagai pengganti tindakan yang tadinya tidak benar.55
d) Lingkungan keluarga
(1) Bimbingan
Orang tua yang mampu membimbing anaknya dengan
tekun dan teliti, tentunya anakpun termotivasi untuk
mengetahui dan meningkatkan pengetahuan yang belum ia
miliki.
(2) Arahan
Di keluarga, seorang anak cenderung meniru tingkah laku
orang tuanya. Oleh karena itu orang tua mempunyai peran
sangat besar dalam menunjukkan tingkah yang baik agar
bisa diikutinya. Hal ini mendorong kesemangatan anak
dalam bertingkah laku dan akan mengetahui mana yang
baik dilakukan dan yang harus ditinggalkan.
e) Masyarakat
(1) Beasiswa
Ini merupakan bentuk penghargaan yang pantas diterima
oleh siswa yang berhasil membawa prestasi yang baik dan
mampu meningkatkan prestasi belajarnya.
(2) Pemberian harapan yang realistis
Harapan ini selalu mengacu ke depan. Harapan ini dapat
berupa hadiah, kedudukan, nama baik atau sejenisnya. Hal
ini akan mampu menggugah minat dan motivasi belajar
asalkan peserta didik yakin bahwa harapannya bakal
terpenuhi kelak. Dengan demikian peserta didik akan
semakin meningkatkan prestasi belajar untuk kesuksesan
55 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, op. cit., hlm. 121.
31
akademik yang nantinya akan mengantarkan pada
kesuksesan masa depannya.56
Dalam hal ini Hasbullah Thabrany menyatakan bahwa sukses
akademis merupakan salah satu faktor pendorong motivasi belajar.
Mungkin anda akan bertanya apa maksudnya sukses akademis?
Bagaimana pula kita bisa meraih sukses di sekolah kalau kita belum
mempunyai motivasi? Ini memang seperti fenomena telur dengan
ayam. Yang perlu kita sadari adalah bahwa sekali kita punya prestasi
akademis yang baik, motivasi kita untuk mempertahankannya dan
meluaskannya bertambah besar. Oleh karenanya, cobalah anda pelajari
satu bidang yang paling mudah untuk anda. Gapailah nilai sepuluh
atau terbaik dalam bidang itu. Untuk yang pertama, mungkin
perjuangannya akan berat, namun berikutnya anda akan kaget sendiri
dengan kemajuan anda. Nah, setelah anda berhasil dalam bidang itu,
semua kawan dan guru anda akan mengagumi, maka motivasi anda
akan semakin besar untuk meraih sukses di bidang lain.57 Dengan
demikian, kita ketahui bahwa orang yang berilmu dan berpengetahuan
tentunya diangkat derajatnya oleh Allah SWT. dengan bukti bahwa
orang-orang semakin mengagumi dan memberikan penilaian tersendiri
terhadap orang-orang yang berilmu. Allah berfirman:
.... يرفع اهللا الذين أمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات ... )11: اادلة(
… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat … (QS. Al-Mujadilah: 11)58
Penilaian yang baik terhadap kesuksesan belajar akademisinya
dapat dilakukan pula dengan memberikan pujian. Pujian dapat
ditunjukkan baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam
56 Slameto, op. cit., hlm. 176. 57 Hasbullah Thabrany, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),
hlm. 30. 58 Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 910.
32
bentuk non verbal misalnya anggukan kepala, senyuman atau tepukan
bahu.59
Dengan demikian, jelaslah bahwa konsep motivasi yang
berlaku sekarang biasanya berlangsung atau setidaknya tampak
berlangsung, karena keadaan motivasi merupakan suatu keadaan yang
khusus dan aneh, yang jelas sangat berbeda dari kejadian lainnya
dalam organisme. Sebaliknya, teori motivasi yang sehat menganggap
motivasi sebagai suatu hal yang konstan, tiada akhir, berubah-ubah dan
kompleks, dan merupakan sesuatu yang hampir universal dari setiap
keadaan organisme.60
3. Pengaruh Beasiswa Pendidikan terhadap Motivasi Belajar
Dalam pelaksanaan pendidikan tiap anak memiliki motivasi
(dorongan/alasan) untuk melaksanakan kegiatan. Dalam pendidikan,
motivasi yang kuat memudahkan pencapaian tujuan, karena motivasi yang
kuat ini melahirkan usaha aktivitas dan minat yang benar dalam mencapai
tujuan itu. Pendidik perlu menguasahakan agar anak dalam proses belajar
sesuatu disertai dengan motivasi yang memadai.
Seperti yang kita ketahui bahwa motivasi adalah dorongan yang
sangat menentukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Ia menjadi kunci
utama dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia. Peranan
yang demikian menentukan ini, dalam konsep Islam disebut sebagai
niyyah dan ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk
berbuat atau beramal. Sementara ibadah adalah tujuan manusia berbuat
atau beramal. Maka perbuatan manusia berada pada lingkaran niyyah dan
ibadah. Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan bahwa perbuatan
sangat ditentukan oleh niyyah.
59 Abdul Fattah Jalal, op. cit., hlm. 38. 60 Abraham H. Maslow, “Motivation and Personality, terj. Nurul Imam, Motivasi dan
Kepribadian 1, (Jakarta: Lemabga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) dengan Pustaka Binaman Pressindo, Anggota IKAPI, 1993), hlm. 31.”
33
انما األعمال بالنياتArtinya: “… Sesungguhnya amal perbuatan itu ditentukan oleh
niyyahnya ….”61
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa kata
kunci dalam memahami motivasi adalah dorongan. Dorongan itu dapat
bersifat psikis yang muncul dari dalam diri, dalam hal ini dorongan itu
muncul sebagai akibat dari adanya kebutuhan, pengetahuan, dan cita-cita,
dalam diri seseorang. Dalam hal dorongan yang diakibatkan oleh
kebutuhan, maka kebutuhan itu dapat berbentuk fisik dan dapat pula
berbentuk psikis, bahkan berbentuk spiritual-transendental. Kebutuhan-
kebutuhan ini memerlukan pemuasan, maka dalam rangka pemuasan
itulah, manusia bertingkah laku.62
Memberikan penghargaan terhadap prestasi yang telah dicapai oleh
seorang pelajar atau siswa berupa beasiswa merupakan salah satu alat
pendidikan yang sangat kuratif demi tercapainya proses pendidikan itu
sendiri. Karena hal ini bisa dikatakan sebagai imbalan terhadap prestasi
yang dicapainya. Dengan demikian pelajar atau siswa akan bertambah
semangat lagi untuk meningkatkan prestasinya dan termotivasi untuk
mempertahankan beasiswa tersebut.
Seperti yang kita ketahui bahwa semangat hanya bisa tumbuh dan
dikendalikan oleh kita sendiri. Kalau kita menggantungkan motivasi dan
semangat orang lain, maka kita akan kehilangan semangat tatkala orang
yang memberikan semangat tidak ada di dekat kita.63 Semangat adalah
suatu keadaan pikiran yang memberikan inspirasi dan merangsang
seseorang untuk melakukan pekerjaannya. Semangat merupakan
pendorong utama untuk mempengaruhi orang lain, dan secara sadar
61 Mansur ibnu Yunus ibnu Idris al-Bahroty, Syarah Muntahal Aridat, (Beirut: Darul
Kutub Ilmiah, t.th.), hlm. 156. 62 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen Psikologi dari al-
Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 239-240. 63 Uken Junaedi, Membangkitkan Motivasi dalam Satu Jam, (Bandung: Dayyan
Publishing, 2005), hlm. 48.
34
maupun tidak sadar semangat akan menyebabkan “sugesti diri” secara
otomatis.64
Beasiswa pendidikan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa
dan merupakan pendorong utama dalam belajar. Karena belum tentu setiap
siswa itu mendapatkan beasiswa pendidikan. Hanya orang-orang
berprestasilah yang mendapatan beasiswa. Dengan demikian dorongan
atau keinginan untuk mencapai target pendidikan bisa tercapai dengan
motivasi yang tinggi.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Topik penelitian ini bukan yang pertama kalinya. Ada penelitian lain
yang meneliti pengaruh beasiswa terhadap motivasi berprestasi. Dari sini
nantinya akan penulis gunakan sebagai sandaran teoritis dan sebagai
komparasi dalam mengupas berbagai masalah dalam penelitian ini, di
antaranya sebagai berikut:
Skripsi, saudari Siti Lailatul Fauzizah, berjudul: Pengaruh Beasiswa
terhadap Motivasi Berprestasi Mahasiswa Penerima Beasiswa Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 1999 yang menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang erat sekali yang mana beasiswa dapat mendorong atau
menjadi motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang untuk berprestasi
lebih baik lagi.65
Kedua, Skripsi M. Slamet Riyadi yang berjudul: “Pengaruh Perhatian
Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Anak di SMP Negeri I Talang Tegal”.
Dalam skripsi ini dirumuskan bahwa terdapat motivasi belajar anak karena
semakin banyak perhatian orang tua, tentunya motivasi belajar pun akan
semakin besar.66
64 Happy Sugiarto Tjandra, MOTIV – 8 Koleksi otivasi untuk Karier dan Kehidupan yang
Lebih Baik, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 32. 65 Siti Lailatul Fauzizah, Pengaruh Beasiswa terhadap Motivasi Berprestasi Mahasiswa
Penerima Beasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 1999, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 1999)
66 M. Slamet Riyadi, Pengaruh Perhatian Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Anak di SMP Negeri I Talang Tegal, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2001).
35
Ketiga, Skripsi Nurul Isti’anah yang berjudul: “Pengaruh Self
Confidence terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa di MTs NU 18 Karang
Malang Kangkung Kendal”. Artinya semakin tinggi kepercayaan diri seorang
siswa, maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar santri di MTs NU
Karang Malang Kangkung Kendal.67
Keempat, Skripsi Agus Setiyono yang berjudul: “Pengaruh Bimbingan
Belajar terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di SLTP Negeri 16 Semarang
Tahun Pelajaran 2001/2002”. Dalam skripsi ini ditampilkan bahwa dengan
adanya bimbingan belajar peserta didik akan mengetahui faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi belajar, mengetahui cara-cara belajar yang baik dan hal-
hal lainnya yang berkaitan dengan belajar, sehingga selain peserta didik dapat
mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar. Selain itu
peserta didik juga termotivasi untuk lebih giat.68
Kelima, Skripsi M. Ja’far yang berjudul: “Pengaruh Ketaatan
Beragama Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Agama Siswa Pada Siswa
SD Negeri Sambirejo 01 Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2003/2004”. Dalam skripsi ini dikatakan bahwa dengan adanya
motivasi belajar agama akan dapat menanamkan nilai-nilai agama dalam
segala perilaku, penanaman nilai-nilai agama sejak merupakan bagian dari
unsur-unsur kepribadian dan menjadi pengendali serta pendorong bagi setiap
aktivitas yang akhirnya mengantarkan generasi yang berakhlak serta
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.69
67 Nurul Isti’anah, Pengaruh Self Confidence terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa di
MTs NU 18 Karang Malang Kangkung Kendal, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2004).
68 Agus Setiyono, Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di SLTP Negeri 16 Semarang Tahun Pelajaran 2001/2002, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2002).
69 M. Ja’far, Pengaruh Ketaatan Beragama Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Agama Siswa Pada Siswa SD Negeri Sambirejo 01 Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2003/2004, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2005).
36
C. Pengajuan Hipotesis
Secara definitif, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau
mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta
membenarkannya.70 Adapun hipotesis yang diajukan dalam skripsi ini adalah
“Adanya perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapat beasiswa
pendidikan YAAB – ORBIT dengan siswa yang tidak mendapat beasiswa
pendidikan YAAB – ORBIT”.
70 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada, 1980), hlm. 63.