bab ii: landasan teori - bina nusantara | library &...

28
1 BAB II: LANDASAN TEORI Di dalam dunia bisnis saat ini, persaingan makin ketat sehingga memaksa perusahaan – perusahaan untuk semakin efisien dalam operasi dan semakin responsif dalam mengenali kondisi dan permintaan dari pasar. Efisien dalam hal ini berarti meningkatkan keuntungan dan mengurangi ongkos suatu perusahaan. Responsif berarti suatu perusahaan harus cepat dalam beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah – ubah. Kondisi ini menyebabkan managemen supply chain sangat penting, terutama untuk perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. 1 Pengertian Supply Chain Menurut Schroeder(2007) dalam bukunya “Operations Management: Contemporary Concepts and Cases”, Supply chain adalah suatu urutan proses bisnis dan informasi yang menyediakan produk atau jasa dari penyedia bahan, produksi dan distribusi ke pemakai akhir. Sedangkan Supply chain management menurut Schroeder(2007) adalah perencanaan, desain dan control dari aliran informasi dan bahan – bahan dalam supply chain untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan efisien, sekarang dan di masa depan.

Upload: trinhtu

Post on 19-May-2018

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1

BAB II: LANDASAN TEORI

Di dalam dunia bisnis saat ini, persaingan makin ketat sehingga memaksa

perusahaan – perusahaan untuk semakin efisien dalam operasi dan semakin responsif

dalam mengenali kondisi dan permintaan dari pasar. Efisien dalam hal ini berarti

meningkatkan keuntungan dan mengurangi ongkos suatu perusahaan. Responsif

berarti suatu perusahaan harus cepat dalam beradaptasi dengan kondisi pasar yang

berubah – ubah. Kondisi ini menyebabkan managemen supply chain sangat penting,

terutama untuk perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.

1 Pengertian Supply Chain

Menurut Schroeder(2007) dalam bukunya “Operations Management:

Contemporary Concepts and Cases”, Supply chain adalah suatu urutan proses bisnis

dan informasi yang menyediakan produk atau jasa dari penyedia bahan, produksi dan

distribusi ke pemakai akhir. Sedangkan Supply chain management menurut

Schroeder(2007) adalah perencanaan, desain dan control dari aliran informasi dan

bahan – bahan dalam supply chain untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan

efisien, sekarang dan di masa depan.

2

Gambar 2.1 mencontohkan sebuah supply chain yang umum. Di dalam

Gambar 2.1 kami menunjukkan beberapa penyedia bahan baku (supplier), pabrik

manufaktur(manufacturing), dan pendistribusi. Fasilitas – fasilitas ini mungkin dalam

control satu firma, tapi lebih mungkin mereka akan dikontrol oleh beberapa firma.

2 Permasalahan utama dalam Supply Chain Management

Permasalahan dalam supply chain management meliputi berbagai tingkat dari

aktifitas sebuah firma, dari level strategis, taktis dan operasi:

Gambar 2.1: contoh supply chain

3

• Level strategis berurusan dengan keputusan – keputusan yang mempunyai

efek jangka panjang kepada firma tersebut. Contohnya adalah keputusan –

keputusan mengenai jumlah, lokasi, dan kapasitas dari gudang dan pabrik,

dan alur bahan – bahan melalui jaringan logistic.

• Level taktis meliputi keputusan yang biasanya diperbaharui antara tiap ¼

tahun dan tiap 1 tahun. Ini meliputi keputusan pembelian dan produksi, aturan

inventori, dan strategi transportasi, termasuk berapa sering pelanggan

dikunjungi.

• Level operasional meliputi keputusan sehari – hari seperti penjadwalan,

penentuan lead time, penentuan rute, dan pemuatan truk.

Manajemen suplai rantai harus memasukan masalah - masalah:

• Konfigurasi Jaringan Distribusi: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas

produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.

• Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung,

Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.

• Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk

membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan,

inventaris dan transportasi dsb.

4

• Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang

mentah, proses kerja, dan barang jadi.

• Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar

dana melewati entitas didalam rantai suplai.

Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material,

informasi dan dana diantara rantai suplai tersebut. Alurnya sendiri dua arah.

3 Tiga Komponen Supply Chain

Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen

supply chain, yaitu:

• Rantai Suplai Hulu/Upstream supply chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan

manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur,

assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur

mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas

kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih

tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas

yang utama adalah pengadaan.

• Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal supply chain management

5

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang

ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para

penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu

masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal,

perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan

pengendalian persediaan.

• Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstream supply chain segment

Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang

melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam

downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan,

transportasi, dan after-sales-service.

4 Strategi Push dan pull dalam proses supply chain

Dalam strategi push, pelanggan tidak meminta suatu produk untuk di

kembangkan; produk di push ke pelanggan melalui promosi. Suatu contoh dari

produk ini adalah parfum. Para pelanggan tidak mungkin meminta suatu parfum yang

belum pernah mereka cium sebelumnya; parfum tersebut di push kepada mereka

melalui iklan. Strategi push mempunyai ciri – ciri:

• Biasanya dipakai dalam supply chain yang mempunyai variasi perminataan

yang kecil

6

• Jumlah produksi dan distribusi berdasarkan perkiraan jangka panjang atau

berdasarkan permintaan – permintaan yang lampau (dapat mengakibatkan

efek bullwhip)

• Sulit untuk memenuhi perubahan dalam permintaan

• Biasa digunakan untuk produksi dalam jumlah besar

• Cenderung mempunyai inventory yang besar karena memerlukan safety stock

yang besar

Dalam strategi pull, para pelanggan meminta suatu produk dan menarik (pull)

produk itu melalui jalur pengiriman. Contoh dari perusahaan yang menerapkan

strategi ini adalah Ford Australia. Ford Australia hanya memproduksi mobil bila ada

pesanan dari pelanggan.

• Biasanya dipakai dalam supply chain yang mempunyai variasi perminataan

yang tinggi

• Jumlah produksi dan distribusi berdasarkan permintaan pelanggan

• Cenderung mempunyai inventory yang lebih kecil karena bereaksi terhadap

permintaan dari pelanggan

• Waktu untuk berubah sesuai keadaan pasar cenderung lebih singkat

dibandingkan dengan strategi push

• Lebih sulit untuk diterapkan

7

Sebuah supply chain biasanya merupakan gabungan dari strategi push dan

pull. Perhubungan antara tahap push dan tahap pull disebut push-pull boundary.

Contoh dari supply chain ini adalah supply chain dari Dell. Level inventori dari

komponen komponen ditentukan dari perkiraan permintaan secara umum, tetapi

perakitan final berdasarkan permintaan spesifik dari pelanggan. Dalam supply chain

ini, push-pull boundary terdapat di permulaan proses perakitan.

5 Efek bull whip

Efek bull whip adalah sebuah fenomena yang paling sering diamati di saluran

distribusi yang mengandalkan ramalan (forecast). Karena permintaan pelanggan

hampir selalu berfluktuasi, perusahaan- perusahaan harus memakai ramalan sebagai

cara untuk menghitung posisi inventory dan jumlah persediaan asset - asset lain yang

tepat untuk memenuhi permintaan. Ramalan didasarkan pada statistik, karena itu

ramalan dengan jarang sesuai dengan kenyataan yang terjadi secara sempurna.

Karena kesalahan dalam suatu ramalan adalah sebuah kenyataan, perusahaan-

perusahaan sering menyediakan inventori berlebih yang disebut dengan "safety

stock" sebagai persediaan jika permintaan tidak sesuai dengan ramalan. Jika kita

bergerak ke atas dalam supply chain (dari arah konsumen akhir ke penyedia bahan

mentah), masing-masing peserta supply chain akan mengamati variasi di permintaan

yang lebih besar dari level di bawahnya sehingga mereka membutuhkan safety stock

yang lebih besar pula. Fenomena variasi permintaan yang menjadi lebih besar

8

selama kita bergerak ke atas di dalam supply chain (lebih jauh dari pelanggan) ini

disebut bullwhip effect.

Faktor – factor yang menyebakan bullwhip effect antara lain:

• Demand forecasting / Ramalan Permintaan. Karakteristik yang penting dari

demand forecasting adalah semakin banyak data yang diterima, kita semakin

sering merubah perkiraan jumlah dan deviasi standard di perkiraan

permintaan pelanggan. Karena safety stock dan jumlah pemesanan sangat

bergantung pada permintaan ini, pemesan terpaksa merubah jumlah

pemesanan sehingga meningkatkan variasi permintaan

• Lead time. Lead time adalah total waktu yang diperlukan dari saat suatu

perusahaan memesan suatu barang sampai saat perusahaan tersebut dapat

memakai barang tersebut. Lead time digunakan untuk menentukan safety

stock dan jumlah minimum pemesanan suatu barang. Karena itu Lead time

sangat berpengaruh dalam meningkatkan variasi permintaan.

• Batch Ordering. Jika sebuah pedagang eceran memakai system batch

ordering, maka pedagang grosir akan mendapat pemesanan barang dalam

jumlah besar, kemudian beberapa periode tanpa pemesanan, diikuti oleh

pemesanan dalam jumlah besar lagi, dan seterusnya. Karena ini pedagang

eceran akan melihat fluktuasi permintaan yang sangat besar.

• Fluktuasi harga. Jika harga sering berubah, perusahaan – perusahaan akan

berusaha untuk menaikkan jumlah persediaan mereka pada waktu harga

menurun.

9

• Pemesanan yang terlalu besar. Pada waktu periode dimana ada kekurangan

suatu barang, perusahaan – perusahaan akan cenderung memesan lebih besar

sebagai cadangan dlam memenuhi permintaan. Pda waktu periode

kekurangan itu berakhir, perusahaan – perusahaan akan kembali ke pola

pemesanan normal mereka. Ini menyebabkan variasi dalam ramalan

permintaan.

Setelah kita mengetahui apa yang menyebabkan bullwhip effect, kita dapat

mengurangi efeknya dengan:

• Mengurangi ketidak pastian. Ini dapat dilakukan dengan menyediakan tiap

level dalam supply chain dengan informasi permintaan pelanggan yang

sesungguhnya.

• Mengurangi variabilitas. Kita dapat mengurangi variasi dalam permintaan

pelanggan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah “everday low

pricing”(EDLP). Perusahaan yang memakai EDLP menawarkan produk

dengan satu harga yang konsisten dibandingkan dengan menawarkan harga

normal dengan harga promosi secara periodic.

• Mengurangi lead time. Lead time terdiri dari 2 komponen: lead time

pemesanan ( waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan mengirim suatu

barang) dan lead time informasi ( waktu untuk memproses suatu pesanan) .

Lead time pemesanan dapat dikurangi dengan cross-docking( suatu teknik

untuk mengeluarkan barang – barang dari truk atau kereta yang datang ke

10

truk atau kereta yang keluar dengan sedikit atau tanpa penyimpanan di

antaranya). Lead time informasi dapat dikurangi dengan menerapkan

electronic data interchange (EDI).

• Kerjasama strategis. Contoh: sebuah perusahaan manufaktur bekerjasama

dengan perusahaan penjual eceran untuk mengatur inventori dari penjual

eceran tersebut. Dengan cara ini perusahaan manufaktur akan menghindari

bullwhip effect.

6 Kategori pengukuran kinerja supply chain

Menurut Hugos, Michael, ada empat kategori untuk mengukur kinerja supply

chain, yaitu:

• Pelayanan terhadap pelanggan (customer service)

Pengukuran ini melihat bagaimana suatu supply chain dalam memenuhi

kebutuhan pasar. Ada dua jenis matriks untuk customer service, build to stock

(BTS) dan build to order (BTO). Matriks untuk BTS adalah:

o Tingkat pemenuhan pesanan secara lengkap (complete order fill rate)

dan tingkat pemenuhan pesanan jensi produk (order line item fill rate)

o Tingkat pengiriman yang tepat waktu (on-time delivery rate)

o Nilai total pesanan yang terlambat dilayani (value of total backorders)

atau jumlah pesanan yang terlambat dilayani (number of backorders)

o Frekuensi dan durasi pesanan yang terlambat dilayani (frequency and

duration of backorders)

11

o Tingkat pengembalian produk(Line item return rate)

Matriks yang sering digunakan untuk BTO adalah:

o Permintaan waktu respon pelanggan (quoted customer response time)

dan tingkat pemenuhan secara tepat waktu (on – time completion rate)

o Tingkat pengiriman yang tepat waktu (on – time delivery rate)

o Nilai keterlambatan pesanan (value of late orders) dan jumlah

keterlambatan pesanan (number of late orders)

o Frekuensi dan durasi keterlambatan pesanan (frequency and duration

of late orders)

o Jumlah pengembalian dan perbaikan garansi (number of warranty

returns and repairs)

• Efisiensi Internal

Efisiensi internal adalah kemampuan suatu supply chain untuk menggunakan

asset – asset yang ada untuk menghasilkan keuntungan yang semaksimal

mungkin. Yang dimaksud dengan asset dalam hala ini adalah semua yang

dapat dihitung nilainya secara nyata ( contoh: uang tunai, pabrik, perlatan,

dll). Pengukuran efisiensi internal dapat dilakukan dengan:

o Nilai Persediaan / Inventory Value

Pengukuran ini dilakukan pada suatu waktu tertentu dan dinilai secara

rata – rata dalam periode waktu tertentu. Perusahaan pada normalnya

akan elalu berusaha untuk mengurangi nilai persediaannya.

Pengecualian dari hal ini adalah pada waktu pasar dalam tahap

12

perkembangan, karena nilai dari persediaan perusahaan tersebut akan

meningkat.

o Perputaran persediaan / inventury turns

Dalam pengukuran ini, kita mengukur rasio perputaran persediaan

atau inventory turn over ratio, yang mempunyai rumus:

inventory turn over ratio = annual cost of goods sold / annual average

inventory value

o Nilai Laba Penjualan / return on sales

Digunakan untuk menghitung bagaimana suatu perusahaan mengatur

biaya tetap, biaya variabel serta penghasilan kotor. Nilai Laba

Penjualan dapat dihitung dengan rumus:

return on sales = earnings before interest & tax /sales

o Waktu Perputaran dari tunai ke tunai / cash to cash cycle time

Mengukur waktu yang diperlukan dari saat perusahaan membayar

penyedia bahan baku hingga perusahaan itu menerima pembayaran

dari pelanggannya. Semakin pendek waktu yang diperlukan, semakin

bagus perputaran keuangan perusahaan tersebut. Nilai ini dapat

dihitung dengan rumus:

cash to cash cycle time = inventory days of supply + days sales

outstanding – average payment period on purchases

• Fleksiblitas terhadap permintaan pasar (demand flexibility)

13

Pengukuran ini menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam bereaksi

terhadap perubahan kebutuhan secra kuantitas dan jenis produk. Beberap ukuran

fleksibilitas antara lain:

o Waktu perputaran aktifitas / activity cycle time

Mengukur waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu aktifitas

dalam supply chain, seperti desain produk, perakitan produk, dan lain

–lain. Waktu perputaran aktifitas dapat dihitung untuk satu

perusahaan maupun untuk seluruh supply chain. Yang terpenting

adalah waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen

akhir dalam supply chain tersebut.

o Fleksibilitas kapasitas/ upside flexibility

Mengukur kemampuan suatu supply chain untuk menanggapi

pertambahan volume pesanan untuk produk yang mereka tawarkan.

Contoh: jumlah pesanan meningkat 50%, apakah pesanan dapat

terpenuhi atau menjadi back order. Fleksibilitas kapasitas dapat

diukur dari persentase peningkatan pesanan yang dapat di akomodasi

untuk suatu produk.

o Fleksibilitas tambahan / outside flexibility

Adalah kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menyediakan

produk tambahan di luar produk normal yang ditawarkan kepada

pelanggannya secara cepat. Di saat pasar telah jenuh, maka produk

yang dulunya tidak termasuk dalam produk yang ditawarkan, bisa

14

asaja menjadi produk tambahan atau komplemen yang dapat menarik

pelanggan baru serta mampu meningkatkan penjualan kepada

pelanggan yang telah ada.

• Pengembangan produk (product development)

Matriks pengembangan produk ini ditujukan untuk mengukur kemampuan

suatu perusahaan supply chain untuk melakukan desain, mengembangkan,

dan mengeluarkan produk baru kepada pasar yang dilayaninya. Adanya

inovasi teknis, perubahan sosial budaya, dan ekonomi dapat menyebarkan

suatu pasar berubah seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini dapat diukur

dari:

o Persentase total penjualan produk yang dipasarkan tahun sebelumnya

o Waktu yang diperlukan untuk mengembangkan dan meluncurkan

suatu produk baru

7 Teknologi Informasi untuk Managemen Supply chain

Teknologi Informasi telah dipakai untuk managemen Supply chain dalam

hampir semua bidang usaha. Untuk menggunakan informasi, kita perlu

mengumpulkan, mengakses dan menganalisanya. Tujuan sistem managemen Supply

Chain di area ini adalah:

• Mengumpulkan informasi tentang tiap produk dari produksi hingga

pengiriman atau titik pembelian, dan menyediakan transparansi utnuk

semua pihak yang terlibat

15

• Mengakses data apa pun di dalam sistem dari satu titik kontak

• Menganalisa, merencanakan aktifitas dan membuat pertukaran

berdasarkan informasi dari seluruh supply chain

Untuk mencapai tujuan ini, ada beberapa cara:

• Standarisasi

Standar – standar IT lah yang membuat sistem – sistem dapat bekerja

sama. Mereka yang paling menentukan ongkos dan kelayakan suatu

implementasi

• Infrastruktur IT

Infrastruktur IT, baik internal dan eksternal di perusahaan, adalah

komponen dasar kapabilitas sistem. Tanpa kapabilitas komunikasi dan

database, beberapa tujuan yang telah di jelaskan tidak dapat dicapai.

• Bisnis Elektronik

Bidang bisnis elektronik berkembang depat cepat. Apakah artinya untuk

perusahaan dan level bisnis elektronik apa yang dapat dicapai dan cost -

effective

• Komponen sistem Supply chain

Sistem – sistem yang langsung terlibat dalam perencanaan supply chain.

Sistem – sistem ini biasanya menggabungkan elemen – elemen DSS

jangka pendek dan jangka panjang.

• Masalah – masalah integrasi

16

Bagaimana prioritas ditentukan untuk mencapai tujuan yang disebutkan

di atas? Investasi apa saja yang perlu untuk jangka pendek dan panjang?

Gambar 2.2: Tujuan dan cara Managemen Supply chain di bidang informasi

7.1. Tahapan Evolusi Teknologi Informasi di Dalam Suatu Perusahaan

Secara umum, sebuah perusahaan akan melalui lima tahapan evolusi dalam

pengembangan sistem informasinya , yakni:

A). The Cross-Functional Business Unit yang merupakan pengembangan modul

aplikasi untuk fungsi bisnis tertentu saja, seperti misalnya untuk keperluan

17

transaksi pembelian, penyusunan laporan keuangan, pencetakan slip gaji

pegawai, dan lain sebagainya.

B).The Strategic Business Unit yang merupakan hasil penyatuan beberapa fungsi

manajemen di dalam sebuah divisi atau business unit tertentu untuk membantu

manajemen dan staf dalam mencapai obyektif yang ditargetkan terhadap divisi

atau business unit tersebut.

C). The Integrated Enterprise yang merupakan sebuah sistem informasi terpadu

yang mengintegrasikan berbagai modul-modul aplikasi yang dimiliki seluruh

divisi atau business unit yang ada di dalam perusahaan, dimana merupakan

embrio dari sistem informasi korporat terpadu.

D). The Extended Enterprise yang merupakan penggabungan antara sistem

informasi korporat terpadu yang telah dimiliki oleh internal perusahaan dengan

satu atau lebih sub-sistem dari perusahaan atau entiti lain yang merupakan mitra

kerja dari perusahaan terkait.

E). The Inter-Enterprise Community yang merupakan hasil dari berbagai

hubungan terintegrasi sistem informasi antar perusahaan yang ada dalam

komunitas bisnis sehingga membentuk jejaring sistem informasi yang sangat

besar dan luas cakupannya.

18

7.2. Peranan Teknologi Informasi di Dalam Manajemen Supply Chain

Menurut Eko Indrajit, secara umum, peranan teknologi informasi di dalam

manajemen supply chain dapat dilihat dari dua perspektif besar:

• Perspektif Teknis

• Perspektif Manajerial

7.2. 1. Perspektif Teknis

Dilihat dari sisi teknis, ada dua hal fungsi dari teknologi informasi yang harus

dipenuhi, yaitu fungsi penciptaan dan fungsi penyebaran.

Fungsi Penciptaan

Aspek-aspek yang harus dapat dilakukan oleh teknologi informasi adalah

sebagai berikut:

Teknologi informasi harus mampu menjadi medium atau sarana untuk

mengubah fakta-fakta atau kejadian-kejadian sehari-hari yang dijumpai dalam bisnis

perusahaan ke dalam format data kuantitatif. Ada dua cara umum yang biasa

dipergunakan, yaitu secara manual dan otomatis. Yang dimaksud dengan manual

adalah dilibatkannya seorang user untuk melakukan data entry terhadap fakta-fakta

relevan di dalam aktivitas sehari-hari yang dipandang perlu untuk direkam. Misalnya

catatan pengeluaran keuangan, keluhan pelanggan, pesanan konsumen, pengeluaran

19

barang dari gudang, dan lain sebagainya. Sementara yang dimaksud dengan cara

otomatis di sini adalah jika berbagai teknologi dipergunakan sebagai alat untuk

merekam fakta dan mengubahnya menjadi data tanpa harus melibatkan unsur

manusia sebagai data entry. Contohnya adalah penggunaan barcode untuk kode

barang, smart card untuk data pelanggan, kartu kredit untuk pembayaran, dan lain

sebagainya.

o Teknologi harus mampu merubah data mentah yang telah dikumpulkan

tersebut menjadi informasi yang relevan bagi setiap penggunanya

(stakeholders), yaitu manajemen, staf, konsumen, mitra bisnis, pemilik

perusahaan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Bentuk pengolahan

data menjadi informasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti

melakukan pengelompokkan data sejenis, mendeskripsikan kumpulan data

dalam bentuk statistik, membuat ringkasan data berdasarkan kelompok

tertentu, memperlihatkan karakteristik data dari berbagai perspektif, dan lain

sebagainya. Bagi manajemen dan staf perusahaan, informasi hasil olahan

data ini merupakan data mentah yang dibutuhkan untuk mengambil

keputusan-keputusan strategis maupun taktis.

o Hasil dari pengambilan keputusan akan memberikan berbagai dampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja bisnis perusahaan.

Informasi yang dihasilkan dari pengolahan data sehari-hari dilengkapi

dengan pengalaman (jam terbang) dan intelektualitas sang pengambil

keputusan pada akhirnya akan menjadi sebuah pengetahuan atau knowledge

20

bagi yang bersangkutan. Feedback dari hasil pengambilan keputusan ini

sangat baik untuk diketahui oleh berbagai pihak yang berkepentingan di

dalam perusahaan. Hasil pengambilan keputusan yang baik harus menjadi

contoh bagi orang lain di dalam perusahaan, sementara hasil yang buruk

harus pula dipelajari agar tidak terjadi kembali di kemudian hari. Adalah

tugas teknologi informasi selanjutnya, untuk mengolah informasi yang

diperoleh dengan berbagai konteks organisasi yang ada, menjadi sebuah

knowledge yang dapat diakses oleh semua pihak di dalam perusahaan.

o Akhirnya, kumpulan dari knowledge yang diperoleh dan dipelajari selama

perusahaan beroperasi akan menjadi suatu bekal “kebijaksanaan” (wisdom)

yang tidak ternilai harganya. Wisdom yang diperoleh merupakan hasil dari

pembelajaran sebuah organisasi (learning organisation) yang akan

merupakan identitas perusahaan di masa mendatang. Wisdom yang tertanam

di masing-masing individu pelaku aktivitas bisnis sehari-hari diharapkan

akan membuat perusahaan terkait menjadi sebuah organisasi yang selalu

meningkat kinerjanya. Merubah knowledge menjadi wisdom merupakan

tugas teknologi informasi yang terakhir dalam proses penciptaan. Telah

banyak aplikasi-aplikasi dalam kategori artificial intelligence dan expert

system yang telah diimplementasikan di berbagai perusahaan multi nasional

untuk menggantikan fungsi manusia dalam mengambil keputusan-keputusan

kritikal di dalam bisnis.

Fungsi Penyebaran

21

Terhadap entiti-entiti fakta, data, informasi, knowledge, dan wisdom tersebut,

teknologi informasi memiliki fungsi-fungsi yang berhubungan dengan aspek

penyebaran sebagai berikut:

• Gathering. Teknologi informasi harus memiliki fasilitas-fasilitas yang

mampu untuk mengumpulkan entiti-entiti tersebut dan meletakkannya di

dalam suatu media penyimpan digital. Media penyimpan tersebut harus

mampu untuk menangkap berbagai karakteristik unik dari entiti-entiti terkait,

yang biasa direpresentasikan dalam berbagai bentuk format media (multi-

media), seperti: teks, suara (audio), citra (image), gambar bergerak (video),

dan lain-lain.

• Organising. Untuk memudahkan pencarian terhadap entiti-entiti tersebut di

kemudian hari, teknologi informasi harus memiliki mekanisme baku dalam

mengorganisasikan penyimpanan entiti-entiti tersebut di dalam media

penyimpan. Konsep-konsep struktur data, database, dan sistem berkas

merupakan dasar-dasar ilmu yang kerap dipergunakan sehubungan dengan

kebutuhan ini.

• Selecting. Di saat berbagai pihak di dalam perusahaan membutuhkan entiti-

entiti tersebut, teknologi informasi harus menyediakan fasilitas untuk

memudahkan pencarian dan pemilihan. Teknologi portal merupakan salah

satu cara yang sedang digemari oleh perusahaan dalam memecahkan

permasalahan ini.

22

• Synthesizing. Tidak jarang para pengambil keputusan membutuhkan lebih

dari satu entiti (gabungan beberapa entiti) untuk memudahkannya melihat

situasi bisnis perusahaan. Contohnya adalah seorang manajer yang

membutuhkan peta jalur distribusi rekanannya yang dilengkapi dengan data

lengkap karakteristik masing-masing jalur. Di sini dibutuhkan gabungan

antara media gambar (image) dengan teks. Teknologi informasi harus

mampu memenuhi kebutuhan manajer ini dalam menggabungkan beberapa

entiti menjadi satu paket kesatuan yang terintegrasi.

• Distributing. Akhirnya, teknologi informasi harus memiliki infrastruktur

yang dapat menyalurkan berbagai entiti dari tempat disimpannya entiti-entiti

tersebut ke pihak-pihak yang membutuhkannya. Proses menyebarkan entiti

ini harus pula memperhatikan tingkat kebutuhannya, seperti kecepatan

akses, penting tidaknya entiti, dan lain sebagainya. Untuk dapat

mendistribusikan entiti multi media misalnya, dibutuhkan suatu media

transmisi berpita lebar (high bandwidth) agar performa penyebaran dapat

efektif.

7.2. 2. Perspektif Manajerial

Dilihat dari sisi bisnis dan manajerial, terutama dalam kaitannya dengan

Manajemen Supply Chain, ada 4 (empat) peranan yang diharapkan perusahaan dari

implementasi efektif sebuah teknologi informasi.

23

Minimize Risks

Setiap bisnis memiliki resiko, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor

keuangan. Pada umumnya resiko berasal dari adanya ketidakpastian dalam berbagai

hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada di luar kontrol perusahaan.

Contohnya adalah kurs mata uang yang berfluktuasi, perilaku konsumen yang

dinamis, jadwal pemasokan barang yang tidak selalu ditepati, jumlah permintaan

produk yang tak menentu, dan lain-lain. Saat ini berbagai jenis aplikasi telah tersedia

untuk mengurangi resiko-resiko yang kerap dihadapi oleh bisnis, seperti: forecasting,

financial advisory, market review, planning expert, dan lain-lain. Problem-problem

klasik inventori seperti permasalahan lead time, stok barang, jalur distribusi pun telah

tersedia aplikasinya yang biasanya menggunakan pendekatan simulasi. Kehadiran

teknologi informasi selain harus mampu membantu perusahaan untuk mengurangi

resiko bisnis yang ada, perlu pula menjadi sarana untuk membantu manajemen dalam

mengelola resiko (managing risks) yang dihadapi sehari-hari.

Reduce Costs

Tawaran lain yang ditawarkan oleh teknologi informasi adalah perbaikan

efisiensi dan optimalisasi proses-proses bisnis di perusahaan. Peranan teknologi

informasi sebagai katalisator dalam berbagai usaha mengurangi biaya-biaya

operasional perusahaan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap profitabilitas

24

perusahaan. Sehubungan dengan hal ini, biasanya ada empat cara yang ditawarkan

oleh teknologi informasi untuk mengurangi biaya-biaya yang kerap dikeluarkan

untuk kegiatan operasional sehari-hari. Keempat cara tersebut adalah sebagai berikut:

1. Eliminasi Proses. Implementasi berbagai komponen teknologi informasi

mampu untuk menghilangkan atau mengeliminasi proses-proses yang dirasa

tidak perlu (non value added processes). Contohnya adalah penyediaan

ATM untuk mengurangi antrian nasabah di teller masing-masing bank, atau

call center untuk menggantikan fungsi customer service dalam menghadapi

keluhan pelanggan.

2. Simplifikasi Proses. Berbagai proses yang panjang dan berbelit-belit

(birokratik) biasanya dapat disederhanakan dengan mengimplementasikan

berbagai komponen teknologi informasi (database dan aplikasi misalnya).

Sebut saja rangkaian proses permohonan kredit di bank hingga

persetujuannya yang biasanya harus melalui beberapa meja, dapat

dipersingkat dengan menggunakan aplikasi intranet. Atau proses transfer

uang dari satu bank ke bank lainnya yang kerap harus melalui teller kini

dapat dilakukan melalui situs bank terkait di internet.

3. Integrasi Proses. Teknologi informasi juga mampu melakukan pengintegrasian

beberapa proses menjadi satu sehingga terasa lebih cepat dan praktis (secara

langsung meningkatkan kepuasan pelanggan). Contohnya adalah proses

permohonan Surat Ijin Mengemudi. Di negara maju, rangkaian proses serial

25

semacam pengambilan foto, sidik jari, tanda tangan, berat badan, dan tinggi

badan, telah dapat dilakukan secara simultan. Seorang pelamar tidak harus

menghabiskan waktunya antre dari satu tempat ke tempat lainnya untuk

melakukan rangkaian kegiatan di atas, tetapi cukup berdiri saja di suatu

tempat dengan posisi tertentu, sehingga pemotretan, pengambilan sidik jari,

penimbangan berat dan tinggi badan, serta penandatanganan dapat

dilakukan secara bersamaan karena adanya perangkat digital.

4. Otomatisasi Proses. Mengubah proses manual menjadi otomatis merupakan

tawaran klasik dari teknologi informasi. Contohnya adalah aplikasi robotika

di industri manufaktur untuk menggantikan manusia, atau fuzzy logic untuk

menggantikan fungsi berbagai mesin dan peralatan, atau scanner untuk

menggantikan fungsi mata manusia dalam meletakkan dan mencari barang

di gudang, dan lain sebagainya.

Add Value

Peranan selanjutnya dari teknologi informasi adalah untuk menciptakan value

bagi pelanggan perusahaan. Tujuan akhir dari penciptaan value tidak sekedar untuk

memuaskan pelanggan saja (customer satisfaction), tetapi lebih jauh untuk

menciptakan loyalitas (customer loyalty) sehingga pelanggan tersebut bersedia untuk

selalu menjadi konsumen perusahaan untuk jangka waktu yang panjang (customer

bonding). Kemampuan menciptakan relasi secara one-to-one antara perusahaan

26

dengan pelanggan merupakan kunci dalam menjalin hubungan interaksi yang

bermanfaat di mata pelanggan, selain usaha perusahaan untuk selalu menciptakan

produk atau jasa yang lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat (cheaper, better,

faster) dibandingkan dengan kompetitor bisnisnya. Yang perlu diperhatikan di sini

adalah bahwa yang menentukan value atau tidaknya sebuah pelayanan atau proses

adalah pelanggan atau pasar, bukan internal perusahaan, sehingga teknologi

informasi selain harus mampu menciptakan value tersebut, dapat pula menjadi sarana

efektif untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat ditransformasikan menjadi value

bagi pelanggan perusahaan.

Create New Realities

Perkembangan teknologi informasi yang terakhir ditandai dengan pesatnya

teknologi internet, telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi

perusahaan, yaitu di dunia maya. Berbagai konsep e-business semacam e-commerce,

e-procurement, e-customers, e-loyalty, dan lain-lain pada dasarnya meruapakan suatu

cara memandang baru di dalam menanggapi mekanisme bisnis di era globalisasi

informasi. Price Waterhouse Coopers mengidentifikasi empat tahapan evolusi yang

akan dihadapi oleh perusahaan modern karena berkembangnya teknologi informasi,

yaitu:

1. Channel Enhancement – bagaimana teknologi informasi menyediakan kanal-

kanal atau cara-cara baru dalam menjalin relasi antara para pelaku bisnis

27

yang kesemuanya terkoneksi dengan arena bisnis baru di dunia maya tanpa

mengenal kendala waktu dan ruang (time and space);

2. Value-Chain Integration – bagaimana berbagai perusahaan di dunia melalui

dunia maya membentuk suatu jejaring bisnis (internetworking) yang saling

bekerja sama untuk menciptakan produk atau jasa yang semakin lama

semakin murah, cepat, dan berkualitas baik;

3. Industry Transformation – bagaimana dampak dari berbagai kemungkinan

bisnis dan kerja sama antar perusahaan membawa perusahaan untuk

melakukan redefinisi terhadap bisnis inti (core business) berdasarkan

kompetensinya masing-masing, karakteristik produk dan jasa, serta

segmentasi industri yang berkembang; dan

4. Convergence – bagaimana berbagai industri-industri yang terdahulu

tersegmentasi menjadi saling bersinergi dan berkonvergensi akibat berbagai

inovasi-inovasi produk dan jasa baru yang mungkin diciptakan dengan

kehadiran teknologi informasi (across the industry boundaries).

8 Analisis Finansial dari Sebuah Projek

Ada tiga cara utama untuk menentukan nilai finansial dari sebuah projek,

yaitu dengan menggunakan:

1. Analisis Net present value (NPV), yaitu  metode untuk menghitung

pendapatan atau kerugian finansial netto yang diharapkan dari sebuah projek

28

dengan mendiskon semua aliran keluar dan masuk uang yang diprediksi ke

titik waktu saat ini. Semakin tinggi NPV semakin baik.

2. Return on investment (ROI) dihitung dengan mengurangi ongkos projek

dari keuntungan kemudian membaginya dengan ongkos projek. Semakin

tinggi ROI, semakin baik

3. Analisis Payback Period, yaitu waktu yang diperlukan untuk menutup,

dalam bentuk aliran uang masuk netto, ongkos total projek. Payback terjadi

ketikan keuntungan kumulative netto yang terdiskon sama dengan ongkos.