bab ii landasan teori bahasa sebagai alat komunikasieprints.umm.ac.id › 37543 › 3 ›...
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan. Tidak seorangpun manusia dapat tinggal dalam
kesendirian. Kehadiran interaksi antar sesama maupun hubungan manusia antar
kelompok sangat besar perananya dalam menumbuhkan kekayaan bahasa. Tanpa
bahasa manusia tidak dapat melakukan apapun sebab bahasa adalah sebagian dari
alat komunikasi. Bahasa itu sendiri adalah sesuatu hasil dari karya manusia untuk
mengkomunikasikan berbagai pendapat, perasaan emosi ataupun hasrat, sebagai
alat system yang berkesinambunagn menghasikan berbagai simbol-simbol.
Bahasa menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya disebabkan oleh para
penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan sangat beragam. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa
tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang
sangat luas. Dalam masyarakat yang dwibahasa, biasanya terjadi proses
pembagian fungsi kebahasaan antara bahasa yang satu dengan yang lain. Satu
bahasa tertentu dapat digunakan dalam ragam formal, sedangkan bahasa tertentu
yang lain digunakan dalam ragam nonformal atau sebagai sarana komunikasi
intradaerah.
11
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan
mengindentifikasi diri yang dijelaskan oleh Chaer (2004:1). Hal ini memberi
gambaran bahwa bahasa adalah berupa bunyi yang digunakan oleh rnasyarakat
untuk berkornunikasi. Keraf (1991:1) mengatakan bahwa bahasa mencakup dua
bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa arus bunyi, yang
mempunyai makna. Menerangkan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat terdiri atas dua bagian utama yaitu bentuk (arus ujaran) dan
makna (isi). Sapir (dalam Sibarani 2004:36) mengatakan bahwa bahasa adalah
metode atau alat penyampaian ide, perasaan, dan keinginan yang sungguh
manusiawi dan noninstingtif dengan mempergunakan sistem simbol-simbol yang
dihasilkan dengan sengaja dan sukarela. Sedangkan menurut Sibarani (2004:37)
bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang, sebagai alat komunikasi, dan
digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat.
Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa bentuk dan makna, sistem tanda atau
sistem lambang, sebagai alat komunikasi, dan digunakan oleh kelompok manusia
atau masyarakat untuk mengindenfikasi diri dalam makna yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa yang terdapat dalam kata yang diucapkan.
Berbicara mengenai bahasa tidak hanya membicarakan satu jenis bahasa,
tentu banyak pula ragamnya yang berdasarkan konteks situasi mereka
menggunakan bahasa yang mereka anggap sebagai alat komunikasi yang sering
digunakan dalam kelompok mareka, salah satu bahasa yang digunakan ialah
12
ragam bahasa yang terdapat di progam televisi yaitu Master Chef Indonesia
Season 3. Ragam bahasa yang disikapi dalam pengertian ini adalah fenomena
bahasa pada kalangan peserta dan juri yang ada didalam kompetisi tersebut.
Dalam hal ini ragam bahasa yang digunakan seseorang dalam situasi non formal
atau formal pada sesama akan menukar bahasa tertentu, contohnya membicarakan
masalah adat di daerahnya, maka akan disesuaikan dengan bahan dan bahasa yang
tepat. Begitu pula tentang bahasa di kompetisi Master Chef Indonesia Season 3.
2.2 Fungsi Bahasa
Fungsi dari bahasa pada dasarnya adalah tujuan yang kita capai dengan
berbahasa, misalnya menyatakan, meminta, menanggapi, memberi salam,
mengucapkan kata perpisahan dan sebagainya. Fungsi tentu saja tidak dapat
dipenuhi tanpa bentuk-bentuk bahasa: morfem, kata, kaidah, tata bahasa, wacana,
dan kompetensi-kompetensi organisasi lainnya. Komunikasi dapat dipandang
sebagai sebuah kombinasi tindakan, serangkaian elemen dengan maksud dan
tujuan. Komunikasi bukan sekadar peristiwa, sesuatu yang terjadi, namun
komunikasi merupakan fungsional, bertujuan dan dirancang untuk mendatangkan
efek suatu perubahan.
Menurut Soeparno (2002:5) fungsi umum bahasa adalah sebagai alat
komunikasi sosial. Di dalam masyarakat ada komunikasi atau saling hubungan
antar anggota. Untuk keperluan itu dipergunakan suatu wahana yang dinamakan
bahasa. Dengan demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan
13
menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada masyarakat tanpa bahasa
dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat.
Menurut Chaer dan Agustina (2004:14) fungsi bahasa secara tradisional
kalau ditanyakan apakah bahasa itu, akan di jawab bahasa adalah alat untuk
berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan. Dari pendapat pakar tersebut dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan
berinteraksi yang dilakukan manusia pada umumnya.
1) Komunikasi
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar individu melalui
sistem simbol, tanda, atau tingkah laku yang umum. Pengertian komunikasi itu
paling tidak melibatkan dua orang atau lebih, dan proses pemindahan pesannya
dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara komunikasi yang dilakukan oleh
seseorang. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar individu melalui
sistem simbol, tanda, atau tingkah laku yang umum. Pengertian komunikasi itu
paling tidak melibatkan dua orang atau lebih, dan proses pemindahan pesannya
dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara komunikasi yang dilakukan oleh
seseorang.
Menurut Chaer dan Agustina (2004:17) dalam setiap komunikasi harus ada
komponen pokok, yaitu:
a) Partisipan, yaitu pihak yang berkomunikasi, pengirim dan penerima informasi
yang dikomunikasikan. Pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tentunya
14
ada dua orang atau ada dua kelompok orang, yaitu pertama yang mengirim
(sender) informasi, dan kedua yang menerima (receiver) informasi.
b) Informasi yang dikomunikasikan. Informasi yang dikomunikasikan tentunya
berupa suatu ide, gagasan, keterangan, atau pesan. Alamat yang digunakan
dalam komunikasi. Alat yang digunakan dapat berupa simbol atau lambang
seperti bahasa. Dengan demikian proses komunikasi akan berjalan dengan
lancar dan bahasa sebagai media komunikasi apa bila dalam interaksi ditandai
adanya umpan balik dari penerima pesan (receiver) atau lawan tutur kepada
pengirim pesan (sender) atau penutur dan komunikasi menurut jenisnya
dibagi menjadi dua macam yaitu verbal dan nonverbal.
2) Interaksi
Interaksi merupakan bagian dari fungsi bahasa. Di sebuah masyarakat,
lingkungan pendidikan bahkan di dimanapun manusia sering melakukan interaksi.
Dengan adanya interaksi bahasa tersebut berarti manusia melakukan sebuah
kontak sosial dan komunikasi.
Menurut Soekanto (2005:64) bentuk umum proses sosial adalah interaksi
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan antara orang-orang, perorangan,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorang dengan
kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat
itu, mereka saling menegur, berjabat tangan, saling bicara atau bahkan mungkin
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu, adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi. kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Yang bersifat positif
15
mengarah pada suatu kerja sama, kontak sosial yang bersifat negatif pada suatu
pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan interaksi sosial.
3) Peristiwa Tutur
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik
dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melebihi dua pihak, yaitu penutur dan
lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, didalam waktu, tempat dan situasi
tertentu. Jadi, interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di
Pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur (Chaer dan Agustina 2004:47).
Percakapan yang tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa
tujuan ditentukan oleh orang-orang yang tidak sengaja untuk bercakap-cakap, dan
menggunakan ragam bahasa yang berganti-ganti tidak disebut sebagai peristiwa
tutur apabila memenuhi delapan komponen tutur, huruf-huruf yang dirangkai
menjadi akronim SPEAKING;
S = Setting and scene
P = Partisipant
E = End: purpuse and goal
A = Act sequncs
K = Key: tenor sepirit of act
I = Instrumentalistis
N = Norm of interaction and interpretation
G = Genres
16
Dari beberapa pendapat pakar tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulaan
bahwa komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individu yang
berupa simbol, tanda gerak, atau tingkah laku yang umum. Kemudian jenis
komunikasi dibagi menjadi dua bagian yaitu verbal dan nonverbal. Komunikasi
yang dilakukan manusia pada umumnya ialah komunikasi verbal, komunikasi
yang dilakukan oleh manusia dengan bahasa lisan yang berupa kata atau kalimat
dan terjadi pada peristiwa tutur. Komunikasi verbal juga dipengaruhi oleh tempat
dan waktu, pihak yang berkomunikasi, nada tutur, sarana tutur, jenis tutur. Di
Master Chef Indonesia Season 3 tidak menutup kemungkinan akan terjadi
interaksi, karena di acara ini semua pihak yang terlibat di dalam komptisi
memiliki latar belakang dunia kuliner. Semua hal itu akan menyebabkan faktor
munculnya percakapan yang mengandung variasi bahasa, khusunya ragam bahasa
jargon koki. Selain itu juri atau chef tamu semua adalah alumni dari sekolah
memasak luar negeri. Dari ragam bahasa itu akan jargon sebagai alat
komunikasinya, itu dikarenakan agar komunikasi yang dilakukan bisa berjalan
dengan lancar dan menarik. Karena itu untuk memenuhi suatu syarat seorang
intertaiment dalam acara progam televisi agar dapat menjual dan memenuhi rating
progam televisi itu sendiri.
2.3 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik bersasal dari kata “sosio” dan “ linguistic”. Sosio sama
dengan kata sosial yaitu berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu
yang mempelajari dan membicarakan bahasa khususnya unsur- unsur bahasa dan
17
antara unsur- unsur itu. Jadi, sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teori-
teori tentang hubungan masyarakat dengan bahasa. Berdasarkan pengertian
sebelumnya, sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek–aspek
kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam
bahasa yang berkaitan dengan faktor- faktor kemasyarakatan dijelaskan oleh
Nababan (1993:2).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
sosiolinguistik tidak hanya mempelajari tentang bahasa tetapi juga mempelajari
tentang aspek-aspek bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Sosiolinguistik
merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dengan linguistik, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan erat. Sosiologi merupakan kajian yang objektif
dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, lembaga-lembaga, dan proses
sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana
masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-
lembaga, proses sosial dan segala masalah social di dalam masyarakat, akan
diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana
mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di
dalam masyarakat.
Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang bahasa,
atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisipliner yang
mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam
masyarakat (Chaer dan Agustina 2003:2). Dari uraian disimpulkan bahwa
18
sosiolinguistik adalah antardisipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya
dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan tersebut. Selain sosiolinguistik
ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak yang menganggap kedua
istilah itu sama, tetapi ada pula yang menganggapnya berbeda. Ada yang
mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena penelitiannya dimasuki
dari bidang linguistik, sedangkan sosiologi bahasa digunakan kalau penelitian itu
dimasuki dari bidang sosiologi.
Fishman (dalam Chaer 2003:5) mengatakan kajian sosiolinguistik lebih
bersifat kualitatif. Jadi sosiolinguistik berhubungan dengan perincian- perincian
penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian
bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik, latar pembicaraan.
Sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem
komunikasi serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Sedangkan
yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang
terjadi dalam situasi konkrit. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti mempelajari tentang bahasa yang
digunakan dalam daerah tertentu atau dialek tertentu.
Ditinjau dari nama, sosiolingustik menyangkut sosiologi dan linguistik,
karena itu sosiolinguistik mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kedua kajian
tersebut. Sosio adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi kajian
sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi
kemasyarakatan (Sumarsono 2004:1). Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat
19
disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti ilmu yang mempelajari tentang bahasa
yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat tertentu.
Sosiolinguistik cenderung memfokuskan diri pada kelompok sosial serta
variabel linguistik yang digunakan dalam kelompok itu sambil berusaha
mengkorelasikan variabel tersebut dengan unit-unit demografik tradisional pada
ilmu-ilmu sosial, yaitu umur, jenis kelamin, kelas sosio-ekonomi, pengelompokan
regioanal, status dan lain-lain. Dari uraian disimpulkan bahwa sosiolinguistik
adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang memfokuskan diri pada
kelompok sosial serta variabel linguistik.
Alwasilah (1993:3-5) menjelaskan bahwa secara garis besar yang diselidiki
oleh sosiolingustik ada lima yaitu macam-macam kebiasaan (convention) dalam
mengorganisasi ujaran dengan berorientasi pada tujuan-tujuan sosial studi
bagaimana norma- norma dan nilai- nilai sosial mempengaruhi perilaku linguistik.
Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan
organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup perilaku bahasa saja,
melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakaian
bahasa. Dalam sosiolingustik ada kemungkinan orang memulai dari masalah
kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa, tetapi bisa juga berlaku
sebaliknya mulai dari bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala-gejala
kemasyarakatan.
Sosiolinguistik dapat mengacu pada pemakian data kebahasaan dan
menganalisis kedalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial, dan
sebaliknya mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam
20
linguistik. Misalnya orang bisa melihat dulu adanya dua ragam bahasa yang
berbeda dalam satu bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala sosial seperti
perbedaan jenis kelamin sehingga bisa disimpulkan, misalnya ragam (A)
didukung oleh wanita ragam (B) didukung oleh pria dalam masyarakat itu. Atau
sebaliknya, orang bisa memulai dengan memilah masyarakat berdasarkan jenis
kelamin menjadi pria- wanita, kemudian menganalisis bahasa atau tutur yang bisa
dipakai wanita atau tutur yang bisa dipakai pria.
Sumarsono (2004:3) mengungkapkan sosiolinguistik adalah bagian dari
linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan gejala
kebudayaan. Bahasa bukan hanya dianggap sebagai gejala sosial melainkan juga
gejala kebudayaan. Implikasinya adalah bahasa dikaitkan dengan kebudayaan
masih menjadi cakupan sosiolinguistik, dan ini dapat dimengerti karena setiap
masyarakat pasti memiliki kebudayaan tertentu. Sebagai anggota masyarakat
sosiolinguistik terikat oleh nilai-nilai budaya masyarakat, termasuk nilai-nilai
ketika dia menggunakan bahasa. Nilai selalu terkait dengan apa yang baik dan apa
yang tidak baik, dan ini diwujudkan dalam kaidah-kaidah yang sebagian besar
tidak tertulis tapi dipatuhi oleh warga masyarakat. Apa pun warna batasan itu,
sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan
antara bahasa dan masyarakat.
Berdasarkan batasan-batasan tentang sosiolinguistik di atas dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat,
dan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Sosiolinguistik membahas atau
mengkaji bahasa sehubungan dengan penutur ,bahasa sebagai anggota asyarakat.
21
Bagaimana bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi antara anggota masyarakat
yang satu dengan yang lainnya untuk saling bertukar pendapat da berinteraksi
antara individu satu dengan lainnya.
2.4 Variasi atau Ragam Bahasa
Di dalam Linguistik, bahasa tidak hanya dipahami sebagai tanda saja tetapi
juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi, dan sebagai bagian dari
kebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian yang
berdasarkan rancangan sosiolinguistik akan memperhitungkan bagaimana
pemakaiannya didalam masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
Maryono (2002:18) membagi wujud variasi bahasa berupa idiolek, dialek,
tingkat tutur (speech levels), ragam bahasa dan register. Penjelasan kelima variasi
bahasa tersebut dapat dijelaskan seperti berikut:
1) Idiolek merupakan variasi bahasa yang sifatnya individual, maksudnya sifat
khas tuturan seseorang berbeda dengan tuturan orang lain. Contoh: bahasa
yang dapat dilihat melalui warna suara.
2) Dialek merupakan variasi bahasa yang dibedakan oleh perbedaan asal penutur
dan perbedaan kelas sosial penutur, oleh karena itu, muncul konsep dialek
geografis dan dialek sosial (sosiolek). Seperti contoh: enyong berarti saya
yang digunakan di daerah tertentu yaitu daerah banyumasan.
3) Tingkat tutur (fungsiolek) merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh
adanya perbedaan anggapan penutur tentang relasinya dengan mitra tutur.
22
Contoh: kita memberikan sesuatu pada orang yang lebih tua menggunakan
bahasa yang berbeda dengan kita memberikan kepada teman yang sebaya.
4) Baku dan Standar merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya
perbedaan dari sudut penutur, tempat, pokok turunan dan situasi. Dalam
kaitan dengan itu akhirnya dikenal adanya ragam bahasa resmi (formal) dan
ragam bahasa tidak resmi (santai, akrab). Contoh: formal “ingkang kula
urmati” biasanya terdapat pada pembukaan pidato. Santai atau akrab :“nuwun
yo” mengucapkan terimakasih pada teman sebaya yang sudah akrab.
5) Register merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat-sifat
khas keperluan pemakainya, misalnya bahasa tulis terdapat bahasa iklan,
bahasa tunjuk, bahasa artikel, dan sebagainya, dalam bahasa lisan terdapat
bahasa lawak, bahasa politik, bahasa doa, bahasa pialang dan sebagainya.
Contoh: “ijuk” adalah tambang yang dipasang di dinding goa yang digunakan
untuk menyebrang.
Terkait dengan ragam atau variasi bahasa berkenaan dengan tingkat,
golongan status (sosiolek), dan kelas sosial para penuturnya, biasanya
dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar, slang,
kolokial, jargon, argot dan ken. Ada juga menambahkan dengan yang disebut
bahasa prokem (Chaer dan Agustina 2004:66).
Di dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada jargon yang digunakan
di dalam acara progam televisi Master Chef Indonesia Season 3. Mendeskripsikan
hakikat jargon, bentuk jargon, makna jargon, serta fungsi jargon itu sendiri.
23
Berikut penalaran tentang hakikat jargon, bentuk jargon, makna jargon, serta
fungsi jargon dalam penelitian ini;
2.4.1 Jargon
Jargon merupakan bagian dari variasi bahasa dalam sebuah kelompok
masyarakat. Di dalam masyarakat sosial, baik menurut profesi, kelas sosial,
meuopun umur, mempunyai tendensi untuk menciptakan sebuah bahasa, yang
kemudian menjadi bahasa jargon dalam suatu kelompok tertentu. Para pengamat
menandai bahwa banyaknya kosa kata khusus jargon anak muda dikalangan anak
muda sekarang, yang berhubungan dengan argot, kata-kata spesifik dan simpul
kata (Alwasilah 1986:135). Dalam kelompok-kelompok yang berbicara dialek
geografis dan sosial yang sama ini terdapat variasi-variasi bahasa yang tergantung
pada situasi-situasi khusus.
Orang-orang yang mempunyai kegiatan dan profesi-profesi yang sama ini
dapat saja memiliki bahasa khusus yang dinamakan jargon. Variasi khusus inilah
yang membedakan mereka yang tergolong pada orang-orang yang terdapat
disekitar mereka. Para remaja, pencuri dan tuna susila memiliki jargon yang
membedakan meraka dengan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa jargon
banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari dalam bidang percakapan.
Meluasnya pemakain jargon dikarenakan bertambahnya populasi dan komunitas
sehingga menyebabkan terjadi westernisasi, perbedaan tingkat sosial, atau
profesinya. Jargon tidak hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari, tapi
digunakan dalam karya sastra, novel, majalah dan lain-lain.
24
2.4.1.1 Arti Jargon
Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih jauh mengenai jargon,
sebelumnya harus diketahui definisi jargon menurut pakar yang mengkajinya.
Jargon merupakan seperangkat istilah-istilah yang dipakai oleh satu kelompok
sosial dan pekerja tapi sering tidak dimengerti oleh masyarakat secara
keseluruhan. Jargon merupakan bahasa untuk tujuan khusus yaitu untuk
identifikasi kelompok untuk membedakan kelompok-kelompok dalam masyarakat
(Mukengko dan Nikitina, 2008:8).
Jargon bisa juga berarti bahasa yang digunakan oleh pelaku tindak kriminal
dan pengguna obat-obat terlarang agar mereka bisa berkomunikasi bebas tanpa
dipahami oleh orang-orang diluar kelompok mereka, supaya kelompok tersebut
dapat merahasiakan topik pembiacaraan mereka. Jargon yang sering digunakan
yaitu dengan membolak-balik sukukatanya memberikan perumpamaan pada suatu
benda yang menyerupai atau tidak sama sekali (hanya sebagi simbol pada suatu
benda).
Jargon dapat diartikan sebagai bahasa percakapan sosial. Jargon memiliki
karakteristik yang menyerupai dengan bahasa setempat dan memiliki kosa kata
dan frasa khusus yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
sesamanya. Hal ini terkait dengan arti jargon secara sederhana yaitu ragam bahasa
(Mukengko dan Nikitina 2005:4-5). Jargon merupakan bahasa yang digunakan
untuk percakapan sosial maka jargon sering muncul sebagai alat untuk
berkomunikasi khusus dalam persamaan minat, kebiasaan, profesi, dan kedudukan
dalam sebuah komunitas.
25
Jargon adalah variasi sosial yang digunakan oleh kelompok-kelompok
soaial tertentu (Chaer dan Agustina 2004:68). Ungkapan ini sering kali tidak dapat
dipahami oleh masyarakat umum dan masyarakat diluar kelompoknya. Namun
ungkapan-ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia. Seperti istilah yang digunakan
oleh politikus, ekonomikus, pelaut dan lain-lain dalam berkomunikasi dengan
sesamanya.
Jargon juga merupakan istilah khusus yang digunakan dalam bidang
kehidupan tertentu yang dikemukakan oleh Pateda (1986:86). Jargon merupakan
seperangkat istilah dan ungkapan yang dipakai oleh sekompok sosial dan pekerja
yang sering tidak dimengerti oleh masyarakat dan secara keseluruhan. Jargon
memunculkan kata-kata baru atau kata-kata lama dengan makna baru.
2.4.1.2 Jargon sebagai Salah Satu Bentuk Ragam Bahasa
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai posisi-posisi jargon dari beberapa
sumber, Alwasilah (1986:135) memaparkan bahwa jargon sama dengan argot, ada
juga yang membuat perbedaan walau tidak penting. Simak batasan argot sebagai
berikut bahasa khas pencuri. Dipakai juga untuk kosakata teknis atau khusus,
dalam perdagangan, profesi, atau kegiatan lain. Demikian argot ini sinonim
dengan jargon, kita melihat jargon atau argot pada pokoknya mengacu pada
bahasa yang khusus dalam kelompok sosial tertentu. Banyak jargon yang lolos,
lalu masuk pada standar. Tadinya ia dipakai secara terbatas pada kelompok-
kelompok kecil, kemudian berangsur-angsur dimengerti lalu dipergunakan
kelompok besar.
26
Keraf (1987:107) menjelaskan kata jargon mengandung beberapa
pengertian, pertama-tama jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek atau
tutur yang dianggap kurang sopan atau aneh. Dalam hal ini, jargon diartikan
sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam
bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus
lainnya. Oleh karena itu jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak
akan banyak artinya bila dipakai sasaran yang umum.
Menurut Chaer dan Agustina (2004:68), yang dimaksud jargon adalah
variasi sosial yang digunakan seringkali tidak dipahami oleh masyarakat umum
atau masyarakat di luar kelompoknya. Namun, ungkapan tersebut tidak bersifat
rahasia. Lebih lanjut Pateda (1987:70) menjelaskan jargon adalah pemakaian
bahasa dalam setiap bidang kehidupan. Setiap keahlian, jabatan, lingkungan
pekerjaan, masing-masing mempunyai bahasa khusus yang sering tidak
dimengerti oleh kelompok lain.
Dengan demikian yang dimaksud jargon adalah seperangkat istilah-istilah
dalam suatu komunitas atau kelompok sosial yang digunakan dan hanya
dimengerti oleh sipengguna komunitas tersebut yang ada dalam kompetisi Master
Chef Indonesia. Jadi jargon dalam penelitian ini adalah jargon yang digunakan di
kalangan kompetisi di RCTI yaitu Master Chef Indonesia season 3. Adapun telaah
jargon yang digunakan di Master Chef Indonesia season 3 meliputi telaah dari
sudut bentuk, makna dan fungsi yang akan dijelaskan berikutnya.
27
2.4.2 Bentuk Jargon
Jargon merupakan istilah yang digunakan pada suatu bidang. Istilah adalah
kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu (Mendikbud,
2011:47). Berdasarkan pedoman umum pembentukan istilah di Indonesia,
bentuk istilah dapat dilihat dari proses pembentukan dan sumber istilah
berasal (Mendikbud, 2011: 47-54).
2.4.2.1 Bentuk Jargon berdasarkan Proses Pembentukanya
Berdasarkan proses pembentukan istilah, menurut Ramlan (2001: 28) terdapat
bentuk tunggal dan kompleks, dimana satuan bentuk tunggal adalah satuan
gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi sedangkan
bentuk kompleks merupakan satuan gramatik yang mengalami proses
morfologis. Proses morfologis tersebut adalah perimbuhan afiks,
pengulangan, dan pemajemukan. Disisi lain menurut Kridalaksana (1989: 12)
proses morfologis meliputi derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi
(singkatan), komposisi (perpaduan), dan derivasi balik. Pada abreviasi,
bentuk kependekan dapat dibedakan menjadi singkatan, penggalan, akronim,
kontraksi/peringkasan, dan lambang huruf.
Di dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori dari
Ramlan untuk bentuk tunggal dan kompleks dan teori Kridalaksana
untuk bentuk abreviasi. Untuk memperjelas bentuk istilah berdasarkan proses
pembentukannya maka akan dipaparkan sebagai berikut.
28
1) Kata dasar
Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar pembentukkan kata. Kata
tersebut masih utuh, belum mengalami perubahan terutama karena
mendapat imbuhan, perulangan, atau pemajemukan. Kata dasar tersebut
dapat berdiri sendiri dan dapat pula menjadi dasar pembentukkan kata
berimbuhan, kata ulang, maupun kata majemuk. Misalnya kata dasar darah,
kata darah merupakan bentuk dasar karena tidak mempunyai satuan yang lebih
kecil lagi.
Kata dasar dalam penelitian ini adalah kata dasar peristilahan, karena
penelitian ini meneliti istilah yang dipakai oleh suatu kelompok atau
bidang tertentu yang bersifat khusus, tetap dan pasti. Kata dasar
peristilahan adalah bentuk bahasa yang dipakai sebagai istilah dengan
tidak mengalami penurunan bentuk, yang dipakai sebagai alas istilah yang
berbentuk turunan (Depdiknas, 1993: 55).
2) Afiksasi
Proses afiksasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan
jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar (Muslich, 2010: 38).
Misalnya pembubuhan afiks [meN-] pada bentuk dasar pipet akan menjadi
memipet. Hasil dari pembubuhan afiks tersebut membentuk kata-kata
baru, seperti yang dipaparkan oleh Muslich (2010: 41), bahwa afiks
adalah bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal,
yang merupakan unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan
bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru.
29
Proses afiksasi terdiri dari lima macam, yaitu awalan (prefiks), imbuhan
tengah (infiks), imbuhan pada akhir kata dasar (sufiks), dan imbuhan terbelah
atau di awal dan diakhir (konfiks dan simulfiks).
3) Reduplikasi
Kata ulang peristilahan adalah istilah yang berupa ulangan kata dasar
seutuhnya atau sebagiannya, dengan atau tanpa pengimbuhan dan
perubahan bunyi. Istilah yang mengungkapkan konsep keanekaan,
kemiripan, kumpulan, pengaburan, atau perampatan (generalisasi) dapat
dibentuk dengan reduplikasi (Depdiknas, 1993: 64).
4) Pemajemukan
Gabungan kata peristilahan adalah istilah yang terbentuk dari
beberapa kata, yang disebut kata majemuk. Menurut Ramlan (2001: 76) kata
majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Menurut
Muslich (2010: 57), proses pemajemukan atau komposisi adalah peristiwa
bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbukan arti
yang relatif baru.
Gabungan kata majemuk dapat ditulis menurut tiga cara yang berikut
sesuai dengan aturan ejaan yang berlaku, yaitu a) gabungan kata yang ditulis
terpisah, misalnya ghost well. b) Gabungan kata ditulis dengan menggunakan
tanda hubung jika dirasa perlu menegaskan pengertian di antara dua unsurnya,
misalnya cami-cami kruncy. c) Gabungan kata yang ditulis serangkai, misalnya
maknyus (Depdiknas, 1993: 65).
5) Abreviasi
30
Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian
leksem atau kombinasi leksem sehingga menjadikan bentuk baru yang
berstatus kata (Kridalaksana, 1989: 12). Jenis-jenis abreviasi adalah 1)
singkatan: hasil pemendekan dieja huruf demi huruf, 2) penggalan:
pemendekan dengan mengekalkan salah satu leksem, 3) akronim: hasil
pemendekan yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata, 4) kontaksi:
pemendekan dengan meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem,
5) lambang huruf: pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih
yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur.
2.4.2.2 Bentuk Jargon Berdasarkan Sumber Istilah atau Asal Bahasa
Bentuk suatu istilah juga dapat dilihat berdasarkan sumber istilah. Sumber
istilah di Indonesia digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kosa kata bahasa
Indonesia, bahasa serumpun, dan bahasa asing (Mendikbud, 2011: 50-51).
2.4.2.2.1 Kosakata bahasa Indonesia
Kata Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah adalah kata umum,
baik kata yang lazim maupun kata yang tidak lazim yang memenuhi salah
satu syarat atau lebih yang berikut ini.
1) Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses,
keadaan atau sifat yang dimaksudkan.
2) Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang berujukan sama,
seperti gulma jika dibandingkan dengan tumbuhan pengganggu,
suaka (politik) dibanding dengan perlindungan (politik).
31
3) Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap
didengar (eufonik), seperti pramuria jika tidak dibandingkan
dengan hostes, tunakarya dibandingkan dengan pengangguran.
Istilah dapat juga berupa kata umum yang diberikan makna baru
atau makna khusus dengan jalan menyempitkan atau meluaskan makna
asalnya. Misalnya: berumah dua, gaya, pejabat teras garam, dan lain
sebagainya.
2.4.2.2.2 Kosakata bahasa serumpun
Kosakata bahasa serumpun digunakan jika di dalam Bahasa Indonesia
tidak ditemukan istilah yang dengan tepat dapat mengungkapkan konsep, proses,
keadaan atau sifat yang dimaksudkan. Kosakata bahasa serumpun yang
digunakan baik yang lazim maupun yang tidak lazim,asalkan memenuhi ketiga
syarat dalarn kosakata Bahasa Indonesia boleh digunakan, misalnya kata
gambut, nyeri, timbel, dan lain sebagainya.
2.4.2.2.3 Kosakata bahasa asing
Kosakata bahasa asing digunakan jika dalam bahasa indonesia maupun
bahasa serumpun tidak ditemukan istilah yang tepat, maka bahasa asing dapat
dijadikan sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan
jalan menerjemahkan, menyerap, dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah
asing.
1) Penerjemah istilah asing
Istilah baru dapat dibentuk dengan menerjemahkan istilah asing,
misalnya: main course (masakan pembuka). Di dalam penerjemahan istilah
32
asing perlu diperhatikan kesamaan dan kepadanan konsep bukan kemiripan
bentuk luarnya atau makna harafiahnya,contohnya gallery→tempat
penyimpanan bahan.
2) Penyerapan istilah asing
Demi memudahkan pengalihan antarbahasa dan keperluan masa
depan, pemasukan istilah asing, yang bersifat intenasional, melalui proses
penyerapan dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat atau lebih dapat
dipenuhi. Syarat tersebut antara lain.
a. Istilah serapan yang dipilih lebih cocok karena konotasinya.
b. Istilah serapan yang dipilih lebih singkatjika dibandingkan dengan
terjemahan Indonesianya.
c. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya
kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
Proses penyerapan dapat dilakukan dengan atau tanpa pengubahan
yang berupa penyesuaian ejaan dan lafal. Contoh: speed, acidic, dan imunity.
3) Penyerapan dan penerjemahan sekaligus
Istilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan jalan menyerap
dan menerjemahkan istilah asing sekaligus. Contoh : rasanya strong, super
cantik, dan fish timbal.
Dari beberapa pendapat yang dipaparkan, dapat disimpulkan
bahwa bentuk jargon dapat digolongkan menjadi dua yaitu berdasarkan
proses pembentukannya dan berdasarkan sumber istilah. Berdasarkan proses
pembentukannya jargon dapat berupa bentuk tunggal, bentuk kompleks
33
(afiksasi, reduplikasi, kata majemuk), dan abreviasi (singkatan, penggalan,
akronim, kontraksi atau peringkasan, dan lambang huruf) sedangkan
berdasarkan sumber istilah, jargon dapat berasal dari kosa kata bahasa
Indonesia, bahasa serumpun, dan bahasa asing (terjemahan, penyerapan, dan
kata asing).
2.4.3 Makna Jargon
Bahasa adalah perpaduan antara bentuk dan makna. Bentuk bahasa
merupakan sistem lambang yang digunakan oleh pemakai bahasa untuk
menyampaikan apa saja yang ada di dalam benak dan pikirannya kepada orang
lain agar orang tersebut bisa mengetahui, memahami dan memberikan respon
tertentu (Santoso, 2003: 9). Makna merupakan konsep, gagasan, ide, atau
pengertian yang berada secara padu bersama satuan kebahasaan yang menjadi
penandanya (Santoso, 2003: 9).
Menurut Chaer (2002: 60-77), terdapat beberapa jenis makna dalam
bidang semantik, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai
dengan hasil indra kita atau makna apa adanya, atau makna di dalam kamus.
Makna leksikal merupakan makna dasar kata-kata terlepas dari konteks
penggunaannya (Santoso, 2003: 17). Misalnya kata pensil bermakna
leksikal sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang.
2) Makna gramatikal adalah makna yang timbul akibat bertemunya unsur
bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain dalam sebuah konstruksi,
34
baik kontruksi morfologis maupun sintaksis (Santoso, 2003: 17). Makna
gramatikal di sini digunakan untuk menyatakan makna-makna dalam
kontruksi morfologis saja, menginggat data yang digunakan sebatas kata.
Kontruksi morfologis yang dimaksud adalah afiksasi, reduplikasi, dan kata
majemuk.
3) Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di
dalam suatu konteks.
4) Denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang
dimiliki oleh sebuah kata. Jadi, makna denotatif ini sebenarnya sama dengan
makna leksikal. Makna konotatif adalah makna yang tidak sebenarnya.
5) Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah kata terlepas
dari konteks atau asosiasi apapun, sedangkan makna asosiatif adalah makna
yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan
kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.
6) Makna istilah adalah makna pasti, jelas, dan tidak meragukan, meskipun
tanpa konteks kalimat. Sebuah kata termasuk dalam makna istilah jika
hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.
7) Makna idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan
dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal.
Dari beberapa jenis makna yang sudah dipaparkan, maka jargon Master
Chef Indonesia Season 3 termasuk dalam makna gramatikal dan makna istilah.
Istilah yang digunakan dalam Master Chef Indonesia Season 3 berbaur dengan
suatu tayangan yang harus menunjukan sesuatu yang menarik dan aktraktif, dari
35
sebab itulah jargon yang terdapat mengandung makna yang beragam karena di
pengaruhi oleh percampuran bahasa asing, contoh: rasanya strong (rasanya
kuat), Serta dipengaruhi konteks istilah asli atau murni, contoh: golden ticket
(tiket emas), main course (masakan pembuka), dan istilah ini tidak digunakan
dibidang hukum.
2.4.4 Fungsi pemakaian Istilah Jargon
Pateda (1990:1) berpendapat bahwa bahasa berperan untuk
mengekspresikan sesuatu yang ada di dalam pikiran manusia dalam usaha
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam konteks sosial
eksistensi bahasa tidak dapat diabaikan begitu saja karena dengan bahasa manusia
dapat mengungkapkan aspek-aspek sosial yang dijumpai ketika berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya. Bahasa hanya hidup berkat adanya aktivitas
berbicara pada manusia atau anggota pemakai bahasa.
Menurut Halliday (1994:20) kata „fungsi‟ sama halnya dengan
„penggunaan‟. Orang melakukan sesuatu dengan media bahasa, antara lain dengan
cara bertutur dan menulis, mendengarkan dan membaca, dengan harapan
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam menafsirkan fungsi bahasa bukan hanya
sebatas pada penggunaan saja, melainkan pada sistem makna.
Fungsi bahasa berdasarkan makna antarpelibat menurut
Halliday (1994:20) berarti membicarakan fungsi dalam proses interaksi. Fungsi
bahasa berdasar pelibat ditafsirkan sebagai sarana untuk berbuat. Di dalam
makna antarpelibat kalimat bukan hanya menyatakan kenyataan
36
sesungguhnya, melainkan juga menyatakan interaksi antara pembicara dan
pendengar.
Hubungan antara orang-orang yang terlibat dalam mengungkapkan
maksud dan tujuannya memiliki varian tutur yang bermacam-macam.
Misalnya, menyatakan perintah (command), permintaan, tawaran, atau
persetujuan. Sehubungan dengan kajian mengenai fungsi bahasa jargon, maka
digunakan teori Halliday. Halliday (melalui Pranowo, 1996: 93)
mengemukakan tujuh fungsi bahasa yaitu fungsi instrumental, regulasi,
representasi, interaksi, perorangan, heuristik, dan imajinatif. Berikut fungsi
bahasa antarpelibat yang dikemukakan oleh Halliday.
1) Fungsi instrumental
Pada fungsi instrumental, bahasa berfungsi menghasilkan kondisi-
kondisi tertentu dan menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu.
Fungsi instrumental yakni fungsi bahasa yang dilihat dari segi pendengar
atau lawan bicara. Dalam hal ini bahasa mengatur tingkah laku pendengar.
Di sini bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi
melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diinginkan si pembicara. Hal
ini dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang
menyatakan perintah, permohonan, himbauan, permintaan, pemberian
perhatian maupun rayuan.
2) Fungsi regulasi
Pada fungsi regulasi, bahasa berfungsi sebagai pengawas, pengendali,
atau pengatur peristiwa atau berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur
37
orang lain. Tuturannya dapat berupa bentuk larangan, ancaman, peraturan,
persetujuan, penolakan atau perjanjian.
3) Fungsi representasi
Pada fungsi representasi, bahasa berfungsi untuk membuat pernyataan-
pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan, atau
melaporkan realitas yang sebenamya sebagaimana yang dilihat atau dialami
orang. Bila dilihat dari segi topik ujaran maka bahasa berfungsi representational.
Di sini bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa
yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.
4) Fungsi interaksional
Pada fungsi interaksional, bahasa berfungsi menjamin dan memantapkan
ketahanan dan keberlangsungan komunikasi serta menjalin interaksi sosial.
Keberhasilan interaksi ini menuntut pengetahuan secukupnya mengenai
logat, jargon, lelucon sebagai bumbu komunikasi, cerita rakyat (folklore), adat-
istiadat dan budaya setempat (termasuk didalamnya tatakrama pergaulan).
5) Fungsi heuristik
Fungsi ini melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan mempelajari seluk-beluk lingkungannya.
Fungsi ini mengingatkan dengan apa yang sering disebut pertanyaan, sebab
fungsi ini sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
yang menuntut jawaban.
6) Fungsi personal
38
Fungsi ini memberi kesempatan kepada pembicara untuk
mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksi yang
mendalam. Dalam hal ini bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi biasanya
menunjukkan kepribadian seseorang. Dari bahasa yang dipakai oleh
seseorang maka akan diketahui apakah dia sedang marah, jengkel, sedih,
gembira, dan sebagainya.
7) Fungsi imajinatif
Bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem, gagasan, atau kisah yang
imajinatif. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita-cerita,
dongeng-dongeng, membacakan lelucon, atau menuliskan cerpen, novel, dan
sebagainya. Melalui bahasa kita bebas menciptakan mimpi-mimpi yang
mustahil sekalipun jika yang kita inginkan memang seperti itu.
Dengan bahasa kita mengekspresikan perasaan dalam bentuk puisi yang
indah.
2.5 Master Chef Indonesia
Acara tersebut adalah kelanjutan dari acara realitas Master Chef Indonesia
yang mengalami masa tayang pada tahun 2012. Audisi dimulai bulan Maret 2012.
Pada musim ini, posisi Vindex Tengker sebagai juri digantikan oleh Degan
Septoadji, sedangkan Rinrin Marinka dan Juna Rorimpandey tetap menjadi juri.
Pemenang dalam acara ini adalah Desi, peserta asal Sungai Liat, Bangka,
Kep.Bangka Belitung dan menjadi Master Chef Kedua dalam kompetisi ini.
Masterchef menyajikan tiga sesi yaitu:
39
1) Sesi pertama
Setiap peserta mengadukan masakan secara individu. Kemudian, peserta yang
memenangkan tantangan akan mendapatkan reward/keuntungan dalam sesi
selanjutnya. Tantangan dalam sesi ini adalah:
1. Mystery Box: kontestan harus membuat masakan dari bahan-bahan yang
ada di dalam kotak.
2. Multi Mystery Box: peserta bisa membuat masakan dengan 1 bahan tapi 2
masakan
3. Signature Dish: kontestan harus membuat masakan dengan tema tertentu.
4. Popstar Challenge: kontestan membuat masakan kesukaan bintang tamu.
5. One Core Ingridient: kontestan harus membuat hidangan dengan satu
bahan dasar yang telah ditentukan.
2) Sesi kedua (babak peserta eliminasi)
Setiap peserta mengadukan memasak secara individu atau kelompok. Untuk
kelompok, seluruh peserta dibagi menjadi 2 tim, yaitu Tim Merah dan Tim
Biru. Peserta atau tim yang memperoleh nilai tidak memuaskan akan masuk
babak eliminasi. Tantangan dalam sesi ini adalah:
1. Duel Captain Challenge: kapten dari sebuah tim akan bertanding
memasak dengan kapten dari tim yang lain.
2. Offsite Challenge: tantangan yang dilakukan di luar Galeri MasterChef.
3. Team Challenge: kontestan dibagi menjadi 2 tim atau lebih, tim-tim
tersebut diadu memasak di dalam Galeri MasterChef.
40
4. Pro Chef Challenge: salah satu kontestan berhadapan dengan seorang chef
profesional. Apabila berhasil menang, kontestan akan mendapatkan hadiah
5. Pressure Test: babak eliminasi.
3) Sesi ketiga (babak eliminasi)
Setiap peserta mengadukan memasak secara individu. Satu peserta yang
mendapatkan nilai yang tidak memuaskan akan dieliminasi. Tantangan dalam
sesi ini adalah:
1) Spike Elimination: kontestan mengikuti babak eliminasi tetapi bukan
tantangan memasak, melainkan memilih salah satu kontestan yang
menurutnya harus dikeluarkan.
2) Duel Black Team: Kontestan terbawah bertanding duel dengan salah satu dari
Black Team. Jika kontestan menang maka akan tetap mempertahankan
posisinya dan Black Team akan tereliminasi. Namun jika Black Team yang
menang maka akan bertukar posisi dengan kontestan tersebut.
3) Black Team Royal Battle: Kontestan terbawah bertanding duel dengan
seluruh anggota Black Team. Pemenang akan bertahan dalam kompetisi dan
yang kalah akan tereliminasi.
4) Duplication Test: kontestan harus menduplikasi masakan tertentu dari segi
presentasi dan rasa.
5) Invention Test: kontestan harus menyiapkan sebuah hidangan hasil kreasi
baru dari bahan yang ada.
6) Taste Test: tantangan menebak bahan dalam suatu masakan.
7) Final Test: penentuan juara/ kontestan yang masuk ke tahap berikutnya.