bab ii. landasan teori a. tinjauan pustaka 1. tekanan panas · menaikan penguapan maksimal hingga...

34
6 BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas a. Pengertian Tekanan Panas Tekanan panas adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia yang merupakan perpaduan dari suhu dan kelembaban udara, kecepatan aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh (Siswanto, 2001), sedangkan menurut Suma’mur (2014) tekanan panas adalah kombinasi antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi, kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.13/MEN/X/2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Kimia di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 5 berbunyi, iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja akibat pekerjaanya. Suhu udara dapat diukur dengan termometer dan disebut suhu kering. Suhu basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu termometer yang dibasahi dan ditiupkan udara kepadanya dengan demikian suhu tersebut menunjukkan kelembaban relatif. Kecepatan udara yang besar dapat diukur dengan suatu anemometer sedangkan kecepatan kecil diukur dengan memakai termometer kata. Suhu radiasi adalah tenaga elektromagnetis yang panjang gelombangnya lebih panjang dari sinar matahari (Suma’mur, 2014). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas Tubuh tenaga kerja dalam lingkungan kerja yang panas mempunyai daya tahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Upload: others

Post on 10-Oct-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

6

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tekanan Panas

a. Pengertian Tekanan Panas

Tekanan panas adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh

manusia yang merupakan perpaduan dari suhu dan kelembaban udara,

kecepatan aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan

oleh metabolisme tubuh (Siswanto, 2001), sedangkan menurut

Suma’mur (2014) tekanan panas adalah kombinasi antara suhu udara,

kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi, kombinasi

keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor : PER.13/MEN/X/2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisik dan Kimia di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 5 berbunyi, iklim kerja

adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan

udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh

tenaga kerja akibat pekerjaanya.

Suhu udara dapat diukur dengan termometer dan disebut suhu

kering. Suhu basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu termometer

yang dibasahi dan ditiupkan udara kepadanya dengan demikian suhu

tersebut menunjukkan kelembaban relatif. Kecepatan udara yang

besar dapat diukur dengan suatu anemometer sedangkan kecepatan

kecil diukur dengan memakai termometer kata. Suhu radiasi adalah

tenaga elektromagnetis yang panjang gelombangnya lebih panjang

dari sinar matahari (Suma’mur, 2014).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas

Tubuh tenaga kerja dalam lingkungan kerja yang panas

mempunyai daya tahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai

berikut:

Page 2: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

7

1) Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologi yang

ditandai oleh pengeluaran keringat yang meningkat, denyut

jantung menurun dan suhu tubuh menurun. Proses adaptasi ini

biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Aklimatisasi dapat pula

menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak masuk kerja

selama seminggu berturut-turut (Santoso, 2004).

2) Umur

Menurut Priatna (1990) pada orang berusia lanjut akan lebih

sensitif terhadap cuaca panas bila dibandingkan dengan orang

yang berusia lebih muda. Hal ini mungkin lebih disebabkan pada

orang yang berusia lanjut kemampuan berkeringat lebih lambat

dari orang yang berusia lebih muda dan kemampuan tubuh untuk

mengembalikan suhu tubuh normal lebih lambat dari pada orang

yang berusia lebih muda. Daya tahan badan terhadap panas akan

menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan

lamban keluar keringatnya dibandingkan dengan orang muda

(Tarwaka, 2004).

3) Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas antara laki-laki dan

perempuan untuk berkeringat secara cukup, dalam iklim panas

tidak dapat beraklimatisasi secara baik seperti laki-laki. Seorang

wanita lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada suhu panas. Hal

tersebut disebabkan karena tubuh wanita mempunyai jaringan

dengan daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila

dibandingkan dengan laki-laki (Tarwaka, 2004).

4) Kesegaran Jasmani

Bagi karyawan yang sudah beraklimatisasi akan lebih mudah

bekerja dalam lingkungan panas, bila keadaan jasmaninya segar

(Tarwaka, 2004).

Page 3: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

8

5) Suku Bangsa

Perbedaan aklimatisasi yang ada di antara kelompok suku

kecil, mungkin di sini erat sekali hubungannya dengan perbedaan

ukuran tubuh (Tarwaka, 2004).

6) Pengaturan Lama Kerja

Untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat

terpapar suhu udara yang tinggi, lamanya kerja dan istirahat harus

disesuaikan dengan tingkat tekanan panas yang dihadapi oleh

pekerja (Depkes RI, 2003).

c. Pertukaran Panas Tubuh dengan Lingkungan Sekitar

Menurut Suma’mur (2014) tenaga kerja yang bekerja pada tempat

yang panas, karena tubuhnya mendapat panas yang berlebihan maka

tubuh akan banyak mengeluarkan keringat. Tubuh mempunyai tiga

cara dalam menghadapi tekanan panas yaitu :

1) Menggigil, menyebabkan peningkatan laju metabolisme dan

seterusnya menaikkan produksi panas tubuh dan merupakan

jawaban tubuh terhadap dingin.

2) Berkeringat, merupakan jawaban tubuh terhadap tekanan panas,

jumlah keringat akan meningkat seimbang dengan tekanan panas

pada daerah tertentu sesuai suhu kulit.

3) Pengaturan peredaran darah, merupakan jawaban terhadap udara

dingin dan panas. Bila udara dingin terjadi vasokontriksi

pembuluh darah di permukaan atau vasodilatasi pembuluh darah

di dalam jaringan sehingga panas akan terkumpul di permukaan.

Terdapat empat macam cara pertukaran panas pada manusia :

1) Konduksi yaitu pertukaran panas antara tubuh dan benda-benda

sekitarnya dengan melalui sentuhan atau kontak.

2) Konveksi yaitu pertukaran panas antara badan dengan lingkungan

melalui kontak udara dengan tubuh. Faktor-faktor yang

mempengaruhi konveksi ini adalah perbedaan suhu kulit dan suhu

sekitarnya serta kecepatan aliran udara.

Page 4: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

9

3) Radiasi yaitu pertukaran panas dengan cara radiasi antara tubuh

dan benda-benda sekitarnya yakni dengan cara menyerap atau

memancarkan panas.

4) Evaporasi yaitu proses pengeluaran atau pelepasan panas oleh

tubuh melalui penguapan dalam bentuk keringat.

(Suma’mur, 2014).

d. Cara Menetapkan Besarnya Tekanan Panas

Menurut Suma’mur (2014), terdapat beberapa cara untuk

menetapkan besarnya tekanan panas sebagai berikut :

1) Suhu Effektif, yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang

dialami oleh seseorang tanpa baju dan kerja dalam berbagai

kombinasi suhu kelembaban dan kecepatan aliran udara.

2) Indeks Suhu Basah Bola (ISBB) yaitu rumus-rumus sebagai

berikut :

a) Pekerjaan dilakukan di bawah paparan sinar matahari

(outdoor):

ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x

suhu kering)

b) Pekerjaan dilakukan di dalam ruangan (indoor) :

ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)

3) Indeks kecepatan keringat selama 4 jam ( Predicated – 4 – hour

sweetrate disingkat P4SR) yaitu banyaknya keringat keluar

selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan

kecepatan gerakan udara serta panas radiasi.

4) Indeks Belding-Hacth, mendasarkan indeknya atas perbandingan

banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas

dan kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat.

e. Nilai Ambang Batas dari Tekanan Panas

Penilaian terhadap tingkat tekanan panas dan waktu terpapar yang

diperkenankan dapat dilihat pada Tabel 1:

Page 5: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

10

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Tekanan Panas Indeks Suhu Basah dan

Bola (ISBB) yang Diperkenankan

Pengaturan waktu kerja setiap jam

(%)

ISBB (0C)

Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75 - 100

50 - 75

25 - 50

0 - 25

31,0

31,0

32,0

32,2

28,0

29,0

30,0

31,1

-

27,5

29,0

30,5 Sumber : Permenakertrans Nomor PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011.

f. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Manusia

Pada saat tubuh kontak dengan lingkungan kerja panas dapat

menyebabkan terjadinya dilatasi pembuluh darah perifer, sehingga

keseimbangan peredaran darah akan terganggu, dengan terjadinya

keringat yang berlebihan,volume plasma berkurang sehingga volume

darah juga berkurang, akibatnya tekanan darah turun dan pasokan

oksigen keotak berkurang dengan demikian orang akan kehilangan

kesadarannya (Suwondo et al, 2008).

Proses metabolisme dalam tubuh merupakan proses kimiawi dan

proses ini terus berlangsung supaya kehidupan manusia dapat

dipertahankan. Hasil dari metabolisme ini antara lain adalah energi

dan panas. Panas yang dihasilkan inilah yang merupakan sumber

utama panas tubuh manusia. Dengan demikian panas akan terus

dibentuk walaupun dalam keadaan istirahat, selama proses

metabolisme berlangsung (Depkes RI, 2003).

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh

untuk memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat dalam

Tarwaka (2004) bahwa reaksi fisiologis tubuh (heat strain) oleh

karena peningkatan temperatur udara di luar comfort zone seperti

vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperatur kulit meningkat

dan suhu tubuh inti.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan tekanan

panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 6: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

11

1) Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti terjadinya

kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.

2) Dehidrasi yaitu suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan

yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup

maupun karena gangguan kesehatan.

3) Heat rash (miliaria atau biang keringat) yaitu timbul vesicula

yang berwarna kemerah-merahan pada kulit dan biasanya

ditemukan pada punggung, dada dan leher.

4) Heat stroke karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat,

penderita kebanyakan adalah laki-laki yang pekerjaannya berat

dan belum beraklimatisasi. Pertolongan pertama bagi penderita

heat stroke yaitu dengan memberikan kompres atau selimut kain

basah dan dingin untuk menurunkan suhu badan.

5) Heat cramps merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan

kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya

garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan

karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium,

disamping kejang-kejang tersebut juga dapat mengakibatkan

pingsan, kelemahan, mual, dan muntah-muntah.

6) Heat exhaustion yaitu keadaan ini terjadi apabila tubuh

kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam.

Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum

beraklimatisasi terhadap suhu udara panas (Tarwaka, 2004).

g. Pengendalian Tekanan Panas

Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas

terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-

sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi

tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor

tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan

sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar. Di

samping itu, koreksi tersebut juga dimaksudkan untuk menilai

Page 7: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

12

efektivitas dari sistem pengendalian yang telah dilakukan di masing-

masing tempat kerja. Secara ringkas teknik pengendalian terhadap

pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.

2) Mengurangi beban panas radian dengan cara menurunkan

temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas,

relokasi proses kerja yang menghasilkan panas dan penggunaan

tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas.

3) Mengurangi temperatur dan kelembaban, cara ini dapat dilakukan

melalui ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau

pendinginan secara mekanis (mechanical cooling) dan telah

terbukti secara dramatis dapat menghemat biaya dan

meningkatkan kenyamanan.

4) Meningkatkan pergerakan udara dengan mempercepat aliran

udara dapat dilakukan dengan ventilasi umum dan spoot cooling

dengan pemasangan blower mengarah ke tenaga kerja. Dengan

mempercepat aliran udara di atas permukaan kulit berarti

menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas

turun.

5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari,

penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk

pemulihan dan mengatur waktu kerja dan waktu istirahat secara

tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB.

Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa kondisi yang harus

dipertimbangkan dalam setiap desain atau redesain sistem ventilasi

adalah adanya sirkulasi udara pada tempat kerja yang baik, sehingga

terjadi pergantian udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar

secara terus menerus. Di samping itu faktor pakaian dan pemberian

Page 8: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

13

minum harus juga dipertimbangkan dalam mengatasi masalah panas

lingkungan (Tarwaka, 2004).

2. Kebisingan

a. Pengertian Kebisingan

Bising (noise) adalah bunyi yang di timbulkan oleh gelombang

suara dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu.Di sektor

industri, bising berarti bunyi yang sangat mengganggu dan

menjengkelkan serta sangat membuang energi (Harrianto, 2008).

Menurut Anizar (2009) kebisingan merupakan semua suara yang

tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau

alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

gangguan pendengaran.

Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki

termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh

transportasi dan industri, sehingga dalam jangka waktu yang panjang

akan dapat mengganggu dan membahayakan konsentrasi kerja,

merusak pendengaran (kesehatan) dan mengurangi efektifitas kerja

(Wilson dalam Santoso, 2008).

b. Jenis – jenis Kebisingan

Jenis bising menurut Soeripto (2008) berdasarkan atas pengaruhnya

bunyi terhadap manusia, bising dapat dibagi sebagai berikut:

1) Bising yang mengganggu (irritating noise), intensitasnya tidak

keras (misalnya orang mendengkur).

2) Bising yang menutupi (masking noise)

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara

tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya

tenggelam dalam kebisingan dari sumber lain.

3) Bising yang merusak (damaging/injurious noise)

Bunyi yang intensitasnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB),

bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

Page 9: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

14

Menurut Suma’mur (2009) jenis kebisingan yang sering ditemukan

adalah:

1) Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa terputus – putus dengan

spektrum frekuensi yang lebar (steady state, wide band noise),

misalnya bising mesin, kipas angin, dan dapur pijar.

2) Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi

tipis (steady state, narrow band noise) misalnya bising gergaji

sirkuler, dan katup gas.

3) Kebisingan terputus – putus (intermittent noise), misalnya bising

lalu lintas suara kapal terbang di bandara.

4) Kebisingan impulsif (impact or implusive noise) seperti bising

pukulan palu, tembakan bedil atau meriam dan ledakan.

5) Kebisingan impulsif berulang, misalnya bising mesin tempa di

perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan.

c. Sumber Kebisingan

Menurut Dirjen PPM dan PL, DEPKES & KESSOS RI Tahun

2000 dalam Subaris dan Haryono (2011) :

1) Bising industri

Industri besar termasuk di dalamnya pabrik, bengkel, dan

sejenisnya.Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun

masyarakat di sekitar industri.

2) Bising rumah tangga

Umumnya disebabkan oleh alat-alat rumah tangga dan tidak terlalu

tinggi tingkat kebisingannya.

3) Bising spesifik

Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya

pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.

Bila sumber kebisingan dilihat dari sifatnya dibagi menjadi dua

yaitu Wisnu 1996 dalam Subaris & Haryono (2011) :

1) Sumber kebisingan statis : pabrik, mesin, tape, dan lainnya.

Page 10: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

15

2) Sumber kebisingan dinamis : mobil, pesawat terbang, kapal laut

dan lainnya.

Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara

yang dikeluarkannya ada dua, yaitu (Men. KLH 1989 dalam Subaris

& Haryono 2011) :

1) Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran.

Contoh: sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak

bergerak.

2) Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, misalnya

kebisingan yang timbul karena kendaraan- kendaraan yang

bergerak di jalan.

d. Pengaruh Kebisingan

Pada umumnya kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga

kerja, mulai gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi

kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada

cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran.Berikut

beberapa efek atau gangguan yang diakibatkan dari kebisingan

menurut Anizar, (2009):

1) Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan

menurunnya kuantitas dan kualitas kerja. Hal ini pernah

dibuktikan pada sebuah perusahaan film di mana penurunan

intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah film yang rusak,

sehingga dapat menghemat bahan baku.

2) Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda- beda untuk tiap

orang. Untuk beberapa orang yang rentan, kebisingan dapat

menyebabkan rasa pusing, kantuk, sakit, tekanan darah tinggi,

tegang dan stress yang diikuti dengan sakit maag, kesulitan tidur.

Gangguan konsentrasi dan kehilangan semangat kerja.

3) Gangguan terhadap komunikasi akan mengganggu kerjasama

antara pekerja dan kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian

Page 11: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

16

yang secara tidak langsung menurunkan kuantitas dan kualitas

kerja.

4) Penurunan daya dengar adalah akibat yang paling serius dan dapat

menimbulkan ketulian total, sehingga seseorang sama sekali tidak

dapat lagi mendengar pembicaraan orang lain.

Kebisingan dapat menyebabkan rusaknya indera pendengaran.

Kerusakan atau gangguan sistem pendengaran akibat bising menurut

Hani dan Riwidikdo (2009) adalah:

1) Hilang pendengaran sementara/temporer, dapat pulih kembali

apabila bising tersebut dapat dihindarkan

2) Orang menjadi kebal terhadap bising

3) Telinga berdengung

4) Hilang pendengaran/tuli permanen dan tidak pulih kembali,

biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz kemudian semakin

hebat dan meluas pada frekuensi sekitarnya hingga mengenai

frekuensi percakapan.

Sedangkan menurut Soeripto (2008) pengaruh kebisingan dapat

menyebabkan berbagai pengaruh terhadap tenaga kerja seperti:

pengaruh fisiologis, pengaruh psikologis berupa gangguan

(mengganggu atau annoying), pengaruh pada komunikasi dan

pengaruh yang paling serius adalah gangguan terjadinya ketulian.

e. Nilai Ambang Batas Intensitas Kebisingan

Besarnya ketulian tergantung pada tingginya atau tingkat intensitas

suara. Dengan demikian untuk menyelamatkan pendengaran tenaga

kerja perlu diupayakan agar tingkat intensitas suara yang timbul

sebagai akibat penerapan teknologi proses produksi tidak terlalu tinggi

(di bawah NAB), sehingga tenaga kerja masih aman dalam

melaksanakan pekerjaanya meskipun tidak memakai alat pelindung

(Soeripto, 2008).

Untuk tujuan perlindungan terhadap pendengaran tenaga kerja,

maka sangat diperlukan adanya suatu standar intensitas kebisingan di

Page 12: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

17

tempat kerja. Oleh karena itu, berdasarkan peraturan menteri tenaga

kerja dan transmigrasi nomor PER.13/Men/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisik dan Kimia di Tempat Kerja maka nilai

ambang batas kebisingan sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam dBA

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

Catatan:

Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

Sumber: Permenaker No.13/Men/X/2011.

3. Intensitas Pencahayaan

a. Pengertian Intensitas Pencahayaan

Intensitas pencahayaan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada

satu luas permukaan (Ahmadi, 2009).

b. Sumber Pencahayaan

Pencahayaan berdasar sumbernya dibagi menjadi tiga (Padmanaba,

2006) :

1) Pencahayaan alami yaitu pencahayaan yang berasal dari cahaya

matahari.

2) Pencahayaan buatan yaitu pencahayaan yang berasal dari lampu.

Page 13: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

18

3) Pencahayaan alami dan buatan yaitu penggabungan antara

pencahayaan alami dari sinar matahari dengan lampu atau

pencahayaan buatan.

Menurut Ching (1996), ada tiga metode pencahayaan, yaitu

pencahayaan umum, pencahayaan lokal dan pencahayaan cahaya

aksen.

1) Pencahayaan umum atau baur menerangi ruangan secara merata

dan umumnya terasa baur.

2) Pencahayaan lokal atau pencahayaan untuk kegunaan khusus,

menerangi sebagian ruang dengan sumber cahaya biasanya

dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi.

3) Pencahayaan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal yang

berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau

obyek seni atau koleksi berharga lainnya.

Menurut Suma’mur (2009) ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan dalam pencahayaan buatan antara lain:

1) Pembagian lumensi dalam lapangan penglihatan

Lapangan penglihatan yang baik adalah dengan kekuatan

terbesar ditengah pada daerah kerja yang dilakukan. Perbandingan

terbaik antara lumensi pusat, daerah sekitar pusat dan lingkungan

sekitarnya adalah 10:3:1. Kondisi pencahayaan dinyatakan baik

atau tidak bila memenuhi syarat jika perbedaan lumensi melebihi

perbandingan 40:1 baik di lapangan penglihatan pekerjaan

maupun terhadap lingkungan luar.

2) Kesilauan

Terjadi bila perbedaan penyebaran luminensi melebihi

perbandingan 40:1, namun pada umumnya terjadi karena

keterbatasan kemampuan penglihatan.

Kepekaan retina seluruhnya menyesuaikan dengan luminensi

rata-rata sehingga pada lapangan penglihatan dengan luminensi

Page 14: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

19

berbeda, retina terlalu peka untuk luminensi yang tinggi, tetapi

sangat kurang peka untuk daerah yang samar-samar.

3) Arah Cahaya

Sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam

mengatur pencahayaan yang baik. Cahaya dari berbagai arah

dapat meniadakan gangguan oleh bayangan.

4) Warna Cahaya

Warna cahaya dan komposisi spektrumnya sangat penting

dalam membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna

dalam lingkungan kerja atau tempat kerja sebagai akibat

pencahayaan yang menentukan rupa dari lingkungan.

Dengan adanya kombinasi tata warna dan dekorasi yang serasi

maka akan menimbulkan suasana kerja yang nyaman sehingga

kegairahan kerja akan meningkat.

5) Panas akibat sumber cahaya.

Baik sumber pencahayaan alam maupun pencahayaan buatan

dapat menimbulkan suhu udara di tempat kerja. Pertambahan

suhu yang berlebihan dapat mengakibatkan ketidaknyamanan

bekerja dan akan merupakan beban tambahan.

Pencahayaan di tempat kerja ditentukan oleh sifat cahaya yaitu

kuantitas dan kualitas cahaya yang jatuh pada suatu permukaan

(Siswanto, 1993) :

1) Kuantitas Cahaya

Intensitas cahaya yang dibutuhkan tergantung dari tingkat

ketelitian yang dibutuhkan, bagian yang akan diamati, warna dari

obyek atau benda yang diamati dan kemampuan dari obyek

tersebut untuk memantulkan cahaya yang jatuh padanya.

Untuk melihat suatu benda yang berwarna gelap dan kontras

antara obyek dan sekitarnya buruk diperlukan intensitas yang

tinggi (beberapa ribu Lux) sedangkan untuk obyek atau benda

Page 15: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

20

yang cerah dan kontras antara obyek tersebut dengan sekitarnya

cukup baik maka hanya diperlukan beberapa ratus Lux.

2) Kualitas Cahaya

Kualitas ditentukan oleh ada tidaknya kesilauan di tempat kerja

baik kesilauan langsung maupun karena pantulan cahaya dari

permukaan yang mengkilat dan bayangan, demikian pula dekorasi

tempat kerja khususnya mengenai warna-warna dari dinding,

langit-langit, peralatan kerja. Kesilauan adalah setiap brightness

(perbedaan derajat terang) yang berada dalam lapangan

penglihatan yang menyebabkan rasa ketidak nyamanan, gangguan

kelelahan mata dan penglihatan.

c. Sifat Pekerjaan

Kebutuhan intensitas pencahayaan tergantung dari jenis pekerjaan

yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit

dilakukan bila keadaan cahaya dalam tempat kerja tidak memadai.

Selain intensitas pencahayaan, untuk pekerjaan yang membutuhkan

ketelitian, ketajaman penglihatan dipengaruhi juga oleh faktor : usia,

ukuran dari obyek yang diamati, beban kerja, posisi pandang terhadap

obyek yang diamati (Siswanto, 1993). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 3:

Tabel 3. Pedoman Intensitas Pencahayaan

Pekerjaan Contoh-contoh Tingkat Pencahayaan yang

Dibutuhkan (Lux)

Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 170

Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170 – 350

Teliti Membaca, menggambar 350 – 700

Sangat teliti Pemasangan (Teliti) 700 – 1000

Sumber : Ergonomi dan Produktivitas Kerja (Suma’mur, 1996)

d. Hubungan Pencahayaan Dengan Pekerjaan

Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting

bagi lingkungan kerja. Menurut Soewarno (1992), menyebutkan

Page 16: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

21

bahwa pencahayaan sangat diperlukan untuk kesejahteraan dan

keselamatan ditempat kerja. Kita lihat di negara yang sudah maju

penyelidikan mengenai pengaruh pencahayaan di tempat kerja sudah

banyak dilakukan, oleh karena itu disadari adanya pengaruh negatif

dari pencahayaan yang tidak memenuhi persyaratan. Tenaga kerja

akan mengeluarkan tenaga yang lebih besar bila penglihatan dalam

bekerja menjadi lebih sukar dan sebaliknya beban kerja yang menjadi

lebih ringan bila pencahayaan ditempat kerja ditambah. Dikatakan

bahwa tempat kerja dengan tingkat pencahayaan yang baik, tenaga

kerja akan melakukan pekerjaan dengan tingkat yang opimal dan

efisien.

Begitu pula dengan kebutuhan pencahayaan untuk tempat kerja

tergantung pada jenis pekerjaan tertentu. Untuk pekerjaan yang

memerlukan ketelitian, maka dibutuhkan intensitas pencahayaan yang

lebih tinggi dari pada pekerjaan yang kurang teliti.

4. Kelelahan Kerja

a. Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan

setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak.Istilah

kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari

setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi

dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2011).

Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang

sama. Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan

merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil

untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu pendistribusian

yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi

sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih

besar dari siklus lambat yang tidak normal (Nurmianto, 2003).

Page 17: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

22

Istilah kelelahan biasanya menunjukkan keadaan berbeda-beda dari

setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi

dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan

diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan

umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot atau

perasaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai

dengan berkurangnya kemauan bekerja yang disebabkan oleh karena

monotoni, intensitas dan lama kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-

sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2011).

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu

teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori

kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah

akibat berkurangmya cadangan energi dan meningkatkan sisa

metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan

perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.

Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan

kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang

terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui

syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.

Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam

mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel

syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan

menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas

perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat

gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot

seseorang (Tarwaka, 2011).

Menurut Maurits dalam Tarwaka (2011), kelelahan kerja adalah

kondisi pada pekerja yang merasa lelah secara fisik atau psikis, kurang

menguntungkan individu pekerja, perusahaan maupun masyarakat

mengingat adanya gangguan konsentrasi dan atau gangguan kesiagaan

bekerja.

Page 18: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

23

b. Klasifikasi Kelelahan

Menurut Grandjean dalam Tarwaka (2011) kelelahan

diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu :

1) Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot atau perasaan

nyeri pada otot.

2) Kelelahan umum, biasanya ditandai dengan berkurangnya

kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,

intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-

sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

Menurut Grandjean dan Kogi dalam Setyawati (2011), berdasarkan

waktu terjadinya kelelahan dibagi menjadi dua macam:

1) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau

seluruh tubuh secara berlebihan.

2) Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari

dan berkepanjangan.

Menurut Singleton dalam Setyawati (2011) terdapat dua macam

kelelahan, yaitu :

1) Kelelahan fisiologis, disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja

antara lain oleh suhu dan kebisingan.

2) Kelelahan psikologis, merupakan kelelahan yang disebabkan oleh

faktor psikologis.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan sebagai

berikut:

1) Faktor Internal

a) Umur

Pada umur muda proses-proses di dalam tubuh sangat

besar dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur.

Proses menjadi tua disertai kurangnya kemampuan kerja oleh

karena perubahan-perubahan pada alat-alat tubuh, sistem

kardiovaskular, hormonal (Suma’mur, 2014).

Page 19: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

24

Menurut Chaffin dan Guo et al dalam Tarwaka (2011)

pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada

umur kerja yaitu 25-65 tahun.

Menurut Wignosoebroto (2008) kepastian energi yang

mampu dihasilkan oleh seseorang juga akan dipengaruhi oleh

faktor umur. Kapasitas maksimum seorang pekerja adalah

pada umur 20-30 tahun yaitu 100%. Di mana dengan

meningkatnya umur, kemampuan tersebut juga akan menurun

dengan persentase sebagai berikut :

Tabel 4. Persentase Kemampuan Berdasarkan Umur

Umur (Tahun) Persentase Kemampuan (%)

20-30

40

50

60

65

100

96

90

80

75 Sumber : Wignosoebroto (2008)

b) Jenis Kelamin

Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya,

kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat

melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif

kurang jika dibandingkan pria. Kemudian pada saat wanita

sedang haid yang tidak normal (dysmenorrhoea), maka akan

dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah (Suma’mur,

2014).

c) Riwayat Penyakit

Status kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja

yang dapat dilihat dari riwayat penyakit yang diderita.

Beberapa penyakit yang mempengaruhi kelelahan kerja

antara lain :

(1) Asma ditandai dengan kontraksi spastik otot polos

bronkiolus, yang menyumbat bronkiolus secara parsial

Page 20: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

25

dan menyebabkan kesukaran bernafas yang hebat

(Guyton dan Hall, 2007).

(2) Penyakit jantung yaitu kekurangan oksigen jika terus

menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya

terjadi metabolisme anaerobik dimana akan

menghasilkan asam laktat yang mempercepat kelelahan

(Santoso, 2004).

(3) Penyakit tekanan darah tinggi, bila seseorang

melakukan aktivitas, exited atau sedang stress, tekanan

darahnya akan meningkat (Soeharto, 2004).

(4) Penyakit tekanan darah rendah, dengan berkurangnya

jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung,

berakibat berkurang pula jumlah oksigen sehingga

terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan

indikasi adanya kelelahan (Nurmianto, 2003).

(5) Penyakit ginjal, yaitu pengaruh bekerja terhadap faal

ginjal terutama berkaitan dengan pekerjaan yang

memerlukan pengerahan tenaga dan yang dilakukan

dalam cuaca kerja panas. Kedua-duanya mengurangi

peredaran darah kepada ginjal dengan akibat timbulnya

gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh

ginjal (Suma’mur, 2014).

d) Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu seseorang bekerja pada

suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja

seseorang dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja

merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para

pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya (Siagian,

1995).

Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi

juga tingkat kelelahan, karena semakin lama bekerja

Page 21: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

26

menimbulkan perasaan jenuh akibat kerja monoton akan

berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialami

(Setyawati, 2011).

e) Status Gizi

Menurut Astanti dalam Budiono (2003), keadaan gizi yang

baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga

tenaga kerja yang produktif terwujud.Status gizi merupakan

salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan

keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya.

Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat akan

mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan

tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga

mempercepat timbulnya kelelahan.

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan

tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari

makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel

dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk

bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya

pekerjaan (Suma’mur, 2014).

Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan

menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus

(Depkes RI, 2003):

IMT=Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan m x Tinggi Badan m

Tabel 5. Batas Ambang IMT Indonesia

Jenis Kategori IMT ( Kg/m)

Kelamin Kurus Normal

Kegemukan

Tingkat Ringan Tingkat Berat

Pria <18 kg/m2 18-25 kg/m

2 >25-27 kg/m

2

>27 kg/m2

Wanita <17 kg/m2 17-23 kg/m

2 >23-27 kg/m

2

Sumber : Depkes RI, 2003

Page 22: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

27

2) Faktor Eksternal

a) Beban Kerja

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri

dalam hal kapasitas menanggung beban kerjanya. Mungkin di

antara mereka lebih cocok untuk beban fisik, mental atau

sosial. Namun demikian, terdapat kesamaan yang berlaku

umum yaitu mereka memiliki keterbatasan hanya mampu

untuk memikul beban sampai suatu tingkat tertentu. Selain

dari batas maksimal beban, bagi masing-masing tenaga kerja

terdapat pembebanan kerja yang paling optimal bagi tenaga

kerja yang bersangkutan. Prinsip ini sebenarnya yang

mendasari maksud penempatan seorang tenaga kerja yang

tepat pada pekerjaan yang tepat pula. Derajat tepat suatu

penempatan meliputi kecocokan pengalaman, pengetahuan,

keahlian, keterampilan, motivasi, sikap kerja dan lain-lain

sebagainya (Suma’mur, 2014).

Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi

oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat

kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang

tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan

oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu

proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang

ditandai dengan meningkatnya kandungan asam laktat

(Nurmianto, 2003). Salah satu pendekatan untuk mengetahui

berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi

kerja, konsumsi oksigen, kapasitas vital paru, dan suhu inti

tubuh. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada

metabolisme, respirasi, suhu tubuh, dan denyut jantung.

Page 23: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

28

Tabel 6. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme,

Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung

Kategori

Beban Kerja

Konsumsi

Oksigen

(l/min)

Ventilasi

paru (l/min)

Suhu

Rektal

(0C)

Denyut

Jantung

(denyut/min)

1. Ringan

2. Sedang

3. Berat

4. Sangat berat

5. Sangat berat

sekali

0,5-1,0

1,0-1,5

1,5-2,0

2,0-2,5

2,5-4,0

11-20

20-31

31-43

43-56

60-100

37,5

37,5-38,0

38,0-38,5

38,5-39,0

>39

75-100

100-125

125-150

150-175

>175

Sumber : Tarwaka, (2004)

Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu

metode untuk menilai cardiovascular strain. Salah satu

peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut

nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan

Electro Cardio Graph (ECG). Apabila peralatan tidak

tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai

stopwatch dengan metode 10 denyut. Dengan metode

tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut :

Denyut Nadi (Denyut/Menit) = 10 Denyut

Waktu Perhitungan x 60

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya

beban kerja mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah,

cepat, sangkil dan murah juga tidak diperlukan peralatan

yang mahal serta hasilnya cukup reliabel (Tarwaka, 2004).

b) Pencahayaan

Pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja

melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa

upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu, pencahayaan

yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih

baik dan keaadaan lingkungan yang menyegarkan

(Suma’mur, 2014).

Menurut Budiono (2003) pencahayaan yang buruk dapat

mengakibatkan seperti kelelahan mata dengan berkurangnya

Page 24: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

29

daya dan efisiensi kerja, keluhan-keluhan pegal di daerah

mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan indera mata,

kelelahan mental dan menimbulkan terjadinya kecelakaan.

c) Kebisingan

Menurut Budiono (2003), kebisingan merupakan suara

yang tidak diinginkan. Penelitian yang dilakukan di dalam

dan di luar negeri menunjukkan bahwa pada frekuensi 300-

6000 Hz, pengurangan pendengaran tersebut disebabkan oleh

kebisingan. Pengurangan pendengaran diawali dengan

pergeseran ambang dengar sementara. Pada saat ini terjadi

kelelahan yang akan pulih kembali secara lambat dan akan

semakin bertambah lambat lagi jika tingkat kelelahan

semakin tinggi.

d) Sikap Kerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya

terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas

dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak

alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang

yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan.

Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang

yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap

duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh

terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan

(Budiono, 2003). Bekerja dalam kondisi yang tidak alamiah

dapat menimbulkan berbagai masalah seperti nyeri, kelelahan

dan bahkan kecelakaan (Santoso, 2004).

d. Parameter Kelelahan Kerja

Menurut Grandjean (1995) masih dikemukakan bahwa sampai saat

itu belum terdapat suatu cara pengukuran kelelahan fisiologis dan

ataupun psikologis yang dapat dipakai secara sempurna dalam setiap

macam industri. Hampir semua ahli ergonomi mengakui kebenaran

Page 25: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

30

pendapat Grandjean. Parameter-parameter yang pernah diungkapkan

beberapa peneliti untuk mengukur kelelahan kerja ada bermacam-

macam antara lain :

1) Pengukuran Waktu Reaksi

Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian

rangsang tunggal sampai timbulnya respon terhadap rangsang

tersebut. Waktu reaksi ini merupakan reaksi sederhana atas

rangsang tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi

(Suma’mur, 2014).

Sutarman (1972), Burke (1980) dan Bailey (1982) dalam

Setyawati (2011) mengutarakan bahwa pada keadaan kelelahan

terjadi perubahan waktu reaksi, waktu reaksi lebih lama atau

memanjang.

Pengukuran waktu reaksi untuk penelitian ilmiah dengan

masing-masing rangsang dilakukan 20 kali berturut-turut

sehingga diperoleh 20 angka waktu reaksi yaitu angka ke-1

sampai dengan ke-20. Untuk penghitungannya lima angka di

depan, angka ke-1 sampai dengan ke-5 dan lima angka di

belakang yaitu angka ke-16 sampai dengan ke-20 diabaikan.

Angka ke-6 sampai dengan ke-15 di perhitungkan dan dirata-rata

untuk memperoleh angka waktu reaksi saat itu (Setyawati, 2011).

Menurut Setyawati (2011), kelelahan dapat diklasifikasikan

berdasarkan rentang atau range waktu reaksi sebagai berikut :

1) Normal : waktu reaksi 150,0 s/d ≤ 240,0 milidetik.

2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi > 240,0 s/d <

410,0 milidetik.

3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi ≥ 410,0 s/d <

580,0 milidetik.

4) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0

milidetik.

Page 26: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

31

2) Uji Finger-tapping (Uji Ketuk Jari)

Uji Finger-tapping adalah mengukur kecepatan maksimal

mengetukkan jari tangan dalam suatu waktu periode tertentu.

(Grandjean, 1995) dalam Setyawati (2011).

3) Uji Flicker-Fusion

Uji Flicker- Fusion adalah pengukuran terhadap kecepatan

berkelipnya cahaya (lampu) yang secara bertahap ditingkatkan

sampai kecepatan tertentu sehingga cahaya tampak berbaur

sebagai cahaya yang kontinyu. Uji ini digunakan untuk menilai

kelelahan mata saja (Grandjean, 1995) dalam Setyawati (2011).

4) Uji Critical Flicker-Fusion

Uji Critical Flicker-Fusion adalah modifikasi uji Flicker-

Fusion.Uji Critical-Fusion ini dipergunakan untuk pengujian

kelelahan mata yang berat, dan dengan mempergunakan Flicker

Tester (Grandjean, 1995) dalam Setyawati (2011).

5) Uji Bourdon Wiersma

Uji Bourdan Wiersma adalah pengujian terhadap kecepatan

bereaksi dan ketelitian yang digunakan untuk menguji kelelahan

pada pengemudi (Manuaba dan Nala, 1971) dalam Setyawati

(2011).

6) Pemeriksaan Tremor pada Tangan

Cara ini tidak dapat dipakai untuk mengukur kelelahan pada

tiap orang maupun pada tiap pekerjaan karena adanya tremor pada

tangan dapat terjadi tidak saja pada kelelahan tetapi juga dapat

terjadi sebagai bagian dari penyakit tertentu (Sutarman, 1972)

dalam Setyawati (2011).

7) Metode Blink

Metode Blink adalah pengujian untuk kelelahan tubuh secara

keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata

yang terkejap secara cepat dan berulang-ulang (Fukui dan

Marioka, 1971) dalam Setyawati (2011).

Page 27: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

32

8) Stroop Test

Dalam uji ini seseorang diminta menyebutkan nama warna-

warna tinta sesuai seri huruf atau kata-kata. Keterangan ini

diperjelas lagi oleh kenyataan belum terdapat alat ukur bagi

kelelahan yang reliabel, sehingga diperlukan pengembangan yang

lebih lanjut (Sharpe, 1991) dalam Setyawati (2011).

9) Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

KAUPK2 merupakan suatu alat untuk mengukur indikator

perasaan kelelahan kerja yang didesain khusus bagi pekerja

Indonesia. KAUPK2 ada tiga macam, yaitu KAUPK2 I,

KAUPK2 II, KAUPK2 III yang masing-masing terdiri atas 17

butir pertanyaan (Setyawati, 2011).

10) Skala Kelelahan Industrial Fatique Research Committee (IFRC)

Skala IFRC yang di desain untuk pekerja dengan budaya

Jepang ini merupakan angket yang mengandung tiga puluh

macam perasaan kelelahan. (Kashiwagi, 1971) dalam Setyawati

(2011).

11) Ekskresi Katekolamin

Pada kasus kelelahan ekskresi katekolamin tidak selalu

meningkat. Pada pekerja beberapa macam pekerjaan yang

mengalami kelelahan kerja tidak tejadi peningkatan ekskresi

katekolamin (Johanson, 1978 dan Frankenhaeuser et al., 1983)

dalam Setyawati (2011).

e. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Budiono (2003) gambaran mengenai gejala kelelahan

(fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain perasaan

lesu, ngantuk dan pusing, kurang mampu berkonsentrasi,

berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat,

berkurangnya gairah untuk bekerja dan menurunnya kinerja jasmani

dan rohani.

Page 28: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

33

Menurut Grandjean dalam Setyawati (2011) mengemukakan bahwa

gejala kelelahan kerja ada dua macam yaitu gejala subjektif dan gejala

obyektif. Gejala kelelahan yang penting antara lain adalah adanya

perasaan kelelahan, tidak bergairah bekerja, sulit berpikir, penurunan

kesiagaan, penurunan persepsi dan penurunan kecepatan bereaksi

bekerja.

f. Akibat Kelelahan Kerja

Menurut Setyawati (2011) kelelahan kerja dapat menimbulkan

beberapa keadaan yaitu prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis

motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak disamping

semangat kerja yang menurun. Perasaan kelelahan kerja cenderung

meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan

diri pekerja sendiri maupun perusahaannya karena adanya penurunan

produktifitas kerja.

Menurut Tarwaka (2004), risiko terjadinya kelelahan seperti

motivasi kerja turun, performansi rendah, kualitas kerja rendah,

banyak terjadi kesalahan, stress akibat kerja, penyakit akibat kerja,

cidera dan terjadi kecelakaan akibat kerja.

g. Pencegahan Kelelahan Kerja

Program penanggulangan kelelahan kerja menurut Setyawati

(2011) yaitu:

1) Promosi kesehatan kerja berisi tentang undang-undang dan

peraturan ketenagakerjaan, pernyataan-pernyataan International

Labour Organization dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan

ketenagakerjaan.

2) Pencegahan kelelahan kerja, terutama ditujukan kepada upaya

menekan faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada

kelelahan kerja dan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh

secara positif.

3) Pengobatan kelelahan kerja, mengingat keadaan kelelahan kerja

merupakan keadaan yang dapat mengganggu pekerja, perusahaan

Page 29: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

34

dan pihak masyarakat maka pekerja dengan kelelahan kerja perlu

mendapat pengobatan sesuai dengan penyebabnya disamping

penanganan kehadiran faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh

terhadap kelelahan kerja.

4) Rehabilitasi kelelahan kerja adalah melanjutkan tindakan dan

program pengobatan kelelahan kerja serta mempersiapkan pekerja

tersebut bekerja secara lebih baik dan bersemangat.

5. Mekanisme Tekanan Panas, Tingkat Kebisingan dan Intensitas

Pencahayaan dalam Menimbulkan Kelelahan

Akibat suhu lingkungan tinggi, suhu tubuh akan meningkat (tubuh

mendapatkan pemanasan berlebih) sejumlah keringat disekresi ke

permukaan kulit oleh kelenjar keringat, keringat mengandung bermacam-

macam elektrolit terutama ion natrium dan klorida. Keluarnya ion natrium

dan klorida menyebabkan penurunan kekuatan. Hal ini akan

menyebabkan kontraksi otot sehingga tubuh mengalami kelelahan.

Apabila tubuh mendapatkan pemanasan yang berlebihan maka suhu kulit

akan naik, terjadi hilangnya panas dalam tubuh secara konveksi dan

radiasi lalu terjadi pemindahan panas dari dalam ke pori-pori, kemudian

panas hilang oleh karena penguapan dan akan terjadi dilatasi pembuluh

darah yang menyebabkan keringat keluar dan tubuh akan kehilangan

garam, cairan serta penurunan kemampuan berkeringat yang akhirnya

dapat menyebabkan kelelahan oleh karena panas (Suma’mur, 2014).

Mekanisme dasar terjadinya gangguan pendengaran akibat bising

merupakan kombinasi dari faktor mekanis dan metabolik yakni adanya

paparan bising kronis yang merusak sel rambut koklea dan perubahan

metabolik yang menyebabkan hipoksia akibat vasokontriksi kapiler oleh

karena bising (Ferrite & Santana, 2005; Mizuo, Miyamoto & Shimizu,

2011). Selain itu, menurut Suma’mur (1996) kebisingan juga dapat

menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot untuk

melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurangnya kemampuan otot

tersebut menunjukkan terjadi kelelahan pada otot.

Page 30: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

35

Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada fungsi

penglihatan. Stress pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat

terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran

kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi

demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih

dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi (korpus siliaris) makin

besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya

terjadi kelelahan pada mata.

6. Hasil-hasil Penelitian dan Jurnal yang Berkaitan dengan Faktor Fisik

dan Kelelahan Kerja

Penelitian oleh Basarudin (2008) tentang “Hubungan Tekanan Panas

terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Bagian Produksi di PT. Hok Tong

(Crumb Rubber) Kota Pontianak” yang menunjukkan kesimpulan ada

hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan kelelahan kerja (p

= 0.001) dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0.555) melalui analisa data

menggunakan uji Rank Spearman's Correlation dengan = 0.05.

Penelitian oleh Sriwahyudi (2014) tentang “Hubungan Kebisingan

dengan Keluhan Kesehatan Non Pendengaran pada Pekerja Instalasi

Laundry Rumah Sakit Kota Makasar” yang menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan keluhan non

pendengaran (p = 0.024 atau < 0.05) dengan kekuatan korelasi rendah (r

= 0.308) melalui analisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan =

0.05.

Jurnal internasional tentang “Studi Kasus Penilaian Tekanan Panas

pada Tenaga Kerja di Industri Baja” oleh Parameswarappa et al (2014)

yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas

dengan kenaikan suhu tubuh (p = 0.000 atau < 0.01) dengan kekuatan

korelasi sedang (r = 0.550).

Penelitian oleh Endah (2004) tentang “Hubungan Antara Kebisingan

dan Tekanan Panas dengan Kelelahan pada Operator di Bagian Injeksi

PT. Arisa Mandiri Pratama” yang menyatakan bahwa terdapat kekuatan

Page 31: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

36

hubungan antara kebisingan dengan kelelahan dalam kategori sedang (r =

0.408) dan hubungan tekanan panas dengan kelelahan dalam kategori

rendah (r = 0.398).

Jurnal internasional tentang “Kebisingan Industri dan Dampak pada

Pekerja” oleh Atmaca et al. (2005), menyatakan bahwa 73.83% tenaga

kerja terganggu oleh kebisingan dari tempat mereka bekerja, 60.96%

tenaga kerja mengalami kecemasan karena faktor kebisingan, 30.96%

tenaga kerja mengalami gangguan pendengaran dikarenakan tidak

menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja dan 85.94% tenaga

kerja tidak mendapatkan pemeriksaan pendengaran secara berkala.

Jurnal internasional tentang “Gangguan Pendengaran yang

Ditimbulkan oleh Kebisingan Tempat Kerja” oleh Kurmis (2007)

menyatakan bahwa 97% tenaga kerja yang mengalami gangguan fungsi

pendengaran adalah tenaga kerja laki-laki.

Penelitian oleh Riski (2006) tentang ”Hubungan Antara Intensitas

Pencahayaan dan Suhu Udara dengan Kelelahan Mata Karyawan pada

Bagian Administrasi di PT. Hutama Karya Wilayah IV Semarang” yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas

pencahayaan dengan kelelahan mata (p = 0.011) dengan kekuatan korelasi

rendah (r = 0.351) dan suhu udara dengan kelelahan mata (p = 0.024)

dengan kekuatan korelasi rendah (r = 0.315) berdasarkan uji statistik

menggunakan Chi Square dengan = 0.05.

Penelitian oleh Natalia (2010) tentang ”Hubungan Intensitas

Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Otot Mata pada Karyawan Back

Office Lantai 5 di Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta Barat” yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas

pencahayaan dengan keluhan kelelahan otot mata dengan kekuatan

korelasi Pearson Product Moment dalam kategori sedang (r = 0.490).

Jurnal internasional tentang “Survei tentang Pelatihan Pertolongan dan

Efek Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata” oleh Zahra et al (2014),

pada 200 orang sampel menggunakan pendekatan cross-sectional. Dari

Page 32: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

37

hasil analisis dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur

dengan penggunaan video proyektor dengan nilai p = 0.123 ( >0.05) dan

umur dengan penggunaan papan tulis dengan nilai p = 0.207 ( >0.05).

Hasil lain yang diperoleh adalah ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan menggunakan kacamata dengan kelelahan mata yang

disebabkan karena penggunaan video proyektor dengan nilai p = 0.024 (

<0.05) dan kebiasaan menggunakan kacamata dengan kelelahan mata

yang disebabkan karena penggunaan papan tulis dengan nilai p = 0.002 (

<0.05).

Page 33: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

38

B. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

1. Ada hubungan tekanan panas dengan kelelahan kerja pada pengrajin

genteng dan batu bata di Desa Kaling Kecamatan Tasikmadu Kabupaten

Karanganyar.

2. Ada hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja pada pengrajin genteng

dan batu bata di Desa Kaling Kecamatan Tasikmadu Kabupaten

Karanganyar.

Faktor Lingkungan Fisika

Tekanan Panas Kebisingan

Kelelahan Kerja

Faktor Internal:

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Riwayat Penyakit

4. Status Gizi

5. Masa Kerja

Faktor Eksternal:

1. Sikap Kerja

2. Beban Kerja

Intensitas Penerangan

Objek Kerja

Indera Penglihatan

Reseptor Rangsang Panas pada

Kulit

Mekanisme Kelenjar Keringat

Sistem Indera Pendengaran

Gangguan Syaraf Otonom

Rangsangan pada Sistem

Syaraf

Kerja Otot Terganggu

Metabolisme Meningkat

Page 34: BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas · menaikan penguapan maksimal hingga indeks tekanan panas turun. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara

39

3. Ada hubungan intensitas pencahayaan dengan kelelahan kerja pada

pengrajin genteng dan batu bata di Desa Kaling Kecamatan Tasikmadu

Kabupaten Karanganyar.

4. Ada persentase pengaruh yang kuat dari gabungan faktor lingkungan fisik

(tekanan panas, kebisingan dan intensitas pencahayaan) di tempat kerja

terhadap timbulnya kelelahan kerja pada pengrajin genteng dan batu bata

di Desa Kaling Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.